Anda di halaman 1dari 20

Nama kelompok 8 :

1. Dedi M Saidi (185211024)

2. Evi Nur Aini (185211110)

3. Betty Wulandari (185211208)

4. Aques Mini Priyantini (185211221)

Penentuan Harga Pokok Atas Produk Bersama


dan Produk Sampingan

Akuntansi untuk produk bersama.

Penentuan harga pokok atas produk bersama merupakan sebuah permasalahan yang
penting dalam sebuah akuntansi untuk produk bersama.penentuan harga pokok ini bertujuan
untuk menentukan jumlah ataupun nilai persediaan yang akan di sajikan dalam sebuah laporan
posisi keuangan dan untuk penentuan laba ataupun rugi dalam laporan laba rugi.selain
itu,penentuan harga pokok juga dapat di gunakan untuk mengendalikan sebuah biaya dan
pengambilan sebuah keputusan.

Oleh karna biaya bersama yang terjadi sebelum titik pisah tidak memiliki hubungan
langsung dengan produk-produk yang di hasilkan maka bagaimana mengalokasikan biaya
bersama ke produk yang di hasilakn merupakan suatu hal yang paling penting dalam akuntansi
untuk biaya bersama.

Metode alokasi biaya bersama.


Metode nilai pasar.

Metode ini lebih banyak di gunakan dalam mengalokasikan biaya bersama ke berbagai
jenis produk yang di hasilkan melalui sebuah proses bersama, dasar pemikirannya adalah
terdapat sebuah hubungan yang erat antara biaya dan harga jual. Tinggi dan rendahnya harga jual
bergantung pada sebuah kemampuan dari masing-masing jenis produk dalam menyerap sebuah
biaya bersama. Di dalam hal ini ,di asumsikan bahwa sebuah pendapatan yang di harapkan di
peroleh dari sebuah penjualan sebuah produk dapat menutup biaya-biaya yang akan terjadi serta
dapat memperoleh laba yang wajar.

Metode nilai pasar juga memiliki sebuah kelemahan ,jika nilai pasar dari produk-produk yang
akan di hasilkan dalam sebuah proses produksi bersama berfluktuasi sehingga menyebabkan
perubahan dalam alokasi sebuah biaya bersama meskipun biaya produksi bersamanya tidak
berubah. Metode pasar ini dapat di bagi kembali menjadi dua metode di antaranya yaitu,

1. Metode alokasi saat harga jual atau nilai pasar produk-produk utama telah
diketahui saat titik pisah.
2. Metode alokasi saat harga jual produk-produk utama tidak di ketahui saat titik
pisah.

Nilai pasar produk bersama diketahui pada titik pisah.

Di dalam metode ini mengalikasikan biaya bersama kepada berbagai produk utama atas
dasar niilai pasar relative dari masing-masing produk.dengan demikian semua produk akan
mendapatkan laba bruto dengan sebuah persentase yang sama terhadap penjualan.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang di lakukan untuk menyelesaikan alokasi biaya
bersama ke produk-produk utama seperti yang di tampilkan dalam tabel 6.1.

PT Berjaya raya memproduksi tiga produk utama yang melalui proses secara bersama,yaitu
produk A, produk B dan produk C ,jumlah biaya bersama yang di keluarkan untuk memproduksi ketiga
produk tersebut adalah Rp.960.000.000. berikut ini adalah data produksi dan nilai pasar dari ketiga
produk tersebut pada titik pisah.
produk Produksi (unit) Nilai pasar/harga jual per
unit saat titik pisah

A 60.000 Rp.30.000

B 90.000 36.000

C 90.000 24.000

Tabel 6.1 berikut ini memperlihatkan cara mengalokasikan biaya bersama ke produk A,B dan C
berdasarkan proporsi pasarnya.

Tabel 6.1 Alokasi biaya bersama dengan metode nilai pasar bilamana harga jual di ketahui saat titik
pisah.

