Anda di halaman 1dari 41

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI RADIOLOGI

KLINIK UTAMA CAHAYA HUSADA- NAGAN RAYA


TAHUN 2021
PERATURAN DIREKTUR KLINIK UTAMA CAHAYA HUSADA-NAGAN RAYA
Nomor : 02/Klinik-CH/X/2021
Tentang :

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI

KLINIK UTAMA CAHAYA HUSADA-NAGAN RAYA

DIREKTUR KLINIK UTAMA CAHAYA HUSADA-NAGAN RAYA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan peningkatan mutu pelayanan di


Instalasi Radiologi Klinik Utama Cahaya Husada-Nagan Raya,
agar tercapai pelayanan yang optimal terarah dan terpadu bagi
masyarakat;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan maksud tersebut pada huruf


a, perlu menetapkan peraturan direktur Klinik Utama Cahaya
Husada-Nagan Raya tentang pelayanan Instalasi Radiologi
Klinik utama cahaya husada

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang


Ketenaganukliran;
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
3. Undang-undang Republik Indonesia No. 56 Th 2015 tentang
Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1014/Menkes/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
410/Menkes/SK/III/2010 sebagai perubahan atas Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1014/Menkes/SK/XI/2008 tentang
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA TENTANG


PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI
KLINIK UTAMA CAHAYA HUSADA-NAGAN
RAYA
KESATU :
Memberlakukan Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi
Klinik utama cahaya husadasebagaimana terlampir dalam
KEDUA : Surat Keputusan ini.
Pedoman sebagaimana dimaksud dalam diktum kesatu
agar digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di lingkungan Instalasi Radiologi
KETIGA : KLINIK UTAMA CAHAYA HUSADA-NAGAN
RAYA
KEEMPAT : Surat Keputusan ini akan dilakukan evaluasi maksimal 3
(tiga) tahun sejak tanggal ditetapkan
Apabila di dalam surat keputusan ini terdapat kekeliruan,
maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Nagan Raya


pada tanggal , 3 Oktober 2021
Direktur Klinik Utama Cahaya Husada

dr. Edi Hidayat,SpPD, FINASIM


Lampiran Keputusan

Direktur Klinik Utama Cahaya Husada

Nomor : 02/Klinik-CH/X/2021

Tanggal : 3 Oktober 2021

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI

KLINIK UTAMA CAHAYA HUSADA-NAGAN RAYA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatakan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkn kesehatan individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasaan
rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan
standar pelayanan rofesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan radiologi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan dan
pengobatan penyakit serta pemulihan kesehatan.
Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil pemeriksaan
radiologi digunakan untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan dan
pemantauan hasil pengobatan. Oleh Karena itu, hasil pemeriksaan radiologi harus
terjamin mutunya.
Untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan radiologi, mutlak perlu
dilaksanakan kegiatan pemantapan mutu (quality assurance), yang mencakup berbagai
komponen kegiatan. Salah satu komponen kegiatan adalah “ Praktek Pelayanan
Radiologi Yang Benar “.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka di Instalasi Radiologi perlu dibuat
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanakan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien
radiologi Klinik Utama Cahaya Husada.

B. Ruang Lingkup Pelayanan Radiologi

Pelayanan radiologi diagnostik di Klinik utama cahaya husada meliputi :

1. Pelayanan Radiodiagnostik

Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan

menggunakan radiasi pengion, di Klinik utama cahaya husadayaitu pelayanan

sinar-X konvensional.

2. Pelayanan Imejing Diagnostik

Pelayanan imejing diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis

dengan menggunakan radiasi non pengion, di Klinik utama cahaya husada yaitu

Ultrasonografi (USG).

C. Batasan Operasional

Radiologi adalah pelayanan penunjang medis untuk membantu menegakkan

diagnosa dokter dengan menggunakan radiasi pengion.

Radiografer adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal Teknik


Radiodiagnostik dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan
pemeriksaan radiologi sesuai dengan dasar ilmu dan kompetensi yang dimilikinya
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

D. Landasan Hukum

Pedoman ini disusun berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku yaitu:


1. UU No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. UU No. 10/1997 tentang Ketenagaan Nuklir
3. Undang – undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
4. Undang – undang RI Nomor: 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
5. Peraturan Pemerintah Nomor: 32 tahun 1996 tentang Kesehatan.
6. PP No 33/2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber
Radioaktif
7. PP No 29/2008 tentang Perijinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan
Bahan Nuklir
8. Permenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2002 tentang kesehatan lingkungan
9. Permenkes Nomor: 772/ MENKES/ SK/ VI/ 2002 tentang Pedoman Peraturan
Internal Rumah Sakit.
10. Kepmenkes EI Nomor: 129/ menkes/ SK/ II/ 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
11. Kepmenkes RI Nomor: 1014/ MENKES/ SK/ XI/ 2008 tentang Standar
Pelayanan Radiologi.
12. Kepmenkes No 410 /menkes/sk/III/2010 tentang perubahan kepmenkes No
1014/ menkes/sk/XI/2008 tentang standar pelayanan radiologi diagnostik
disarana pelayanan kesehatan
13. Permenkes No 780/menkes/per/VIII/2008 tentang penyelenggaraan pelayanan
radiologi
14. Permenkes no 357/Menkes/Per/2006 tentang Registrasi dan izin kerja
Radiografer
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Pelayanan radiologi yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh Sumber Daya Manusia
yang ada di dalamnya. Maka dari itu Instalasi Radiologi Klinik Utama Cahaya Husada
menentukan persyaratan kualifikasi tenaganya sebagai berikut:

A. Kepala Instalasi Radiologi

Nama Jabatan : Kepala Instalasi Radiologi

Unit Kerja : Penunjang Medis

Ikhtisar jabatan :

