Anda di halaman 1dari 21

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AS-SYIFA

Nomor :
Tanggal :
Tentang : SK Pedoman Pelayanan Radiologi di Rumah Sakit As-syifa

RUMAH SAKIT AS-SYIFA


Jl. Gerak Alam RT. 13 Kelurahan Kota Medan
Kecamatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan
Telp. (0739) 21888 Email : rs.assyifa.manna@gmail.com

PEDOMAN PELAYANAN RADIOLOGI DI RUMAH


SAKIT AS-SYIFA

TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Salah satu tertuang dalam undang-undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan bertujuan
untuk melindungi pemberi dan penerima jasa pelayanan kesehatan serta memberi kepastian hukum dalam
rangka meningkatkan, mengarahan dan dasar bagi pembangunan kesehatan.
Dalam pembangunan kesehatan perlu dilakukan peningkatan pelayanan kesehatan termasuk
peningkatan Pelayanan Radiologi di Rumah Sakit dan sarana Pelayanan kesehatan lainnya, mengingat
persaingan yang sangat kompetitif.
Dalam memberikan pelayanan medis paripurna di sebuah rumah sakit, pelayanan menentukan
keberhasilan upaya pelayanan kesehatan. Dalam rangka terlaksananya penyelenggaraan pelayanan
Radiologi yang bermutu, perlu didukung dengan adanya standar bagi Pelayanan radiologi. Sehubungan
dengan hal tersebut di atas diperlukan adanya Kebijakan Pelayanan Radiologi Rumah Sakit As-syifa yang
ditetapkan pemberlakuannya dengan Surat Keputusan Direktur. Pelayanan radiologi merupakan bagian
integral dari pelayanan medik di Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang perlu
mendapat perhatian khusus, karena sebagaimana diketahui bahwa pelayanan Radiologi selain telah
dirasakan besar manfaatnya, namun oleh karena didalam pengoprasian peralatan Radiologi menggunakan
radiasi pengion, sehingga ada resiko bahaya radiasi baik terhadap pekerja, pasien maupun lingkungannya,
dengan demikian pelayanan radiologi harus dikelola oleh mereka yang benar-benar profesional dalam
bidang radiologi demi keselamatan kerjaterhadap radiasi. Dengan berkembangnya waktu, Radiologi
Diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodanya.
Untuk meningkatakan dan memperbaiki mutu Pelayanan Radiologi agar lebih efektif dan efesien, maka
setiap Pelayanan Radiologi dituntut memiliki pedoman sebagai pegangan, sehingga didalam perencanaan,
pembinaan dan pengembangangan sumber daya manusia (SDM), sarana dan Prasarana Pelayanan
radiologi di seluruh institusi pelayanan kesehatan dapat memenuhi standar yang berlaku.
Oleh karena itu pedoman ini dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan
pelayanan radiologi, sehingga akan dicapai Pelayanan radiologi yang optimal, efektif dan bermutu tinggi
sesuai meningkatnya tuntutan masyarakat dewasa ini.
B. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Ruang lingkup instalasi Radiologi meliputi : ( merujuk KMK 1014/MENKES/SK/XI/2008 )
1. Pelayanan Radiodiagnostik
2. Pelayanan Imejing Diagnostik
Pelayanan radiologi yang dilakukan di Rumah sakit As-syifa terdiri dari :
1. Pelayanan Radio Diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan dignosis dengan menggunakan radiasi
pengion antara lain pelayanan X-ray konvensional (dengan dan tanpa kontras)
2. Pelayanan imejing yang menggunakan radiasi non pengion dilakukan pada pemeriksaan dengan
ultrasonografi (USG)
C. Batasan Oprasional
Terakait pada 2 jenis pelayanan di bawah ini :
1. Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi
pengion.
2. Pelayanan imejing yang menggunakan radiasi non pengion.
Pelayanan imaging diagnostik dan pelayanan radiologi yang menggunakan radiasi non pengion berada
dibawah pengawasan dan tanggung jawab Instalasi Radiologi.
Ketentuan umum pelayanan :
1. Permintaan dan pembuatan foto diajukan oleh dokter dari instalasi Rawat Jalan/ Instalasi Medical Chek Up/
Instalasi rawat Inap/ Instalasi Gawat Darurat/ Dokter luar
2. Permintaan kepada Instalasi Radiologi, dengan melakukan order melalui formulir permintaan disertai
keterangan klinis/diagnosa klinis.
3. Radiologi informasi sytem (RIS) adalah sistem informasi Radiologi yang digunakan untuk menunjang
oprasional radiologi moderen yang mencakup manajemen data dan gambar terintegrasi dengan modalitas
laporan dan kebutuhan radiologi lainnya.
4. Sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi, pasien/perawat ruangan melakukan proses verifikasi di bagian
pendaftaran radiologi.
5. Setiap hasil radiograf pasien didalam sistem picture archiving communication system (PACS) selama 5
tahun.
6. Pasien harus mendapat informasi terlebih dahulu sebelum dilakukannya tindakan yang memerlukan
persiapan khusus, misalnya prosedur persiapan pasien, pemeriksaan laboratorium dan lain-lain.
7. Untuk pemeriksaan tertentu yang memerlukan informed consent, pasien harus diberikan informasi mengenai
tujuan, proses dan resiko pemeriksaan yang akan dilakukan dan juga harus mengisi form informed consent
