Anda di halaman 1dari 39

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

RUMAH SAKIT UMUM Dr WAHIDIN SUDIRO HUSODO


Jl. Gajah Mada No. 100 Telp.0321-321661 Fax. 0321-399778
MOJOKERTO 61314

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO
NOMOR : 800/ /417.407/2009

TENTANG
PEMBERLAKUAN STANDAR PELAYANAN RADIOLOGI DAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

DIREKTUR RSU DR WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka upaya pemerataan dan peningkatan mutu


pelayanan medis di bidang Radiologi adalah dengan menyelenggarakan
pelayanan Radiologi yang berjalan dengan aman dan lancar.
b. Bahwa agar pelayanan Radiologi dapat berjalan dengan lancar serta
berperan baik dalam peningkatan mutu pelayanan medis di RSU Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokrerto.

Mengingat : 1. Undang – Undang no 18/th 1964 tentang wajib kerja paramedic.


2. KEPMENKES no 436/MENKES/SK/VI/1993 tentang penetapan standar
pelayanan medis di Rumah sakit.
3. PP no 64/th 2000 tentang perizinan pemanfaatan tenaga nuklir.
4. Keputusan Kepala BAPETEN no 01/K.BAPETEN/V/tahun 1999, tentang
ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi.
5. Surat Edaran Direktur Jendral Pelayanan Medik no
943/YANMED/RS.UM.DIK/Rad/VII/1985 tentang Rekomendasi
penggunaan zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya dibidang
kesehatan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Berlakunya Standar Pelayanan Radiologi dan Standar Operasional


Prosedur Radiologi di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
2. Standar Pelayanan Radiologi dan standar Operasional Prosedur yang
dimaksud dan dalam surat keputusan ini digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan tugas pada instalasi Radiologi di RSU Dr. Wahidin Sudiro
Husodo Kota Mojokerto.
3. Pelaksanaan penerapan Standar Pelayanan Radiologi dan Standar
Operasional Prosedur di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto
dapat ditempuh secara bertahap.
4. Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan , segala sesuatu
akan diubah dan diperbaiki sebgaimana mestinya apabila dikemudian
hari ternyata ada kekeliruan dalam surat keputusan ini.

Ditetapkan di : mojokerto
Pada tanggal : 2009
Direktur :
RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Kota Mojokerto

Dr. AMBAR SUTRISNO, MS


Pembina Utama Muda
NIP. 140 150 136
FALSAFAH DAN TUJUAN

I. VISI DAN MISI INSTALASI RADIOLOGI

VISI : Terwujudnya pelayanan prima di instalasi radiologi yang aman dan


terjangkau bagi masyarakat.
MISI : Peningkatan pelayanan radiologi yang mengutamakan mutu dan ketepatan
diagnosa dengan dukungan peralatan yang up to date

II. FALSAFAH INSTALASI RADIOLOGI

Memberi Pelayanan Radiodiagnostik yang aman, akurat dan terjangkau bagi


masyarakat .

I. PENGERTIAN FALSAFAH INSTALSI RADIOLOGI

1. Pelayanan Radiologi yang aman yaitu layanan radiodiagnostik yang radiasinya benar-
benar terfokus pada kebutuhan pasien dengan menekan sekecil mungkin dosis radiasi
yang terpapar pada pasien, untuk petugas dan masyarakat diluar tidak terpapar radiasi
melebihi batas minimal yang diperbolehkan..
2. Pelayanan Radiologi yang akurat yaitu, setiap melaksanakan pelayanan radiologi
harus berorientasi pada peningkatan mutu untuk menunjang ketepatan hasil foto
rontgen serta ketepatan diagnosa / expertise oleh Radiologist.
3. Pelayanan Radiologi yang terjangkau yaitu, biaya untul pelayanan radiologi yang
sangat murah dibandingkan tempat layanan kesehatan yang lain sehingga mudah
terjangkau bagi masyarakat

III. TUJUAN INSTALASI RADIOLOGI

a. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan meningkatkan mutu dan efisiensi


pelayanan radiologi bagi seluruh lapisan masyarakat.
b. Menjamin tingkat keakurasian diagnosa yang berlebihan baik bagi penderita
maupun pekerja radiasi.
c. Menjamin tingkat keakurasian diagnosa yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai
produk layanan medik radiodiagnostik.

IV. PERAN INSTALASI RADIOLOGI

a. Sebagai instalasi penunjang diagnostik RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota
Mojokerto dan sekitarnya.
b. Memberikan dukungan terhadap upaya pelayanan kesehatan rumah sakit di bidang
pelayanan Radiologi.
c. Tempat pemberian layanan dan tindakan radiologi
d. Sebagai tempat pendidikan bagi calon profesi kesehatan.

V. SASARAN YANG AKAN DICAPAI

1. Mengurangi / menghilangkan kesalahan kerja yang disebabkan oleh kelalaian dan


kealpaan pekerja maupun disebabkan tidak berfungsinya fasilitas radiodiagnostik
dengan baik.
2. Mengurangi pemborosan pemakaian bahan dan alat serta mengurangi penerimaan
paparan radiasi bagi pasien dan pekerja radiasi.
3. Meningkatkan mutu kualitas penyelenggaraan pelayanan radiodiagnostik dan
meningkatkan mutu hasil layanan radiodiagnostik.
4. menghasilkan tenaga / personal yang memahami dan menguasai teknis praktis
dalam bidang kualitas radiodiagnostik.
VI. PENCAPAIAN PROGRAM

1. Dedikasi, komitmen dan partisipasi aktif dari seluruh tingkatan manajemen


2. Adanya suatu budaya yang meningkat untuk tercapainya produk yang bermutu.
3. Terlibatnya semua individu dalam semua proses.
4. Terbentuknya kerjasama dan hubungan-hubungan yang konstruktif.
5. Penghargaan terhadap manusia sebagai individu yang merupakan komponen
terpenting.
6. Pemakaian cara-cara manajerial, teknis-teknis dan alat-alat yang sesuai.
7. Pengukuran paparan radiasi permukaan pasien.
8. Keselamatan dan kesehatan kerja.
9. Pendidikan dan latihan bidang radiologi

VII. KEGIATAN PELAYANAN RADIODIAGNOSTIK

Pemeriksaan radiologi disesuaikan dengan pengembangan dan tujuan – tujuan rumah


sakit secara keseluruhan dan diutamakan untuk meningkatkan mutu diagnosa klinik
sehingga kesembuhan pasien lebih tertuju.
1. Kegiatan radiodiagnostik bagi pelayanan rutin maupun gawat darurat , pelayanan
radiologi konvensional meliputi radiodiagnostik konvensional yang diselenggarakan
dengan tujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan:
a. Traktus Gastro Intestinal (oesophagus, gaster, duodenum, jejenum, ileum,
colon, sigmoid dan rektum)
b. Traktus biliaris
c. Hepar
d. Lien
e. Panceas
f. Tractus Urogenitalia
g. Tractus Respiratorius
h. Sistem musculoskeletal (cranium, columna vertebralis, ekstremities,
articulation, pelvis, musculus)
i. Cor and pulmo

2. Pelayanan USG yang diselenggarakan untuk mendeteksi kelainan- kelainan:


a. Hepar
b. Gall Bladder
c. Renal
d. Pancreas
e. Lien
f. Vesica Urinaria
g. Organ genitalia interna
h. Mammae
PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO
RUMAH SAKIT UMUM Dr WAHIDIN SUDIRO HUSODO
Jl. Gajah Mada No. 100 Telp.0321-321661 Fax. 0321-399778
MOJOKERTO 61314

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO
NOMOR : 800/ /417.407/2009

TENTANG
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI
RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

DIREKTUR RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan kerja, peningkatan mutu di


pelayanan kesehatan rumah sakit pada Instalasi Radiologi perlu dikelola
secara berdaya guna dan berhasil guna.
b. Bahwa untuk melaksanakan butir a tersebut di atas, dipandang perlu
menetapkan struktur Organisasi Instalasi Radiologi.

Mengingat : 1. Undang – undang Nomor 23 tahun 1992


2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1984
sebagaimana telah diubah terakhir dengan.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1991
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 558 tahun 1984
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983 tahun 1992
6. Peraturan Walikota Mojokerto nomor 40 tahun 2008 Tentang Rincian
Tugas Pokok RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
Memperhatikan : Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dengan surat
Nomor B. 405 / 1 / 194 tanggal 13 April 1994.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : 1. Keputusan Direktur RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo kota Mojokerto
tentang Struktur Organisasi Instalasi radiologi.
2. Struktur Organisasi Radiologi dipandang perlu agar supaya petugas
radiologi bisa menjalankan tugas sesuai dengan fungsi dan
profesionalisme.
3. Struktur Organisasi Radiologi
I. Kepala instalasi : Dr. Diana HM Nainggolan, Sp Rad
II. Petugas Proteksi Radiasi : Kartono A.Md.Rad
III. Radiografer sentral : 1. Umar Saiful A.Md.Rad
2. Fitriyah Hidayati A.Md.Rad
IV. Radiografer Instalasi UGD : 1. Ana Setyorini A.Md.Rad
2. Ainul Luthfi Amarudin A.Md.Rad
3. Rian Sindu Triprayogo A.Md.Rad
4. Marlikhan A.Md.Rad
V Petugas Sarana dan : 1. Munadi
Prosessing film 2. Taufan Fibri Asmoro Putro
VI Petugas Admnistrasi :Agus Subiyanto
4. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Apabila
dikemudian hari ternyata ada kekeliruan dalam surat keputusan ini, akan
dilakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan tenaga di radiologi.

Ditetapkan di : Mojokerto
Pada tanggal : 2009
Direktur :
RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Kota Mojokerto

Dr. AMBAR SUTRISNO, MS


Pembina Utama Muda
NIP. 140 150 136
Lampiran : Surat Keputusan Direktur RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto
Nomor : 800/ /417.407/2009
Tanggal : Januari 2009

STRUKTUR ORGANISASI

Instalasi Radiologi mempunyai bagan organisasi dan uraian yang jelas bagi semua kalsifikasi
pegawai yang ada yang menunukkan peran serta masing-masing petugas.
Struktur Organisasi Instalasi Radiologi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto adalah
sebagai berikut :

KEPALA INSTALASI RADIOLOGI

Dr. DIANA HM NAINGGOLAN SpRAD

PETUGAS PROTEKSI RADIASI

KARTONO AMR

PETUGAS ADMINISTRASI PETUGAS SARANA DAN


PROSESING FILM
AGUS SUBIYANTO
MUNADI
TAUFAN FIBRI AP

RADIOGRAFER CENTRAL RADIOGRAFER UGD

UMAR SAIFUL A.Md.Rad ANA SETYORINI A.Md.Rad


FITRIYAH HIDAYATI A.Md.Rad RIAN SINDU TRIPRAYOGO A.Md.Rad
AINUL LUTHFI AMARUDIN A.Md.Rad
MARLIKHAN A.Md.Rad

DIREKTUR
RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO
KOTA MOJOKERTO

DR.AMBAR SUTRISNO, MS
Pembina Utama Muda
NIP. 140 150 136
URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI STAF RADIOLOGI

A. Tanggung Jawab Kepala Instalasi Radiologi

1. Tanggung jawab
Kepala Instalasi Radiologi bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit.
2. Tugas Pokok
Memimpin dan mengkoordinasi kegiatan pelayanan instalasi Radiologi dan memberi jawaban
konsultasi.
3. Uraian Tugas.
a. Bertanggungjawab mengkoordinir dan supervisi pelayanan Radiologi, melaksanakan
pemeriksaan Radiologi, melaksanakan pemeriksaan Radiologi yang memerlukan keahliannya /
kewenangannya.
b. Menerima dan menjawab konsul dari dokter, baik dari dalam rumah sakit maupun dari luar
rumah sakit / rujukan puskesmas.
c. Melaksanakan tugas rutin membaca foto Rontgen dan mengerjakan pemeriksaan USG.
d. Bertanggung jawab terhadap hasil laporan administrasi secara periodik, bulanan dan tahunan.
e. Merencanakan pengembangan Instalasi Radiologi.