1. Memimpin instalasi radiologi


2. Membuat Program Kerja Instalasi Radiologi
3. Koordinasi dengan instalasi lain di Klinik Utama Cahaya Husada
4. Menyelenggarakan pelayanan radiologi baik diagnostik di instalasi yang dipimpin
5. Menghadiri setiap pertemuan yang diadakan oleh komite medis dan managemen
6. Memberikan usulan-usulan terhadap pengembangan radiologi
7. Melakukan pembacaan Foto rontgen
8. Melakukan pemeriksaan USG
9. Menerima konsultasi dengan dokter dan pasien maupun keluarga pasien
Syarat Jabatan :

1. Minimal S2 / Dokter Spesialis

2. Memiliki Surat Ijin Praktek (SIP)

B. Kepala Radiografer

Nama Jabatan : Kepala Radiografer

Unit Kerja : Instalasi Radiologi

Ikhtisar Jabatan :
1. Bertanggung jawab atas kelancaran pelayanan di instalasi radiologi

2. Melaporkan semua aktifitas yang ada di instalasi radiologi ( pasien hari ini dan

rencana pasien besok ) kepada Kepala Unit Radiologi

3. Melaporkan semua kejadian baik yang bersifat administratif maupun teknis

kepada Kepala Unit Radiologi

4. Membuat Jadwal Jaga di Instalasi Radiologi

5. Berkoordinasi dengan radiografer mengenai administrasi dan pelayanan di

instalasi radiologi

6. Membina suasana kerja yang kondusif dengan rekan kerja di instalasi radiologi

dan instalasi lain

7. Melakukan maintenance alat dan barang yang ada di instalasi radiologi

8. Mengecek stok alat dan bahan yang ada di instalasi radiologi

9. Mengajukan permohonan alat dan bahan habis pakai kepada Kepala unit

radiologi

10. Bertanggung jawab sebagai Quality Control terhadap hasil radiograf dan

membuat reject analysis.

11. Bertanggung jawab terhadap pengarsipan di instalasi radiologi (bekerjasama

dengan radiografer)

12. Membuat, mengecek dan merevisi inventarisasi alat dan bahan di instalasi

radiologi (ada penambahan atau pengurangan)

Syarat jabatan :

1. Minimal D3 Radiologi

2. Memiliki Surat Ijin Bekerja

3. Minimal pengalaman bekerja di radiologi 1 tahun


C. Penanggung jawab Proteksi Radiasi

Nama Jabatan : Petugas Proteksi Radiasi

Unit Kerja : Instalasi radiologi

Ikhtisar jabatan :

1. Memberikan instruksi teknis dan administratif secara lisan dan tulisan kepada

pekerja radiasi tentang keselamatan kerja radiasi yang baik.

2. Mengusahakan penyinaran serendah mungkin dan pengolahan limbah.

3. Mencegah perubahan terhadap pemanfaatan pesawat sinar-x.

4. Mencegah orang memasuki daerah radiasi.

5. Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan proteksi radiasi.

6. Menyarankan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi.

7. Memberikan penjelasan dan perlengkapan proteksi kepada pengunjung/pasien.

Syarat jabatan :

1. Minimal D-3 Radiologi

2. Mempunyai Surat Ijin Bekerja

3. Minimal bekerja di radiologi 1 tahun

D. Pelaksana Pekerja Radiasi / Radiografer

1. Melakukan pemeriksaan radiologi diagnostik sampai mendapatkan radiograf

yang representatif sesuai dengan SOP.

2. Memasukkan data pasien ke SIRUS dan membuat nota.

3. Memanfaatkan peralatan yang telah disediakan sesuai dengan SOP.

4. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri dan masyarakat di sekitar

pesawat sinar-x.
5. Melaporkan setiap kejadian yang menyangkut keselamatan radiasi kepada

Petugas Proteksi Radiasi.

6. Melaporkan gangguan kesehatan yang dirasakan selama bekerja di Unit

Radiologi.

7. Bertanggung jawab terhadap kualitas hasil Radiograf / Foto Rontgen.

8. Menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk Foto Rontgen.

9. Merawat dan memelihara pesawat sinar-x beserta seluruh perlengkapannya.

10.Membuat laporan – laporan meliputi :

a. Laporan Pasien Bulanan

b. Laporan Rekap Pasien Radiologi per pemeriksaan

c. Laporan Pemakaian Film Rontgen

d. Laporan Pemakaian Larutan Developer – Fixer

11.Bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapihan Instalasi Radiologi.

Syarat Jabatan :

1. Pendidikan minimal D-3 radiologi

2. Mempunyai Surat Ijin Bekerja

3. Lulus masa orientasi di radiologi

E. Kebutuhan dan Distribusi Tenaga Radiologi

1. Kebutuhan tenaga berdasar perhitungan beban kerja riil di lapangan :

a. DATA :

1) Jumlah jam kerja 7 jam = 420 menit

Persiapan alat dll = 60 menit

Sehingga waktu efektif = 360 menit

2) Kebutuhan waktu untuk pembuatan foto rontgen


Pembuatan satu foto sederhana = 10 menit

Pembuatan satu foto sedang = 20 menit

Rata-rata satu foto rontgen dibutuhkan waktu = 15 menit

3) Rata-rata pasien

Rontgen foto sederhana/hari = 7 pasien

Rontgen foto sedang/hari = 5 pasien

Sehingga rata-rata pasien/hari = 12 pasien

b. Kebutuhan untuk pemeriksaan

1) Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan adalah :

Jumlah pasien x waktu yang dibutuhkan = 12 x 15 = 180 menit

2) Tenaga yang dibutuhkan untuk pemeriksaan adalah :

Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan / jam kerja efektif

= 180/360

=0,5 (dibulatkan 1 orang)

Kunjungan pasien radiologi 70 % adalah datang saat shift siang,


sehingga perhitungan diatas adalah kebutuhan tenaga shift siang.
Sehingga untuk shift siang dan malam dibutuhkan masing-masing
shift 1 orang juga.