Produk Produksi Nilai Total nilai pasar Nilai pasar Alokasi Biaya
pasar/harga Relatif (%) bersama
(A) (unit) (D=BxC)
jual per unit
(E) (F = Biaya
(B)
(C) bersama x E)

A 60.000 30.000 Rp.1800.000.000 25,00% Rp.240.000.000

B 90.000 36.000 3.240.000.000 45,00% 432.000.000

C 90.000 24.000 2.160.000.000 30.00% 288.000.000

Total 240.000 Rp.7.200.000.000 100,00% Rp.960.000.000

Langkah pertama yang harus di lakukan adalah mencari nilai pasar (Penjualan) dari setiap
produk utama.berikut ini adalah formula untuk memperoleh nilai pasar dari setiap produk.

Nilai pasar (penjualan) = harga jual per unit x jumlah produksi (unit)

Sebagai contoh,nilai pasar produk a adalah Rp.1.800.000.000 (Rp.30.000/unit x 60.000)


hal yang sama juga di lakukan untuk mencari nilai produk B dan C kemudian,total nilai pasar
dari ketiganya. ( Lihat kolom D Pada tabel 6.1 pada contoh 6.1)
Langkah kedua adalah menentukan nilai pasar relatif ,berikut ini adalah formula untuk
menentukan nilai pasar relatif sebuah produk utama.

Nilai pasar relatif sebuah produk = nilai pasar sebuah produk

Total nilai pasar seluruh produk

Berikut ini adalah perhitungan nilai pasar relative untuk produk A,B,C

Nilai pasar relative produk A = Rp.1.800.000.000/Rp.7.200.000.000 = 25,00%

Nilai pasar relative produk B = Rp.3.240.000.000/Rp.7.200.000.000 = 45,00%

Nilai pasar relative produk C = Rp.2.160.000.000/Rp.7.200.000.000 =30,00%

Jumlah keseluruhan nilai pasar relative dari seluruh produk harus sebesar 100,00%.

Langkah ke tiga adalah menentukan alokasi biaya bersama ke produk A,B dan C yang di
peroleh dengan menglikan nilai pasar relative setiap produk dengan biaya bersamanya.

Berikut ini adalah alokasi biaya bersama ke produk A,B dan C dengan menggunakan metode
nilai pasar. (lihat kolom F pada table 6.1 pada contoh 6.1)

Produk A = 25% x Rp.960.000.000 = Rp.240.000.000

Produk B = 45% x Rp.960.000.000 = Rp.432.000.000

Produk C = 30% x Rp.960.000.000 = Rp.288.000.000

Alokasi biaya bersama untuk masing-masing produk juga dapat di peroleh dengan menggunkan
formula berikut ini.

Alokasi biaya bersama suatu produk = nilai pasar produk

Nilai pasar seluruh produk x biaya bersama

Berikut ini adalah alokasi biaya bersama untuk produk A,B dan C dengan menggunkan formula
tersebut.

Alokasi untuk produk A = Rp.1.800.000.000


Rp.7.200.000.000 x Rp.960.000.000 = Rp.240.000.000

Alokasi untuk produk B = Rp.3.240.000.000

Rp.7200.000.000 x Rp.960.000.000 = Rp.432.000.000

Alokasi untuk produk C = Rp.2.160.000.000

Rp.7.200.000.000 x Rp.960.000.000 = rp.288.000.000

Nilai Pasar Produk Bersama Tidak Diketahui pada Titik Pisah

Jika pada saat titik pisah, semua produk bersama tidak diketahui nilai pasarnya atau harga
jualnya karena masih harus diolah lebih lanjut agar menjadi barang jadi sesuai yang diinginkan
oleh perusahaan maka biaya bersama dialokasikan dengan menggunakan nilai pasar hipotesis
pada titik pisah. Nilai pasar hipotesis pada titik pisah diperoleh dengan mengurangkan nilai pasar
untuk setiap produk barang jadi dengan tambahan biaya pengolahan lebih lanjut yang
dikeluarkan setelah titik pisah.

Nilai Pasar Hipotesis = Nilai Pasar Barang Jadi – Tambahan Biaya Pengolahan Lebih Lanjut

Contoh

Dengan menggunakan data dari contoh 6.1 dengan menambahkan biaya pengolahan lebih lanjut
setelah titik pisah maka diperoleh data berikut ini.