B. Tanggung jawab Koordinator Radiologi.

1. Tanggung Jawab :
Koordinator Radiologi bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Radiologi.
2. Tugas Pokok :
Membantu Kepala Instalasi Radiologi dalam mengkoordinir kegiatan pelayanan Radiologi.
3. Uraian Tugas
a. Mengkoordinir kegiatan administrasi tentang pencatatan dan pelaporan kegiatan Radiologi.
b. Mengkoordinir staf Radiologi yang ada di Sentral dan di UGD.
c. Mengatur dinas jaga / shift staf Radiologi.
d. Melaksanakan tugas sebagai petugas proteksi Radiasi sesuai dengan SIB BAPETEN dan BATAN.
e. Melaporkan dan mencatat daftar dosis radiasi setiap bulan ke Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan
(BPFK).
f. Melaporkan ke Kepala Instalasi Radiologi bila ada kerusakan pesawat sinar-X dan perbaikan
sinar-X.
g. Membantu Kepala Instalasi Radiologi dalam meencanakan kebutuhan bahan habis pakai, chemical
serta alat-alat kelengkapan Radiologi.
h. Bersama-sama Kepala Instalasi Radiologi untuk merencanakan pengembangan pelayanan Instalasi
radiologi sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
i. Memberikan masukan kepada Kepala Instalasi Radiologi mengenai permasalahan pelayanan dan
pengembangan radiologi.

C. Tanggung Jawab Radiografer

1. Tanggung Jawab
Radiografer dalam tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Radiologi.
2. Tugas Pokok
Membantu dokter Spesialis Radiologi melakukan pemeriksaan Radiodiagnostik foto Rontgen
sesuai dengan profesi dan keahliannya.
3. Uraian tugas
a. Bertanggung jawab membuat radiografi / foto Rontgen yang baik.
b. Membuat Radiografi / foto Rontgen dari ruangan UGD, Poli dan rujukan luar rumah sakit.

c. Melakukan pelayanan foto Rontgen di sal / ruangan bila dibutuhkan Cito Bed.penderita
benar-benar tidak bisa dimobilisasi ke ruangan Radiologi, dan selective)
d. Bersama dengan koordinator Radiologi membuat rencana kebutuhan film, kontras dan
bahan chemical lainnya untuk per-triwulan atau pertahun dan dipertanggungjwabkan
kepada kepala Instalasi radiologi.
e. Melaporkan ke koordinator Radiologi bila terjadi kerusakn alat sinar-X / error.
f. Bertindak sebagai petugas proteksi radiasi secara langsung ke penderita yang dilakukan
foto Rontgen, masyarakat dan petugas Radiologi.
g. Bertanggung jawab atas operasional pesawat sinar X dan menjaga kebersihan alat
penunjang foto.

D. Tanggung Jawab Petugas kamar Gelap ( Processing Film)

1. Tanggung Jawab
Petugas kamar gelap bertanggung jawab kepada Radiografer dan Kepala Instalasi Radiologi.
2. Tugas Pokok
Melakukan kegiatan prosesing film di kamar gelap terhadap film yang telah dikenai X-Ray /
eksposed.
3. Uraian Tugas
a. Menyiapkan kassete sehingga siap untuk digunakan.
b. Mengambil film-film yang sudah disinari dari kasset, lalu mencuci dan memprosesnya dan
memasukkan film baru ke dalam kasset.
c. Memberitahuakan kepada Radiogrfaer bila ada foto rusak sehingga dapat segera diulang.
d. Mengganti larutan developer dan fixer secara berkala.
e. Menjaga kebersihan alat dan ruang kamar gelap.
f. Membersihkan kassete dan intensifying screen.
g. Mengontrol stock film dan melaporkan apabila film hampir habis.

E. Tanggung Jawab Petugas Administasi

1. Tanggung Jawab
Petugas administrasi Radiologi dalam tugasnya bertanggung jawab kepada kepala Instalasi
Radiologi.
2. Tugas Pokok
Melakukan kegaiatan administrasi Instalasi Radiologi sesuai dengan prosedur RSU Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto .
3. Uraian Tugas
a. Menerima suat permintaan foto Rontgen dari penderita poli, ruangan, UGD dan rujukan
luar dan mencatat ke dalam buku register Radiologi.
b. Membuat kwitansi-harga sesuai dengan permintaan foto Rontgen dan mengacu pada
perda yang berlaku.
c. Bertanggung jawab atas segala transaksi keuangan pada shift pagi dan mengontrol pada
petugas shift sore dan malam.
d. Bertanggungjawab atas pengarsipan file permintaan foto Rontgen yang sudah dibaca.
e. Bertanggung jawab memberikan hasil foto Rontgen kepada penderita. Poli Umum,
Ruangam, UGD dan rujukan dari luar Rumah Sakit.
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan harian, bulanan dan tahunan kepada Kepala
Instalasi Radiologi dan diteruskan ke manajemen RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota
Mojokerto.

STAF DAN PIMPINAN

I. Instalasi Radiologi

Instalasi Radiologi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto di kepalai oleh seorang dokter
spesialis Radiologi yang dalam pelaksanaan tugasnya di bawah koordinasi Direktur RSU Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
a. Di dalam tugas pelaksanaan pelayanan kesehatan di bidang Radiologi, Kepala Instalasi
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Rumah Sakit Umum Dr Wahidin Sudiro Husodo
Kota Mojokerto.
b. Kepala Instalasi Radiologi di dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh para staf radiologi
antara lain :
 Koordinator Radiologi
a. Koordinator Radiologi adalah lulusan Diploma III Radiologi / APRO yang bertugas
sebagai wakil Kepala Instalasi Radiologi dalam mengkoordinir pelaksanaan kegiatan
pelayanan radiologi dilapangan.
b. Koordinator Radiologi dalam pelaksanaan tugasnya sebagai koordinator lapangan,
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Radiologi.
 Petugas Administrasi
a. Petugas administrasi Radiologi adalah seorang yang berpendidikan SLTA / SMEA
yang bertugas melaksanakan administrasi keuangan instalasi radiologi dan
administrasi pelaporan kegiatan pelayanan radiologi.
b. Petugas administrasi dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Instalasi Radiologi.
 Petugas Pelaksana Radiologi / Radiografer.
a. Pelaksana Radiologi / Radiografer adalah seorang yang berpendidikan DIII
Radiologi /APRO yang bertugas melaksanakan pelayanan radiologi dalam
pembuatan foto radiografi di ruang pemeriksaan Radiologi.
b. Dalam melaksanakan tugasnya, Radiografer bertanggungjawab kepada koordinator
staf dan Kepala Instalasi Radiologi .
 Petugas kamar gelap / Prosessing Film
a. Petugas prosessing film adalah seorang yang pernah mendapatkan latihan di
bidang prosessing film, yang tugasnya adalah melaksanakan tindakan memproses
film setelah difoto oleh radiografer
b. Petugas proosessing film dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
kepadan koordinator staf dan Kepala Instalasi Radiologi.
 Petugas Keuangan Radiologi
a. Petugas keuangan radiologi adalah seorang yang berpendidikan SLTA / SMEA yang
tugasnya melaksanakan pencatatan dan pelaporan keuangan.
b. Petugas keuangan Radiologi bertanggung jawab kepada bagian keuangan RSU Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
 Petugas Kebersihan Radiologi .
a. Petugas kebersihan Radiologi adalah deorang yang berpendidikan SLTP / SLTA
yang tugasnya melaksanakan kebersihan ruangan Radiologi.
b. Petugas kebersihan Radiologi bertanggung jawab kepada koordinator staf dan
Kepala Instalasi Radiologi.

Untuk meningkatkan pelayanan Radiologi , Kepala Instalasi Radiologi secara berkala mengadakan
kegiatan :
1. Pertemuan rutin/ rapat untuk memberikan pengarahan program – program dari
kebijaksanaan rumah sakit yang direncanakan dan untuk mengevaluasi pelaksanaan program
yang telah dilaksanakan.
2. Pertemuan untuk membahas suatu masalah baik teknis lapangan di pelayanan radiodiagnostik
maupun administrasi keuangan dan pelaporan di instalasi radiologi
3. Pertemuan rutin / rapat tersebut diatas dilaksanakan tiga bulan sekali.Tetapi rapat juga terjadi
insidentil sesuai dengan kebutuhan.

II. DATA KETENAGAAN INSTALASI RADIOLOGI

Pelaksana kegiatan pelayanan radiologi untuk menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit diperlukan
tenaga yang sesuai dengan disiplin ilmu dan tugas pokok dan fungsinya.

DAFTAR NAMA – NAMA PETUGAS INSTALASI RADIOLOGI

No Nama Pendidikan Jabatan Ket.


Ka. Instalasi
Dr. Diana HM Nainggolan Sp.Rad
1 S2 Spesialis Radiologi Radiologi
NIP 140350996
Koordinator
Kartono Radiologi /
2 DIII Radiologi
NIP 196509161991031011 PPR

Umar Saiful
3 DIII Radiologi Radiografer
NIP 197102162001121004

Fitriyah Hidayati.
4 DIII Radiologi Radiografer
NIP 198107312008012005

Ana Setyorini
5 DIII Radiologi Radiografer
NIP 198609222009032003

Ainul Luthfi Amarudin


6 DIII Radiologi Radiografer
NIP 198503162009031003
Rian Sindu Tri P.
7 DIII Radiologi Radiografer
NIP 198410172009031003
Honorer
8 Marlikhan DIII Radiologi Radiografer

Agus Subiyanto
9 SMEA Administrasi
NIP 195801271989021001

Munadi
10 SLTP Kamar gelap
NIP 195511121983031010
Honorer
11 Taufan Fibri AP SLTA Kebersihan
FASILITAS DAN PERAWATAN

A. FASILITAS DAN SARANA

Sarana dan prasarana yang baik dan sesuai persyaratan / aturan yang berlaku ditujukan bagi
terselenggaranya pelayanan radiologi yang aman, efektif, efisienku, serta untuk penyemangat petugas /
karyawan diinstalasi radiologi untuk bisa bekerjan nyaman dan tertib.

Instalasi Radiologi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto
mempunyai dua unit pelayanan radiodiagnostik yang dibedakan berdasarkan tempat dan jenis layanan ;

1. Unit Instalasi Radiologi Utama / Sentral


Melayani semua jenis pemeriksaan rutin baik pemeriksaan radiodiagnostik dengan kontras
maupun pemeriksaan radiodiagnostik tanpa kontras media. Unit Instalsi Radiologi utama / sentral
memiliki sarana dan prasarana :
a) Satu ruangan Radiografi yang bisa dipakai untuk pemeriksaan kontras atau tanpa kontras
media .
- ukuran ruangan : 500cm x 400cm x 400cm
- Terdapat 3 pesawat radiodiagnostik, untuk kontras, non kontras dan gigi (pesawat masih
dalam proses pengurusan izin )
- dilengkapi juga ruang ganti pasien, kamar mandi dan WC
b) Satu ruangan untuk administrasi pendaftaran pasien, transaksi keuangan dan juga loket
pengambilan hasil foto Rontgen
- Ukuran : 300cm x 500cm x 400cm
c) Satu ruangan untuk prosessing film / kamar gelap.
- Ukuran : 300cm x 300cm x 400cm
d) Satu ruangan untuk Ekspertise / ruangan baca dokter dan ruangan petugas radiologi.
- Ukuran : 400cm x 300cm x400cm
e) Satu ruangan untuk sortir film dan pencatatan film
- Ukuran : 300cm x 300cm x 400cm
f) Satu ruangan untuk ruang tunggu pasien
- Ukuran : 700cm x 300 cm x 400cm

2. Unit Radiologi Gawat Darurat


Melayani pemeriksaan radiodiagnostik untuk penderita dari unit gawat darurat.
Unit radiologi gawat darurat terdiri dari bangunan-bangunan sebagai beikut :
a) Satu ruang pemeriksaan radiofotografi dan kamar mandi
Ukuran : 400cm X 400cm X 400cm
b) Satu ruangan prosessing film / kamar gelap.
Ukuran : 250cm x 300cm x 400cm

3. Standar Ruangan Instalasi Radiologi


Semua ruang pemeriksaan radiodiagnostik di instalasi radiologi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Dr
Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto telah memenuhi persyaratan proteksi radiasi sebagai berikut
:
a. Dinding ruangan terbuat dari tembok dan dilapisi timah hitam setebal 2mmPb
b. Semua pintu kayu dilapisi timah hitam 2 mmPb
c. Jendela setinggi 2 (dua ) m dari lantai ruang periksa.
d. Mempunyai lampu merah ( lampu peringatan yang menandakan pemeriksaan radiasi sedang
berlangsung ) di atas pintu masuk ruang pemeriksaan.

