KEPUTUSAN DIREKTUR
BLUD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ACHMAD DARWIS
NOMOR : 445/ / BLUD-RSUD AD/XI/ 2016
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN RADIOLOGI PADA INSTALASI RADIOLOGI
DI BLUD RSUD DR.ACHMAD DARWIS
Menimbang :
1
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a, b dan c, perlu ditetapkan dengan
Surat Keputusan Direktur
Mengingat :
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
2
Lampiran : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Achmad Darwis Tentang Pedoman Pelayanan Radiologi
pada RSUD dr Achmad Darwis
Nomor : 445/ /RSUD-AD/XI/2016
Tanggal : November 2016
BAB I
PENDAHULUAN
3
Oleh sebab itu, agar pelayanan Radiologi dapat berjalan dengan
aman, lancar serta berperan baik dalam meningkatkan mutu pelayanan
medik di Rumah Sakit , maka perlu dibuat suatu pedoman pelayanan
Radiologi di Rumah Sakit yang diharapkan dapat menjadi pegangan.
4
computer radiografi, penyelenggaraan pemeriksaan
radiodiagnostik konvensional,CT Scan, USG
b. Pelayanan USG.
5
1.4 BATASAN OPERASIONAL
2. Pelayanan USG
- USG urologi
6
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 410/
MENKES/ SK/ III/ 2010 Tentang Perubahan Atas Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/
MENKES /SK/XI/ 2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan.
7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
3 Radiografer 5
4 PPR(Petugas Proteksi 1
Radiasi)
8
2.3 Pengaturan Jaga
Tabel 03. Pembagian Jam Kerja petugas Radiologi di Rumah Sakit Umum
daerah Dr Achmad Darwis
Dokter Radiologi
Senin -- Sabtu
1 merangkap sebagai Kepala 10.30 – Selesai
Instalasi Radiologi
PPR
Senin-Minggu
3 Radiografer
24 jam(3 shif)
Keterangan:
1. Pengaturan Dinas Administrasi
a. Petugas administrasi di unit radiologi dirangkap oleh pelaksana
radiografer.
b. Segala hal yang terkait administrasi radiologi dikerjakan oleh
petugas radiologi.
9
b Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 (satu) bulan ke
depan. Pembuatan jadwal dinas dilakukan 1 (satu) minggu
sebelum pelaksanaan dinas pada bulan berikutnya berjalan.
10
f. Pada saat berhalangan (sakit, cuti, izin),dokter spesialis
radiologi tidak dapat hadir melaksanakan tugasnya pada jadwal
yang sudah ditentukan maka dapat diganti dengan hari lainnya
pada minggu yang sama agar pelaksanaan pelayanan radiologi
tetap berjalan lancar.
11
BAB III
STANDAR FASILITAS
12
3.1 DENAH RUANG
13
3.2 Standar Fasilitas
14
ruanga
n
admini
strasi
Ruang
pemeriksaan
b. X Ray
mobile
c. X
RayDental
Min. 9 m2
General
5x3,6
USG unit
Ruangan General USG m²
dengan
Ultrasonografi unit dengan
multi probe
( USG ) multi probe
sesuai
sesuai
kebutuhan
kebutuhan
pelayanan
pelayanan RS
RS
5x5m²
15
operator komputer kontrol,
komputer
16
3m2
Tabel 04. Fasilitas Gedung di Instalasi Radiologi RSUD dr. Achmad Darwis
Keterangan Jumlah
No. Jenis Kelengkapan Kondisi
Baik Rusak (buah)
3 Telepon ada √ 1
4 Komputer Ada √ 1
7 Kursi ada √ 2
Ruang USG
17 Toilet ada √ 1
18 AC ada √ 1
Kamar Gelap
17
21 Kipas angin ada √ 1
26 Tabung O2 ada √ 1
27 Apron ada √ 4
29 AC ada √ 2
18
(APAR) Kebutuhan
2 Apron Sesuai 4
Kebutuhan
Kebutuhan
19
BAB IV
PENDAFTARAN
POLI IGD
RADIOLOGI
IGD
POLI
R.JALAN / R. INAP
RADIOLOGI 20 RADIOLOGI
HASIL RADIOLOGI
1) Pasien :
21
untuk ke bagian rekam medik untuk daftar dulu dan minta
nomor rekam mediknya. Setelah itu pasien ke ruangan
radiologi untuk dilakukan foto
2) Petugas radiologi :
1) Dokter
2) Perawat
3) Radiografer
22
- Melakukan pemeriksaan foto rontgen sesuai dengan
permintaa dokter.
