Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemanfaatan radiasi pengion dilakukan pada berbagai bidang yang bertujuan untuk
kesejahteran manusia, salah satunya dibidang kesehatan. Pemanfaatan radiasi pengion
(sinar-x atau sinar gamma) terutama dibidang diagnostik dan radioterapi. Pemanfaatan
radiasi pengion untuk bidang diagnostik dilakukan untuk pembuatan suatu citra (image)
medik yang menggambarkan anatomi dan fungsi tubuh. Citra medik i digunakan untuk
menegakkan diagnose suatu kelainan tubuh. Radiasi pengion selain digunakan untuk
penegakkan diagnosa, juga dapat berfungsi untuk suatu pengobatan atau terapi sel-sel
keganasan (kanker) dalam tubuh. Interaksi radiasi dengan materi menghasilkan proses
yang dapat membunuh sel-sel kanker.

Radiasi pengion selain mempunyai efek yang baik untuk dunia kedokteran, radiasi
pengion juga mempunyai efek yang kurang baik. Efek-efek radiasi yang kurang baik
atau berbahaya secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu efek
stokastik dan non-stokastik. Sebagian besar efek biologis akibat paparan radiasi berada
dalam kategori efek non-stokastik. Efek ini mempunyai ciri nilai ambang batas suatu
dosis minimum harus harus dilampaui sebelum nampak efek-efek khusus. Efek ini juga
bergantung pada besarnya nilai dosis paparan dan efek radiasi akan berbanding lurus
dengan terimaan dosis radiasi. Efek radiasi non-stokastik dikenal juga sebagai efek
ambang (threshold effect).

Efek stokastik dapat terjadi jika sel yang terpapar radiasi pengion mengalami
mutasi. Efek stokastik mempunyai ciri-ciri antara lain tidak mengenal dosis
ambang, timbul setelah masa tenang yang lama, keparahannya tidak bergantung
pada dosis radiasi dan tidak ada penyembuhan spontan. Contoh efek stokastik akibat
paparan radiasi adalah kanker, leukemia, dan efek pewarisan (efek genetik)

Upaya pengurangan bahaya dan akibat negative radisi pengion maka harus dilakukan

suatu usaha untuk melindungi, mencegah dan mengurangi kemungkinan munculnya

efak bahaya radiasi. Upaya atau program ini dikenal dikenal dengan istilah program
proteksi dan keselamatan radiasi. Setiap individu yang bekerja dengan sumber radiasi

pengion di medan radiasi termasuk dalam area instalasi radiologi di rumah sakit harus

selalu memperhatikan prosedur standar proteksi radiasi serta sadar bahwa aktivitas

yang sedang dilakukannya dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi dirinya

maupun lingkungannya bila terjadi paparan yang berlebihan akibat kesalahan atau

kelalain.

B. Tujuan Penyusunan Program Keselamatan Radiasi

Penyusunan program proteksi dan keselamatan radiasi mempunyai tujuan sebagai

berikut :

1. Sebagai acuan bagi RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar untuk


melaksanakan keselamatan radiasi yang berada di lingkungan Instalasi Radiologi
maupun penggunaan radiasi pengion yang berada di luar Instalasi Radiologi seperti
di laboratorium kateterisasi jantung, penggunaan C-Arm di ruang operasi dan
penggunaan pesawat flouroscopi di bagian ESWL.
2. Sebagai pedoman untuk memastikan bahwa perlindungan yang memadai dari
personil/petugas peralatan x-ray
3. Sebagai acuan untuk memastikan perlindungan/proteksi yang cukup dari petugas
dan masyarakat umum disekitar daerah dimana peralatan x-ray digunakan
4. Sebagai pedoman dalam upaya meminimalisasi paparan pasien terhadap radiasi

pengion sambil memastikan informasi diagnostik yang diperlukan untuk memberikan

perawatan/asesment pasien

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Instalasi Radiologi

RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar meliputi : Penyelenggara Proteksi dan

Keselamatan Radiasi, Fasilitas, Pesawat Sinar-X dan Peralatan Proteksi Radiasi,

Pembagian Daerah Kerja ,Perlengkapan Proteksi Radiasi, Prosedur Proteksi dan

Keselamatan Radiasi dan Rekaman dan Laporan


D. Definisi

1. Keselamatan Radiasi Pengion atau yang disebut Keselamatan Radiasi adalah

tindakan untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari

bahaya radiasi

2. Efek Stokastik adalah efek radiasi dimana peluang terjadinya efek tersebut

merupakan fungsi dari nilai dosis yang diterma tanpa mempertimbangkan dosis

ambang (threshold dose).

3. Efek non Stokastik disebut juga efek Deterministika adalah efek radiasi yang

mempunyai tingkat keparahan bergantung pada dosis yang diterima pasien yang

diterima dengan ambang batas (threshold dose).

4. Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan penggunaan

semua modalitas yang menggunakan radiasi untuk diagnosis dan prosedur terapi

dengan menggunakan panduan radiologi.

5. Flouroskopi adalah aplikasi khusus dalam diagnostik maupun interventional radiologi

untuk menghasilkan pencitraan sinar-X menggunakan layar bependar dan intensifier

gambar yang dihubungkan ke CCTV.

6. Tomografi atau Computed Tomography (CT) Scanning adalah teknik radiologi

menghasilkan gambar potongan axial yang direkonstruksi secara komputasi menjadi

gambar 3 dimensi

7. Pesawat sinar-x mobile adalah pesawat sinar-x yang dapat dipindahkan atau

digerakkan ke beberapa ruangan untuk pemeriksaan umum secara rutin

(pemeriksaan x-ray thorak)

8. Pesawat sinar-x general pupose atau x-ray stationer adalah pesawat x-ray yang

terpasang secara tetap dalam ruangan yang digunakan untuk pemeriksaan general

body x-ray baik x-ray tanpa dan dengan kontras.


