Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sinar-X seperti pisau yang bermata dua, selain untuk

memberikan manfaat pada kesejahteraan manusia, pemanfaatan ini

juga mengandung risiko. Oleh karena itu, untuk meningkatkan manfaat

dan mengurangi efek negatif perlu dilakukan upaya keselamatan

terhadap radiasi. Setiap individu yang bekerja menggunakan radiasi

pengion harus selalu memperhatikan prosedur standar proteksi dan

keselamatan radiasi serta sadar bahwa aktivitas yang sedang

dilakukannya dapat menimbulkan efek yang merugikan baik bagi

dirinya maupun lingkungannya.

Proteksi radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan

teknik yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun

lingkungan dan berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada

seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya

terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat paparan

radiasi. (Mukhlis Akhadi, 2000).

Dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Umum Syekh Yusuf Gowa ditemukan bahwa

tidak tersedianya alat pelindung diri (APD) seperti kaca mata Pb,

sarung tangun Pb, pelindung gonad dan pelindung tiroid. Seperti yang

kita ketahui, alat pelinndung diri (APD) maupun alat pengukur dosis
2

perorangan seperti TLD, sangat penting digunakan saat melakukan

tindakan agar mengetahui dosis radiasi yang kita terima selama

berada dalam medan radiasi. Alat pelindung diri seperti apron, tabir

pelindung, pelindung gonad, pelindung tiroid, kaca mata Pb, serta

sarung tangan sangat penting berada di instalasi radiologi untuk

melindungi diri kita dari paparan radiasi saat melakukan tindakan.

Jumlah alat pelindung diri (APD) yang tersedia di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa hanya terdapat 2

buah apron dan tabir pelindung 3 buah dan terdapat alat dosis

perorangan seperti TLD sebanyak 6 buah, tetapi tidak dipergunakan

bagaimana semestinya. Alat proteksi radiasi sangat penting

digunakan agar meminimalkan dosis radiasi yang diterima, apabila

APD tidak dipergunakan dengan ketentuan yang berlaku maka

instalasi radiologi dinyatakan tidak aman dari bahaya radiasi serta

dapat memberikan dampak/efek negatife bagi tubuh seperti efek

kemerahan pada kulit.

Selain itu, radiografer juga dalam menjalankan tugasnya kurang

menerapkan penggunaan APD maupun alat dosis perorangan seperti

TLD dan hanya mengandalkan tabir pelindung yang diletakkan di luar

ruangan depan meja kontrol dan apron. Di ruang pemeriksaan juga

terdapat pesawat Flouroskopi yang tidak dipakai sehingga ruangan

menjadi sempit. Jumlah kunjungan pasien di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa perharinya yaitu 20-30
3

pasien, jika jumlah pasien perharinya 20-30 maka sangat diperlukan

kesadaran dalm penggunaan proteksi radiasi.

Dari data diatas, peneliti tertarik untuk meneliti keadaan yang

terjadi di lapangan dengan mengangkat judul penelitian Karya Tulis

Ilmiah tentang “ Analisis Penggunaan Fasilitas Proteksi Radiasi

Terhadap Radiografer di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum

Daerah Syekh Yusuf Gowa”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Penggunaan Fasilitas Proteksi Radiasi Terhadap

Radiografer Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh

Yusuf Gowa?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian karya tulis ilmiah ini adalah untuk

Mengetahui Penggunaan Fasilitas Proteksi Radiasi Terhadap

Radiografer Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Syekh Yusuf Gowa.

D. Manfaat

Adapun manfaat dari karya tulis ilmiah ini antara lain adalah :

1. Bagi Institusi

Sebagai acuan pembelajaran dan referensi tentang penggunaan

fasilitas proteksi radiasi terhadap Radiografer di Rumah Sakit

Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa.


4

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan tentang pentingnya penggunaan fasilitas

proteksi radiasi terhadap Radiografer.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Proteksi Radiasi

a. Pengertian Proteksi Radiasi

Proteksi Radiasi merupakan suatu cabang ilmu

pengetahuan teknik yang mempelajari masalah kesehatan

manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pemberian

perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang

ataupun kepada keturunannya terhadap kemungkinan yang

merugikan kesehatan akibat paparan radiasi. (Mukhlis Akhadi,

2000).

Proteksi Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan

radiasi (Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2007 tentang

Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber

Radioaktif).

Tujuan dari proteksi radiasi ialah :

1) Pada pasien : Dosis radiasi harus sekecil mungkin sesuai

keharusan klinis.

2) Pada Personil : Dosis radiasi yang diterima harus ditekan

serendah mungkin dan dalam keadaan

begaimanapun juga tidak boleh melebihi


6

maksimum yang diperkenankan. ( Sjahriar

Rasad, 2005. Hal : 25 ).

b. Persyaratan Proteksi Radiasi

Untuk mencapai tujuan proteksi radiasi, yaitu terciptanya

keselamatan dan kesehatan bagi pekerja, masyarakat dan

lingkungan, maka ICRP (International Commission on

Radiological Protection) mengeluarkan 3 persyaratan proteksi

radiasi, yaitu :

1) Jastifikasi atau Pembenaran

Jastifikasi menghendaki agar setiap kegiatan yang

dapat mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh

dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang cukup

mendalam dan diketahui bahwa manfaat dari kegiatan

tersebut cukup besar dibandingkan dengan kerugian yang

dapat ditimbulkan.