- Melakukan pencatatan pada buku register instalasi Radiologi.
1) Radiografer
Perawat Ruangan
4.2.2 USG.
1) Pasien :
23
Untuk rujukan dari dokter praktek swasta (luar) langsung
datang ke radiologi untuk daftar USG
Petugas radiologi :
1) Dokter
2) Perawat
3) Radiografer
1) Radiografer
24
2) Perawat Ruangan
1) X RAY KONVENSIONAL
a) Untuk Petugas
b) Untuk Pasien
25
Melepaskan asesoris yang menempel di tubuh,di karenakan hal
tersebut Untuk mendapatkan hasil yang optimal.
2) USG
a) Untuk Petugas
b) Untuk Pasien
26
3. Tata laksana identifikasi pasien
a. Sebelum melakukan suatu prosedur pemeriksaan radiologi,
tenaga medis harus menanyakan identitas pasien berupa nama,
nomer rekam medis dan tanggal lahir. Data ini harus
dikonfirmasi dengan surat pemeriksaan radiologi yang dibawa
petugas medis.
b. Untuk pasien rawat inap, konfirmasi identias pasien dapat
dengan menggunakan cara menanyakan langsung kepada
pasien atau dengan cara melihat identitas pasien pada gelang
pengenal yang dikenakan oleh pasien dan mencocokkannya
dengan identitas yang tercantum pada status rekam medis
pasien.
c. Jika pasien tidak dapat mengidentifikasi dirinya sendiri atau
tidak sadar, maka proses identifikasi dilakukan terhadap
keluarga/pengantar pasien.
d. Petugas medis wajib memastikan kebenaran atau kesesuaian
identitas pasien dengan data medis yang ada.
Petugas Radiologi
2. Perangkat kerja
27
c. Penyampaian informasi dengan cara detil, tepat dan informatif
dengan menunjukkan rasa empati dan cara sensitif serta tidak
membuat pasien merasa stres.
d. Memberikan cukup waktu bagi pasien dan atau keluarga pasien
untuk memahami informasi yang telah disampaikan serta
memberikan waktu untuk menanyakan informasi yang belum
jelas/klarifikasi dan perlu detail kepada dokter yang memberikan
informasi sebelum mengambil keputusan.
2. Perangkat kerja
28
e. Dokter yang akan melakukan tindakan medik mempunyai
tanggung jawab utama memberikan informasi dan penjelasan
yang diperlukan. Apabila berhalangan, memberikan informasi
dan penjelasan yang harus diberikan dapat diwakilkan kepada
dokter lain dengan sepengetahuan dokter yang bersangkutan.
Bila terjadi kesalahan dalam memberikan informasi tanggung
jawab berada ditangan dokter yang memberikan delegasi.
f. Penyampaian penjelasan mengenai rencana tindakan medis
yang akan dilakukan kepada pasien berdasarkan atas
pertimbangan medis dan sangat diperlukannya tindakan
tersebut untuk pasien.
g. Cara pasien menyatakan persetujuan dapat dilakukan secara
terucap, tersurat, atau tersirat persetujuan secara tertulis mutlak
diperlukan pada tindakan medis yang mengandung risiko tinggi,
sedangkan persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan
medis yang tidak mengandung risiko tinggi.
h. Perluasan tindakan medis selain tindakan medis yang telah
disetujui tidak dibenarkan dilakukan dengan alasan apapun
juga, kecuali apabila perluasan tindakan medis tersebut
terpaksa dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien.
i. Jika tindakan medik yang akan direncanakan mengandung
risiko tinggi maka sebaliknya persetujuan diberikan secara
tersurat, dengan cara menandatangani atau membubuhkan cap
ibu jari tangan kiri pada formulir yang disediakan.
j. Jika orang yang berhak memberikan persetujuan menolak
menerima informasi dan kemudian menyerahkan sepenuhnya
kepada kebijakan dokter maka orang tersebut dianggap telah
menyetujui kebijakan medik apapun yang akan dilakukan dokter.
k. Apabila yang bersangkutan sesudah menerima informasi,
menolak untuk memberikan persetujuannya maka ia harus
menandatangani surat penolakan.
l. Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang
berhak memberikan atau menolak memberikan persetujuan
tindakan medik adalah orang tua, wali, kuratornya.
