PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatan radiasi pengion dilakukan pada berbagai bidang yang bertujuan untuk
kesejahteran manusia, salah satunya dibidang kesehatan. Pemanfaatan radiasi pengion
(sinar-x atau sinar gamma) terutama dibidang diagnostik dan radioterapi. Pemanfaatan
radiasi pengion untuk bidang diagnostik dilakukan untuk pembuatan suatu citra (image)
medik yang menggambarkan anatomi dan fungsi tubuh. Citra medik i digunakan untuk
menegakkan diagnose suatu kelainan tubuh. Radiasi pengion selain digunakan untuk
penegakkan diagnosa, juga dapat berfungsi untuk suatu pengobatan atau terapi sel-sel
keganasan (kanker) dalam tubuh. Interaksi radiasi dengan materi menghasilkan proses
yang dapat membunuh sel-sel kanker.
Radiasi pengion selain mempunyai efek yang baik untuk dunia kedokteran, radiasi
pengion juga mempunyai efek yang kurang baik. Efek-efek radiasi yang kurang baik
atau berbahaya secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu efek
stokastik dan non-stokastik. Sebagian besar efek biologis akibat paparan radiasi berada
dalam kategori efek non-stokastik. Efek ini mempunyai ciri nilai ambang batas suatu
dosis minimum harus harus dilampaui sebelum nampak efek-efek khusus. Efek ini juga
bergantung pada besarnya nilai dosis paparan dan efek radiasi akan berbanding lurus
dengan terimaan dosis radiasi. Efek radiasi non-stokastik dikenal juga sebagai efek
ambang (threshold effect).
Efek stokastik dapat terjadi jika sel yang terpapar radiasi pengion mengalami
mutasi. Efek stokastik mempunyai ciri-ciri antara lain tidak mengenal dosis
ambang, timbul setelah masa tenang yang lama, keparahannya tidak bergantung
pada dosis radiasi dan tidak ada penyembuhan spontan. Contoh efek stokastik akibat
paparan radiasi adalah kanker, leukemia, dan efek pewarisan (efek genetik)
Upaya pengurangan bahaya dan akibat negative radisi pengion maka harus dilakukan
efak bahaya radiasi. Upaya atau program ini dikenal dikenal dengan istilah program
proteksi dan keselamatan radiasi. Setiap individu yang bekerja dengan sumber radiasi
pengion di medan radiasi termasuk dalam area instalasi radiologi di rumah sakit harus
selalu memperhatikan prosedur standar proteksi radiasi serta sadar bahwa aktivitas
yang sedang dilakukannya dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi dirinya
maupun lingkungannya bila terjadi paparan yang berlebihan akibat kesalahan atau
kelalain.
berikut :
perawatan/asesment pasien
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Instalasi Radiologi
tindakan untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari
bahaya radiasi
2. Efek Stokastik adalah efek radiasi dimana peluang terjadinya efek tersebut
merupakan fungsi dari nilai dosis yang diterma tanpa mempertimbangkan dosis
3. Efek non Stokastik disebut juga efek Deterministika adalah efek radiasi yang
mempunyai tingkat keparahan bergantung pada dosis yang diterima pasien yang
semua modalitas yang menggunakan radiasi untuk diagnosis dan prosedur terapi
gambar 3 dimensi
7. Pesawat sinar-x mobile adalah pesawat sinar-x yang dapat dipindahkan atau
8. Pesawat sinar-x general pupose atau x-ray stationer adalah pesawat x-ray yang
terpasang secara tetap dalam ruangan yang digunakan untuk pemeriksaan general
Tahun 2000. Dalam peraturan ini salah satunya berisi : Penguasa Instalasi Nuklir
penyedian alat proteksi radiasi, pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi tiap tahun,
manusia petugas dan pekerja radiasi melalui peningkatan jenjang pendidikan dan
pelatihan.
