Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Proteksi radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang
atau sekelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi
pengion, sementara kegiatan yang diperlukan dalam pemakaian sumber radiasi pengion
masih tetap dapat dilaksanakan.
Sebagian besar orang mengetahui bahwa radiasi nuklir atau radiasi pegion sangat
berbahaya, karena bisa mengakibatkan berbagai macam masalah kesehatan bahkan bisa
mempengaruhi genetik seseorang yang kemudian diturunkan. Disadari atau tidak, kita semua
pernah berdekatan dengan radiasi pengion. Radiasi pengion ini biasanya didapati di rumah
sakit atau di bandara. Untuk menghindari atau meminimalisasi efek negatif dari radiasi
pengion yang dapat membahayakan diri kita, maka pada materi ini akan di bahas mengenai
proteksi radiasi.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari proteksi radiasi.
2. Untuk mengetahui macam-macam proteksi radiasi.
3. Untuk mengetahui falsafah proteksi radiasi.
4. Untuk mengetahui acuan dasar proteksi radiasi.
5. Untuk mengetahui asas-asas proteksi radiasi.

C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian proteksi radiasi?
2. Apa saja macam-macam proteksi radiasi?
3. Bagaimana falsafah proteksi radiasi?
4. Apa saja acuan dasar dari proteksi radiasi?
5. Bagaimana asas-asas proteksi radiasi?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Proteksi Radiasi


Proteksi radiasi atau keselamatan radiasi ini biasa dikenal juga sebagai proteksi
radiologi. Proteksi radiologi ini memiliki beberapa pengertian, yaitu:
 Proteksi radiasi adalah perlindungan masyarakat dan lingkungan dari efek berbahaya
dari radiasi pengion, yang meliputi radiasi partikel energi tinggi dan radiasi
elektromagnetik.
 Proteksi radiasi adalah suatu sistem untuk mengendalikan bahaya radiasi dengan
menggunakan peralatan proteksi dan kerekayasaan yang canggih serta mengikuti
peraturan proteksi yang sudah dibakukan.
 Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan atau teknik yang mempelajari
masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pemberian
perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya
terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi.
 Proteksi radiasi adalah suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik kesehatan
lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau
sekelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi
pengion.
 Menurut BAPETEN, proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.
 Menurut PP Nomor 33 Tahun 2007, proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proteksi radiasi adalah ilmu yang
mempelajari tentang teknik yang digunakan oleh manusia untuk melindungi dirinya, orang
disekitarnya maupun keturunannya dari paparan radiasi.
Dari segi ilmiah dan teknik, ruang lingkup proteksi radiasi terutama meliputi:
1. Pengukuran fisika berbagai jenis radiasi dan zat radioaktif.
2. Menentukan hubungan anatara tingkat kerusakan biologi dengan dosis radiasi yang
diterima organ / jaringan.

2
3. Penelaahan transportasi radionuklida di linkungan.
4. Melakukan desain terhadap perlengkapan kerja, proses dan sebagainya untuk
mengupayakan keselamatan radiasi baik di tempat kerja maupun lingkungan.

B. Macam-Macam Proteksi Radiasi


Proteksi radiasi dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu :
1. Proteksi radiasi kerja merupakan perlindungan pekerja.
2. Proteksi radiasi medis merupakan perlindungan pasien dan radiografer.
3. Proteksi radiasi masyarakat merupakan perlindungan individu, anggota masyarakat, dan
penduduk secara keseluruhan.

Macam-Macam Proteksi Radiasi

Karena jelas adanya bahaya radiasi nuklir terhadap manusia atau alam lingkungan,maka
perlu adanya proteksi untuk menyelamatkannya. Seperti halnya air, api, racun, dan lain-lain
adalah berbahaya bagi organisme hidup. Tetapi apabila dapat dikendalikan, maka mereka akan
menjadi sumber yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Misalnya racun, apabila
digunakan dosis yang tertentu maka racun dapat menjadi obat yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Demikian pula air, api, gunung berapi, dan radiasi nuklir, jika dikendalikan akan
menimbulkan kesejahteraan bagi manusia. Oleh karena itu untuk menghindari segala macam
bahaya harus diusahakan penanggulangannya.
Tiap program keselamatan radiasi nuklir, selalu mengusahakan agar penerimaan paparan
radiasi itu sekecil mungkin, baik paparan dari sumber eksternal maupun sumber internal. Tujuan
proteksi terhadap radiasi tak lain adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan
somatik, genetik, maupun perpaduan keduanya. Pada hakikatnya, sebagian besar kriteria proteksi
radiasi yang dipakai dewasa ini berdasarkan kenyataan bahwa nilai dosis radiasi ditetapkan tidak
menimbulkan efek biologi yang berarti. Karena data tentang pengaruh radiasi dengan intensitas
rendah sangat terbatas, maka ketentuan dosis maksimal diizinkan itu ditetapkan serendah-
rendahnya sehingga kemungkinan timbulnya kerusakan biologis dapat dihindarkan sejauh-
jauhnya.