2) Optimisasi

Optimisasi menghendaki agar paparan radiasi yang

berasal dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin

dengan mempertimbangkan faktor ekonomi sosial atau

ALARA (As Low As Resonably Achieveble).


7

3) Pembatasan Dosis Perorangan (Limitasi Dosis)

Pembatasan Dosis menghendaki agar dosis radiasi

yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu

kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas dosis (NBD) yang

telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang. (Mukhlis

Akhadi, 2000, Hal :154)

c. Nilai Batas Dosis

Nilai Batas Dosis adalah Dosis terbesar yang diizinkan

oleh BAPETEN yang dapat diterima oleh pekerja Radiasi dan

anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa

menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat

pemanfaatan tenaga nuklir. (BAPETEN).

Nilai Batas Dosis (NBD) yang ditetapkan dalam Surat

Keputusan Kepala BAPETEN No. 8 Tahun 2011 tentang

Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X

Radiologi Diagnostik Dan Intervensional ialah.

1) Nilai Batas Dosis Personil, yaitu :

a) Dosis efektif sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per

tahun rata-rata selama 5 (lima) tahun berturut-turut.

b) Dosis efektif sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert)

dalam 1 (satu) tahun tertentu

c) Dosis ekuivalen untuk lensa mata sebesar 150 mSv

(seratus limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun; dan


8

d) Dosis ekuivalen untuk tangan dan kaki, atau kulit

sebesar 500 mSv (limaratus milisievert) dalam 1 (satu)

tahun.

2) Nilai Batas Dosis untuk Masyarakat, yaitu :

a) Dosis efektif sebesar 1 mSv (satu milisievert) dalam

1(satu) tahun.

b) Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv

(limabelas milisievert) dalam 1 (satu) tahun, dan

c) Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv (limapuluh

milisievert) dalam 1 (satu) tahun.

2. Standar Proteksi Radiasi

Pengusaha instalasi harus menerapkan sistem proteksi

radiasi, Menurut BAPETEN No.08 Tahun 2011 Pasal 35 Standar

proteksi radiasi yaitu :

a. Perlengkapan Proteksi harus disediakan oleh Pemegang Izin

untuk setiap Pekerja Radiasi.

b. Perlengkapan Proteksi Radiasi harus sesuai dengan

ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain

yang tertelusur yang diterbitkan oleh lembaga akreditasi atau

sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrikan.

c. Perlengkapan Proteksi Radiasi meliputi:

1) peralatan pemantau Dosis perorangan, dan

2) peralatan protektif Radiasi.


9

d. Perlengkapan Proteksi harus digunakan oleh setiap Pekerja

Radiasi.

e. Peralatan pemantau Dosis meliputi film badge atau TLD badge,

dan/atau dosimeter perorangan pembacaan langsung.

f. Peralatan protektif Radiasi meliputi:

1) Apron

2) Tabir yang dilapisi Pb dan dilengkapi kaca Pb

3) Kacamata Pb

4) Sarung tangan Pb

5) Pelindung tiroid Pb

6) Pelindung ovarium

7) Pelindung gonad Pb.

3. Tinjauan Umum Alat Proteksi Radiasi

Menurut BAPETEN No.08 Tahun 2011, Peralatan proteksi

radiasi harus disediakan oleh pemegang izin untuk setiap pekerja

radiasi, serta harus sesuai dengan ketentuan Standar Nasional

Indonesia (SNI) atau standar lain yang diterbitkan oleh lembaga

akreditasi atau sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrikan.

Perlengkapan proteksi Radiasi meliputi :

a. Peralatan Pemantauan Dosis Perorangan

Peralatan dosis perorangan mengukur dosis radiasi secara

akumulasi, artinya dosis radiasi dijumlahkan dengan dosis yang


10

telah mengenai sebelumnya. Terdapat 3 macam peralatan dosis

perorangan yang sering digunakan yaitu :

1) Dosimeter Saku (Pen Dosimeter)

Pen dosimeter adalah alat ukur radiasi yang diterima oleh

pekerja radiasi, keunggulan alat ini dapat langsung dibaca.

Gambar 2.1 Pen Dosimeter


(Sumber : http://jessicagarcipuspita.blogspot.co.id)

2) Film Badge

Film badge adalah alat ukur yang berbentuk khusus untuk

mengukur radiasi. Keuntungan film badge ini yaitu dapat

membedakan jenis radiasi yang mengenainya. Film bagde

terdiri atas dua yaitu Detektor film dan Holder film.