Sudorohusodo Makassar
Penguasa Instalasi Nuklir
Prof DR Dr Abdul Kadir, SpTHT
Kepala Instalasi
Radiologi Dr Nurlaily
TIM K3 RS
Komite Keselamatan Radiasi
1. Purwanto, Dipl Rad, S.Si
2. Eko Atmojo, Dipl Rad, S.Si
a. Memberi instruksi teknis baik lesan maupun tertulis kepada pekerja radiasi
tentang keselamatan kerja radiasi yang baik, instruksi ini harus mudah
dimengerti dan dapat dilaksanakan.
b. Mengambil tindakan untuk menjamin agar tindakan penyinaran serendah
mungkin dan tidak akan pernah mencapai batas tertinggi yang berlaku serta
menjamin agar pelaksanaan pengelolaan limbah radioaktif sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
c. Mencegah dilakuknnya perubahan terhadap segala sesuatu sehingga dapat
menimbulkan kecelakaan radiasi.
d. Mencegah zat radioaktif jatuh ketangan orang yang tidak berhak.
Film Badge merupakan salah satu personal monitoring radiasi (alat ukur radias)
yang digunakan untuk mencatat dosis radiasi yang terakumulasi selama periode
tertentu. Film badge ini ringan, mudah dibawa dan mudah penggunaannya.
Disamping itu juga kuat dan dapat mengukur radiasi dari 10 mR sampai dengan 20
R.
Film badge terdiri dari dua bagian, yaitu film monitoring radiasi dan bingkai film (film
holder). Film monitoring ini dibungkus dengan bahan yang kedap cahaya tanpa
menggunakan lembaran penguat (intensifying screen / IS). Film monitoring radiasi
mempunyai dua macam emulsi, yaitu emulsi cepat (fast emultion) yang terletak di
bagian depan dan emulsi lambat (low emultion) yang terletak di bagian belakang
Bingkai film (film holder) dibuat dari bahan polipropilin yang berbentuk kotak persegi
yang diberi engsel dan dapat memuat film monitoring yang ukurannya sama dengan
ukuran film gigi standar. Bingkai film ini mempunyai beberapa filter (saringan)
seperti pada gambar. Dengan menggunakan beberapa filter dapat digunakan
untuk mengukur dosis radiasi β, γ, sinar X dan neutron termal .
Pada bagian film di ablik jendela memberikan respon terhadap radiasi yang mampu
menembus bingkus film dan berinteraksi dengan emulsi film. Filter plastik 50
mg/cm2 boleh dikatan sama sekali tidak menyerap sinar X dan sinar gamma, tetapi
menyerap sinar beta dan elektron. Filter plastik 300 mg/cm 2 disamping ekuivalen
dengan kedalaman lensa mata, sedikit menyerap energi foton dengan energi
rendah dan menyerap semua sinar beta, kecuali sinar beta yang mempunyai energi
yang sangat tinggi. Filter dural (campuran logam alumunium dan logam Cu) di
bagian depan dan belakang bingkai film mulai menyerap foton secara berarti pada
energi 65 keV . Pada filter timah putih/hitam pada energi 65 keV responnya mulai
menurun.
Pemantuan dosis perorangan yang lain dikenal dengan istilah badge TLD
(Termoluminisansi Dosimeter)
BAB IV
Prosedur proteksi dan keselamatan radiasi merupakan suatu prosedur yang digunakan
untuk paya mengurangi resiko bahaya paparan radiasi sinar pengion yang dapat
menimbulkan dampak negatif berupa efek stokastik maupun efek non stokastik. Upaya
tersebut antara lain berisi prosedur pengoperasian alat dan prosedur proteksi dan
keselamatan radiasi sendiri.
Prosedur proteksi dan keselamatan radiasi untuk personil dibuat untuk mencapai
keselamatan optimum, mencegah pekerja radiasi baik radiographer,dokter ahli
radiologi maupun semua pihak yang bekerja di medan radiasi agar tidak
menerima paparan dosis radiasi melebihi nilai NBD (Nilai Batas Dosis) yang
diperkenankan dan mencegah kemungkinan efek radiasi timbul.
a. Ruang sinar-x tidak boleh digunakan lebih dari satu pemeriksaan radiologi
secara simultan.
b. Kecuali orang-orang yang berkepentingan,tidak boleh seoarangpun berada di
ruang sianar-x ketika paparan dilakukan.