Masih ada kebutuhan tenaga lagi yaitu untuk asisten Ultrasonografi


sejumlah 1 orang saat shift siang.

Maka secara keseluruhan adalah:

1. Tenaga radiographer shift pagi = 1 orang

2. Tenaga radiographer shift siang = 1 orang

3. Tenaga radiographer shift malam = 1 orang


Jumlah kebutuhan tenaga = 3 orang

2. Sedangkan bila dihitung berdasarkan peraturan dari kemenkes RI adalah bahwa


setiap alat sinar-x harus memiliki 2 orang tenaga. Di Instalasi radiologi Klinik
Utama Cahaya Husada Nagan Raya, alat yang dimiliki adalah 1 unit dan tenaga
ada 3 orang

3. Analog dengan perhitungan di nomor satu (1), setiap dokter hanya bisa
melayani pasien 7 orang/hari. Maka untuk kebutuhan tenaga dokter spesialis
radiologi /dokter spesialis penyakit dalamadalah 1 orang/dokter penyakit dalam

4. Sehingga berdasar perhitungan diatas kebutuhan tenaga adalah

a. Tenaga radiographer sudah cukup

b. Tenaga dokter (spesialis radiologi) sudah cukup

Tabel 1. Pola Ketenagaan Radiologi

Pendidikan Pola ketenagaan SDM Terkini ket


Sarjana = 1
Dinas pagi = 1 Dinas pagi = 1
D3- radiologi = 3 Cukup
Dinas sore = 1 Dinas sore = 1
Dinas malam = 1 Dinas malam = 1

Dari tenaga yang ada di Instalasi Radiologi didistribusikan sebagai berikut :


Tabel 2. Distribusi Tenaga Radiologi
No Nama Pendidikan Distribusi
1. Spesialis
Dr. Edi Hidayat, SpPD, FINASIM
Penyakit Dalam Ka. Instalasi

2 Syarifah Khairani, S.ST Kepala


D-3 Radiologi
Radiografer
3 Syarifah Khairani, S.ST D-3 Radiologi PPR

4 Meri Julita, Amd. Rad D-3 Radiologi Pelaksana


pemeriksaan

5 Cut Amalia Riska, Amd. Rad D-3 Radiologi Pelaksana


pemeriksaan

6 Santi Utami, Amd. Rad D-3 Radiologi Pelaksanan


pemeriksaan
BAB III
STANDAR FASILITAS

a. lokasi

Lokasi gedung radiologi yang ideal terletak dekat dengan ruang rawat inap, IGD,

Poli serta ruangan lainnya dengan memperhatikan kemudahan aksesbilitas pasien

untuk mencapai lokasi. Instalasi radiologi Klinik Utama Cahaya Husada berada di

area poliklinik

Kebutuhan Ruang

1. Ruang Penyinaran atau Ruang X-Ray

Ukuran ruangan disesuaikan dengan kebutuhan atau besarnya alat. Alat

dengan kekuatan s/d 125 kV memerlukan ruangan sebesar 4 meter (p) x3


meter (l) x 2.8 meter (t) sedangkan untuk ruangan dengan kekuatan lebih dari

125 kV memerlukan ruangan sebesar 6.5 meter (p) x 4 meter (l) x 2.8 meter

(t).

2. Ruang Ultra Sonografi (USG)

Ukuran 4 meter (p) x3 meter (l) x 2.7 meter (t) dengan perlengkapan meja dan

tempat tidur serta kursi pasien diruang penyakit dalam dan ruangan kebidanan

3. Ruang Baca dan Konsultasi Dokter

Terpisah dengan ruang pemeriksaan. Luas disesuaikan dengan kebutuhan

minimal 2 meter (l) x 2.7 meter (t) untuk menampung 1 buah meja kerja, 2

buah kursi serta 1 buah almari. Ruang baca harus dilengkapi dengan Light

Case.

4. Ruang Ganti Pakaian

Ada di sudut ruang pemeriksaan dengan luas disesuaikan dengan kebutuhan,

minimal 1 meter (p) x 1.5 meter (l) x 2.7 meter (t) dan dilengkapi dengan

lemari atau locker.

5. Kamar Mandi

Ada di ruang pemeriksaan konvensional dengan ukuran minimal 1.5 meter (p)

x 1 meter (l) x 2.7 meter (t).

6. Kamar Gelap

Terdiri dari daerah kering dan basah. Lantai tidak licin dilengkapi dengan

exhaust fan yang kedap cahaya, safety light, dan ID Printer dan Automatic

Processor.

7. Ruang Lain

Ruang tunggu pasien.


8. Di Klinik Utama Cahaya Husada, fasilitas ruangan meliputi :

1. Ruang untuk penyinaran berukuran 6 m x 5 m

2. Ruang Kontrol dan administrasi

3. Ruang baca dan konsultasi dokter yang dilengkapi dengan light case

menjadi satu dengan ruang USG

4. Kamar mandi pasien.

5. Kamar gelap yang dilengkapi dengan exhaust fan, safety light, dan

Automatic Processor.

A. Standar Ruang

Dinding terbuat dari beton dengan ukuran 15 cm dan dilapisi oleh timah hitam
setebal 2 mm.

Dinding terbuat dari bahan halus, keras, dan tidak bereaksi secara kimiawi
baik terhadap zat pengotor dan terhadap zat pembersih.

Dinding ruang radiologi di Instalasi Radiologi Klinik Utama Cahaya Husada


terbuat dari beton setebal 15 cm yang dilapisi Pb setebal 2 mm dan untuk pintunya
juga dilapisi Pb 2 mm.

