Penentuan harga pokok atas produk bersama merupakan sebuah permasalahan yang
penting dalam sebuah akuntansi untuk produk bersama.penentuan harga pokok ini bertujuan
untuk menentukan jumlah ataupun nilai persediaan yang akan di sajikan dalam sebuah laporan
posisi keuangan dan untuk penentuan laba ataupun rugi dalam laporan laba rugi.selain
itu,penentuan harga pokok juga dapat di gunakan untuk mengendalikan sebuah biaya dan
pengambilan sebuah keputusan.
Oleh karna biaya bersama yang terjadi sebelum titik pisah tidak memiliki hubungan
langsung dengan produk-produk yang di hasilkan maka bagaimana mengalokasikan biaya
bersama ke produk yang di hasilakn merupakan suatu hal yang paling penting dalam akuntansi
untuk biaya bersama.
Metode ini lebih banyak di gunakan dalam mengalokasikan biaya bersama ke berbagai
jenis produk yang di hasilkan melalui sebuah proses bersama, dasar pemikirannya adalah
terdapat sebuah hubungan yang erat antara biaya dan harga jual. Tinggi dan rendahnya harga jual
bergantung pada sebuah kemampuan dari masing-masing jenis produk dalam menyerap sebuah
biaya bersama. Di dalam hal ini ,di asumsikan bahwa sebuah pendapatan yang di harapkan di
peroleh dari sebuah penjualan sebuah produk dapat menutup biaya-biaya yang akan terjadi serta
dapat memperoleh laba yang wajar.
Metode nilai pasar juga memiliki sebuah kelemahan ,jika nilai pasar dari produk-produk yang
akan di hasilkan dalam sebuah proses produksi bersama berfluktuasi sehingga menyebabkan
perubahan dalam alokasi sebuah biaya bersama meskipun biaya produksi bersamanya tidak
berubah. Metode pasar ini dapat di bagi kembali menjadi dua metode di antaranya yaitu,
1. Metode alokasi saat harga jual atau nilai pasar produk-produk utama telah
diketahui saat titik pisah.
2. Metode alokasi saat harga jual produk-produk utama tidak di ketahui saat titik
pisah.
Di dalam metode ini mengalikasikan biaya bersama kepada berbagai produk utama atas
dasar niilai pasar relative dari masing-masing produk.dengan demikian semua produk akan
mendapatkan laba bruto dengan sebuah persentase yang sama terhadap penjualan.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang di lakukan untuk menyelesaikan alokasi biaya
bersama ke produk-produk utama seperti yang di tampilkan dalam tabel 6.1.
PT Berjaya raya memproduksi tiga produk utama yang melalui proses secara bersama,yaitu
produk A, produk B dan produk C ,jumlah biaya bersama yang di keluarkan untuk memproduksi ketiga
produk tersebut adalah Rp.960.000.000. berikut ini adalah data produksi dan nilai pasar dari ketiga
produk tersebut pada titik pisah.
produk Produksi (unit) Nilai pasar/harga jual per
unit saat titik pisah
A 60.000 Rp.30.000
B 90.000 36.000
C 90.000 24.000
Tabel 6.1 berikut ini memperlihatkan cara mengalokasikan biaya bersama ke produk A,B dan C
berdasarkan proporsi pasarnya.
Tabel 6.1 Alokasi biaya bersama dengan metode nilai pasar bilamana harga jual di ketahui saat titik
pisah.
Produk Produksi Nilai Total nilai pasar Nilai pasar Alokasi Biaya
pasar/harga Relatif (%) bersama
(A) (unit) (D=BxC)
jual per unit
(E) (F = Biaya
(B)
(C) bersama x E)
Langkah pertama yang harus di lakukan adalah mencari nilai pasar (Penjualan) dari setiap
produk utama.berikut ini adalah formula untuk memperoleh nilai pasar dari setiap produk.
Nilai pasar (penjualan) = harga jual per unit x jumlah produksi (unit)
Berikut ini adalah perhitungan nilai pasar relative untuk produk A,B,C
Jumlah keseluruhan nilai pasar relative dari seluruh produk harus sebesar 100,00%.