BAB II

PENYELENGGARA PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI

A. STRUKTUR ORGANISASI PENYELENGGARA KESELAMATAN RADIASI

Struktur organisasi proteksi dan keselamatan radiasi di Instalasi Radiologi RSUP Dr

Wahidin Sudirohusodo Makassar disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah No.63

Tahun 2000. Dalam peraturan ini salah satunya berisi : Penguasa Instalasi Nuklir

harus menerapkan system menejemen keselamatan radiasi yang meliputi

penyusunan organisasi proteksi radiasi, pemantauan dosis radiasi dan radioaktivitas,

penyedian alat proteksi radiasi, pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi tiap tahun,

penyimpanan dokumen radiasi, jaminan kualitas dan peningkatan sumberdaya

manusia petugas dan pekerja radiasi melalui peningkatan jenjang pendidikan dan

pelatihan.

Berikut struktur organisasi proteksi radiasi di Instaasi Radiologi RSUP Dr Wahidin

Sudorohusodo Makassar
Penguasa Instalasi Nuklir
Prof DR Dr Abdul Kadir, SpTHT

Direktur Medik & Keperawatan


DR Dr Khalid Saleh, SpPD,FINASIM

Kepala Instalasi
Radiologi Dr Nurlaily
TIM K3 RS
Komite Keselamatan Radiasi
1. Purwanto, Dipl Rad, S.Si
2. Eko Atmojo, Dipl Rad, S.Si

Pekerja Radiasi Pekerja Radiasi Pekerja Radiasi


Instalasi Radiologi Lab Kateterisasi OK dan ESWL
Jantung
Gambar 1. Struktur Organisasi Keselamatan Radiasi
RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar

B. Tugas dan Tanggung Jawab Petugas Radiasi


1. Penguasa Instalasi Nuklir
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya dalam keselamatan radiasi.

Pengusaha Instalasi harus melaksanakan tindakan dibawah ini :

a. Membentuk organisasi proteksi radiasi dan menunjuk petugas proteksi

radiasi (PPR) dan bila perlu petugas proteksi radiasi pengganti.

b. Hanya mengizinkan seseorang bekerja dengan sumber radiasi setelah


memperhatikan segi kesehatan, pendidikan dan pengalaman kerja dengan
sumber radiasi
c. Memberitahukan kepada semua semua pekerja radiasi tentang adanya
potensi bahaya radiasi yang terkandung dalam tugas mereka dan
memberikan latihan proteksi radiasi
d. Menyediakan aturan keselamatan radiasi yang berlaku dalam lingkungannya
sendiri, termasuk aturan tentang penanggulangan keadaan darurat.
e. Menyediakan prosedur kerja yang diperlukan
f. Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi magang dan pekerja radiasi
dan pelayanan kesehatan bagi pekerja radiasi.
g. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk bekerja dengan
sumber radiasi.
h. Memberitahukan kepada Bapeten atai instansi lain terkait (misalnya
kepolisian dan dinas kebakaran) bila terjadi bahaya radiasi atau keadaan
darurat lainnya.
2. Komite Keselamatan Radiasi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya dalam keselamatan radiasi. Petugas

Proteksi Radiasi (PPR) yang duduk sebagai komite keselamatan radiasi

mempunyai tugas dan tanggung jawab seperti tersebut dibawah ini :

a. Memberi instruksi teknis baik lesan maupun tertulis kepada pekerja radiasi
tentang keselamatan kerja radiasi yang baik, instruksi ini harus mudah
dimengerti dan dapat dilaksanakan.
b. Mengambil tindakan untuk menjamin agar tindakan penyinaran serendah
mungkin dan tidak akan pernah mencapai batas tertinggi yang berlaku serta
menjamin agar pelaksanaan pengelolaan limbah radioaktif sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
c. Mencegah dilakuknnya perubahan terhadap segala sesuatu sehingga dapat
menimbulkan kecelakaan radiasi.
d. Mencegah zat radioaktif jatuh ketangan orang yang tidak berhak.

e. Mencegah kehadiran orang yang tidak berkepentingan ke dalam daerah


pengendalian
f. Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan proteksi radiasi.
g. Menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi apabila
diperlukan dan melaksanakan pemonitoran radiasi serta tindakan radiasi.
h. Memberikan penjelasan dan menyediakan perlengkapan proteksi radiasi
yang memadai kepada para pengunjung atau keluarga pasien apabila
diperlukan.
3. Pekerja Radiasi
Seorang pekerja radiasi ikut bertanggung-jawab terhadap keselamatan radiasi di
daerah kerjanya, dengan demikian ia mempunyai kewajiban sebagai berikut :
a. Mengetahui, memahami, dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan
kerja radiasi.
b. Memanfaatkan sebaik-baiknya peralatan keselamatan radiasi yang tersedia,
bertindak hati-hati serta bekerja secara aman untuk melindungi baik dirinya
sendiri maupun pekerja lain.
c. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimanapun kecilnya kepada
Petugas Proteksi Radiasi (PPR)
d. Melaporkan setiap gangguan kesehatan yang dirasakan, yang diduga akibat
penyinaran lebih atau masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh.
C. Pelatihan
Berikut adalah daftar nama personil, jenis pekerjaan dan pelatihan sesuai dengan
kualifikasi :