yang telah disediakan dan dilakukan juga kajian pasien resiko jatuh.
8. Pelayanan radiodiagnostik dan imaging tersedia 24 jam.
9. Pemeriksaan konvensional tanpa memakai bahan kontras, dapat dilakukan oleh radiografer setelah
berkonsultasi dengan radiolog.
10. Pemeriksaan konvensional dengan dan tanpa bahan kontras dilakukan oleh radiolog dengan dibantu oleh
Radiografer sebagai operator alat, kecuali untuk kasus CITO dapat dilakukan oleh Radiografer setelah
berkonsultasi dengan radiolog.
11. Pemeriksaan USG dilakukan oleh Radiolog atau dapat Juga dilakukan oleh dokter yang telah mendapatkan
pelatihan USG, misalnya dokter ahli ultrasonografi, spesialis obgyn atau dokter spesialis Penyakit Dalam.
12. Ekpertise oleh dokter Spesialis Radiologi diluar jam kerja karena CITO dapat dikirim melalui teleradiologi
dengan konfirmasi terlebih dahulu.
13. Bila ada radiolog yang berhalangan hadir, maka pengiriman gambar dikirim melalui teleradiologi.
14. Setelah radiolog membaca foto yang dibuat, jawaban diketik melalui sistem SIMRS dan di tandatangani oleh
radiolog.
15. Dalam keadaan CITO, fofo-foto dapat dipinjam ’basah’ (foto yang belum dibaca) dan kemudian dalam waktu
1x24 jam, foto yang dipinjam tersebut harus sudah dibaca oleh Radiolog.
16. Setiap Radiografer, perawat dan radiolog yang bekerja pada area radiasi wajib menggunakan TLD badge
dan mengetahui cara pemakaian dan penyimpanan TLD Tersebut.
17. Foto-foto hasil ekspertisenya dapat diambil pada saat yang sama dan untuk kasus CITO harus mendapat
prioritas terlebuh dahulu.
18. Radiolog harus bertanggung jawab pada hasil pemeriksaan.
19. PPR (petugas proteksi radiasi) bertanggung jawab pada keselamatan peralatan radiasi pengion.
20. PPR (petugas proteksi Radiasi) bertanggung jawab pada keselamatan pasien dan petugas terhadap radiasi
pengion.
21. Radiografer bertanggung jawab pada image Quality.
22. Radiolog harus menyedikan waktunya untuk dapat berdiskusi dengan dokter pengirim.
23. Bekerjasama dengan rumah sakit lain untuk memberikan pelayanan radiodiagnostik dan imaging rujukan
untuk memenuhi permintaan pelayanan radiologi yang paripurna.
24. Pelayanan radiologi rujukan diluar rumah sakit dilakukan evaluasi mutu dan kerjasamnya setiap 1 tahun
sekali.
D. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang No. 29 tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
4. Peraturan pemerintah no 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1041/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar
Pelayanan Radiologi.
8. Peraturan Menteri Kesehatan 1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/MENKES/PER/X/2011 Tentang Keselamatan Paisen Rumah
Sakit.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/MENKES/PER/X/2012 Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan
Praktik Kedokteran.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 81 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan pekerjaan Radiografer
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan kesehatan.
14. Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang keselamatan radiasi pengion dan keamanan sumber
radioaktif
15. Peraturan pemerintah No. 29 Tahun 2008 tentang perizinan pemanfaatan sumber radiasi pengion dan
bahn nuklir
16. Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 tahun 2011 tentang keselamatan radiasi dalam penggunaan pesawat
sinar-x radiologi diagnostik dan intervensional.
17. Peraturan Kepala Bapeten No 9 Tahun 2011 tentang Uji Kesesusaian pesawat sinar-x Radiologi
diagnostik dan Intervensional.
18. Peraturan kepala BAPETEN No. 16 Tahun 2014 tentang surat izin bekerja petugas tertentu yang bekerja
di instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi pengion.
19. Peraturan kepala BAPETEN no. 17 tahun 2012 tentang Keselamatan radiasi dan Kedokteran Nuklir
20. Peraturan kepala BAPETEN no 4 Tahun 2013 tentang proteksi radiasi dan keselamatan radiasi dalam
pemanfaatan tenaga nuklir
21. Keputusan direktur tentang Organisasi dan tata Kerja Rumah Saki As-syifa
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Dalam upaya mempersiapkan tenaga radiologi yang profesional, maka perlu menyediakan sumber daya
manusia yang tepat bagi organisasi. Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, untuk mengantisipasi
pelayanan dan bergeraknya organisasi.
Tujuannya adalah mendayagunakan susmber-sumber tersebut seefektif mungkin sehingga pada waktu
yang tepat dapat disediakan sejumlah orang yang sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan bertujuan untuk
memepertahankan dan meningkatkan kemampuan organisasi dalam mencapai sasrannya melalui strategi
pengembangan konstribusi. Adapun kualifikasi sumber daya manuasia di Instalasi radiologi Rumah Sakit As-syifa
merujuk KMK nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 adalah sebagai berikut.