3
1. Proteksi Radiasi Eksternal
a. Sumber bahaya
Bahaya radiasi eksternal berasal dari sumber radiasi yang terdapat di luar tubuh. Jika zat
radioaktif masuk dalam tubuh, maka akan timbul bahaya radiasi internal. Untuk mengatasinya
diperlukan cara pengendalian yang sangat berlainan. Partikel alfa umumnya tidak dianggap
sebagai sumber berbahaya eksternal yang potensial karena daya tembusnya sangat kecil dengan
demikian mudah tertahan pada lapisan luar dari kulit. Bahaya eksternal mungkin ditimbulkan
oleh pancaran beta, sinar-X, gamma atau neutron yang dapat menembus lebih dalam ke bagian
dalam tubuh. Bahaya eksternal dikendalikan dengan mempergunakan tiga prinsip dasar proteksi
radiasi, yaitu memperhitungkan waktu, jarak, dan penahan radiasi.
Praktik proteksi radiasi merupakan aspek khusus dari pengendalian bahaya
kesehatan lingkungan. Penyinaran radiasi eksterna adalah penyinaran yang berasal dari sumber
di luar tubuh manusia, tidak ada kontak fisik dengan sumber radiasi, dan penyinaran tidak ada
bila seseorang meninggalkan daerah radiasi atau bila sumber radiasi dipindahkan dari daerah
radiasi. Karena itu radiasi eksterna dapat diukur dengan relatif mudah dan teliti, sementara
bahaya potensial atau bahaya sesungguhnya dapat diperhitungkan dengan kebenaran.
Pada lingkungan industri dalam usaha menghilangkan bahaya merupakan prosedur biasa
dan yang pertama dilakukan adalah dalam penyelamatannya. Jika unsur untuk menghilangkan
bahaya ini tidak dapat dilakukan, maka usaha dilakukan untuk mengungkung bahaya, dan berarti
mengisolasi bahaya dari manusia. Jika dari kedua tindakan pemecahan ini tidak diperoleh
keselamatan itu, maka pemaparan terhadap bahaya dapat dicegah dengan mengisolasi manusia.
Cara yang tepat untuk aplikasi tindakan proteksi radiasi tergantung pada keadaannya.

b. Faktor Proteksi Radiasi

Tindakan pengendalian untuk radiasi eksterna pada manusia dapat dilakukan dengan salah
satu atau lebih dari tiga teknik berikut:
a. mengurangi waktu penyinaran,
b.membuat jarak sejauh mungkin dari sumber radiasi, dan
c. membuat perisai untuk sumber radiasi.

4
1)Faktor Waktu

Meskipun banyak dari efek bahaya radiasi bergantung pada laju dosis, namun untuk tujuan
pengawasan lingkungan dapat dianggap hubungan "laju dosis x waktu penyinaran = dosis total"
selalu berlaku. Dengan kata lain, makin lama seseorang berada dalam medan radiasi, makin
besar pemaparan dan dosis serap yang diterima.

Dt = Do x t ................................................................................................... ( 1 )
(dosis = laju dosis mula-mula x waktu)

Hubungan antara pemaparan dan waktu, bila kecepatan pemaparan adalah QR/jam dan
berada dalam medan radiadi itu selama waktu t jam, maka pemaparan yang diterima adalah
sebesar : Q x t Roentgen. Faktor waktu ini memegang peranan dalam hal terjadi kecelakaan atau
keadaan darurat di dalam medan radiasi yang kuat. Agar hal tersebut dapat tercapai, maka
pekerjaan harus dilakukan dengan cepat dan tepat serta cermat sekali.

Contoh 1:

Misalnya seorang pekerja radiasi diizinkan menerima dosis sebesar 100 mrem dalam 1
minggu. Berapa jam seminggu is boleh bekerja dalam ruangan dengan radiasi berlaju dosis 10
mrem/jam?
Dari rumus (1):

Dt = Do x t

100 mrem = 10 mrem/jam x t

t = 10 jam.

Lama waktu seorang pekerja radiasi dalam suatu ruangan yang mengandung radiasi
pengion itu seringkali bergantung pada pekerjaan yang dilakukannya, mungkin lebih lama dari
10 jam. Untuk dapat mengatasi hal ini harus dicoba mengurangi laju penyinaran di tempat
tersebut yaitu dengan cara memperbesar jarak antara sumber radiasi dengan pekerja, atau dengan
mempergunakan penahan radiasi.

Contoh 2:

5
Misalnya seorang ahli radiografi ditugaskan untuk melakukan pekerjaan radioaktif 5 hari
dalam 1 minggu di medan radiasi 25 mR/jam. Maka penyinaran yang berlebihan ini dapat
dicegah dengan membatasi waktu kerja hariannya selama 48 menit, sehingga jumlah penyinaran
yang diterima dalam 1 hari hanya 20 mR. Jika volume pekerjaannya membutuhkan waktu
penyinaran yang lebih lama, maka petugas ahli radiografi lain harus ditunjuk untuk
menggantikannya atau pekerjaan itu harus dirancang bangun kembali untuk
mengurangi intensitas medan radiasi pada daerah kerja radiografi.

2)Faktor Jarak
Dengan jelas dapat dirasakan bahwa penyinaran radiasi makin berkurang denganmakin
bertambah jauh dari sumber radiasi. Kenyataan ini merupakan alat yang tangguh dalam
keselamatan radiasi. Bila ukuran sumber radiasi dibandingkan dengan jarak adalah kecil hingga
sumber radiasi dapat dianggap sebagai titik sumber, maka pemaparan akan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak terhadap sumber.
Dr = K 1/r2 (K = tetapan yang besarnya bergantung pada sumber)
atau:
Dr r2 = K
sehingga dapat ditulis:
Dr1 x r12 = Dr2 x r22 = Dr3 x r32 = ... = K, tetap ................................................ ( 2 )
dengan,
Dr1 = laju dosis pada jarak r1 dari sumber,
Dr2 = laju dosis pada jarak r2 dari sumber,
Dr3 = laju dosis pada jarak r3 dari sumber.

