Anda di halaman 1dari 12

Kata Pengantar

Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT
karena limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah sejarah yang berjudul
“PERISTIWA 10 NOVEMBER “ dengan baik sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
makalah ini dibuat dengan sedemikian rupa agar materi-materi
yang terdapat di dalam makalah ini mudah untuk dipelajari dan
dipahami. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun kesempurnaan makalah ini sangat kami
harapkan karena akan berguna bagi pembuatan dan
penyempurnaan selanjutnya. Selain itu, ucapan terimakasih kami
hanturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Akhirnya, jazakumullahu khairan katsira.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kebumen, 07 Februari 2020

(Kelompok 3)

1
Daftar Isi

Kata Pengantar ………………………………………………………………………........ 1


Daftar Isi ………………………………………………………………………................... 2
Bab 1 Pendahuluan

a. Latar Belakang……………………………………………………………........... 3
b. Rumusan Masalah ………………………………………………………………. 4
c. Tujuan penulisan ……………………………………………………………….… 5
Bab 2 Isi

a. Latar belakang pertempuran 10 November ...................... 6


b. Kronologis pertempuran 10 November ……………………………. 8
c. Akhir pertempuran 10 November.....…………………………………10
Bab 3 Penutup

a. Kesimpulan......................................................................... 11 11

2
Bab III
Pendahuluan
a. Latar belakang
Setiap tahun rakyat Indonesia merayakan hari pahlawan atau
hari-hari nasional seperti hari kemerdekaan, hari atau perayaan
kemerdekaan yang dirayakan rakyat Indonesia tersebut tidak bisa
lepas dari perjuangan para pahlawan nasional maupun para
pejuang dari daerah-daerah kota kota kecil. Dalam perjuangannya,
para pejuang Indonesia melakukan perlawanan terhadap para
penjajah yang ingin melakukan penjajahan di negara Indonesia
dengan gigih dan tanpa menyerah. Kota Surabaya juga memilki
suatu tanggal yang sangat bersejarah, tidak hanya bagi kota
Surabaya tetapi juga bagi negara Indonesia sendiri. Tanggal yang
dimaksud adalah tanggal 10 November yang juga dikenal sebagai
hari pahlawan.
Saat terjadi peristiwa yang bersejarah di Surabaya pada waktu
itu, semua pejuang Indonesia melakukan pertempuran yang
berupa perlawanan terhadap tentara dari negara sekutu yang ingin
melakukan penjajahan di negara Indonesia yang demi kepentingan
Belanda.Para pejuang dan arek-arek Surabaya juga melakukan
perlawanan dan pemberontakan kepada para tentara Jepang dan
Belanda yang membonceng kepada sekutu melalui organisasinya
yang bernama NICA.

3
b.Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah :

a. Bagaimana latar belakang Pertempuran 10 November di


Surabaya?
b. Bagaimana kronologi Pertempuran 10 November di Surabaya?
c. Bagaimana akhir Pertempuran 10 November di Surabaya?

c.Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat memahami
Pertempuran 10 November di Surabaya terkait latar belakang,
kronologi, dan akhir dari Pertempuran 10 November di Surabaya.

4
Bab II
Isi

a. Latar belakang

Pada tanggal 15 September 1945, sekutu mendaratkan tentaranya


di Tanjung Priok yang disusul dengan pendaratan tentara sekutu yang
dipimpin oleh W.R. Paterrson. Untuk menjalankan tugas di Indonesia,
sekutu membentuk AFNEI denagn panglimanya Letjend Sir Philip
Christison yang membawahi 3 pasukan divisi, yaitu divisi Jakarta,
Surabaya, dan Sumatra. Kedatangan sekutu di Indonesia awalnya
diterima dengan baik oleh pemerintah dan rakyat Indonesia. Ternyata
kedatangan sekutu diboncengi NICA, hal ini yang menimbulkan berbagai
macam pertempuran di berbagai kota menghadapi tentara jepang dan
sekutu bahwa setelah jepang menyerah kepada sekutu pada diduduki
sampai kedatangan pasukan sekutu di daerah tersebut termasuk
Indonesia. Jepang berusaha menghalangi bangsa Indonesia dalam
mempertahankan kemerdekaan.