Produk Produksi (Unit) Harga Jual per Unit Barang Biaya Pengolahan Lebih
Jadi Lanjut

A 60.000 Rp 60.000 Rp 150.000.000

B 90.000 Rp 48.000 Rp 180.000.000

C 90.000 Rp 42.000 Rp 60.000.000


Alokasi biaya bersama dengan metode nilai pasar yang tidak diketahui pada titik pisah/metode
nilai realisasi bersih.

Produk Produksi Nilai Total Nilai Biaya Nilai Pasar Nilai Alokasi Biaya
(Unit) Pasar Pasar Pengolahan Hipotesis Pasar Bersama
Barang Lanjutan Hipotesis
Jadi per setelah Titik Relatif %
Unit Pisah

(A) (B) (C) (D = B x C) (E) (F = D - E) (G) (H = Biaya


Bersama x G)

A 60.000 Rp 60.000 Rp Rp 150.000.000 Rp 30,66% Rp


3.600.000.000 3.450.000.000 294.336.000

B 90.000 Rp 48.000 Rp Rp 180.000.000 Rp 36,80% Rp


4.320.000.000 4.140.000.000 353.280.000

C 90.000 Rp 42.000 Rp Rp 120.000.000 Rp 32,54% Rp


3.780.000.000 3.660.000.000 312.384.000

Total 240.000 Rp Rp 450.000.000 Rp 100,00% Rp


11.700.000.000 11.250.000.000 960.000.000

Langkah mengerjakan

1. Menentukan nilai pasar hipotesis dari setiap produk yang dihasilkan


Nilai pasar hipotesis diperoleh dengan cara mengurangkan nilai pasar dari setiap produk
dengan biaya pengolahan lanjutan setelah titik pisah.
Contoh :
Nilai pasar hipotesis produk A = Rp 3.600.000.000 – Rp 150.000.000 = Rp 3.450.000.000
Nilai pasar hipotesis produk B = Rp 4.320.000.000 – Rp 180.000.000 = Rp 4.140.000.000
Nilai pasar hipotesis produk C = Rp 3.780.000.000 – Rp 120.000.000 = Rp 3.660.000.000
2. Menentukan nilai pasar hipotesis relatif sebuah produk
Nilai pasar hipotesis relatif suatu produk adalah nilai pasar hipotesis produk tersebut dibagi
dengan total nilai pasar hipotesis dari seluruh produk yang dihasilkan dari proses produksi
bersama.
Contoh :

Nilai pasar hipotesis relatif produk A = = 30,66%

Nilai pasar hipotesis relatif produk B = = 36,80%

Nilai pasar hipotesis relatif produk C = = 32,54%

3. Mengalokasikan biaya bersama ke produk A, B, dan C dengan mengalikan nilai pasar


hipotesis relatif setiap produk dengan biaya gabungan.
Contoh :
Produk A = 30,66% x Rp 960.000.000 = Rp 294.336.000
Produk B = 36,80% x Rp 960.000.000 = Rp 353.280.000
Produk C = 32,54% x Rp 960.000.000 = Rp 312.384.000

Keputusan untuk Menjual pada Titik Pisah atau Memproses Lebih

Produk-produk utama yang dihasilkan dalam sebuah proses produksi bersama memiliki proses
dan biaya produksi yang sama sampai dengan titik pisah. Setelah titik pisah dan produk-produk
utama telah dapat diidentifikasi menjadi produk-produk tersendiri maka perusahaan harus
mengambil keputusan apakah :

Akan segera menjual produk-produk utama tersebut ke para pelanggan, atau


Akan memproses lebih lanjut produk-produk utama dan baru kemudian dijual ke para
pelanggan

Keputusan proses lebih lanjut atau langsung jual saat titik pisah
1. Proses lebih lanjut

Harga jual setelah proses lebih lanjut – Harga jual setelah titik pisah > Harga jual setelah titik
pisah

2. Langsung jual tanpa proses


Harga jual setelah proses lebih lanjut – Harga jual setelah titik pisah < Harga jual setelah titik
pisah

Alokasi biaya bersama ke setiap produk tidak diperhitungkan dalam menentukan apakah produk
langsung dijual pada saat titik pisah atau diproses lebih lanjut karena nilai alokasi biaya bersama
untuk kedua alternatif pilihan tersebut nilainya tidak berbeda.