B. Standar Fasilitas

Standar fasilitas berdasarkan

Fasilitas dan peralatan yang tersedia dalam pelayanan radiologi merupakan

dukungan bagi terlaksananya pelayanan radiologi yang optimal di rumah sakit.

Jenis Peralatan Standar Kemenkes 410 tahun Peralatan yang ada di Klinik

2010 Utama Cahaya Husada


USG Multi purpose color dopler, USG 4 dimensi multi

Transducer Linier dab curve purpose, color dopler, USG

2.5-10 mHz dengan monitor Transvaginal


dan printer.
Pesawat X ray Analog X-ray fixed unit dan Analog X ray dengan

atau digital dengan kapasitas kapasitas 40 – 125 kV, 500

40-150 kV dan minimal 500 mA, meja stasioner dengan

mA. Meja stasioner dengan bucky dan bucky stand,

bucky dan bucky stand, High High X-ray voltage

X-ray voltage generator 40- generator 40-125 kV serta

150 kV serta Generator Generator


Peralatan Lead apron setebal 0.25-0.5 Peralatan proteksi radiasi

proteksi radiasi mmPb, sarung lead apron sebanyak 2 buah,

tangan,pelindung tiroid, tabir kacamata Pb, pelindung

mobile, pelindung gonad gonad dan pelindung thyroid

masing-masing 1 buah
Perlengkapan Film Badge atau TLD yang Film badge 6 unit dan 1 film

Proteksi disesuaikan dengan jumlah control

Radiasi pekerja., survei meter, digital

pocket
Perlengkapan Kamar gelap dan ID camera Automatic Processor Merk

kamar gelap Viewing Box double atau Kodak Type MXP 102

single tank
Quality beam alignment test tool, 1 termometer digital

Assurance dan densitometer, sensitometer, 1 pH meter

Quality collimator tool,Automatic

Control beam analyzer, safety light

test, thermometer untuk cairan

processing film, alat pengukur

suhu dan kelembapan ruangan


yang disesuaikan dengan

kebutuhan.

Emergency Kit Emergency Kit dengan Emergency kit

peralatan dan obat-obatan

untuk RJP sesuai dengan

standar anestesi

C. Pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi alat

Pemeliharaan dilakukan setiap hari oleh petugas radiologi dengan cara

dibersihkan. Perbaikan alat oleh petugas elektromedis atau teknisi yang sudah

ditunjuk oleh rumah sakit. Uji Kesesuaian oleh Lembaga berkualifikasi swasta yang

ditunjuk oleh BAPETEN medan .


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran Pemeriksaan

1. Pendaftaran Pasien Rawat Jalan

a. Petugas radiologi menerima formulir permintaan pemeriksaan dari pasien


poliklinik dan melakukan verifikasi identifikasi pasien dengan Formulir
Permintaan pemeriksaan atau Surat Permintaan.
b. Memasukkan data semua pasien yang akan rontgen dengan baik dan benar
pada buku Register Pasien dan ke dalam sistem informasi rumah sakit (SIRS),
yang meliputi data pasien dan jenis pemeriksaan yang diminta oleh klinisi/
dokter pengirim sebagai berikut :

i. Tanggal permintaan
ii. Nama pasien
iii. Tanggal lahir
iv. Jenis kelamin
v. Asal Poliklinik (Penyakit Dalam, Bedah, Ginekologi, dll)
vi. Nomor telepon atau handphone pasien
vii. Pemeriksaan rontgen/ USG yang diminta
viii. Nomor Rekam Medik
ix. Nomor Register radiologi
x. Dokter pengirim
xi. Diagnosa/keterangan klinis

c. Petugas Radiologi membuatkan nota biaya pemeriksaan untuk pasien umum/


tanpa jaminan dan membuat kuitansi pembayaran yang dibayarkan oleh
keluarga pasien ke kasir.

2. Pendaftaran Pasien Rawat Inap

a. Petugas administrasi menerima formulir permintaan pemeriksaan dari pasien


bangsal dan melakukan verifikasi identifikasi pasien dengan Surat Permintaan
Pemeriksaan.
b. Petugas administrasi mengakses data pasien Rawat Inap dan jenis pemeriksaan
yang diminta oleh klinisi/dokter pengirim dengan melakukan identifikasi
secara baik dan benar ke dalam sistem informasi rumah sakit yang meliputi
data pasien dan jenis pemeriksaan yang diminta oleh klinisi sebagai berikut :

i. Tanggal permintaan
ii. Nama pasien
iii. Tanggal lahir
iv. Jenis kelamin
v. Asal Pasien ( Ruang Rawat Inap)
vi. Pemeriksaan radiologi / USG yang diminta
vii. Nomor Rekam Medik
viii. Nomor Register radiologi
ix. Dokter pengirim
x. Diagnosis/keterangan klinis.

B. Jenis layanan

Pemerikasaan radiologi yang bisa dilakukan di Klinik Utama Cahaya Husada adalah
1. Pemeriksaan Radiologi Diagnostik
Rontgen – Manus