No Nama Personil Jenis Pekerjaan Pendidikan Pelatihan


1 Dr Nurlaely Idris, SpRad Dr Ahli Radiologi S-2
2 Dr Junus Baan, RpRad Dr Ahli Radiologi S-2
3 Dr Lutfi Atamimi,SpRad Dr Ahli Radiologi S-2
4 Purwanto, Dipl Rad,S.Si Fisikawan Medik S1 Fisika PPR,CT dll
Radiografer Medik
5 Eko Atmojo,S.Si Fisikawan Medik S1 Fisika PPR,CT,dll
Radiografer Medik
6 Aris Haryanto,S.Si Fisikawan Medik S1 Fisika PPR,CT,dll
Radiografer Medik
7 Suherman,S.Si Fisikawan Medik S1 Fisika CT,dll
Radiografer Medik
8 Afdal,AMR Radiografer DIII ATRO CT,dll
9 Sakroni,SST Radiografer DIV CT,dll
Radiografi
10 Faizal Adha Samas,SST Radiografer DIV CT,dll
Radiografi
11 Siti Nasrah,AMR Radiografer DIII ATRO CT,dll
12 Siti Bungawati,AMR Radiografer DIII ATRO Mammo,Dexa
13 Nurmiati,AMR Radiografer DIII ATRO Radiografi
14 Yohani Tahang,AMR Radiografer DIII ATRO Radiografi
15 Siti Khadijah,AMR Radiografer DIII ATRO Radiografi
16 Rusly,AMR Radiografer DIII ATRO Radiografi
17 Muklis, S.Si Fisikawan Medik S1 Fisika Radiografi
Radiografer Medik
18 Siti Hartina,S.Si Fisikawan Medik S1 Fisika Radiografi
Radiografer Medik
19 Ahmad,AMR Radiografer DIII ATRO Radiografi
20 Ateng Handiyono,SST Radiografer DIV Radiografi
Radiografi
21 Muh Syair,AMR Radiografer DIII ATRO Radiografi
22 Zulfiyanti,AMR Radiografer DIII ATRO Radiografi
23 Hasriadi,AMR Radiografer DIII ATRO Radiografi
24 Fatrial ,AMR Radiografer DIII ATRO Radiografi
25 Nurmala,AMR Radiografer DIII ATRO MRI,Radiografi
26 Wahidin Sirate,AMR Radiografer DIII ATRO MRI,Radiografi
27 Hasriani,AMR Radiografer DIII ATRO MRI,Radiografi
28 Yulianti,AMR Radiografer DIII ATRO Radiografi
29 Erni Ernawati,AMR Radiografer DIII ATRO Radiografi
BAB III

FASILITAS,PESAWAT X-RAY DAN PERALATAN


PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI

A. Fasilitas Ruang Instalasi Radiologi


Fasilitas instalasi pesawat x-ray dibuat berdasarkan dan memperhitungkan beban
kerja maksimum, faktor guna penahan radiasi, dan faktor penempatan daerah
sekitar fasilitas.
Setiap fasilitas pesawat sinar-x harus mempertimbangkan kemungkinan perubahan
di masa mendatang dalam setiap parameter atau semua parameter yang meliputi
penambahan tegangan tabung, beban kerja, modifikasi teknis yang mungkin
memerlukan tambahan pesawat sinar-x dan bertambahnya tingkat penempatan
daerah sekitar fasilitas
Fasilitas pesawat sinar-x di Instalasi Radiologi RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo
Makassar memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Ukuran ruangan pesawat sinar-x dan mobile station harus sesuai dengan
spesifikasi pesawat sinar-x dari pabrik atau rekomendasi standar international.
2. Jika ruangan memiliki jendala, maka jendela ruangan paling kurang terletak pada
ketinggian 2 m dari lantai.
3. Dinding ruangan untuk semua pesawat x-ray terbuat dari bata merah dengan
ketebalan > 25 cm atau beton dengan kerapatan 2,2 g/cm 3 dengan ketebalan 20
cm setara dengan 2mm timah hitam (Pb) dan pintu ruangan pesawat sinar-x
harus dilapisi dengan timah dengan ketebalan equivalen 2 mm Pb
4. Ruang tunggu pasien
5. Ruang ganti pakian
6. Tanda radiasi, poster peringatan bahaya radiasi dan lampu merah
B. Pesawat X-Ray
Fasilitas medik di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar yang menggunakan sumber
radiasi pengion (x-ray) digunakan untuk kegiatan-kegiatan dalam rangka penegakkan
diagnosis suatu penyakit. Fasilitas dengan sumber radiasi x-ray meliputi penggunaan
pesawat x-ray meliputi :
1. Mobile X-ray
Pesawat sinar-X radiografi mobile dalam ruangan adalah pesawat sinar-X yang
dilengkapi dengan teknologi baterai charger sebagai power suplay dengan catu
daya tersambung langsung. Pesawat dilengkapi dengan roda memungkinkan
pesawat dapat pindah dari satu tempat ke tempat lain. Peruntukan pesawat ini
biasanya untuk pembuatan pemeriksaan x-ray rutin foto thorax diruang ICU atau
perawatan NICU.
2. Pesawat X-ray Flouroskophy
Pesawat x-ray fluoroskophy adalah pesawat jenis x-ray yang dilengkapi tabir
flouroskophy dengan penguatan II (image intensifeir) fluoroskophy serta dilengkapi
video yang dapat membuat pencitraan secara langsung dan bersifat dynamic
image. Penggunaan pesawat jenis ini untuk pemeriksaan dengan menggunakan
bahan kontras seperti pemeriksaan system pencernaan : esofagografi, maag-
deunedum (MD), colon inloop dan pemeriksaan lainnya. Selain digunakan
pembuatan radiografi dengan teknik flouroskophy pesawat ini sekaligus digunakan
juga untuk pembuatan pemeriksaan x-ray radiografi.
3. Pesawat Mammografi
Pesawat radiografi untuk pemeriksaan khusus payudara secara umum dikenal
dengan istilah X-ray Mammografi. Pesawat ini dirancang khusus untuk dapat
menampilkan struktur anatomis yang terdiri dari jaringan fibroglandula dan glandula
adiposa (fat) dari payudara. Dua struktur jaringan ini menghasilkan kontras subjek
yang rendah. Untuk menampilkanya diperlukan pesawat x-ray dengan desain
menggunakan energi radiasi yang rendah berkisar 20 keV sampai 35 keV. Filter
dirancang terbuat dari bahan molybdenum (Mo) atau rhodium (Ro) dengan ukuran
focal spot berkisar 0,1-0,3 mm.

