Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan semakin meningkatnya kuantitas pelayanan radiologi


memungkinkan semakin meningkatnya jumlah peralatan radiologi juga
memungkinkan semakin meningkatnya jumlah masyarakat yang memanfaatkan
pelayanan radiologi. Sedangkan pelayanan radiologi sendiri merupakan
pelayanan kesehatan yang memanfaatkan energi radiasi pengion yang tidak
hanya bermanfaat bagi kesehatan tetapi memungkinkan dapat menimbulkan efek
negatif apabila tidak dikelola sebagaimana mestinya.

Dalam upaya kearah perbaikan mengenai pemanfaatan radiasi pengion,


sehingga tujuan dan sasaran penyelenggaraan pelayanan radiologi di RSUD
“KANJURUHAN” Kepanjen dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan,
maka perlu dibuat Buku Pedoman PenyelenggaraanKesehatan Bidang Radiologi
di RSUD ”KANJURUHAN” Kepanjen. Dengan demikian penyelenggaraan
pelayanan radiologi benar-benar diselenggarakan sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara
hukum(justifikasi), aman bagi pekerja, pasien dan masyarakat sekitar dimana
sumber radiasi pengion tersebut dioperasikan.

Begitu pula hasil dari pelayanan radiologi yang diselenggarakan dapat


dipertanggung jawabkan secara medicolegal karena pelayanan dan pemeriksaan
radiologi yang dilakukan sesuai dengan standar prosedur pelayanan, begitu pula
sarana, fasilitas dan peralatan radiologi yang dipakai telah memenuhi standar
keselamatan terhadap radiasi serta dilakukan oleh tenaga-tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi dan lisensi izin bekerja dibidang radiologi.

B. Ruang Lingkup
Pelayanan radiologi meliputi :
1. Pelayanan Radiodiagnostik
2. Pelayanan Imejing Diagnostik

1
Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi pengion, meliputi antara lain pelayanan X-ray konvensional,
Computed Tomography Scan/CT Scan.
Pelayanan imejing diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis
dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan
USG.

C. Batasan Operasional
Pelayanan dilakukan secara Internal dan Eksternal. Pelayanan Internal
adalah pelayanan yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan yang ada
saat ini. Pelayanan Eksternal adalah pelayanan yang dilakukan diluar Rumah
Sakit karena keterbatasan kemampuan di dalam Rumah Sakit.
Adapun pelayanan yang tidak dapat dilakukan di Instalasi Radiologi, dapat
dilakukan di Rumah Sakit 1 (satu) tingkat diatasnya yang disebut sebagai rujukan
parsial.
Pelayanan Radiologi dilakukan apabila :
1. Pemanfaatan pesawat sinar-X telah mendapatkan uji kelayakan sesuai
peraturan yang berlaku.
2. Terdapat tenaga-tenaga yang berkompeten
3. Sesuai dengan kemampuan alat
4. Sesuai dengan jumlah tenaga yang ada
5. Sesuai dengan tarip perda yang berlaku

D. Definisi/ yang dimaksud dengan

1. Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan


penggunaan semua modalitas yang menggunakan radiasi untuk diagnosis
dan prosedur terapi dengan menggunakan panduan radiologi termasuk teknik
pencitraan dan penggunaan radiasi dengan sinar-X dan zat radioaktif.
2. Radiologi diagnostik adalah kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan
fasilitas untuk keperluan diagnosis.
3. Radiologi Intervensional adalah cabang ilmu radiologi yang terlibat dalam
terapi dan diagnosis pasien, dengan melakukan terapi dalam tubuh pasien
melalui bagian luar tubuh dengan kawat penuntun, stent, dan lain-lain dengan
menggunakan sinar-X.
4. Instalasi Radiologi adalah Instalasi yang dibentuk oleh Direktur, yang berisi
peralatan dan tenaga yang berkompeten di bidangnya dengan pemanfaatan
radiasi pengion dan non pengion guna kepentingan pelayanan kesehatan.

2
5. Pesawat sinar-X Terpasang Tetap adalah pesawat sinar-X yang terpasang
secara tetap dalam ruangan yang digunakan untuk pemeriksaan umum
secara rutin.
6. Pesawat sinar-X Mobile dalam ruangan adalah pesawat sinar-X yang
dilengkapi dengan atau tanpa baterai charger dan roda sehingga mudah
digerakkan yang dapat dibawa ke beberapa ruangan untuk pemeriksaan
umum secara rutin.
7. Pesawat sinar-X C-Arm penunjang bedah adalah pesawat sinar-X bentuk C-
Arm yang ditempatkan di ruang bedah yang secara khusus digunakan untuk
membantu tindakan pembedahan.
8. Pesawat sinar-X Fluoroskopi adalah pesawat sinar-X yang memilikitabir atau
lembar penguat fluorosensi yang dilengkapi dengan sistem video yang dapat
mencitrakan obyek secara terus menerus.
9. Pesawat sinar-X CT-Scan adalah pesawat sinar-X yang menggunakan
metode pencitraan tomografi denga proses digital yang dapat membuat
gambar 3 (tiga) dimensi organ internal tubuh dari pencitraan sinar-X 2 (dua)
dimensi yang dihasilkan dari sejumlah data dasar yang dapat dimanipulasi
sesuai pencitraannya.
10. Pemegang Izin adalah orang atau badan yang telah menerima izin
pemanfaatan tenaga nuklir dari BAPETEN.
11. Pekerja Radiasi adalah setiap orang yang bekerja di Instalasi Radiologi
Diagnostik dan Intervensional yang diperkirakan dapat menerima Dosis
Radiasi tahunan melebihi Dosis untuk masyarakat umum.
12. Petugas Proteksi Radiasi adalah petugas yang ditunjuk oleh Pemegang Izin
dan oleh BAPETEN dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang
berhubungan dengan Proteksi Radiasi.
13. Dokter Spesialis Radiologi adalah dokter dengan spesialisasi di bidang
radiologi, yang menggunakan Radiasi Pengion dan non pengion untuk
membuat diagnosis dan melakukan terapi Intervensional.
14. Radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan
diberikan tugas, wewenang, dan tanggung jawab secara penuh untuk
melakukan kegiatan Radiologi Diagnostik dan Intervensional.

3
15. Citra Radiografi adalah gambar yang diperoleh dari pemeriksaan tubuh
pasien pada media perekam radiografi dengan menggunakan pesawat
sinar-X.
16. Media Perekam Radiografi adalah suatu alat atau bahan yang digunakan
untuk merekam hasil pencitraan radiografi seperti film, kertas khusus dan
sistem computer.
17. Radiasi adalah emisi energi yang dipancarkan dari bahan atau alat radiasi.
18. Radiasi Pengion adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan
yang karena energi yang dimilikinya mampu mengionisasi media yang
dilaluinya.
19. Radiasi non-pengion adalah gelombang elektromagnetik yang mempunyai
panjang gelombang lebih besar dari 100 nanometer dengan energi sangat
rendah, sehingga tidak dapat mengionisasi media yang dilaluinya.
20. Paparan Radiasi adalah penyinaran radiasi yang diterima oleh manusia atau
materi, baik disengaja atau tidak, yang berasal dari Radiasi Interna maupun
Eksterna.
21. Paparan Kerja adalah paparan yang diterima oleh Pekerja Radiasi.
22. Paparan Medik adalah paparan yang diterima oleh pasien sebagai bagian
dari diagnosis atau pengobatan medic, dan orang lain sebagai sukarelawan
yang membantu pasien.
23. Paparan Potensial adalah paparan yang tidak diharapkan atau diperkirakan
tetapi mempunyai kemungkinan terjadi akibat kecelakaan sumber atau karena
suatu kejadian atau rangkaian kejadian yang mungkin terjadi termasuk
kegagalan peralatan atau kesalahan operasional.
24. Paparan Darurat adalah paparan yang diakibatkan terjadinya kondisi darurat
nuklir dan radiologik.
25. Dosis Radiasi yang selanjutnya disebut Dosis adalah jumlah Radiasi yang
terdapat dalam medan radiasi atau jumlah energi Radiasi yang diserap atau
diterima oleh materi yang dilaluinya.
26. Dosis Ekuivalen adalah besaran dosis yang khusus digunakan dalam Proteksi
Radiasi untuk menyatakan besarnya tingkat kerusakan pada jaringan tubuh
akibat terserapnya sejumlah energi radiasi dengan memperhatikan factor
yang mempengaruhinya (Dosis dan jenis radiasi serta faktor lain).

4
27. Dosis Efektif adalah besaran dosis yang khusus digunakan dalam Proteksi
Radiasi yang nilainya adalah jumlah perkalian Dosis Ekuivalen yang diterima
jaringan dengan factor bobot jaringan.
28. Intervensi adalah setiap tindakan untuk mengurangi atau menghindari
paparan yang kemungkinan terjadinya paparan kronik dan paparan darurat.
29. Rekaman adalah dokumen yang menyatakan hasil yang dicapai atau
memberi bukti pelaksanaan kegiatan dalam pemanfaatan tenaga nuklir.
30. Kecelakaan Radiasi adalah kejadian yang tidak direncanakan termasuk
kesalahan operasi, kerusakan ataupun kegagalan fungsi alat, atau kejadian
lain yang menimbulkan akibat atau potensi akibat yang tidak dapat diabaikan
dari aspek Proteksi atau Keselamatan Radiasi.
31. Efek Radiasi adalah efek biologis yang disebabkan penyerapan radiasi oleh
makhluk hidup / manusia baik yang bersifat stokastik dan non stokastik.
32. Efek Somatis Stokastik adalah efek radiasi yang timbul pada penerima radiasi
tanpa adanya dosis ambang.
33. Efek Somatis non Stokastik adalah efek radiasi yang timbul pada penerima
radiasi dimana efek itu akan timbul setelah melewati dosis ambang.
34. Efek Genetik adalah efek radiasi yang timbul pada generasi berikutnya akibat
adanya perubahan kromosom.
35. Rem adalah satuan paparan radiasi yang tidak melihat jenis dan tenaga
radiasi.
36. Sievert adalah satuan paparan radiasi yang besarnya 100 Rem.
37. Personal Monitoring adalah alat pemantau penerimaan dosis pada setiap
pekerja radiasi.
38. TLD Badge adalah suatu alat ukur sebagai personal monitoring.
39. Nilai Batas Dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang
dapat diterima oleh Pekerja Radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka
waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti
akibat pemanfaatan tenaga nuklir.
40. Kamar Gelap adalah Ruang tempat dilakukannya prosesing film.
41. Kontak Film Screen (Cassette) adalah alat radiografi yang digunakan untuk
tempat film radiografi.