Contoh

Berikut ini adalah ilustrasi keputusan menjual produk-produk utama pada saat titik pisah atau
diolah atau diproses lebih lanjut setelah titik pisah pada PT Berjaya Raya

Produk Produksi (Unit) Harga Jual per Unit Barang Biaya Pengolahan Lebih
Jadi Lanjut

A 60.000 Rp 60.000 Rp 150.000.000

B 90.000 Rp 48.000 Rp 180.000.000

C 90.000 Rp 42.000 Rp 60.000.000

Produk-produk yang dihasilkan PT Berjaya Raya biasanya akan diolah lebih lanjut secara
terpisah lebih dahulu sebelum dijual. Terdapat penawaran dari salah satu pelanggan perusahaan
untuk membeli ketiga produk tersebut setelah titik pisah tanpa perlu diolah lebih lanjut. Berikut
ini adalah harga-harga yang ditawarkan untuk ketiga produk tersebut.

Produk Harga Penawaran

A Rp 56.000

B Rp 42.000

C Rp 40.000
Diminta :

Apakah manajemen PT Berjaya menerima penawaran tersebut atau tetap memproses lebih lanjut
ketiga produk tersebut setelah titik pisah?

Jawaban :

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung selisih harga jual produk setelah
diproses lebih lanjut dengan harga jual produk pada saat titik pisah seperti diperlihatkan pada
tabel berikut ini.

Harga
Penawaran/Harga
Produk Harga Jual Setelah Proses Lebih Selisih
Jual Saat Titik Pisah
Lanjut
(C)
(B)
(A) (D = B – C)

A Rp 60.000 Rp 56.000 Rp 4.000

B Rp 48.000 Rp 42.000 Rp 6.000

C Rp 42.000 Rp 40.000 Rp 2.000

Langkah kedua adalah membandingkan selisih harga jual tersebut dengan biaya pengolahan atau
proses lebih lanjut per unit dari setiap produk.

 Jika selisih harga jual lebih besar dari biaya pengolahan lebih lanjut per unit perusahaan
akan menolak penawaran
 Jika selisih harga jual lebih kecil dari biaya proses lebih lanjut maka produk sebaiknya dijual pada
saat titik pisah

Selisih Harga
Jual Proses
Biaya Proses
Lebih Lanjut dan
Lebih
Produk Harga Jual Saat Lanjut/unit* Selisih Keputusan
Titik Pisah

(B)
(C)

(A) (D = B – C) (E)

A Rp 4.000 Rp 2.500 Rp 1.500 Diproses lebih


lanjut

B Rp 6.000 Rp 2.000 Rp 4.000 Diproses lebih


lanjut

C Rp 2.000 Rp 667 Rp 1.333 Diproses lebih


lanjut

*Biaya proses lebih lanjut/jumlah produksi

Ketiga produk tersebut lebih menguntungkan jika diproses lebih lanjut secara terpisah setelah
titik pisah sebelum dijual daripada langsung menjualnya saat titik pisah.

Metode unit fisik/metode biaya per unit rata-rata

Metode unit fisik atau metode biaya per unit rata-rata mengalokasikan biaya bersama ke produk-
produk utama dengan menggunakan ukuran unit atau fisik sebagai basis alokasi. Ukuran fisik
dapat dinyatakan dalam satuan berat, volume, dan ukuran lainnya. Metode ini menghendaki
bahwa produk bersama apabila memiliki unit pengukur yang berlaina, maka dapat digunakan
suatu angka penyebut yang umum (common denominator) untuk mengkonversi produk bersama
tersebut dalam bentuk satuan pengukur yang sama.