4. Pesawat Multislice Scanning (MSCT) 64


Computed Tomography (CT) adalah ilmu /pengetahuan untuk membuat citra
(image) cross-sectional dua dimensi berasal dari tiga dimensi struktur tubuh
manusia (anatomi). Proses pencitraan computed tomography (CT) untuk
menghasilkan citra cross-sectional anatomi tubuh menggunakan teknik perhitungan
matematis yang disebut rekonstruksi. Pemahaman untuk mempelajari proses
pencitraan teknik computed tomography (CT) adalah proses matematis. Dasar
pengetahuan sebuah citra dihasil pada teknik computed tomography (CT) adalah
hasil rekonstruksi suatu bagian objek anatomi yang berantakan (breaking apart)
yang berasal dari struktur tiga dimensi menjadi citra dua dimensi yang ditampilkan
pada layar TV monitor (CRT). Tujuan utama pencitraan computed tomography (CT)
adalah memproduksi citra struktur internal tubuh sebagai citra cross-sectional dua
dimensi. Tujuan akhir dari proses pencitraan dengan menggunaakan pesawat
computed tomography (CT) adalah memperbaiki kelemahan yang ditemuai pada
pencitraan radiografi x-ray konventional yaitu menghasilkan citra anatomi tubuh
dengan potongan cross-sectional maka superpossisi objek dapat dihindari serta
mampu memvisualisasikan objek dengan perbedaan kontras subjek yang rendah.

Multisection Computed Tomography (MSCT) diperkenalkan pada tahun 1992


dengan teknik dua irisan dalam satu scan (dual slice), kemudian berkembang
menjadi teknik empat irisan dalam satu scan (quad section technology). Kelebihan
technologi MSCT selain mampu melakukan irisan lebih dari satu potongan/irisan
dalam satu kali scan adalah kecepatan rotasi gantry tiap detik lebih cepat daripada
teknologi CT scan conventional single irisan helical atau spiral. Kecepatan MSCT
empat irisan bila dibandingkan teknologi CT scan conventional single irisan helical
atau spiral adalah satu hingga dua detik tiap putaran gantry. Sedangkan bila
dibandingkan dengan teknologi MSCT sekarang yang sudah mencapai 256 sampai
320 irisan tiap kali scan kecepatannya lebih cepat delapan kali tiap rotasi gantry.
Efek yang dapat diambil dari segi kecepatan scanning ini pada pencitraan CT
adalah perbaikan resolusi temporal, peningkatan resolosi spatial pada sumbu z,
peningkatan opasitas kontras media didalam jaringan pembuluh darah, penurunan
noise, effisiensi x-ray tube yang digunakan dan jangkuan area scan yang lebih luas
(peningkatan coverage). Kesemua faktor kelebihan tersebut secara substansial
dapat meningkatkan akurasi nilai diagnostic dalam setiap pemeriksaan. Teknik
MSCT secara aplikasi klinis lebih cepat dan superior memperlihatkan citra
multidimensi (MPR teknik) sehingga mampu mengevaluasi setiap klinis
pemeriksaan. Selain itu sangat baik untuk aplikasi pemeriksaan jaringan lunak
(musculoskeletal applications), CT myelografi, long coverge dan multiphase , CT
Angiography (CTA), untuk pemeriksaan penentuan plug pada arteri koroner (cardiac
scorring), evaluasi otak dengan teknik CT perfusi dan teknik virtual endoscophy.

5. Pesawat X-Ray Angiografi


Pesawat Sinar-X Angiografi adalah pesawat sinar-X yang secara khusus
dipergunakan untuk pemeriksaan pembuluh darah. Teknik pencitraan pembuluh
darah baik pembuluh darah utama, perifer sampai pembuluh darah pada jantung
(arteri koronori). Pesawat ini mampu menghasilkan citra yang disebut teknik digital
subtraction angiography (DSA) dimana citra yang dihasilkan pembuluh darah saja
yang ditampilkan sedangkan objek yang lain dihilangkan.
Pesawat Angiografi ditempatkan di laboratorium kateterisasi jantung

C. Pembagian Daerah Kerja


Pembagian daerah kerja di Instalasi Radiologi RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo
Makassar terdiri dari :
1. Daerah Pengendalian
Daerah kerja yang memerlukan tindakan proteksi dan ketentuan keselamatan
khusus untuk mengendalikan paparan normal atau mencegah penyebaran
kontaminasi selama kondisi kerja normal dan untuk mencegah atau membatasi
tingkat paparan potential
2. Daerah Supervisi
Daerah kerja di luar daerah pengendalian yang memerlukan peninjauan
terhadap paparan kerja dan tidak memerlukan tindakan proteksi atau ketentuan
keselamatan khusus
D. Perlengkapan Proteksi Radiasi
1. Apron terbuat Pb harus mempunyai syarat sebagai berikut :
a. Tebal setara 0,25 mm Pb, untuk pemeriksaan dengan tegangan puncak 100 kV
atau kurang
b. Tebal setara 0,35 mm Pb, untuk pemeriksaan dengan tegangan puncak antara
100 kV sampai 150 kV
c. Tebal setara 0,5 mm Pb, untuk pemeriksaann dimana tegangan puncak diatas
150 kV
2. Untu prosedur intervensi radiologi atau kateterisasi , dimana tidak ada pelindung
lainnya digunakan maka digunakan pelindung di panel depan dengan tebal setara
0,5 mm Pb dan 0,25 mm Pb dibagian belakang
3. Untuk prosedur intervensi radiologi atau kateterisasi , apron untuk tyroid dengan
tebal 0,5 mm Pb harus digunakan
4. Untuk prosedur intervensi radiologi atau kateterisasi, dimana lensa mata
memungkin menerima dosis radiasi equivalen 150 mSv pertahun harus
menggunakan kaca mata proteksi (Pb)
5. Perisai gonad pelindung untuk pasien harus digunakan minimal 0,25 mm Pb dengan
ukuran dan bentuk yang cukup untuk pelindung radiasi
6. Sarung tangan Pb harus digunakan jika daerah tangan dimungkinkan menerima
paparan radiasi yang berlebih dengan tebal minimal 0,25 mm Pb
7. Semua peralatan APD harus diuji tahunan dan dimasukkan dalam catatan uji
pengawasan mutu
8. Monitoring Radiasi