5
42. Film Radiografi adalah alat pencatat bayangan radiografi yang masih dalam
bentuk bayangan latent dan timbul apabila film telah diproses.
43. Developer adalah cairan prosesing yang digunakan untuk membangkitkan
bayangan latent menjadi bayangan tetap.
44. Fixer adalah cairan prosesing film untuk menetapkan bayangan/gambaran
pada film radiografi.
45. Rekam Medik Radiologi adalah segala informasi dan data baik dalam bentuk
tulisan gambaran foto dan imeging dari seseorang pasien yang telah
dilakukan pemeriksaan radiologi.
46. Apron adalah alat Proteksi Radiasi yang terbuat dari lembar karet Pb yang
berfungsi untuk menyerap tenaga radiasi sinar-X baik radiasi hambur maupun
radiasi primer.
47. Flat Panel Detector adalah kaset radiografi yang didalamnya terdapat
detector-detektor untuk menangkap gambar radiografi.
48. Dry Printer adalah alat mekanik yang berisi film radiografi yang berfungsi
untuk mencetak hasil radiografi.
49. Workstation adalah computer unit yang berisi protocol-protokol dan software
untuk menerima, mengolah dan mengidentifikasi hasil radiografi sebelum
dicetak.

E. Landasan Hukum

1. Undang – Undang No.23 tahun 1992, tentang Kesehatan


2. Undang – Undang No.10 tahun 1997, tentang Ketenaganukliran
3. Peraturan Pemerintah No.11 tahun 1975, tentang Keselamatan Kerja
Terhadap Radiasi
4. Peraturan Menkes No.366/MENKES/PER/V/1997, tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Radiologi
5. Undang-Undang No.29 tahun 2004, tentang Praktek Kedokteran
6. Peraturan Pemerintah RI No.33 tahun 2007, tentang Keselamatan Radiasi
Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif
7. Keputusan Menkes No. 375/MENKES/SK/III/2007, tentang Standar Profesi
Radiografer
8. Peraturan Menkes No. 780/MENKES/PER/VIII/2008, tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi
6
9. Keputusan Menkes No.1014/MENKES/SK/XI/2008, tentang Standar
Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
10. Keputusan Menkes RI No.1087/MENKES/SK/VIII/2010, tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
11. Peraturan Menkes RI No.1691/MENKES/SK/PER/VIII/2011, tentang
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
12. Peraturan Kepala BAPETEN No.8 tahun 2011, tentang Keselamatan Radiasi
dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional
13. Keputusan Kepala BAPETEN No. 01-P/Ka-BAPETEN/I-03 tentang Pedoman
Dosis Pasien Radiodiagnostik
14. Keputusan Kepala BAPETEN No. 02-P/Ka-BAPETEN/I-03, tentang Sistem
Pelayanan Pemantauan Dosis Eksterna
15. Peraturan Kepala BAPETEN No.4 tahun 2013, tentang Proteksi dan
Keselamatan Radiasi dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi sumber daya manusia

Pelayanan radiologi merupakan tanggung jawab Kepala Instalasi dan


dilaksanakan oleh tenaga professional dan tenaga lainnya. Agar pelayanan
radiologi berjalan sesuai dengan mutu pelayanan dan tidak menyalahi aturan
yang berlaku, maka pelayanan radiologi harus dilakukan oleh tenaga antara lain :

7
a) Dokter spesialis radiologi yang bertanggungjawab atas pelayanan dan
tindakan medik serta diagnosa yang dibuatnya ( ekspertise ).
b) Tenaga staf dokter spesialis radiologi adalah radiografer yaitu lulusan APRO/
ATRO/ D3 Radiologi yang bertugas membuat foto pemeriksaan yang
diperlukan.
c) Tenaga Petugas Proteksi Radiasi adalah tenaga yang telah mendapatkan
pendidikan dan pelatihan tentang proteksi radiasi dan mempuyai SIB (surat
ijin bekerja) dari BAPETEN yang masih berlaku.
d) Tenaga administrasi adalah staf yang bertugas melakukan pencatatan dan
pelaporan seluruh kegiatan radiologi

B. Distribusi ketenagaan

Agar supaya pelayanan radiologi berjalan optimal sesuai kebutuhan pasien, maka
perlu diatur pola pendistribusian tenaga yang ada. yaitu :
1. Tenaga radiografer bertugas secara bergantian selama 3 (tiga) shift sesuai
dengan jadwal dinas yang dibuat.
2. Tenaga Administrasi bertugas selama hari kerja dan pada jam dinas.
3. Dokter Spesialis Radiologi bertugas selama hari kerja dan pada jam dinas.

8
BAB III

STANDAR FASILITAS
A. Denah

9
10
11
B. Standar fasilitas

Terlaksananya penyelenggaraan kegiatan pelayanan radiologi di Rumah


Sakit sebagai penunjang medik diagnostik bagi pasien rawat jalan, pasien rawat
inap, rawat darurat dan rujukan dari luar Rumah Sakit dalam keadaan normal
maupun keadaan kedaruratan medik serta dapat menjamin kesehatan dan
keselamatan kerja bagi pekerja maupun lingkungan.

Dalam upaya pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan,


maka faktor pendukung pelayanan berupa sarana dan prasarana serta peralatan
radiologi perlu mendapat perhatian yang memadai, terutama gedung dan
fasilitasnya, penyedia suplai sumber tenaga listrik dan air bersih yang mengalir
harus sesuai dengan kebutuhan.

1. Gedung
Bangunan gedung hendaknya terletak sedemikian rupa sehingga
mudah dicapai oleh bagian lain, baik oleh pasien rawat jalan khususnya
pasien gawat darurat, maupun rawat inap dalam rangka rujukan. Gedung
radiologi didesain agar memenuhi keselamatan terhadap radiasi dan hal ini
harus diperhitungkan sejak awal perencanaan.

12
Faktor desain ruang pemeriksaan yang harus diperhatikan adalah :
 Ukuran ruang pemeriksaan untuk satu pesawat yang digunakan untuk
pemeriksaan radiologi tanpa fluoroskopi 6,5(p) m x 4(p) m x 2,8(t) m
tidak termasuk ruang ganti pakaian
 Kontruksi dinding ruangan pemerikasaan sebagai penahan radiasi
primer harus mempunyai ketebalan 25cm untuk kontruksi bata dan
plesteran atau setara dengan 2 mmPb sehingga paparan radiasi
diluar ruang radiasi tidak lebih dari 0,25 mR/jam, sedangkan
ketebalan dinding untuk penahan radiasi hambur adalah pasangan
setengah bata dengan plesteran sehingga tebal dinding 15 cm.
 Ruang pemeriksaan hendaknya dilengkapi dengan sistem pendingin
udara (AC) dengan kapasitas memadai sehingga baik pekerja
maupun pasien merasa nyaman.
 Pintu keluar masuk ruangan memungkinkan mudah dilewati brankard,
daun-daun pintu harus dilapisi dengan 2 mmPb. Diatas pintu masuk
sebelah luar harus terpasang lampu merah yang menyala pada saat
pesawat dihidupkan sebagai tanda peringatan adanya radiasi.
 Ruang-ruang lain yang perlu disediakan adalah ruang baca foto atau
konsultasi dokter, dan ruang jaga radiografer.
 Ruang CR / DR
 Ukuran min. 3(p) m x 3(l) m x 2,8(t) m
 Ketebalan dinding yang bersebelahan dengan ruang radiasi
mempunyai ketebalan satu bata sehingga paparan radiasi didalam
kamar gelap tidak lebih dari 0,25 mRem/jam.
 Dapat menampung tempat printer
 Dapat menampung tempat rekam medic elektronik
 Dilengkapi dengan exhaus fan yang kedap cahaya untuk
mengalirkan udara dari dalam keluar kamar gelap.
 Dilengkapi pendingin ruangan yang memadai
 Dilengkapi alat pengukur suhu dan kelembaban
 Ruang loket penerimaan pasien dan ruang pengambilan hasil foto
dapat disatukan dengan loket administrasi penerimaan pasien secara
keseluruhan.

13
 Bila memungkinkan disediakan ruang tunggu pasien dengan ukuran
secukupnya, terutama untuk pasien gawat darurat yang biasanya
memakai brankard dan peralatan medik lainnya (tabung oksigen,
infus dan alat traksi).
2. Sumber Tenaga Listrik
Sistem penyediaan listrik menggunakan saluran kabel langsung jenis
NYY atau NYFGBY (kabel tanah empat inti) dari panel induk kepanel gedung/
ruang radiologi. Mengingat alat radiologi memerlukan daya listrik yang cukup
besar dengan pemakaian waktu exposi yang sangat singkat,perhitungan daya
listrik yang dibutuhkan harus dilakukan dengan secara seksama. Demikian
pula dengan panel control catu daya listrik (tegangan dan arus listrik) harus
terlihat dengan jelas sehingga mudah dimonitor bila terjadi suatu kerusakan
baik fungsi maupun fisik
a. Catu daya yang harus tersedia adalah :
 Catu daya dari PLN sebagai Suplay utama
 Catu daya dari generator set sebagai suplay cadangan apabila
terjadi gangguan PLN dengan selang waktu maksimal 15 menit
 Catu daya dari Uninterruptible Power Supplay (UPS) atau No
Break Set (NBS) sebagai tenaga cadangan selama generator set
belum berfungsi.
b. Sistem Penyaluran / Distribusi Listrik
 Sistem penyaluran listrik menggunakan sistem radial pada
tegangan 400 volt dengan tegangan jatuh (voltase Drop) tidak
melebihi 5% sedangkan breaking capasity dari breaker yang
dipakai adalah pada nilai diatas arus hubungan singkat (ISC).
Jika memungkinkan jarak dari panel induk utama ke panel
gedung tradiologi tidak melebihi 50 meter.

 Penyaluran listrik keradiologi menggunakan kabel jenis NYFGBY


(jika ditanam di tanah) atau jenis NYY (jika tidak ditanam) dengan
ukuran yang sesuai dengan kapasitas daya yang diperlukan dari
panel induk kepanel radiologi dan dari panel radiologi ke panel
peralatan. Sedangkan catu daya ke lampu penerangan terpadu,

14
film prosesor, komputer dan peralatan lainnya mendapat catu
daya UPS/NBS.
c. Sistem Pengamanan Penggunaan Daya Listrik untuk Peralatan
Dengan tetap mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh
International Electrotecnica Commisioning (IEC), Standar Listrik
Indonesia (SLI), Standar PLN (SPLN), system pengamanan
penggunaan daya listrik untuk peralatan mencakup beberapa hal
yaitu:

 Pengamanan jaringan
Perlu diperhatikan adalah kapasitas daya terpasang yang
tergantung dari besarnya daya pesawat radiologi, sistem
tegangan yang digunakan satu atau tiga phase untuk 220 volt/
380volt dengan frekuensi 50 Hz. Kerugian hilangnya tegangan
sebagai akibat panjangnya jarak jaringan atau pengaruh induksi
diukur mulai dari titik sekunder travo yang ada di tempat tersebut
sampai dengan panel peralatan radiologi. Toleransi jatuh
tegangan yang diijinkan untuk peralatan radiologi maksimum
6,8%

Untuk mengamankan jaringan dari kerugian besar dapat


dilakukan hal-hal sebagai berikut:

- Memperpendek jarak peralatan radiologi dengan travo/meter


PLN.
- Menyediakan saluran / line khusus kabel untuk peralatan
radiologi.
- Memperbesar diameter kabel yang digunakan untuk peralatan
radiologi.
 Pengamanan Peralatan
Untuk mengamankan peralatan radiologi dari arus bocor, sistem
pembumian dengan kabel BC dengan diameter 16 mm dan pada
ujung-ujung kabel dipasang elektroda.

