Anda di halaman 1dari 33

PEDOMAN

PELAYANAN RADIOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BENGKULU TENGAH


BAB I

KETENTUAN UMUM

PASAL I

Dalam Keputusan Direktur RSUD Bengkulu Tengah yang dimaksud dengan :

1. Pelayanan Radiologiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosa dengan


menggunakan radiasi pengion, meliputi pelayanan X Ray dan USG.

2. Pelayanan Imajing Diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis


dengan menggunakan radiasi non pengion antara lain USG

3. Radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan tugas


wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi, imejing,
kedokteran nuklir dan radioterapi dipelayanan kesehatan dalam upaya
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan

4. Ruang Radiologi adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan


pelayanan radiologi dengan menggunakan berbagai alat X Ray dan USG

5. Pemeriksaan radiologi Non Kontras adalah pemeriksaan radiodiagnostik tidak


menggunakan zat kontras yang disuntikan atau diminum. Contoh : foto thorax,
extrimitas, skedel.

1
BAB II
TUJUAN
Pasal II

Pedoman Pelayanan Radiologi di RSUD Bengkulu Tengah bertujuan sebagai pedoman pelaksanaan
pengkajian dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien oleh semua praktisi kesehatan sampai pasien
mendapatkan tata laksana yang profesional, efektif dan efisien.

BAB III
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal III

Apabila terjadi perubahan yang berkaitan dengan pedoman pelayanan radiologi maka akan sesuai
dengan perubahan pedoman yang baru.

BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 4

1. Pedoman Pelayanan Radiologi tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
dipisahkan dari keputusan direktur RSUD Bengkulu Tengah ;
2. Keputusan Direktur RSUD Bengkulu Tengah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan akan
ditinjau kembali apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini .

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh


suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pelayanan kesehatan
yang bermutu merupakan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Instalasi Radiologi dalam sistem pelayanan kesehatan di rumah
sakit berperan sangat penting dan strategis serta merupakan
infrastruktur yang tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.
Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang
menggunakan sinar peng-ion ataupun bahan radioaktif sehingga
penggunaan bahan tersebut mempunyai dua sisi yang saling
berlawanan, yaitu dapat sangat berguna bagi penegakan diagnosa dan
terapi penyakit dan di sisi lain akan sangat berbahaya bila
penggunaannya tidak tepat dan tidak terkontrol. Untuk itu setiap
pengguna ataupun pelaksana pelayanan radiologi harus senantiasa
merjamin mutu pelayanannya yaitu harus tepat dan aman baik bagi
pasien, pekerja maupun lingkungan atau masyarakat sekitarnya
Kegagalan Instalasi Radiologi dalam menjalankan tugas pokoknya
dapat mempengaruhi kinerja pelayanan secara umum yang pada
akhirnya dapat menurunkan citra rumah sakit sebagai bagian penting
dalam sistem pelayanan kesehatan nasional.
Dengan dasar tersebut ditambah dengan semakin meningkatnya
tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu
termasuk untuk pelayanan radiologi maka pedoman ini disusun sebagai
acuan setiap pelaksana radiologi dalam melaksanakan tugasnya.

1
B. Tujuan Pedoman

1. Tujuan Umum :

Tercapainya standar pelayanan radiologi di RSUD Bengkulu Tengah


untuk semua pasien,
2. Tujuan Khusus :

a. Sebagai acuan bagi pelaksana radiologi dalam memeberikan


pelayanan radiologi di RSUD Bengkulu Tengah
b. Sebagai tolak ukur dalam menilai penampilan sarana pelayanan
radiologi di RSUD Bengkulu Tengah
c. Sebagai pedoman dalam upaya pengembangan lebih lanjut yang
arahannya disesuaikan dengan tingkat pelayanan radiologi yang
telah dicapai dan proyeksi kebutuhan pelayanan di masa depan.
C. Ruang Lingkup Pelayanan

Ruang lingkup pelayanan Instalasi Radiologi meliputi :

1. Pelayanan Radiodiagnostik Konvensional

Yaitu pemeriksaan radiodiagnostik dengan menggunakan pesawat


konvensional yang menghasilkan gambaran radiograf untuk
membantu menegakkan diagnose.
2. Pelayanan Imaging Diagnostik

Yaitu pelayanan untuk melakukan diagnosa dengan menggunakan


radiasi non pengion yaitu alat USG.
D. Batasan Operasional

1. Pelayanan Radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan


diagnosis dengan menggunakan radiasi pengion, meliputi
pelayanan X Ray Konvensional.