11

Gambar 2.2 Film Badge


(Sumber : Silvia sari, 2012)

3) TLD ( Termoluminisensi Dosimeter )

TLD digunakan untuk merekam dosis akumulasi yang

mengenainya, hanya saja detektor yang digunakan yaitu

kristal anorganik.

Gambar 2.3 TLD


(Sumber : http://jessicagarcipuspita.blogspot.co.id)
12

b. Peralatan Proteksi Radiasi

1) Apron

Apron yang setara dengan 0,2 mm (nol koma dua

milimeter) Pb, atau 0,25 mm (nol koma duapuluh lima

milimeter) Pb untuk Penggunaan pesawat sinar-X Radiologi

Diagnostik, dan 0,35 mm (nol koma tiga puluh lima milimeter)

Pb, atau 0,5 mm (nol koma lima milimeter) Pb untuk pesawat

sinar-X Radiologi Intervensional. Tebal kesetaran timah hitam

harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron

tersebut.

Gambar 2.4 Apron


Sumber : (Silvia sari, 2012)
13

2) Pelindung Gonad

Pelindung gonad yang setara dengan 0,2 mm (nol

koma dua milimeter) Pb, atau 0,25 mm (nol koma duapuluh

lima milimeter) Pb untuk Penggunaan pesawat sinar-X

Radiologi Diagnostik, dan 0,35 mm (nol koma tiga puluh lima

milimeter) Pb, atau 0,5 mm (nol koma lima milimeter) Pb

untuk pesawat sinar-X Radiologi Intervensional. Proteksi ini

harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk

mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas

utama.

Gambar 2.5 Pelindung Gonad


(Sumber : www.ramagede.blogspot.co.id

3) Pelindung Tiroid

Pelindung tiroid yang terbuat dari bahan yang setara dengan

1 mm (satu milimeter) Pb.


14

Gambar 2.6 Pelindung Tiroid


(Sumber : www.ramagede.blogspot.co.id)

4) Sarung Tangan

Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk

fluoroskopi harus memberikan kesetaraan atenuasi paling

kurang 0,25 mm (nol koma dua puluh lima milimeter) Pb pada

150 kVp (seratus limapuluh kilovoltage peak). Proteksi ini

harus dapat melindungi secara keseluruhan, mencakup jari

dan pergelangan tangan.


15

Gambar 2.7 Sarung Tangan Pb


(Sumber : http://www.afamedika.com)

5) Kaca Mata

Kaca mata yang terbuat dari bahan yang setara dengan

1 mm (satu milimeter) Pb.

Gambar 2.8 Kaca Mata Pb


(Sumber : Silvia sari, 2012)

6) Tabir

Tabir yang digunakan oleh Radiografer harus dilapisi

dengan bahan yang setara dengan 1 mm (satu milimeter) Pb.


16

Tinggi 2 meter dan lebarnya sekitar 80-100 cm serta batas

bawah dari tabir jaraknya ke lantai tidak melebihi dari 3

meter. Yang dilengkapi dengan kaca intip Pb yang setara

dengan 1 mm (satu milimeter) Pb.

Gambar 2.9 Tabir


(Sumber : http://ptfindotek.indonetwork.co.id)
17

B. Kerangka Pikir

Perlengkapan proteksi radiasi


yang tersedia
Analisis Pengunaan
Fasilitas Proteksi Radiasi
Terhadap Radiografer di
Instalasi Radiologi Rumah Perlengkapan proteksi radiasi
Sakit Umum Daerah yang sesuai dengan standar
Syekh Yusuf Gowa

Perlengkapan proteksi radiasi


yang digunakan

C. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah perlengkapan proteksi radiasi seperti Apron, Pelindung

gonad, Pelindung Tiroid, Sarung tangan, Kaca mata Pb dan Tabir

Pelindung serta TLD tersedia di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Umum Syekh Yusuf Gowa?

2. Apakah perlengkapan proteksi radiasi telah memenuhi standar

nasional Indonesia?

3. Apakah perlengkapan proteksi radiasi seperti Apron, Pelindung

gonad, Pelindung Tiroid, Sarung tangan, Kaca mata Pb dan Tabir

pelindung serta TLD digunakan oleh radiografer di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Umum Syekh Yusuf Gowa?


18

D. Definisi Operasional

1. Perlengkapan proteksi radiasi adalah perlengkapan alat yang

digunakan oleh radiografer dalam menjalankan tugasnya seperti

Apron, Pelindung gonad, Pelindung Tiroid, Sarung tangan, Kaca

mata Pb dan Tabir Pelindung. Perlengkapan proteksi radiasi

seharusnya tersedia di instalasi radiologi Rumah Sakit Umum

Daerah Syekh Yusuf Gowa agar meminimalkan penerimaan

paparan radiasi yang diterima.

2. Perlengkapan proteksi radiasi di instalasi radiologi Rumah Sakit

Umum Syekh Yusuf Gowa harus memenuhi standar yang

ditentukan.