PROSEDUR PENGADAAN OBAT DAN ALAT RADIOLOGI


a. OBAT ALKES
1. Petugas radiologi mengisi formulir daftar permintaan barang antara lain :
 Nomor
 Nama barang
 Satuan
 Jumlah diminta
 Jumlah diberi
 Keterangan
2. Pengisian formulir daftar permintaan barang diketahui dan ditanda tangani kepada instalasi
radiologi / yang mewakili .
3. Petugas radiologi mengirim daftar permintaan barang yang sudah diisi sesuai dengan kebutuhan
4. Petugas farmasi mengecek dan mengisi ke buku register permintan barang
5. Petugas farmasi menyerahkan barang ke petugas radiologi . Lalu di cek apakah sudah sesuai,
petugas petugas radiologi memberi tanda tangan serah terima barang.
b. ALAT DAN BARANG

1. Petugas radiologi mengisi formulir daftar permintaan barang antara lain :


 Nomor
 Nama barang
 Satuan
 Jumlah diminta
 Jumlah diberi
 Keterangan
2. Formulir daftar permintaan barang diketahui dan di tanda tangani kepala instalasi radiologi atau
yang mewakili
3. Petugas radiologi membawa ke bagian pengadaan alat dan barang yang sudah teris sesuai
dengan kebutuhan.
4. Petugas pengadaan alat dan barang menulis dan mencatat ke buku register pengadaan aklat dan
barang
5. Petugas pengadaan alat dan barang serah terima kepada petugas radiolgi
6. Petugas radiologi mengecek barang jika sudah selesai, memberi tanda tangan serah terima
7. Permintaan O2, petugas radiologi memberi tahu kepada keamanan RSU Dr. Wahidin Sudiro
Husodo dengan membawa formulir daftar permintaan barang yang sudah disetujui oleh petugas
bagian pengadaan alat dan barang.

1. Perlengkapan ruangan

Ruang Pemeriksaan Radiologi

Obat-obatan : Peralatan
- Kontras media - Tabung Oksigen
(barium sulfat dan Kontras Ionic/non ionic) - Standar Infus
- Obat-obatan Basic Life Support - Spuit berbagai ukuran
- Cairan infus - Pakaian ganti
- Aquadest - Kapas alkohol
- Natrium Bicarbonat dan asam sitrat - Plester
- Buscopan - Bengkok
- Povidone - folley catheter
- Handscoon dan masker
- Kasset30/40,35/35, 24/30

Ruang Kamar Gelap / Prosessing Film

- Tangki Developer isi 20 liter satu buah


- Tangki Fixer isi 20 liter satu buah
- Safety light satu buah
- Exhaust fan satu buah
- Box Film ukuran 30/40,35/35, 24/30
- PassBox 1 buah

3. Perlengkapan Proteksi Radiasi


a. Lead apron satu buah 0,5 mmPb
b. Film badge sesuai jumlah pekerja radiasi
c. Lead gloves 1 pasang setebal 0,5 mmPb
d. Gonad protection setebal 0,5 mmPb
BAB III
STANDART FASILITAS

DENAH RUANGAN INSTALASI RADIOLOGI UTAMA/PUSAT


BAPELKES RSUD DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

 
 
1
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

KETERANGAN DENAH :
1. Ruang Tunggu Pasien 6. Ruang Prosessing film
2. Ruang Pemeriksaan : 7. Ruang ganti pasien
a. Pesawat Toshiba 8. Kamar Mandi dan WC
b. Pesawat Siemen
c. Pesawat dental ASAHI
d. Table control
e. Standart Cassette Film
3. Ruang administrasi
4. Ruang baca dokter dan petugas Radiologi
5. Ruang sortir / Dryer film dan pencatatan film

DENAH RUANGAN INSTALASI RADIOLOGI GAWAT DARURAT


BAPELKES RSUD DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Keterangan : 1, Ruang pemeriksaan foto rontgen


A.. Pesawat x-ray Trophy OMNIX N.60
B. Standart casset film x-ray
C. Ruang operator pesawat x-ray
2, Ruang prosessing film x-ray
A. Larutan Developer
B. Larutan Fixer
C. Air
3, Ruang ganti penderita
4, Kamar mandi dan wc

C. PERALATAN INSTALASI RADIOLOGI

1. X-Ray Unit di Instalasi Radiologi Pusat / Utama


1.1. THOSIBA X-RAY
 Komponen antara lain :
a. KV tube x-ray maximum : 150 KV
b. mA tube x-ray maximum : 400 mA
c. Flouroscopy KV maximum : 125 KV/ 4,0 MA.
d. Tahun pembuatan : 2006
e. Tube x-ray doble atas dan bawah.
f. Meja periksa ada moving grid ukuran 35 x 35 cm.
g. Meja periksa dapat bergerak menyamping kiri/kanan.
h. Meja periksa dapat di trandelenburgh/posisi berdiri (Erect ).
i. Bagian standar tube x-ray ada tempat casset magazin bisa buat serial foto rontgen isi
100 lembar.
j. Control table system digital untuk pengaturan objek foto rontgen KV,MA dan pengaturan
fluoroscopy.
k. Ada tv monitor fluoroscopy.
l. Ada microfon untuk memberi aba-aba penderita.

1.2. SIEMENS MOBILE


 Komponen antara lain :
a. Type : multi mobil.
b. No.Seri tabung : 1050104
c. KV maximal : 100 KV
d. MAS : 63 MA
e. Tube x-ray dan control table jadi satu.
f. Bisa dibawa kemana-mana ( portable )
g. Tombol KV,MAS system digital.
h. Tube x-ray dapat digerakkan secara flexible/segala arah.

1.3. ASAHI DENTAL X-RAY


 Komponen antara lain :
a. KV maximum : 60 KV.
b. MAS : 10 MA
c. Ada live voltage (LV) pada control table.
d. Hanya khusus pemeriksaan foto gigi (dental).
e. Bisa didorong kemana-mana ( portable )
f. Tube x-ray pakai cone.
g. Control table menempel pada batang/tangkai standar tube x-ray.

2. Manual Prosessing Film di instalasi Radiologi Utama/ Pusat


 Komponen antara lain :
1. Bak larutan developer.
2. Bak air.
3. Bak larutan fixer.
 Larutan Developer terbuat dari :
PORT A PORT B :
Hidroquinon a. Acitic Acid
Potasium Carbonat
Potasium Hidroxide
otasium Sulfite
Sodium Sufite

 Larutan Fixer terbuat dari :


PORT A PORT B :
a. Ammonium Thiosulfate a. Acetic Acid
b. Baric Acid b. Alumunium Cloride
c. Gluconic Acid
d. Sodium Bisulfite

4. Manual Driying film ( Pengering film ) di Instalasi Radiologi Pusat


 Komponen antara lain :
1 buah box alumunium
2 buah lampu @100 Watt
Troly film x-ray
Hanger film x-ray

5. Peralatan di Instalasi Radiologi Gawat Darurat


5.1. TROPHY
 Komponen antara lain :
a. Type : Omnix N – 60
b. No.Seri tube : 1171484
c. KV maximum : 110 KV
d. MAS maximum : 60 MA.
e. Tube x-ray dan control table jadi satu.
f. Bisa dibawa kemana-mana.
g. Tombol KV,MAS system selector.
h. Tube x-ray dapat digerakkan secara flexible/segala arah.
i. Control table ada indicator LV nyala hijau,merah.

5.2. Manual Prosessing Film x-ray di instalasi Radiologi Gawat Darurat


 Komponen antara lain :
a. Bak larutan developer.
b. Bak air.
c.Bak larutan fixer.

5.3. Manual Driying film ( Pengering film ) di Instalasi Radiologi Gawat Darurat
 Komponen antara lain :
a. 1 buah box alumunium
b. 2 buah lampu @100 Watt
c. Troly film x-ray
d. Hanger film x-ray

6. Pesawat USG di Instalasi Radiologi Gawat Darurat


6.1. USG merk GE type Logic 3 Pro
 komponen antara lain :
a. Technology logic Three Dimension
b. Transducer 3,5 MHz
c. Monitor
d. ID (numeric alphabetic)
e. Keyboard
f. 2 buah printer
6.2. USG merk Kontron V300 type Sigma 1101 EGN
 Komponen antara lain :
a. 2 buah transducer 3,5 dan 7,5 MHz
b. Monitor
c. ID (numeric alphabetic)
d. Keyboard
e. 1 buah printer

D. PEMELIHARAAN

Untuk meningkatkan pelayanan radiologi perlu dilakukan penjadwalan pemeliharaan dan perawatan
baik gedung maupun alat-alat medis, sehingga pekerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman.
1. Pemeliharaan Gedung
a. Bangunan instalasi Radiologi hendaknya dipelihara dan dirawat secara rutin oleh semua staf
radiologi melalui kebijakan Direktur.
b. Apabila ada kerusakan pada bagian gedung / bangunan / fasilitas bangunan segera
dilaporkan melalui surat pengajuan perabaikan ke instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit
2. Pemeliharaan Peralatan Medis ( Pesawat x-ray dan USG )
a. Pemeliharaan alat-alat medis dilakukan oleh semua staf radiologi secara rutin terutama faktor
kebersihan peralatan agar tetap terjaga kebersihannya.
b. Untuk pemeliharaan dan perbaikan alat-alat medis dilakukan oleh Instalasi pemeliharaan
Sarana RSU minimal satu kali dalam satu tahun.
c. Untuk keaman dalam menggunakan alat X-Ray perlu dilakukan kalibrasi oleh BPFK melalui
Surat Permohonan dari Rumah Sakit Umum minimal dua kali setahun, dengan tujuan :
c. Kalibrasi pesawat sinar-X perlu dilakukan untuk terjaminnya keamanan penggunaan
sinar pengion.
d. Kalibrasi pesawat sinar-X dapat dipakai sebagai pertimbangan untuk pengajuan izin
pemakaian alat sinar X
e. Kalibrasi dapat dipakai untuk mengukur kualitas sinar X yang dihasilkan antara input
dan output keluaran sinar X.

E. PERIZINAN PESAWAT RADIODIAGNOSTIK

a. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 12 tahun 1975, tentang ijin pemakaiana zat radioaktif
atau sumber radiasi yang lainnya, maka diwajibkan bagi semua penggunaan pesawat
radiodiagnostik di Instalasi Radiologi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto dilengkapi
dengan izin yang diterbitkan oleh BAPETEN
b. Permohonan izin dari BAPETEN tersebut berlaku 5 tahun sekali.
c. Untuk saat ini, semua pesawat radiodiagnostik di Instalasi Radiologi RSU Dr. Wahidin Sudiro
Husodo belum dilengkapi izin dari BAPETEN. Permohonan ijin masih dalam proses pengurusan.
PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO
RUMAH SAKIT UMUM Dr WAHIDIN SUDIRO HUSODO
Jl. Gajah Mada No. 100 Telp.0321-321661 Fax. 0321-399778
MOJOKERTO 61314

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO
NOMOR : 800/ /417.407/2009

TENTANG
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI
INSTALASI RADIOLOGI
RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

DIREKTUR RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan administrasi instalasi


radiologi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, agar supaya
dapat berjalan tertib, aman dan lancar.
b. Bahwa untuk mendukung pelaksanaan hal tersebut diatas, perlu
ditetapkan standar operasional prosedur administrasi instalasi radiologi
RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992, tentang kesehatan (lembaran


Negara Republik Indonesia tahun 1992 no.100, tambahan lembaran
Negara Republik Indonesia no 3890).
2. Undang-undang no 32 tahun 2004, tentang pemerintahan daerah
( lembaran negara RI tahun 2004 no.125, tambahan lembaran negara
RI no.4437 ).
3. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur no.11 tahun 2005 tentang
pelayanan publik di propinsi Jawa Timur.
4. Peraturan Daerah Kota mojokerto no 1 tahun 2002 tentang organisasi
dan tata kerja badan pelayanan kesehatan RSU Dr. Wahidin Sudiro
Husodo Kota Mojokerto.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Standart operasional prosedur administrasi instalasi radiologi RSU Dr.


Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
2. Standart operasional prosedur administrasi instalasi radiologi yang
dimaksud dalam surat keputusan ini digunakan sebagaipedoman,
pelaksanankan, petugaso pelayanan radiografi diagnostik di instalasi
radiologi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
3. Dalam pelaksanaannya sebagaiman dimaksud dalam penetapan no 1.
Dilakukan secara bertahap dan akan dilakukan perbaikan sesuai dengan
kondisi kebijakan yang berlaku.
4. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Apabila
dikemudian hari ternyata ada kekeliruan dalam surat keputusan ini, akan
dilakukan perbaikan sesuai dengan prosedur administrasi yang berlaku
diinstalasi radiologi.