JENIS TENAGA PERSYARATAN


1. Spesialis Radiologi Memiliki S.I.P
2. Radiografer Minimal D III memiliki STR
3. Petugas Proteksi Radiasi (PPR) Tingkat I & II memiliki SIB
4. Tenaga Elektromedik D III ATEM
5. Perawat D III Keperawatan
6. Tenaga Administrasi SMU & Sederajat

Jumlah tenaga dapat berubah sesuai dengan analisa kebutuhan tenaga yang disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan.
B. Adapun Distribusi Ketenagaan
Pengaturan tenaga kerja di instalasi radiologi Rumah Sakit as-syifa berjumlah 6 orang yang memegang
tanggung jawab sebagai :
1. Ka. Instalasi Radiologi 1 orang
2. Karu Instalasi radiologi 1 orang
3. Petugas proteksi radiasi 1 orang merangkap sebagai radiografer
4. Radiografer 2 orang
5. Petugas administrasi 1 orang
6. Perawat 1 orang
7. Tenaga elektromedis 1 orang
C. Pengaturan jaga
Pelayanan Instalasi Radiologi memerlukan pengaturan jaga yang efektif dan efesien sesuai dengan
kebutuhan pasien. Adapun pengaturan jaga di instalasi Radiologi sebagai berikut :
Dokter spesilais radiologi
A. Shift Pagi : On Call
B. Shift siang : 16.00 – 20.00 WIB
C. Shift malam : On Call
Pembacaaan gambar radiologi di luar jam dinas pengiriman gambar melalui teleradiologi.
Radiografer
D. Shift Pagi : On Call
E. Shift siang : 14.00 – 20.00 WIB
F. Shift malam : On Call
Petugas Proteksi Radiasi
Untuk petugas proteksi radiasi rangkap jabatan sebagi radiografer
Perawat Radiologi
A. Shift Pagi : On Call
B. Shift Siang : 16.00 – 20.00
Administrasi Radiologi
A. Shift Sore : 14.00 – 20.00
B. Diluar jam Kerja tersebut diatas, tugas administrasi dilaksanakan radiografer
Khusus hari libur / minggu
A. Tidak ada dokter spesialis radiologi tapi berlaku jadwal On Call
B. Tidak ada perawat radiologi, karena menggunakan perawat ruangan bila pasien berasal dari ruangan rawat
inap.
C. Tidak ada administrasi radiologi, digantikan dengan radiografer yang berdinas.
D. Konsultasi kepada atasan dilakukan melaui telepon atau langsung.

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas
Standar fasilitas adalah fasilitas yang diperlukan untuk memberikan pelayanan radiologi di Rumah Sakit As-syifa
baik yang dibawah instalasi radiologi maupun di instalasi diluar instalasi radiologi. Rumah Sakit mengatur
pelaksanaan uji fungsi, inspeksi, pemeliharaan dan kalibrasi secara tetap untuk peralatan yang digunakan untuk
pelayanan radiodiagnostik dan imajing dan terdokumentasi.
1. Standar ruangan :
Persyaratan yang harus tersedia untuk ruangan yang digunakan untuk pelayanan radiodiagnostik
imaging adalah :
 Ketebalan dinding :
Bata merah dengan ketebalan 25 cm (duapuluh lima sentimeter) dan kerapatan jenis 2,2 g/cm3 (dua
koma dua gram persentimeter kubik), atau beton dengan ketebalan 20 cm (dua puluh sentimeter( atau
setara dengan 2 mm pb (dua millimeter) timah hitam (pb), sehingga tingkat radiasi di sekitar ruang
pesawat pesawat sinar-x tidak melampaui nilai batas dosis 1 mSv/tahun ( satu milisivert pertahun ).
 Pintu
Pintu ruangan pesawat sinar-x dilapisi dengan timah hitam dengan ketebalan tertentu sehingga tingkat
radiasi disekitar ruangan pesawat sinar-x tidak melampaui batas dosis 1 mSv/tahun (satu milisivert
pertahun). Diatas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu merah yang menyala pada saat
pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran (lampu tanda bahaya radiasi)
 Ruangan dilengkapi dengan system pengaturan udara sesuai dengan kebutuhan. AC dilakukan
perawatan secara berkala
 Pada tiap-tiap sambungan Pb. Dibuat tumpang tindih /overlapping agar tidak terjadi kebocoran.
 Terdapat tanda bahaya bagi ibu hamil, bahaya radiasi dan lampu terhadap pemanfaatan radiasi pengion.
Ruang instalasi radiologi As-syifa terdiri dari
1. Ruang x-ray
2. Ruang Computer Radiografi
3. Ruang ekpertise dokter spesialis radiologi
4. Ruang Kontrol
5. Ruang Administrasi radiologi
6. Ruang Tunggu
2. Perlengkapan Proteksi Radiasi
Peralatan proteksi yang digunakan disesuaikan dengan potensi bahaya yang di timbulkan oleh
sumber radiasi tersebut, antara lain :
 Monitor perorangan (TLD)
 Surveimeter meter
 Penahan radiasi digunakan untuk melindungi pekerja dari sumber radiasi eksterna pemancar radiasi
sinar-x dan juga pasien. Penahan radiasi radiasi meliputi : Apron, Gonad Shield. Pemanfaatan pesawat
sinar difasilitas tertutup, dimana laju dosis efektif yang diterima oleh masyarakat tidak melampaui 0.5
mSv/tahun atau 0.01 mSv/minggu. Laju dosis efektif yang diterima oleh pekerja radiasi tidak melampaui
50 mSv /tahun atau rata-rata tidak boleh melebihi 20 mSv/tahun.
3. Tanda Bahaya Radiasi
Tanda bahaya radiasi di pasang di tempat-tempat yang dianggap perlu seperti setiap ruangan yang
didalamnya terdapat fasilitas radiasi pengion. Tanda lampu merah juga telah dipasang disetiap pintu,
ketika peralatan diaktifkan maka lampu dinyalakan sebagai tanda peralatan radiasi sedang aktif. Selain
itu juga didalam ruang pesawat sinar-x dilengkapi dengan peringatan wanita hamil tidak diperkenankan
dilakukan pemeriksaan kecuali atas izin dari dokter.
Inventaris Alat Proteksi Radiasi radiodiagnostik
NO JENIS APD KETEBALAN Pb (mm0 JUMLAH
1 APRON SINGLE COVER 0.5 2
2 GONAD SHIELD 0.5 2
4. Kelengkapan Ruangan
 Perlengkapan O2 dan
 Alat pemadam kebakaran pada ruang koridor di setiap area radiologi
 Emergency kit bag untuk persiapan bila ada emergency diruang sekitar radiologi.
 Transfer bed dan scope untuk memindahkan pasien-pasien yang sulit untuk dipindahkan ke meja
pemeriksaan.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pendaftaran Pemeriksaan
1. Pelayanan Radiologi buka 24 Jam
2. Pelayanan USG buka Senin-Jum’at pukul 02.00 s/d selesai
3. Pelayanan di loket pendaftaran hanya dilakukan kepada pasien yang membawa formulir atau surat
permintaan pemeriksaan rontgen dari dokter dengan klinis yang jelas.
4. Bila pasien tidak membawa formulir atau surat permintaan, maka pasien dapat mendaftar ke poliklinik umum
atau dokter UGD untuk diperiksa terlebih dahulu.
5. Instalasi radiologi Rumah Sakit As-syifa mengadakan kerja sama dengan pihak ketiga bilamana pelayanan
pelayanan radiologi di Rumah Sakit As-syifa mengalami gangguan.
6. Pelayanan diluar rumah sakit dipilih berdasarkan rekomendasi direktur dan memiliki rekam jejak kinerja yang
baik tentang tepat waktu dan memnuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku
7. Pasien diberitahu tentang hubungan dokter yang merujuk pelayanan diluar rumah sakit tersebut untuk
pelayanan radiologi dan diagnostic imaging.
8. Pendaftaran pemeriksaan radiologi terbagi atas :
 Pasien rawat jalan tanpa kontras
 Pasien rawat jalan dengan kontras
 Pasien rawat inap / rawat darurat tanpa kontras
 Pasien rawat inap / rawat darurat dengan kontras.
9. Pendaftaran pemeriksaan USG terbagi atas :
 Pasien rawat jalan tanpa kontras
 Pasien rawat jalan dengan kontras
 Pasien rawat inap / rawat darurat tanpa kontras
 Pasien rawat inap / rawat darurat dengan kontras