Langkah ke tiga adalah menentukan alokasi biaya bersama ke produk A,B dan C yang di
peroleh dengan menglikan nilai pasar relative setiap produk dengan biaya bersamanya.
Berikut ini adalah alokasi biaya bersama ke produk A,B dan C dengan menggunakan metode
nilai pasar. (lihat kolom F pada table 6.1 pada contoh 6.1)
Alokasi biaya bersama untuk masing-masing produk juga dapat di peroleh dengan menggunkan
formula berikut ini.
Berikut ini adalah alokasi biaya bersama untuk produk A,B dan C dengan menggunkan formula
tersebut.
Jika pada saat titik pisah, semua produk bersama tidak diketahui nilai pasarnya atau harga
jualnya karena masih harus diolah lebih lanjut agar menjadi barang jadi sesuai yang diinginkan
oleh perusahaan maka biaya bersama dialokasikan dengan menggunakan nilai pasar hipotesis
pada titik pisah. Nilai pasar hipotesis pada titik pisah diperoleh dengan mengurangkan nilai pasar
untuk setiap produk barang jadi dengan tambahan biaya pengolahan lebih lanjut yang
dikeluarkan setelah titik pisah.
Nilai Pasar Hipotesis = Nilai Pasar Barang Jadi – Tambahan Biaya Pengolahan Lebih Lanjut
Contoh
Dengan menggunakan data dari contoh 6.1 dengan menambahkan biaya pengolahan lebih lanjut
setelah titik pisah maka diperoleh data berikut ini.
Produk Produksi (Unit) Harga Jual per Unit Barang Biaya Pengolahan Lebih
Jadi Lanjut
Produk Produksi Nilai Total Nilai Biaya Nilai Pasar Nilai Alokasi Biaya
(Unit) Pasar Pasar Pengolahan Hipotesis Pasar Bersama
Barang Lanjutan Hipotesis
Jadi per setelah Titik Relatif %
Unit Pisah
Langkah mengerjakan
Produk-produk utama yang dihasilkan dalam sebuah proses produksi bersama memiliki proses
dan biaya produksi yang sama sampai dengan titik pisah. Setelah titik pisah dan produk-produk
utama telah dapat diidentifikasi menjadi produk-produk tersendiri maka perusahaan harus
mengambil keputusan apakah :
Keputusan proses lebih lanjut atau langsung jual saat titik pisah
1. Proses lebih lanjut
Harga jual setelah proses lebih lanjut – Harga jual setelah titik pisah > Harga jual setelah titik
pisah
Alokasi biaya bersama ke setiap produk tidak diperhitungkan dalam menentukan apakah produk
langsung dijual pada saat titik pisah atau diproses lebih lanjut karena nilai alokasi biaya bersama
untuk kedua alternatif pilihan tersebut nilainya tidak berbeda.
Contoh
Berikut ini adalah ilustrasi keputusan menjual produk-produk utama pada saat titik pisah atau
diolah atau diproses lebih lanjut setelah titik pisah pada PT Berjaya Raya
Produk Produksi (Unit) Harga Jual per Unit Barang Biaya Pengolahan Lebih
Jadi Lanjut
Produk-produk yang dihasilkan PT Berjaya Raya biasanya akan diolah lebih lanjut secara
terpisah lebih dahulu sebelum dijual. Terdapat penawaran dari salah satu pelanggan perusahaan
untuk membeli ketiga produk tersebut setelah titik pisah tanpa perlu diolah lebih lanjut. Berikut
ini adalah harga-harga yang ditawarkan untuk ketiga produk tersebut.
A Rp 56.000
B Rp 42.000
C Rp 40.000
Diminta :
Apakah manajemen PT Berjaya menerima penawaran tersebut atau tetap memproses lebih lanjut
ketiga produk tersebut setelah titik pisah?
Jawaban :
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung selisih harga jual produk setelah
diproses lebih lanjut dengan harga jual produk pada saat titik pisah seperti diperlihatkan pada
tabel berikut ini.