15
Kabel BC dan elektroda dimasukkan kedalam pipa galvanis yang
terlebih dahulu disolder dan kemudian dicor untuk mencegah
korosi.

Nilai tahanan yang dikehendaki adalah seperti tabel dibawah ini :

Tabel 1. Hubungan antara kapasitas pesawat radiologi dengan


tahanan tanah.

Kapasitas Pesawat Tahanan Tanah


Radiologi (mA) (OHM)
100 0,3
200 0,2
300 0,1
500 0,1
600 0,1
Resitensi antara alat dan titik pembumian maksimum 0,15 OHM.
Untuk menjamin nilai resistensi pembumian seperti tabel /
ketentuan, teknisi hendaknya melaksanakan pengukuran nilai
pembumian secara berkala setiap setahun sekali.

 Pengamanan Personal
Pengamanan terhadap kejut listrik dilakukan dengan membuat
pembumian dan adanya dasar peralatan isolasi ganda.

 Pengamanan Bahaya Mekanik


Pesawat radiologi tidak boleh menimbulkan bahaya mekanik
terhadap pasien, pekerja radiasi dan lingkungan sekitar. Pekerja
radiasi harus memeriksa secara berkala berfungsinya alat
keselamatan dan atau alarm yang telah ditentukan dalam
petunjuk penggunaannya. Peralatan atau gabungan peralatan
radiologi tidak boleh tidak dalam keadaan stabil selama
penggunaannya

d. Sistem Pencahayaan.
Pencahayaan ruangan untuk pelayanan radiologi dinyatakan
dalam satuan pencahayaan yang disebut LUX. Adapun kuat
pencahayaan dari lampu penerangan untuk masing-masing
ruangan yaitu sebagai berikut:
16
Tabel 2.

No Ruangan Kuat Pencahayaan (LUX)

1 Ruang Pemeriksaan 500 – 1000

2 Ruang Loket 100 – 200

3 Ruang Konsultasi Dokter 100 – 200

4 Ruang Medical Record 100 – 200

5 Ruang Kamar Gelap 20 – 50

6 Ruang Petugas Jaga Radiologi 100 – 200

7 Ruang Tunggu Pasien 100 – 200

8 Ruang Penyimpanan Film 50 – 100

Cara Pengukuran :

o Pengukuran dilakukan dengan alat Lux Meter


o Pengukuran kuat pencahayaan untuk satu ruangan dilakukan di tiga titik /
tempat kemudian diambil nilai rata-ratanya.
e. Sistem Penyediaan air Bersih
Penyediaan air bersih dibedakan untuk alat prosesing film dan air untuk
keperluan sehari-hari, persyaratan air bersih mengikuti persyaratan
Permenkes No. 416tahun 1990. sedangkan untuk air prosesing film
mengikuti persyaratan air minum. Khusus untuk air prosesing film
harus dijamin selalu tersedia dan dapat mengalir terus menerus selama
dibutuhkan (dibuat reservoar dengan kapasitas yang memadai sebagai
cadangan apabilaair PAM / tanah tidak mengalir)

Cara Pemeriksaan:

 Pemeriksaan tersedianya air : pengecekan pada tangki-tangki


reservoar yang tersedia.
 Pengecekan aliran air pada kran-kran.
 Pemeriksaan secara laboratorium terhadap kualitas air sesuai
dengan prosedur yang berlaku.

17
 Pastikan tangki-tangki reservoar selalu dikuras dan dibersihkan satu
bulan sekali.
3. Standar Ruang Pemeriksaan
a. Semua ruang pemeriksaan radiologi didesain sedemikian rupa
sehingga tingkat paparan radiasi ditempat yang dihuni masyarakat tidak
lebih dari 0,25 mSv / jam apabila pesawat radiologi sedang dioperasikan.
b. Jendela kamar radiasi harus setinggi 2m darilantai sebelah luar
ruangan.
c. Mempunyai fasilitas tanda bahaya radiasi berupa lampu merah yang
dipasang diataspintu masuk sebelah luar ruang pemeriksaan yang akan
menyala secara otomatis apabila pesawat dihidupkan / sedang expose.
d. Harus dipasang tanda-tanda bahaya radiasi lainnya yang dapat dilihat
dengan jelas oleh umum.

18
4. Standar Peralatan
a. Peralatan Radiologi berupa pesawat rontgen dipastikan mempunyai tingkat
paparan radiasi bocor tabung tidak lebih dari 100 mR / jam pada setiap titik
yang berjarak 1 m dari fokus kesegala arah.
b. Peralatan radiologi harus mempunyai diafragma yang dilengkapi dengan
lampu penunjuk luas lapangan penyinaran yang berfungsi dengan baik.
c. Selalu dilakukan kalibrasi secara berkala 1 tahun sekali agar pesawat
radiologi selalu dalam kondisi prima, layak pakai dan aman.
d. Selalu dilakukan uji kesesuaian minimal 2 (dua) tahun sekali.
e. Dokumen penyerta peralatan radiologi harus disimpan dengan baik,
sehingga bila sewaktu-waktu diperlukan mudah diperoleh.

19
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran pemeriksaan

1. Pasien Rawat Jalan


a. Pemeriksaan dan tindakan radiologi bagi pasien
rawat jalan hanya dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari dokter yang
memeriksa/ mengirim/ merujuk disertai klinis yang jelas.
b. Surat pengantar dari dokter poliklinik/ dokter lainnya
diserahkan kepada petugas loket penerimaan radiologi.
c. Petugas administrasi menerima blanko surat permintaan foto
dan melihat kelengkapan blanko surat permintaan Foto/ USG/ CT Scan
( Nama, Jenis kelamin, Umur, Alamat, Klinis, Jenis foto yang diminta, Tanggal
permintaan, Tandatangan dokter pengirim).
d. Petugas administrasi memberikan informasi tentang:
 Tarif pemeriksaan yang sesuai dengan tarif Perda yang berlaku dan harus
dilunasi sebelum pemeriksaan atau tindakan radiology dilakukan dan
untuk peserta dengan asuransi dilengkapi dengan persyaratan
administrasi pendukung
 Persyaratan-persyaratan lainnya yang harus dipenuhi sebelum dilakukan
pemeriksaan / tindakan radiologi
e. Petugas administrasi melihat kelengkapan administratif
(kwitansi pembayaran foto dari PAT atau Surat Jaminan Pelayanan)
f. Petugas administrasi memberi perincian tindakan radiology
sesuai jenis tindakan radiologi bagi pasien peserta asuransi.
g. Petugas administrasi menulis no register radiologi.
h. Petugas administrasi menulis identitas pasien ke buku
register pemeriksaan tindakan radiologi.
i. Petugas administrasi memberi amplop hasil sesuai
pemeriksaan.

20
j. Petugas administrasi memberikan blanko surat permintaan
radiologi ke petugas radiographer untuk dilakukan tindakan yang diminta.
k. Pasien diberikan informasi tentang tindakan medik radiologi
yang akan dilakukan terhadapnya.
l. Pemeriksaan / tindakan medik radiologi dilakukan di ruang
pemeriksaan yang telah ditetapkan.
m. Semua pemeriksaan radiologi hanya boleh dan dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan bidang radiologi yang telah mendapat
pendidikan formal bidang radiologi.
n. Semua pemeriksaan dan tindakan medik radiologi harus
dilakukan sesuai standard prosedur pemeriksaan medikradiologi yang telah
ditetapkan.
o. Formulir hasil pemeriksaan radiologi dibuat rangkap dua
masing-masing satu untuk arsip dan satu yang asli untuk pasien yang akan
disampaikan kepada dokter yang merujuk/ mengirim dan kedua-duanya
mempunyai nilai hukum yang sama.
p. Formulir hasil pemeriksaan radiologi merupakan dokumen
medic yang bersifat rahasia yang harus ditanda tangani oleh dokter spesialis
radiologi yang memeriksa.
q. Formulir hasil pemeriksaan radiologi dapat diterima pasien
paling lambat satu hari (24 jam) setelah pemeriksaan radiologi dilakukan.
r. Mendahulukan pemeriksaan pada pasien dengan kasus “cito”
sebagai upaya “life saving” sesuai dengan prosedur pelayanan tindakan
kedaruratan medik radiologi.
s. Untuk pemeriksaan radiologi khusus yang menggunakan
bahan kontras radiografi yang dimasukkan kedalam tubuh melalui intra
vascular, pasien /keluarga pasien diwajibkan membuat dan menandatangani
formulir persetujuan dilakukan tindakan medik radiologi, setelah terlebih
dahulu diberikan tentang informasi tentang resiko pemakaian bahan kontras.
t. Semua pemeriksaan dan tindakan medik radiologi yang
menggunakan kontras hanya dapat dan boleh dilakukan oleh dokter spesialis
radiologi dan petugas bidang radiologi lainnya sesuai dengan batas
kewenangan masing-masing.

21
22
2. Pasien Rawat Inap
a. Pasien dari unit rawat inap diantar ke Instalasi radiologi oleh
perawat dilengkapi dengan surat permintaan pemeriksaan radiologi dengan
klinis yang jelas dan disertai dengan catatan medis lainnya sebagai tanda
pasien dirawat dari dokter yang merawat/ merujuk.
b. Surat permintaan pemeriksaan radiologi kepada petugas
administrasi radiologi, kegiatan penerimaan pasien diluar loket penerimaan
dianggap tidak benar dan menyalahi peraturan.
c. Petugas administrasi mencatat informasi yang dibutuhkan pada
buku register guna kepentingan pasien dan kepentingan pemeriksaan
radiologi.
d. Pasien dilakukan pemeriksaan radiologi harus sesuai dengan
permintaan yang tercantum dalam formulir permintaan radiologi.
e. Untuk pemeriksaan radiologi dengan pemakaian bahan kontras
radiografi, pasien/ keluarga diwajibkan mengisi dan menandatangani formulir
persetujuan pemeriksaan radiologi.
f. Prosedur pemeriksaan pemakaian bahan kontras radiografi diatur
secara khusus, termasuk prosedur tindakan kegawatdaruratan akibat
pemakaian bahan kontras radiografi.

3. Pasien Rawat Darurat


a. Pasien diantar oleh perawat UGD bersama surat
permintaan pemeriksaan radiologi dari dokter yang memeriksa.
b. Petugas radiologi melakukan pencataatan /
registrasi dibuku pelayanan radiologi.
c. Memberikan penjelasan padapasien /keluarga
pasien tentang jenis pemeriksaan radiologi yang akan dilakukan.
d. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan radiologi
sesuai dengan yang tertulis dalan formulir permintaan pemeriksaan radiologi.
e. Hasil pemeriksaan radiologi dipinjamkan ke dokter
UGD terlebih dahulu, kecuali pada jam kerja harus di expertise dokter
spesialis radiologi terlebih dahulu.