B. Persiapan pemeriksaan
1. Perjanjian persiapan pemeriksaan, pelayanan untuk pasien dengan pemeriksaan yang memerlukan
persiapan teknis medis yaitu pemeriksaan dengan bahan kontras.
2. Mekanisme pelayanan
 Menerima formulir permintaan pemeriksaan radiologi
 Memberikan penjelasan tentang tata cara persiapan pemeriksaan dengan jelas dan benar serta memberikan
formulir persiapannya.
 Pencatatan pada buku perjanjian yang meliputi : tanggal pemeriksaan, jam pemeriksaan, jenis pemeriksaan,
identitas pasien dan no telp/HP pasien.
C. Pelaksanaan pemeriksaan
1. Pasien Rawat Jalan
 Pasien akan mendapatkan pelayanan radiologi menuju keruang pemeriksaan membawa form permintaan
pemerksaan radiologi. Setelah menyelesaikan pendaftaran dan pelunasan biaya pemeriksaan.
 Pasien diterima oleh petugas radiografer, jika ruangan kosong dan pemeriksaan tidak memerlukan
persiapan, maka pasien dapat langsung masuk keruang pemeriksaan.
 Jika pasien harus antri atau pemeriksaan yang dimaksud memerlukan persiapan khusus seperti tindakan
kontras, kaset long lenght, alke, obat –obatan dll. Pasien dipersilahkan menunggu di ruang tunggu.
 Pasien diberitahukan antrian ke berapa.
 Setelah siap pasien dapat dipanggil untuk dilakukan pemeriksaan.
 Tanyakan nama dan tanggal lahir atau melihat gelang pasien.
 Khusus untuk pasien wanita usia produktif, sebelum dilanjutkan ketindakan yang menggunakan radiasi
berikutnya, tanyakan pada pasien: apakah dalam keadaan hamil atau tidak? Jika tidak, dilanjutkan untuk
pemeriksaan. Jika sedang hamil, beri penjelasan kepada pasien bahwa tidak dianjurkan wanita hamil
melakukan pemeriksaan radiologi kecuali atas permintaan oleh dokter berdasarkan indikasi medis tertentu.
 Petugas radiografer meneliti kembali jenis permintaan pemeriksaan, kemudian melakukan persiapan
pemotretan sesuai dengan formulir permintaan.
 Petugas memperhatikan kuisioner yang telah disi pasien bila ada menandatangani surat persetujuan
tindakan dikolom saksi.
 Pasien dipersilahkan untuk ganti baju bila membutuhkan bantuan petugas akan membantu memakaikan
baju pemeriksaan. Jika pasien tidak mampu, dibantu oleh petugas atau pengantar pasien. Pasien wanita
hanya boleh dibantu oleh wanita sedangkan pasien laki-laki dapat dibantu laki-laki maupun wanita, apabila
berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut pripacy pasien.
 Setelah siap, dilakukan posisioning dan pemotretan.
2. Pasien Rawat Inap
 Formulir permintaan pemeriksaan radiologi yang telah direalisasi oleh petugas administrasi kemudian ditaruh
ditempat formulir yang akan dikerjakan.
 Petugas adminitrasi akan memberitahukan kepada petugas radiografer hasil hasil konsultasi dengan dokter
spesialis radiologi
 Pasien datang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan petugas administrasi radiologi. Berdasarkan
panggilan petugas radiografer yang ada di ruang pemeriksaan.
 Pasien rawat inap dijemput diantar oleh petugas dari ruangan masing-masing setelah dipanggil oleh petugas
radiologi.
 Formulir permintaan yang ditempatkan pada tempat formulir disusun secara berurutan sesuai dengan nomer
registrasi dan jam pemeriksaan.
 Setelah ruangan pemeriksaan kosong. Pasien dapat dipanggil untuk dilakukan pemeriksaan.
 Khusus pasien wanita usia produktif, sebelum dilanjutkan tindakan berikutnya, tanyakan kepada pasien
bahwa tidak dianjurkan wanita hamil melakukan pemeriksaan radiologi kecuali atas permintaan oleh dokter
berdasarkan indikasi medis tertentu dan harus ditandatangani tindakan persetujuan tindakan.
 Pertugas radiografer meneliti kembali jenis pemeriksaan, kemudian melakukan persiapan pemotretan sesuai
dengan formulir permintaan.
 Petugas memperhatikan kuisioner yang telah diisi pasien bila ada dan menandatangani surat persetujuan
tindakan dikolom saksi.
 Pasien dipersilakan untuk ganti baju sendiri.
 Pasien dipersilahkan untuk ganti baju bila membutuhkan bantuan petugas atau pengantar pasien. Pasien
wanita hanya boleh dibantu oleh wanita sedangkan pasien laki-laki dapat dibantu laki-laki maupun wanita,
apabila behubungan dengan hal-hal yang menyangkut privacy pasien.
 Setelah siap dilakukan posisioning dan pemotretan.
3. Pelayanan CITO
 Pada dasarnya pelayanan pemeriksaan radiologi dilakukan 24 jam sehari, termasuk pemeriksaan Rontgen
dan USG pada kasus CITO.
 Pemeriksaan radiologi diluar jam kerja doker spesialis radiologi untuk pasien rawat jalan atau rawat inap
tanpa kontras boleh dilakukan jika ada permintaan dari dokter yang merawat, baik sifatnya cito maupun
tidak.
 Hasil pemeriksaan yang tidak cito akan diberikan pasien keesokan harinya setelah dibaca oleh dokter
radiologi yang berdinas.
 Hasil pemeriksaan kasus cito akan dikirim melaui teleradiologi.
 Untuk pemeriksaan dengan kontras media, maka petugas radiologi menghubungi dokter on-call radiologi
yang berdinas untuk menjelaskan alasan klinis dan meminta petunjuk pelaksaanaanya dengan melakukan
komunikasi efektif TBAK.
 Jika dokter on-call tidak hadir dengan segera maka dokter on-call akan meminta bantuan dari dokter di UGD
untuk mendampingi petugas radiologi selama pemeriksaan berlangsung dan penyuntikan kontras dibantu
perawat ruangan.