Ditetapkan di : mojokerto
Pada tanggal : 2009
Direktur :
RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Kota Mojokerto

Dr. AMBAR SUTRISNO, MS


Pembina Utama Muda
NIP. 140 150 136
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

Agar pelayanan terhadap pasien bisa terlaksana secara optimal, maka perlu ada prosedur
secara tertulis yang didasarkan pada pengetahuan dalam bidang radiologi

1. TEKNIS DAN METODE KERJA

Ahli Radiografi dalam melaksanakan tugasnya selalu berinteraksi dengan manusia atau
masyarakat yang dilayaninya. Untuk itu ahli radiografi memerlukan pengetahuan akademik-
keterampilan serta sikap yang sesuai dengan ruang lingkup bidang tugasnya, juga harus selalu
menunjuk kepada teknis dan metode kerja pelayanan radiologi.
Karena dalam tugasnya, ahli radiografi menggunakan sumber radiai pengion zat / bahan
radioaktif yang mempunyai resiko tinggi, maka teknis dan metode kerja juga harus merujuk pada
metoda kerja penggunaan radiasi pengion yang ditetapkan oleh BATAN untuk tingkat nasional
serta ICRP ( International Commision of Radiation Protection ) untuk tingkat internasional

Teknis dan metode kerja dimaksud adalah sebagai berikut :


1) Pelayanan radiologi hanya dapat dilakukan apabila ada permintaan tertulis dari dokter
pengirim dengan indikasi yang jelas.
2) Pelayanan radiologi dilakukan hanya sebatas yang tertera formulir permintaan permintaan
pemeriksaan, kecuali dibutuhkan untuk memberikan informsi yang lebih akurat guna
kepentingan diagnosa dan terapi.
3) Menekan dosis radiasi serendah mungkin sesuai dengan kebutuhan klinik termasuk di
dalamnya mengatur kolimasi penyinaran dengan memperhatikan sarana dan prasarana
pelayanan radiologi.
4) Menggunakan zat radioaktif dan atau sumber radiasi yang telah mempunyai izin
pemakaian dari lembaga yang berwenang.
5) Berupaya mencegah paparan radiasi atau batas pencemaran lingkungan baik udara, air
atau makanan dan termasuk upaya untuk mencegah kontaminasi zat radioaktif.
6) Selalu memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja baik untuk dirinya, teman sekerja
atau tim kerja dan lingkungan di dalam melaksanakan tugasnya.
7) Selalu mengikuti prosedur kerja dalam medan radiasi baik prosedur kerja dengan radiasi
terkendali, tidak terkendali, sumber radiasi tertutup dan sumber radiasi terbuka.
8) Selalu memperhatikan norma-norma proteksi radiasi dan faktor-faktor utama proteksi
radiasi dalam menjalankan tugasnya.
9) Selalu melaporkan kepada petugas proteksi radiasi bila terjadi kecelakaan radiasi
bagaimanapun kecilnya.
10) Selalu menggunakan personal monitoring (film badge atau alat lainnya) dalam
melaksanakan tugasnya
11) Selalu mengganti film badge secara berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
12) Selalu menggunakan alat-alat proteksi yang tersedia.

II. PROSEDUR KERJA


Untuk meningkatkan mutu keprofesionalan dan mutu pelayanan profesi ahli radiografi,
perlu dibuat suatu prosedur kerja dalam pelayanan radiologi. Adapun prosedur kerja dalam
pelayanan radiologi disusun sesuai dengan standar profesi ahli radiologi dan diharuskan dipakai
sebagai acuan bagi seluruh ahli radiologi dalam melaksanakan tugasnya. Ahli radiografi dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana radologi lebih sering bekerja secara mandiri, dan
untuk beberapa pemeriksaan bekerja dengan tim kesehatan lainnya. Oleh sebab itu perlu disusun
suatu metode kerja yang dapat menghasilkan kualitas pelayanan radiologi yang tepat guna dan
berhasil guna, efektif dan efisien.

III. EFISIEN
Pelayanan radiologi merupakan salah satu pelayanan yang dilakukan oleh ahli radiografi
dan pelayanan radiologi tersebut bertujuan untuk mendapatkan kualitas dengan mutu yang tinggi
sehingga dapat menegakkan diagnosa yang lebih akurat. Maka penyusunan prosedur kerja
disusun menurut pelayanan dimana ahli radiografi bertugas.
PROSEDUR KERJA UNTUK BIDANG RADIODIAGNOSTIK

Prosedur kerja radiodiagnostik mencakup pemeriksaan radiografi dan fluororadiografi


adalah sebagai berikut :
a. Periksa formulir permintaan pemeriksaan dan klinisnya dengan seksama, siapkan
peralatan radiografi dengan baik sesuai dengan pemeriksaan yang akan dikerjakan
( identifikasi ).
b. Pasien dipersiapkan masuk dan diberi penjelasan apabila persiapan sudah selesai.
c. Tempatkan pada posisi optimal, sesuai dengan teknik radiografi yang dibutuhkan, hindari
gerakan pasien selama pameriksaan bila perlu pakai alat fiksasi, dan hindari
ketidaknyamanan pasien selama pemeriksaan.
d. Jagalah peralatan selalu dalam kondisi prima termasuk keberhasilannya (periksa alat
secara berkala).
e. Gunakan casset, film dan asesoris lainnya dengan tepat sesuai dengan pemeriksaan yang
diterima. Beri tanda (marker) R/L pada sisi obyek yang benar pada casset.
f. Gunakan lapangan penyinaran secukupnya dan atur colimasi dan CR (center ray) yang
tepat.
g. Atur faktor yang tepat, memberikan perintah atau aba-aba dengan jelas apabila diperlukan.
h. Dalam keadaan tertentu dimana pasien harus dibantu, maka setiap orang yang membantu
pasien harus memakai alat perlindungan radiasi (APRON).
i. Memberikan label R/L pada casset yang dipakai untuk penyinaran foto rontgen.
j. Bila pemeriksaan harus menggunakan bahan kontras, periksa tanggal kadaluarsanya
(expire date). Jenis kontras media yang tepat untuk pemeriksaan yang akan dilakukan
(High osmosis ionic, Low osmosa non ionic), kosentrasi yodium atau barium yang
terkadang dalam kontras media sesuai dengan organ yang diperiksa sebelum melakukan
pemeriksaan dengan kontras harus disediakan obat-obatan anafialtik syok, tabung oksigen,
cairan infus, spuit, antihistamin dan lain-lain, untuk menjaga supaya tidak terjadi efek /
resiko obat kontras media.
k. Pastikan bahwa pasien tidak mempunyai kontra indikasi terhadap kontras media.
l. Bila memasukkan kontras media melalui intra vena seharusnya harus didampingi oleh
dokter spesialis radiologi.
m. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, maka penderita sebelumnya dilakukan
pemeriksaan kontras. Penderita harus diberi penjelasan terlebih dahulu dan disuruh tanda
tangan pada surat informed consern. Surat pernyataan tersebut digunakan apabila terjadi
sesuatu hal yang tidak diinginkan, maka penderita tidak akan menuntut kepada petugas
radilogi.
n. Pastikan hasil proses film telah optimal dan kualitas gambar yang baik dan bermutu.
o. Membuat foto rontgen yang cepat tepat dan berkualitas baik . Usahakan memfoto 1 (satu)
kali jadi.

PROSEDUR PELAYANAN ADMINISTRASI RADIOLOGI

I. PELAYANAN PENDAFTARAN

I.1 Kebijakan Pelayanan Radiologi


a. Semua permintaan pelayanan radiologi harus dicatat di loket pendaftaran instalasi
radiologi
b. Pemeriksaan pelayanan radiologi bisa dilaksanakan apabila ada permintaan tertulis dari
dokter pengirim dengan indikasi yang jelas.
I.2 Prosedur Pelayanan Pendaftaran di Loket Radiologi
Untuk penderita dari poliklinik, UGD, Ruangan dan rujukan Puskesmas / dokter luar / RS
lain antara lain :
a. Penderita datang ke loket radiologi dengan membawa formulir permintaan foto rontgen
atas permintaan dokter.
b. Di loket pendaftaran formulir diterima petugas loket radiologi dan dilakukan pencatatan
dan pendataan di buku register radiologi, kalau penderita umum di catat di buku register
umum. Kalau penderita ASKES di catat di buku register ASKES dan kalau penderita
JAMKESMAS / MASKIN di catat di buku register JAMKESMAS. Dicatat dengan
mengisi kolom-kolom antara lain :
a. No.Register radiologi
b. Nama penderita
c. Umur penderita / jenis kelamin
d. Jenis kunjungan pasien :
- Pasien baru
- Pasien lama
e. Cara kunjungan pasien :
- Kunjungan dari poliklinik, UGD dan rawat inap.
- Kunjungan rujukan dari :
a. Puskesmas
b. Rumah sakit lain / Swasta
c. Dokter praktek
f. Surat permintaan foto rontgen dan rujukan luar atas permintaan dokter,
seandainya penderita tidak membawa formulir foto rontgen atau atas permintaan
sendiri sebaiknya penderita disuruh daftar lewat loket, (satu) sebagai penderita
baru sesuai dengan prosedur RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
g. Administrasi radiologi antara lain :
- ASKES PNS
- ASKES sukarela
- JAMSOSTEK / ASTEK
- Bayar sendiri
- Gratis
- Mendapat keringanan

1.3 PELAYANAN KEUANGAN RADIOLOGI


a. Setelah penderita di daftar di loket radiologi, penderita menungu untuk penyelesaian
adminisrasi biaya.
b. Petugas keuangan menerima surat permintaan foto rontgen dari petugas pendafataran
dan memberi tahu besar kecilnya biaya tindakan foto rontgen yang sudah dicatat di
formulir permintaan foto rontgen.
c. Petugas keuangan membuat kwitansi tanda bukti pembayaran dengan dengan menulis
antara lain :
* Nama penderita / umur / alamat rumah
*Permintaan foto rontgen
* Besaran biaya dengan rincian :
- Jasa retribusi
- Jasa pelayanan
- Jasa medis
- Jumlah keseluruhan
- Tanda tangan petugas keuangan radilogi
d. Daftar harga mengacu pada PERDA PEMKOT yang berlaku.
e. Pemberian kwitansi sebagai bukti pembayaran rangkap tiga.
- satu lembar untuk penderita
- satu lembar untuk keuangan RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo
- satu lembar sebagai arsip radiologi
f. Penderita rawat inap / UGD, petugas keuangan membuat kwitansi baru tagihan foto
rontgen dengan menulis bon tagihan antara lain :
- Nama penderita umur / alamt rumah.
- Permintaan foto rontgen.
- Besaran biaya.
- Permintaan ruangan.
- Tanda tangan petugas
g. Kwitansi bon tagihan ada 3 rangkap :
- satu untuk ruangan / UGD
- satu untuk bagian keuangan RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo
- satu arsip radiologi
h. Petugas keuangan memberikan kwitansi pembayaran ke penderita yang akan
dilakukan tindakan foto rontgen sebagai bukti pembayaran dan pengambilan hasil
foto rontgen.
i. Petugas keuangan memberikan kwitansi bon tagihan ke ruang rawat inap dan UGD.
Penyelesaian administrasi selanjutnya menjadi tanggung jawab ruangan dan UGD.

I.4 Kebijakan untuk penderita ASKES, ASKES sukarela, JAMSOSTEK


a. Untuk penderita yang datang ke radiologi dengan menggunakan fasilitas ASKES,
ASKES sukarela, JAMSOSTEK / ASTEK dapat dilakukan pemeriksaan di radiologi
dengan membawa persyaratan.
 Rujukan dari PUSKESMAS ( penderita ASKES)
 Rujukan dari poliklinik ASKES sukarela, JAMSOSTEK,/ ASTEK
 Foto copy ASKES / JAMSOSTEK / ASTEK
 Surat permintaan foto rontgen dari dokter.
b. Setelah menerima formulir dan surat rujukan dari penderita, petugas loket radiologi
melakukan pencatatan dan pendataan seperti prosedur 1.2
c. Setelah dilakukan pencatatan dan pendataan di buku register radiologi menuliskan :
 Tanggal pemeriksaan
 Kode instalasi pemeriksaan / poli / nomor peserta
 Surat jaminan pelayanan (SJP) radiologi paket nomor 3
 Surat jaminan pelayanan (SJP) ASKES diluar paket nomor 9
 Paraf / tanda tangan pada (SJP) luar paket nomor 9
d. Menyerahkan kembali formulir permintaan foto dan rujukan yang telah diparaf oleh
petugas loket pendaftaran kepada penderita untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan
radiologi.

1.5 Kebijakan penderita dengan program JPS / kartu sehat


a. Pasien dengan menggunakan fasilitas kartu ASKESKIN / JAMKESMAS dapat
dilakukan pemeriksaan radiologi dengan melengkapi syarat-syarat sebagai berikut :
 Foto copy JAMKESMAS
 Foto copy rujukan dari puskesmas
 Foto copy KTP
 Foto copy Kartu keluarga
 Foto copy surat keterangan tidak mampu dari kelurahan
b. Penderita membawa formulir permintaan foto dari poli klinik, ruang rawat inap, UGD
RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
c. Dicatat ke dalam buku register JAMKESMAS seperti prosedur 1.2
d. Penderita rawat inapdibuatkan kwitansi bon tagihan sesuai dengan prosedur
radiologipoin 3.6
e. Menyerahkan kembali formulir pemeriksaan kepada pasien untuk dilakukan pemeriksaan
foto rontgen.