23
B. Persiapan pemeriksaan
Pemeriksaan radiologi sebelum dilakukan diperlukan beberapa
persiapan-persiapan. Beberapa persiapan yang perlu dilakukan adalah :
- Persiapan Alat
a. X-ray unit
b. Cassete radiografi sesuai ukuran
c. Lysholm grid sesuai ukuran
d. Film radiografi
e. Marker set
f. Penyangga immobilisasi
g. Workstation unit
h. Automatic Processor Film/ Dry printer
i. Alkes dan obatt-obatan
- Persiapan pasien
Pasien yang akan dilakukan pemeriksaan harus dipastikan bebas dari
benda-benda radiopaque yang akan menimbulkan artefak pada hasil radiografi,
seperti benda logam (perhiasan, resleting, kancing baju dari logam).
Pada pasien yang akan melakukan pemeriksaan radiologi dengan media
kontras diperlukan beberapa persiapan, antara lain :
a. Pemeriksaan lab. Ureum dan kreatinin minimal 1 minggu sebelum
pemeriksaan`
b. Puasa minimal 4-10 jam sebelum pemeriksaan
c. Urus-urus, lavement
d. Berat badan pasien
e. Riwayat allergi terhadap makanan dan obat-obatan
f. Tahan kencing
- Persiapan pemeriksaan
Pemeriksaan radiologi yang membutuhkan persiapan sebelumnya
adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan foto BNO
2. Pemeriksaan foto dengan kontras
3. Pemeriksaan CT Scan dengan kontras
4. Pemeriksaan USG ( abdomen, urologi, obsgyn )

C. Pelaksanaan pemeriksaan
- Pemeriksaan radiologi dilakukan pada hari kerja, jam kerja dan 24 jam.
Pelayanan hari dan jam kerja dilakukan pada :
a. Hari senin s/d kamis mulai 07.00 – 14.00 WIB
b. Hari Jum’at mulai 07.00 – 11.00 WIB
c. Hari Sabtu mulai 07.00 – 13.30 WIB
- Pelayanan pemeriksaan foto non kontras dilakukan pada hari kerja, jam kerja
dan 24 jam.
- Pelayanan pemeriksaan foto dengan kontras dilakukan pada hari dan jam kerja
kecuali kasus emergency.

24
- Pelayanan pemeriksaan USG dilakukan pada hari dan jam kerja
- Pelayanan pemeriksaan CT Scan non kontras dilakukan pada hari kerja, jam
kerja dan 24 jam.
- Pelayanan pemeriksaan CT Scan dengan kontras dilakukan pada hari dan jam
kerja.
- Pemeriksaan foto non kontras dilakukan oleh radiografer.
- Pemeriksaan foto dengan kontras dilakukan oleh dokter spesialis radiologi
dibantu oleh radiografer.
- Pemeriksaan USG dilakukan oleh dokter spesialis radiologi.
- Pemeriksaan CT Scan non kontras dilakukan oleh radiografer.
- Pemeriksaan CT Scan dengan kontras dilakukan oleh dokter spesialis radiologi
dibantu oleh radiografer.
- Pelayanan radiologi 24 jam adalah pelayanan gawat darurat.

D. Pencucian film
Prosesing film adalah suatu proses mencetak hasil radiografi dengan cara
membangkitkan, menetapkan dan membilas gambaran radiografi yang ada pada
film radiografi yang telah terekspose. Secara modern sesuai perkembangan
teknologi prosesing film manual maupun automatic diganti dengan dry printer.
Prosesing film menurut cara pencuciannya dibagi menjadi 3 teknik, yaitu :
a. Prosesing Manual
Langkah-langkah prosesing manual adalah :
- Ambil film dari dalam cassete
- Jepit film pada hanger sesuai ukuran
- Masukkan film pada cairan developer dan tunggu ± 4 menit
- Angkat film dari cairan developer
- Bilas film dengan air mengalir
- Masukkan film kedalam cairan fixer dan tunggu ± 10 menit
- Angkat film dari cairan fixer
- Bilas film dengan air mengalir
- Masukkan film pada alat pengering ± 15-20 menit dengan suhu
± 40-60⁰ C
- Keluarkan film dari alat pengering
b. Prosesing Automatic
Prinsip kerja pada automatic prosesor adalah dry to dry. Di dalam mesin
automatic prosesor terdapat tanki-tanki yang berisi cairan developer, fixer dan
air. Proses pembilasan air pada prosesing manual diganti dengan roller yang
ditempatkan pada setiap tanki sehingga setiap film berindah dari tanki ke tanki
yang lain film telah bersih dari cairan yang menempel sebelumnya. Langkah-
langkah prosesing automatic adalah :
- Ambil film dari dalam cassette
- Masukkan film kedalam feeding tray
- Tunggu film keluar dari mesin automatic prosesor

25
c. Dry printer
Pada prosesing dry printer sudah tidak ada lagi cairan developer, fixer dan air.
Akan tetapi pada dry printer ini film telah disiapakan pada tray-tary yang telah
disediakan sesuai dengan ukuran filmnya.
Langkah-langkah prosesing dry printer adalah :
- Lihat hasi radiografi pada computer workstation
- Edit hasil foto sesuai dengan citra radiografi yang baik
- Filming hasil foto yang telah di-edit
- Pilih ukuran film yang dikehendaki tanpa mengurangi citra radiografi
- Tekan tombol print untuk memulai printing hasil radiografi
- Tunggu hasil radiografi keluar dari mesin dry printer

E. Pemberian expertise
Ekspetise adalah hasil diagnose dari gambaran hasil radiografi ( foto, USG dan
CT Scan ). Pemberian ekspertise dilakukan oleh seorang dokter spesialis
radiologi.
a. Di dalam jam kerja
Pemberian ekspertise pada hari dan jam kerja dilakukan pada :
Senin s/d Kamis mulai 07.00 – 14.00 WIB
Jum’at mulai 07.00 – 11.00 WIB
Sabtu mulai 07.00 – 12.30 WIB
b. Di luar jam kerja
Pemberian ekspertise diluar jam kerja tidak dapat dilakukan karena
keterbatasan tenaga dokter spesialis radiologi yang ada saat ini. Hasil
radiografi akan diberi ekspertise pada hari dan jam kerja.

F. Penyerahan hasil
Penyerahan hasil radiologi dilakukan di loket radiologi dengan menunjukkan bukti
pengambilan hasil radiologi. Hasil radiologi merupakan arsip rekam medic
seorang pasien sehingga harus dijaga kerahasiannya.
- Pasien rawat jalan
a. Hasil radiologi diambil oleh pasien sendiri
b. Hasil radiologi dapat diambil oleh keluarga pasien
c. Waktu pengambilan hasil adalah selama hari dan jam kerja
d. Hasil radiologi yang telah dikeluarkan harus dicatat pada buku pengambilan
hasil oleh petugas radiologi dengan mencantumkan nama pengambil,
hubungan keluarga, tanggal diambil dan jam diambil
- Pasien rawat inap
a. Hasil radiologi diambil oleh petugas rawat inap
b. Waktu pengambilan hasil adalah selama 24 jam
c. Hasil radiologi yang telah dikeluarkan harus dicatat pada buku pengambilan
hasil oleh petugas radiologi dengan mencantumkan nama pengambil
(petugas rawat inap), tanggal diambil dan jam diambil
- Pasien gawat darurat
26
a. Hasil radiologi diambil oleh petugas gawat darurat
b. Waktu pengambilan hasl adalah 24 jam
c. Hasil radiologi yang telah dikeluarkan harus dicatat pada buku pengambilan
hasil oleh petugas radiologi dengan mencantumkan nama pengambil
(petugas rawat darurat), tanggal diambil dan jam diambil

27
BAB V
LOGISTIK
Dalam menunjang pelayanan radiologi diperlukan bahan-bahan
radiologi yang baik, bermutu dan tepat waktu. Diharapkan jaminan mutu pelayanan
radiologi dapat terjamin, terkendali dan terkontrol dengan baik. Permintaan
pengadaan kebutuhan bahan dan material Instalasi Radiologi diajukan oleh Kepala
Instalasi Radiologi kepada Direktur Rumah Sakit melalui Kepala Bidang Sarana
Pelayanan Penunjang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, dan
diusahakan didapat sesuai dengan jumlah dan spesifikasi yang diminta.
Pada saat pembelian bahan dan material kebutuhan radiologi harus
diperhatikan spesifikasi dan batas waktu kedaluwarsa penggunaan bahan tersebut.
Bahan-bahan radiologi yang dibutuhkan antara lain :
a. BAHAN MEDIK HABIS PAKAI

1. Film radiologi ( min.expired 1 tahun kedepan )


- Green base atau Dry Image High Laser (DIHL)
- Ukuran 35 x 35 cm green base
- Ukuran 30 x 40 cm green base
- Ukuran 24 x 30 cm green base
- Ukuran 18 x 24 cm green base
- Ukuran 35 x 43 cm DIHL
- Ukuran 26 x 36 cm DIHL
- Ukuran 20 x 25 cm DIHL
2. Cairan prosesing ( min.expired 1 tahun kedepan )
- Developer liquid
- Fixer liquid
3. Paper USG ( min.expired 1 tahun kedepan )
- High Glossy paper
4. Jelly USG (min.expired 1 tahun kedepan )
- Aquasonic jelly Ultrasound

b. BAHAN ALKES DAN OBAT-OBATAN

1. Alat kesehatan
28
- Spuit 3 cc, 10 cc, 20 cc, 50 cc
- Syringe Injector 200 ml
- Tubing connector
- Foley catheter no.16
- Needle no.18
- Abocath no.22, 20, 18
2. Obat-obatan
- Urografin 76% 20 cc
- Garam inggris
- Dulcolax sup
- Fleet phosphorsoda
- Fleet enema
- Obat-obatan emergency
c. BARANG ALAT TULIS KANTOR DAN CETAK
1. Alat tulis kantor
Alat tulis kantor dibeli sesuai dengan kebutuhan administrasi radiologi.
Disimpan dan dipakai pada saat diperlukan serta tersedia setiap kali
dibutuhkan.
2. Barang cetak
- Amplop foto ukuran 37 x 37 cm
- Amplop foto ukuran 32 x 42 cm
- Amplop foto ukuran 26 x 32 cm
- Amplop foto ukuran 20 x 26 cm
- Amplop foto ukuran 37 x 45 cm
- Amplop foto ukuran 28 x 38 cm
- Amplop foto ukuran 22 x 27 cm
- Amplop USG
- Amplop CT Scan ukuran 37 x 45 cm
1. Permintaan pengadaan barang dilakukan triwulan (tiga bulanan).
2. Pengambilan barang dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali di Instalasi Farmasi
atau sesuai kebutuhan.
3. Barang yang didapat harus disimpan dengan baik dan benar menurut Standar
Prosedur Penyimpanan bahan dan material yang berlaku.