29
m. Persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali setiap
saat kecuali tindakan medik yang direncanakan sudah sampai
pada tahapan pelaksanaan yang tidak mungkin dibatalkan.
n. Dalam hal persetujuan tindakan medik diberikan keluarga maka
yang berhak menarik kembali adalah anggota keluarga tersebut
atau anggota keluarga lainnya yang berkedudukan hukumnya
lebih berhak sebagai wali.
o. Penarikan kembali persetujuan tindakan medik harus diberikan
secara tertulis format yang disediakan.
p. Semua hal-hal yang sifatnya luar biasa dalam proses
mendapatkan persetujuan tindakan medik harus dicatat dalam
rekam medis.
q. Seluruh dokumen mengenai persetujuan tindakan medik harus
disimpan bersama rekam medik.
r. Demi kepentingan pasien, IC tidak diperlukan bagi pasien gawat
darurat dalam keadaan sadar dan tidak didampingi oleh
keluarga pasien yang berhak memberikan persetujuan atau
penolakan medis.
30
melakukan tindakan medis atau oleh tenaga medik yang lain
yang diberi delegasi, untuk kemudian yang bersangkutan
dipersilahkan membacanya, atau jika dipandang perlu
dibacakan dihadapannya.
e. Diketahui dan ditandatangani oleh dua orang saksi. Perawat
dan radiografer bertindak sebagai salah satu saksi
f. Formulir asli harus disimpan dalam berkas rekam medis.
g. Formulir harus sudah mulai diisi dan ditandatangani 24 jam
sebelum tindakan medis.
h. Dokter harus ikut tandatangan sebagai bukti bahwa telah
memberikan informasi dan penjelasan secukupnya.
i. Sebagai tanda tangan pasien atau keluarga yang buta huruf
harus membubuhkan cap jempol jari kiri.
1) X RAY KONVENSIONAL
31
- Pemeriksaan radiodiagnostik dilakukan hanya berdasarkan
permintaan dari dokter dalam surat permintaan tersebut
dicantumkan nama,tanggal lahir, alamat klinis, tanggal
periksa dan ruangan
2) USG
32
4.9 Tata Laksana Pengolahan Film
a) X RAY KONVENSIONAL
- Proses Manual:
- Proses Digital
b) USG
33
Pemberian Expertise di dalam jam kerja dilakukan pada saat
praktek dokter. Bila ada kasus urgent maka akan dikirim lewat
media internet.
2) USG
Langsung
1) RADIOLOGI DIAGNOSTIK
34
Pasien akan membawa hasil langsung setelah dilakukan
tindakan foto atau ditinggal untuk diambil pada saat pasien
kontrol ke poli
2) USG
35
Foto Rontgen Konvensional hasilnya ± 15 menit setelah
pelaksanaan foto
36
Pengelompokkan arsip berdasarkan pada jenis permintaan /
tindakan radiologi yang sudah dilakukan yaitu permintaan foto
dan permintaan USG.
Arsip radiologi bersifat rahasia dan peminjaman arsip harus
mengisi form peminjaman berkas radiologi yang ditanda tangani
oleh kepala unit masing masing ruangan yang meminjam.
Untuk arsip hasil pemeriksaan di simpan dalam bentuk sofcopy
dan hardcopy
Semua arsip film hasil pemeriksaan radiologi dilakukan
pemusnahan dengan menggunakan berita acara pemusnahan
setelah 5 tahun
37
4.12 Tata Laksana Penyampaian Keluhan
1. Secara langsung
a. Jam kerja
Keluhan pasien dan/atau keluarga pasien secara langsung
disampaikan kepada staf/karyawan pada saat jam kerja akan
segera ditindaklanjuti oleh Kasubdiv dengan melihat tingkat
masalahnya, apabila cukup diatasi oleh kasubdiv selesai di
kasubdiv dan seterusnya.
b. Di luar jam kerja
Keluhan pasien dan/atau keluarga pasien secara langsung
disampaikan kepada staf/karyawan diluar jam kerja akan segera
ditindaklanjuti oleh case manager atau supervisor
2. Secara tidak langsung
Keluhan pasien dan/atau keluarga pasien secara tidak langsung
dapat disampaikan melalui kotak saran dan kuisioner kepuasan
pasien.