Contoh 3:

Sebuah sumber Co-60 memberikan, pada jarak 2 m, laju dosis sebesar 50 mrem/jam. Pada
jarak manakah laju dosis besarnya 20 mrem/jam?
Dengan memakai rumus (2), diperoleh:
50 x (2)2 = 20 x r2
r = 10 m.

6
Dari rumus tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jika jarak menjadikan dua kali lebih
besar, laju dosis berkurang menjadi 1/(2)2. Jika jarak diperbesar 3 kali, laju dosis berkurang
menjadi 1/(3)2 atau 9 kali lebih kecil. Sebaliknya bila jarak sumber radiasi diperpendek 1/2 kali,
laju dosis radiasi akan menjadi 4 kali lebih besar dan bila jarak diperpendek menjadi 1/3 kali,
maka laju dosis menjadi 9 kali lebih besar. Jadi bila terlalu dekat pada sumber, misalnya
langsung menyentuh atau memegang sumber radiasi, maka laju dosis pada tangan berlipatganda
besarnya. Oleh karena itu dilarang memegang sumber radiasi langsung dengan tangan.

Untuk menangani sumber radiasi diperlukan perlengkapan khsus misalnya tang jepit
panjang atau pinset. Walaupun aktivitas sumber radiasi kecil dan merupakan sumber radiasi
terbungkus, namun larangan memegang sumber secara langsung tetap berlaku, jadi harus
menggunakan peralatan tersebut di atas untuk menghindari penerimaan dosis radiasi yang
berlebihan pada tangan.

Contoh 4:
Misalkan terdapat sumber Co-60 dengan ketentuan 100 mCi yang memancarkan 2 buah
foton masing-masing dengan energi 1,17 MeV dan 1,31 MeV tiap disintegrasi. Maka kekuatan
penyinarannya dapat dihitung dengan formula

I = 6  fi Ei ...........................................................................................( 3 )
sehingga diperoleh I = 6 (1 x 1,17 + 1 x 1,31)= 14,9 Rhf tiap curie

Maka untuk sumber 100 mCi, laju penyinaran pada jarak 1 ft dari sumber kira-kira sebesar
1490 mR/jam. Jika ahli radiografi mengendalikan sumber ini selama 1 jam tiap harinya, maka
laju dosis tidak boleh melebihi 20 mR/jam. Pembatasan ini dapat dilakukan dengan memakai slat
pengendali jarak jauh yang panjangnya dapat dihitung dengan memakai hukum kebalikan
pangkat dua, kira-kira sepanjang 8,65 ft. Jika pekerjaan radiografi hendak dilakukan dengan
menggunakan barikade agar nilai batas rata-rata tertinggi mingguan tidak dilampaui, maka laju
dosis pada barikade harus sebesar (100 mR/minggu) : (40 jam/minggu) = 2,5 mR/jam. Dengan
memakai hukum kebalikan pangkat dua diperoleh jarak yang dibutuhkan 23,8 ft. Tetapi bila
ruangan untuk pengendaliannya terbatas perlu dipasang perisai, sehingga dengan laju dosis yang
diperhitungkan itu tidak akan melebihi penyinaran untuk dosis maksimum mingguan yang
diizinkan.

7
3) Faktor Perisai
Bila harus bekerja pada jarak yang dekat dengan sumber radiasi dan dalam waktu yang
lama, perisai dapat mereduksi pemaparan hingga serendah-rendahnya. Keefektifan perisai
ditentukan oleh interaksi radiasi dengan atom-atom perisai yang juga tergantung pada macam
energi radiasi dan nomor atom materi perisai.
Radiasi alpha dapat diserap oleh kertas yang tebalnya lebih kecil dari 1/64 inci dan juga
oleh lapisan aluminium. Radiasi beta mempunyai jangicau yang lebih panjang dibandingkan
dengan radiasi alpha. Dengan menggunakan perspex setebal 10 mm tenaga radiasi beta sudah
terserap secara keseluruhan. Materi perisai yang digunakan dalam radiasi elektromagnetik
(radiasi sinar-X dan sinar gamma) ialah bahan-bahan yang mempunyai rapat massa yang tingggi
misalnya Pb, U, Au, Fe, Cr, dan Ni. Sementara itu bahan yang mengandung boron, misalnya
boral atau campuran Al dan B4C, biasa digunakan sebagai perisai neutron.

a) Partikel Alpha (α)


Partikel alpha mudah sekali diserap. Biasanya sehelai kertas tipis saja sudah cukup untuk
menahan seluruh pancaran alpha. Dengan demikian partikel alpha tidak merupakan persoalan
pelik dalam bidang proteksi terhadap sumber radiasi eksterna.
b) Partikel Beta ()
Partikel beta mempunyai daya tembus lebih besar daripada partikel alpha. Energinya
biasanya antara 1 dan 10 MeV. Dalam hal ini perspex setebal ,1 cm sudah cukup menyerap
seluruh pancaran beta. Dengan memandang bahwa pancaran beta ini mudah diserap secara
keseluruhan oleh bahan yang relatif tipis itu, maka orang sering sekali menganggap ‘enteng'
radiasi beta ini dan kadang-kadang tidak berhati-hati dan berani memegang sumber beta
langsung dengan tangan, padahal laju dosis pada jarak 3 mm dari sumber demikian mungkin
sebesar 3000 rad per jam.
Sebagai kelanjutan, proses penyerapan partikel beta dapat menimbulkan pancaran-X yang
dikenal dengan Bremsstrahlung. Bremsstrahlung ini besarnya proporsional dengan bilangan
atom (Z) dan zat penyerap dan dengan energi partikel beta (E) yang bersangkutan. Untuk
mengetahui perkiraan bahaya Bremsstrahlung, pendekatan hubungan berikut dapat dipakai:

8
f = 35 x 10-4 Z Emaks.............................................................................................................. ( 4 )
dengan,
f = fraksi energi sinar beta yang jatuh berubah menjadi foton,

Z = nomor atom bahan serap,

E = energi partikel beta, MeV.