Contoh 6.4

PT Berjaya Raya memproduksi tiga produk utama yang melalui proses secara bersama, yakni
Produk A, Produk B, dan Produk C. Jumlah biaya bersama yang dikeluarkan untuk memproduksi
ketiga produk tersebut adalah Rp 960.000.000

Berikut ini adalah data produksi dari ketiga produk yang utama dihasil PT Berjaya Raya.

Produk Produksi
(Unit)
A 60.000
B 90.000
C 90.000
Tabel 6.3 Alokasi Biaya Bersama dengan metode unit fisik

Alokasi Biaya
Unit Fisik Relatif
Produk (A) Produksi Unit (B) Bersama (D = Biaya
(C)
Bersama x C)
A 60.000 25,00% Rp240.000.000
B 90.000 37,50% 360.000.000
C 90.000 37,50% 360.000.000

Alokasi biaya bersama ke produk A, B, dan C berdasarkan unit fisik relatif setiap produk
adalah sebgaai berikut.

Produk A = 25,00% × Rp 960.000.000 = Rp 240.000.000

Produk B = 37,50% × Rp 960.000.000 = Rp 360.000.000

Produk C = 37,50% × Rp 960.000.000 = Rp 360.000.000

Alokasi biaya bersama ke produk = × Biaya bersama

Alokasi biaya bersama ke produk A = × Rp 960.000.000 = Rp 240.000.000.

Metode unit fisik memiliki kelemahan karena mengabaikan kenytaan bahwa tidak semua biaya
secara langsung berhubungan dengan kuantitas atau jumlah unit fisik.

Metode Biaya per Unit Rata-Rata Tertimbang

Dalam metode ini, setiap produk diberikan bobot berdasarkan pada berbagai fakta, seperti
kesulitan dalam memproduksi, jumlah bahan baku langsung yang dipakai, waktu yang
dihabiskan untuk memproduksi, perbedaan dalam tenaga kerja dan ukuran fisik.
Contoh 6.5

PT Berjaya Raya memproduksi tiga produk utama melalui proses secara bersama, yakni produk
A, produk B, dan produk C. Jumlah biaya bersama yang dikeluarkan untuk memproduksi ketiga
produk tersebut adalah Rp 960.000.000.

Berikut ini adalah data produksi dari ketiga produk utama yang dihasilkan PT Berjaya Raya.

Produksi
Produk (Unit) Bobot
A 60.000 3
B 90.000 4
C 90.000 6
Tabel 6.4 Alokasi Biaya Bersama dengan metode Biaya per Unit Rata-Rata Tertimbang

Jumlah Unit Alokasi Biaya Bersama


Produk Produksi Bobot Tertimbang (E = D/Total Unit Tertimbang ×
(A) (Unit) (B) (C) (D × C) Biaya Bersama)
A 60.000 3 180.000 RP 160.000.000
B 90.000 4 360.000 320.000.000
C 90.000 6 540.000 480.000.000
Total     1.080.000 Rp960.000.000

Cara lain

Biaya per unit tertimbang =

Biaya per unit tertimbang = = Rp 888.889 (dibulatkan)

Alokasi biaya bersama ke produk = Biaya per unit tertimbang × Jumlah unit tertimbang
produk

Alokasi ke produk A = Rp 888.889 × 180.000 = Rp 160.000.000

Alokasi ke produk B = Rp 888.889 × 360.000 = Rp 320.000.000


Alokasi ke produk C = Rp 888.889 × 540.000 = Rp 480.000.000

Akuntansi Untuk Produk Sampingan

Gambar 6.4 memperlihatkan perhitungan dan perlakuan biaya bersama ke produk sampingan

(by product) dalam dua kelompok.

Gambar 6.4

Kelompok 1
 Produk sampingan sebagai bagian
yang tidak penting.
 Tidak ada biaya bersama yang
dialokasikan.
 Pendapatan menambah pendapatan
produk utama atau mengirangi biaya
produk bersama.

Kelompok 2
 Biaya bersama dialokasikan ke
produk sampingan.