Pengelolaan keluhan/komplain melalui kotak saran yang diletakkan
secara strategis sehingga pasien dan keluarga mudah
menyampaikan saran dan usulan kepada pihak Rumah Sakit.
38
Kriteria Hasil Kritis/Test Kritis.
Untuk permintaan radiologi yang termasuk kreteria k ritis hasil dapat diterima
oleh pasien/dokter pengirim dalam waktu ≤ 1jam setelah waktu pendaftaran baik secara
lisan ataupun secara tertulis.
39
BNO Trauma tumpul abdomen
Abdomen
dengan curiga ada udara bebas /
steplader
40
dibakar di dalam incenerator rumah sakit.
b. Sampah medis berupa sisa obat prosessing kamar gelap akan
dibuang ke bak pencucian dimana salurannya akan diteruskan ke
bak pengolahan limbah cair atau Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL).
c. Sampah non medis, seperti kertas, plastik dan lain-lain akan
dibuang ke tempat sampah non medis (kantong plastik warna
hitam) dan akan dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir
rumah sakit.(incenerator)
d. Limbah developer dan fixer ( kamar gelap ) dibuang ke saluran
pembuangan limbah cair ( IPAL)
41
BAB V
LOGISTIK
5.1 Pengertian
rutin :
cito :
42
- berkas oleh sekum diteruskan ke Kadiv AKS selanjutnya ke
KRS
PERSEDIAAN PERSEDIAAN
NO NO
BARANG BARANG
ATK
5 Gunting 10 Jelly
43
7 Isolasi 12 Alkohol
10 pensil 15 HandHygiene
11 Spidol hitam
12 Penghapus papan
15 Calculator 2 Handsoap
19 Klip 6 Tissue
8 Kresek kuning
6 Film 24 x30 cm
7 Film 30 x 40 cm
8 Film 35 x 35 cm
CETAKAN
44
1 Amplop mambo
6 Sampul USG
8 Blanko Lembur
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Pengertian
45
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan radiologi atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil dalam pelaksanaan pelayanan radiologi.
1. Keselamatan Pasien (patient safety)
Asesmen risiko
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan mutakhir
46
4. Kejadian Nyaris Cidera (KNC)/near miss
Karena “ keberuntungan”
Karena “ pencegahan ”
Karena “ peringanan ”
Tujuan
47
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
48
sadar dan dapat menerima informasi yang kita berikan. Apabila
pasien tidak sadar proses identifikasi dapat melalui keluarga
terdekat atau keterangan dari identitas resmi yang dibawa
pasien (ktp/sim/paspor).
b) Identifikasi pasien rawat inap
Proses identifikasi dapat dilakukan dengan melihat gelang yang
dikenakan pasien atau dapat melakukan identifikasi langsung
dengan cara menayakan identitas diri ke pasien.
2. Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
Peningkatan komunikasi yang efektif sangat terkait dengan
pelaksanaan pelayanan radiologi dalam pembacaan hasil
radiography (expertise) cito yang dilakukan oleh dokter spesialis
radiologi dengan system LACABAK (Lapor, Catat ,Baca Konfirmasi
ulang). Pembacaan hasil sementara dilakukan dokter radiologi
melalui via telepon kepada petugas radiologi yang dinas, hasil
informasi tersebut dapat segera diberikan kepada dokter / perawat
ruangan yang menginginkan segera sebelum dilakukannya
tindakan lanjutan kepada pasien. Sebagai langkah verifikasi dari
kevalidan informasi tersebut, maka ditetapkannya aturan sebagai
berikut :
b. Pembacaan hasil sementara dokter radiologi yang disampaikan
kepada petugas radiologi pada saat dinas wajib dicatat dalam
lembar kertas (tertulis) sebagai bukti informasi yang diterima
petugas.
c. Setelah menyampaikan hasil sementara (expertise), petugas
wajib mengulang informasi yang telah diberikan agar lebih tepat
(cross check)
d. Petugas menyampaikan ke dokter / perawat bacaan sementara
dari hasil radiography pasien.
e. Setelah bacaan tertulis diterima petugas radiologi (selang
beberapa jam kemudian) dari dokter radiologi, maka dilakukan
crosscheck ulang atas catatan petugas yang ditullis dalam
lembar kertas dengan hasil expertise langsung dokter radiologi
dan hasil expertise yang dilakukan dokter radiologi diberikan ke
49
perawat ruangan sebagai dokumen medic pasien dan Rumah
Sakit Dr.Achmad Darwis
f. Bila dari bacaan sementara dokter (via telp) ada kesesuaian
dengan expertise secara tertulis dokter radiologi maka kedua
lembar tersebut ditempelkan dan diarsip sebagai dokumen
medis radiologi, apabila tidak ada kesesuaian maka petugas
melakukan klarifikasi ke dokter / perawat ruangan tentang hasil
expertise sebelumnya.