29
4. Setiap awal tahun Kepala Radiologi dan staf mengevaluasi penggunaan bahan
dan material selama satu tahun terakhir, dan harus menyusun rencana kegiatan
dan kebutuhan bahan untuk tahun anggaran berikutnya.
5. Kebutuhan bahan operasional Instalasi Radiologi untuk
tahun anggaran berikutnya diajukan ke Direktur Rumah Sakit melalui Rencana
Anggaran Belanja tahunan.

30
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN DAN
KESELAMATAN RADIASI

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah suatu upaya yang dilakukan oleh petugas
kesehatan maupun petugas non kesehatan yang berada di lingkungan Rumah
Sakit yang berorientasi terhadap segala kejadian yang menimpa pasien di
Rumah Sakit tersebut.
Keselamatan radiasi adalah sala satu upaya keselamatan pasien yang
akan, sedang dan telah mendapatkan paparan radiasi dalam tindakan radiologi
diagnostic untuk menunjang diagnosis klinis, termasuk juga pekerja radiasi,
pendamping pasien dan masyarakat sekitar.

B. TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk menjamin keselamatan pasien dan keselamatan radiasi

Tujuan Khusus
- Melaksanakan 6 ( enam ) Sasaran Keselamatan Pasien
- Melaksanakan Program Proteksi Radiasi dan Keselamatan Radiasi
- Memberikan informasi tentang Radiasi beserta Efeknya
- Meminimalkan dosis paparan radiasi bagi pasien, pendamping pasien dan
lingkungan

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN


Pelaksanaan keselamatan pasien sesuai dengan sandar yang berlaku
dengan menerapakan 6 (enam) Sasaran Keselamatan Pasien antara lain :
1. Identifikasi pasien secara benar
2. Meningkatkan komunikasi efektif
3. Meningkatkan keselamatan penggunaan obat-obatan high alert
4. Tepat sisi, tepat prosedur dan tepat pasien
5. Resiko jatuh
6. Hand Hygiene dan penggunaan Alat pelindung Diri ( APD )

D. TATA LAKSANA KESELAMATAN RADIASI


1. Penerapan Justifikasi penggunaan pesawat sinar-x
Justifikasi penggunaan pesawat sinar-x harus didasarkan pada
pertimbangan bahwa manfaat yang diperoleh jauh lebih besar daripada
resiko bahaya radiasi yang ditimbulkan
31
2. Penerapan Limitasi dosis
Nilai Batas Dosis tidak boleh melampaui dalam kondisi operasional
normal. Nilai Batas Dosis berlaku untuk Pekerja Radiasi dan anggota
masyarakat dan tidak diberlakukan untuk pasien dan pendamping pasien.

Nilai Batas Dosis


1. Bagi Pekerja Radiasi
a. dosis efektif sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per tahun rata-
rata selama 5 (lima) tahun berturut-turut
b. dosis efektif sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu)
tahun tertentu
c. dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 150 mSv (seratus limapuluh
milisievert) dalam 1 (satu) tahun, dan
d. dosis ekivalen untuk tangan dan kaki atau kulit sebesar 500 mSv
( lima ratus milisievert) dalam 1 (satu) tahun
2. Bagi anggota masyarakat
a. Dosis efektif sebesar 1 mSv (satu milisievert) dalam 1 (satu) tahun
b. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv (limabelas
milisievert) dalam 1 (satu) tahun dan
c. Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert)
dalam 1 (satu) tahun
Upaya pencegahan Nilai Batas Dosis terlampaui :
Dalam rangka untuk memastikan Nilai Batas Dosis tidak berlebih, pemegang
izin harus :
a. Menyelenggarakan pemantauan paparan radiasi dengan Surveymeter
b. Melakukan pemantauan dosis yang diterima personil dengan
menggunakan film badge atau TLD Badge, dan dosimeter perorangan
pembacaan langsng yang sudah dikalibrasi.
c. Menyediakan perlengkapan Proteksi Radiasi meliputi Peralatan Proteksi
radiasi dan peralatan pemantau dosis personil
d. Peralatan Proteksi Radiasi antara lain :
- Apron
- Tabir yang dilengkapi Pb dan dilengkapi kaca Pb
- Kacamata Pb
- Sarung tangan Pb
- Pelindung thyroid Pb
- Pelindung ovarium
- Pelindung gonad Pb
3. Penerapan Optimasi
a. Pekerja Radiasi dan anggota masyarakat menerima Paparan Radiasi
serendah mungkin dapat dicapai.
b. Pasien menerima Dosis Radiasi serendah mungkin sesuai dengan yang
diperlukan untuk mencapi tujuan diagnostik.
32
c. Dilaksanakan melalui :
1. Pembatas dosis bagi Pekerja Radiasi dan anggota masyarakat
a. ½ (satu per dua) dari NBD untuk Pekerja Radiasi sebesar 10 mSv
(sepuluh milisievert) per tahun atau 0,2 mSv (nol koma dua milisievert)
per minggu.
b. ½ (satu per dua) dari NBD untuk anggota masyarakat sebesar 0,5 mSv
(nol koma lima milisievert) per tahun atau 0,01 (nol koma nol satu
milisievert) per minggu.
c. Dosis radiasi untuk pendamping pasien tidak melebihi 2 mSv (dua
milisievert) selama masa pemeriksaan.
d. Setiap Pekerja Radiasi yang melaksanakan pemeriksaan radiologi
harus mencegah terjadinya pengulangan paparan.
2. Tingkat panduan Paparan Medik untuk pasien
Tingkat panduan paparan medik untuk pasien diterapkan untuk :
a. Radiografi dan
b. Fluoroskopi
Tingkat panduan Paparan Medik dapat dilampaui asalkan ada justifikasi
berdasarkan kebutuhan klinis
Tabel Tingkat Panduan Paparan Medik
A. Radiografi
Tabel 1. Tingkat panduan dosis radiografi diagnostic untuk setiap pasien
dewasa tertentu*

Dosis Permukaan
No Posisi
Jenis Pemeriksaan Masuk per
. Pemeriksaan**
Radiografi (mGy)
AP 10
Lumbal
1 LAT 30
(Lumbal Spine)
LSJ 40
Abdomen, Intravenous
2 Urography, dan AP 10
Cholecystography
3 Pelvis AP 10
Sendi Panggul
4 AP 10
(Hip Joint)
Paru PA 0,4
5
(Chest) LAT 1,5
Torakal AP 7
6
(Thoracic Spine) LAT 20
Gigi Periapical 7
7
(Dental) AP 5
Kepala PA 5
8
(Skull) LAT 3
* Didalam udara dengan hamburan balik. Nlai-nilai tersebut adalah untuk
kombinasi film-screen kovensional dalam kecepatan relative 200. Untuk
33
kombinasi film-screen kecepatan tinggi (400-600), nilai-nilai tersebut
hendaknya dikurangi dengan factor 2-3.
** PA : postero-anterior, AP : antero-posterior, LAT : lateral, LSJ : lumbo
sacral joint
Tabel 2 Tingkat panduan dosis CT Scan untuk setiap pasien dewasa tertentu

Dosis rata-rata multiple scan*


No. Jenis Pemeriksaan
(mGy)
1 Kepala 50
2 Lumbal 35
3 Abdomen 25
* Diperoleh dari ukuran sumbu perputaran pada phantom yang setara
dengan air, panjang 15 cm dan 16 cm (kepala) dan 30 cm (lumbal dan
abdomen) dalam diameter.

B. Fluoroskopi
Tabel 3. Tingkat panduan laju dosis fluoroskopi untuk setiap pasien dewasa tertentu

Laju Dosis Permukaan Kulit*


No. Cara Pengoperasian
(mGy/menit)
1 Normal 25
2 Tingkat Tinggi 100
* Didalam udara dengan hamburan balik
** Untuk fluoroskopi yang mempunyai pilihan dengan cara operasional tingkat
tinggi, seperti pemeriksaan yang sering digunakan dalam Radiologi
Intervensional

4. Melakukan Verifikasi Keselamatan Radiasi


Verifikasi keselamatan dilakukan melalui :
a. Pemantauan Paparan Radiasi
1. Pemantauan paparan radiasi dilakukan oleh pemegang izin terhadap :
- Fasilitas yang baru dimiliki sebelum digunakan
- Fasilitas yang mengalami perubahan
2. Pemantauan paparan radiasi dilakukan oleh petugas proteksi radiasi pada :
- Ruang kendali pesawat sinar-X
- Ruang di sekitar pesawat sinar-X
- Personil yang sedang melaksanakan prosedur fluoroskopi
b. Uji Kesesuaian pesawat sinar-X
Uji kesesuaian pesawat sinar-X wajib dilakukan oleh pemegang izin selama
masih dioperasionalkan. Uji kesesuaian dilakukan minimal 2 (dua) tahun
sekali.
c. Identifikasi terjadinya paparan potensial
1. Identifikasi terjadinya paparan potensial dilakukan dengan
mempertimbangkan kemungkinan kecelakaan sumber atau suatu kejadian

34
atau rangkaian kejadian yang mungkin terjadi akibat kegagalan peralatan
atau kesalahan operasional
2. Paparan Potensial dapat menjadi Paparan Darurat
3. Paparan Darurat
Pemegang izin wajib melakukan Intervensi terhadap Paparan Darurat
melalui tindakan protektif dan remedial berdasarkan Rencana
Penanggulangan Keadaan Darurat.
Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat paling kurang meliputi :
a. Identifikasi terhadap penyebab terjadinya Paparan Darurat
b. Personil yang melkukan Intervensi
c. Sistem koordinasi antar penyelenggara Keselamatan Radiasi dalam
melaksanakan Intervensi
d. Penanggulangan Paparan Darurat dan
e. Pelaporan
Penanggulangan Paparan Darurat paling kurang meliputi :
a. Tindakan Protektif untuk mencegah terulangnya Paparan Darurat,
paling kurang melalui :
1. Uji Kesesuaian dan perbaikan pesawat sinar-X dan atau
2. Perbaikan perangkat lunak
b. Penanganan dan pemulihan pasien atau pekerja yang mendapat
Paparan Radiasi berlebih