2
2. Pelayanan Imajing Diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan
diagnosis dengan menggunakan radiasi non pengion antara lain
USG
3. Radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan
kegiatan radiografi, imejing, kedokteran nuklir dan radioterapi
dipelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan
4. Instalasi Radiologi adalah unit pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan radiologi dengan menggunakan berbagai
alat x ray dan USG .
5. Pemeriksaan Radiologi Non kontras adalah pemeriksaan
radiodiagnostik tidak menggunakan zat kontras yang disuntikkan
atau diminum. Contoh : foto thorax, extrimitas, skedel.

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Kepala Instalasi Radiologi

Kepala Instalasi Radiologi dipegang oleh seorang dokter


spesialis radiologi yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan
Direktur Utama.
Kepala Instalasi bertanggung jawab kepada Direktur medik dan
keperawatan. Tugas Kepala Instalasi Radiologi adalah :
a. Membuat perencanaan

b. Membuat Laporan kebutuhan operasional bulanan, semester


dan tahunan bagi Instalasi Radiologi.
c. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan terhadap staf dalam
rangka pengendalian/pengembangan mutu pelayanan
d. Melaksanakan monitoring/supervisi kegiatan.

e. Pengatur administrasi radiologi

f. Memimpin penyelenggaraan pertemuan staf dan pelaksana


untuk menyusun program, rencana dan evaluasi.
g. melakukan koordinasi dengan instalasi, bagian dan unit terkait.

h. memberikan laporan kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit

i. Melakukan penilaian staf melalui DP3

j. Membantu direktur dalam menyusun kebijakan pengelolaan


fungsi radiologi.
2. Pelaksana Radiologi/Radiografer

Radiografer bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi


Radilogi. Pelaksana Radiologi adalah lulusan
APRO/ATRO/ASRO/PAM RR, D3 Teknik, D4 Teknologi radiologi,
Politeknik jurusan Radio dan Radio Diagnostik dan radio terapi.

4
Radiografer harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengan standar pendidikan radiografer yang
ditetapkan oleh organisasi profesi (PARI) sesuai dengan yang
tercantum dalam keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
375/PER/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Radiografer.

Fungsi Radiografer :

1. Mengerti dan memahami Visi dan Misi Organisasi tempat kerja


dan organisasi profesi serta selalu berusaha agar visi dan misi
tersebut dapat terlaksana dengan beruapaya melaksanakan tugas
dengan sebaik- baiknya.
2. Meningkatkan jaminan kualitas pelayanan radiologi sesuai dengan
perkembangan IPTEK di bidang kedokteran.
3. Meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja bagi
penyelenggara pelayanan radiologi.
4. Meningkatkan upaya proteksi radiasi untuk mencegah
meningkatnya tingkat paparan radiasi dalam lingkungan sehingga
dapat meningkatkan kesehatan dan keselamatan masyarakat dan
lingkungan dari paparan radiasi yang berasal dari alatdan atau
sumber radiasi yang dimanfaatkan untuk keperluan kesehatan
5. meningkatkan teknik dan prosedur manajemen perlakukan zat
radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya sehingga mampu
mencegah atau mengurangi kemungkinan darurat radiasi.
6. Meningkatkan pengawasan, monitoring dan evaluasi ketaatan
pekerja radiasi terhadap teknik dan prosedur kerja dengan zat
radioaktif atau sumber radiasilainnya sebagai ssuatu proses.
Sehingga tercapai pelayanan yang tepat guna (efektif dan efisien)
serta profesional.
7. meningkatkan upaya jaminan kualitas radiologi termasuk sistem
pemelihararaan sarana, prasarana dan peralatan radiologi dalam
bentuk rekam medis radiologi dan imejing
8. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya evaluasi
pelayanan kepada masyarakat melalui pengadaan kotak saran,

5
angket/kuisioner dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
radiologi dan mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan radiologi yang diberikan.
Tugas Pokok Radiografer :

1. Melaksanakan pelayanan teknis radiografi secara profesional

2. Membantu melaksanakan program kepala Instalasi radiologi

3. Mengkoordinasi pelayanan kepada pasien yang membutuhkan


pelayanan radiologi.