3. Peningkatan keamanan obat - obatan yang perlu diwaspadai
(high alert medication)
Keamanan penggunaan obat obatan khususnya untuk pemakaian
tindakan radiologi dengan menggunakan bahan kontras sangat
rentan terhadap keselamatan pada diri pasien. Obat obatan yang
disediakan berupa obat kontras yang berguna untuk menambah
nilai densitas hasil radiography (bersifat non ionic) dan obat obatan
sebagai basic live support (sebagai antisipasi alergi) pada saat
tindakan pemeriksaan kontras dilakukan. System control dan
keamanan dari obat obatan tersebut yang perlu diperhatikan yaitu
jenis obat obatan, fungsi dan penggunaan, expired date obat,
semuanya dikontrol oleh 1 (satu) staf yang berkompeten selain dari
control dari unit farmasi (apoteker).
4. Kepastian tepat lokasi dan tepat prosedur tindakan radiologi
Kepastian tepat lokasi dan prosedur tindakan radiologi didapatkan
untuk menilai mutu dari hasil/ radiography maupun imaging yang
telah dihasilkan, parameter tindakan yang harus dilakukan agar
kepastian tindakan radiologi yang akan diberikan berupa :
I. Prosedur sebelum pemeriksaan
1) Menanyakan keluhan yang diderita pasien
2) Menanyakan jenis tindakan yang akan dilakukan dengan
melihat surat permintaan dari dokter pengirim.
3) Memberikan surat inform concent untuk tindakan yang
diperlukan
II. Prosedur saat pemeriksaan
1) Melakukan tindakan pemeriksaan sesuai dengan spo
pemeriksaan radiologi yang sudah ditetapkan di Rumah
Sakit Dr. Achmad Darwis
50
2) Memberikan label / marker pada obyek yang akan dilakukan
radiophotography dan imaging
III. Prosedur setelah pemeriksaan
1) Memberikan marker pada lembar film (radiography dan
imaging)
2) Memberikan keterangan / marker tertulis pada hasil
expertise dokter radiologi.
3) Melakukan checklist pada saat memasukkan film, hasil
expertise ke dalam amplop sesuai dengan identitas pasien.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan radiologi
Faktor resiko infeksi terkait dengan pelayanan radiologi dapat
dibedakan antara infeksi yang berakibat ke pasien dan infeksi yang
berakibat pada petugas radiologi yang melakukan tindakan
pemeriksaan kepada pasien. Langkah-langkah yang harus
dilakukan meliputi :
A). Resiko infeksi kepada pasien
1) Dilakukannya prosedur / tindakan medis sesuai prosedur
radiologi dengan menjaga kebersihan dan kesterilan obyek /
organ yang akan diperiksa.
2) Menggunakan obat obatan dan peralatan medis yang steril
memenuhi standar baku yang ada.
B). Resiko infeksi kepada petugas
1) Menggunakan perlengkapan medis steril sesuai dengan
tingkat kebutuhan layanan.
2) Melakukan prosedur hand hygiene yang telah ditetapkan
sebelum dan sesudah pemeriksaan radiologi dan imaging
dilakukan.
3) Menjauhkan anggota tubuh petugas yang terluka pada saat
pemeriksaan radiologi dilakukan.
4) Melakukan pembersihan & sterilisasi peralatan dan sarana
yang diperlukan selesai tindakan pemeriksaan radiologi dan
imaging dilakukan.
5) Mensosialisasikan ke seluruh staf radiologi standar baku
untuk mengurangi resiko infeksi kepada petugas.
Prosedur cuci tangan:
a. Gosokkan kedua telapak tangan.
b. Gosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan
atau sebaliknya.
