Universitas Indonesia
Disusun Oleh:
Muhammad Taqiyudin Fadhilah (1506741663)
Herdani Rahman (1506669766)
Bayu Bagaskara (1506721421)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Kesehatan
dan Proteksi Radiasi. Kami menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak dalam proses penulisan akan menjadi sulit bagi kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada: (1) Bapak Lukmanda Evan Lubis,S.Si, M.Si, selaku dosen pengajar yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran yang telah mengarahkan kami
sampai makalah ini selesai (2) Keluarga Fisika Medis UI baik angkatan 2015,atau
pun senior kami, yang membantu dalam penyelesaian penulisan ini (3) dan tak lupa
orang tua dan keluarga kami yang telah memberikan bantuan dukungan material
dan moral Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah yang berjudul
“Regulasi Tentang Proteksi Radiasi” ini membawa manfaat bagi kami khususnya
dan teman-teman umumnya.
ii
ABSTRAK
Kata kunci:
Proteksi Radiasi, Radiasi, Batan, Bapeten
iii
ABSTRACT
This paper discusses the various kinds of applicable regulations, which are useful
for reducing the radiation hazard. Basically, the drafting of this regulation refers to
international regulations based on the research and research results of a
fundamentally reviewed body or individual. With the regulation of radiation
protection, the use of radiation sources in various fields can be safely controlled.
Keywords:
Radiation Protection, Radiation, Batan, Bapeten
iv
DAFTAR ISI
SAMPUL…………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii
ABSTRAK...……………………………………………………………………...iii
ABSTRACT………………………………………………………………………iv
BAB I
A. Latar Belakang………………………………………………………………1
B. Tujuan……………………………………………………………………….1
C. Rumusan Masalah…………………………………………………………...1
BAB II
A. Pengertian Proteksi Radiasi…………………………………………………2
B. Macam-Macam Proteksi Radiasi……………………………………………3
C. Falsafah Proteksi Radiasi……………………………………………………3
D. Acuan Dasar Proteksi Radiasi………………………………………………4
E. Asas-Asas Proteksi Radiasi…………………………………………………5
BAB III
Kesimpulan…………………………………………………..……………………9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………10
v
BAB I
PEMBAHASAN
1. Latar Belakang
Proteksi radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang
atau sekelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi
pengion, sementara kegiatan yang diperlukan dalam pemakaian sumber radiasi pengion
masih tetap dapat dilaksanakan.
Sebagian besar orang mengetahui bahwa radiasi nuklir atau radiasi pegion sangat
berbahaya, karena bisa mengakibatkan berbagai macam masalah kesehatan bahkan bisa
mempengaruhi genetik seseorang yang kemudian diturunkan. Disadari atau tidak, kita
semua pernah berdekatan dengan radiasi pengion. Radiasi pengion ini biasanya didapati
di rumah sakit atau di bandara.
Untuk menghindari atau meminimalisasi efek negatif dari radiasi pengion yang dapat
membahayakan diri kita, maka pada materi ini akan di bahas mengenai proteksi radiasi.
1.1 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
4. Melakukan desain terhadap perlengkapan kerja, proses dan sebagainya untuk
mengupayakan keselamatan radiasi baik di tempat kerja maupun lingkungan.
3
secara terus menerus baik pekerja radiasi maupun lingkungannya dengan menggunakan
alat pemonitoran perorangan, pemonitoran lingkungan dan surveimeter.
Para penguasa instalasi nuklir sesuai dengan segala keturunan yang berlaku wajib
menyusun program proteksi radiasi sejak proses perencanaan, tahap pembangunan
instalasi, dan pada tahap operasi. Program proteksi radiasi ini dimaksudkan untuk menekan
serendah mungkin kemungkinan terjadinya kecelakaan radiasi. Dalam penyusunan
program ini diperlukan adanya prinsip penerapan prinsip keselamatan radiasi dalam
pengoperasian suatu instalasi nuklir sesuai dengan rekomendasikan oleh Komisi
Internasional untuk Perlindungan Radiologi (ICRP).