Film Badge merupakan salah satu personal monitoring radiasi (alat ukur radias)
yang digunakan untuk mencatat dosis radiasi yang terakumulasi selama periode
tertentu. Film badge ini ringan, mudah dibawa dan mudah penggunaannya.
Disamping itu juga kuat dan dapat mengukur radiasi dari 10 mR sampai dengan 20
R.
Film badge terdiri dari dua bagian, yaitu film monitoring radiasi dan bingkai film (film
holder). Film monitoring ini dibungkus dengan bahan yang kedap cahaya tanpa
menggunakan lembaran penguat (intensifying screen / IS). Film monitoring radiasi
mempunyai dua macam emulsi, yaitu emulsi cepat (fast emultion) yang terletak di
bagian depan dan emulsi lambat (low emultion) yang terletak di bagian belakang
Bingkai film (film holder) dibuat dari bahan polipropilin yang berbentuk kotak persegi
yang diberi engsel dan dapat memuat film monitoring yang ukurannya sama dengan
ukuran film gigi standar. Bingkai film ini mempunyai beberapa filter (saringan)
seperti pada gambar. Dengan menggunakan beberapa filter dapat digunakan
untuk mengukur dosis radiasi β, γ, sinar X dan neutron termal .
Pada bagian film di ablik jendela memberikan respon terhadap radiasi yang mampu
menembus bingkus film dan berinteraksi dengan emulsi film. Filter plastik 50
mg/cm2 boleh dikatan sama sekali tidak menyerap sinar X dan sinar gamma, tetapi
menyerap sinar beta dan elektron. Filter plastik 300 mg/cm 2 disamping ekuivalen
dengan kedalaman lensa mata, sedikit menyerap energi foton dengan energi
rendah dan menyerap semua sinar beta, kecuali sinar beta yang mempunyai energi
yang sangat tinggi. Filter dural (campuran logam alumunium dan logam Cu) di
bagian depan dan belakang bingkai film mulai menyerap foton secara berarti pada
energi 65 keV . Pada filter timah putih/hitam pada energi 65 keV responnya mulai
menurun.
Pemantuan dosis perorangan yang lain dikenal dengan istilah badge TLD
(Termoluminisansi Dosimeter)
BAB IV

PROSEDUR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI

Prosedur proteksi dan keselamatan radiasi merupakan suatu prosedur yang digunakan
untuk paya mengurangi resiko bahaya paparan radiasi sinar pengion yang dapat
menimbulkan dampak negatif berupa efek stokastik maupun efek non stokastik. Upaya
tersebut antara lain berisi prosedur pengoperasian alat dan prosedur proteksi dan
keselamatan radiasi sendiri.

A. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam Operasi Normal


1. Prosedur pengoperasian pesawat sinar-x
Berikut adalah prosedur pengoperasian pesawat x-ray secara umum :
- Hidupkan pesawat sinar-X dengan menekan tombol line ON /OFF
- Melakukan warming up atau pemanasan dengan melakukan eksposi
beberapa kali pada kondisi eksposi terendah
- Memilih factor eksposi dengan menggunakan kV selector untuk tegangan
yang dibutuhkan sesuai dengan tingkat ketebalan pasien.
- Memilih nilai mAS untuk arus tabung dan waktu penyinaran yang dibutuhkan,
pemilihan ini disesuaikan kondisi pencucian film
- Untuk melalukan ekspose atau penyinaran tekan tombol ekpose .
- Jika sudah tidak ada pemeriksaan, kV dan mAS selector diposisikan pada
posisi terendah
- Matilan alat dengan menekan tombol line ON/OFF
2. Mamografi Digital merk Metronica
- Persiapan pengoperasian
- Pastikan steker terpasang pada stop kontak
- Tekan saklar pada stop kontak isi 6 sampai nyala
- Tekan saklar ON pada UPS sampai lampu indicator UPS nyala hijau
- Tekan tombol ON pada power suplay monitor (bila posisi dalam keadaan
OFF)
- Tekan tombol ON pada PC Store Server dan tunggu sampai komputer siap
digunakan
- Hidupkan printer dengan menekan saklar ON pada bagian belakang lalu
bagian depan dan tunggu sampai printer selesai inisialisasi dan siap
digunakan
- Pada panel listrik utama naikkan MCB untuk unit mammography dan
perhatikan tombol ON menyala
- Tekan saklar ON pada bagian belakang unit mammography untuk
menghidupkan fan pada detector
- Tekan saklar ON (yang menyala) pada bagian atas panel control lalu tunggu
beberapa saat
- Tekan saklar ON pada control PC acquisition lalu tunggu sampai PC siap
digunakan
- Buka penutup PC dan tekan saklar untuk menghidupkan PC acquisition
lsampai menyala lalu tekan tombol hitam sampai indicator biru menyala (tidak
berkedip)
- Tekan menu ” digital image” untuk memulai dan tunggu sampai menu
tersebut inisialisasi dan siap digunakan
- PERHATIAN !!! tidak boleh menekan tombol fungsi apapun pada unit
mammography sebelum menu inisialisasi menu digital dan menu work study
selesai dan siap digunakan
- Cek fungsi pergerakan dan breast up pressure pada unit mammography
- Alat siap digunakan
- Pengoperasian Alat
- Klinik menu ”Worklist” lalu pilih menu ”local”
- Masukkan data pasien: surenname, name, ID, xex, birth date dan accession
mumber lalu tekan OK dan tunggu unit sedang membuka study
- Atur posisi pasien sesuai dengan aplikasi pengambilan gambar
- Untuk penggambilan posisi lateral atur posisi arm ke sudut 90 derajat atau -
90 derajat
- Untuk obliq atur susdut arm sesuai dengan ketentuan sudut yang diinginkan
- Gunakan tombol pada bagian control atau concol control yang ada pada arm
tersebut
- Tekan breast pasien dengan menekan foot pedal sesuai dengan kekuatan
tekanan pasien
- Untuk mendapatkan tekanan atur nilai tekanan pada panel mulai 50 N hingga
150 N
- Setelah itu kembalikan display tekan ke posisi nol
- Lakukan exposi dengan menekan handswitch, tahan hingga exposi selesai
- Atur posisi pasien kembali untuk memulai exposi berikutnya dan lakukan
seperti pada point 7 dan seterusnya
- Setelah mendapatkan hasil yang sudah sesuai yang diinginkan simpan study
dengan menekan menu ” save study” atau ”close study”
- Tekan menu “load study” untuk melihat semua data pasien dan hasil
gambarnya
- Pilih salah satu gambar untuk dilakukan editing atau print
- Double klik salah satu nama pasien maka akan tampil semua data gambar
pasien tersebut
- Untuk mengatur /edit gambar dengan menggunakan menu ”display” zoom,
pan dan Window Width (WW) atau Window Level (WL)
- Tekan menu “resend” jika ingin mengirim gambar yang sudah diedit
- Tekan menu ”print” untuk mencetak gambar
- Mematikan Alat
- Tutup menu digital aqcuisition dengan menekan menu close pada kanan atas
lalu shutdown PC aquisition
- Tekan tombol hitam sampai indikator biru mati lalu tekan tombol saklar OFF
sampai indikator lampu hijau mati
- Matikan saklar detector pada bagian belakang unit mammography
- Tekan tombol OFF mammography , unit akan mati dan tombol OFF menyala
- Turunkan MCB pada panel listrik
- Keluar dari menu storage server lalu shutdownt PC storage server
- Tekan tombol OFF bagian depan dan belakang unit printer
- Tekan tombol OFF pada UPS
- Tekan saklar OFF pada stop kontak sampai indicator merah mati
3. Pesawat x-ray Panoramic
-Hidupkan pesawat sinar-X dengan menekan tombol line ON /OFF pada sudut
kiri alat
- Melakukan pengecekan pergerakan tube dan lampu laser untuk dipastikan
berkas tepat pada slit film
- Atur posisi pasien sesuai standar posisi yang diinginkan
- Memilih factor eksposi dengan menggunakan kV selector untuk tegangan yang
dibutuhkan, sesuai kondisi objek yang diperiksa.
- Memilih nilai mAS untuk arus tabung dan waktu penyinaran yang dibutuhkan,
pemilihan ini disesuaikan kondisi pencucian film
- Untuk melalukan ekspose atau penyinaran tekan tombol ready hingga lampu
indicator ready nyala kemudian tekan tombol ekspose sampai pergerakan
tabung dan film berhenti
- Tekan tombol eksposi hingga tabung dan film kembali pada posisi semula dan
ambil kaset dan film siap dilakukan procesing.
- Setelah melakukan pemeriksaan selesai atur nilai factor ekspose pada nilai
terendah.
- Pesawat siap dimatikan dengan menekan tombol line off
4. Prosedur pengoperasian pesawat MSCT 64 merk GE type VCT
a. Menghidupkan alat CT Scan 64
- Pastikan switch power pada panel listrik dalam posisi “ON”.
- Menghidupkan saklar power pada bagian generator (trafo)
- Menekan tombol warna hijau pada saklar yang tersambung generator/trafo
- Hidupkan UPS dengan menekan tombol “ON/Test” dibagaian depan UPS
selama ± 3 detik (sampai bunyi beep)
- Menghidupkan komputer CIRS dengan menekan tombol power
- Setalah menunggu ± menit, hidupkan komputer HOST dengan menekan
tombol power, lalu pada monitor tampil untuk mengisi user name, ketik md
untuk user name dan password tidak perlu diisi lalu klik ”OK”.
- Jika pada layar monitor tampil gambar ”CT BOX” putar kunci untuk
menghidupkan gantry
- Apabila tidak ada EROR alat sudah dapat berfungsi normal.
b. Melakukan kalibrasi alat
- Klik “Home” lalu gerakan meja (examination table) keluar gantry dan pastikan
tidak ada objek didalam lingkaran gantry
- Klik” Air Calibration”
- Ikuti perintah yang tampak pada layar monitor lalu klik ”OK”
- Kalibrasi dimulai dan tunggu sampai terlihat ”Calibration Complate” lalu klik
”Close”
- Pesawat MSCT siap digunakan
c. Cara melakukan pemeriksaan
- Klik tab Star Study
- Masukkan data-data pasien mulai :
 Nomer pemeriksaan
 Nama Pasien
 Umur/Jenis Kelamin
 Pilih jenis pasien : anak-anak/dewasa
 Isikan nama dokter pengirim
 Nama dokter radiologi yang pemeriksa
 Pilih posisi meja
 Pilih protocol pemeriksaan
 Buat scout/topogram
 Lakukan scanning sesuai jenis protocol yang dipilih
 Jika pemeriksaan sudah selesai klik end study
 Cetak hasil dalam film (filming)
d. Cara mematikan alat CT Scan Multislice 64 merk GE type VCT
- Putar kunci untuk mematikan gantry
- Klik “Home” lalu logout
- Pilih shutdown pada layar monitor untuk mematikan computer HOST
- Jika komputer HOST sudah mati, tekan tombol power komputer CIRS,
kumputer akan mati setelah 3 menit
- Tekan tombol ”OF” selama 3 menit pada bagian UPS
- Tekan tombol warna merah yang terdapat trafo untuk mematikan gantry

B. Prosedur Proteksi Radiasi


1. Prosedur proteksi dan keselamatan radiasi untuk personil

Prosedur proteksi dan keselamatan radiasi untuk personil dibuat untuk mencapai
keselamatan optimum, mencegah pekerja radiasi baik radiographer,dokter ahli
radiologi maupun semua pihak yang bekerja di medan radiasi agar tidak
menerima paparan dosis radiasi melebihi nilai NBD (Nilai Batas Dosis) yang
diperkenankan dan mencegah kemungkinan efek radiasi timbul.