1.6 Kebijakan untuk penderita dengan keterangan tidak mampu


a. Penderita yang karena keadaan ekonominya tidak mampu dapat dilakukan pemeriksaan
radiologi dengan menunjukkan :
 Surat keterangan tidak mampu dari kelurahan
 ACC Direktur RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
 UB kepada bidang keperawatan.
b. Penderita kota mojokerto dapat bantuan APBD pemkot mojokerto.
c. Penderita dari luar kota mojokerto dapat potongan 50% dari besar-kecilnya biaya foto
rontgen sesuai PERDA yang berlaku.
d. Melakukan pencatatan ke dalam buku register umm apabila dapt keringanan / potongan
50%, dan apabila dapat potongan penuh dengan kriteria penduduk kota mojokerto,
dapat bantuan biaya APBD masuk buku register JAMKESMAS dengan keterangan
APBD kota.
e. Persyaratan sudah terpenuhi semua baru bisa dilakukan pelayanan pemeriksaan radilogi.

1.7 Kebijakan untuk penderita pelayanan gratis


a. Penderita karena keadaan tuna wisma / gelandangan
b. Penderita karena colega pejabat dan faktor lain, dan dapat persetujuan Direktur RSU Dr.
Wahidin Sudiro Husodo kota mojokerto

II. JENIS PELAYANAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pemeriksaan pelayanan radiologi dapat dikelompokan menjadi empat jenis pemeriksaan


yaitu :
1. Pemeriksaan radiografi polos tanpa persiapan
2. Pemeriksan radiografi dengan kontras dengan persiapan
3. Pemeriksaan radiografi CITO dan
4. Pemeriksaan radiografi Cito Bed.

PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAPHY DIAGNOSTIK


KEBIJAKAN :

1. Pelayanan radilogi hanya dapat dilakukan apabila ada permintaan tertulis dari dokter
dan indikasi klinis yang jelas.
2. Tindakan radiografi dilakukan tenaga ahli madya radiologi atau radiografer lulusan D
III Radiologi.
3. Pelayanan pemeriksaan USG, dilakukan oleh dokter spesialis radilogi dan dibantu oleh
radiografer.
4. Dokter spesialis radiologi memberi jawaban dan konsil pembacaan foto rontgen dan
pembacaan USG.

PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI


1. Foto Polos Tanpa Persiapan
a. Setelah penderita melalui loket pendaftaran dan loket administrasi, pemeriksaan dapat
dilakukan menurut permintaan pada formulir atas permintaan dokter pengirim.
b. Tindakan pemeriksaan dilakukan oleh radiografer dengan melakukan :
 Persiapan penderita / posisi
 Persiapan alat x-ray (casset film, pesawat x-ray)
 Memberi penjelasan kepada penderita akan dilakukan foto
 Mengatur paparan radiasi x-ray / mengatur KV, MAS,FFD
 Mengevaluasi hasil foto
c. Penderita datang langsung ke radiologi tanpa persiapan puasa, kecuali pemeriksaan
USG dengan persiapan puasa 4-8 jam
2. Foto dengan bahan kontras dengan persiapan
a. Sebelum dilakukan pemeriksaan foto rontgen penderita harus menjalani persiapan /
puas / urus-urus
b. Pemberian persiapan penderita bisa dilakukan dengan cara lisan / wawancara dan bisa
tertulis / formulir khusus. Persiapan penderita bisa 4-8 jam , dan bisa 2 hari.
c. Apabila penderita sudah melaksanakan persiapan sesuai dengan petunjuk petugas
radiologi, maka pemeriksaan radiografi dapat dilajkukan sesuai dengan prosedur
pelayanan 1.2
3. Foto dengan permintaan CITO
Ketentuan :
 Penderita benar-benar dalam keadaan yang gawat karena suatu penyakit yang
dideritasnya, karena kecelakaan atau karena sebab lain, sehingga harus dilakukan
tindakan medis yang segera untuk menyelamatkan jiwa penderita.
 Prosedur pemeriksaan :
a. Sebelum acara pemeriksaan, keluarga penderita atau perawat yang mengantar
penderita mendaftarkan dulu formulir foto rontgen ke loket radiologi.
b. Petugas loket mencatat / mendata ke buku register. Setelah mencatat , formulir
langsung diberikan ke radiografer agar segera dilakukan tindakan foto rontgen.
c. Setelah tindakan foto rontgen, hasil foto rontgen dan bacaan diagnosa radiologi
langsung diberikan ke keluarga penderita / perawat yang mengirim.
d. Hasil foto rontgen segera diberikan ke dokter pengirim agar langsung dapat
dilakukan tindakan medis selanjutnya.
4. Pelayanan Foto rontgen CITO BED di ruangan
Kriteria/ ketentuan antara lain :
a. Permintaan foto thorax atas persetujuan dokter .
b. Penderita dalam keadaan acut yang bena-benar tidak bisa di bawa ke ruang
instalasi radiologi dan memakai O2.
c. Permintaan CITO BED harus dilakukan secara selektif.
Kerugian :
a. Petugas radiologi terkena resiko radiasi sinar-x secara langsung terutama bagian
kepala, mata, dan anggota badan .
b. Ruangan disekitar dan pasien disekelilingnya terkena efek radiasi sinar-x
c. Pesawat sinar-x kemungkinan bisa ERROR oleh pengaruh aliran listrik (PLN)
yang tidak stabil.
d. Pesawat sinar-x yang dipergunakan CITO BED sebaiknya menggunakan pesawat
dis card / baterai dan dilengkapi stabilizer / pesawat mobile unit khusus
e. Beban ekonomi biaya perbaikan pesawat bila terjadi ERROR dan biaya foto lebih
mahal.

PROSEDUR PENGAMBILAN HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Hasil pemeriksaan radiologi dapat diambil di loket pendaftaran radiologi dengan


menunjukkan :
1. Bukti pembayaran / kwitansi pelayanan radiologi
2. Menunjukkan kartu ASKES, JAMKESMAS, JAMSOSTEK, ASTEK.
3. Petugas loket radiologi memberi pelayanan antara lain :
- Memberikan hasil foto kepada penderita kepada sesuai dengan tanda bukti no 1,2
- Menulis pada buku pengambilan hasil foto :
a. Nama penderita / umur
b. Alamat penderita
c. Permintaan foto rontgen
d. Dari poli klinik / rawat inap / rujukan
e. Tanggal pengambilan
f. Nama pengambil hasil
g. Alamat pengambil hasil
4. Petugas loket radiologi memberikan hasil pemeriksaan foto rontgen kepada penderita
untuk di serahkan kepada dokter pengirim

A. PROSEDUR PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI PENDERITA UGD DAN


RUANGAN.
1. Penderita yang datang ke instalasi radiologi dengan membawa formulir
permintaan foto rontgen, dengan klinis indikasi yang jelas dan ada tanda tangan dari dokter.
2. Petugas radiologi mendaftar dan mencatat ke dalam buku register dengan identitas yang
jelas
3. Petugas radiologi membuat pelayanan pemeriksaan foto rontgen dengan mengatur posisi
obyek / penderita dan mengatur alat KV, MA,Sec.sesuai dengan paparan radiasi sinar-x.
4. Penderita dibawa ke instalasi radiologi diantar petugas ( perawat / kru ) UGD / ruangan.
5. Penderita dimasukkan ke ruangan radiologi oleh petugas / perawat untuk dilakukan foto
rontgen.
6. Petugas / perawat membantu memindahkan pendrita dari brankart ke meja radiologi.
7. Apabila penderita tidak ada keluarga, petugas UGD / ruangan membantu mempersiapkan
dan memegangi penderita untuk difoto, bila diperlukan.
8. Petugas perawat yang memegangi foto diharuskan memakai baju pelindung sinar-x /
APRON.
9. Penderita selesai di foto rontgen setelah itu menunggu sebentar untuk mengecek proses
film / hasil foto rontgen.
10. Hasil foto rontgen diambil oleh keluarga penderita atau petugas / kru UGD / ruangan
untukdiberikan ke dokter jaga UGD.
11. Sewaktu dilakukan expose sinar-x, pesawat dalam posisi ON. Petugas / perawat / kru
UGD diharuskan menunggu diluar atas anjuran petugas radiologi (radiografer)
12. Petugas radiologi ada keperluan keluar sebentar harus memberi konfirmasi ke petugas
UGD.
13. Kerja sama yang baik dari UGD dan unit radiologi bisa memberikan pelayanan medis
yang baik dan prima.

ALUR PELAYANAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

1. POLI / RAWAT JALAN

2. R.RAWAT INAP

3. UGD

4. PUSKESMAS / RUJUKAN
DOKTER

LOKET KEUANGAN DAN LOKET PENDAFTARAN


ADMINISTRASI RADIOLOGI
RADIOLOGI

RUANG PEMERIKSAAN
RADIOLOGI
R. PROSESSING FILM RUANG EXPERTISE
RADIOLOGI
URAIAN ALUR PELAYANAN PEMERIKSAAN DIINSTALASI RADIOLOGI

NO PETUGAS KEGIATAN
- Menerima surat permintaan foto rontgen
1 Loket pendaftaran dan - Mencatat ke dalam buku register
administrasi - Mencatat harga foto rontgen ke formulir
-Meberikan formulir foto rontgen kepada petugas
radiologi / radiografer ditaruh di meja
-Memberikan jawaban kepada penderita bila ada foto
rontgen yang di rencanakan
-Memberikan hasil foto rontgen yang sudah ada
bacaan dari dokter radiologi
-Membuat laporan data secara periodik / bulanan

2 Petugas Keuangan -Menerima administrasi pembayaran dari penderita


sesuai dengan permintaan foto rontgen dengan biaya
yang mengacu ke PERDA
-Menerima uang pendaftaran foto rontgen
-Membuatkan kwitansi penderita yang membayar
tunai
-Membuatkan Nota Bon permintaan foto rontgen
untuk penderita ruangan dan UGD yang belum bisa
melunasi
-Membuat laporan harian dan menyetor uang ke
bagian keuangan RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Kota Mojokerto.

3 Petugas radiasi / radiografer -Membuat laporan secara periodik / bulanan


-Menerima surat formulir permintaan foto rontgen
-Mencatat pemakaian film ke formulir foto rontgen
-Melaksanakan kegiatan foto rontgen sesuai
permintaan dokter permintaan.
-Membantu dokter melaksanakan pemeriksaan USG

4 Petugas processing film / kamar -Mengambil casset yang sudah di exposed foto
gelap rontgen
-Memproses film ke ruang kamar gelap
-Mengisi film x-ray ke dalam casset yang telah dicuci
-Mengembalikan casset ke tempat meja semula

-Mengevaluasi dan membaca foto rontgen


5 Dokter ahli radiologi -Mengevaluasi hasil foto rontgen yang jelek yang
harus diulang
-Memberi informasi foto kontras media
-Membuat resep dan ACC foto kontras media
-Melaksanakan pemeriksan USG
PROSEDUR PERSIAPAN PENDERITA YANG AKAN
DILAKUKAN FOTO RONTGEN

PENDAHULUAN :

Untuk meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan pemeriksaan radiografi / foto rontgen, maka
sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan radiografi, penderita penderita perlu dipersiapkan terlebih
dahulu, baik persiapan sendiri atau persiapan oleh petugas perawat kesehatan di ruangan.
Pemeriksaan radiologi yang perlu disiapkan / di acarakan seperti foto rontgen :
1. Foto Colon Inloop 6. Pemeriksaan USG
2. Foto IVP 7. Foto Oral Cholecystografi
3. Foto UGI 8. Urethrogram
4. Foto Ba Follow Trough 9. Cystogram
5. Foto Appendicogram 10. Bipolar Cysto Urethrogram

Prosedur persiapan ini mohon dimengerti dan dilaksanakan dengan baik dan benar. Kalau tidak ada
kepatuhan dan persiapan diabaikan / lalai maka akan membuat kerugian-kerugian sendiri bagi
penderita, petugas dan rumah sakit.
1. Kerugian Penderita
1.1 Penderita akan diulang / ditunda
1.2 Penambahan waktu / hari menjadi 2 hari
1.3 Penundaan diagnosa
1.4 Penundaan Pengobatan
1.5 Cos / tarif bertambah
2. Kerugian petugas radiologi
2.1 Pelaksanaan kerja bertambah / molor
2.2 Acara persiapan diulang
2.3 Peralatan ON tertunda
2.4 Beban radiasi bertambah
3. Kerugian Rumah Sakit
3.1 Kesan pelayanan terlambat
3.2 Peralatan dan kebutuhan bertambah
3.3 Cos tarif bertambah

Oleh karena itu betul-betul diminta kesadaran, pengertian dan rasa tanggung jawab dari seluruh para
medis untuk mempersiapkan penderita dengan baik. Sebelum kita melanjutkan persiapan penderita
yang akan dilakukan pemeriksaan radiologi, maka seluruh petugas para medis harus mengetahui dasar
proteksi radiasi, supaya kalau mengantar pasien lebih berhati-hati dan tidak terkena efek radiasi.