Dalam pemanfaatan teknologi nuklir, faktor keselamatan manusia harus mendapatkan
prioritas utama. Program proteksi radiasi bertujuan melindungi para pekerja radiasi serta
masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat penggunaan zat radioaktif
atau sumber radiasi lainnya. Ada tiga hal penting yang perlu mendapatkan perhatian untuk
mencegah terjadinya kecelakaan radiasi sehubungan dengan pengoperasian instalasi
nuklir, yaitu :
1. Adanya peraturan perundangan dan standar keselamatan dalam bidang keselamatan
nuklir.
2. Pembangunan instalasi nuklir dilengkapi dengam sarana peralatan keselamatan kerja
dan sarana pendukung lainnya yang sempurna sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan sebelumnya, dengan memperhatikan laporan analisis keselamatan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan ketentuan lain yang ditetapkan
oleh instansi yang berwenang.
3. Tersedianya personil dengan bekal pengetahuan memadai dan memahami sepenuhnya
tentang keselamatan kerja terhadap radiasi.
4
Nilai batas dasar untuk tujuan proteksi radiasi tidak dapat diukur secara langsung.
Sedang dalam pelaksanaan program proteksi, rancangan program pemantauan radiasi
memerlukan metode interpretasi untuk secara langsung dapat menunjukkan bahwa hasil
pemantauan itu sesuai dengan nilai batas dosis. Untuk mencapai efisiensi dalam proteksi
radiasi, dipandang perlu untuk memperkenalkan nilai batas turunan yang menunjukkan
hubungan langsung antara nilai batas dasar dan hasil pengukuran.
Nilai batas turunan adalah besaran terukur yang dapat dihubungkan dengan nilai batas
dasar dengan menggunakan suatu model. Dengan demikian hasil pengukuran yang sesuai
dengan nilai batas turunan secara otomatis akan sesuai dengan nilai batas dasar. Sedang
nilai batas ditetapkan adalah besaran terukur yang ditetapkan oleh pemerintah maupun
peraturan lokal pada suatu instalasi. Nilai batas ditetapkan umumnya lebih rendah dari
nilai batas turunan, namun ada kemungkinan nilai keduanya adalah sama.
Tingkat acuan bukan merupakan nilai batas, tetapi dapat digunakan untuk menentukan
suatu tindakan dalam suatu nilai besaran melampaui atau diramalkan dapat melampaui
tingkat acuan. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan program pemantauan radiasi perlu
menggunakan tingkat acuan. Pelaksanaan program proteksi radiasi memerlukan
perencanaan yang hati-hati dalam menentukan tingkat acuan dan tindakan nyata yang perlu
diambil jika nilai suatu besaran mencapai nilai acuan. Tingkat acuan ini secara operasional
akan sangat membantu penguasa instalasi atom dalam upaya mencapai tujuan proteksi
radiasi. Ada tiga tingkat acuan, yaitu :
1. Tingkat Pencatatan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka suatu hasil
pengukuran harus dicatat. Nilai dari tingkat pencatatan harus kurang dari 1/10 dari nilai
batas dosis ekuivalen tahunan. Hasil pengukuran yang berada di bawah nilai tingkat
pencatatan tidak perlu proses lebih lanjut.
2. Tingkat Penyelidikan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka penyebab atau
implikasi suatu hasil pengukuran harus diselidiki. Tingkat penyelidikan harus kurang
dari 3/10 dari nilai batas dosis ekuivalen tahunan.
3. Tingkat Intervensi, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka beberapa tindakan
penanggulangan harus diambil. Tingkat intervensi harus ditentukan sehingga tindakan
penanggulangan tidak mempengaruhi kondisi operasi normal.
