Anda di halaman 1dari 12

Dalam Ilmu kedokteran, baik kedokteran hewan maupun manusia, mempelajari

Radiologi atau ilmu kedokteran untuk melihat bagian dalam tubuh manusia
menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik
maupun gelombang mekanik. Pada awalnya frekuensi yang dipakai berbentuk sinar-
x (x-ray) namun kemajuan teknologi modern memakai pemindaian (scanning)
gelombang sangat tinggi (ultrasonic) seperti ultrasonography (USG) dan juga MRI
(magnetic resonance imaging). Ilmu ini sangat penting, salahsatunya adalah sinar-X
atau Rontgent dalam penunjang diagnosa oleh seorang dokter hewan terhadap
pasiennya.
Dalam melakukan pengambilan gambar menggunakan rontgent diperlukan kamar
atau ruangan yang terdiri dari daerah kering yaitu tempat pemotretan, penggantian
dan identifikasi film. Juga daerah basah yaitu processing/pencucian film. Daerah
basah sebaiknya dilakukan dengan kondisi gelap atau kamar gelap.
Adapun kriteria yang baik untuk membuat kamar gelap adalah sebagai berikut:
a. Dinding dilapisi dengan logam Pb dan dicat berwarna hitam.

b. Dinding kamar tidak dibuat membetuk sudut agar mudah dalam membersihkan
dan mencegah tertinggalnya kontaminan seperti debu dan lainnya dalam dinding.

c.Kondisikan ruangan menjadi gelap atau hindarkan adanya cahaya yang masuk,
meskipun hanya lampu senter dan lain sebagainya.
d.Atap kamar tidak terbuat dari bahan yang mudah ditembus cahaya atau mudah
diterobos sinar dari luar.
e.Sebaiknya pintu masuk kedalam kamar gelap dibuat seperti huruf S atau di beri
korden (tirai) setelah pintu masuk.
f.Sediakan hanger dan kaset dalam ruang gelap sebagai tempat film.
g.Sediakan tiga kotak secara berurutan yang berisi cairan developing
(pengembang), rinshing (Pembilas) dan fixing (penyetop) serta sediakan satu drum
yang berisi air aquades (air suling) sebagai washing (Pencucian).
h.Jika ada, sediakan lampu infra merah (infra red) untuk membantu penerangan
dalam kamar gelap. - (Sumber duniaveteriner)
- See more at: http://www.duniaalatkedokteran.com/2010/10/kriteria-kamar-gelap-dalam-
kedokteran.html#sthash.pUktTFiS.dpuf
Pengertian Dan Fungsi Kamar Gelap

    Kamar gelap adalah ruang khusus yang digunakan sebagai tempat pengolahan film dimana

proses pengolahan film tersebut terjadi proses pembangkitan sampai terbentuknya radiograf

secara kimiawi.

    Menurut Jenkins (1980) kamar gelap dalam pelayanan radiologi berfungsi sebagai berikut :

a.       Tempat untuk mengeluarkan film dari dalam kaset dan memasukan ke dalam kaset.

b.      Tempat untuk memberikan Identitas pada film.

c.       Tempat untuk proses film rontgen, baik secara manual maupun otomatis.

d.      Tempat perawatan dan lembar penguat.

e.   Tempat untuk mempersiapkan larutan kimia yang digunakan dalam proses pengolahan secara

manual maupun otomatis.

f.       Tempat untuk perawatan mesin pengolahan otomatis.

g.      Tempat untuk penyimpanan film yang belum tersinari.

2.      Syarat – Syarat Kamar Gelap

     Kamar gelap harus memenuhi persyaratan tertentu untuk mendapatkan radiograf yang

memenuhi standard serta pekerjaan itu dapat dilaksanakan dengan mudah, sederhana dan

aman (Jenkins, 1980)

    Menurut Jenkins (1980) kamar gelap dalam pelayanan radiologi harus mempunyai syarat –

syarat sebagai berikut :

 Kamar gelap harus cukup terlindung dari sinar X, Sinar matahari dan cahaya dari
ruang sebelahnya.
 Ventilasi yang cukup dalam kamar gelap
 Pengaturan udara (Air Conditioner) hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga
cairan pencuci film dapat dipertahankan suhunya.
 Proteksi radiasi sinar roentgen merupakan syarat lain yang harus dipenuhi.
 Persediaaan air yang cukup dan system pembuangan air yang baik.
 Perlengkapan kamar gelap yang memadai.
 Safety Light yang aman/ tidak bocor.
 Ukuran kamar gelap harus ditentukan menurut kapasitas bagian roentgen dan beban
kerja harian.
 Ukuran 10 meter, sedang dimensinya 3 m x 2 m x 3 m.

j.         Lantai kamar gelap dilapisi ubin sampai setinggi 1,5 m – 2 m, sela – sela ubin ditutupi

dengan semen murni agar tidak mudah meresap serta dinding dicat dengan warna cerah.