I. DASAR-DASAR PROTEKSI RADIASI

Sumber-sumber yang diterima oleh tubuh secara keseluruhan setiap tahun adalah :
 67,6 % dari sumber radiasi atas
 30,7 % dari radiasi medis
 0,6 % dari sumber radiasi jatuhan
 0,45 % dari tempat bekerja
 0,15 % dari sampah industri nuklir
 0,50 % lain-lain

Tujuan Proteksi radiasi di bidang medis antara lain :


a.Menekan dosis radiasi yang tidak berguna yang harus diterima oleh seorang pekerja menjadi serendah
mungkin.
b. Menghindari dosis radiasi yang berlebihan yang harus di terima oleh penderita oleh karena bekerja
secara ceroboh.
Petunjuk proteksi radiasi yang telah digunakan oleh ICRP ( International Commision On Radiation
Protection ) bagi para medis.

1. Radiodiagnostik dengan sumber sinar-x

1.1 Penentuan jenis pemeriksaan yang tepat


1.2 Cara kerja yang baik dan teliti
1.3 Hindari paparan yang tidak perlu
1.4 Perhatikan khusus kepada, penderita hamil, biaya.
1.5 Tempatkan diri diluar jalur berkas sinar
1.6 Pergunakan alat-alat pelindung
 Gonads Shield
 Diafragma
 Lead Apron
1.7 Hanya penderita yang berada dalam ruangan foto
1.8 Hindari memegang atau menjaga penderita tanpa alat pelindung.

2. Radiography

2.1 Sejauh mungkin dari tabung x-ray


2.2 Berlindunglah di tabir perisai PB
2.3 Memakai baju APRON
2.4 Berilah alat pelindung untuk penderita
2.5 Berilah proteksi kepada penderita hamil
2.6 Pakailah baju APRON bila memegang penderita

3. Fluoroscopy

3.1 Hanya penderita saja yang berada dalam ruangan foto


3.2 Memakai baju APRON bila memegangi penderita
3.3 Sejauh mungkin dari sumber radiasi sinar-x
3.4 Berlindung di belakang tabir perisai PB

4. Bed Foto

4.1 Pakai baju APRON


4.2 Sejauh mungkin dari berkas sinar gamma
4.3 Sesingkat mugkin waktu exposed

5. Peralatan Proteksi radiasi

5.1 Alat pengukur radiasi dengan menggunakan survey meter yaitu untuk mengukur paparan radiasi
dan jumlah radiasi persatuan waktu
5.2 Alat pelindung radiasi.
Terbuat dari timah hitam (PB) yaitu alat yang bisa menyerap radiasi / menahan radiasi yang
hambur.
5.3 Alat deteksi radiasi atau detektor.
Hanya berfungsi untuk menyatakan ada atau tidak ada radiasi serta menentukkan jenis radiasi
(Alpha, Beta, Gamma dan sinar-x)
5.4 Alat pencatat dosis radiasi .
Alat monitoring personil pekerja radiasi :
 Film Badge
 Pocket Dosimeter
 Thermo Luminicen
6. Efek Radiasi

Efek yang timbul pada organ tubuh dan kemungkinan bisa merusak sel-sel organ akibat nilai
batas dosis radiasi yang berlebihan.
6.1 Efek somatik : efek negatif dari radiasi pengion.
6.1.1 Super ficial
 Gatal-gatal
 Kerusakan kulit
 Rambut rontok
 Kuku rapuh
 Katarak
6.1.2 Keganasan
 Leukimia
 Ca kulit
 Sarkoma
6.2 Efek Biologis
Efek ini tidak dialami orang yang bersangkutan melainkan keturunan dan penderita yang
mungkin mengalami efeknya antar lain :
 Mutasi gen
 Kelainan kromosom
 Sterilitas

I. PERSIAPAN PENDERITA PEMERIKSAAN FOTO KONTRAS

1. Bahan kontras ada 2 macam


1.1 Kontras negatif (-) adalah kontras media yang menimbulkan bayangan hitam pada foto
rontgen.
1.2 Kontras positif (+) adalah kontras media yang menimbulkan bayangan putih pada foto
rontgen.

2. Nama-nama kontras media antara lain :


2.1 O2 / udara 2.4 Iopamiro 2.7 Dimer-x
2.2 Ba So4 / Barium Sulfat 2.5 Omnipax 2.8 Telepasue
2.3 Ultravis 2.6 Myodil 2.9 Biloptin

3. Persiapan penderita foto Colon Inloop


 2 (hari) / 48 jam sebelum pemeriksaan sebaiknya penderita hanya makan bubur kecap,
buah pepaya.
 Jam 12 malam minum obat pencahar garam inggris / castrol oil / dulcolax. Selanjutnya
puasa dan boleh minum satu gelas air putih.
 +/- 8 jam / sekitar jam 8 pagi baru bisa dilksanakan pemeriksaan colon inloop.
 Seandainya kurang bersih bisa dilakukan persiapan tambahan yaitu dengan lavemen

4. Persiapan penderita foto IVP


4.1 Persiapan sama dengan keterangan no.3. Foto colon inloop
4.2 Anak-anak hanya puasa 4 jam.

5. Persiapan penderita foto oesophagus.


5.1 Penderita puasa 4 jam sebelum pemeriksaan dilakukan
5.2 Penderita tidak perlurencana urus-urus

6. UGI (Upper Gastro Intestinal Tract)


6.1 Penderita 1 hari (24 jam) hanya makan bubur dan roti selain itu juga boleh minum.
6.2 6-8 jam sebelum pemeriksaan penderita harus puasa, tidak boleh makan, minum dan
merokok.
6.3 Persiapan bayi / anak dianjurkan puasa 4 jam.
7. Ba Follow Through
7.1 Persiapan sama dengan pemeriksaan foto Colon Inloop
7.2 13 jam sebelum pemeriksaan yaitu pada pag hari ditambah obat pencahar yaitu
dulcolax suppositoria kemudian puasa.

8. Persiapan penderita foto sistem biliari / oral cholecystografi.


8.1 1 hari (24) jam sebelum pemeriksaan penderita hanya boleh makan bubur kecap dan
roti tawar, selain itu juga boleh minum air putih
8.2 Jam 12 malam penderita minum obat pencahar garam inggris / castrol oil / dulcolax 2
tablet atau 10 mg. Selanjutnya puasa sampai dilakukan foto rontgen.

9. Persiapan penderita HSG (Histerosalpingography).


9.1 Penderita boleh dikerjakan setelah haid yaitu hari ke 6-10 hari dari biasa bulanan.
9.2 Os pubis dibersihkan / dicukur
9.3 Penderita membawa softex ( pembalut)

10. Persiapan pemeriksaan USG


10.1 USG Abdomen dianjurkan puasa 8 jam
10.2 USG Urologi dianjurkan menahan kencing

Daftar nama-nama obat pencahar (urus-urus) antara lain :


1. Garam Inggris
2. Castrol Oil
3. Dulcolax Tablet
4. Dulcolax Suppositoria

II. SOP (Standar Operasional Prosedur) pemeriksaan foto rontgen dengan bahan kontras
media antara lain :

1. Foto Colon Inloop

1.1 Penderita setelah mengalami persiapan puasa / urus-urus 8-10 jam tidak boleh makan dan
minum
1.2 Penderita dilakukan foto rontgen awal dengan plain abdomen/ BOF. Untuk mengecek bersih
tidaknya kotoran (feces) dalam perut.
1.3 Apabola foto abdomen / BOF bersih, maka foto bisa diteruskan dan apabila masih kotor,
maka urus-urus harus diulang kembali.
1.4 Ambil irigator yang berisi Barium Sulfat +/- 1000 ml, kemudian diaduk-aduk
1.5 Pasang irigator pada sandart infus setinggi 1 meter
1.6 Memasukkan cateter ke dalam anus dan isis balon cateter dengan memakai udara atau air +/-
30 ml.
1.7 Buka klem pada cateter dengan mengaduk barium sulfat di dalam irigator, biarkan megalir.
1.8 Double contras stop barium sulfat +/-100 ml, selanjutnya pompa balon cateter sampai kontras
mengisi ke rectum sigmoid, colon acenden, flexur lienalis, colon transversum, flexur hepatica,
colon desenden, regio iliosaecal.
1.9 Single contras barium sulfat alirkan sampai masuk ke seluruh colon.
1.10 Diamati / dievaluasi dengan fluoroscopi pada TV Monitor apakah kontras media sudah
tampak dan mengisi semua bagian colon, baru kemudian dilaksanakan pengambilan foto
rontgen
1.11 Pengambilan foto rontgen dengan modifikasi split film dan bagin yang diambil fotonya
adalah rectum sigmoid, colon asenden, flexura lienalis, colon transversum, flexura hepatica,
colon desenden dan regio ileocaecal dengan menggunakan ukuran film masing-masing 24x30
cm.
1.12 Single contras barium sulfat terisi penuh kesemua bagian colon, baru dilaksanakan foto posisi
AP, Lat,Obliq kanan, Obliq kiri dengan memakai film ukuran masing-masing 30x40 cm.
1.13 Selesai pemeriksaan penderita disuruh berak ke WC.
1.14 Peralatan dibersihkan dan dirapikan.
Untuk pemeriksaan Colon Inloop pada bayi dan anak-anak memerlukan persiapan puasa 4-8 jam.
Prosedurnya antara lain :
1. Ambil barium sulfat kemudian masukkan ke dalam spuit 50 ml
2. Masukkan cateter paling kecil ukuran no.21 ke dalam anus dan isi udara / air
+/- 5-10 ml ke balon cateter
3. Sambungkan cateter ke spuit 50 ml kemudian semprotkan dengan perlahan-lahan sampai masuk
ke seluruh colon.
4. Posisi yang diambil yaitu AP/ Lat/ Obliq kanan/ Obliq kiri dengan memakai film ukuran 24x30
cm.

2. Prosedur foto IVP

2.1 Penderita setelah mengalami persiapan urus-urus setelah 8 jam tidak boleh makan dan minum.
2.2 Foto plain abdomen / BOF untuk mengecek bersih dan tidaknya kotoran (feces) di dalam perut
2.3 Sebelum dilakukan penyutikan lewat IV, harus diketahui hasil laboratorium BUN,
CREATININ dan berat badan untuk mengetahui komposisi kontras media yang dimasukkan ke
dalam tubuh.
2.4 Komposisi obat kontras media 1 kg BB = 1 ml contras
2.5 Penderita tidur terlentang kemudian contras media dimasukkan / disuntikkan lewat IV dengam
perlahan-lahan
2.6 Selesai disuntik kemudian diambil foto rontgen BOF dengan waktu yaitu :
a. 5 menit dengan menggunakkan film ukuran 24x30 cm
b. 15 menit dengan menggunakan film ukuran 30x40 cm
c. 45 menit dengan menggunakan film ukuran 30x40 cm
d. Mengevaluasi foto, jika normal maka penderita disuruh kencing
2.7 Foto akhir PM (post mictie) setelah kencing
2.8 Mengevaluasi foto, jika tidak normal , maka dilakukan foto tambahan 120 menit atau 2 jam.
2.9 Apabila buli-buli tampak gambaran BPH, Cacx, abses maka dilakukan tambahan foto posisi
obliq kanan / obliq kiri dengan menggunakan film ukuran 24x30 cm.
2.10 Keterangan klinis Ren Mobilis, Hematuria harus dilakukan foto dengan berdiri posisi AP dan
dibuat foto BOF dengan menggunakan film ukuran 30x40 cm pada menit ke45.

Foto IVP pada bayi dan anak yaitu :


a. Puasa 4-8 jam dengan tidak melakukan urus-urus
b. Kontras 5-10 ml dimasukkan melalui cairan infus
c. Waktu foto yang diambil yaitu 2 menit, 10 menit, 30 menit dan jika normal maka kemudian
dilakukan foto PM
d. Jika tidak normal maka waktu pengambilan foto ditambah yaitu 45-60 menit.

Penderita / keluarga penderita sebelum dilakukan pemeriksaan IVP diharuskan menandatangani


informed concent atau Surat pernyataan bahwa apabila terjadi suatu reaksi alergi yang ringan ,
sedang, berat hingga shock mereka tidak akan menuntut dan sebelumnya harus diberi penjelasan
dengan baik dan penertian agar merasa tenang dan aman.