51
c. Dengan menghadapkan telapak tangan kiri dan telapak
tangan kanan dan bersihkan sela – sela jari.
d. Mengepalkan tangan dan gosok pungung jari tangan kanan
dengan tangan kiri atau sebaliknya.
e. Membersihkan ibu jari dengan cara mengosok dan putar ibu
jari tangan kanan dengan tangan kiri atau sebaliknya.
f. Bersihkan ujung jari dengan cara menggosok ujung jari
tangan kanan di atas telapak tangan kiri atau sebaliknya.
52
2. Pelayanan radiologi dilakukan hanya sebatas yang tertera dalam
formulir permintaan pemeriksaan, kecuali dibutuhkan untuk
memberikan informasi yang lebih akurat guna kepentingan
diagnosa atau terapi.
10. Memberikan tanda atau lampu tentang adanya radiasi pada daerah
tersebut.
53
14. Khusus untuk pemeriksaan ultrasonography (usg) sampai saat ini
belum diketemukan terjadinya KTD pada pasien selama proses
pemeriksaan.
54
g. Grade hijau: investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu
maksimal 2 minggu
a. Faktor kontributor
55
Adalah keadaan, tindakan atau faktor yang mempengaruhi dan
berperan dalam mengembangkan dan atau meningkatkan risiko
suatu kejadian (misalnya pembagian tugas yang tidak sesuai
kebutuhan).
Contoh:
56
Karena pelaporan akan menjadi awal proses pembelajaran
untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
Bagaimana memulainya?
57
digunakan dalam sistem pelaporan dan cara menganalisis
laporan.
58
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
59
melihat standar prosedur dan msds (material safety data sheet)
yang telah ditetapkan.
60
2) Memberikan pendidikan, pelatihan dan aplikasi/uji coba yang
nyata kepada staf tentang kebakaran secara berkala
3) Mengidentifikasi pemakaian, penggunaan dan penempatan
bahan-bahan/sumber-sumber/peralatan yang
mengakibatkan kebakaran.
4) Menetapkan lokasi-lokasi yang dapat menyebabkan risiko
kebakaran, baik risiko kebakaran kecil maupun besar
5) Melakukan kontrol/inspeksi, perbaikan dan penggantian
secara berkala peralatan/fasilitas yang rusak atau sudah
waktunya dilakukan pembaharuan.
6) Menjauhkan peralatan dan fasilitas yang berisiko terbakar
dengan sumber/bahan yang mudah terbakar.
7) Menempatkan alat pemadam kebakaran di area-area/titik-
titik tertentu yang dapat mudah dijangkau oleh semua orang.
8) Memasang label, symbol dan tanda peringatan pada lokasi-
lokasi yang berisiko terjadinya kebakaran.
9) Mengatur/mendesain bangunan, peralatan dan sumber-
sumber risiko kebakaran sesuai dengan jarak aman yang
diperkenankan.
10)Melakukan pengawasan setiap pembangunan didalam atau
berdekatan dengan bangunan yang dihuni pasien
c. Tata Laksana Deteksi Dini Kebakaran
1) Deteksi asap (smoke detector) dan alarm kebakaran
a) Penempatan peralatan disesuaikan dengan fungsi dan
area berisiko (public area)
b) Pastikan terlebih dahulu lokasi/area alarm kebakaran
atau deteksi asap yang bunyi/mendeteksi kebakaran.
c) Lakukan penanganan secepatnya bila sistem deteksi
mengetahui adanya tanda-tanda kebakaran dengan
menuju lokasi terjadinya kebakaran.
d) Ambil peralatan kebakaran yang tersedia/terjangkau
sekitar area/lokasi kebakaran dan melakukan tindakan
penyelamatan.
e) Pemeliharaan sistem/komponen deteksi kebakaran yang
dilakukan secara berkala
f) Dilakukan uji coba/simulasi terhadap peralatan dalam
periode tertentu untuk memastikan fungsi dan kegunaan
alat.
61
2) Patroli kebakaran
a) Penetapan/penunjukkan staf sebagai petugas patroli
kebakaran
b) Adanya prosedur pengawasan yang menjadi prosedur
baku yang ditetapkan sebagai langkah control yang ada.
c) Adanya rute/jadwal ronda secara berkala untuk
melakukan pemantauan area/lokasi dan tempat/fasilitas
yang berisiko terjadinya kebakaran
d) Adanya sistem/kategori tingkat pengawasan
lokasi/fasilitas dan area public yang menimbulkan bahaya
kebakaran besar, sedang dan kecil.
d. Tata laksana penghentian/supresi atau pengendalian
kebakaran
1) Memastikan sistem penghentian/supresi pemadam
kebakaran dapat berjalan dengan baik dengan melakukan
inspeksi dan uji coba secara berkala atas fungsi alat.