Berikut beberapa ketentuan usaha yang dilakukan agar pekerja radiasi


mendapat penerimaaan dosis serendah mungkin :

a. Ruang sinar-x tidak boleh digunakan lebih dari satu pemeriksaan radiologi
secara simultan.
b. Kecuali orang-orang yang berkepentingan,tidak boleh seoarangpun berada di
ruang sianar-x ketika paparan dilakukan.
c. Pekerja radiasi harus selamanya menjaga jarak sejauh mungkin dari berkas
utama. Paparan pekerja yang berasal dari berkas guna tidak diperkenankan
kecuali berkas yang dihamburkan oleh pasien,perlengkapan proteksi dan
layar screen.
d. Semua pekerja radiasi harus menggunakan perlengkapan proteksi yang
tersedia
e. Ahli radiografi harus tetap berada dalam kendali atau dibelakang tabir
proteksi ketika sedang melaksanakan paparan sinar-x. Dalam kasus dimana
ada alas an untuk membuat hal itu tidak praktis, perlengkapan proteksi harus
digunakan.
f. Jika ada keperluan untuk membantu anak-anak atau pasien yang fisiknya
lemah, alat bantu proteksi (apron) harus digunakan. Demikian pula jika
pengantar pasien yang melakukannya, posisi pengantar pasien harus diatur
sedemikian hingga agar tidak terkena berkas utama. Tidak seorangpun
diperbolehkan melakukan tindakan tersebut secara rutin.
g. Apabila apron setara Pb digunakan, dosimeter perseorangan (film bafge atau

TLD) harus digunakan dibawah apron.

h. Semua pintu masuk menuju ruang sinar-x dan ruang ganti harus ditutup
ketika pasien berada di ruang sinar-x.
i. Pesawat sinar-x yang dihidupkan dan siap untuk memancarkan radiasi tidak
boleh ditinggalkan begitu saja. Bila dosis radiasi melebihi 5 % dari NBD yang
diterima oleh pekerja radiasi secara regular, maka langkah perbaikan yang
sesuai harus diambil untuk memperbaiki teknik dan langkah-lanhkah
proteksi.
j. Pesawat sinar-x harus dioperasikan oleh atau dibawah supervise langsung
orang yang mempunyai pendidikan formal dibidang radiografi.
k. Wadah tabung sinar-x tidak boleh dipegang tangan petugas selama operasi.
2. Prosedur proteksi dan keselamatan radiasi untuk pasien
a. Ahli radiografi tidak boleh melaksanakan pemeriksaan apapun jika tidak ada
rujukan dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut
b. Paparan pasien harus dipertahankan hingga nilai paling yang terendah yang
dapat diterapkan,konsisten dengan tujuan klinis tanpa kehilangan informasi
diagnostik yang penting. Dalam kasus ini ahli radiografi harus bekerja dengan
teliti dan cermat agar dapat menghindari pengulangan paparan radiasi ke
pasien.
c. Berkas sinar-x yang digunakan harus terkolimasi secara baik untuk
membatasi berkas tersebut sebanyak mungkin yang dapat diterapkan
dengan daerah diagnostic yang diinginkan.
d. Ukuran berkas sinar-x harus dibatasi dengan ukuran penerimaaan citra atau
lebih kecil
e. Berkas sinar-x hendaknya tidak diarahkan dengan gonad kecuali berkas
tersebut sangat penting, dalam hal ini penahan radiasi gonad harus
digunakan setiap saat asalkan maksud pemeriksaan tidak terganggu.
f. Jarak target ke kulit harus diupayakan sejauh mungkin, konsisten dengan
teknik radiografi yang baik.
g. Untuk anak kecil, peralatan khusus hendaknya digunakan untuk membatasi
pergerakan
h. Rincian prosedur radiologi (SOP) lengkap yang dilaksanakan harus dicatat
pada rekaman klinis
3. Prosedur proteksi dan keselamatan radiasi untuk pendamping pasien

a. Jika untuk kepentingan pemeriksaan keluarga pasien perlu mendampingi


pemeriksaan harus menggunakan baju proteksi (apron)
b. Selama mendapingi pasien, keluarga pasien harus diatur sedemikian hingga
tidak terkena berkas utama dan berada pada jarak sejauh mungkin.
c. Pemeriksaan radiologi dengan pendamping pasien harus dilaksanakan
secara cepat dan tepat, sehingga pendamping pasien tidak berada di dalam
medan radiasi yang terlalu lama.

C. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat


Jika suatu saat terjadi kondisi daruratan di Instalasi Radiologi yang disebabkan oleh
karena faktor bencana : kebakaran, banjir atau gempa bumi dan kegawatan
darurataan karena kegagalan operational peralatan radiologi, maka dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
1. Identifikasi penyebab kedaruratan di Instalasi Radiologi
Penyebab kondisi atau keadaan darurat di instalasi radioogi dapat disebabkan
oleh dua faktor. Faktor pertama adalah faktor non radiasi yang sangat mungkin
disebabkan adanya kebakaran gedung instalasi radiologi, banjir atau kondisi
alam yang lain seperti terjadinya gempa bumi. Faktor kedua adalah terjadi
kondisi keadaan darurat yang disebabkan faktor radiasi. Faktor radiasi yang
menyebabkan kondisi keadaan darurat dapat disebabkan kegagalan operational
peralatan. Kondisi di Instalasi Radiologi utamanya dibagian Radiodiagnostik
kemungkinan sangat kecil mengingat radiasi disini bersifat sumber radiasi
tertutup, artinya hanya ada radiasi ketika pesawat melakukan eksposi.
Kemungkinan besar kondisi paparan darurat terjadi jika instalasi radiologi
menggunakan sumber radiasi terbuka sperti pesawat radioterapi dengan sumber
cobalt 60. Akibat kegagalan shutter atau kolilmasi untuk menutup berkas sumber
memungkinkan terjadi kondisi paparan radiasi darurat
2. Personil yang melaksanakan intervensi
Personil yang melakukan intervensi kondisi penanggukangan keadaan darurat
di Instalasi Radiologi RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar sesuai dengan
Tim K3 Rumah Sakit. Berikut Struktur Tim K3 di Instalasi Radiologi beserta
dengan personilnya
a. Ketua Tim Penanggulangan Keadaan Darurut : Eko Atmojo,S.Si
b. Petugas Pemadam Kebakaran/Banjir, Bencana lain : Ateng Handiyono, SST
c. Petugas Evakuasi (safty) : Hasriadi AMR & Muh Syair, AMR
d. Petugas Pencari dan Penyelamat (Hazmat) : Muklis, S.Si & Ahmad, AMR
e. Petugas Keamanan (security) : Aris Haryanto,S.Si & Sakroni, SST
f. Operator/Teknisi (sistem Utility) : Purwanto, S.Si & Fatrial,AMR
g. Petugas Medis : (Muh Ridwan,SST)
3. Sistem koordinasi dan pelaporan
Berikut alur dan sistem pelaporan kondisi keadaan darurat di Instalasi Radiologi
RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar
a. Orang/petugas yang pertama melihat kondisi/keadaan darurat di di Instalasi
Radiologi RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar seperti keadaan darurat
non radiasi : kebakaran, banjir atau gempa bumi dan darurat radiasi segera
melaporkan kepada Kepala Pelayanan Radiologi ( Purwanto,S.Si no Hp :
081241850870), jika kondisi darurat segera memadamkan titik api dengan
menggunakan Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR)
b. Kepala Pelayanan Radiologi melaporkan kondisi darurat ke security dan
PABX serta mengaktifkan tim PKD lantai, jika kebakaran segera
memadamkan
c. PABX melaporkan, jika kondisi kebakaran dengan kode daruratnya red code
ke seluruh bagian rumah sakit
d. Security melaporkan kondisi bencana alam, dan bergerak untuk
menanggulangi kondisi daruratan di bagian radiologi
e. Komandan bencana mengawasi dan mengontron kondisi kedaruratan
tersebut dengan berkoordinasi dengan Direktur Utama Rumah Sakit dengan
dinas yang terkait
BAB V