Dengan demikian untuk bahan penahan partikel beta harus diambil zat yang mempunyai
harga Z rendah, umumnya dalam praktik tidak lebih dari 13. Energi rata-rata partikel beta
ditentukan oleh distribusi energi partikel umumnya diambil:

Erata-rata = 1/3 Emaks ....................................................................................... ( 5 )

Contoh 5:
Misalnya untuk pemancar beta Sr-90 dapat digunakan pelindung dari plexiglas atau
aluminium. Strontium-90 memancarkan beta dengan energi 0,5 MeV dan anaknya Y-90
memancarkan beta dengan energi 2,27 MeV. Dalam hal ini harus dipilih tebal pelindung yang
dapat menyerap seluruh beta dengan energi 2,27 MeV. Jika diketahui densitas (ρ) plexiglas 1,18
mg/cm3 dan tebal (td) yang diperkirakan untuk radioisotop Sr-90 adalah 1,1 g/cm2, maka tebal
plexiglas yang diperlukan dapat dihitung dengan nimus sebagai berikut:

t1 = td / ρ= 0,932 cm.

Plexiglas mudah pecah bila menerima dosis radiasi tinggi dalam waktu lama, oleh karena
itu lebih baik digunakan aluminium yang densitasnya (ρ) 2,7 g/cm3. Sehingga tebalaluminium
yang diperlukan adalah: t1 = 0,41 cm.

Contoh 6:
Bila ditempatkan dalam botol polietilen, yang berfungsi sebagai wadah dan pelindung,
dengan densitas (ρ) 0,95 g/cm3, maka tebal botol = 1,06 cm. Andaikan botol polietilen tersebut
diisi 37 x 104 MBq Sr-90 maka laju dosis Bremsstrahlung dari sinar beta Y-90 =0,21 mSv/jam
dan sinar beta dari Sr-90 = 0,013 mSv/jam pada jarak 1 meter. Untuk menurunkan laju dosis
gabungan menjadi 0,1 mSv/jam bahan harus dilapisi dengan Pb setebal 1,75 cm.

9
c) Sinar Gamma () dan Sinar-X
Proses pelemahan sinar-X atau gamma dalam bahan pelindung bersifat eksponensial. Laju
dosis sinar-X atau gamma di suatu titik setelah melalui suatu bahan penyerap, dapat ditulis
sebagai berikut:

Dt = D0 e -µt .................................................................................................( 6 )
dengan,
Do = laju dosis tanpa penahan,
µ = koefisien absorbsi linier, yaitu fungsi penahan yang bersangkutan dan energi
sumber radiasi
t = tebal penahan

HVT (Half Value Thickness) untuk bahan penahan radiasi tertentu adalah tebal bahan yang
diperlukan untuk mengurangi intensitas radiasi menjadi setengah dari intensitas sebelum
dilemahkan oleh penahan.

Dari rumus ( 6) untuk t = HVT diperoleh:

Dt = ½ Do

Sehingga diperoleh harga HVT = 0,693 / Dengan kata lain, rumus di atas dapat ditulis
menjadi:

Dt = Do :2t/HVT.............................................................................. ( 7 )

Konsep HVT ini sangat berguna untuk menghitung secara cepat tebal bahan
penahan yang diperlukan.

Contoh 7:
Untuk mengurangi laju dosis hingga setengahnya, diperlukan bahan penahan setebal 1 kali
HVT, harga HVT ini telah ditentukan dan dicantumkan dalam suatu tabel atau grafik. Maka
untuk mengurangi laju dosis hingga ¼ atau (½)2 diperlukan bahan penahan setebal 2 kali HVT,
sedangkan untuk mengurangi laju dosis hingga ⅛ atau (½)3 diperlukan bahan penahan setebal 3
kali HVT, dan seterusnya. Dengan Ca7Z yang sama dapat dirumuskan konsep tenth value layer
(TVL) sebagai berikut:

10
TVL = In 10 /  = 2,303 / ............................................................................... ( 8 )

Berikut contoh tabel FIVT dan TVL untuk Pb dan H2O

Tabel 1. Harga HVT dan TVL untuk Pb dan H2O.


Energi Pb, cm H2O
Pancaran, MeV HVT TVL HVT TVL
0,50 0,40 1,25 15,00 50,00
1,00 1,10 3,50 19,00 62,50
1,50 1,50 5,00 20,00 70,00
2,00 1,90 6,00 22,50 75,00
Contoh 8:
Berapa tebal Pb yang dibutuhkan untuk mengurangi laju dosis di suatu titik dari 160
hingga 10 mrem/jam, (diketahui HVT = 2 mm Pb). Laju dosis dari 160 menjadi 10 mrem/jam,
berarti terjadi pengurangan sebesar faktor 16 atau 24. Jadi tebal yang dibutuhkan = 4 x 2 mm Pb
= 8 mm Pb.

Atenuasi radiasi gamma secara kualitatif berbeda dengan atenuasi radiasi alpha dan beta.
Kedua partikel ini mempunyai jangkauan tertentu sehingga dapat diserap seluruhnya dalam
medium yang dilalui. Sebaliknya radiasi gamma hanya dapat dikurangi intensitasnya bila
pelindung dipertebal. Faktor transmisi untuk berbagai jenis bahan pelindung dapatdihitung
dengan rumus:

I = IO e-t............................................................................................................. ( 9 )

Untuk harga  dapat dilihat dalam tabel atau grafik yang disediakan untuk berbagai jenis
bahan pelindung.