5
2.1.4 Asas-Asas Proteksi Radiasi
Asas-asas dalam proteksi radiasi atau disebut juga prinsip-prinsip proteksi radiasi ini
terdiri atas beberapa macam yaitu asas legislasi yang sering disebut asas justifikasi yang
artinya pembenaran, asas optimalisasi dan asas limitasi.
1. Asas Legislasi atau Justifikasi
Asas legislasi atau justifikasi mempunyai arti pembenaran. Penerapan asas
justifikasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar sebelum tenaga nuklir
dimanfaatkan, terlebih dahulu harus dilakukan analisis resiko manfaat. Apabila
pemanfaatan tenaga nuklir menghasilkan manfaat yang lebih besar dibandingkan
dengan resiko akibat kerugian radiasi yang mungkin ditimbulkannya, maka kegiatan
tersebut boleh dilaksanakan. Sebaliknya, apabila manfaatnya lebih kecil dari resiko
yang ditimbulkan, maka kegiatan tersebut tidak boleh dilaksanakan. Berikut adalah
contoh penerapan asas legislasi atau justifikasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
Seorang ibu menderita kelainan jantung tetapi ibu tersebut tidak dapat di roentgen
karena ibu tersebut sedang hamil. Karena ditakutkan radiasi tersebut akan
tersalurkan ke janinnya. Maka pemotretan akan dilakukan setelah ibu tersebut
melahirkan.
Jika seseorang pasien datang ke ruang pemeriksaan tanpa membawa rekomendasi
dari dokter maka sebagai radiografer tidak diharuskan untuk melakukan
pemeriksaan terhadap pasien tersebut.
Seorang radiografer tidak boleh seenaknya menggunakan pesawat roentgen di
dalam Rumah Sakit tempat ia bekerja, misalnya dengan mengekspose binatang
peliharaannya untuk kepentingan pribadinya.
2. Asas Optimalisasi
Penerapan asas ini dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar paparan
radiasi yang berasal dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan
mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Asas ini dikenal dengan sebutan
ALARA (As Low As Reasonably Achievable). Dalam kaitannya dengan penyusunan
program proteksi radiasi, asas optimalisasi mengandung pengertian bahwa setiap
komponen dalam program telah dipertimbangkan secara saksama, termasuk besarnya
biaya yang dapat dijangkau. Suatu program proteksi dikatakan memenuhi asas
optimalisasi apabila semua komponen dalam program tersebut disusun dan
direncanakan sebaik mungkin dengan memperhitungkan biaya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ekonomi.
6
Tujuan dari asas optimalisasi dalam proteksi radiasi adalah untuk mendapatkan
hasil optimum yang meliputi kombinasi penerimaan dosis yang rendah, baik individu
maupun kolektif, minimnya resiko dari pemaparan yang tidak dikehendaki, dan biaya
yang murah. Asas optimalisasi sangat ditekankan oleh ICRP. Setiap kegiatan yang
memerlukan tindakan proteksi, terlebih dahulu harus dilakukan analisis optimalisasi
proteksi. Penekanan ini dimaksudkan untuk meluruskan kesalahpahaman tentang
sistem pembatasan dosis yang sebelumnya dikenal dengan konsep ALARA (As Low
As Reasonably Achievable). Baik asas optimalisasi maupun ALARA keduanya sangat
menekankan pada pertimbangan faktor-faktor ekonomi dan sosial, dan tidak semata-
mata menekankan pada rendahnya penerimaan dosis oleh pekerja maupun masyarakat.
Berikut adalah contoh penerapan asas optimalisasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
Pada saat mengisi kaset radiografer harus memperhatikan kaset yang akan
digunakan, ukuran film yang sesuai dan jumlah film yang dimasukkan ke dalam
kaset.
Pada pemeriksaan Thorax untuk bayi sebaiknya menggunakan film 18x24 cm atau
24x30 cm. Hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima pasien dapat
diminimalkan dan tidak merugikan pasien dalam hal ekonomi.