Harga
Penawaran/Harga
Produk Harga Jual Setelah Proses Lebih Selisih
Jual Saat Titik Pisah
Lanjut
(C)
(B)
(A) (D = B – C)
Langkah kedua adalah membandingkan selisih harga jual tersebut dengan biaya pengolahan atau
proses lebih lanjut per unit dari setiap produk.
Jika selisih harga jual lebih besar dari biaya pengolahan lebih lanjut per unit perusahaan
akan menolak penawaran
Jika selisih harga jual lebih kecil dari biaya proses lebih lanjut maka produk sebaiknya dijual pada
saat titik pisah
Selisih Harga
Jual Proses
Biaya Proses
Lebih Lanjut dan
Lebih
Produk Harga Jual Saat Lanjut/unit* Selisih Keputusan
Titik Pisah
(B)
(C)
(A) (D = B – C) (E)
Ketiga produk tersebut lebih menguntungkan jika diproses lebih lanjut secara terpisah setelah
titik pisah sebelum dijual daripada langsung menjualnya saat titik pisah.
Metode unit fisik atau metode biaya per unit rata-rata mengalokasikan biaya bersama ke produk-
produk utama dengan menggunakan ukuran unit atau fisik sebagai basis alokasi. Ukuran fisik
dapat dinyatakan dalam satuan berat, volume, dan ukuran lainnya. Metode ini menghendaki
bahwa produk bersama apabila memiliki unit pengukur yang berlaina, maka dapat digunakan
suatu angka penyebut yang umum (common denominator) untuk mengkonversi produk bersama
tersebut dalam bentuk satuan pengukur yang sama.
Contoh 6.4
PT Berjaya Raya memproduksi tiga produk utama yang melalui proses secara bersama, yakni
Produk A, Produk B, dan Produk C. Jumlah biaya bersama yang dikeluarkan untuk memproduksi
ketiga produk tersebut adalah Rp 960.000.000
Berikut ini adalah data produksi dari ketiga produk yang utama dihasil PT Berjaya Raya.
Produk Produksi
(Unit)
A 60.000
B 90.000
C 90.000
Tabel 6.3 Alokasi Biaya Bersama dengan metode unit fisik
Alokasi Biaya
Unit Fisik Relatif
Produk (A) Produksi Unit (B) Bersama (D = Biaya
(C)
Bersama x C)
A 60.000 25,00% Rp240.000.000
B 90.000 37,50% 360.000.000
C 90.000 37,50% 360.000.000
Alokasi biaya bersama ke produk A, B, dan C berdasarkan unit fisik relatif setiap produk
adalah sebgaai berikut.
Metode unit fisik memiliki kelemahan karena mengabaikan kenytaan bahwa tidak semua biaya
secara langsung berhubungan dengan kuantitas atau jumlah unit fisik.
Dalam metode ini, setiap produk diberikan bobot berdasarkan pada berbagai fakta, seperti
kesulitan dalam memproduksi, jumlah bahan baku langsung yang dipakai, waktu yang
dihabiskan untuk memproduksi, perbedaan dalam tenaga kerja dan ukuran fisik.
Contoh 6.5
PT Berjaya Raya memproduksi tiga produk utama melalui proses secara bersama, yakni produk
A, produk B, dan produk C. Jumlah biaya bersama yang dikeluarkan untuk memproduksi ketiga
produk tersebut adalah Rp 960.000.000.
Berikut ini adalah data produksi dari ketiga produk utama yang dihasilkan PT Berjaya Raya.
Produksi
Produk (Unit) Bobot
A 60.000 3
B 90.000 4
C 90.000 6
Tabel 6.4 Alokasi Biaya Bersama dengan metode Biaya per Unit Rata-Rata Tertimbang
Cara lain
Alokasi biaya bersama ke produk = Biaya per unit tertimbang × Jumlah unit tertimbang
produk
Gambar 6.4 memperlihatkan perhitungan dan perlakuan biaya bersama ke produk sampingan
Gambar 6.4
Kelompok 1
Produk sampingan sebagai bagian
yang tidak penting.