Kelompok 1

Pada kelompok 1 ada dua metode yang umumnya digunakan

Metode 1

Pendapatan dari penjualan produk sampingan disajikan dalam Laporan Laba Rugi sebagai:

a. Tambahan pendapatan;
b. Pendapatana lain-lain;
c. Pengurang terhadap beban pokok penjualan dari produk utama
d. Pengurang terhadap jumlah biaya produksi dari produk utama.
Ilustrasi untuk keempat bentuk penyajian dari penjualan produk sampingan

Persediaan awal produk utama, 2.000 unit @Rp 5.000.......................................Rp 10.000.000

Jumlah biaya produksi uatama, 12.000 unit @Rp 5.000.....................................Rp 60.000.000

Penjualan produk utama, 11.000 unit @Rp 6.000...............................................Rp 66.000.000

Penjualan produk sampingan..................................................................................Rp 6.000.000

Beban pemasaran dan administrasi.........................................................................Rp 7.200.000

Persediaan akhir produk utama, 3.000 unit @Rp 5.000......................................Rp 15.000.000

Penyajian pendapatan dari penjualan produk sampingan dalam Laporan Laba Rugi dengan menggunakan
metode 1 untuk butir (a) dan (b)

Menambah Penjualan
  (a) Pendapatan Lain-Lain (b)
Pendapatan:
Penjualan Produk Utama Rp 66.000.000 Rp 66.000.000
Penjualan produk sampingan 6.000.000
Jumlah pendapatan Rp 72.000.000 Rp 66.000.000
Beban Pokok penjualan
Persediaan awal Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
Biaya Produksi 60.000.000 60.000.000
Biaya dari barang tersedia untuk
dijual 70.000.000 70.000.000
Persediaan akhir 15.000.000 15.000.000
Beban pokok penjualan 55.000.000 Rp 55.000.000
Laba Bruto 17.000.000 Rp 11.000.000
Beban Pemasaran dan Administrasi 7.200.000 7.200.000
Laba Operasi Rp 9.800.000 Rp 3.800.000

Menambaha Penjualan Pendapatan lain-lain


  (a) (b)
Pendapatan lain-lain  
Penjualan produk
sampingan Rp 6.000.000
Laba sebelum pajak penghasilan Rp 9.800.000 Rp 9.800.000
Penyajian laporan laba rugi untuk butir (c) adalah sebagai berikut.

Pengurangan Beban Pokok Penjualan


  Produk Utama (c)
Pendapatan  
Penjualan produk utama Rp66.000.000
Beban pokok penjualan  
Persediaan awal Rp10.000.000
Biaya produksi 60.000.000
Biaya dari barang tersedia untuk
dijual 70.000.000
Persediaan akhir 15.000.000
Beban pokok penjualan Rp55.000.000
Pendapatan dari penjualan produk
sampingan 6.000.000
Beban pokok penjualan neto Rp49.000.000
Laba bruto Rp17.000.000
Beban pemasaran dan administrasi 7.200.000
Laba sebelum pajak penghasilan Rp9.800.000

Penyajian butir (d) dengan penjualan produk sampingan mengurangi biaya produksi disajikan berikut ini.

Pengurang Biaya Produksi


  (d)
Pendapatan  
Penjualan produk utama Rp66.000.000
Beban pokok penjualan  
Persediaan awal Rp9.000.000
Biaya produksi 60.000.000
Penjualan produk sampingan 6.000.000
Biaya produksi neto Rp54.000.000
Biaya dari barang tersedia untuk dijual 63.000.000
Persediaan akhir 13.500.000
Beban pokok penjualan Rp49.500.000
Laba bruto Rp16.500.000
Beban pemasaran dan administrasi 7.200.000
Laba sebelum pajak penghasilan Rp9.300.000
Persediaan akhir sejumlah Rp 13.500.000 diperoleh dari mengalikan jumlah unit yang masih ada
pada akhir periode dengan biaya per unit yang baru dari produk utama (Rp 4.500 × 3.000 unit).

Metode 2

Penyajian dari penjualan produk sampingan dalam Laporan Laba Rugi sama seperti Metode 1,
tetapi disajikan setelah dikurangi dengan beban pemasaran dan administrasi serta biaya-biaya
pengolahan tambahan yang dikeluarkan oleh produk sampingan.