3. Perlengkapan proteksi radiasi harus digunakan oleh radiografer di

instalasi radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa

seperti Apron, Pelindung Gonad, Pelindung tiroid, Kaca mata Pb,

Sarung tangan serta alat pemantauan dosis perorangan seperti

TLD.
19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian  

Rancangan penelitian ini menggunakan jenis penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk

mengetahui analisis penerapan proteksi radiasi terhadap radiografer di

instalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf Gowa.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum

Daerah Syekh Yusuf Gowa yang beralamat di Jl. Dr Wahidin

Sudirohusodo No 48 Sungguminasa Kab Gowa, Kec. Makassar,

Sulawesi Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juli 2016.

C. Populasi dan Teknik Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Radiografer di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa.

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kepala

Ruangan dan Petugas Proteksi Radiasi di Instalasi Radiologi


20

Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa karena untuk

membandingkan jawaban diantara kedua informan tersebut.

D. Metode Pengumpul Data

1. Observasi, dimana peneliti akan melakukan pengamatan awal

dibagian Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh

Yusuf Gowa

2. Wawancara, pengumpulan data awal dengan melakukan tanya

jawab secara langsung dengan radiografer untuk memperoleh

informasi yang lebih jelas

3. Telaah Dokumen, dengan mengumpulkan data yang ada di

instalasi radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa

yang berkaitan dan diperlukan dalam penelitian.

4. Metode Dokumentasi

Metode ini merupakan salah satu survei yang dilakukan dengan

cara observasi dengan membawa alat bantu yang dapat

menunjang penelitian. Kegiatan ini digunakan untuk

mendokumentasikan kegiatan penelitian.


21

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara oleh radiografer

dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung serta memilih

data sesuai dengan jenisnya dari jawaban responden tentang

penggunaan fasilitas APD di instalasi radiologi Rumah Sakit Umum

Syekh Yusuf Gowa.


22

BAB VI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa

a. Profil RSUD Syekh Yusuf Gowa

RSUD Syekh Yusuf Gowa adalah rumah sakit negeri

kelas B. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan

kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini

juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit

kabupaten. Rumah Sakit ini terletak di Jalan DR Wahidin

Sudirohusodo, No.48, Sungguminasa, Kabupaten Gowa

Provinsi Sulawesi Selatan.

RSUD Syekh Yusuf Gowa menyediakan 184 tempat tidur

inap lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Sulawesi

Selatan yang tersedia hanya 93 tempat tidur inap. Rumah Sakit

ini juga mempunyai dokter yang lumayan lengkap yaitu, dokter

umum sebanyak 17 orang, dokter spesialis sebanyak 26 orang,

dan dokter gigi sebnayka 6 orang.

b. Visi, Misi, Tujuan dan Motto RSUD Syekh Yusuf Gowa

1) Visi

Rumah sakit unggulan dan Terdepan Disulawesi selatan.


23

2) Misi

a). Menjadikan pusat rujukan di Sulawesi Selatan bagian

Selatan.

b). Terpenuhinya kepuasan pelanggan dengan pelayanan

prima

3) Tujuan

a). Memberikan pelayanan yang bermutu, cepat, akurat dan

aman berorientasi pada kepuasan pelanggan.

b). Meningkatkan kualitas, kuantitas, kompetensi dan

profesional.

c). Menjadikan sarana prasarana utama dan penunjang yang

aman dan mutakhir sesuai perkembangan IPTEK

4) Motto

“S I P A K A L A B B I R I”

c. Pelayanan Kesehatan di RSUD Syekh Yusuf Gowa

1) Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

a) Poli Gigi

b) Poli Mata

c) Poli Syaraf

d) Poli Anak

e) Poli KIA

f) Poli THT

g) Poli Bedah
24

h) Poli Interna

i) Poli Ortopedi

2) Pelayanan Kesehatan Rawat Inap

a) Perawatan 1 ( Interna)

b) Perawatan 2 (Anak)

c) Perawatan 3 (Kebidanan)

d) Perawatan 4 (Bedah)

e) Perawatan 5 (Bedah)

f) Perawatan 7 (VIP)

3) Pelayanan Penunjang

a) Fisioterapi

b) Radiologi

Pelayanan USG, Pemeriksaan kontras masih tahap

perencanaan dan Pemeriksaan non kontras meliputi :

1. Thorax Foto

2. Foto Kepala

3. Ekstremitas Atas

4. Ekstremitas Bawah

5. Cervikal

6. Tulang Belakang

7. Foto Abdomen

8. BNO 3 Posisi

9. Foto Panggul
25

d. Jumlah Kujungan Pasien di Instalasi Radiologi RSUD Syekh

Yusuf Gowa tahun 2015.

