Anda di halaman 1dari 7

Mengingat : 1.

Undang-Undang Nomor 10 tahun 1997 tentang


Ketenaganukliran;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2007 Tentang Keselamatan Radiasi Pengion Dan Keamanan
Sumber Radioaktif
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Lingkungan Rumah Sakit
5. Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Keselamatan
Radiasi Pada Penggunaan Pesawat Sinar-X Dalam
Radiologi Diagnostik Dan Intervensional
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2020
Tentang Pelayanan Radiologi Klinik
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1128 tahun 2022
Tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit
8. Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Penatalaksanaan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor
Ketenaganukliran
9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 20223 Tentang
Kesehatan
KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI
RSUD SENGAYAM

A. PENDAHULUAN
Pelayanan Radiodiagnostik adalah pelayanan kesehatan yang menggunakan energi pengion
dan energi non pengion untuk melakukan diagnostik imajing. Pelayanan Radiodiagnositk
diberikan baik untuk pelayanan rutin maupun gawat darurat dalam bidang radiologi.
Diharapkan pelayanan Radiologi dapat membantu klinikus dalam menegakkan diagnosa
sehingga bisa dicapai perbaikan peningkatan mutu kesehatan masyarakat dengan
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, sarana serta prasarana diagnostik sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. TUJUAN
1. Dapat memberikan pelayanan radiologi secara paripurna, optimal dan bermutu tinggi
dengan memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan pasien.
2. Membantu klinikus dalam menegakkan diagnosa sehingga bisa dicapai perbaikan dan
peningkatan mutu kesehatan masyarakat.

C. CAKUPAN KEGIATAN
Pelayanan Radiologi Diagnostik meliputi :
1. Pelayanan Radiodiagnostik.
2. Pelayanan Imajing Diagnostik.
Pelayanan Radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi pengion, meliputi antara lain pelayanan X-ray konvensional.
Pelayanan Imejing diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis
dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan USG.
Kegiatan pelayanan Radiologi mencakup pelayanan spesialistik, subspesialistik terbatas
yang mencakup pelayanan terintegrasi meliputi :
a. Pemeriksaan Imaging Diagnostik yang diselenggarakan bisa mendeteksi kelainan-
kelainan organ :
1) Traktus Gastro Instestinal.
2) Traktus Urogenital dan organ reproduksi.
3) Mamae dan organ-organ superfisial.
b. Pemeriksaan Radiologi Konvensional terdiri dari :
1) Pemeriksaan Radiologi konvensional tanpa menggunakan bahan kontras.
2) Pemeriksaan Radiologi konvensional dengan menggunakan bahan kontras.