3.      Perlengkapan Kamar gelap

    Perlengkapan kamar gelap secara keseluruhan adalah sebagai berikut (Jenkins, 1980) :

a.       Film Roentgen

    Film roentgen adalah lembaran yang mempunyai lapisan pelindung emulsi dan alas film,

berdarsarkan jumlah lapisan emulsi terdapat film roentgen satu emulsi (single emulsion) dan

dua emulsi (double emulsion).

b.      Kaset

    Kaset adalah kotak gepeng cahaya yang berisi dua buah lembar penguat yang

memungkinkan untuk dimasukkan film roentgen yang berfungsi untuk melindungi film dari

pengaruh cahaya, melindungi film dan lembar penguat dari tekanan mekanik dan menjaga

kontak antara lembar penguat dengan film agar tetap terjaga.

c.       Hanger film

    Tempat menggantung film roentgen pada saat melakukan pencucian manual maupun

pengeringan. Pemakaian hanger ini harus disesuaikan dengan ukuran film yang digunakan.

d.      Kotak pergantian kaset

    Kotak pergantian kaset adalah suatu kotak yang digunakan untuk mengeluarkan dan

memasukan (transportasi) dari kamar gelap tanpa mengganggu jalannya proses pengolahan

film dikamar gelap.

e.       Alat pencetak Identitas (Print radiografi)

    Alat pencetak Identitas (Print radiografi) adalah alat yang digunakan untuk mencetak

Identitas pasien dengan cara fotografis yang menggunakan cahaya lampu. Dengan adanya

Identitas pada radiograf maka dapat dibedakan antara radiograf yang satu dengan yang lain.
f.       Kotak penyimpan film

    Kotak penyimpan film adalah kotak yang digunakan untuk menyimpan film yang belum

terkena sinar yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan ukuran film yang ada. Kotak ini

juga dilengkapi dengan rangkaian elektronik untuk menjaga lampu dengan kotak

penyimpanan tidak terbuka secara bersamaan (Chesney, 1980)

g.      Almari

    Biasanya almari ini dilengkapi dengan meja dan rak untuk penyimpanan film. (Chesney,

1980)

4.      Film radiologi

    Dalam pemeriksaan radiodiagnostik konvensional sangat diperlukan film radiografi, film

ini merupakan alat yang dapat digunakan untuk mencatat gambaran secara permanen yang

terbuat dari bahan – bahan khusus. Pembuatan film radiografi dilakukan dengan ketepatan

dan prosedur kualitas yang tinggi, peralatan produksi yang digunakan harus bersih karena

pengotoran atau kontaminasi walaupun hanya sedikit dapat mengurangi dan membatasi film

sinar X yang menembus objek (Bushong, 2001).

    Untuk mendapatkan gambaran radiograf diperlukan bahan yang peka terhadap sinar X atau

cahaya. Emulsi film merupakan bahan dasar yang digunakan untuk mencatat bayangan.

Bahan ini merupakan suspensi dari garam yang peka cahaya atau perak halide yang diikat

dengan gelatin.

            Struktur  film sinar X :

a.       Dasar film (film base)

    Dasar film base terbuat dari polyester atau cellulose triacetate yang memiliki tebal 150-250

mm. Film base harus memiliki sifat – sifat yang dapat menunjang fungsinya sebagai bahan

pendukung lapisan lainnya. Sifat – sifat tersebut adalah flexible, kuat, tidak mudah terbakar,

berwarna bening atau jernih dan diberi warna biru untuk memudahkan dalam melihat lapisan
halasi untuk mengurangi pantulan cahaya dari lapisan emulsi dan lapisan khusus yang

berguna mengurangi cahaya dari satu screen yang menembus film menuju screen lainnya

yang dikenal dengan crossover effect (Bushong, 1988).

b.      Lapisan perekat

    Merupakan lapisan perekat antara film base dan lapisan emulsi. Fungsinya adalah untuk

mencegah adanya gelembung udara atau perubahan bentuk mencegah adanya gelembung

udara atau perubahan bentuk film ketika diproses dalam cairan pengolahan film (Carlton and

Adler, 2001).

c.       Merupakan bahan yang sensitive terhadap foton atau cahaya yang digunakan untuk merekam

atau mencatat gambar atau film. Terbuat dari perak Halide, seperti perak bromide ( AgBr ),

perak lolida ( Agl ). Atom – atom dari krital perak iodobromida tersusun dalam bentuk kisi –

kisi kubus. Tiap kristalnya berisi efek dimana ion perak ( Ag+ ) diletakkan dan bebas

bergerak. Mobilitas ion inilah yang berperan penting dalam pembentukan bayangan laten.