c. Pekerja radiasi harus selamanya menjaga jarak sejauh mungkin dari berkas
utama. Paparan pekerja yang berasal dari berkas guna tidak diperkenankan
kecuali berkas yang dihamburkan oleh pasien,perlengkapan proteksi dan
layar screen.
d. Semua pekerja radiasi harus menggunakan perlengkapan proteksi yang
tersedia
e. Ahli radiografi harus tetap berada dalam kendali atau dibelakang tabir
proteksi ketika sedang melaksanakan paparan sinar-x. Dalam kasus dimana
ada alas an untuk membuat hal itu tidak praktis, perlengkapan proteksi harus
digunakan.
f. Jika ada keperluan untuk membantu anak-anak atau pasien yang fisiknya
lemah, alat bantu proteksi (apron) harus digunakan. Demikian pula jika
pengantar pasien yang melakukannya, posisi pengantar pasien harus diatur
sedemikian hingga agar tidak terkena berkas utama. Tidak seorangpun
diperbolehkan melakukan tindakan tersebut secara rutin.
g. Apabila apron setara Pb digunakan, dosimeter perseorangan (film bafge atau
h. Semua pintu masuk menuju ruang sinar-x dan ruang ganti harus ditutup
ketika pasien berada di ruang sinar-x.
i. Pesawat sinar-x yang dihidupkan dan siap untuk memancarkan radiasi tidak
boleh ditinggalkan begitu saja. Bila dosis radiasi melebihi 5 % dari NBD yang
diterima oleh pekerja radiasi secara regular, maka langkah perbaikan yang
sesuai harus diambil untuk memperbaiki teknik dan langkah-lanhkah
proteksi.
j. Pesawat sinar-x harus dioperasikan oleh atau dibawah supervise langsung
orang yang mempunyai pendidikan formal dibidang radiografi.
k. Wadah tabung sinar-x tidak boleh dipegang tangan petugas selama operasi.
2. Prosedur proteksi dan keselamatan radiasi untuk pasien
a. Ahli radiografi tidak boleh melaksanakan pemeriksaan apapun jika tidak ada
rujukan dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut
b. Paparan pasien harus dipertahankan hingga nilai paling yang terendah yang
dapat diterapkan,konsisten dengan tujuan klinis tanpa kehilangan informasi
diagnostik yang penting. Dalam kasus ini ahli radiografi harus bekerja dengan
teliti dan cermat agar dapat menghindari pengulangan paparan radiasi ke
pasien.
c. Berkas sinar-x yang digunakan harus terkolimasi secara baik untuk
membatasi berkas tersebut sebanyak mungkin yang dapat diterapkan
dengan daerah diagnostic yang diinginkan.
d. Ukuran berkas sinar-x harus dibatasi dengan ukuran penerimaaan citra atau
lebih kecil
e. Berkas sinar-x hendaknya tidak diarahkan dengan gonad kecuali berkas
tersebut sangat penting, dalam hal ini penahan radiasi gonad harus
digunakan setiap saat asalkan maksud pemeriksaan tidak terganggu.
f. Jarak target ke kulit harus diupayakan sejauh mungkin, konsisten dengan
teknik radiografi yang baik.
g. Untuk anak kecil, peralatan khusus hendaknya digunakan untuk membatasi
pergerakan
h. Rincian prosedur radiologi (SOP) lengkap yang dilaksanakan harus dicatat
pada rekaman klinis
3. Prosedur proteksi dan keselamatan radiasi untuk pendamping pasien
B. Keadaan Darurat
Jika terjadi kondisi keadaan daruratan di Instalasi Radiologi maka petugas proteksi
radiasi (PPR) membuat laporan tertulis tentang jenis-jenis tindakan yang
dilakukan/intervensi untuk mengurangi efek kedaruratan utamanya paparan radiasi.
Meskipun dibagian radiologi utamnya Radiologidiagnostik darurat radiasi sangat kecil
kemungkinannya mengingat sumber radiasi yang digunakan jenis radiasi tertutup.
DAFTAR PUSTAKA