LATAR BELAKANG
Pemahaman oleh sebagian besar masyarakat sains nuklir yang bekerja di bagian radiologi
rumah sakit, khususnya Radiografer bahwa PPR merupakan suatu profesi yang sama dengan
profesi lain, hal ini dapat menjadi masuk akal karena pada umumnya PPR adalah tenaga kesehatan
yang berasal dari bagian radiologi. Namun pendapat ini suatu hal yang keliru karena tidak sesuai
dengan fakta juridis sebagaimana diatur dalam UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran,
PPR adalah suatu kedudukan sesuai tanggung jawab. Demikian halnya dalam ketentuan umum PP
No. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif,
dijelaskan bahwa PPR adalah petugas yang ditunjuk oleh PI dan oleh BAPETEN dinyatakan
mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi radiasi. Namun demikian
seseorang dapat menjadi PPR harus terlebih dahulu menjadi personil yang profesional bahkan
secara ideal yang bersangkutan telah memiliki pengetahuan yang komprehensif terkait dengan
tanggung jawab yang dipikulnya dalam hal penerapan proteksi radiasi sedemikian sehingga dapat
menjamin terselenggaranya keselamatan radiasi hingga terwujudnya budaya keselamatan.
Terminologi Keselamatan Radiasi atau Keselamatan Radiologik dan Proteksi Radiasi atau Proteksi
Radiologik adalah sering digunakan secara bersamaan yang dapat dipertukarkan sebagai contoh,
Petugas Proteksi Radiasi-PPR (Radiation Protection Officer-RPO) atau Petugas Keselamatan
Radiasi-PKR (Radiation Safety Officer-RSO).
Kebijakan BAPETEN mengenai PPR di Bidang Medik ini dapat bertugas untuk 3 (tiga)
instansi, misalnya rumah sakit, klinik dan praktek dokter asalkan lokasinya berdekatan. Apabila
PPR adalah seorang praktisi medik dengan profesi sebagai Radiografer maka yang bersangkutan
dapat merangkap tugasnya yang sekaligus bertindak sebagai PPR. Menurut ketentuan dari
Kementerian Kesehatan seorang Radiografer dapat melaksanakan tugas rangkap profesi untuk 2
(dua) intansi. Sesuai dengan Perka BAPETEN No. 15 Tahun 2008 tentang Persyaratan untuk
Memperoleh Surat Izin Bekerja bagi Petugas Tertentu di Instalasi yang Memanfaatkan Sumber
Radiasi Pengion, untuk radiologi diagnostik dan intervensional adalah PPR Medik Tingkat 2 (dua).
Pemegang SIB PPR wajib mengikuti 1 (satu) kali Pelatihan Penyegaran yang
diselenggarakan oleh Kepala BAPETEN selama masa berlaku SIB.
TUJUAN
Upaya peningkatan mutu, baik layanan maupun sumber daya manusia Rumah Sakit
1
SASARAN
Kegiatan diikuti oleh 1 (satu) orang peserta, yaitu Petugas Radiologi yaitu I Putu Pande Agus
Prayoga.
RENCANA KEGIATAN
1. Waktu Pelaksanaan : 25-27 Juni 2019
2. Lama Pelaksanaan : 3 (tiga) hari
3. Tempat kegiatan : Jakarta Pusat
PERKIRAAN BIAYA
Untuk pelaksanaan kegiatan ini maka perkiraan biaya dengan rincian sebagai berikut:
1. Biaya Seminar
Biaya Seminar Jumlah Peserta Biaya Total Seminar
Rp 3.050.000 1 Rp 3.050.000
5. Uang Perjalanan
Jabatan Uang perjalanan Jumlah hari Total uang perjalanan
Kepala Ruangan Rp 300.000 3 Rp 900.000
SUMBER DANA
Kegiatan ini mengambil dana dari Kas Keuangan RS Premagana
2
KaBid.Umum,SDM&Diklat KaSie SDM & Diklat
Menyetujui
Direktur RSU Premagana