Tidak ada biaya bersama yang
dialokasikan.
Pendapatan menambah pendapatan
produk utama atau mengirangi biaya
produk bersama.
Kelompok 2
Biaya bersama dialokasikan ke
produk sampingan.
Kelompok 1
Metode 1
Pendapatan dari penjualan produk sampingan disajikan dalam Laporan Laba Rugi sebagai:
a. Tambahan pendapatan;
b. Pendapatana lain-lain;
c. Pengurang terhadap beban pokok penjualan dari produk utama
d. Pengurang terhadap jumlah biaya produksi dari produk utama.
Ilustrasi untuk keempat bentuk penyajian dari penjualan produk sampingan
Penyajian pendapatan dari penjualan produk sampingan dalam Laporan Laba Rugi dengan menggunakan
metode 1 untuk butir (a) dan (b)
Menambah Penjualan
(a) Pendapatan Lain-Lain (b)
Pendapatan:
Penjualan Produk Utama Rp 66.000.000 Rp 66.000.000
Penjualan produk sampingan 6.000.000
Jumlah pendapatan Rp 72.000.000 Rp 66.000.000
Beban Pokok penjualan
Persediaan awal Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
Biaya Produksi 60.000.000 60.000.000
Biaya dari barang tersedia untuk
dijual 70.000.000 70.000.000
Persediaan akhir 15.000.000 15.000.000
Beban pokok penjualan 55.000.000 Rp 55.000.000
Laba Bruto 17.000.000 Rp 11.000.000
Beban Pemasaran dan Administrasi 7.200.000 7.200.000
Laba Operasi Rp 9.800.000 Rp 3.800.000
Penyajian butir (d) dengan penjualan produk sampingan mengurangi biaya produksi disajikan berikut ini.
Metode 2
Penyajian dari penjualan produk sampingan dalam Laporan Laba Rugi sama seperti Metode 1,
tetapi disajikan setelah dikurangi dengan beban pemasaran dan administrasi serta biaya-biaya
pengolahan tambahan yang dikeluarkan oleh produk sampingan.
Seperti halnya Metode 1, metode ini juga tidak mengalokasikan biaya bersama atas
produk sampingan. Biaya pemasaran dan administrasi, dan mungkin juga biaya overhead yang
dialokasikan kepada produk sampingan akan mengurangi pendapatan dari penjualan produk
sampingan. Pendapatan penjualan produk sampingan neto disajikan seperti yang dilakukan pada
Metode 1.
Kelompok 2
Pada kelompok 2 sebagian biaya bersama dialokasikan ke produk sampingan Terdapt dua
metode dalam kelompok 2 ini.
Metode ini digunakan apabila procduk sampingan merupkan suatu bagian yang penting dari basil
proses produksi. Produk sampingan tersebut dapat digunakan dalam pabrik sebagai bahan baku
langsung atau balhan baku tidak langsung dan tidak untuk djual. Produk sampingan dinilai
dengan nilai ganti (replacenmenl cost) atau harga pasar yang berlaku untuk produk tersebut.
Biaya produksi dari produk utama dikreditkan sebesar nilai produk sampingan tersebut.
Metode 2: Metode nilai pasar (the market value or reversal cost method)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya metode ini mengalokasikan biaya bersama ke produk
sampingan. Dengan menggunakan nilai pasar, biaya produk sampingan dapat ditaksir dengan
cara menghitung mundur dari nilai pasar ke biaya. Pada dasarnya metode ini sama dengan
Metode 1 butir (d), yaitu nilai dari produk sampingan disajikan sebagai pengurang dari jumlah
biaya produksi dalam Laporan Laba Rugi. Metode 1, akan tetapi, menggunakan nilai dari produk
sanmpingan dari penjtalan yang sesungguhnya, sedangkan dalam metode ini menggunakan nilai
penjualan yang merupakan nilai taksiran.