Perak halide tersebut dicampue dengan galatin. Galatin berasal dari matrik protein kulit atau

tulang binatang yang berfungsi untuk :

1)      Menyerap air selama proses pengolahan film

2)      Menjaga suspensi bromide

3)      Mengikat film base dan film emulsi

4)      Membantu mencegah rekobinasi ion bromide setelah terkena eksposi (Robert and Smith,

1988)

5.      Proses pengolahan film

    Tujuan dari proses pengolahan film adalah untuk mengubah bayangan laten menjadi

bayangan nyata yang permanen atau bayangan negative.

     6.   Pemberian Identitas Film


    Identifikasi berguna sebagai pendukung atau pelengkap informasi yang disajikan radiograf

dan mencegah terjadinya kesalahan pembacaan dalam meletakkan Identifikasi radiograf

harus sesuai dengan sisi pembacaan dan tercakup dalam lapangan penyinaran sinar X.

a.       Macam cara pemberian Identifikasi film dilihat dari segi saat pencetakkan :

1)      Identifikasi film sebelum dilakukan pemrosesan dan belum dieksposi

2)      Identifikasi film sebelum dilakukan pemrosesan  tetapi telah dieksposi

3)      Identifikasi film yang telah dieksposi dan telah dilakukan pemrosesan.

b.      Macam Identifikasi radiograf yaitu :

1)      Urutan angka (1, 2, 3, ..) pada film serial yang ditambahkan sesuai periode waktu.

2)      Identifikasi yang menunjukkan posisi pasien pada saat pembuatan radiograf. Misal posisi

erect, supine, RAO.

3)      Waktu eksposi film, menunjukkan jam, menit, detik berapa film dikenai sinar X.

4)      Penambahan huruf tertentu. Misal PE, PM, PF.

5)      Untuk Identifikasi kedalaman lapisan pada pemeriksaan tomografi dengan menggunakan

angka beserta satuannya (millimeter, centimeter).

6)      Identifikasi pada stereoradiografi diwakili oleh dua huruf. Dimana huruf pertama

menunjukkan sisi tubuh yang diperiksa (ka/ki) dan huruf yang lain menunjukkan arah

pergerakan tabung.

7)      Penunjuk arah, biasanya berupa anak panah.

8)      Identitas pasien berfungsi untuk menghindari kemungkinan tertukarnya film dari seorang

pasien dengan pasien yang lain.

c.       Macam – macam system pemberian tanda pada radiograf :

1)      Huruf opak dan kumpulan huruf yang membentuk suatu kata.

a)      Dicetak dengan bantuan sinar X.


b)      Dibentuk dari timbal, Mencetak timbal pada lembar perspeks cetakan stensil pada sebuah

strip logam sehingga membentuk lubang huruf.

c)      Penggunaanya diletakkan pada kaset dengan bantuan plester sebelum dilakukan eksposi.

d)     Yang perlu diperhatikan adalah huruf atau kumpulan huruf opak jangan diletakkan pada

posisi yang dapat menutupi bayangan obyek dan apabila lapangan penyinaran dibatasi oleh

konus/ kolimator peletekkan marker kurang tepat apabila ditempatkan pada tepi kaset.

e)      Marker dengan bentuk “ Clip On “ yaitu bentuk marker yang mempunyai penjepit. Cara

penggunaanya dengan dijepitkan pada ujung tepi kaset. Besar marker sekitar 12 x 19 mm dan

posisi huruf R dan L 5 cm dari ujung tepi kaset.

2)      Perforating device

a)      Dengan cara melubangi film akan membentuk.

b)      Kata, angka atau kode tertentu sesuai yang diharapkan.