Uraian Tugas :

1. Melaksanakan pemotretan

2. Melaksanakan administrasi pencatatatn pasien di radiologi

3. Membantu dokter radiologi dalam melaksanakan pemeriksaan


dengan media kontras atau pemeriksaan khusus.
4. Menyiapkan alat-alat pemeriksaan di radiologi agar siap pakai

5. Memproses hasil pemotretan.

6. Membersihkan peralatan raadiografi apabila sudah selesai digunakan.

3. Administrasi

Petugas Administrasi bertanggung jawab kepada Ka. Instalasi


Radiologi Tugas Pokok :
1. Mencatat pasien yang akan dilakukan pemotretan pada buku register

2. Membuat pelaporan dan pencatatan semua kegiatan di Instalasi


Radiologi Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Instalasi Radiologi
adalah :
Kualifika
No Nama Jabatan Keterangan
si

Formal
1 Kepala Instalasi Spesialis
Radiologi
Radiologi

6
2 Koordinator Ruangan D III Radiologi Berpengalaman > 3

tahun
3 Petugas Proteksi Radiasi D III Radiologi Memiliki SIB dari

BAPETEN
4 Radiografer Pelaksana D III Radiologi

B. Distribusi Ketenagaan

Pelayanan Instalasi Radiologi di RSUD Bengkulu Tengah dilaksanakan


selama 24 jam, 7 (tujuh) hari seminggu untuk melayani pasien rawat
jalan, rawat inap, IGD dan Cito. Jumlah tenaga di Instalasi Radiologi
RSUD Bengkulu Tengah saat ini berjumlah 5 orang terdiri dari :
1. Dokter spesialis radiologi : 1 orang

2. Radiografer : 4 orang

C. Pengaturan Jaga

a. Untuk Dinas Pagi :

Yang bertugas sejumlah 2 orang Radiografer

b. Untuk Dinas Sore :

Yang bertugas sejumlah 1 (satu ) orang radiografer

c. Untuk Dinas Malam :

Yang bertugas sejumlah 1 ( satu ) orang radiografer

 Pengaturan jadwal dinas Radiografer dibuat dan di pertanggung


jawabkan oleh Koordinator Ruangan dan disetujui oleh Direktur
Rumah Sakit
 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan
direalisasikan ke radiografer setiap satu bulan.
 Untuk radiografer yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka radiografer tersebut dapat mengajukan tukar dinas dengan
radiographer yang lain.
 Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti.
7
 Apabila ada radiografer jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka
radiografer yang bersangkutan harus memberitahu Karu Radiologi : 2
jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam.
Sebelum memberitahu Karu Radiologi, diharapkan radiografer yang
bersangkutan sudah mencari radiografer pengganti, Apabila
radiografer yang bersangkutan tidak mendapatkan radiografer
pengganti, maka Karu Radiologi akan mencari radiografer pengganti
yaitu radiografer yang hari itu libur.
 Apabila ada radiografer tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka Karu Radiologi akan
mencari radiografer pengganti yang hari itu libur. Apabila radiografer
pengganti tidak di dapatkan, maka radiografer yang dinas pada shift
sebelumnya wajib untuk menggantikan.(Prosedur pengaturan jadwal
dinas radiografer sesuai SOP terlampir).

8
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Ruangan

Kebutuhan ruangan Instalasi Radiologi ditetapkan berdasarkan :

1. Fungsi Ruangan/ Jenis Kegiatan

2. Proteksi terhadap bahaya radiasi bagi petugas, pasien dan lingkungan

3. Efisiensi

Persyaratan ruangan radiologi adalah :

1. Letak Radiologi mudah dijangkau dari ruangan gawat darurat,


Rawat Jalan dan ruangan Rawat Inap.
2. Di setiap ruangan Radiologi dilengkapi dengan alat pemadam
kebakaran.
3. Suhu ruang pemeriksaan 20-24C dan kelembaban 40-60 C

4. Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut.