5. Pemasangan tanda radiasi dan poster peringatan radiasi pada daerah yang
terkena resiko paparan radiasi
Tanda radiasi harus dipasang pada tabung dan panel kendali pesawat sinar-X,
dengan ketentuan :
a. Menempel secara permanen
b. Memiliki2 (dua) warna yang kontras, dan
c. Dapat dilihat dengan jelas dan teridentifikasi pada jarak 1 (satu) meter
Tanda Radiasi harus dipasang pada pintu ruangan pesawat sinar-X dengan
ketentuan :
a. Menempel secara permanen
b. Memiliki 2 (dua) warna yang kontras
c. Dapat dilihat dengan jelas dan teridentifikasi pada jarak 1 (satu) meter, dan
d. Memuat tulisan “AWAS SINAR-X” dan “PERHATIAN : AWAS SINAR-X”
atau kalimat lain yang memiliki arti yang sama.
Poster peringatan bahaya radiasi harus dipasang didalam ruangan pesawat
sinar-X, yang memuat tulisan “WANITA HAMIL ATAU DIDUGA HAMIL HARUS
MEMBERITAHU DOKTER ATAU RADIOGRAFER”
6. Rekaman dan Laporan
A. Rekaman meliputi :
- Data inventariasi pesawat sinar-X, yang paling kurang meliputi :
1. Komponen dan spesifikasi teknik pesawat sinar-X
2. Penggantian tabung sinar-X
35
- Catatan dosis yang diterima personil setiap bulan
- Hasil pemantauan laju paparan radiasi di tempat kerja dan lingkungan
- Uji kesesuaian pesawat sinar-X
- Kalibrasi dosimeter perorangan pembacaan langsung
- Hasil pencarian fakta akibat kecelakaan radiasi
- Penggantian komponen pesawat sinar-X
- Pelatihan yang paling kurang memuat informasi :
1. Nama personil
2. Tanggal dan jangka waktu pelatihan
3. Topik yang diberikan, dan
4. Fotokopi sertifikat pelatihan atau surat keterangan
- Hasil pemantauan kesehatan personil
B. Laporan
- Laporan yang disampaikan meliputi laporan mengenai pelaksanaan :
a. Program proteksi dan keselamatan radiasi, verifikasi keselamatan, dan
b. Intervensi terhadap Paparan Darurat
- Laporan harus disampaikan secara tertulis oleh Pemegang Izin kepada
Kepala BAPETEN, yang paling kurang meliputi :
a. Hasil pemantauan Dosis untuk Radiologi Intervensional
b. Hasil uji kesesuaian pesawat sinar-X, dan
c. Perbaikan dan/ atau penggantian komponen pesawat sinar-X, yang paling
kurang meliputi :
1. Panel kontrol
2. Filter
3. Kolimator, dan
4. Lampu kolimator
- Laporan tertulis untuk hasil uji pemantauan dosis untuk Radiologi
Intervensional harus dilaporkan kepada Kepala BAPETEN paling kurang
sekali dalam 1 (satu) tahun.
- Laporan tertulis untuk uji kesesuaian dan perbaikan dan/ atau penggantian
komponen pesawat sinar-X diatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN
tersendiri.
- Laporan mengenai pelaksanaan Intervensi terhadap Paparan Darurat
disampaikan secara tertulis oleh Pemegang Izin kepada Kepala BAPETEN
paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak pelaksanaan Intervensi terhadap
Paparan Darurat selesai dilakukan. Laporan tertulis tersebut paling kurang
berisi tentang hasil pelaksanaan Rencana Penanggulangan Keadaan
Darurat.

36
BAB VII
PROTEKSI RADIASI

Untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan pelayanan radiologi diharuskan


mempunyai peralatan proteksi yang memadai baik dalam kualitas maupun kuantitas.
Kegiatan tindakan proteksi yang sudah dilakukan selalu dievaluasi apakah tindakan
proteksi dan prosedur kerja yang selama ini dilakukan sudah efektif dan efisien
(analisis dosis perorangan).
 Proteksi Radiasi Ruangan Radiasi
- Struktur bangunan ruang radiasi sebagai proteksi radiasi
primer harus mempunyai ketebalan setara dengan 2,5 mmPb untuk
pengoperasian pesawat pada 100mA.
- Kabin tempat kontrol panel dimana pekerja radiasi
melakukan exposi harus mempunyai kacaintai yang cukup luas untuk
memantau pasien yang sedang dilakukan pemeriksaan mempunyai
ketebalan setara dengan 2,5 mmPb.
- Perisai mobile yang dapat dipindah-pindahkan juga harus
mempunyai kaca intai yang cukup luas dengan ketebalan setara
dengan 2,5 mPb.
 Proteksi Radiasi Bagi Pekerja Radiasi, Pasien dan Masyarakat
Sekitar
- Selama pemeriksaan dilakukan pekerja radiasi harus selalu
berada terlindung dibelakang kabin.
- Tidak dibenarkan memegang pasien selama exposi
dilakukan, pada pemeriksaan yang memerlukan bantuan orang lain
untuk memegang pasien dengan memberikan Apron kepada yang
memegang pasien.
- Bila terpaksa harus memegang pasien selama penyinaran,
pekerja radiasi harus memakai Apron dan Sarung Tangan Karet Pb
dengan kesetaraan 2,5 mmPb.

37
- Selama bekerja harus memakai monitor perorangan (Film
Badge) untuk mengukur radiasi yang diterima selama selang waktu
tertentu.
- Semua paparan radiasi yang diterima pekerja radiasi setiap
bulannya harus dicatat pada buku dosis perorangan.
- Bila pekerja radiasi dalam keadaan tertentu dilakukan
pemeriksaan radiologi, maka dosis untuk pemeriksaan kesehatan
tersebut tidak dicatat dalam buku dosis perorangan.
 Proteksi Pasien
- pada dasarnya tidak ada proteksi khusus terhadap pasien
yang ada hanyalah setiap pemeriksaan radiologi dihindari sedapat
mungkin pengulangan foto kecuali penambahan foto untuk
mempertajam diagnosa.
- Luas Lapangan penyinaran harus tergambar pada
foto,dengan demikian luas lapangan penyinaran hendaknya seluas
organ tubuh yang diperiksa dan bukan seluas cassette yang dipakai.
- Dosis radiasi yang diberikan kepada pasien harus serendah
mungkin sesuai dengan kebutuhan klinis.
 Nilai Batas Dosis
- Nilai batas dosis yang diijinkan untuk pekerja radiasi setahun
adalah 5 Rem.
- Nilai batas dosis untuk bulanan adalah sebesar 400 mR.
- Nilai batas dosis untuk masyarakat / penduduk umum adalah
sepersepuluh dari nilai batas dosis untuk pekerja radiasi.
- Untuk pekerja radiasi yang sedang hamil sebesar 1,5 Rem
setelah diketahui kehamilannya.

38
39
BAB VIII
JAMINAN MUTU PERALATAN

Mutu pelayanan medik radiologi ditentukan oleh mutu sumber daya manusia
penyelenggara dan juga sangat tergantung padamutu peralatan radiologi yang harus
selalu dalamkeadaan prima baik dari segi fisik maupun fungsinya. Untuk
mendapatkan kondisi peralatan yang selalu prima dan siap pakai perli dilakukan
pemeriksaan yang dapat menjamin kualitas maupun keselamatan (safety) peralatan
radiologi maupun penunjangnya.

1. PEMERIKSAAN FISIK PERALATAN SECARA VISUAL


Pemeriksaan fisik dilakukan sebelum arus listrik dihubungkan kesuatu rangkaian
pengendali, rangkaian pembangkit dan rangkaian penngaman dari suatu
jaringan listrik. Pemeriksaan tidak hanya dengan penglihatan tapi juga dengan
meraba, menyentuh, menggerakkan pada bagian yang memang bisa
digerakkan, menggoyangkan, memutar, menekan, menarik dan sebagainya.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyakinkan bahwa peralatan dalam keadaan
aman pada kedudukan dan posisisnya, sehingga peralatan dapat digunakan
secara benar. Pemeriksaan secara fisik dilakukan oleh petugas secara kontinyu
sebelum peralatan dipakai.
A. Catu Arus
Pemeriksaan catu arus dilakukan dengan melihat panel utama instalasi
listrik dari ruangan atau bagian khusus dimana peralatan ini di instalasikan.
Panellistrik bianya dipasang dekat alat yang akan diperiksa. Kondisi panel listrik
diperhatikan dari luar, lampu-lampu phasa tegangan arus menyala atau meter-
meter penunjuk besaran listrik bekerja dengan baik. Jika memungkinkan dan
tutup panel mudah dibuka,maka dilakukan pemeriksaan bagian dalam panel.
Terminal-terminal, kabel dan pengkawatan,pemutus arus,saklar diperiksa dan
diamati apakah dalam keadaan baik atau rusak.
B. Catu Daya
Pemeriksaan catu daya sama dengan pemeriksaan catu arus,tetapi lebih
difokuskan pada meter penunjuk besaran listrik untuk daya terpasang dan daya

40
yang akan digunakan oleh alat serta daya yang tersedia pada saat alat akan
dioperasikan pada waktu beban puncak.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya
penurunan kemampuan penyediaan daya listrik akibat penurunan tegangan
pada waktu beban puncak. Hal ini dapat dilakukan dengan pengamatan
terjadinya beban puncak pencatatan pada waktu yang lewat.
C. Rangka dan Kontruksi
Pemeriksaan ini sangat diutamakan pada bagian-bagian yang sangat
dekat atau berhungan dengan pasien. Rangka dan kontruksi bagian atas
mendapat prioritas pertama untuk diperiksa. Lihat dan gerakkan atau
goyangkan. Kontruksi dikatakan aman jika tidak ada bagian yang bergeser pada
bagian yang fixed atau tidak ada bagian yang terlepas dari ikatannya/
penguncinya. Lihat juga pada bagian langit-langit (plafon) ada tidaknya bagian
yang retak atau lapuk.
Pemeriksaan selanjutnya pada head tube beserta kolimatornya,
pemegang dan kabel tegangan tinggi, kaset film. Gerakkan Tube Head untuk
mengetahui apakah kerangka penyangga masih kuat/ kokoh.
D. Badan Alat Bodi dan Permukaan
Pemeriksaan badan alat dan pemeriksaan dimaksudkan untuk
memastikan tidak ada bagian-bagian yang menjadi runcing akibat gesekan/
benturan dengan benda keras lainnya. Bagian runcing bisa juga terjadi karena
kurang kuatnya sekrup pengenjang sehingga permukaan jadi tidak rata. Badan
alat yang terkelupas pelapis permukaannya, dapat diabaikan asalkan
permukaan masih tetap rata dan tidak ada gejala korosi.
E. Mekanikal
Bagian-bagian yang dapat bergerak diperiksa dan diberi pelumas atau
dengan cara mendengarkan suara gesekan yang timbulpada saat bagian ini
digerakkan. Periksa pelumasannya sehingga suara gesekannya dapat
mengurangi sistem pengereman mekanik lebih mudah diperiksa. Jika
menggunakan sistem pengereman elektromagnetik, pastikan bahwa bagian
yang menggunakan sistem ini dapat mengunci dengan baik.
F. Meja Pasien

41
Pemeriksaan ditujukan pada kedudukan atau pijakan meja. Biasanya
statis menggunakan pengunci atau baut yang ditanam pada landasannya atau
pada lantainya.
Permukaan meja pasien biasanya licin dan terbuat dari logam, dipasang
pada (penyangga) rangka logam yang kuat. Permukaan meja dan
penyangganya dapat bergerak secara horisontal simetris ke segala arah dan
dapat pula bergerak dari kedudukan horisontal jadi vertical tanpa meninggalkan
pijakannya.