 Petugas radiologi akan mengirimkan hasil pemeriksaan melalui teleradiologi
D. PENCUCIAN FILM
Instalasi Radiologi Rumah Sakit As-syifa tidak lagi menggunakan prosesing otomatis untuk proses
pencucian film karena sudah menggunakan Computer Radiografi (CR) sehingga tidak ada lagi limbah B3 cair
yang radiologi kelurakan.
E. PROSES PEMBACAAN
1. Pembacaan hasil pemeriksaan radiologi
 Pembacaan hasil pemeriksaan radiologi pada jam kerja akan diselesakan pada hari pemeiksaan oleh dokter
radiologi yang berdinas.
 Pengetikan hasil pembacaan /expertise melalui sistem informasi rumah sakit (simrs).
 Semua hasil expertise akan dianalaisa dan ditandatangani oleh dokter spesialis Radiologi yang berdinas.
Hasil pemeriksaan imajing radiodiagnostik dinyatakan secara tertulis dan bersifat rahasia ditunjukan kepada
dokter yang merujuk.
 Pembacaan hasil pemeriksaan radiologi diagnostik dapat dilakukan dengan menggunakan sarana
teleradiologi sesuai dengan menggunakan standar pelayanan teleradiologi PDSRI.
2. Waktu expertise hasil pemeriksaan radiologi
 Semua pemeriksaan radiologi yang dikerjakan dalam jam kerja dokter spesialis radiologi langsung dilakukan
pembacaan/expertise.
 Khusus expertise diluar jam kerja pembacaan /expertise dokter spesialis radiologi:
- Telah disiapkan aplikasi teleradiologi yang dapat mempercepat proses pengiriman gambar dan proses
expertise hasil
- Untuk hasil pemeriksaan yag dilakukan diluar jam kerja atau kasus-kasus Cito akan diselesaikan oleh dokter
radiologi melalui teleradiologi.
 Permintaan cito didalam jam kerja dokter <2 jam oleh dokter yang berdinas.
 Oncall RI & RJ diluar jam kerja dokter hasil akan diberikan secepatnya < 6 jam
 Foto pinjam basah akan diberikan “expertise hasil “ jika dikembalikan.
F. Pelaporan Hasil
Distribusi hasil pemeriksaan radiologi dilakukan oleh petugas pendaftaran pada pagi dan siang sedangkan
pada malam dilakukan oleh radiografer yang berdinas malam.
1. Penyerahan hasil pasien rawat jalan.
a. Pengambilan hasil pemeriksaan seluruh jenis pemeriksaan sesuai dengan jadwal yang telah dijanjikan
oleh petugas adminitrasi radiologi atau petugas radiologi dinas malam kepada pasien pada jam dinas
administrasi radiologi pukul 07.00-20.00 wib atau diluar jam kerja tersebut dengan perjanjian terlebih
dahulu. Pasien diminta membawa atau menujukan bukti pembayaran warna putih yang diberi setempel “
lunas “ dan diberi stampel yang bertuliskan “kami tidak bertanggung jawab atau hasil foto yang tidak
diambil setelah 1 (satu) bulan, rumah sakit as-syifa” pada saat pengambilan hasil pemeriksaan radiologi.
b. Sebelum hasil pemeriksaan radiologi diserahkan kepada pasien, petugas adminitrasi radiologi akan
meneliti : no film, no MR, nama pasien, pemeriksaan, dokter pengirim dan nama yang tertera di foto.
Setelah sesuai, petugas akan memberikan stampel pada amplop foto.
c. Setelah sesuai, hasil beserta foto diserahkan kepada pasien. Penyerahan dan penerimaan hasil
pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan buku ekspedisi.
d. Untuk pasien-pasien yang dikirim oleh dokter-dokter yang berpraktek di luar rumah sakit As-syifa, hasil
pemeriksaan diambil sendiri, sesuai dengan waktu yang dijanjikan.
e. Untuk pasien-pasien medical chek up, hasil pemeriksaan radiologi akan dikirim ke bagian medical chek
up oleh petugas adminitrasi radiologi atau diambil oleh petugas mcu.
2. Penyerahan hasil rawat inap
a. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan pada pagi dan siang hari ( sebelum pukul 20.00 WIB ) akan
diditribusikan keruangan oleh petugas radiologi atau secepatnya. Sebelum dikirim, hasil pemeriksaan
beserta foto akan diteliti: no. Fim, no MR, nama pasien, pemeriksaan, dokter pengirim dan nama yang
tertera difoto. Setelah sesuai, petugas akan memberikan stampel pada amplop foto.
b. Pada keadaan tertentu foto dapat dipinjamkan keruang perawatan.
3. Penyerahan hasil pasien rawat emergency
a. Pasien yang berasal dari igd, foto pemeriksaan radiologi dapat dipinjam basah kemudian dikembalikan
untuk dibaca dokter atau segera diberikan hasil secepatnya oleh dokter radiologi.
b. Jika pasien dirawat, hasil pemeriksaan radiologi dikirim keruangan tempat pasien dirawat.
c. Jika pasien menjadi rawat jalan radiograf pemeriksaan radiologi dapat diambil pada saat pasien
melakukan pembayaran atau diambil dengan waktu yang telah dijanjikan.
4. Nilai kritis
Hasil test kritis adalah adalah nilai abnormal suatu test diagnostic yang mengidikaasikan adanya situasi
mengancam jiwa atau yang dapat meneyebabkan derajat kesakitan berat dan harus dilaporkan segera agar
pasien mendapatkan perhatian/ penanganan klinis secepatnya.
Kriteria hasil kritsi radiologi :
1. Tanda pendarahan
2. Gagal jantung akut
3. Pneumonia berat
4. Tanda ileus
5. Pneumothorax, tension pneumothorax
6. Tanda sumbatan jalan nafaas
7. Fraktur spinal
8. Ovarian/testicular tesion
Pelaporan oleh petugas diagnostik dapat dilakukan oleh dokter spesialis radiologi dan radiografer di instalasi
radiologi. Petugas melaporkan hasil tes kritis secara verbal dalam waktu 15 menit kepada dokter yang meminta
setelah mendapatkan hasil ekpertise dokter radiologi. Bila rawat inap bisa kedokter jaga dan untuk rawat jalan
langsung ke dokter pengirim.