D. KEBIJAKAN
1. Pelayanan radiologi dan pelayanan diagnostik imajing diselenggarakan memenuhi
standar nasional, perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.
2. Pelayanan radiologi dan diagnostik imajing dilakukan secara adekuat, teratur, dan
nyaman untuk memenuhi kebutuhan pasien.
3. Pelayanan Radiologi di RSUD Sengayam dilaksanakan setiap hari. Dimulai pukul
08.00-16.30 WITA. Pelayanan berbatas waktu karena terbatasnya SDM Radio-
grafer dan suplay listrik yang ada.
4. Waktu tunggu penyelesaian pemeriksaan radiologi klinik Reguler ≤ 24 jam, terhi-
tung dari pemeriksaan rontgen hingga expertise dokter Radiolog dikeluarkan.
5. Waktu tunggu penyelesaian pemeriksaan radiologi klinik Cito ≤ 30 menit, , terhi-
tung dari pemeriksaan rontgen hingga expertise dokter Radiolog dikeluarkan.
6. Pelayanan radiologi diluar RSUD Sengayam harus mempunyai rekam jejak dan
tepat waktu sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku.
7. Pelayanan radiologi harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien
serta adanya program keamanan radiasi dan antisipasi risiko dan bahaya yang
dihadapi.
8. Fasilitas ruang pemeriksaan radiologi dirancang sesuai kriteria dengan ketentuan
pengamanan bahaya radiasi yang berlaku.
9. Peralatan radiologi harus selalu dilakukan inspeksi, testing, kalibrasi,
perawatan/pemeliharaan dan monitoring secara berkala/rutin dalam periode
tertentu sesuai ketentuan yang ada.
10. Setiap radiografer dan dokter spesialis radiologi yang bertugas di Instalasi
Radiologi wajib memakai alat monitor radiasi personal/ TLD badge.
11. Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Instalasi Radiologi
dilakukan dengan cara dibuang kesaluran pembuangan yang menuju IPAL
12. Pengelolaan sampah di Instalasi Radiologi sudah dibedakan untuk pembuangan
sampah medis, non medis.
13. Pelayanan Radiologi berada di bawah tanggung jawab Kepala Instalasi Radiologi
yang dalam pelaksanaanya dibantu staf Radiografer yang berkualitas dan memenuhi
kriteria yang berlaku untuk menjamin standar pelayanan yang telah ditentukan.
14. Semua petugas radiologi wajib memiliki STR maupun SIP dan secara terus menerus
dilakukan pembaharuan serta lulus uji kompetensi sesusai profesi dan keahliannya.
15. Semua jenis pemeriksaan radiologi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di bidang
radiologi wajib mendapatkan pendidikan formal radiologi dan mempunyai izin
profesi sesuai dengan kompetensinya.
16. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi serta pembaharuan ilmu
yang ada, setiap petugas wajib mengikuti seminar maupun pelatihan yang diseleng-
garakan.
17. Pola ketenagaan radiologi disusun berdasarkan tingkat kebutuhan, kompetensi dan
pengalaman staf.
18. Semua pemeriksaan dan tindakan yang menggunakan radiasi pengion dapat
dilakukan apabila telah teridentifikasi dosis maksimum radiasi dan diperoleh
persetujuan dari pasien/keluarga setelah terlebih dahulu diberikan penjelasan
tentang risiko radiasi.
19. Semua pemeriksaan dan tindakan yang menggunakan bahan kontras radiografi guna
kepentingan medis hanya dapat dilakukan apabila telah dilengkapi dengan surat
persetujuan pasien (inform concent) setelah terlebih dahulu pasien/keluarga pasien
diberikan penjelasan tentang risiko tindakan medik yang akan dilakukan serta risiko
pemakaian bahan kontras media.
20. Sebagai pedoman dokter dan staf dalam penyelenggaraan admininstrasi dan pen-
gelolaan Instalasi Radiologi digunakan Standar Prosedur Operasional (SPO).
21. Sebelum melakukan tindakan, petugas harus melakukan identifikasi pasien terlebih
dahulu (meliputi : nama , tgl lahir , dan / no RM).
22. Dokter yang meminta pemeriksaan radiologi wajib mengisi dan melengkapi identi-
tas pasien, keterangan klinis, jenis pemeriksaan yang diminta, tertulis tanda tangan,
dan nama jelas.
23. Instalasi Radiologi berhak menolak permintaan pemeriksaan Radiologi yang tidak
dilengkapi identitas pasien yang benar, atau keterangan klinis, atau jenis pemerik-
saan yang diminta, atau tanda tangan, atau nama jelas dokter yang meminta.
24. Instalasi Radiologi melayani pasien berdasarkan permintaan pemeriksaan dari dok-
ter, baik yang berasal dari internal maupun eksternal RSUD Sengayam.
25. Instalasi Radiologi tidak melayani pembacaan /exspertise foto dari eksternal RSUD
Sengayam.
26. Pelayanan pemeriksaan Radiologi tanpa kontras dilakukan oleh radiografer. Bila
menggunakan media kontras, maka dilakukan oleh dokter spesialis radiologi, atau
dilakukan oleh radiografer dengan didampingi atau dengan ijin dari dokter spesialis
radiologi.
27. Semua tindakan penyuntikan kontras harus dilakukan oleh dokter atau perawat yang
sudah diberi kewenangan / mandat dari dokter radiologi. Sebelum tindakan penyun-
tikan kontras harus dilakukan skin test terlebih dahulu, untuk memastikan pasien
tidak alergi terhadap kontras.
28. Semua hasil expertise akan dibaca dan ditanda tangani oleh Dokter Spesialis Radi-
ologi. Sebelum hasil dibaca oleh Dokter Spesialis Radiologi film dinilai dulu oleh
radiografer apakah foto sesuai kualitas yang diharapkan. Hasil pemeriksaan radiodi-
agnostik dinyatakan secara tertulis, jelas dan bersifat rahasia ditujukan kepada dok-
ter yang merujuk.
29. Hasil foto rontgen disimpan dilemari penyimpanan ruang radiologi. Untuk hasil
foto rontgen yang sudah berumur 1 tahun, maka disimpan dilemari penyimpanan
Gudang RM dan untuk hasil foto rontgen yang sudah berumur 5 tahun, maka foto
rontgen dimusnahkan.
30. Kebijakan tentang pengamanan Radiasi : Merujuk pada Keputusan Menteri Kese-
hatan RI Nomor 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
a. RSUD Sengayam harus memiliki izin penggunaan alat radiasi dari BAPETEN.
b. RSUD Sengayam mempunyai organisasi proteksi Radiasi dimana petugas
Proteksi radiasi tersebut telah memiliki surat ijin sebagai petugas radiasi dari
Badan Pengawas (BAPETEN).
c. Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dilakukan secara berkala 2 kali dalam
setahun.
d. Diadakan sosialisali pemakaian Alat Perlindung Diri (APD) oleh Kepala
Instalasi Radiologi pada setiap karyawan baru pada masa orientasi atau pada saat
ada alat baru.
31. Pengadaan logistik radiologi berdasarkan bufer stok sudah tinggal 20 % dari
jumlah stok.
32. Bila terjadi kekosongan film, media kontras atau bahan lainnya dari distributor,
pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang sudah kerja sama.
33. Untuk tindakan rujukan radiologi, dikarenakan RSUD Sengayam tidak mempunyai
alat ataupun alat sedang rusak, maka akan dirujuk ke rumah sakit luar yang sudah
bekerjasama dengan RSUD Sengayam. Pasien diberikan informasi terlebih dahulu.
34. Pemeriksaan Cito hanya dilakukan untuk indikasi tertentu yang memerlukan tin-
dakan segera, yaitu
a. Fraktur terbuka
b. Pneumothorax dan efusi pleura massif
c. Corpus alenum yang membahayakan jiwa
d. Ileus obstruktif
e. Penurunan kesadaran
f. ICU
33. Kriteria hasil radiologi kritis antara lain didapati gambaan radiologi yang mengarah kepada
gambaran berikut atau hasil bacaan ahli radiologi menyatakan kesimpulannya sebagai berikut:
a. Pneumothorax
b. Cairan bebas ekstralumen intra abdominal pada kasus trauma (hasil USG Abdomen)
c. Udara bebas ekstra lumen intra abdomen/perforasi (abdomen 2 posisi)
d. Appendicitis akut
e. Ileus obstruktif/paralitis
f. Hidropneumothorax
g. Effusi Pleura
h. Ascites
i. Edema Paru
j. Contusio disertai fraktur costae
k. Fraktur os cranium

Anda mungkin juga menyukai