Dari hasil telaah dokumen, peneliti menemukan jumlah

kunjungan pasien radiologi dan 1 tahun terakhir yaitu tahun

2015. Hal tersebut dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 1 Jumlah Kunjungan Pasien Radiologi Tahun 2015

BULAN Rata-

Jml rata/
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Jan bln

309 384 286 289 542 406 343 481 450 489 381 359 4.719 393

Sumber :Data Primer

2. Gambaran Umum Kelengkapan Sarana dan Prasarana Radiologi

a. Sumber Daya Manusia (SDM) di Instalasi Radiologi RSUD

Syekh Yusuf Gowa.

Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki

Radiologi RSUD Syekh Yusuf Gowa dapat dilihat dari Tabel

berikut:

Tabel 2 Sumber Daya Manusia (SDM) di Instalasi Radiologi RSUD Syekh


Yusuf Gowa tahun 2016 adalah sebagai berikut :

SDM JUMLAH
1. Dokter Spesialis Radiologi 2
2. Radiografer 12
26

3. Petugas Proteksi Radiasi 1


4. Fisikawan Medik 1
5. Tenaga administrasi 1
6. Tenaga kamar gelap 1
Sumber : Data Primer

Dapat diketahui berdasarkan tabel data di atas, bahwa jumlah

petugas yang berada di instalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf

Gowa ada 16 orang dan dokter spesialis ada 2 orang.

b. Sarana dan Prasarana di Instalasi Radiologi RSUD Syekh Yusuf

Gowa.

Tabel 3 Sarana dan prasarana di instalasi radiologi


RSUD Syekh Yusuf Gowa.

Jumla h
No Sarana
Baik Rusak

1 Pesawat Sinar-X Konvensional - 1

2 Pesawat Mobile 2 -

3 Pesawat Mammografi 1 -

4 USG 2 -

5 MRI - -

6 Ct-Scan - -

7 Panoramic 1 -

8 Pesawat Dental 1 -

9 Automatic Processing 1 1
27

10 CR - -

Sumber : Data Primer

c. Perlengkapan Proteksi Radiasi di Instalasi Radiologi RSUD Syekh

Yusuf Gowa.

Seperti yang kita ketahui, perlengkapan proteksi radiasi atau

APD sangat penting untuk digunakan oleh radiografer yang bekerja

di medan radiasi. APD (Alat Pelindung Diri) seperti apron, tabir

pelindung, maupun alat dosis perorangan seperti TLD sangat

membantu untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang telah di

terima oleh setiap radiografer yang menggunakannya.

Sehingga Peralatan atau perlengkapan Alat Pelindung Diri

(APD) yang tersedia di instalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf Gowa

yaitu :

1). Apron

2). Kacamata Pb

3). Pelindung Tiroid

4). Sarung Tangan

5). Tabir Pelindung

6). TLD
28

3. Hasil Wawancara Responden

Proses wawancara ini berlangsung selama melakukan

penelitian di instalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf Gowa pada

bulan Mei-Juli 2016. Pada penelitian ini terdapat 2 responden,

dimana Responden 1 adalah Radiografer serta menjabat sebagai

Kepala Ruangan di instalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf Gowa

dana Responden 2 adalah Petugas Proteksi Radiasi.

Adapun hasil wawancara peneliti terhadap kedua responden

tersebut untuk pertanyaan tentang ketersediaan alat pelindung diri

(APD) di instalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf Gowa. Responden

1 dan 2 memberikan jawaban yang sama tentang hal ini bahwa

APD yang tersedia untuk sementara waktu yaitu Apron sebanyak 4

buah, kacamata pb sebanyak 1 buah, sarung tangan pb 2 pasang,

pelindung tiroid sebanyak 1 buah, serta alat pemantau dosis

perorangan seperti TLD sudah tersedia sebanyak 14 buah untuk

masing-masing radiografer yang bekerja. Hal ini berarti APD (Alat

Pelindung Diri) yang tersedia di instalasi radiologi RSUD Syekh

Yusuf Gowa kurang lengkap karena menurut standar proteksi

radiasi yang dikemukakan oleh BAPETEN No.08 tahun 2011 pasal

35 yaitu perlengkapan protektif radiasi yang meliputi :

a. Apron

b. Tabir yang dilapisi Pb dan dilengkapi kaca Pb

c. Kacamata Pb
29

d. Sarung tangan Pb

e. Pelindung tiroid Pb

f. Pelindung ovarium

g. Pelindung gonad Pb.

APD (Alat Pelindung Diri) yang tersedia di instalasi radiologi

RSUD Syekh yusuf Gowa rutin dilakukan pengecekan atau

kelayakan sehinggan APD tersebut dapat digunakan oleh

radiografer. Pengecekan APD dilakukan setiap per 6 bulan

sedangkan untuk alat pemantau dosis perorangan seperti TLD

setiap per 2 bulan yang akan dibawa ke BPFK untuk mengetahui

berapa dosis radiasi yang diterima oleh setiap radiografer. Hasil

pengecekan dari APD ataupun alat dosis perorangan disimpan di

kantor pelayanan. Jika APD dan alat pemantau dosis rutin

dilakukan pengecekan maka sudah memenuhi standar yang

berlaku. Tetapi jawaban Responden 2 berbeda dengan jawaban

Responden 1 tentang pengecekan alat pelindung diri (APD),

responden 2 mengatakan “Tidak pernah dilakukan pengecekan alat

pelindung diri yang berada di instalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf

Gowa.