REKAMAN DAN LAPORAN

A. Keadaan Operasi Normal


1. Pemeliharaan dan penyimpanan rekaman inventerasi pesawat x-ray
Instalasi Radiologi membuat daftar inventarisasi peralatan x-ray dan imaging
diagnostik lain dengan bekerja sama dengan bagian umum / rumah tangga rumah
sakit. Pemeliharaan dilakukan rutin tiap tahun dengan cara menyusun program
peralatan fasilitas radiologi yang berisi : bab I :pendahuluan latar belakang
pemeliharan alat untuk menjamin alat dipergunakan dalam kondisi aman (safty) bagi
pasien, pekerja dan masyarakat umum. Bab II :program pemeliharan fasilitas
peralatan radiologi yang berisi : standar pemilihan dan pengadaan peralatan
radiologi, inventarisasi peralatan radiologi, inspeksi dan testing peralatan radiologi,
kalibrasi dan perawatan peralatan. Bab III : peralatan radiologi RSUP Dr Wahididn
Sudirohusodo Makassar,Assesment inspeksi, testing dan kalibrasi. Bab IV :
monitoring dan evaluasi pemeliharaan peralatan radiologi dan Bab V : Penutup
2. Pemantauaan laju paparan radiasi
Tiap enam bulan sekali dilakukan pengukuran laju paparan dosis radiasi di
lingkungan instalasi radiologi yang dilakukan oleh petugas (Fisikawan Medis)
dengan menggunakan alat survey meter. Pengukuran dilakukan di daerah
pengawasan dan daerah pengendalian. Pengukuran dilakukan diluar jadwal tersebut
jika ditemui hal-hal sebagai berikut :
a. Konstruksi ruangan berubah (renovasi)
b. Terjadi pergantian komponen sumber radiasi seperti : pergantian x-ray tube
ataupun pergantian kolimator
3. Evaluasi dosisi personil
Dosis personil yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUP Dr Wahididn
Sudirohusodo Makassar menggunakan dua jenis dosimeter personil. Pertama
dosisimeter personal pembacaan langsung dengan jenis alat : Dosimeter Saku
Gamma, pabrikan : MGP Instrumen , type dan nomor seri : DMC 3000 Sn.01905178.
Dosimeter ini digunakan untuk tindakan radiologi interventional dan tidakan radiologi
flouroscopi. Kedua dosimeter personol yang bukaan bacaan langsung, yang
diguanakan adalah jenis TLD dengan readernya dilakukan di BPFK Makassar. TLD
ini digunakan setiap pekerja radiasi. Hasil bacaan TLD setiap pekerja radiasi
dilakukan evaluasi apakah ada pekerja radiasi yang telah menerima dosis yang
terlampaui.
4. Kalibrasi dosimeter personil langsung
Untuk menguji akurasi pengukuran dosis radiasi maka setiap setahun sekali alat
ukur radiasi dilakukan kalibrasi. Untuk survey meter dan Dosimeter Saku gamma
dapat dilakukan kalibrasi di BPFK Makassar
5. Pelatihan
Pelatihan dilakukan untuk petugas proteksi radiasi (PPR) sedangkan untuk pekerja
radiasi lainnya dialkukan inhouse training tentang penggunaan peralatan radiologi
yang baru serta orientasi tentang keselamatan radiasi (radiation safty)
6. Pemantauan kesehatan personil
Untuk memenuhi pelaksanaan undang-undang serta peraturan lainnya maka setiap
satu tahun sekali dilakukan check up kesehatan untuk pekerja radiasi. Jenis
pemeriksaan meliputi organ-organ yang sensitive radiasi seperti mata dan darah.
Hasil pemeriksaan didokumentasikan dan dievaluasi.

B. Keadaan Darurat
Jika terjadi kondisi keadaan daruratan di Instalasi Radiologi maka petugas proteksi
radiasi (PPR) membuat laporan tertulis tentang jenis-jenis tindakan yang
dilakukan/intervensi untuk mengurangi efek kedaruratan utamanya paparan radiasi.
Meskipun dibagian radiologi utamnya Radiologidiagnostik darurat radiasi sangat kecil
kemungkinannya mengingat sumber radiasi yang digunakan jenis radiasi tertutup.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Negara Republik Inonesia No 10 Tahun 1997 Tentang


Ketenaganukliran

IAEA Training Material on Radiation Protection in Diagnostic and Interventional


Radiology, IAEA, Vienna 2005

IAEA, The Safe Use of Radiation Source, Vienna, 1995

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2008 Tentang Pemanfaatan


Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir

Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor : 01/Ka-Bapeten/V-99


tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi

Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor : 01/Ka-Bapeten/I-03 tentang


Pedoman Dosisi Pasien Radiodiagnostik

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1014/Menkes/SK/XI/2008 tentang


Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 410/Menkes/SK/III/2010 tentang


Perubahan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1014/Menkes/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana
Pelayanan Kesehatan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No 8 Tahun 2011 tentang
Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Interventional

Anda mungkin juga menyukai