BAB V
LOGISTIK
Rumah sakit As-syifa telah menetapkan film, reagensia dan perbekalan lain yang diperlukan untuk
pelayanan radiologi dan diagnostik imaging kepada pasien secara teratur. Proses untuk pemesanan atau
menjamin ketersediannya film, reagensia dan perbekalan penting lain berlangsung efektif. Semua perbekalan
disimpan dan distribusi sesuai prosedur yang ditetapkan dan di rekomendasi perusahaan pembuat. Evaluasi
periodik dari reagen sesuai rekomendasi pembuat menjamin akurasi dan presisi hasil pemeriksaan.
Inventori barang radiologi menjadi 2 barang distribusi dan pemakaian. Barang distribusi akan dibebankan
kepada pasien sedangkan pemakaian akan dibebankan instalasi radiologi. Berikut standar yang berlaku digudang
obat radiologi :
1. Pemesaanan, penyimpanan dan distribusi logistik
Pemesanan barang-barang obat dan alkes dilakukan menggunakan surat permohonan. Permintaan dibuat
oleh kepala ruang dan diaprove oleh kepala instalasi radiologi. Jumlah pemesanan diatur sesuai dengan
daftar minimal dan maksimal persediaan. Barang-barang obat dan film rontgen dimasukan kedalam lemari ,
jauh dari sumber radiasi sinar-x, menggunakan indikator suhu. Suhu dalam rentang 20-26 derajat dan
kelembaban antara 40- 60. Barang didistribusikan sesuai dengan kebutuhan setiap instalasi. Penyimpanan
barang harus sesuai standar FIFO (fisrt in fisrt out).
Barang-barang alat tulis kantor dan alat rumah tangga dilakukan menggunakan surat permohonan.
Pemesanan barang dilakukan setiap bulan sesuai dengan kebutuhan di instalasi radiologi. Permintaan
barang dibuat oleh petugas radiologi dan diaprove kepala instalasi radiologi.
2. Evaluasi logistik
Evaluasi dilakukan setiap bulannya terhadap ketersedian barang obat dan bhp sesuai minimal dan maksimal
persedian. Evaluasi periodik dari kontras sesuai dengan rekomendasi pembuat untuk menjamin akurasi dan
presisi hasil pemeriksaan. Tanggal kadarluarsa didata dan diperiksa apakah ada film dan obat yang
mendekati tanggal kadarluarsa. Jika kontras atau film tersebut mendekati tanggal kadarluarsa. Jika kontras
atau film tersebut mendekati kadarluarsa minimal 3 bulan harus diserahkan ke instalasi farmasi untuk diretur.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (pasient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Sistem tersebut meliputi : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisa insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut diterapkan dapat mencegah terjadinya
cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit
2. Meningkatnya akuntibilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharpakan (KTD)
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
C. Tata lakasana keselamatan pasien
1. Identifikasi resiko
Resiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat sekarang atau
kejadian di masa datang.
Resiko di Instalasi radiologi meliputi :
Resiko keselamatan pasien (pasien safety)
1. Pasien jatuh
2. Resiko pemberian obat/kontras media (alergi)
3. Terpapar radiasi
4. Tindakan yang salah
a. Salah identifikasi pasien
b. Salah Pemeriksaan
c. Salah Pelabelan Marker
2. Manajemen resiko
Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan memprioritaskan
resiko untuk mengurangi resiko cidera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan
organisasi sendiri.
Upaya mengurangi resiko tersebut diantaranya adalah dengan:
1. Prosedur identifikasi pasien, komunikasi dan prosedur kesalamatan lain.
2. Penyedian dan pemakaian alat pelindung diri termasuk apron.
3. Pengkajian 6 benar pemberian obat ( benar nama pasien, benar nama obat, benar dosis, benar cara
pemberian, benar waktu, benar dokumen )
4. Pembuatan sign / tanda
5. Pelatihan teknik keselamatan pasien
6. Monitoring paparan radiasi untuk perorangan maupun peralatan radiasi pengion.
7. Medical chek up berkala bagi karyawan
8. Pengadaan, penyimpanan, pemakaian dan pembuangan B3 sesuai dengan prosedur.
9. Penanaman budaya safety, safety meeting dan awareness.
3. Infection Control
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seorang dirawat dirumah sakit, infeksi nosokomial
dapat terjadi setiap saat dan setiap tempat dirumah sakit. Untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi ke
tingkat serendah-rendahnya perlu adanya upaya pengendalian infeksi nosokomial. Pengendalian infeksi
nosokomial bukan hanya tanggung jawab pimpinan rumah sakit atau dokter/ perawat saja tetapi tanggung jawab
bersama melibatkan semua unsur/ profesi yang ada dirumah sakit.
Instalasi radiologi menerapkan kebijakan dan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi sesaui dengan
kebijakan rumah sakit, dengan selalu berkoordinasi dengan komite pencegahan dan pengen dalian infeksi rumah
sakit As-syifa.
4. Faktor yang sering menimbulkan terjadinya infeksi
1. Banyaknya pasien yang dirawat dirumah sakit yang dapat menjadi sumber infeksi bagi lingkungan dan
pasien lain.
2. Adanya kontak langsung antara pasien satu dengan pasien lainnya.
3. Adanya kontak langsung antara pasien dengan petugas rumah sakit yang terinfeksi.
4. Penggunaan alat yang terkontiminasi.
5. Kurang perhatian tindakan aseptik dan antiseptik.
6. Kondisi pasien yang lemah.
D. Tata laksana keselamatan petugas resiko
keselamatan Staf (Staff Safety)
1. Karyawan terjatuh
 Tertusuk jarum suntik atau benda tajam lain
 Terpapar bahan kimia atau cairan tubuh pasien
 Terpapar radiasi
 Terpapar infeksi
 Low back pain karena proses mengangkat pasien yang tidak tepat
 Security hazard dari pasien / pengunjung.
2. Pencegahan untuk karyawan
Petugas bekerja sesuai dengan SOP untuk pelayanan diagnostikR adiologi.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
 Bila sakit segera berobat
 Peralatan
 Perhatikan kebersihan
 Penyimpana bahan kimia radiologi yang benar dan perhatikan batas penyimpanan (FIFO)
 Peralatan yang segera diganti
 Lingkungan
 Tersedian air mengalir untuk cuci tangan
 Penerangan cukup
 Ventilasi sirkulasi udara baik
 Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan.
 Pembersihan secara berkala
 Lantai kering dan bersih.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
1. Kesehatan dan keselamatan kerja
Dalam menerapkan kebijakan dan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja. Instalasi radiologi
disesuaikan dengan kebijakan rumah sakit, dengan selalu berkordinasi dengan tim kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) dan instalasi terkait lainnya.
2. Prinsip dasar usaha kesehatan kerja
Ruang lingkup usaha kesehatan kerja