Sebelum dilakukan pemeriksaan radiografer terlebih dahulu harus memberikan
instruksi yang jelas kepada pasien agar pengulangan foto dapat dihindari sehingga
pasien tidak mendapat dosis radiasi yang sia-sia.
3. Asas Limitasi
Penerapan asas ini dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar dosis radiasi
yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi
nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Yang dimaksud Nilai
Batas Dosis (NBD) ini adalah dosis radiasi yang diterima dari penyinaran eksterna dan
interna selama 1 (satu) tahun dan tidak tergantung pada laju dosis. Penetapan NBD ini
tidak memperhitungkan penerimaan dosis untuk tujuan medik dan yang berasal dari
radiasi alam. NBD yang berlaku saat ini adalah 50 mSv (5000 mrem) pertahun untuk
pekerja radiasi dan 5 mSv (500 mrem) per tahun untuk anggota masyarakat.
Sehubungan dengan rekomendasi IAEA agar NBD untuk pekerja radiasi diturunkan
menjadi 20 mSv (2000 mrem) per tahun untuk jangka waktu 5 tahun (dengan catatan
per tahun tidak boleh melebihi 50 mSv) dan untuk anggota masyarakat diturunkan
menjadi 1 mSv (100 mrem) per tahun, maka tentunya kita harus berhati-hati dalam
mengadopsinya. Dengan menggunakan program proteksi radiasi yang disusun secara
7
baik, maka semua kegiatan yang mengandung resiko paparan radiasi cukup tinggi dapat
ditangani sedemikian rupa sehingga nilai batas dosis yang ditetapkan tidak akan
terlampaui. Berikut adalah contoh penerapan asas limitasi dalam kehidupan sehari-hari
yaitu :
Pada saat ingin mengekspose pasien yang perlu diperhatikan adalah jumlah radiasi
yang akan digunakan. Misalnya seorang pasien dewasa ingin memeriksakan
ekstremitas atas (antebrachi), kV yang digunakan sebesar 45. Apabila ada seorang
pasien anak-anak juga ingin memeriksakan antebrachinya maka kita sebagai
radiografer harus menurunkan kondisi yang tadi digunakan menjadi kV 40 karena
dengan kondisi tersebut sudah dapat dihasilkan gambar radiografi yang bagus
karena tebal objek sudah dapat ditembus dengan kondisi tersebut.
Pada pemeriksaan Thorax untuk bayi sebaiknya menggunakan film 18x24 cm atau
24x30 cm. Hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima pasien dapat
diminimalkan.
Jika radiografer melakukan foto x-ray, untuk mengurangi dosis radiasi yang
diterima oleh pasien, kita sebisa mungkin mengatur luas kolimasi sesuai dengan
kebutuhan. Sebab semakin besar kolimasi maka semakin besar pula radiasi yang
diterima oleh pasien begitu pun sebaliknya.
Sesuai dengan tujuan dan fungsi yang telah di jabarkan. Disadari bahwa proteksi radiasi
merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan pekerja. Ada beberapa takaran yang menjadi hal dasar dalam proteksi radiasi yaitu
dosis. Dosis Radiasi yang selanjutnya disebut Dosis adalah jumlah radiasi yang terdapat dalam
medan radiasi atau jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang
dilaluinya. Nilai Batas Dosis yang selanjutnya disingkat NBD adalah Dosis terbesar yang
diizinkan oleh BAPETEN yang dapat diterima oleh Pekerja Radiasi dan anggota masyarakat
dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat
Pemanfaatan Tenaga Nuklir. Pembatas Dosis adalah batas atas Dosis Pekerja Radiasi dan
anggota masyarakat yang tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis yang digunakan pada
optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi untuk setiap Pemanfaatan Tenaga Nuklir. Ada
beberapa jenis dosis yang dibedakan berdasarkan cara kerjanya yaitu ada dosis ekivalen, dosis
efektif dan dosis serap. Dosis serap adalah jumlah energi yang diserap oleh suatu materi
8
(termasuk tubuh manusia) yang dikenai radiasi, dan merupakan salah satu besaran fisis paling
dasar untuk menentukan efek radiasi pada materi. Dosis serap memiliki satuan gray (Gy).