3. Prosedur Foto Urethrografi

3.1 Penderita tidak perlu puasa dan persiapan


3.2 Penderita membeli obat di apotek sesuai dengan resep dokter. Kontras 30ml, spuit 50ml, needle
no.18
3.3 Penderita tidur telentang, foto plain AP menggunakan kasset ukuran 24 x 30cm
3.4 Penderita tidur telentang dan melepas celana dalam. Gland penis diikat dengan kain kassa.
3.5 Masukkan kontras 1: 2 sebanyak 20 ml ke dalam spuit 50 ml . ujung spuit dipasang cannule.
3.6 Penis ditarik ke samping, penderita posisi obliq. Masukkan kontras ke lubang urivisia urethra.
3.7 Pasang kasset ukuran 24 x 30 cm dan masukkan kontras media pelan- pelan 10ml. Stop,
kemudian diekspose.
3.8 Penderita telentang AP, pasang kassete uk. 24 x 30 cm , tarik gland penis ke samping lalu
masukkan kontras media pelan-pelan 10 ml. Kemudian diekspose.
3.9 Injeksi kontras distop apabila kontras sudah masuk ke buli dan tampak saluran urethra.

4. Prosedur foto Cystogram

4.1 Penderita tidak perlu persiapan


4.2 Penderita membeli obat ke apotik sesuai dengan resep dokter , kontras media 30ml, spuit 50ml,
needle no 18.
4.3 Pada urethra terpasang folley catheter.
4.4 Sebelum kontras dimasukkan buat foto plain AP dengan kasset ukuran 24 x 30.
4.5 Kontras media 30ml dicampur aquades sebanyak 150-200ml.
4.6 Masukkan kontras media lewat katheter menuju buli-buli sebanyak 150-200ml.
4.7 Buat foto rontgen posisi AP, obliq kanan, obliq kiri dengan memakai kasset uk. Masing-masing
24x30cm.

5. Prosedur foto Bipolar Cysto-urethrografi

5.1 Prosedur sama dengan foto urethrogram


5.2 Penderita post cystostomy
5.3 Kontras masuk + 150 – 200ml ke dalam buli. Penderita diminta mengejan sekuat-kuatnya.
Dibuat foto AP, obliq kanan, Obliq kiri dengan memakai kasset ukuran masing-masing 24x
30cm.

6. Prosedur foto UGI

6.1 Sebelum pemeriksaan Penderita puasa 6-8jam


6.2 Penderita minum barium sulfat 30 ml posisi berdiri AP, obliq kanan, obliq kiri, buat foto
oesophagus dengan memakai kasset ukuran 24 x 30 cm. Di split
6.3 Penderita meminum EZ Gass (Asam sitrat + Natrium bicarbonat) sebanyak 20gram 1 sdt,
tujuannya untuk membuat gas dalam lambung.
6.4 Pendertia berguling-guling / diputar tiga kali agar kontras media merata pada mukosa lambung.
6.5 Buat foto rontgen posisi prone , obliq kiri, dan berdiri (erect) . Posisi AP / lateral kiri.
6.6 Masing-masing posisi memakai kasset ukuran 24 x 30 cm.

7. Prosedur foto Appendicografi

7.1 Satu hari sebelumnya penderita minum bubur dan boleh minum.
7.2 Jam 12 malam minum obat kontras barium sulfat sebanyak 50ml
7.3 Delapan jam setelah minum obat kontras atau jam 8 pagi baru akan dilakukan foto rontgen
dengan dipandu dengan fluoroscopy pada layar monitor.
7.4 Buat foto AP , Obliq kanan dengan memakai film ukuran 24 x 30cm

8. Prosedur Foto Barium Follow Trough

8.1 Pemeriksaan ini memerlukan persiapan berupa puasa dan urus-urus.


8.2 Penderita dilakaukan plain foto Abdomen / BOF.
8.3 Penderita disuruh minum kontras media ( barium sulfat ) 250ml.
8.4 Penderita tidur posisi AP, menunggu waktu 30 menit dilakukan foto BOF.
8.5 Menit 60 difoto BOF, sambil dipandu dengan fluoroscopy
8.6 Kontras media mengisi penuh ke illeum sampai regio illeocaecal, dalam waktu yang tidak bisa
ditentukan. Bisa 2- 4 jam. Dibuat foto BOF.

9. Prosedur foto Tractus Billiaris / Oral Colecystografi

9.1 malam sebelum pemeriksaan, Penderita tidak boleh makan yang mengandung lemak. Diberikan
3 gram telepaque (iopamole acid) atau biloptin oral.
9.2 Sebelum diberi obat kontras, penderita dibuatkan foto BOF.
9.3 Dua belas –empat belas jam setelah minum kontras baru dilakukan foto abdomen dengan
berdiri (erect) dan boleh dibuat foto lateral decubitus dan boleh posisi prone obliq kanan.
9.4 Kemudian pasien diberi makanan yang mengandung lemak , yaitu roti diolesi mentega , telur
mata sapi dan segelas susu.
9.5 Dalam jangka waktu 10-15 menit dibuat foto BOF untuk melihat kontraksi kandung empedu.
9.6 Dapat pula dibuat foto dengan jangka waktu 30-60 menit dengan memakai kasset ukuran 30 x
40cm.

10. Prosedur foto HSG (Histerosalphingography)

10.1 Penderita sudah melaksanakan persiapan


10.2 Penderita dibuatkan foto plain pelvis AP dengan memakai kasset ukuran 24x30cm
10.3 Alat disiapkan dalam keadaan steril.
10.4 Kontras media 20ml dimasukkan ke dalam spuit 20cc
10.5 Posisi penderita terlentang dalam posisi litothomi.
10.6 Masukkan speculum ke dalam vagina untuk membuka labia mayora.
10.7 Bersihkan lendir di dalam canalis cervicalis dengan memakai kassa yang dicampur dengan
bethadine.
10.8 Masukkan kontras media ke dalalm cavum uteri dengan memakai conus yang sesuai supaya
kontras tidak tumpah.
10.9 Penderita diposisikan AP, masukkan kontras 10 ml .diekspose menggunakan kasset 24 x
30cm.
10.10 Penderita posisi obliq, masukkan kontras media 10ml, buat foto ke dua dengan memakai
kasset ukuran 24 x 30cm.
10.11 Pemeriksaaan selesai kalau kontras media sudah masuk ke dalam cavum uteri , tuba kanan
dan kiri.
10.12 Selesai pemeriksaan penderita diberi obat antibiotik supaya tidak terjadi infeksi.

11. Prosedur Pemeriksaan USG

Pengertian : USG adalah pemeriksaan organ-organ tubuh dengan menggunakan gelombang suara
frekuensi tinggi .
Sifat gelombang suara ini berbeda dengan sinar X . oleh karena :
a. Tidak ada efek ionisasi dalam tubuh.
b. Non invasive dan non traumatic.
c. Efek biologis sampai sekarang belum dilaporkan.
d. Kontra Indikasi tidak ada.
e. Tidak merusak tubuh yang diperiksa.
f. Dapat dikerjakan setiap saat tanpa banyak persiapan
g. Tidak menggunakan kontras media.

 Tujuan Pemeriksaan
a. Untuk mengetahui struktur organ anatomi mormal maupun patologi.
b. Untuk melihat adanya struktur organ solid ataupun cystic.
c. Untuk mengetahui topografi organ dalam beberapa posisi.
d. Untuk mengetahui adanya pergerakan organ antara lain jantung, organ dalam kandungan

Persiapan :
a. Hampir semua organ tubuh dapat diperiksa dengan menggunakan USG.kecuali organ
yang tertutup lubang ataupun udara, misalnya: tulang kepala, usus besar dan usus
kecil.
b. Pemeriksaan yang tidak perlu persiapan adalah mata, thyroid, mammae, hati, lien,
ginjal, dan jantung.
c. Kandung empedu dan pancreas harus puasa 6 jam dan boleh minum.
d. Pemeriksaan kandungan / obstetri dianjurkan minum yang banyak agar buli-buli terisi
penuh.
e. Pemeriksaan urologi diharuskan minum yang banyak supaya buli-buli terisi penuh.

Indikasi / Keterangan Klinis :

- Nyeri abdomen - Kandungan / janin, usia, letak


- Hepatoma - Trauma Abdomen
- Ascites - Appendix
- Mass intra abdomen - Sirosis
- Batu empedu - Kasus-kasus Urologi
- Splenomegali - Batu ginjal

III. Prosedur pemeriksaan foto Rontgen tanpa kontras media / foto polos.

1. Foto Thorax PA
1.1 Penderita melepas baju, kalau perempuan melepas baju dan BH dengan memakai
pakaian khusus di kamar ganti Radiologi.
1.2 Memasang kasset pada standar kasset, menempelkan marker R/L pada kasset pojok
atas.
1.3 Penderita berdiri dengan dada menempel pada kasset, tangan kanan dan kiri ditaruh di
kedua pinggang atau merangkul kaset bila penderita tidak mampu.
1.4 Kedua scapula didorong menyamping lateral, tujuannya agar scapula tidak menutupi
paru.
1.5 FFD 150cm, Center point pada thoraxal 3-4, center ray tegak lurus pada kasset, posisi
obyek simetris kanan-kiri, atas-bawah pada permukaan kasset.
1.6 Mengatur kondisi kV.mAs,sesuai SOP masing-masing pesawat dan tebal-tipisnya
obyek.
1.7 Memberi aba-aba kepada pasien (apabila kondisi umum pasien memungkinkan) untuk
mangambil nafas panjang, lalu menahan nafas pada saat sinar-x keluar.

2. Foto Torax lateral


2.1 Pemeriksaan lateral biasanya kelanjutan darifoto thorax PA.
2.2 Penderita posisi lateral kiri/ kanan menyesuaikan klinis dan permintaan foto dari dokter
yang mengirim.
2.3 Ketiak, os costae menempel pada cassete film , kepala tegak lurus menyamping.
2.4 FFD 150cm, tube X Ray centerpoint pada os costae 5-6.posisi simetris samping
kanan/kiri atas/ bawah.
2.5 Atur kV, mAs, sesuai standart prosedur pesawat
2.6 Memberi aba-aba kepada pasien untuk mangambil nafas panjang, lalu menahan nafas
pada saat sinar-x keluar.

 Keterangan :
a. -Untuk anak / bayi mnggunakan kasset 24x30cm
-Untuk dewasa menggunakan 30x40cm / 35x35cm
b. Penderita yang mampu untuk berdiri harus diposisikan berdiri.
c. Penderita lemah/ tidak sanggup berdiri harus dengan tidur / duduk di kursi roda.
d. Penderita perempuan dianjurkan untuk ganti pakaian dan lepas baju, BH dan
assesories lainnya yang menempel di dada.

3. Foto BOF
3.1 Penderita melepas baju dan celana panjang , penderita perempuan ganti baju khusus
yang sudah disiapkan petugas radiologi
3.2 Penderita tidur supine, kaki dan tangan lurus.
3.3 Ambil cassete film dan pasang marker R/ L pada pojok bawah.
3.4 Kasset dengan dilapisi grid ditaruh di bawahnya dengan batas aas diafragma, dan batas
bawah symphisis pubis
3.5 tekan lampu kolimator , center point pada umbilicus dengan posisi simetris antara
kanan dan kiri.
3.6 Atur kV, mAs, sesuai standart prosedur pesawat sesuai dengan tebal-tipis obyek yang
difoto.
3.7 beri aba-aba tarik nafas, keluarkan nafas, tahan nafas kemudian pencet tombol ekspose
3.8 Pemakaian kasset film ukuran 30 x 40 cm

4 Foto BOF lateral


4..1 Penderita tidur posisi miring bisa lateral kiri / lateral kanan tergantung indikasi , kedua
tangan ditaruh di atas kepala, kedua kaki / lutut ditekuk.
4..2 Ambil kasset film yang dilapisi dengan grid. Pasang di pojok kanan bawah kasset.
Pasang pada bagian tubuh yang diperiksa.
4..3 Penderita tidur miring , dengan kasset dipasang dengan batas atas thoraxal 12 , dan
batas bawah symphisis pubis.
4..4 Tulang lumbal tekan ke anterior posisi ekstensi dan simetris true lateral di tengah-
tengah kasset.
4..5 Atur kondisi pemotretan sesuai standar operasional pesawat dan disesuaikan dengan
tebal-tipis obyek yang diperiksa.
4..6 Kasset yang digunakan : ukuran 30x40cm