Selain APD yang dipakai, poster serta warning radiasi juga

terdapat di instalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf Gowa. Poster

tentang bahaya radiasi tertempel di tembok sekitar ruangan


30

instalasi radiologi. Tetapi tanda warning radiasi tidak terlihat, hal ini

dikarenakan karena gedung baru atau di renovasi.

Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan,

bahwa alat pelindung diri (APD) yang tersedia di instalasi radiologi

RSUD Syekh Yusuf Gowa sudah cukup baik tetapi tanda warning

radiasi atau lampu indikator ruang pemeriksaan tidak terpasang

serta tidak kecocokan jawaban antara responden 1 dan responden

2 tentang pengecekan alat proteksi radiasi maupun pesawat sinar-x

yang rutin dikalibrasi atau tidak.


31

B. Pembahasan

Seperti yang kita ketahui, sinar-x seperti pisau yang bermata 2.

Selain untuk pemanfaatan bisa juga mengandung resiko yang dapat

membahayakan kesehatan maupun keselamatan baik para pekerja

radiasi, masyarakat maupun lingkungan. Radiasi tidak dapat dilihat,

didengar, dicium, atau diraba. Radiasi hanya dapat diketahui dengan

menggunakan alat ukur radiasi yaitu monitor radiasi.

Tujuan dari proteksi radiasi ada 2 yaitu menekan sekecil

mungkin dosis radiasi yang diterima oleh pasien sesuai dengan

kebutuhan klinisnya dan untuk personil atau radiografer, dosis radiasi

yang di terima harus serendah mungkin sehingga tidak melebihi

ambang batas yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, untuk

meminimalkan radiasi yang diterima oleh radiografer atau pekerja

radiasi maka peranan alat pelindung diri (APD) seperti apron, tabir

pelindung yang dilengkapi dengan pb, kacamata pb, pelindung tiroid,

pelindung gonad, dan sarung tangan pb sangat penting tersedia di

instalasi radiologi rumah sakit. Serta untuk mengetahui berapa jumlah

dosis yang diterima oleh radiografer maka alat pemantau dosis

perorangan seperti TLD, atau pen dosimeter sangat penting untuk

digunakan setiap saat oleh radiografer pada saat berada dalam zona

radiasi.

Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa merupakan

rumah sakit dibawah pemerintahan kabupaten gowa tipe B, yang


32

terletak di Jalan Dr.Wahidin Sudirohusodo Kabupaten Gowa. Rumah

sakit ini memiliki ruangan radiologi yang terletak dibelakang gedung

UGD (Unit Gawat Darurat) serta berdampingan dengan BDRS (Bank

Darah Rumah Sakit). Di instalasi radiologi memiliki 2 orang dokter

spesialis radiologi, dan 12 orang radiografer. Jumlah kunjungan pasien

setiap harinya bisa mencapai 20-40 orang untuk pemeriksaan foto

rontgen maupun USG.

Setiap instalasi radiologi di rumah sakit tentu harus memenuhi

standar proteksi radiasi yang telah ditentukan oleh pihak yang

berwenang. Selama observasi yang dilakukan oleh peneliti tentang

penerapan proteksi radiasi terhadap radiografer di instalasi radiologi

RSUD Syekh Yusuf Gowa, penerapannya sudah cukup baik. Hal ini

dikarenakan bahwa sebelum melakukan ekspos, pintu ruang

pemeriksaan di tutup, semua petugas yang melakukan pemeriksaan

berdiri di belakang panel control yang terlindung dengan bahan

pelindung radiasi atau tabir pelindung serta ada beberapa radiografer

yang memakai TLD saat melakukan pemeriksaan serta ada juga

beberapa Radiografer yang tidak memakai TLD saat melakukan

pemeriksaan.

Lampu indikator pemeriksaan ( red light indicator) di atas pintu

pemeriksaan seharusnya ada untuk memberikan peringatan bahwa

sedang berlangsug pemeriksaan radiologi sinar-x, namun kenyataan

yang berada di lapangan atau di instalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf


33

Gowa tidak terpasang karena alasan gedung baru atau dalam proses

renovasi. Dan Saat pemeriksaan berlangsung, ada beberapa

radiografer yang memberikan aba-aba atau peringatan bahwa akan

dilakukan exposing, sehingga radiografer yang akan lewat di depan

ruang pemeriksaan mengetahui bahwa sedang berlangsung exposing

di ruang pemeriksaan. Peringatan ini juga sangat membantu

radiografer untuk memberitahukan kepada pasien yang akan lewat di

depan ruang pemeriksaan untuk berhenti sejenak di depan tabir

pelindung saat exposing berlangsung.