Untuk mengilustrasikan penggunaan metode nilai pasar dalam menentukan harga pokok produk
utama dan produk sampingan, berikut ini adalah data yang diperoleh dari PT Semesta Karya pada
bulan Januari 2018.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk menerapkan metode nilai pasar dalam
menentukan harga pokok produk utama dan produk sampingan.
1. Mencari laba produk sampingan sebelum biaya produksi taksiran setelah titik pisah.
Laba produk sampingan = nilai pasar produk sampingan – laba bruto produksi
Sebelum biaya produksi sampingan
Taksiran produk sapingan = Rp. 2.500.000-Rp. 625.000-Rp. 100.000
Setelah titik pisah = Rp. 1.775.000
*Rp. 2.500.000 X 25%
2. Mengurangkan laba produk sampingan dengan biaya produksi taksiran produk sampingan
setelah tiik pisah.
Langkah kedua ini dilakukan untuk menentukan nilai produksi sampingan yang akan dikreditkan
terhadap biaya bersama yang nantinya akan dialokasikan keprouduk utama.
Laba produk sampingan sebelum biaya produksi setelah titik pisah…………. Rp. 1.775.000
Untuk menentukan harga pokok produk sampingan maka kita menambahkan biaya produksi
yang sesungguhnya setelah titik pisah untuk produk sampingan pada nilai produk sampingan
yang dikreditkan ke produk utama. Kemudian kita membagi jumlah harga pokok produk
sampingan dengan jumlah unit produksi sampingan yang dihasilkan untuk memperoleh biaya
produk sampingan per unit.
Perhitungan dari pokok produk utama dan produk sampingan dengan metode ini disajikan dalam tabel
berikut.
Produk Produk
Utama Sampingan
Biaya produksi sebelum titik pisah Rp. 62.000.000
Rp. 1.775.000
Produk Jumlah produksi Harga pada titik Biaya Harga jual akhir
galon pisah pengolahan lebih
lanjut
A 2.000 Rp.55.000 - -
B 3.000 40.000 - -
C 5.000 30.000 Rp. 5.000 Rp. 6.000
Produk A dan B langsung dapat dijual pada titik pisah. Produk C dapat dijual pada titik pisah
atau diproses lebih lanjut baru kemudian dijual.
Diminta :
Alokasikan biaya bersama ke tiga Produk Utama dengan menggunakan metode unit fisik,
metode nilai pasar saat titik pisah, dan metode nilai pasar setelah proses lebih lanjut.
Jawaban:
1. total biaya bersama = biaya bahan baku langsung + biaya konversi
= Rp. 250.000.000 + Rp. 70.000.000
= Rp. 320.000.000
Metode Fisik
Produk Jumlah Produksi Presentase Galon Alokasi biaya bersama
(gallon) yang diproduksi
A 2.000 2.000 / 10.000= 20% Rp. 64.000.000
B 3.000 3.000 / 10.000= 30% 96.000.000
C 5.000 5.000 / 10.000= 50% 160.000.000
Total 10.000 Rp. 320.000.000
Metode nilai pasar saat titik pisah
Produk Jumlah produksi Harga saat titik Total nilai pasar Alokasi biaya
(galon) pisah bersama
A 2.000 Rp. 55.000 Rp. 110.000.000 Rp. 92.630.000
B 3.000 40.000 120.000.000 101.053.000
C 5.000 30.000 150.000.000 126.317.000
Total 10.000 Rp. 380.000.000 Rp. 320.000.000
Metode nilai pasar setelah proses lebih lanjut
Produk Jumlah Harga Nilai pasar Alokasi Biaya Nilai pasar Alokasi
Produksi jual (Rp) biaya pengolahan hipotesis biaya
(gallon) bersama lebih lanjut (Rp) bersama
(Rp) (Rp)
A 2.000 Rp. 110.000.000 92.630.000 110.000.000 69.702.000
55.000
B 3.000 40.000 120.000.000 101.053.000 120.000.000 76.038.000
C 5.000 60.000 300.000.000 126.317.000 25.000.000 275.000.000 174.260.000
Total 10.000 530.000.000 Rp. 505.000.000 320.000.000
320.000.000