Rontgen – wrist joint

Rontgen – antebrachia

Rontgen – elbow joint

Rontgen – humerus

Rontgen – clavicula

Rontgen – pedis

Rontgen – ankle joint

Rontgen – calcaneus

Rontgen – digiti

Rontgen – thorax anak

Rontgen – Nassal

Rontgen – shoulder joint

Rontgen – scapula

Rontgen – cruris

Rontgen – genu

Rontgen – femur

Rontgen – hip joint

Rontgen – pelvis

Rontgen – abdomen 1 posisi

Rontgen – thorax dewasa

Rontgen – mandibula

Rongen – Thorax 2 posisi

Rontgen – abdomen 2 posisi

Rontgen – vert. cervical 2 posisi

Rontgen – vert. thoracal 2 posisi

Rontgen – vert. lumbal 2 posisi


Rontgen – cranium 2 posisi

Rontgen – waters

Rontgen – schuller

Rontgen – townes

Rontgen – Caldwell

Rontgen – orbita/rheese

Rontgen – eisler 1 posisi

Rontgen – TMJ

Rontgen – abdomen 3 posisi

Rontgen – vert. thoraco-lumbal

Rontgen – vert. vervical 4 posisi

Rontgen – SPN Waters + Caldwell

Rontgen – cranium 3 posisi

Rontgen – eisler kanan + kiri

2. Pemeriksaan Radiologi diagnostic dengan kontras

Rontgen – BNO_IVP

Rontgen – Colon In Loop

Rontgen – OMD

Rontgen – Appendicogram

Rontgen – Urethrografi

Rontgen – Urethrocystrografi

Rontgen Cystografi

Rontgen – HSG

3. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)

USG – Abdomen

USG - Appendix

USG – Thyroid
USG - USG Mammae

USG - Urologi

USG - Muskuloskeletal

USG - Testis

USG - Vascular

C. Persiapan Pemeriksaan
1. Untuk pemeriksaan tanpa menggunakan media kontras tidak memerlukan
persiapan khusus, hanya melepaskan barang yang dapat menimbulkan artefak atau
mengganggu gambaran radiologi seperti kalung, gelang, cincin, anting-anting atau
BH.
2. Untuk pemeriksaan menggunakan media kontras seperti BNO-IVP, colon in loop
perlu dilakukan persiapan khusus, meliputi :
a.2 hari sebelum pemeriksaan pasien diminta untuk makan makanan rendah
serat , seperti bubur kecap dan minum air putih.
b.Malam hari sebelum pemeriksaan pasien diminta untuk urus-urus dengan
minum dulcolax tablet. Pagi hari pasien memasukkan dulcolax supp
melalui anus dan dilakukan lavement.
c.Selama persiapan, pasien dianjurkan untuk mengurangi bicara dan merokok
untuk mengurangi udara dalam usus.
d.Untuk pemeriksaan BNO IVP hasil ureum kreatinin harus dalam batas normal
e.Pasien datang ke unit radiologi untuk dilakukan pemeriksaan, dan sebelum
pemeriksaan dimulai pasien diminta buang air kecil untuk mengosongkan
blast (kandung kemih).
f.Penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan serta penandatanganan informed consent.
3. Untuk pemeriksaan cystografi pasien sudah terpasang selang kateter dari
ruang rawat inap ataupun dari poliklinik
4. Untuk pemeriksaan OMD pasien puasa minimal 6 jam sebelum pemeriksaan
5. Untuk pemeriksaan Appendycogram pasien minum barium 10 jam sebelum
pemeriksaan kemudian puasa dan tidak buang air besar
6. Untuk pemeriksaan HSG:
a. Penderita sejak hari pertama menstruasi yang terakhir sampai hari
kesepuluh tidak diperkenankan melakukan persetubuhan (koitus) terlebih
dahulu.
b. Sebelum pemeriksaan yang dilakukan penderita untuk buang air kecil
terlebih dahulu untuk menghindari agar penderita tidak buang air selama
jalannya pemeriksaan sehingga pemeriksaan tidak terganggu dan berjalan
lancar.
c. Berikan penjelasan pada pasien maksud dan tujuan pemeriksaan yang akan
dilakukan, serta jalannya pemeriksaan agar pasien merasa aman dan
tenang sehingga dapat diajak kerjasama demi kelancaran pemeriksaan
7. Untuk pemeriksaan USG Abdomen juga diperlukan persiapan khusus,
meliputi :
a.Pasien puasa 6-8 jam sebelum pemeriksaan hanya boleh minum air putih dan
tahan kencing 2-4 jam sebelum pemeriksaan.
b.Jika pasien sudah terpasang kateter maka 1 jam sebelum pemeriksaan USG,
kateter di klem terlebih dahulu.

D. Persiapan Alat dan Bahan

1. Pemeriksaan BNO IVP

a.Peralatan Steril

1) Wings needle

2) spuit 20 cc (2 buah)

3) kapas alcohol

b. Media kontras iopamiro 1ml/kg BB

c. Peralatan non Steril

1) Pesawat rontgen

2) Plester

3) Marker R/L dan marker waktu


4) Obat - obatan emergency (antisipasi alergi media kontras)

5) Baju pasien

6) Torniquet

7) Kaset dan film ukuran 24x30 dan 30x40

2. Pemeriksaan Cystografi

Berikut alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam pemeriksaan cystografi :


a. Pesawat Rontgen

b. Plester

c. Kontras Media

d. Klem

e. Spuit 100 ml

f. Kaset ukuran 24x30 dan 18 x 24

g. Aquadest

h. Mangkok tempat mencampur kontras

3. Pemeriksaan colon in loop

a. Peralatan steril

1) Kateter

2) Spuit 20 cc

3) Hand scoon

b. Peralatan non steril

1) Barium sulfat

2) Pesawat rontgen
3) Air Mineral

4) Klem

5) Masker

6) Underpad

7) Spuit 200 cc

8) Kaset dengan ukuran yang disesuaikan kebutuhan

4. Pemeriksaan OMD

a. Barium sulfat

b. Minuman berkarbonasi (sprite)

c. Air Mineral

d. Gelas

e. Sendok

f. Tisu

g. Kaset dengan ukuran sesuai kebutuhan

5. Pemeriksaan Oeshophagografi

a. Barium sulfat

b. Minuman berkarbonasi (sprite)