Seperti halnya Metode 1, metode ini juga tidak mengalokasikan biaya bersama atas
produk sampingan. Biaya pemasaran dan administrasi, dan mungkin juga biaya overhead yang
dialokasikan kepada produk sampingan akan mengurangi pendapatan dari penjualan produk
sampingan. Pendapatan penjualan produk sampingan neto disajikan seperti yang dilakukan pada
Metode 1.

Kelompok 2

Pada kelompok 2 sebagian biaya bersama dialokasikan ke produk sampingan Terdapt dua
metode dalam kelompok 2 ini.

Metode 1: Metode nilai ganti (the replacement cost method)

Metode ini digunakan apabila procduk sampingan merupkan suatu bagian yang penting dari basil
proses produksi. Produk sampingan tersebut dapat digunakan dalam pabrik sebagai bahan baku
langsung atau balhan baku tidak langsung dan tidak untuk djual. Produk sampingan dinilai
dengan nilai ganti (replacenmenl cost) atau harga pasar yang berlaku untuk produk tersebut.
Biaya produksi dari produk utama dikreditkan sebesar nilai produk sampingan tersebut.

Metode 2: Metode nilai pasar (the market value or reversal cost method)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya metode ini mengalokasikan biaya bersama ke produk
sampingan. Dengan menggunakan nilai pasar, biaya produk sampingan dapat ditaksir dengan
cara menghitung mundur dari nilai pasar ke biaya. Pada dasarnya metode ini sama dengan
Metode 1 butir (d), yaitu nilai dari produk sampingan disajikan sebagai pengurang dari jumlah
biaya produksi dalam Laporan Laba Rugi. Metode 1, akan tetapi, menggunakan nilai dari produk
sanmpingan dari penjtalan yang sesungguhnya, sedangkan dalam metode ini menggunakan nilai
penjualan yang merupakan nilai taksiran.

Untuk mengilustrasikan penggunaan metode nilai pasar dalam menentukan harga pokok produk
utama dan produk sampingan, berikut ini adalah data yang diperoleh dari PT Semesta Karya pada
bulan Januari 2018.

Biaya produksi sebelum titik pisah Rp. 62.000.000

Biaya produksi taksiran setelah titik pisah Rp. 500.000


untuk produk sampingan

Biaya produksi yang sesungguhnya setelah Rp. 525.000


titik pisah untuk produk sampingan

Nilai pasar produk sampingan Rp. 2.500.000

Laba bruto produk sampingan 25%

Beban pemasaran dan administrasi produk Rp. 100.000


sampingan (4%dari penjualan produk
sampingan)

Jumlah unit yang diproduksi untuk produk 20.000 unit


utama

Jumlah unit yang diproduksi untuk produk 3.000 unit


sampingan

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk menerapkan metode nilai pasar dalam
menentukan harga pokok produk utama dan produk sampingan.

1. Mencari laba produk sampingan sebelum biaya produksi taksiran setelah titik pisah.

Laba produk sampingan = nilai pasar produk sampingan – laba bruto produksi
Sebelum biaya produksi sampingan
Taksiran produk sapingan = Rp. 2.500.000-Rp. 625.000-Rp. 100.000
Setelah titik pisah = Rp. 1.775.000
*Rp. 2.500.000 X 25%

2. Mengurangkan laba produk sampingan dengan biaya produksi taksiran produk sampingan
setelah tiik pisah.

Langkah kedua ini dilakukan untuk menentukan nilai produksi sampingan yang akan dikreditkan
terhadap biaya bersama yang nantinya akan dialokasikan keprouduk utama.

Laba produk sampingan sebelum biaya produksi setelah titik pisah…………. Rp. 1.775.000

Biaya produksi taksiran setelah titik pisah ………………………………………………… 500.000


Nilai produk sampingan yang dikreditkan ke produk utama……………………… Rp. 1.275.000

Untuk menentukan harga pokok produk sampingan maka kita menambahkan biaya produksi
yang sesungguhnya setelah titik pisah untuk produk sampingan pada nilai produk sampingan
yang dikreditkan ke produk utama. Kemudian kita membagi jumlah harga pokok produk
sampingan dengan jumlah unit produksi sampingan yang dihasilkan untuk memperoleh biaya
produk sampingan per unit.