     7.   ID (Identitas ) print


      Definisi Identitas Radiografi Semua karakteristik untuk mengenali seseorang dari suatu

citra negative pada film fotografik yang dibuat melalui sinar X yang dilewatkan melalui

bahan atau jaringan. (Kamus kedokteran)

a.       Fungsi Identitas Radiograf

    Dibidang radiologi ID Print atau Identifikasi Print adalah suatu alat yang digunakan untuk

mencatat Identitas merupakan salah satu bagian tugas pokok dari seorang radiographer

sebelum melakukan pemeriksaan agar diperoleh gambaran hasil radiograf yang bekualitas.

(Jenkins,1980).

    Identitas pasien pada radiograf berfungsi untuk menghindari kemungkinan tertukarnya

pasien yang satu dengan yang lain, sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahan diagnosa

yan dapat beranekibat fatal.


    Adapun Identitas pasien yang biasanya dicantumkan pada film radiograf antara lain : data

pasien terdiri dari nama dan umur pasien, nomor foto, tanggal pembuatan foto, nama rumah

, lain
sakit dan marker. Identitas tersebut sangat dibutuhkan untuk menambah informasi

sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam membuat radiograf dan dapat mempermudah

pengarsipan.  

b.      Cara Pemberian Identitas pada Radiograf

    Macam – macam cara pemberian Identitas film jika dilihat pada pencetakan yaitu :

1)      Identifikasi film sebelum dilakukan pemprosesan tetapi film belum diekpose. Caranya,

setelah film berada didalam kaset kemudian sisi tepi kaset diletakkan huruf atau letter set

yang tidak sinar X.

2)      Identifikasi sebelum dilakukan pemprosesan tetapi telah dilakukan ekspose. Setelah kaset

diekpose didalam kamar gelap film tersebut dikeluarkan dari dalam kaset dan di Identifikasi

dengan menggunakan alat pencetakan sebelum diproses didalam larutan pembangkit.

3)  Identifikasi film yang telah diekpose dan telah dilakukan pemprosesan. Identifikasi ini

dilakukan dikamar gelap bagian kering atau ruang baca radiograf. PengIdentifikasian film ini

dapat dilakukan ditempat ruang setelah film selesai diproses dan telah kering. Biasanya

menggunakan spidol tinta putih. (Jenkins D, 1983)


Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang professor fisika dari Universitas
Wurzburg, Jerman. Saat itu ia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari Kristal
barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Pada tahun 1901
mendapat hadiah nobel atas penemuan tersebut. Akhir Desember 1895 dan awal Januari 1896
Dr Otto Walkhoff (dokter gigi) dari Jerman adalah orang pertama yang menggunakan sinar x
pada foto gigi ( premolar bawah) dengan waktu penyinaran 25 menit, selanjutnya seorang
ahli fisika Walter Koenig menjadikan waktu penyinaran 9 menit dan sekarang waktu
penyinaran menjadi 1/10 second (6 impulses).

William Rollins adalah orang yang mengerjakan intraoral radiograf pada tahun 1896
mengalami cedera disebabkan efek pekerjaan yaitu kulit tangannya terbakar sehingga
direkomendasikanlah pemakaian tabir/pelindung antara tabung, pasien maupun radiographer.
Korban lain dr Max Hermann Knoch orang Belanda yang bekerja sebagai ahli radiologi di
Indonesia. Ia bekerja tanpa menggunakan pelindung tahun 1904 dr Knoch menderita kelainan
yang cukup berat luka yang tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya. Lama
kelamaan tangan kiri dan kanan jadi nekrosis dan lama diamputasi yang akhirnya meninggal
karena sudah metastase ke paru-paru.

A.Sinar X

Sinar x adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang listrik,
radio, inframerah panas, cahaya, sinar gamma , sinar kosmik dan sinar ultraviolet tetapi
dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Penggunaan sinar x adalah sesuatu yang
penting untuk diagnosa gigi geligi serta jaringan sekitarnya dan pemakaian yang paling
banyak pada diagnostic imaging system. Perbedaan antara sinar dengan sinar elektromagnetik
lainnya terletak pada panjang gelombang dimana panjang gelombang pada sinar x lebih
pendek, yaitu :

1 A = 1/100.000.000 cm = 10-8 cm.

Lebih pendek panjang gelombang dan lebih besar frekwensinya maka energi yang berikan
lebih banyak. Energi pada sinar x memberikan kemampuan untuk penetrasi khususnya gigi,
tulang dan jaringan disekitar gigi.