Sedangkan dosis ekivalen adalah besaran Dosis yang khusus digunakan dalam Proteksi Radiasi
untuk menyatakan besarnya tingkat kerusakan pada jaringan tubuh akibat terserapnya sejumlah
energi radiasi dengan memperhatikan faktor bobot radiasi yang mempengaruhinya. Dosis
ekivalen memiliki satuan milisivert (Msv). Adapun dosis yang perhitungannya berkaitan
langsung dengan jaringan yaitu dosis efektif yang di artikan sebagai besaran Dosis yang khusus
digunakan dalam Proteksi Radiasi untuk mencerminkan risiko terkait Dosis, yang nilainya
adalah jumlah perkalian Dosis Ekivalen yang diterima jaringan dengan faktor bobot jaringan.
Nilai Batas Dosis untuk Pekerja Radiasi di atur dalam SK BAPETEN pasal 14 yang
berisi tentang :
Ketentuan Dosis Efektif rata-rata sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per tahun
dalam periode 5 (lima) tahun, sehingga Dosis yang terakumulasi dalam 5 (lima) tahun
tidak boleh melebihi 100 mSv (seratus milisievert)
Dosis Efektif sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu.
Dosis Ekivalen untuk lensa mata rata-rata sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per
tahun dalam periode 5 (lima) tahun dan 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu)
tahun tertentu
Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 500 mSv (limaratus milisievert) per tahun; dan e.
Dosis Ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 500 mSv (limaratus milisievert) per
tahun
9
2.2.2 Peserta Magang pekerja magang untuk pelatihan kerja, pelajar, atau mahasiswa
yang berumur 16 (enam belas) tahun sampai dengan 18 (delapan belas)
Nilai Batas Dosis pekerja magang untuk pelatihan kerja, pelajar, atau
mahasiswa yang berumur 16 (enam belas) tahun sampai dengan 18 (delapan belas)
tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b ditetapkan dengan ketentuan:
c. Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 150 mSv (seratus limapuluh milisievert)
pertahun
d. Dosis Ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 150 mSv (seratus limapuluh
milisievert) pertahun.
Di samping itu, dalam hal pekerja magang untuk pelatihan kerja, pelajar, atau
mahasiswa yang berumur di atas 18 (delapan belas) tahun, diberlakukan Nilai Batas
Dosis sama dengan Nilai Batas Dosis yang ditetapkan untuk Pekerja Radiasi yang
diatur pada pasal 17.
Kemudian ada beberapa poin pada pasal 18 yang mengatur tentang apabila
pekerja radiasi menerima dosis melebihi 20 mSv (dua puluh mili sievert) dalam 1 (satu)
tahun tetapi masih kurang dari 50 mSv (lima puluh mili sievert), maka Pemegang Izin
harus:
a. Mengkaji ulang Paparan Radiasi dan mengambil langkah korektif yang perlu.
10
2.2.3 `Masyarakat Umum
Nilai Batas Dosis untuk anggota masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf c ditetapkan dengan ketentuan:
b. Dosis Ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv (seratus limapuluh milisievert)
pertahun
c. Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) per tahun
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Proteksi radiasi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari betapa pentingnya
melindungi diri dari pengaruh buruk radiasi, yang memungkinkan memberikan efek buruk
pada manusia dan lingkungan sekitar, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Adapun asas-asas yang terkandung di dalamnya merupakan pedoman –pedoman yang
wajib adanya untuk di aplikasikan ke dalam penerapan penggunaan radiasi dan sebagai
tolak ukur untuk mempertahankan pentingnya berperilaku yang teratur dan telaten dalam
penggunaan radiasi.
12