c. Air Mineral

d. Gelas

e. Sendok

f. Tisu

g. Kaset dengan ukuran sesuai kebutuhan


6. Pemeriksaan HSG

a. Peralatan steril

1) HSG set

2) Duk steril

3) Handscoon

4) Media kontras

5) Spuit 20 cc

6) Kateter

7) Kom Kecil

8) Klem

9) Sonde Uteri

10) Spekulum kecil

11) Kasa

b. Peralatan non steril

1) Kaset

2) Pesawat rontgen

3) Betadin

4) Apron

5) Alkohol

6) Lampu sorot

E. Pelaksanaan Pemeriksaan

SPO Pemeriksaan terlampir


F. Pencucian Film
Setelah film mendapat penyinaran dengan sinar-X, langkah selanjutnya adalah
film tersebut harus diolah atau diproses di dalam kamar gelap agar diperoleh
gambaran radiografi yang permanen dan tampak. Tahapan pengolahan film secara
utuh terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing),
pencucian (washing), dan pengeringan (drying).
1. Pembangkitan (developing)
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini
perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan
adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat
penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi
bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat
penyinaran tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini
berperan dalam penghitaman bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai
dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film. Sedangkan yang tidak
mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida
inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.
2. Pembilasan (rinsing)
Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film
dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit akan
terbawa pada permukaan film dan juga di dalam emulsi filmnya. Cairan pembilas
akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam
proses selanjutnya.
3. Penetapan (fixing)
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan
menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah
gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya
menjadi perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam air kemudian
selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian.
4. Pencucian (washing)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan
garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam
air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang
digunakan selalu dalam keadaan bersih.

5. Pengeringan (drying)

Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah
untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses
pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu,
endapan kristal, noda, dan artefak.
Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan
udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara,
kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.

G. Pemberian Expertise

Expertise adalah hasil bacaan rontgen yang sudah dibaca oleh dokter spesialis
Radiologi.
Pemberian ekspertise dilakukan oleh dokter spesialis radiologi /dokter spesialis
penyakit dalam dengan standar sebagai berikut:
1. Di dalam jam kerja (07.00 – 14.00 WIB).
Pemberian ekspertise di dalam jam kerja diberikan di ruang ekspertise radiologi.
2. Di luar jam kerja (14.00 – 07.00 WIB).
Pemberian ekspertise diluar jam kerja hanya untuk pemeriksaan Cito. Fasilitas dan
biaya yang timbul menjadi tanggung jawab rumah sakit.
Prosedurnya adalah:
a. Ruangan pasien dirawat menghubungi radiologi.
b. Petugas radiologi menghubungi dokter spesialis radiologi /dokter spesialis penyakit
dalamtentang posisi berada dimana serta menanyakan bisa datang atau foto yang
diantar ke dokter atau melalui teknologi WA atau email dll.
c. Bila harus diantar/dijemput, Petugas menghubungi sopir rumah sakit.

H. Penyerahan Hasil
 Rawat Jalan
Hasil rontgen untuk pasien rawat jalan diserahkan langsung ke pasien atau
keluarga pasien dengan menunjukan tanda bukti pembayaran dan menulis di buku
pengambilan rontgen
 Rawat inap
Hasil rontgen untuk pasien rawat inap diambil oleh petugas rawat inap di bagian
radiologi. Dengan menulis di buku pengambilan rontgen rawat inap.

I. Pengelolaan Limbah
Limbah Radiologi dibagi menjadi 2 yaitu limbah medis dan limbah tidak medis.
1. Limbah medis
- Limbah medis cair
Limbah medis cair dibuang ke medivest
- Limbah medis padat
Limbah medis padat dibuang pada tempat sampah medis yang sudah disiapkan
dan dibuang ke medivest
- Limbah medis spuit
Limbah medis spuit ditutup lagi dan kemudian dibuang pada Safety Box yang
terpisah dan dibuang ke medivest
2. Limbah non medis
Limbah non medis dibuang pada tempat sampah non medis yang sudah
disediakan.

BAB V
LOGISTIK

A. Perencanaan logistik Instalasi Radiologi

Perencanaan logistik terdiri dari 2 yaitu :


1. Perencanaan operasional yaitu rencana logistik untuk kebutuhan rutin atau
reguler dalam kurun waktu 1 bulan.

a. Kebutuhan logistik didasarkan pada jumlah kebutuhan stok yang harus tersedia
setiap bulan.
b. Petugas Logistik melakukan stock opname setiap akhir bulan.
c. Merencanakan kebutuhan logistik untuk jangka waktu 1 bulan dan membuat
pengajuan permintaan ke bagian logistik instalasi farmasi.

2. Perencanaan taktis yaitu perencanaan dalam hal tak terduga/darurat.


a. Kebutuhan logistik didasarkan pada keadaan dimana akan dilaksanakan
medical cek up atau keadaan bencana.
b. Koordinator membuat pengajuan permintaan ke bagian logistik farmasi.
c. Dalam hal penggantian spare part peralatan yang rusak, kepala bagian
mengajukan permintaan ke Direktur disertai dengan bukti rekomendasi dari
elektro medik untuk selanjutnya didisposisi ke bagian pengadaan.

B. Pengadaan Logistik Radiologi

Pengadaan logistik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :


1. Jenis dan jumlah film maupun larutan dan bahan lain yang harus tersedia di radiologi.

2. Tingkat persediaan

a. Tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan yaitu jumlah
persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.
b. Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk
memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari
pembekal atau penyimpanan umum.
c. Safety stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan-
bahan yang dibutuhkan atau sering terlambat diterima dari pemasok.

3. Perkiraan jumlah kebutuhan

Dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau pembelian bahan periode


bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode bulan yang akan
datang. Jumlah rata-rata pemakaian bahan untuk setiap bulan dicatat.

4. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time)


Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima
dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat.

C. Penerimaan Perbekalan Radiologi


Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan radiologi yang telah dipesan.
Penerimaan perbekalan radiologi dari rekanan langsung ke bagian radiologi. Yang harus
dilakukan pada saat menerima perbekalan radiologi adalah :
1. Cek kesesuaian jumlah dan jenis barang yang datang sesuai dengan pesanan
2. Cek masa kadaluwarsa cairan developer, fIxer dan film rontgen
3. Pastikan barang diterima dalam kondisi baik / tidak rusak
4. Tulis tanggal penerimaan barang, di kartu stok perbekalan

D. Penyimpanan Perbekalan Radiologi


Barang diambil setiap bulan, dan penyimpanan dilakukan ruang radiologi. Kecuali obat-
obatan dan media kontras disimpan di instalasi farmasi dan bila akan menggunakan
dilakukan peresepan oleh dokter spesialis radiologi.

 Suhu dan stabilitasnya


Udara dingin dan kering
Ventilasi udara cukup
Temperature 20 derajat celcius
Kelembapan udara maksimal 50% dalam keadaan dingin dan kering
 Film harus di simpan secara tegak lurus
1. Metode penyimpanan
1) First In First Out (FIFO)
Barang yang masuk terlebih dahulu, dipakai terlebih dahulu
2) First Expire Date First Out (FEFO)
Barang yang memiliki waktu kadaluwarsa terlebih dahulu, dipakai terlebih
dahulu
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang seharusnya
dilakukan.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD
C. Tatalaksana Keselamatan Pasien
Kegiatan keselamatan pasien di Klinik Utama Cahaya Husada dilakukan melalui
monitoring indikator mutu tiap unit kerja terutama yang berhubungan dengan
keselamatan pasien, tindakan preventif, pengendalian proses/produk tidak sesuai,
tindakan korektif dan audit mutu internal.
1. Monitoring Indikator Mutu Pelayanan
Merupakan kegiatan asesmen resiko. Secara rinci indikator mutu pelayanan
rumah sakit dan unit kerja dijelaskan pada pedoman mutu pelayanan rumah
sakit dan unit kerja. Bila terjadi penyimpangan atau terjadi kejadian tidak
diinginkan kepala instalasi melaporkan pada pertemuan manejemen seperti
diatur pada tindakan preventif.

2. Tindakan Preventif
Merupakan sistem yang diharapkan bisa mencegah terjadinya kejadian-kejadian
tidak diharap akibat kesalahan melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Tindakan preventif dilakukan
melalui :
a. pencegahan kejadian tidak diinginkan dan peralatan yang memenuhi
standar K3
b. Pertemuan rutin di rapat struktural
c. Evaluasi prosedur secara berkala dan terus menerus.
d. Audit internal.

3. Pengendalian proses/produk tidak sesuai.


Merupakan tindakan identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien. Identifikasinya melalui :
a. audit mutu internal
b. audit mutu ekstrenal
c. temuan oleh menejemen.
d. Laporan pelanggan
Laporan identifikasi ditindaklanjuti dengan rapat tertutup Direksi dan kepala
bagian, Ketua komite dan unit terkait untuk menemukan akar masalahnya dan
jalan keluarnya yang terbaik. Kemudian seorang kepala bidang melakukan
perbaikan melalui tindakan korektif.

4. Tindakan korektif
Merupakan tindakan pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serat implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko. Tindakan korektif merupakan tindak lanjut dari rapat tertutup
setelah ada inspeksi dan verifikasi.

5. Audit mutu internal


Dilakukan secara berkala dan terus menerus tiap 6 bulan. Sedang audit eksternal
dilakukan setiap 1 tahun. Hal ini dilakukan untuk menilai proses dan sasaran
mutu termasuk keselamatan pasien di dalamnya.

D. Sasaran Keselamatan Pasien Radiologi


1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan Pasien Infeksi
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
7. Penggunaan dosis radiasi yang tepat
8. Penggunaan apron bagi pasien dan keluarga pasien
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Radiasi yang digunakan di Radiologi di samping bermanfaat untuk membantu


menegakkan diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat
umum yang berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan
oleh jarak dari sumber radiasi, waktu (lamanya penyinaran) dan perisai (shielding)
Upaya untuk melindungi pekerja radiasi serta masyarakat umum dari ancaman bahaya
radiasi dapat dilakukan dengan cara :

1. Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi tidak melebihi
batas-batas yang dianggap aman.
2. Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi radiasi yang tepat
dalam jumlah yang cukup.
3. Melengkapi setiap pekerja radiasi dan pekerja lainnya yang karena bidang
pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi dengan alat monitor radiasi.
4. Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan radiasi.
5. Membuat dan melaksanakan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik dan aman.
PROTEKSI RADIASI

A. Pengertian
Merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah kesehatan manusia
maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang
atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya terhadap kemungkinan yang
merugikan kesehatan akibat paparan radiasi, sementara kegiatan yang diperlukan pada
pemakaian sumber radiasi masih tetap dapat dilakukan.

B. Tujuan Proteksi Radiasi


Mencegah terjadinya efek non stokastik dan membatasi peluang terjadinya efek
stokastik serta melindungi pekerja radiasi, pasien dan masyarakat umum dari bahaya
radiasi yang berasal dari sumber radiasi.