B. Sifat-Sifat Sinar X

Sinar x mempunyai beberapa sifat fisik yaitu daya tembus, pertebaran, penyerapan, efek
fotografik, fluoresensi, ionisasi dan efek biologik, selain itu, sinar x tidak dapat dilihat
dengan mata, bergerak lurus yang mana kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya, tidak
dapat difraksikan dengan lensa atau prisma tetapi dapat difraksikan dengan kisi kristal. Dapat
diserap oleh timah hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda
padat, mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi.

a. Daya tembus
Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus yang sangat besar
seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung ( besarnya KV) yang digunakan, makin
besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar
daya tembusnya.

b. Pertebaran
Apabila berkas sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar tersebut akan
bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan atau
zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan terjadinya gambar radiograf dan pada film akan
tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini
maka diantara subjek dengan diletakkan timah hitam (grid) yang tipis.

c. Penyerapan
Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan
bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya makin besar
penyerapannya.

d. Fluoresensi
Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink sulfide
memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :
1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar x saja.
2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar x
sudah dimatikan (after – glow).

e. Ionisasi
Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat menimbulkan ionisasi
partikel-partikel atau zat tersebut.

f. Efek biologi
Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek biologi ini yang
dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.

C. Proses Terjadinya sinar X

1.Di dalam tabung roentgen ada katoda dan anoda dan bila katoda (filament) dipanaskan
lebih dari 20.000 derajat C sampai menyala dengan mengantarkan listrik dari transformator,
2. Karena panas maka electron-electron dari katoda (filament) terlepas,
3. Dengan memberikan tegangan tinggi maka electron-elektron dipercepat gerakannya
menuju anoda (target),
4. Elektron-elektron mendadak dihentikan pada anoda (target) sehingga terbentuk panas
(99%) dan sinar X (1%),
5. Sinar X akan keluar dan diarahkan dari tabung melelui jendela yang disebut diafragma,
6. Panas yang ditimbulkan ditiadakan oleh radiator pendingin.

Sinar-X dari proces kejadiannya, dikelompokan menjadi 2 yaitu :

1. Sinar-X Brehmsstrahlung
Electron dengan kecepatan tinggi (karena ada beda potensial 1000 Kvolt) yang mengenai
target anoda, electron tiba-tiba akan mengalami pelemahan yg sangat darastis oleh target
sehingga menimbulkan sinar-x, sinar-x yg terjadi dinamakan “sinar-x brehmsstrahlung” or
“braking radiation”. Pada waktu muatan (electron) yang bergerak dengan kecepatan tinggi
(mengalami percepatan), karena adanya beda potensial, muatan (electron) akan memancarkan
radiasi elektromagnetik dan ketika energy electron cukup tinggi maka radiasi elektromagnetik
tersebut dalam range sinar-x.Sinar-x jenis ini tidak dipergunakan untuk XRD (X-Ray
Difraction)
2. Sinar-x karakteristik
Electron dari katoda yang bergerak dengan percepatan yg cukup tinggi, dapat mengenai
electron dari atom target (anoda) sehingga menyebabkan electron tereksitasi dari atom,
kemudian electron lain yang berada pada sub kulit yang lebih tinggi akan mengisi
kekosongan yang ditinggalkan oleh electron tadi, dengan memancarkan sinar-x yang
memiliki energy sebanding dengan level energy electron. Karena sinar-X karakteristik
memiliki Panjang gelombang tertentu yang dapat difilter, maka jenis ini banyak diaplikasikan
untuk XRD (X-RAy Diffraction) dalam menentukan struktur material.

Sinar x mempunyai beberapa sifat fisik yaitu daya tembus,pertebaran,penyerapan,


efek fotografik, fluoresensi, ionisasi dan efek biologik, selain itu,sinar x tidak dapat dilihat
dengan mata, bergerak lurus yang mana kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya,
tidak dapat difraksikan dengan lensa atau prisma tetapi dapat difraksikan dengan kisi
kristal. Dapat diserap oleh timah hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau
benda padat, mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi.

a. Daya tembus

Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus yang
sangat besar seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV)
yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendahberat atom atau
kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya.

b. Pertebaran

Apabila berkas Sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas Sinar tersebut
akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada
bahan atau zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan terjadinya gambar radiograf
dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi
akibat radiasi hambur ini maka diantara subjek dengan diletakkan timah hitam (grid)
yang tipis.

c. Penyerapan

Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau
kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya
makin besar penyerapannya.

d. Fluoresensi
Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink sulfide
memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :

1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi Sinar x saja.


2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun
radiasi Sinar x sudah dimatikan (after – glow).
e. Ionisasi

Efek primer dari Sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat menimbulkan
ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.

f. Efek biologi

Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek biologi


ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.

Anda mungkin juga menyukai