Perhitungan dari pokok produk utama dan produk sampingan dengan metode ini disajikan dalam tabel
berikut.

Produk Produk
Utama Sampingan
Biaya produksi sebelum titik pisah Rp. 62.000.000

Nilai pasar produk sampingan Rp. 2.500.000

Laba bruto produk sampingan (25% x Rp. Rp. 625.000


2.500.000)

Beban pemasaran dan administrasi produk 100.00


sampingan (4% x Rp. 2.500.000) 0 725.000

Rp. 1.775.000

Dikurangi biaya produk sampingan setelah titik 500.00


pisah 0
Nilai produk sampingan yang dikereditkan 1.275.000
ke produk utama Rp. 1.275.000

Jumlah harga pokok produk utama Rp. 60.725.000

Ditambahkan kembali biaya produksi yang


sesungguhnya setelah titik pisah untuk 525. 000
produk sampingan
Jumlah harga pokok produk sampingan Rp. 1.800.000

Jumlah unit produksi 20.000 3.000


Harga pokok per unit Rp. 3.036,25 Rp.600

contoh soal ilistrasi 6.1


PT. Dian Permata membeli bahan baku yang kemudia diproses untuk menghasilkan tiga produk
utama yaitu A, B, dan C. Pada juni 2018 , perusahaan membeli 10.000 galon bahan baku senilai
Rp. 250.000.000. Biaya konversi yang dikeluarkan untuk memroduksi ketiga produk tersebut
adalah Rp. 70.000.000. berikut ini adalah informasi penjualan dan produksi untuk juni 2018.

Produk Jumlah produksi Harga pada titik Biaya Harga jual akhir
galon pisah pengolahan lebih
lanjut
A 2.000 Rp.55.000 - -
B 3.000 40.000 - -
C 5.000 30.000 Rp. 5.000 Rp. 6.000
Produk A dan B langsung dapat dijual pada titik pisah. Produk C dapat dijual pada titik pisah
atau diproses lebih lanjut baru kemudian dijual.
Diminta :
Alokasikan biaya bersama ke tiga Produk Utama dengan menggunakan metode unit fisik,
metode nilai pasar saat titik pisah, dan metode nilai pasar setelah proses lebih lanjut.

Jawaban:
1. total biaya bersama = biaya bahan baku langsung + biaya konversi
= Rp. 250.000.000 + Rp. 70.000.000
= Rp. 320.000.000
Metode Fisik
Produk Jumlah Produksi Presentase Galon Alokasi biaya bersama
(gallon) yang diproduksi
A 2.000 2.000 / 10.000= 20% Rp. 64.000.000
B 3.000 3.000 / 10.000= 30% 96.000.000
C 5.000 5.000 / 10.000= 50% 160.000.000
Total 10.000 Rp. 320.000.000
Metode nilai pasar saat titik pisah
Produk Jumlah produksi Harga saat titik Total nilai pasar Alokasi biaya
(galon) pisah bersama
A 2.000 Rp. 55.000 Rp. 110.000.000 Rp. 92.630.000
B 3.000 40.000 120.000.000 101.053.000
C 5.000 30.000 150.000.000 126.317.000
Total 10.000 Rp. 380.000.000 Rp. 320.000.000
Metode nilai pasar setelah proses lebih lanjut
Produk Jumlah Harga Nilai pasar Alokasi Biaya Nilai pasar Alokasi
Produksi jual (Rp) biaya pengolahan hipotesis biaya
(gallon) bersama lebih lanjut (Rp) bersama
(Rp) (Rp)
A 2.000 Rp. 110.000.000 92.630.000 110.000.000 69.702.000
55.000
B 3.000 40.000 120.000.000 101.053.000 120.000.000 76.038.000
C 5.000 60.000 300.000.000 126.317.000 25.000.000 275.000.000 174.260.000
Total 10.000 530.000.000 Rp. 505.000.000 320.000.000
320.000.000

Anda mungkin juga menyukai