.
C. Proteksi Radiasi Bagi Pekerja Radiasi

Perlindungan bagi pekerja radiasi dari bahaya radiasi


1. Petugas menggunakan personal monitoring (Film Badge) Film Badge
akan dikirim ke LPFK tiap 1 bulan sekali guna mengetahui nilai dosis
yang diterima oleh pekerja radiasi selama 1 bulan.
2. Berada dibalik tabir/ dinding yang telah memenuhi persyaratan proteksi
saat melakukan exposi.
3. Jarak antara panel kontrol dengan pesawat sinar X ditempatkan sejauh
mungkin dan diberi perisai/tabir proteksi radiasi
4. Menghindari memegangi pasien selama penyinaran, kalaupun terpaksa
harus ikut memegangi pasien petugas harus mengenakan pelindung diri
(apron)
5. Petugas radiasi melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala 1 tahun
sekali
D. Proteksi Radiasi Bagi Petugas Non Radiasi

Perlindungan bagi petugas non radiasi dari bahaya radiasi yang bekerja di
lingkungan radiologi
1. Berdiri di balik perisai timbal saat sedang dilakukan exspause/ perawat
berada di luar ruang pemeriksaan rontgen
2. Jika dibutuhkan untuk membantu memegangi pasien petugas non radiasi
harus mengenakan pelindung diri (apron)

E. Proteksi radiasi keluarga pasien dan masyarakat umum


Perlindungan bagi pasien dan masyarakat umum dari bahaya radiasi
1. Pasien

a. Pemeriksaan dengan menggunakan radiasi hanya boleh dilakukan


jika ada permintaan dari dokter dengan indikasi/diagnosa yang
kuat
b. Menggunakan faktor eksposi yang tepat (meliputi : kV, mA,
Second, dan jarak) untuk meminimalisir terjadinya pengulangan
foto
c. Membatasi luas lapangan penyinaran hanya seluas objek yang
akan diperiksa
d. Untuk membantu memegangi pasien anak-anak/orang yang
lemah pada saat penyinaran harus dilakukan oleh orang dewasa
sebagai keluarga dan harus dikenakan apron bagi mereka
2. Masyarakat umum
a. Menutup pintu ruang pemeriksaan pada saat pemeriksaan
dilakukan
b. Memberi tanda bahaya radiasi pada pintu ruang pemeriksaan
berupa lampu merah dan lambang radiasi serta tulisan ”AWAS
RADIASI” dan ”IBU HAMIL DILARANG MASUK”
c. Selama penyinaran orang-orang yang tidak berkepentingan tidak
diperkenankan berada diruang pemeriksaan
d. Memberi peringatan untuk ibu hamil (sebagai pasien/pengantar
pasien) agar memberitahu petugas sebelum dirontgen
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap radiologi untuk


menjamin mutu dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3 RS ) yang meliputi :
1. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan

2. Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim pengendalian bahaya radiasi

A. Unsur – Unsur Yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan :

a. Input : tenaga/sumber daya manusia, sarana dan prasarana, ketersediaan data

b. Proses : tindakan yang dilakukan oleh seluruh staf radiologi

c. Lingkungan : Kebijakan, organisasi, manajemen

d. Standar-standar yang digunakan (SPM yang ditetapkan oleh lembaga yang


berwenang atau institusi lain yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan )

B. Tahap Program Pengendalian Mutu

a. Mendefinisikan kualitas pelayanan radiologi yang diinginkan dalam bentuk


kriteria

b. Penilaian kualitas pelayanan radiologi yang sedang berjalan berdasarkan kriteria


yang telah ditetapkan

c. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila diperlukan

d. Penilaian ulang kualitas pelayanan radiologi

e. Update kriteria
C. Langkah - Langkah Dalam Aplikasi Pengendalian Mutu :

a. Memilih subyek dari program

b. Mendefinisikan kriteria suatu pelayanan radiologi sesuai dengan kualitas


pelayanan yang diinginkan

c. Mensosialisasikan kriteria pelayanan radiologi yang dikehendaki

d. Dilakukan sebelum program dimulai dan disosialisasikan pada semua personil


serta menjalin konsensus dan komitmen bersama untuk mencapainya

e. Melakukan evaluasi terhadap mutu pelayanan yang sedang berjalan menggunakan


kriteria

f. Bila ditemukan kekurangan memastikan penyebab dari kekurangan tersebut

g. Merencanakan formula untuk menghilangkan kekurangan

h. Mengimplementasikan formula yang telah direncanakan

i. Reevaluasi dari mutu pelayanan radiologi

D. Indikator dan Kriteria

Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan indikator,


suatu alat / tolak ukur yang hasilnya menunjukkan pada ukuran kepatuhan terhadap
standar yang telah ditetapkan. Makin sesuai yang diukur dengan indikatornya, makin
sesuai pula hasil suatu pekerjaan dengan standarnya
Indikator yang baik memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Sesuai dengan tujuan

2. Informasinya mudah didapat

3. Singkat, jelas, lengkap dan tidak menimbulkan berbagai interpretasi

4. Rasional

Indikator Standar pelayanan minimal bagian radiologi :


1. Pemberi pelayanan radiologi

2. Ketersediaan fasilitas dan peralatan radiologi

3. Waktu tunggu hasil pelayanan foto thorax

4. Kerusakan foto

5. Tidak adanya kejadian kesalahan


6. Pelaksana expertisi hasil pemeriksaan rontgen

7. Kepuasan pasien terhadap pelayanan radiologi

BAB IX
PENUTUP

Dalam menjalankan pelayanan radiologi diharapkan petugas radiologi dapat

melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku yang berlaku

dan standar profesi petugas radiologi sehingga dapat mewujudkan pelayanan radiologi

yang maksimal.

Pedoman pelayanan radiologi ini dapat menjadi acuan dalam perencanaan,

penyelenggaraan, pengembangan, pembinaan dan pengawasan bagi semua pihak

terkait termasuk organisasi profesi di berbagai tingkatan untuk mencapai pelayanan

radiologi yang bermutu, tepat, aman, akurat, komprehensif, terpadu, merata, dan

terjangkau.

Anda mungkin juga menyukai