5
Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch
Ploegman pada sore hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul
21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah- Putih-Biru), tanpa
persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas
Hotel Yamato, sisi sebelah utara.
Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi
marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan
Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan
melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang
berlangsung di Surabaya.
Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, Residen
Sudirman, pejuang dan diplomat yang saat itu menjabat sebagai Wakil
Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai
Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya
Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel
Yamato dikawal Sidik dan Hariyono.
Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan
kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan
dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak
untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui
kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman
mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang
perundingan.
Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh
tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol
Ploegman, sementara Sudirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel
Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan
bendera Belanda.
Hariyono yang semula bersama Sudirman kembali ke dalam hotel
dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Kusno
Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya,
dan mengereknya ke puncak tiang bendera kembali sebagai bendera
Merah Putih.
26 Oktober 1945, tercapai persetujuan antara Bapak Suryo,
Gubernur Jawa Timur dengan Brigjen Mallaby bahwa pasukan Indonesia
dan milisi tidak harus menyerahkan senjata mereka. Sayangnya terjadi
salah pengertian antara pasukan Inggris di Surabaya dengan markas
tentara Inggris di Jakarta yang dipimpin Letnan Jenderal Sir Philip
Christison.

6
27 Oktober 1945, jam 11.00 siang, pesawat Dakota AU Inggris dari
Jakarta menjatuhkan selebaran di Surabaya yang memerintahkan semua
tentara Indonesia dan milisi untuk menyerahkan senjata. Para pimpinan
tentara dan milisi Indonesia marah waktu membaca selebaran ini dan
menganggap Brigjen Mallaby tidak menepati perjanjian tanggal 26
Oktober 1945.
28 Oktober 1945, pasukan Indonesia dan milisi menggempur
pasukan Inggris di Surabaya. Untuk menghindari kekalahan di Surabaya,
Brigjen Mallaby meminta agar Presiden RI Soekarno dan panglima
pasukan Inggris Divisi 23, Mayor Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk
pergi ke Surabaya dan mengusahakan perdamaian.
29 Oktober 1945, Presiden Soekarno, Wapres Mohammad Hatta
dan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin Harahap bersama Mayjen
Hawthorn pergi ke Surabaya untuk berunding.
Pada siang hari, 30 Oktober 1945, dicapai persetujuan yang
ditanda-tangani oleh Presiden RI Soekarno dan Panglima Divisi 23
Mayjen Hawthorn. Isi perjanjian tersebut adalah diadakan perhentian
tembak menembak dan pasukan Inggris akan ditarik mundur dari
Surabaya secepatnya. Mayjen Hawthorn dan ke 3 pimpinan RI
meninggalkan Surabaya dan kembali ke Jakarta.
Pada sore hari, 30 Oktober 1945, Brigjen Mallaby berkeliling ke
berbagai pos pasukan Inggris di Surabaya untuk memberitahukan soal
persetujuan tersebut. Saat mendekati pos pasukan Inggris di gedung
Internatio, dekat Jembatan merah, mobil Brigjen Mallaby dikepung oleh
milisi yang sebelumnya telah mengepung gedung Internatio.
Karena mengira komandannya akan diserang oleh milisi, pasukan
Inggris kompi D yang dipimpin Mayor Venu K. Gopal melepaskan
tembakan ke atas untuk membubarkan para milisi. Para milisi mengira
mereka diserang / ditembaki tentara Inggris dari dalam gedung Internatio
dan balas menembak. Seorang perwira Inggris, Kapten R.C. Smith
melemparkan granat ke arah milisi Indonesia, tetapi meleset dan malah
jatuh tepat di mobil Brigjen Mallaby.
Granat meledak dan mobil terbakar. Akibatnya Brigjen Mallaby dan
sopirnya tewas. Laporan awal yang diberikan pasukan Inggris di
Surabaya ke markas besar pasukan Inggris di Jakarta menyebutkan
Brigjen Mallaby tewas ditembak oleh milisi Indonesia. Letjen Sir Philip
Christison marah besar mendengar kabar kematian Brigjen Mallaby dan
mengerahkan 24000 pasukan tambahan untuk menguasai Surabaya