Contoh 9:
Misal untuk transmisi 10 %, energi 0,1 MeV, membutuhkan pelindung 14,3 g/cm2 Al atau
0,435 g/cm2 Pb, sedangkan energi 1,0 MeV, membutuhkan 37,4 g/cm2 Al atau 33,6 g/cm2 Pb.
Hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari segi massa, sebagai pelindung untuk energi
rendah, Pb jauh lebih baik daripada Al. Secara umum untuk energi di antara 0,75 MeV dan 5

11
MeV sifat atenuasi hampir sama atau sebanding dengan densitas bahanbpelindung. Untuk energi
kuantum lebih rendah dan tinggi, bahan pelindung dengan nomor atom lebih tinggi lebih efektif.
Prinsip dasar proteksi radiasi tersebut di atas, yaitu pengendalian radiasi dengan
memperhitungkan waktu, jarak dan pelindung radiasi, harus digunakan oleh pars pekerja radiasi
dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, seperti dalam bidang medik maupun dalam
bidang industri lainnya.

c. Dalam bidang medik


Operator radiografi diagnostik harus memanfaatkan tabir dan apron Pb untuk mencegah
penyinaran seluruh tubuh oleh radiasi hambur. Petugas yang merangkai radium, yang akan
dipasang pada pasien sebagai terapi, hams memanfaatkan kaca Pb untuk menghindari penyinaran
seluruh tubuh.
Untuk melindungi mata bias digunakan cermin atau kacamata Pb, dan hams diingat bahwa
sumber radiasi tidk boleh dipegang langsung dengan tangan. Pasien radiografi gigi menggunakan
apron Pb untuk melindungi gonad.

d. Dalam bidang industri


Operator radiografi industri berlindung dibalik tiang beton, Binding atau bagian lain dari
konstruksi untuk menghindari penyinaran seluruh tubuh selama waktu penyinaran yang cukup
lama (sampai beberapa menit). Operator radiografi dilatih mengoperasikan kamera dengan
kecepatan tingi tetapi aman, sebab ia menggunakan sumber radiasi Ir-192 dengan aktivitas
ratusan curie dengan jarak sekitar 6 meter dari mulut kamera (faktor waktu). Pekerja logging
yang menggunakan sumber radiasi neutron Am-Be dengan aktivitas 16 curie seharusnya
melakukan tindakan proteksi yang serupa.
Untuk melindungi gonad, baik pekerja logging atau gauging maupun pekerja radiografi
industri, sebaiknya jangan menjinjing kontener atau kamera sendiri, hal ini untuk menjaga atau
mengatur jarak antara gonad dan sumber radiasi. Dalam melakukan perhitungan menggunakan
prinsip dasar proteksi radiasi tersebut terdahulu perlu diadakan koreksi terhadap aktivitas sumber
radiasi yang digunakan, khususnya bila sumber radiasi tersebut waktu paruhnya rendah, aisalnya
dengan cara menghitung atau melihat grafik peiuruhan/ transformasi.
e. Neutron

12
Untuk penahan neutron perhitungannya agak sulit. Ada 3 interaksi penting yang perlu
diketahui:
1) Hamburan kenyal (elastik): Neutron bertumbukan dengan inti atom bahan penahan dengan
cara yang sama seperti tumbukan bola bilyard. Dalam tumbukan, neutron kehilangan sebagian
energinya yang berpindah kepada inti sasaran. Seluruh energi pindahan ini menjadi energi
kinetik inti sasaran. menurut hukum tumbukan yang berlaku, unsur ringan yang intinya
mendekati massa neutron adalah yang paling baik untuk merendahkan energi neutron dengan
jalan hamburan elastik. Untuk ini dapat digunakan bahan-bahan yang memiliki banyak hidrogen,
misalnya air dan paraffin.
2) Hamburan tak kenyal (in-elastik): Dalam proses ini neutron memberikan sebagian energinya
kepada bahan yang ditumbuknya dan mengeksitasi inti sasaran, kemudian inti melepaskan energi
eksitasi itu kembali dalam bentuk pancaran gamma. Proses hamburan in elastik sangat berarti
untuk unsur dengan inti yang berat.
3) Penangkap neutron: Dalam reaksi ini neutron ditangkap oleh inti, kemudian dalam proses de-
eksitasi memancarkan partikel lain atau foton. Salah satu reaksi penangkap neutron ini adalah
10B(n,α)7Li. Reaksi ini penting artinya dalam proses radiasi, karena partikel alpha yang
dipancarkan mudah sekali diserap. Reaksi yang paling sering ditemui dalam praktik ialah reaksi
58Fe(n,)59Fe. Radiasi gamma ini merupakan faktor yang harus diperhitungkan dalam
pembulatan penahan, karena itu harus dipakai bahan dengan nomor atom yang tinggi untuk
melapisi penahan dengan nomor atom rendah agar dapat menyerap radiasi gamma ini.
2. Proteksi Radiasi Internal
Bahaya yang ditimbulkan oleh radiasi internal merupakan persoalan yang sangat penting
dalam proteksi radiasi.
a. Radioaktivitas sumber radiasi terbuka
Sumber radioaktif terbuka yang disimpan dalam suatu wadah yang tertutup dapat
menimbulkan bahaya radiasi eksterna bagi orang yang bcrada disekelilingnya. Zat radioaktif
yang tidak disimpan dalam keadaan tertutup dapat merupakan ancaman bahaya radiasi internal.
Zat radioaktif dalam jumlah yang kecil sekalipun, yang dilihat dari sudut bahaya eksterna
dapat diabaikan, dapat memberikan dosis yang sangat besar, jika zat tersebut mengenai, apalagi
masuk ke dalam tubuh. Sekali suatu radioisotop masuk dalam tubuh, ia akan memancarkan