G. Kolimator (Conus/ Diafragma)


Pada kolimator umumnya terdapat beberapa tombol dan pengukur jarak /
ketinggian. Periksa tombol-tombol ini. Tekan tombol lampu kolimator untuk
menyakinkan apakah tombol bekerja dengan baik. Pemeriksaan luas lapangan
penyinaran dilakukan dengan menggeser tombol-tombol untuk pembatas luas
pemotretan sampai posisi maksimum dan kembalikan keposisi minimum.
H. Lampu Indikator dan Tombol
Semua lampu dan indikator dilihat dan diperiksa pada tempatnya masing-
masing. Jika lampu atau indikatort terlihat rusak atau pecah, harus ditandai dan
dilaporkan ke teknisi. Tombol-tombol pengatur atau pengontrol, berupa tombol
tekan, tombol putar atau tombol geser selain dilihat juga harus dicoba sesuai
dengan jenisnya. Kembalikan semua tombol pada kedudukan yang aman,misal
pada posisi off atau posisi minimum kecuali jika kedudukan yang aman pada
posisi yang ditentukan.
I. Pencahayaan Ruang
Pencahayaan ruang yang mengandalkan lampu listrik harus menerangi
seluruh bagian dari ruang alat yang terinstalasi dan mempunyai jaringan yang
terpisah. Ruangan dengan kuat cahaya yang seseorang mampu membaca
secara normal tanpa penerangan tambahan. Lampu yang putus atau lampu
tabular yang mempunyai jangka waktu hidup yang terlewati sebaiknya diganti.
Pada kondisi tertentu untuk suatu kegunaan yang lebih optimal dari alat, cahaya
lampu dapat dikurangi atau dimatikan sebagian atau keseluruhan.

42
J. Kondisi Udara
Ruang alat pada lokasi tertentu membutuhkan suatu sistempendingin
udara atau sirkulasi yang cukup karena ketertutupan ruang. Catu daya untuk
sistem pengkondisian udara harus terpisah dari jaringan listrik alat dan
mempunyai switch / saklar tersendiri.
K. Safety
 Kabel Pembumian (Arde Ground)
Kabel pembumian dan konektornya merupakan suatu sistem instalasi
khusus yang dibuat berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang ada
pada pedoman umum instalasi listrik (PUIL), persyaratan yang diminta oleh
peralatan dan persyaratan yang ditentukan oleh standart alat kesehatan.
Perhatikan diameter kabel dan hubungan kontak antara konektor dengan
terminal dari alat dan jika mungkin dengan ujung antara kabel penghantar
dengan pembumiannya yang dapat mengalami korosi.

 Pemutus Arus
Pemutus arus dapat berupa pemutus arus konvensional (sekering) atau
pemutus arus berupa MCB (Miniatur Circuit Breaker) atau pemutus arus
dengan sistem otomatis.
Sekering lebur yang masih baik kedudukan pin masih pada posisinya. Pin
dapat dilihat pada bagian belakangnya sekering, berwarna tertentu untuk
sesuai jumlah batas arus yang diperkenankan (merah, biru, hijau).

2. PROSEDUR PEMERIKSAAN SECARA KUANTITATIF / KUALITATIF


A. Meja Kontrol (Control Table)
 Posisikan sakelar keposisi ON padamejapesawat. Indikator besaran
listrik ( antara lain tegangan , arus, daya dan frekuensi ) harus dalam
keadaan baik.
 Tekan / putar ON/OFF, lampu – lampu/ indikator (tegangan) harus dalam
keadaan berfungsi baik. Indikator / tampilan pada jenis pesawat yang
menggunakan rangkaian elektronik otomatis ( microprocesor) yang
diprogram akan menyala secara bersamaan atau bergantian dan

43
dilengkapi dengan indikator yang menunjukkan alat bisa dipakai atau
tidak.
 Atur Line Voltage Indikator sampai pada garis yang ditentukan ( untuk
pesawat yang dilengkapi dengan Automatic Line Voltage Regulator tidak
perlu dilakukan prosedur ini )
 Untuk pesawat yang serbaguna (Multipurpose), pilih mana yang
diinginkan (radiografi atau flouroscopi)
o Pesawat baru boleh dipakai setelah dihidupkan lebih kurang sepuluh
menit ( atau sesuai dengan pedoman pemakaian alat pesawat
masing-masing).
C. Akurasi Kilo Volt (Kvp)
Pemeriksaan akurasi Kv radiologi dilakukan untuk mengetahui Kv yang
ditunjukkan oleh Kv meter sesuai dengan Kv yang dikeluarkan oleh High
Tension Transformator ( HTT)
 Lakukan sesuai jadwal kerja
 Siapkan alat ukur berupa KVP Meter dan diset pada swich Radiografi
 Set pada singel phasse atau three phase sesuai dengan tipe pesawat
yang akan diukur.
 Siapkan Ruangan dan pesawat rontgen yang akan diukur.
 Hidupkan pesawat sesuai dengan prosedur,hidupkan lampu petunjuk
luas lapangan penyinaran dengan ukuran Cm x 15 Cm.
 Letakan alat ukur diatas meja pemeriksaan sedemikian rupa sehingga
Center Ray tepat pada titik pengukuran alat ukur
D. Linierisasi mA ( RECIPROCILITY mAs)
Pemeriksaan mA Necoprcity mAs adalah untuk mengetahui perubahan
penghitaman film dengan adanya perubahan mA dan S pada tingkat mAs
yang sama.
 Siapkan alat-alat ukur
 Siapkan film tanpa screen film dibungkus rapat dengan karton
 Letakkan film di meja pemeriksaan sedemikian rupa sehingga centrasi
sinar berada ditengah film.
 Letakkan aluminium Stepwedge diatas film dengan centrasi ditengah-
tengah Step ke 6.

44
 Set Faktor eksposi Pada kondisi 80 kV, 15 mA, 0.8sec dan FFD 90 cm,
lakukan eksposi.
 Ganti dengan film yang baru dan posisikan sama seperti film pertama.
 Set pesawat dengan faktor eksposi 80 kV,60 mA, 0.2 sec.
 Lakukan eksposi
 Proses kedua film tersebut pada kondisi prosesing yang sama secara
bersamaan.
 Lakukan pengukuran densitas film pada kehitaman dibawah setiap
wedge dengan alat densitometer.
 Lakukan densitometri padakedua film.
 Catat hasil setiap pengukuran
 Lakukan evaluasi hasil pengukuran
 Bila densitas film dibawah setiapwedge mempunyai harga yang sama
untuk setiap film, maka mA pesawat linier
 Maksimum ketidak lancaran yang dibutuhkan adalah 10 % berarti
bahwa densitas film tidak akan berubah asalkan besar mAs yang
digunakan sama walaupun mA berubah
D. Focal Spot
Pemeriksaan focal spot dilakukan untuk mengetahui ukuran lapangan
focal spot
 Siapkan alat ukur berupa Focal Spot Test Tool
 Siapkan film tanpa Screen (film dibungkus rapat dengan karton)
 Letakkan film dimeja pemeriksaan sedemikian rupa sehingga
centrasi sinar berada ditengah film
 Letakkan Focal Spot Test Tool tepat ditengah film
 Atur luas lapangan penyinaran seluas alat ukur
 Pilih faktor eksposi 80 kV, 10mAs, FFD 61 cm
 Lakukan Eksposi
 Lakukan Prosesing film
 Lakukan evaluasi
E. Kolimator
Pemeriksaan Kolimator dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan titik
centrasi penyinaran (center Ray) dan luas lapangan.

45
 Siapkan alat ukur berupa Collimator Test Tool
 Hidupkan Pesawat Rontgen yang akan diperiksa
 Set Faktor Eksposi (45-50 kV, 10 mAs)
 Letakkan cassette yang berisi film diatas meja pemeriksaan dan
pastikan kedudukan rata
 Letakkan alat ukur diatas cassette dan pastikan dalam keadaan rata
 Atur tabung Rontgen sedemikian rupa vertikal dengan jarak 1 meter
diatas alat ukur.
 Hidupkan lampu diagfragma, atur dan pastikan luas lapangan
penyinaran tepat berada mengelilingi alat ukur.
 Lakukan eksposi
 Proses film yang telah dieksposi
 Lakukan evaluasi padafilmtersebut
 luas lapangan normaladalah luas lapangan penyinaran yang
ditunjukkan oleh lampu diafragma penyinaran sesuai /berimpit
dengan luas alat ukur
 Luas lapangan yang bergeser apabila luas lapangan penyinaran
yang ditunjukkan oleh lampu penunjuk luas lapangan yang
ditunjukkan oleh alat ukur.
 Bila titik centrasi yang ditunjukkan oleh alat ukur akan berimpit
berarti centrasi masih normal.
 Bila titik centrasi yang ditunjukkan oleh alat ukur bergeser berarti
titik centrasi sudah bergeser.
 Kesalahan yang mungkin terjadi adalah berubahnya:
o Letak dan sistem cermin
o Letak kedudukan target
 Toleransi ketidak tepatan luas lapangan penyinaran
dan ketidak tepatan centrasi sinar adalah 2 mm kesegala arah.
F. Additional Filter
Pemeriksaan Additional Filter dilakukan untuk mengetahui apakah filter
terpasang atau tidak, filter tambahan dipersyaratan 2 mm A1 untuk
pesawat yang dioperasikan sampai dengan 110 KV
G. Out put Pesawat Untuk Pemakaian Radiography
46
Pengukuran output pesawat (dosis paparan radiasi dilakukan untuk
mengetahui besarnya radiasi yang diterima oleh pasien oleh pasien pada
pemeriksaan radiografi). Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan
alat yaitu Diamentor.
 Siapkan alat ukur ( Diamentor)
 Siapkan ruangan, pesawat yang akan diukur dan pasien yang akan
diperiksa .
 Lekatkan dengan plester detektor alat ukur pada kaca kolimator.
 Hidupkan pesawat rontgen sesuai dengan SOP
 Sel faktor eksposi sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan
 Set luas lapangan penyinaran sesuai dengan luas objek / casset
 Lakukan ekposi
 Lihat dan catat paparan radiasi yang keluar.
 Lakukan evaluasi dan bandingkan dengan tingkat paparan radiasi
standar WHO atau IAEA.
H. Pengukuran Radiasi Bocor
 Siapkan alat ukur radiasi survey meter
 Tentukan minimal 5 titik pengamatan yang berjarak 1 meter dari fokus
 Tutup rapat diapragma/ konus
 Atur penyinaran pada pembebanan kontinyu maksimum
 Pilih skala survey meter yang tepat untuk mengukur radiasi bocor.
Usahakan agar jarum petunjuk survey meter berada pada daerah
antara 1/3 dan 2/3 simpangan skala penuh. Apabila respon time alat
ukur lebih pendek dari waktu penyinaran maka pakailah skala integrate
 Pengukuran radiasi bocor pada satu titik pengamatan dilakukan
minimal 3 kali dan hasilnya adalah nilai rata – rata. Bacaan alat ukur
harus dikalikan dengan faktor koreksi kalibrasi.
I. Pengukuran Paparan Radiasi Hambur
 Tolok Ukur.
Tingkat paparan radiasi hambur yang biasa ditempati oleh pekerja
readiasi tidak boleh lebih dari 2,5 mR/jam, sedangkan untuk penduduk
umum tidak boleh lebih dari 0,25 mR/jam.