7
b. Kronologis
Pada 10 November 1945 pagi, tentara Inggris mulai
melancarkan serangan berskala besar, yang diawali dengan
pengeboman udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya,
dan kemudian mengarahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah
pesawat terbang, tank, dan kapal perang.
Menjelang senja, Inggris telah menguasai sepertiga kota.
Surat kabar Times di London mengabarkan bahwa kekuatan
Inggris terdiri dari 25 ponders, 37 howitser, HMS Sussex dibantu
4 kapal perang destroyer, 12 kapal terbang jenis Mosquito,
15.000 personel dari divisi 5 dan 6.000 personel dari brigade 49
The Fighting Cock.
David Welch menggambarkan pertempuran tersebut dalam
bukunya, Birth of Indonesia ; “Di pusat kota pertempuran adalah
lebih dahsyat, jalan-jalan diduduki satu per satu, dari satu pintu
ke pintu lainnya. Mayat dari manusia, kuda-kuda, kucing-kucing,
serta anjing-anjing bergelimangan di selokan-selokan.
Gelas-gelas berpecahan, perabot rumah tangga, kawat-
kawat telephon bergelantungan di jalan-jalan dan suara
pertempuran menggema di tengah gedung-gedung kantor yang
kosong. Perlawanan Indonesia berlangsung 2 tahap, pertama
pengorbanan diri secara fanatik, dengan orang-orang yang
hanya bersenjatakan pisau-pisau belati menyerang tank-tank
Sherman, dan kemudian dengan cara yang lebih terorganisir
dan lebih efektif, mengikuti dengan cermat buku-buku petunjuk
militer Jepang.”
Ultimatum-ultimatum yang disebarkan melalui pamflet
udara oleh tentara Inggris membuat rakyat Surabaya sangat
marah. Nyaris seluruh sudut kota Surabaya dipenuhi pemuda
dan kelompok bersenjata. Dalam ingatan Suhario alias Hario
Kecik (Wakil Komandan Tentara Polisi Keamanan Rakyat), di
sekitarnya berkumpul ratusan pemuda, semuanya membawa
senjata dan pistol otomatis.

8
Hario Kecik mengatakan bahwa mereka yang disebut tidak
lengkap, membawa granat. Pertemuan pemuda dan kelompok
bersenjata di Surabaya memutuskan mengangkat Sungkono
sebagai Komandan Pertahanan Kota Surabaya dan
mengangkat Surachman sebagai Komandan Pertempuran.
Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwa
perlawanan di Surabaya dapat ditaklukkan dalam tempo tiga
hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo
yang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan
semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga
perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar
Inggris.
Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta
kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab
Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan
santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi
perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh
kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada
para kyai) sehingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung
lama dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya.
Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara
spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur.
Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga miggu,
sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak
Inggris. Para pejuang yang masih hidup mengikuti ribuan
pengungsi meninggalkan Surabaya dan selanjutnya membuat
garis pertahanan baru dari Mojokerto di Barat hingga ke arah
Sidoarjo di Timur.

9
c. Akhir pertempuran
Walau pejuang dipukul mundur, pertempuran Surabaya
memiliki arti penting bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Aksi melawan pasukan Inggris kemudian terjadi di mana-mana.
Pertempuran besar pecah di Bojong Kokosan, Sukabumi, Jawa
Barat tanggal 9 Desember 1945. 12-15 Desember Kolonel
Soedirman memimpin pasukan mengalahkan tentara Inggris di
Ambarawa. Begitu juga aksi Bandung Lautan Api tanggal 23
Maret 1946.

Inggris sadar, tak ada gunanya terus berada di


Indonesia. Mereka tak mau terus diperalat Belanda yang
membonceng di belakang mereka dengan maksud menguasai
kembali Indonesia. Banyak tentara mereka, terutama pasukan
Gurkha yang muak harus berperang di Surabaya.Tahun 1946,
tentara Inggris terakhir meninggalkan Indonesia. Mereka sadar,
membiarkan pasukannya tinggal lebih lama ibarat bunuh diri.
Nasionalisme Indonesia bukan omong kosong.

10
Bab III
Penutup

a. Kesimpulan
Peristiwa 10 November 1945 atau dikenal sebagai “Battle of
Surabaya” merupakan peristiwa sejarah perang antara Indonesia
melawat Sekutu yakni Inggris dan Belanda. Lalu berpihak dimana
Amerika?? Tidak terbantahkan lagi bahwa Inggris dan Belanda
termasuk Australia (kelak berperan dalam agresi I dan II) adalah
sekutu setia Amerika.
Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa,
dan tujuh hari kemudian, tepatnya, 8 Maret, pemerintah kolonial
Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu, Indonesia
diduduki oleh Jepang.
Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada
sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di
Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada Agustus 1945.
Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian
memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Sebelum dilucuti oleh sekutu, rakyat dan para pejuang Indonesia
berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah
pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak
daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang
berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di
Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada 25 Oktober.

11
Tentara Inggris didatangkan ke Indonesia atas keputusan dan
atas nama Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang,
membebaskan para tawanan yang ditahan Jepang, serta
memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Tetapi, selain itu,
tentara Inggris juga membawa misi mengembalikan Indonesia
kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya.NICA (Netherlands
Indies Civil Administration) pun membonceng. Itulah yang
meledakkan kemarahan rakyat Indonesia di mana-mana.

12

Anda mungkin juga menyukai