13
radiasinya terhadap tubuh dari dalam sehingga habis aktivitasnya karena proses peluruhan. Hal
ini mungkin berlangsung selama beberapa tahun ,terus menerus.
Sebaliknya zat itu karena proses metabolisme dikeluarkan oleh tubuh, hal ini mungkin
selesai dalam beberapa hari saja tetapi bisa juga tertahan dalam, tubuh untuk selama-lamanya.
Radioisotop yang tidak sengaja lepas dari tempat penyimpanannya akan mengakibatkan
kontaminasi dan merupakan bahaya radiasi intern yang potensial bagi manusia.
b. Cara pemasukan dalam tubuh
Ada tiga cara kontaminasi dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan bahaya radiasi
interna terhadap tubuh:
1) melalui pernafasan, penghirupan udara yang terkena kontaminasi,
2) melalui makanan atau mulut,
3) melalui absorpsi langsung oleh kulit atau luka pada kulit yang terkena
kontaminasi.

Jika dalam atmosfir terdapat kontaminasi, maka zat radioaktif akan masuk ke dalam paru-
paru melalui pernafasan dan sebagian akan disalurkan ke calam darah. Bagian lain dari zat
radioaktif akan keluar dari paru-paru dan tertelan kembali masuk ke dalam saluran pencernaan.
Besarnya zat radioaktif yang masuk melalui pernafasan, kemudian ditelan dan dinafaskan
kembali ke luar bergantung pada berbagai faktor, misalnya bentuk fisis dan kimia kontaminan itu
sendiri, dan keadaan fisiologi orang yang terkena kontaminasi itu. Begitu juga jika kontaminan
tertelan, maka fraksi yang menembus dinding saluran pencernaan dan kemudian masuk ke dalam
cairan tubuh bergantung pada sifat kontaminasi dan keadaan fisiologis penderita.

c. Pengendalian bahaya kontaminasi


Seperti halnya dengan radiasi eksterna, kriteria dalam pengendalian bahaya
kontaminasi interna adalah membatasi dosis yang diterima oleh organ tubuh yang dipandang
vital sampai tingkatan yang sekecil-kecilnya dan aman. Dengn demikian pengendalian bahaya
kontaminasi interna ini tergantung pada pengendalian konsentrasi kontaminan dalam udara,
makanan/minuman dan tingkat kontaminasi pada permukaan kulit dan sekitarnya.

14
C. Falsafah Proteksi Radiasi

Falsafah proteksi radiasi disebut juga dengan tujuan proteksi radiasi. Tujuan dari
proteksi radiasi adalah sebagai berikut :
1. Mencegah terjadinya efek non stokastik yang membahayakan
2. Meminimalkan terjadinya efek stokastik hingga ke tingkat yang cukup rendah yang
masih dapat diterima oleh individu dan lingkungan di sekitarnya.
Pengalaman telah membuktikan bahwa dengan menggunakan sistem pembatasan dosis
terhadap penyinaran tubuh (baik radiasi eksterna maupun internal) kemungkinan resiko
bahaya radiasi dapat diabaikan petugas proteksi radiasi dengan mengikuti peraturan proteksi
radiasi dan menggunakan peralatan proteksi yang canggih dapat menyelamatkan pekerja
radiasi dan masyarakat pada umumnya.
Prosedur yang biasa dipakai untuk mencegah dan mengendalikan bahaya radiasi adalah
:
a. Meniadakan bahaya radiasi.
b. Mengisolasi bahaya radiasi dari manusia.
c. Mengisolasi manusia dari bahaya radiasi.
Untuk menerapkan tiga prosedur proteksi radiasi di atas dilaksanakan oleh petugas
proteksi radiasi. Prosedur utama cukup jelas dengan mentaati dan melaksanakan peraturan
proteksi radiasi; kedua dengan merancang tempat kerja dan menggunakan peralatan proteksi
radiasi yang baik dan penahan radiasi yang memadai sehingga kondisi kerja dan
lingkungannya aman dan selamat; dan ketiga memerlukan pemonitoran dan pengawasan
secara terus menerus baik pekerja radiasi maupun lingkungannya dengan menggunakan alat
pemonitoran perorangan, pemonitoran lingkungan dan surveimeter.
Para penguasa instalasi nuklir sesuai dengan segala keturunan yang berlaku wajib
menyusun program proteksi radiasi sejak proses perencanaan, tahap pembangunan instalasi,
dan pada tahap operasi. Program proteksi radiasi ini dimaksudkan untuk menekan serendah
mungkin kemungkinan terjadinya kecelakaan radiasi. Dalam penyusunan program ini
diperlukan adanya prinsip penerapan prinsip keselamatan radiasi dalam pengoperasian suatu
instalasi nuklir sesuai dengan rekomendasikan oleh Komisi Internasional untuk
Perlindungan Radiologi (ICRP).