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan
kerjaannya baik fisik maupun psikis dalam hal cara / metode kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
a. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik
dan psikis pekerjaan.
b. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang
disebabkan faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
c. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja disemua lapangan kerja
setinggi-tingginya baik fisik, mental mapun kesejahteraan sosial.
d. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada pekerja dan masyarakat yang diakibatkan oleh keadaan /
kondisi lingkungan kerjanya.
3. Kapasitas kerja dan beban kerja
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja,
dimana hubungan interaktif dan serasi antara tiga komponen tersebutakan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang optimal. Kapasitas kerja seperti status
kesehatan kerja dan gizi kerja serta kemampuan fisik prima diperlukan agar seorang pekerja dapat
melakukan pekerjaannya secara optimal. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja yang prima merupakan
modal awal seseoarang untuk mencapai produktifitas yang diharapkan. Kondisi awal seseorang untuk
bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi temperatur kerja, gizi kerja, kebugaran jasmani dan kesehatan
mental.
Beban kerja meliputi fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang
terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
4. Potensi bahaya pada instalasi radiologi
A. Kebakaran
Kebakaran merupakan hal yang mungkin terjadi di instalasi radiologi. Pencegahan dan penanggulangan:
 Mengidentifikasi dan pengawasan hal-hal yang bisa menimbulkan bahaya kebakaran, seperti alat listrik yang
bisa menimbulkan arus pendek.
 Menjadikan instalasi radiologi sebagai kawasan bebas rokok
 Perlengkapan pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant
 Alat-alat pemadam kebakaran harus ditempatkan pada tempat yang rawan terjadi kebakaran, mudah
terlihat.
 Pengamanan terhadap barang-barang yang mudah terbakar.
 Pengecekan rutin terhadap fungsi alat-alat pemadam kebakaran.
 Pelatihan dan sosialiasasi kepada staf mengenai penanggulangan bahaya kebakaran dan penggunaan alat
pemdam kebakaran.
B. Terjatuh
Terjatuh pada lantai yang sama adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada instalasi radiologi.
Karena dapat mengakibatkan cidera berat kepala. Maka pemeliharaan lantai harus selalu dibersihkan dari
kotoran-kotoran seperti air, debu dan tetesan AC.
Pencegahan :
 Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau memakai tali sepatu yang longgar.
 Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat bahan yang tidak licin.
C. Bahaya mikrobiologi
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh mikrobiologi hidup
seperti bakteri, virus, ricket parasit dan jamur. Petugas instalasi radiologi yang menangani pasien senantiasa
kontak dengan bahan dan menghirup udara yang tercemar kuman patogen. Pencegahan terhadap bahaya
mikrobiologi adalah sebagai berikut :
 Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruang pelayanan.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD) masker
 Melakukan tindakan diskontiminasi, disinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan dan alat yang digunakan.
 Secara teknis setiap petugas malakukan tugas pekerjaan sesuai SOP.
D. Bahan berbahaya beracun (B3)
limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang
karena sifat atau konsentrasinya atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan atau merusakkan lingkungan hidup atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Jenis limbah B3 terbagi menjadi 2 bagian, yaitu limbah B3 padat dan cair.
Jenis limbah B3 yang berada di di instalasi radiologi.
 Limbah infeksius adalah limbah yang terinfeksi organisme pathogen yang secara tidak rutin ada di
lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulesi yang cukup untuk menularkan penyakit pada
manusia rentan.
 Limbah benda tajam adalah benda-benda yang meliputi jarum.
 Limbah farmasi adalah limbah yang meliputi produk farmasi yang kadarluarsa, tidak digunakan, tertumpah
atau terkontaminasi. Antara lain : botol, kardus mengandung residu, sarung tangan, masker dan ampul obat.
 Limbah kimiawi adalah limbah bahan kimia selain obat yang termasuk dalam golongan bahan beracun dan
berbahaya (B3) seperti batu baterai.
 Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
E. Pengelolaan limbah B3
Pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan sendiri atau dilimpahkan pada pihak ke-3. Rumah Sakit As-syifa
memiliki tempat penampungan limbah B3.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Instalasi radiologi merupakan instalasi yang tidak bisa dipisahkan dari seluruh pelayanan medis di rumah
sakit dalam membantu para klinikus menegakan diagnosa. Instalasi radiologi memberikan pelayanan radiologi
secara paripurna sehingga dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, bangsa dan negara sehingga
pelanggan menaruh kepercayaan dan merasa aman akan layanan yang diterima.
Instalasi radiologi membuat program kendali mutu untuk dilaksanakan, divalidasi dan didokumentasikan.
Instalasi radiologi menginginkan terciptanya penunjang diagnostik yang profesional dengan pelayanan yang
mengutamakan mutu, sehingga hal ini dapat memberikan konstribusi positif bagi yang membutuhkan sehingga
didasari atas kejujuran, profesionalisme, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang tinggi serta hormat terhadap
sesama.
Kegiatan dan rincian kegiatan :
1. Penyusunan sasaran mutu instalasi kerja
 Mempelajari standar pelayanan minimal sesuai perundangan
 Membandingkan kondisi instalasi dengan satandar pelayanan
 Menetapkan sasaran instalasi setiap tahun
 Menyiapkan instrumen pengumpulan data indikator
2. Pencatatan dan pelaporan, tehadap data yang terkait dengan :
 Indikator mutu rumah sakit dan instalasi kerja
 Sasaran keselamatan pasien
 Manajemen resiko
 Insiden area klinis
 Insiden keselamatan pasien
 Insiden lainnya (kecelakaan kerja)
 Proteksi radiasi dan keselamatan radiasi
 Radiologi rujukan
3. Penilaian kinerja staf :
 Membantu kepatuhan staf terhadap SPO pelayanan dan standar
 Memantau staf terkait dengan kepatuhan terhadap tata tertib kepagawaian
 Memberikan informasi ke staf terkait hasil penilaian kinerja
4. Penilaian kinerja instalasi
 Mendata jumlah kegiatan radiologi
 Mendata penggunaan barang
 Mendata pengeluaran biaya lembur
 Mendata pasien radiologi rujukan

