Anda di halaman 1dari 6

PROTEKSI RADIASI PADA KEDOKTERAN NUKLIR

A. Radiasi apa yang dimanfaatkan


Radiasi yang dimanfaatkan dalam kedokteran nuklir adalah radiasi
pengion, yaitu gelombang elektromagnetik dan partikel yang dapat
merusak jaringan hidup. Radiasi pengion digunakan dalam berbagai
aplikasi kedokteran nuklir, seperti diagnostik, terapi, dan penelitian
medik klinik.

a. Alat/bahan Proteksi Radiasi Pada Kedokteran Nuklir


Dalam kedokteran nuklir, proteksi radiasi dilakukan dengan mengurangi
paparan radiasi melalui penggunaan peralatan pelindung, pengaturan jarak,
waktu, dan pelindung radiasi, serta pengukuran dosis radiasi. Selain itu, perlu
dilakukan pengawasan dan pengendalian terhadap sumber radiasi, serta
pelatihan dan sertifikasi bagi pekerja radiasi. Pilihan teknik pengolahan film
radiografi, baik manual maupun otomatis, juga dapat mempengaruhi proteksi
radiasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya optimisasi proteksi radiasi
bagi pekerja radiasi di fasilitas kedokteran nuklir.
Berikut Alat Proteksi Radiasi Pada Kedokteran Nuklir :
1. Apron pelindung:

Apron pelindung terbuat dari bahan yang dapat menyerap radiasi, seperti
timah atau timah bertekanan. Apron ini digunakan oleh tenaga medis untuk
melindungi tubuh bagian depan dari paparan radiasi saat melakukan
prosedur nuklir.
2. Sarung tangan pelindung:

Sarung tangan pelindung terbuat dari bahan yang dapat menyerap radiasi,
seperti timah atau karet bertekanan. Sarung tangan ini digunakan oleh
tenaga medis untuk melindungi tangan dari paparan radiasi saat melakukan
prosedur nuklir.

3. Kacamata pelindung:

Kacamata pelindung khusus digunakan untuk melindungi mata dari paparan


radiasi. Kacamata ini biasanya memiliki lensa yang dapat menyerap radiasi.

4. Pelindung Tiroid

Pelindung tiroid terbuat dari bahan yang dapat menyerap radiasi, seperti
timah atau timah bertekanan. Pelindung ini digunakan untuk melindungi
kelenjar tiroid dari paparan radiasi saat melakukan prosedur nuklir.
5. Pelindung gonad:

Pelindung gonad terbuat dari bahan yang dapat menyerap radiasi, seperti
timah atau timah bertekanan. Pelindung ini digunakan untuk melindungi
organ reproduksi dari paparan radiasi saat melakukan prosedur nuklir.

Pengaturan Ruangan Selain itu, ruangan khusus yang disebut ruang


pengendali radiasi juga digunakan dalam kedokteran nuklir. Ruang ini
dilengkapi dengan dinding yang tebal dan peralatan khusus untuk
melindungi tenaga medis dan pasien dari paparan radiasi yang
berlebihan.

B. Pengaturan Ruangan Proteksi Radiasi Kedokteran Nuklir


Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 mengatur tentang pemanfaatan
tenaga nuklir dan proteksi radiasi. Dokumen ini menjelaskan tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat
paparan radiasi.
Pengaturan ruangan proteksi radiasi dalam kedokteran nuklir sangat
penting untuk melindungi personel dan masyarakat dari paparan radiasi
berlebih.

Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam


pengaturan ruangan proteksi radiasi kedokteran nuklir:

1. Desain Bangunan: Bangunan yang digunakan untuk kedokteran nuklir


harus dirancang khusus dengan menggunakan bahan yang dapat
menyerap radiasi, seperti beton berat atau baja tahan radiasi. Dinding,
lantai, dan langit-langit harus cukup tebal untuk mengurangi paparan
radiasi.

2. Pemisahan Ruangan: Ruangan yang digunakan untuk prosedur nuklir


harus dipisahkan dari ruangan lain untuk mencegah penyebaran radiasi.
Pintu dan jendela harus dilengkapi dengan perisai radiasi yang sesuai.
3. Perisai Radiasi: Ruangan proteksi radiasi harus dilengkapi dengan
perisai radiasi yang efektif. Perisai ini dapat berupa dinding, langit-langit,
dan lantai yang terbuat dari bahan tahan radiasi. Selain itu, perisai
tambahan seperti pelindung timbal atau beton berat dapat digunakan di
sekitar peralatan nuklir.