Di instalasi radiologi terdapat 2 ruangan pemeriksaan, ruangan

yang satu dalam proses pemasangan timbal. Terdapat 1 ruangan

untuk Co-as, terdapat ruangan CT-Scan yang dialih fungsikan menjadi

ruangan USG untuk sementara waktu karena pesawat CT-Scan belum

ada, terdapat ruangan administrasi, ruangan untuk pegawai, ruang

proseccing, ruang dokter, ruang tunggu pasien serta toilet untuk

pegawai maupun pasien.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti,

dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui penerapan proteksi

radiasi terhadap radiografer di instalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf

Gowa yang dilakukan pada bulan Mei-Juli 2016. Sampel penelitian ada

2 yaitu, Kepala Ruangan serta petugas pekerja radiasi. Maka,

berdasarkan BAPETEN No.08 Tahun 2011 pasal 35 tentang standar

proteksi radiasi yaitu yang pertama perlengkapan proteksi radiasi


34

harus tersedia di setiap instalasi radiologi rumah sakit yang meliputi

peralatan dosis perorangan seperti TLD, film badge atau pen

dosimeter maupun peralatan protektif radiasi seperti Apron, Kacamata

pb, Tabir pelindung, Pelindung gonad, pelindung tiroid, Sarung tangan,

pelindung ovarium.

Dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, peneliti

mengira bahwa APD (Alat Pelindung Diri) yang tersedia di instalasi

radiologi RSUD Syekh Yusuf Gowa hanya apron, tabir pelindung dan

TLD. Peneliti juga mengira bahwa TLD tidak digunakan bagaimana

semestinya, tetapi setelah melakukan penelitian serta melakukan

wawancara maka peneliti menemukan bahwa perlengkapan APD

ataupun Alat dosis perorangan seperti apron, kacamata pb, pelindung

tiroid, tabir pelindung, sarung tangan dan TLD kini tersedia di instalasi

radiologi RSUD Gowa. Hanya saja pelindung gonad atau ovarium tidak

tersedia di instalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf Gowa.

“APD yang tersedia di instalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf

Gowa ada apron 4 buah, kacamata pb, pelindung tiroid 1 buah, sarung

tangan 2 pasang untuk sementara, serta TLD sudah ada 14 buah”.

Kutipan wawancara oleh Responden I atau Kepala ruangan instalasi

radiologi mengenai kelengkapan atau kesediaan alat pelindung diri.

Dalam hal ini, standar kelengkapan alat pelindung diri (APD)

sudah cukup memadai untuk keselamatan pekerja radiasi dan sudah

sesuai Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


35

NOMOR 410/MENKES/SK/III/2010 Perubahan Atas Keputusan

Menteri Kesehatan Republic Indonesia NOMOR

1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi

Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan Untuk Rumah Sakit Tipe B

yang sesuai dengan kebutuhan tentang alat perlengkapan proteksi

radiasi.

Sementara itu, RSUD Syekh Yusuf Gowa sedang berlangsung

proses Akreditasi serta instalasi radiologi sedang dalam renovasi

gedung baru, sehingga kepala ruangan atau responden I sedang

melakukan kelengkapan alat pelindung diri (APD) untuk melengkapi

peralatan APD tersebut.

Yang Kedua dari standar proteksi radiasi menurut BAPETEN

No.8 tahun 2011 pasal 35 yaitu, perlengkapan proteksi radiasi yang

memenuhi standar. Perlengkapan proteksi radiasi tidak hanya tersedia

di instalasi radiologi tetapi harus memiliki standar SNI atau standar lain

sehingga layak untuk digunakan oleh pekerja radiasi atau radiografer.

Perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai standar seperti

Apron dan pelindung gonad memilki pb 0,25 mm untuk sinar-x

radiologi diagnostik dan 0,5 mm pb untuk sinar-x radiologi

intervensional, Pelindung tiroid 1mm pb, Sarung tangan 0,25 mm pb,

Kacamata setara dengan 1 mm pb, Tabir pelindung 1 mm pb dengan

tinggi 2 meter dan lebarnya sekitar 80-100 cm serta batas bawah dari

tabir jaraknya ke lantai tidak melebihi dari 3 meter.


36

Perlengkapan proteksi radiasi di instalasi radiologi RSUD Syekh

Yusuf gowa yang sesuai standar diatas yaitu apron, tabir pelindung,

pelindung tiroid, kacamata pb dan sarung tangan sehingga APD

tersebut bisa layak digunakan.

“Semua APD (Alat Pelindung Diri) serta Alat dosis perorangan

yang digunakan di instalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf gowa

dilakukan pengecekan per 6 bulan.” Salah satu kutipan responden

tentang APD. Dari jawaban responden tersebut dapat ditarik

kesimpulan, bahwa apabila sering dilakukan pengecekan maka APD

atau alat dosis perorangan sudah memenuhi standar.

Fungsi pengecekan kelayakan APD (alat pelindung diri)

bertujuan untuk mengetahui apakah APD layak digunakan atau tidak.