47
 Prosedur Pengukuran.
 Siapkan alat ukur radiasi surveymeter
 Tentukan titik-titik pengamatan pada daerah/
tempat yang dilindungi disekitar pesawat rontgen dan digambarkan
dalam denah bangunan ruangan pesawat.
 Atur penyinaran pada kondisi maksimal terpakai
dengan dipragma terbuka maksimum.
 Pilih skala yang tepat untukmelakukan pengukuran
paparan radiasi. Usahakan agar jarum penunjuk berada pada
daerah 2/3 skala. Apabila respons time lebih pendek/singkat dari
waktu penyinaran maka pakailah skala integrate.
 Pengukuran paparan radiasi dilakukan pada
semua posisi arah sinar yang bisa dicapai.
 Penyinaran diarahkan ke phantom air dengan
ukuran/setara 35x35x35cm
 Pengukuran papran radiasi pada satu titik
pengamatan dilakukan minimal 3X dan hasilnya adalah nilai rata-
ratanya. Bacaan alat ukur harus dilakukan dengan faktor koreksi
kalibrasi (faktor kalibrasi) dan faktor-faktor lain terkait.
J. Grid / Lisholm
 Tolok Ukur
 Keadaan fisik baik, tidak
melengkung, tidak penyok.
 Jelas melihat grid ratio atau lead
content (line/cm).
 Tampak jelas tanda tube side
 Perbedaan tingkat penghitaman film
menyebar secara merata dari tengah ketepi.
 Prosedur Pemeriksaan
 Siapkan alat ukur berupa Grid
Alignment Test Tool Model 144 dan Digital Densitometri.

48
 Siapkan pesawat rontgen dan
prosesing film automatik, 1 buah cassette diatas Cassette tray
dibawah meja pemeriksaan.
 Letakkan alat ukur diatas meja
pemeriksaan sejajar casette.
 Hidupkan pesawat rontgen sesuai
dengan SOP
 Hidupkan lampu kolimator dan atur
luas lapangan penyinaran.
 Posisikan tabung sedemikian rupa
sehingga centrasi berada tegak lurus diatas alat ukur tepat pada
lubang yang ditengah.
 Tutup lubang sebelah kiri dan kanan
dengan lempengan Pb yang tersedia.
 Set faktor eksposi (60kV, 100 mA,
0,05 sec)
 Lakukan eksposi
 Angkat kedua lempengan Pb, dan
pindahkan sehingga menutuplubang yang ditengah.
 Lakukan eksposi
 Ambil casette dan proses filmnya
dikamar gelap.
 Lakukan densitometri dan evaluasi
film pada daerah yang menunjukkan kehitaman.
 Bila hasildensitometri menunjukkan
kehitaman yang sangat berbeda untuk yang ditengah dan yang
ditepi serta adanya penunjukan tingkat densitas yang sama pada
daerah kedua tepi,maka grid atau lisholm tersebut layak pakai.
K. Pemeriksaan Kecerahan Kontak Film
 Tolok Ukur
Intensifying screen bersih dari noda yang membuat artefak pada film.
 Prosedur Pemeriksaan
 Siapkan alat ukur (film Screen Test Tool)
49
 Ambilcasette yang diduga sudah tidak laik pakai, buka dikamar
gelap dan ambil filmnya masukkan kedalam kotak film.
 Letakkan casette kosong tersebut diatas meja pemeriksaan
dalam keadaan terbuka.
 Hidupkan pesawat rontgen sesuai dengan SOP.
 Hidupkan lampu diafragma, atur luas lapangan penyinaran
sesuai dengan luas Intensifying screen yang akan diperiksa.
 Posisikan tabung sedemikian rupa sehingga Center Ray tegak
lurus IS dan berada pada tengah-tengah IS.
 Set faktor eksposi.
 Matikan lampu penerangan ruangan.
 Lakukan eksposi.
 Ukur kecerahan / pendaran sinar tampak yang dihasilkan oleh
IS akibat radiasi sinar-X.
 Catat dan evaluasi hasil pengukuran.
L. Pengukuran Kualitas Film
 Tolok Ukur
Tingkat kehitaman fog 0,02 toleransinya tidak boleh lebih dari 0,005.
 Prosedur Pemeriksaan
 Ambil satu dos film yang belum terpakai.
 Catat nomor emulsinya.
 Siapkan dan hidupkan automatic prosesing film unit sesuai
dengan SOP dan ukur suhu developer (32,5 C)
 Siapkan dan pastikan alat sensitometri siap pakai
 Buka dos film dikamar gelap (lampu penerangan sudah
dimatikan)
 Ambil satu lembar film lakukan sensitometri dikedua tepi film.
 Lakukan prosesing film
 Lakukan densitometri pada film yang telah diprosesing pada
setiap wedge filter.
 Catat densitas film hasil densitometri
 Analisa hasil pengukuran dan tentukan:

50
o Fog dan Base film
o Kecepatan Film (filmSpeed)
o Kontras film
o Hasil tersebut agar digunakan sebagai pedoman pemilihan
faktoreksposi untuk hari itu.
 Lakukan setiap hari sebelum pemeriksaan radiografi dilakukan.
 Bila kegiatan pengukuran telah selesai maka:
o Pastikan peralatan sudah dikembalikan pada tempatnya
semula dalamkeadaan utuh.
o Pastikan Automatic Prosesing film sudah dimatikan
sesuai dengan SOP.

3. PROSEDUR PEMERIKSAAN KAMAR GELAP


A. Safe Light
 Tolok Ukur
 Titik safe light berada satu
meter diatas meja kerja
 Pasang lampu berkekuatan 15
watt jenis lampu susu
 Kaca filter tidak retak
 Lapisan filter gelatin merata
tidak berkerut sehingga memungkinkan kebocoran cahaya
B. Automatic Prosesor
 Tolok Ukur
 Sistem aliran air bersih berfungsi baik
 Lampu-lampu indikator menyala bila keadaan
“ON”
 Lampu indikator suhu developer akan mati apabila
suhu developer sudah mencapai suhu standar (30 derajat celsius)
 Alat prosesing berhenti bekerja apabila penutup
bagian atas memenuhi persyaratan
 Prosedur Pemeriksaan

51
 Pastikan automatic prosesor berfungsi dengan baik
 Pastikan jumlah cairan developer / fixer sesuai dengan batas upper/
lower level
 Pastikan film masuk kedalam automatic prosesor pada posisi yang
benar
 Pastikan alarm indikator interval pencucian bekerja dengan baik
 Pastikan sirkulasi air bekerja dengan baik
 Pastikan bahwa thermostart bekerja dengan baik pada kisaran
temperatur 18 – 20 derajat celsius
 Lakukan perawatan / kebersihan Automatic Prosesor sebagai berikut :
- Setiap hari : bersihkan rol-rol kecildengan spon dan air bersih yang
mengalir, keringkan dan pasang kembali.
- Setiap minggu : bersihkan rol-rol kecil dan rol-rol besar dengan spon
dan air mengalir,kuras dan bersihkan tangki prosesing
- Setiap bulan : kosongkan tangki larutan, bersihkan rol-rol kecil dan
besar, kuras permukaan tangki dan bersihkan dengan sponge dan
air mengalir, bersihkan filter.
- Setiap Tahun : bersihkan tangki prosesing dengan bahan kimia dan
biarkan bersirkulasi selama 1 jam dan bilas dengan air bersih.
C. TransforBox Casette
Pastikan passing box casette harus berfungsi baik sebagai tranfer casette
yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Ukuran passing box sesuai dengan casette terbesar kedalam posisi
vertical
 Dapat menampung jumlah casette yang diperlukan
 Dapat menjamin tidak dapat dibuka secara bersamaa dari dalam
kamar gelap dan dari luar kamar gelap
 Passing box terdiri dari 2 bagian yang bersebelahan pada tiap-tiap
ruang pemeriksaan yang bersebelahan yaitu untuk expose film dan ON
Ekpose film dengan tanda yang jelas
 Passing box harus aman dari radiasi
D. Light Case / Light Box / Film Rewever
 Pastikan tersedia light box yang berfungsi baik

52
 Jumlah light box sesuai dengan kebutuhan minimal 2 buah, yaitu di
ruang dokter dan diluar kamar gelap
 Ukuran light box untuk menempatkan 1 buah FQ ukuran 35 x 43 cm
 Tingkat pencahayaan light box tersebut sebesar 200 lux, setara 2 x 20
watt atau 1 x 40 watt TL bentuk lingkaran
 Design light box dapat menjamin memudahkan untuk dibersihkan dan
penggantian lampu.

BAB X
PENGENDALIAN MUTU

a. Kegiatan penyelenggaraan radiologi harus dilakukan evaluasi oleh para


penyelenggara kegiatan pelayanan (self Assesment) dengan data dan fakta yang
akurat baik secara internalmaupun eksternal.
b. Evaluasi internal dapat dilakukan dengan cara melakukan reject film analisis
(hubungan sebab akibat).
c. Evaluasi eksternal dilakukan dengan menyiapkan kuisioner yang berisikan
informasi yang dibutuhkan untuk diisi oleh para pengguna jasa pelayanan
radiologi yang kemudian dianalisis.
d. Evaluasi dilakukan secara berkala, termasuk standar prosedur kerja untuk
diadakan perubahan seperlunya untuk mendapatkan prosedur dan mekanisme
kerja yang lebih baik untuk mendapatkan tingkat kepuasan pengguna jasa
pelayanan radiologi yang lebih optimal.
e. Evaluasi juga dilakukan terhadap instrumen-instrumen evaluasi apakah sudah
cukup valid dan realible agar didapat hasil evaluasi yang lebih bermakna.
f. Pengawasan dan Pengendalian Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi secara
internal di Rumah Sakit dilakukan oleh Direktur Rumah Sakit, sedangkan secara
eksternal pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh Pemda melalui Dinas
Kesehatan Propinsi.
53
g. Pengawasan dan Pengendalian Pelayanan Medik Radiologi dilakukan oleh Dokter
Spesialis Radiologi.
h. Mutu hasil radiografi dibawah pengendalian Radiografer dengan melakukan
upaya dalam bentuk Quality Assurance (Jaminan Kualitas) radiografi.
i. Pengendalian Pemanfatan sumber radiasi dilakukan oleh BAPETEN melalui PPR
(Petugas Proteksi Radiasi).

BAB X
PENUTUP

Dengan tersusunnya Pedoman Pelayanan Radiologi ini diharapkan dapat


mencadi acuan Rumah Sakit dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada pasien
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pedoman ini dapat menjadi tolok ukur jaminan mutu peralatan radiologi, kualifikasi
sumber daya manusia, standar kebutuhan sarana dan prasarana, proteksi radiasi
dan keselamatan radiasi.
Penyusunan Pedoman Pelayanan Radiologi ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya masukan untuk
menyempurnakan pedoman ini.

54

Anda mungkin juga menyukai