2) Penggunaan dan penempatan peralatan disesuaikan
dengan jenis bahan pada lokasi yang mudah terjadinya
kebakaran dan besarnya risiko yang terjadi (supresan kimia
dan springkler)
3) Gunakan sistem pemadaman sesuai dengan jenis/bahan
yang terbakar, sistem isolasi, sistem pendinginan dan sistem
urai untuk mengurangi serta membatasi api.
4) Memastikan petugas patroli kebakaran, staf dan pengunjung
dapat menggunakan peralatan pemadam kebakaran dengan
baik dan tepat sasaran sebagai fungsi pengendalian tingkat
pertama sebelum terjadinya kebakaran yang lebih besar lagi.
5) Memastikan ketersediaan apar dan hydrant pada area/lokasi
terdekat atau pada titik rawan risiko terjadinya kebakaran
e. Tata Laksana Evakuasi
1) Pasien
a) Informasikan terjadinya kebakaran dengan membunyikan
alarm/sirene tanda bahaya kebakaran
b) Ka Sub Divisi yang terkait dengan pelayanan pasien
melakukan instruksi untuk melakukan pengosongan
ruangan dengan cara memindahkan pasien ke ruangan
yang lebih aman/titik kumpul.
62
c) Ka Sub Divisi bekerjasama dengan kepala unit
perawatan dan perawat yang ada untuk mengevakuasi
pasien dengan terlebih dahulu menginformasikan alasan
dilakukannya evakuasi.
d) Ka Sub Divisi dapat bekerjasama dengan keluarga dan
pengunjung yang berada dilokasi/ruangan untuk
mempercepat jalannya evakuasi pasien.
e) Lakukan evakuasi pada pasien yang mempunyai
kondisi/keadaan yang lebih stabil (dapat
berjalan/menggunakan kursi roda), selanjutnya evakuasi
pasien yang berikutnya.
2) Karyawan & pengunjung/keluarga
a) Informasikan terjadinya kebakaran dengan membunyikan
alarm/sirene tanda bahaya kebakaran
b) Melakukan evakuasi terhadap staf/tamu/pengunjung
yang berada dilokasi atau dekat dengan lokasi kebakaran
(pengosongan area atau gedung).
c) Mengarahkan dan memandu staf/tamu/pengunjung ke
area yang aman (titik kumpul) dari jangkauan kebakaran.
d) Mengamankan lokasi sekitar dari staf/tamu/pengunjung
dan bantu kelancaran jalur evakuasi petugas pemadam
menuju area kebakaran
e) Lakukan pemadaman listrik instalasi yang terdekat
dengan area/lokasi kebakaran atau bahan-bahan/sumber
yang dapat menimbulkan terjadinya kebakaran yang
lebih hebat.
f. Tata laksana penanganan korban kebakaran
1) Proses penanganan korban dilakukan secepatnya untuk
mencegah risiko kecacatan dan atau kematian
2) Menentukan prioritas penanganan terhadap korban dan
penempatan korban sesuai hasil triage
3) Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman dan layak untuk
dapat dilakukan pertolongan
4) Melakukan stabilisasi atau tindakan dasar (basic live
support) pada korban
5) Tindakan definitive sesuai kondisi kegawatan dan bila
diperlukan memberikan tindakan perawatan lanjutan
63
5. Pemeriksaan Kesehatan
b. Kesegaran jasmani;
d. Laboratorium rutin;
64
kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan yang
lebih dari 2 (dua) minggu;
65
5) Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun
promosi/penyuluhan kesehatan kerja secara berkala dan
berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam rangka
menciptakan budaya k3.
4) Pembinaan mental/rohani.
4) Pembinaan mental/rohani.