Jika tidak layak diguanakan, maka APD harus segera diganti atau

diperbaiki, jika layak maka harus dipelihara dan rutin dilakukan

pengecekan. Di istalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf Gowa juga sudah

dilakukan pengecekan kelayakan ruangan oleh BPFK dan hasilnya

Aman untuk melakukan pemeriksaan. Hal ini dibenarkan oleh salah

satu jawaban responden yang mengatakan bahwa, “Hasil pengecekan

kelayakan bangunan dan dosis radiasi masih dibawah ambang batas

atau bisa dikatakan Aman”.

Yang ketiga yaitu Perlengkapan proteksi radiasi yang

digunakan. Selain perlengkapan proteksi radiasi harus tersedia dan

memenuhi standar, perlengkapan proteksi radiasi juga harus


37

digunakan oleh radiografer atau para pekerja radiasi untuk

meminimalkan dosis radiasi yang terima saat melakukan pemeriksaan

agar tidak melebihi dosis ambang batas.

Apron dengan ketebalan 0,3 mm pb cukup ringan untuk dipakai

oleh petugas selama bekerja dalam bahaya radiasi. Apron harus

menutupi tubuh bagian depan, belakang, dan samping dari leher

sampai ke lutut, apabila apron berat maka akan menimbulkan

kecenderungan petugas untuk mengabaikan pemakaian apron. Tetapi

itu semua tergantung dari sikap radiografer yang mematuhi aturan

yang berlaku.

Sarung tangan dimaksudkan digunakan agar mengurangi

penerimaan radiasi hambur atau primer. Sarung tangan tidak hanya

menutupi tangan tetapi juga pergelangan tangan.

Pelindung gonad dan pelindung ovarium yang melindungi

daerah vital wanita maupun pria yang memiliki perekat agar saat

dipakai tidak jatuh.

Tabir pelindung yang digunakan oleh radiografer untuk

bersembunyi di saat melakuakn eksposing. Sedangkan TLD digunakan

oleh radiografer untuk mengetahui dosis yang diterima selama bekerja

di medan radiasi yang digantungkan daerah baju. “Semua radiografer

di instalasi radiologi RSUD Syekh Yusuf Gowa, memiliki 1 buah TLD”

Kutipan wawancara dari salah satu responden.


38

Dari hasil pengamatan langsung yang telah dilakukan oleh

peneliti kepada beberapa radiografer di instalasi radiologi RSUD Syekh

Yusuf Gowa, sebagian radiografer mengatakan bahwa perlengkapan

APD maupun alat dosis perorangan seperti TLD jarang digunakan.

Ada beberapa radiografer yang memakai TLD saat melakukan

pemeriksaan dan ada juga yang tidak memakai TLD saat melakukan

pemeriksaan dan hanya mengandalkan tabir pelindung.


39

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian di atas, maka peneliti menarik kesimpulan

yaitu, secara umum penggunaan fasilitas proteksi radiasi terhadap

radiografer di Instalasi Radiologi RSUD Syekh Yusuf Gowa sudah

cukup baik karena ditinjau dari ketersediaan jumlah, jenis APD serta

kelayakannya dan telah sesuai dengan standar BAPETEN No.08

Tahun 2011 pasal 35.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya Alat Pelindung Diri (APD) seperti pelindung gonad

disediakan

2. Di atas pintu pemeriksaan sebaiknya di lengkapi dengan lampu

indikator x-ray.

3. Dan TLD sebaiknya dipakai oleh seluruh radiografer yang akan

melakukan pemeriksaan.
40

DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, Mukhlis. 2000,. Dasar-dasar Proteksi Radiasi, Jakarta. PT Rineka


Cipta. Hal 149,154

Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan


Masyarakat. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rasad, Sjahrir. 2005. Radiologi Diagnostik, Jakarta. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. Hal 25

Badan Tenaga Atom Nasional. 1985,. Pedoman Proteksi Radiasi Di


Rumah Sakit Dan Tempat Praktek Umum Lainnya. Hal 39, 71.

Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2007,.


Tentang Petugas Proteksi Radiasi Radiodiagnostik. Jakarta. Hal 9

Sari Solvia. 2012. Pengembangan Sistem Manajemen Keselamatan


Radiasi Sinar-X Di Unit Kerja Radiologi Rumah Skait XYZ Tahun 2011.
Jakarta. Universitas Indonesia. Hal 16,17,19.

Sabri, Lukman. 2006. Statistik Kesehatan. Jakarta. Rajawali Pers.

Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No.33 Tahun 2007,


Tentang Keselamatan Radiasi Pengion Dan Keamanan Sumber
Radioaktif. Hal 2

Peraturan Kepala BAPETEN No.8 Tahun 2011 Tentang Keselamatan


Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik Dan
Intervensional. Hal. 23-26

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.410/MENKES/SK/III/2010 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan. Hal. 38,39.

Anda mungkin juga menyukai