4. Pengendalian Ventilasi: Sistem ventilasi yang tepat harus dipasang


untuk mengontrol peredaran udara di dalam ruangan proteksi radiasi.
Ventilasi harus dirancang untuk menghindari penyebaran partikel
radioaktif dan memastikan udara bersih di dalam ruangan.

5. Peralatan Pelindung Pribadi: Personel yang bekerja di ruangan proteksi


radiasi harus dilengkapi dengan peralatan pelindung pribadi, seperti
mantel pelindung, sarung tangan, kacamata pelindung, dan dosimeter
radiasi untuk memantau paparan radiasi mereka.

6. Pengaturan Peralatan: Peralatan nuklir harus ditempatkan dengan hati-


hati di dalam ruangan proteksi radiasi untuk meminimalkan paparan
radiasi. Peralatan harus diisolasi dengan perisai radiasi dan ditempatkan
sedemikian rupa sehingga personel dapat menjalankan prosedur dengan
aman.

7. Pengawasan dan Pelatihan: Personel yang bekerja di ruangan proteksi


radiasi harus mendapatkan pelatihan yang memadai tentang penggunaan
peralatan, prosedur keselamatan, dan tindakan darurat. Pengawasan rutin
dan pemeliharaan peralatan juga penting untuk memastikan keamanan
dan kinerja yang optimal.

Penting untuk mencatat bahwa pengaturan ruangan proteksi radiasi dalam


kedokteran nuklir harus mematuhi peraturan dan pedoman yang
ditetapkan oleh otoritas regulasi nuklir setempat.

C. Upaya Proteksi Radiasi Kedokteran Nuklir


Proteksi radiasi dalam kedokteran nuklir sangat penting untuk melindungi
pasien, tenaga medis, dan masyarakat umum dari paparan radiasi yang
berlebihan. Berikut adalah beberapa upaya proteksi radiasi yang umum
dilakukan dalam praktik kedokteran nuklir:
1. Pelindung Radiasi:
a. Pelindung Tubuh: Tenaga medis dan pasien harus mengenakan
peralatan pelindung tubuh seperti mantel pelindung radiasi, apron
timbal, dan sarung tangan radiasi untuk mengurangi paparan langsung.
b. Pelindung Organ Spesifik: Pelindung organ spesifik seperti pelindung
tiroid dan pelindung mata harus digunakan sesuai dengan kebutuhan
untuk melindungi organ-organ yang lebih rentan terhadap radiasi.

2. Pemantauan Radiasi:
a. Dosimetri Personal: Tenaga medis yang terlibat dalam tindakan
radiasi harus mengenakan dosimeter personal untuk mengukur tingkat
paparan radiasi individu mereka.
b. Pemantauan Ruangan: Penggunaan monitor radiasi di sekitar area
kerja dan ruang pemeriksaan dapat membantu mengukur tingkat
radiasi di lingkungan tersebut.

3. Optimisasi Dosis Radiasi:


a. Teknik Pemotretan yang Efisien: Dokter dan teknisi radiologi harus
menggunakan teknik pemotretan yang efisien untuk mengoptimalkan
kualitas gambar dan mengurangi dosis radiasi yang diterima oleh
pasien.
b. Pemilihan Metode Pemeriksaan yang Tepat: Memilih metode
pemeriksaan yang sesuai dan efektif dapat membantu mengurangi
dosis radiasi yang diterima oleh pasien.

4. Pelatihan dan Pendidikan:


a. Pelatihan Tenaga Medis: Tenaga medis yang bekerja dengan peralatan
nuklir harus menerima pelatihan yang memadai tentang keamanan
radiasi dan praktik-praktik proteksi radiasi.
b. Informasi kepada Pasien: Pasien harus diberikan informasi yang
memadai tentang manfaat dan risiko dari prosedur nuklir yang akan
mereka jalani, serta langkah-langkah yang diambil untuk melindungi
mereka dari paparan radiasi yang tidak perlu.

5. Manajemen Limbah Radioaktif:


a. Pemrosesan dan Pembuangan Limbah: Limbah radioaktif harus
dikelola dengan benar sesuai dengan pedoman dan peraturan yang
berlaku untuk menghindari kontaminasi lingkungan.
b. Pemantauan Lingkungan:
Pemantauan Lingkungan Sekitar: Pemantauan terus-menerus terhadap
tingkat radiasi di lingkungan sekitar fasilitas kedokteran nuklir penting
untuk memastikan keamanan masyarakat umum.

6. Peraturan dan Kepatuhan:


a. Kepatuhan Hukum: Fasilitas kesehatan harus mematuhi semua
peraturan dan kebijakan terkait proteksi radiasi yang ditetapkan
oleh otoritas kesehatan dan nuklir setempat.

Anda mungkin juga menyukai