66
B. Pengobatan dan Rehabilitasi
67
Dalam pelaksanaan kerja di bidang radiodiagnostik dan radiologi
imaging, factor keselamatan kerja bagi petugas yang berkecimpung
selama proses pelayanan radiologi perlu menjadi perhatian serius
mengingat pemanfaatan sumber radiasi (sinar x-ray) mempunyai akibat /
efek yang tidak baik bagi tubuh apabila cara kerja yang diterapkan oleh
masing masing personil / staf tidak sesuai dengan prinsip prinsip proteksi
radiasi yang sudah ditetapkan. Selama prinsip-prinsip proteksi radiasi
diterapkan oleh setiap personil, maka penerimaan dosis radiasi kepada
petugas dapat ditekan seminimal mungkin tanpa adanya kerugian
sehingga pelayanan radiologi diagnostic dapat berjalan dengan baik dan
lancar. Dalam upaya pengendalian, pemerintah telah menerbitkan
peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2007 tentang keselamatan radiasi
pengion dan keamanan sumber radioaktif, surat keputusan kepala
bapeten nomor 01/ka-bapeten/v-99 tentang kesehatan terhadap radiasi
pengion disebut keselamatan radiasi, yang memuat nilai batas dosis yaitu
pekerja radiasi < 50 msv/tahun dan masyarakat umum < 5 msv/tahun.
68
Penggunaan alat monitoring radiasi bagi setiap personil radiologi di
Rumah Sakit pada saat dinas / bekerja dilingkungan sumber radiasi
pengion dengan menggunakan TLD. Selama kurun waktu 3 (tiga)
bulan pemakaian oleh personil, TLD akan dilakukan evaluasi oleh
BPFK (badan pengamanan fasilitas kesehatan) berlokasi di Jakarta
untuk mengetahui penerimaan dosis radiasi yang diterima oleh
petugas selama bekerja.
69
pada tribulan i pada tahun berjalan. Jenis pemeriksaan kesehatan bagi
pekerja radiasi (dokter spesialis radiologi, radiografer dan administrasi)
meliputi pemeriksaan sel sel darah (darah lengkap). Apabila ditemukan
adanya indikasi penerimaan dosis radiasi yang berlebih dari laporan
evaluasi film badge dari BPFK, maka pekerja radiasi akan dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui kondisi / keadaan yang
dialami oleh pekerja radiasi tersebut. Pemeriksaan lanjutan yang
dimaksud meliputi pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan darah
lengkap (sel sel darah), pemeriksaan kulit (eritema, nekrosis jaringan),
pemeriksaan syaraf (kelainan susunan syaraf, syaraf motorik, dsb),
pemeriksaan kandung / pap smear bagi pekerja perempuan (genetik),
pemeriksaan mata (kerusakan mata) prinsip dan prosedur
pemeriksaan kesehatan staf radiologi terdapat spo yang sudah
ditetapkan
70
BAB VIII
PROTEKSI RADIASI
3 Apron Pb 2 mm
4 TLD
5 Pelindung tiroid Pb 2 mm
6 Pelindung gonad Pb 2 mm
7 Kacamata Pb Pb 2 mm
Sarung tangan Pb Pb 2 mm
71
Selalu mengikuti prosedur kerja, memperhatikan norma-norma
proteksi radiasi dan faktor utama proteksi radiasi dalam
menjalankan tugasnya (jarak, waktu, pelindung).
72
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
Rejected rates
= ------------------------------------------------------------------------------- x 100 %
73
= ------------------------------------------------------------------------- x 100 %
angka keterlambatan
= ------------------------------------------------- x 100 %
Dari ke tiga program pengendalian mutu yang ada, unit radiologi akan
terus melakukan pengawasan dan pengendalian dalam pelaksanaan
kerja sehingga hasil pelayanan dapat terus terpantau dan berjalan
dengan baik sesuai standar yang ditetapkan. Hasil pengendalian mutu
akan dilaporkan kepada direktur Rumah Sakit secara berkala dan
akan dilakukan evaluasi untuk mengetahui keurangan dan akan
mengadakan perbaikan ke depannya.
Berdasarkan SPM
74
adalah tenggang waktu mulai pasien di
foto sampai dengan menerima yang sudah
diekspertisi
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar ≤3 jam
75
dokter yang meminta
Frekuensi 1 Bulan
pengumpulan data
Standar 100%
Frekuensi 1 Bulan
pengumpulan data
76
Standar ≤2%
4. Kepuasan pelanggan
Frekuensi 1 Bulan
pengumpulan data
Standar ≥80%
9.2. INDIKATOR
77
BAB X
PENUTUP
78
79