15
Dalam pemanfaatan teknologi nuklir, faktor keselamatan manusia harus mendapatkan
prioritas utama. Program proteksi radiasi bertujuan melindungi para pekerja radiasi serta
masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat penggunaan zat radioaktif
atau sumber radiasi lainnya. Ada tiga hal penting yang perlu mendapatkan perhatian untuk
mencegah terjadinya kecelakaan radiasi sehubungan dengan pengoperasian instalasi nuklir,
yaitu :
1. Adanya peraturan perundangan dan standar keselamatan dalam bidang keselamatan
nuklir.
2. Pembangunan instalasi nuklir dilengkapi dengam sarana peralatan keselamatan kerja dan
sarana pendukung lainnya yang sempurna sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan sebelumnya, dengan memperhatikan laporan analisis keselamatan berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh instansi
yang berwenang.
3. Tersedianya personil dengan bekal pengetahuan memadai dan memahami sepenuhnya
tentang keselamatan kerja terhadap radiasi.

D. Acuan Dasar Proteksi Radiasi


Untuk mencapai tujuan program proteksi radiasi , baik untuk pekerja radiasi maupun
anggota masyarakat, diperlukan adanya acuan dasar sehingga setiap kegiatan proteksi harus
selalu sesuai dengan acuan dasar tadi. Sesuai dengan rekomendasi ICRP, dalam setiap
kegiatan proteksi dikenal adanya standar dalam nilai batas dan tingkat acuan. Nilai batas
terdiri atas nilai batas dasar, nilai batas turunan dan nilai batas ditetapkan. Sedang tingkat
acuan terdiri atas tingkat pencatatan, tingkat penyelidikan dan tingkat intervensi.
Nilai batas dasar untuk tujuan proteksi radiasi tidak dapat diukur secara langsung.
Sedang dalam pelaksanaan program proteksi, rancangan program pemantauan radiasi
memerlukan metode interpretasi untuk secara langsung dapat menunjukan bahwa hasil
pemantauan itu sesuai dengan nilai batas dosis. Untuk mencapai efisiensi dalam proteksi
radiasi, dipandang perlu untuk memperkenalkan nilai batas turunan yang menunjukan
hubungan langsung antara nilai batas dasar dan hasil pengukuran.
Nilai batas turunan adalah besaran terukur yang dapat dihubungkan dengan nilai batas
dasar dengan menggunakan suatu model. Dengan demikian hasil pengukuran yang sesuai

16
dengan nilai batas turunan secara otomatis akan sesuai dengan nilai batas dasar. Sedang nilai
batas ditetapkan adalah besaran terukur yang ditetapkan oleh pemerintah maupun peraturan
lokal pada suatu instalasi. Nilai batas ditetapkan umumnya lebih rendah dari nilai batas
turunan, namun ada kemungkinan nilai keduanya adalah sama.
Tingkat acuan bukan merupakan nilai batas, tetapi dapat digunakan untuk menentukan
suatu tindakan dalam suatu nilai besaran melampaui atau diramalkan dapat melampaui
tingkat acuan. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan program pemantauan radiasi perlu
menggunakan tingkat acuan. Pelaksanaan program proteksi radiasi memerlukan perencanaan
yang hati-hati dalam menentukan tingkat acuan dan tindakan nyata yang perlu diambil jika
nilai suatu besaran mencapai nilai acuan. Tingkat acuan ini secara operasional akan sangat
membantu penguasa instalasi atom dalam upaya mencapai tujuan proteksi radiasi. Ada tiga
tingkat acuan, yaitu :
1. Tingkat Pencatatan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka suatu hasil pengukuran
harus dicatat. Nilai dari tingkat pencatatan harus kurang dari 1/10 dari nilai batas dosis
ekuivalen tahunan. Hasil pengukuran yang berada di bawah nilai tingkat pencatatan tidak
perlu proses lebih lanjut.
2. Tingkat Penyelidikan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka penyebab atau
implikasi suatu hasil pengukuran harus diselidiki. Tingkat penyelidikan harus kurang dari
3/10 dari nilai batas dosis ekuivalen tahunan.
3. Tingkat Intervensi, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka beberapa tindakan
penanggulangan harus diambil. Tingkat intervensi harus ditentukan sehingga tindakan
penanggulangan tidak mempengaruhi kondisi operasi normal.

E. Asas-Asas Proteksi Radiasi


Asas-asas dalam proteksi radiasi atau disebut juga prinsip-prinsip proteksi radiasi ini
terdiri atas beberapa macam yaitu asas legislasi yang sering disebut asas justifikasi yang
artinya pembenaran, asas optimalisasi dan asas limitasi.

1. Asas Legislasi atau Justifikasi


Asas legislasi atau justifikasi mempunyai arti pembenaran. Penerapan asas
justifikasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar sebelum tenaga nuklir