5. Foto Vertebrae Thoraxalis AP/Lat


5..1 Penderita posisi AP, prosedur sama dengan pelaksanaan foto thorax AP.
5..2 Penderita tidur telentang, kedua tangan/ kaki lurus ke bawah
5..3 Kasset ukuran 30x40 dilapisis grid diletakkan di bawah punggung penderita.
5..4 Atur kondisi pemotretan sesuai standar operasional pesawat dan disesuaikan dengan
tebal-tipis obyek yang diperiksa.
5..5 beri aba-aba tarik nafas, keluarkan nafas, tahan nafas kemudian pencet tombol ekspose

6. Foto Lumbosacral
6..1 Pemeriksaan sama dengan foto BOF AP dengan faktor eksposi menyesuaikan.
6..2 Kasset-film yang digunakan
a. Bayi / anak : ukuran 24 x30cm
b. Dewasa : 30 x 40cm

7. Foto lumbosacral lateral


7.1 Posisi dan pelaksanaan pemeriksaan sama dengan foto BOF lateral
7.2. Pemakaian film : - bayi dan anak : 24 x 30cm
- dewasa : 30 x 40cm

8. Foto Skull AP
8.1 Penderita dalam keadaan tidur telentang (supine AP)
8.2 Kepala menunduk tegak lurus dengan pandangan ke bawah.
8.3 Asssesoris yang melekat pada daerah yang diperiksa dilepas agar tidak mengganggu
gambar.
8.4 Ambil kasset ukuran 24x30 dan lapisi dengan grid. Lalu letakkan di bawah penderita.
8.5 MSP tegak lurus film, OML tegak lurus dengan film, center ray pada glabella,FFD
100cm
8.6 Atur kondisi pemotretan sesuai standar operasional pesawat dan disesuaikan dengan
tebal-tipis obyek yang diperiksa.
8.7 Kasset yang digunakan : ukuran 24 x 30.
8.8 Persiapan ekspose tanpa aba-aba

9 Foto skull lateral


9.1 Penderita dalam posisi tidur telentang / tengkurap kepala miring kanan / kiri dengan
posisi true lateral.
9.2 Asssesoris yang melekat pada daerah yang diperiksa dilepas agar tidak mengganggu
gambar.
9.3 Ambil kasset ukuran 24x30 dan lapisi dengan grid. Lalu letakkan di bawah penderita.
9.4 Mid Sagittal Plane tegak lurus pada film.center ray arah vertical pada sella 2 inchi dari
MAE
9.5 Atur kondisi pemotretan sesuai standar operasional pesawat dan disesuaikan dengan
tebal-tipis obyek yang diperiksa.
9.6 Kasset yang digunakan : ukuran 24 x 30.
9.7 Persiapan ekspose tanpa aba-aba.

10. Foto Cervical AP / lateral / obliq


10.1 Penderita melepas assesoris yang melekat pada bagian organ yang akan diperiksa untuk
menghindari artefak.
10.2 Penderita berdiri dengan kepala ekstensi
10.3 Memakai kasset 24x30 yang di split untuk posisi AP dan lateral.
10.4 Center ray di sudutkan ke kranial 15’. Center point pada cervical 4 , FFD 100cm
10.5 Posisi lateral penderita miring kanan/kiri, kepala tengadah dan kedua tangan ditarik ke
belakang.
10.6 Center point pada cervical 5, FFD 100cm
10.7 Posisi obliq, badan serong 45’,kepala penderita diekstensikan . center point di C 5
10.8 Menggunakan kasset 24x30 di split
10.9 Kondisi pemotretan sesuai dengan SOP dan tebal-tipis obyek.

11 Foto Pelvis
11.1 Penderita dalam keadaantidur supine
11.2 Celana dilepas. Hanya memakai celana dalam , tujuannya supaya tidak ada gambaran
artefak pada foto rontgen
11.3 Casset 30x40cm dengan dilapisi grid dipasang di bawah area yang diperiksa dengan
posisi melintang.
11.4 Pasang marker R /L di pojok bawah kaset, center point pada pertengahan pelvis, FFD
100cm
11.5 Pemakaian film : - Bayi / anak : 24 x 30cm
- Dewasa : 30 x 40cm
12. Foto Shoulder
12.1 Penderita dalam keadaan tidur atau berdiri bila mampu
12.2 Taruh kasset di belakang bahu dan pasang marker R /L di pojok atas kasset.
12.3 FFD 100cm , Center point pada articulatio humeri
12.4 Buat ekso dan endorotasi apabila klinis mendukung sesuai dengan permintaan dokter
pengirim.
12.5 Faktor eksposi sesuai dengan SOP dan ketebalan obyek yang diperiksa.
12.6 Pemakaian film 24x30cm.

13 Foto genu
13.1 Posisi AP, penderita duduk di atas meja pemeriksaan .kaki lurus, kasset ditaruh di
bawah lutut yang diperiksa.
13.2 Posisi lateral. Penderita tidur miring ke kanan apabila dilakukan foto rontgen genu
kanan.
13.3 Kasset 24x30 , di split. Kolimasi dibatasi secukupnya.
13.4 Faktor eksposi sesuai SOP. FFD 100cm

14. Foto Pedis


14.1 Penderita duduk di atas meja periksa
14.2 Casset 24x30cm di split, dengan kollimasi dibatasi seukupnya.
14.3 Posisi AP , kaki diekuk, telapak kai di atas kasset. Setelah kanan, posisi obliq telapak
kai dimiringkan 45’ ditaruh pada kasset sebelah kiri.
14.4 Faktor eksposi sesuai SOP, FFD 100cm
RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN STAF RADIOLOGI

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Dengan meningkatkan kebutuhan masyarakat di bidang pelayanana kesehatan


khususnya pelayanan radiologi, maka di samping sarana dan prasara yg memadai juga
dibutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai keunggulan komparatif dan
kompetitif.

Selain satu modal yang harus disiapkan agar kita memiliki keunggulan kompetitif
adalah kualitas sumber daya manusia yang menguasai teknologi dan memiliki budaya
dan berwawasan industry. Ada tujuh buah cirri dari kebudayaan industry menurut
Ginanjar (1996) adalah:
a. Pengetahuan adalah landasan utama dalam pengambilan keputusan.
b. Kemajuan teknologi merupakan instrument utama dalam pemanfaatan sumber
daya.
c. Mekanisme pasar merupakan media utama dalam transaksi barang dan jasa.
d. Efisiensi dan produktifitas sebagai dasar utama dalam alokasi sumber daya.
Karena itu membuat hemat dalam penggunaan sumber daya.
e. Mutu dan keunggulan merupakan orientasi, wacana sekaligus tujuan.
f. Profesionalsime merupakan karakter yang menonjol.
g. Perekayasaan harus menggantikan ketergantungan pada alam sehingga setiap
produk yg dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
lebih dahulu dalam mutu, jumlah , berat, volume , bentuk , ukuran, warna, rasa
dan sifat-sifat lainnya dengan ketepatan waktu.

Kondisi masyarakat yang semakin kritis akan memicu urgensi yang semakin besar
untuk peningkatan kulaitas pelayanan radiologi oleh semua staf. Peningkatan ini
harus ditunjang dengan sarana berupa pendidikan formal yang lebih baik dan lebih
tinggi kualitasnya.

II ARAH PERKEMBAGAN JENIS PELAYANAN RADIOLOGI DAN


TEKNOLOGI BIDANG RADIOGRAFI

Perkembangan radiologi sangat dipengarui oleh dua komponen utama, yaitu:


kebutuhan pembeli (pasar) dan perkembangan penemuan dan pemakaian teknologi.
UNtuk mengetahui perkembangan kebutuhan pasar dapat dilihat pada jenis penyakit yang
diderita oleh pasien sehingga menjadi permintaan layanan Radiologi paling banyak dan
kemampuan daya beli masyarakat. Sedangkan eknologi saat ini mengarah kepada
teknologi “dry prosessor” , dimana teknologi baru prosessing tenpa mengunakan cairan
dan penggunaan film yang sistem pembangmitnya menggunakan thermal.

III. TUJUAN

Tujuan pengembangan staf radiologi adalah:


1. Meningkatnya profesionalisme kerja pada bidang radiologi.
2. Meningkatnya skill dan memiliki wawasan yang luas,dalam upaya meningkatkan
mutu diagnosa radiografi untuk menunjang visi dan misi RSU Dr. Wahidin Sudiro
Husodo Kota Mojokerto yaitu :

 Visi dan Misi Rumah Sakit


 VISI : Terwujudnya pelayanan kesehatan yang prima dan terjangkau serta
menjadi pilihan utam abagi masyarakat.
 MISI : 1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu secara cepat,
tepat dan terjangkau.
2. Menjadi rumah sakit sebagai unit pelayanan kesehatan yang
memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) meliputi standar
medis, teknis, administrative, peralatan dan fisik bangunan.
3. Menciptakan berbagai produk layanan yang memberikan manfaat
optimal bagi masyarakat.

IV. SASARAN
Sasaran dari pengembangan staf radiologi adalah :
1. Radiologist
2. Radiografer

V. RENCANA PROGRAM

No NAMA NAMA DIKLAT PELAKSANA BIDANG

1 Dr. Diana HM Pelatihan USG 2009/2010 Kedokteran


Nainggolan SpRad
2 Kartono Pelatihan PPR 2009/2010 Radiologi
3 Umar Saiful Pelatihan teknis 2009/2010 Radiologi
radiography
4 Fitriyah H. Pelatihan proteksi 2009/2010 Radiologi
radiasi
5 Radiografer Pelatihan operator 2009/2010 Teknologi
CT-Scan radiologi

VI. EVALUASI RENCANA PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

NO PROGRAM TAHUN EVALUASI


1 Pelatihan USG 2009 Belum terlaksana
2 Pelatihan petugas proteksi radiasi 2009 Sudah terlaksana
3 Pelatihan teknik radiography 2009 Belum terlaksana
4 Pelatihan proteksi radiasi 2009 Belum terlaksana
5 Pelatihan operator CT-Scan 2009 Belum terlaksana
EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU

I. Prosedur

Prosedur evaluasi penilaian profesionalisme dalam pelayanan radiologi/ imaging dan


pengalaman etika profesi setiap staf untuk mencapai pelayanan yang bermutu.
Profesionalisme menyangkut kewenangan melakukan setiap tindakan dan penilaian hasil
pemeriksaan radiologi . Adapun mutu pelayanan didasarkan kepada standar pelayanan radiologi
yang ditetapkan rumah sakit.
Etika ditekankan pada etika profesi dalam melakukan tindakan, disamping itu juga
berhubungan dengan etika kedokteran pada umumnya.
Adapun cara mengevaluasi dan mengendalikan mutu dengan cara reject analisis sebab
ditolaknya hasil radiolografi kurang member informasi diagnostic . Reject analysis merupakan
bagian dari ruang lingkup manajemen kualitas gambar / imaging bidang radiologi.

II. Pengolahan dan analisa data

a. Prosentase film rusak satu bulan +/- 0.5 %


b. total film dipakai satu bulan +/- 800 lembar
c. Prosentase gambar radiografi baik 95 %
d. Prosentase Foto Rontgen terbaca 90 %
e. Prosentase Foto Rontgen tidak terbaca 10 %
f. Prosentase foto rontgen yang diulang 0,3 %

III. Faktor penyebab kesalahan adalah sebagai berikut

1 Faktor Eksposi
- Over eksposi
- Low eksposi
- FFD tidak memenuhi standart terlalu jauh / dekat dengan obyek.
- Arus listrik dan low voltage tidak mencapai 220volt

2. Positioning
- Penderita tidak simetris pada kasset
- penderita begerak pada saat eksposi

3. Film X Ray
- Film cacat / expired
- film terbakar karena doz bocor / terluka

4. Prosessing Film
- Suhu udara kamar gelap terlalu panas
- pencucian terlalu lama/ singkat
- artefak pada film
- prosedur pencucian tidak sesuai DOP
- Obat pencuci film sudah lemah

5. Intensifyng screen dan cacat film


- intensifying rusak
- permukaan intensifying kotor
- casset terbuka
-kasset kotor
6. Safety light
- Lampu terlalu terang sehingga film terbakar
- Lampu terlalu gelap sehingga tidak bisa evaluasi

7. Lain-lain
- Human error
- tidak memakai marker / salah marker
-pesawat error

Untuk mengoreksi kesalahan-kesalahantersebut di atas, maka harus ada pemecahan


terbaik. Yaitu dengan cara perencanaan terlebih dahulu dan pelaksanaan yng baik, cermat, dan
perlu adanya evaluasi yang berkelanjutan
Adapun komponen terakhir dalam kualitas gambar radiografi adalah :
a. Ketajaman : Baik
b. Kontras : baik
c. Resolusi : baik

Demikian evaluasi dan pengendalian mutu yang dapat dilakukan secara professional oleh
petugas pelayanan radiologi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto . dengan
keahliannya dan profesionalismetidak melupakan etika profesi dan etika kedokteran

Anda mungkin juga menyukai