BAB IX
PENUTUP
Pelayanan radiologi Rumah Sakit As-syifa merupakan bagian integral sistem pelayanan rumah sakit. Upaya
peningkatan mutu radiologi berarti upaya peningkatan mutu rumah sakit. Mutu pelayanan dimulai dengan
penyusunan program mutu tiap unit, termasuk instalasi radiologi.
Namun suatu program mutu pelayanan tidak akan berarti bila tidak ada evaluasi secara baik. Parameter
yang digunakan dalam evaluasi yaitu antara lain:
a. Tersedianya fasilitas radiologi dalam keadaan baik dan standar
b. Kepatuhan terhadap Standar Prosedur Operasional (SPO)
c. Kecilnya angka pengulangan foto rontgen
d. Tingginya kepercayaan pasien dan dokter pengirim
e. Makin singkatnya respon time
f. Makin meningkatnya kunjungan radiologi
g. Makin menurunnya complain terhadap pelayanan radiologi
h. Makin meningkatnya jasa pelayanan / kesejahteraan pegawai radiologi
Pedoman pelayanan radiologi ini diharapkan menjadi acuan bagi pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan
pelayanan pasien, sehingga indikator mutu output dapat dicapai. Sedang bagi manajemen pedoman pelayanan
ini dapat bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan sumber daya sehingga indikator mutu input dapat tercapai
jugta.

Ditetapkan di : Manna
Tanggal :
Direktur
Rumah Sakit As-syifa

Dr. Andanu Sulaksana

Anda mungkin juga menyukai