17
dimanfaatkan, terlebih dahulu harus dilakukan analisis resiko manfaat. Apabila
pemanfaatan tenaga nuklir menghasilkan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan
resiko akibat kerugian radiasi yang mungkin ditimbulkannya, maka kegiatan tersebut
boleh dilaksanakan. Sebaliknya, apabila manfaatnya lebih kecil dari resiko yang
ditimbulkan, maka kegiatan tersebut tidak boleh dilaksanakan. Berikut adalah contoh
penerapan asas legislasi atau justifikasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
 Seorang ibu menderita kelainan jantung tetapi ibu tersebut tidak dapat di roentgen
karena ibu tersebut sedang hamil. Karena ditakutkan radiasi tersebut akan tersalurkan
ke janinnya. Maka pemotretan akan dilakukan setelah ibu tersebut melahirkan.
 Jika seseorang pasien datang ke ruang pemeriksaan tanpa membawa rekomendasi
dari dokter maka sebagai radiografer tidak diharuskan untuk melakukan pemeriksaan
terhadap pasien tersebut.
 Seorang radiografer tidak boleh seenaknya menggunakan pesawat roentgen di dalam
Rumah Sakit tempat ia bekerja, misalnya dengan mengekspose binatang
peliharaannya untuk kepentingan pribadinya.
2. Asas Optimalisasi
Penerapan asas ini dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar paparan radiasi
yang berasal dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan
mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Asas ini dikenal dengan sebutan ALARA
(As Low As Reasonably Achievable). Dalam kaitannya dengan penyusunan program
proteksi radiasi, asas optimalisasi mengandung pengertian bahwa setiap komponen dalam
program telah dipertimbangkan secara saksama, termasuk besarnya biaya yang dapat
dijangkau. Suatu program proteksi dikatakan memenuhi asas optimalisasi apabila semua
komponen dalam program tersebut disusun dan direncanakan sebaik mungkin dengan
memperhitungkan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi.
Tujuan dari asas optimalisasi dalam proteksi radiasi adalah untuk mendapatkan
hasil optimum yang meliputi kombinasi penerimaan dosis yang rendah, baik individu
maupun kolektif, minimnya resiko dari pemaparan yang tidak dikehendaki, dan biaya
yang murah. Asas optimalisasi sangat ditekankan oleh ICRP. Setiap kegiatan yang
memerlukan tindakan proteksi, terlebih dahulu harus dilakukan analisis optimalisasi
proteksi. Penekanan ini dimaksudkan untuk meluruskan kesalahpahaman tentang sistem

18
pembatasan dosis yang sebelumnya dikenal dengan konsep ALARA (As Low As
Reasonably Achievable). Baik asas optimalisasi maupun ALARA keduanya sangat
menekankan pada pertimbangan faktor-faktor ekonomi dan sosial, dan tidak semata-mata
menekankan pada rendahnya penerimaan dosis oleh pekerja maupun masyarakat. Berikut
adalah contoh penerapan asas optimalisasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
 Pada saat mengisi kaset radiografer harus memperhatikan kaset yang akan
digunakan, ukuran film yang sesuai dan jumlah film yang dimasukkan ke dalam
kaset.
 Pada pemeriksaan Thorax untuk bayi sebaiknya menggunakan film 18x24 cm atau
24x30 cm. Hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima pasien dapat diminimalkan
dan tidak merugikan pasien dalam hal ekonomi.
 Sebelum dilakukan pemeriksaan radiografer terlebih dahulu harus memberikan
instruksi yang jelas kepada pasien agar pengulangan foto dapat dihindari sehingga
pasien tidak mendapat dosis radiasi yang sia-sia.
3. Asas Limitasi
Penerapan asas ini dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar dosis radiasi
yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi
nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Yang dimaksud Nilai
Batas Dosis (NBD) ini adalah dosis radiasi yang diterima dari penyinaran eksterna dan
interna selama 1 (satu) tahun dan tidak tergantung pada laju dosis. Penetapan NBD ini
tidak memperhitungkan penerimaan dosis untuk tujuan medik dan yang berasal dari
radiasi alam. NBD yang berlaku saat ini adalah 50 mSv (5000 mrem) pertahun untuk
pekerja radiasi dan 5 mSv (500 mrem) per tahun untuk anggota masyarakat. Sehubungan
dengan rekomendasi IAEA agar NBD untuk pekerja radiasi diturunkan menjadi 20 mSv
(2000 mrem) per tahun untuk jangka waktu 5 tahun (dengan catatan per tahun tidak boleh
melebihi 50 mSv) dan untuk anggota masyarakat diturunkan menjadi 1 mSv (100 mrem)
per tahun, maka tentunya kita harus berhati-hati dalam mengadopsinya. Dengan
menggunakan program proteksi radiasi yang disusun secara baik, maka semua kegiatan
yang mengandung resiko paparan radiasi cukup tinggi dapat ditangani sedemikian rupa
sehingga nilai batas dosis yang ditetapkan tidak akan terlampaui. Berikut adalah contoh
penerapan asas limitasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :

19
 Pada saat ingin mengekspose pasien yang perlu diperhatikan adalah jumlah radiasi
yang akan digunakan. Misalnya seorang pasien dewasa ingin memeriksakan
ekstremitas atas (antebrachi), kV yang digunakan sebesar 45. Apabila ada seorang
pasien anak-anak juga ingin memeriksakan antebrachinya maka kita sebagai
radiografer harus menurunkan kondisi yang tadi digunakan menjadi kV 40 karena
dengan kondisi tersebut sudah dapat dihasilkan gambar radiografi yang bagus karena
tebal objek sudah dapat ditembus dengan kondisi tersebut.
 Pada pemeriksaan Thorax untuk bayi sebaiknya menggunakan film 18x24 cm atau
24x30 cm. Hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima pasien dapat diminimalkan.
 Jika radiografer melakukan foto x-ray, untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima
oleh pasien, kita sebisa mungkin mengatur luas kolimasi sesuai dengan kebutuhan.
Sebab semakin besar kolimasi maka semakin besar pula radiasi yang diterima oleh
pasien begitupun sebaliknya.

20
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

 Proteksi radiasi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari betapa pentingnya
melindungi diri dari pengaruh buruk radiasi, yang memungkinkan memberikan efek buruk
pada manusia dan lingkungan sekitar, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
 Adapun asas-asas yang terkandung di dalamnya merupakan pedoman –pedoman yang wajib
adanya untuk di aplikasikan ke dalam penerapan penggunaan radiasi dan sebagai tolak ukur
untuk mempertahankan pentingnya berperilaku yang teratur dan telatn dalam penggunaan
radiasi.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://ainunsofhaina.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-falsafah-dan-asas-asas.html

http://kedan-x-ray.blogspot.co.id/2014/09/proteksi-radiasi.html

22

Anda mungkin juga menyukai