Ruangan Radiologi RSUD Bengkulu Tengah mempunyai ruangan


pelayanan untuk semua jenis pemeriksaan radiologi rutin, baik
dengan atau tanpa kontras media, yaitu

1. Satu ruang work station Computer Radiografi

2. Satu ruang kamar gelap

3. Satu ruang penerimaan/pendaftaran pasien

4. Satu ruang jaga petugas

Semua ruangan mempunyai penerangan yang baik serta sebagian besar


sudah dilengkapi dengan AC. Aliran listrik dan air tersedia dengan
cukup.

9
B. Deskripsi Fasilitas

Di bawah Instalasi Radiologi terdapat beberapa ruang pemeriksaan antara lain;

1. Sistem Keamanan : Lampu merah tanda radiasi dan lampu

birel tanda

2. Ruangan sudah termasuk ruang operator dan lead glass ukuran 17


x 47 cm
3. Ruangan dilengkapi dengan AC

C. Prasarana penunjang :
 Tempat cuci tangan dokter/ staf

 Kamar ganti pasien

 Tabir radiasi, TLD [monitor radiasi perorangan], kaca mata x ray,

apron thyroid.

D. Peralatan

Peralatan yang disediakan di Instalasi Radiologi didasarkan pada pertimbangan :


1. Cara kerja peralatan radiologi diagnostik

2. Kelengkapan/peralatan dasar yang tersedia

Peralatan yang tersedia di Instalasi Radiologi mengacu kepada buku


pedoman pelayanan Diagnostik Kesehatan RI untuk menunjang kegiatan
pelayanan terhadap pasien.

1. Alat – alat processing film

1. Canon KXO-3255

2. Pinter Trimax Tx40

3. Kaset digital maging system (NMI) Saturn 8000


2. Peralatan dan perlengkapan proteksi radiasi

1. Apron (3 pcs)

2. TLD (14 pcs)

3. Kaca mata Xray (5 pcs)


10
4. Thyroid Apron (1 pcs)

5. Tabir Radiasi (1 pcs)

E. Perlengkapan Proteksi Radiasi

a. Apron Proteksi Tubuh

Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi


atau fluoroscopy dengan tegangan tabung puncak sinar-X hingga 150
kVp di RSUD Bengkulu Tengah tersedia dua buah dengan ketebalan
setara 0,25 mm dan 0,5mm lempengan Pb.
b. Ketentuan Umum

1. Berkas guna selalu diarahkan pada daerah yang diberi penahan


radiasi yang memadai. Penahan radiasi untuk radiografi thorax
menggunakan tempat holder kaset pada dinding ruang pesawat
sinar-X.
2. Tersedia tempat kendali untuk proteksi ahli radiografi. Tempat
kendali, dan jendela pemantauannya harus diberi penahan radiasi,
sehingga ahli radiografi tidak menerima paparan radiasi lebih dari
20 mSv per tahun.
3. Posisi tempat kendali sedemikian sehingga selama paparan tidak
seorang pun dapat masuk ke ruang radiografi tanpa
sepengetahuan ahli radiografi.
4. Ada tanda peringatan yang dipasang pada semua pintu masuk
setiap ruang radiografi (lampu merah). Tanda peringatan tersebut
menyatu dengan tanda radiasi dan poster berupa peringatan
‘’AWAS RADIASI’ dan ‘WANITA HAMIL HARUS MEMBERITAHUKAN
KONDISINYA’.

11
BAB IV
LOGISTIK

Kebutuhan Logistik di Instalasi Radiologi dikelompokan menjadi :


1. Alat Kesehatan Habis Pakai
Tergantung jenis peralatan yang digunakan , alat kesehatan habis pakai
yang digunakan di radiologi diantaranya :
a. Cassete Film berbagai ukuran
b. X Ray Film Konvensional berbagai ukuran
c. Dry View berbagai ukuran
d. CT Multipak FL Syringe 20 ml
2. Bahan Kimia/Obat
a. Zat kontras : barium enema, Omnipaque, Iopamiro
b. Developer
c. Fixer
3. ATK (Alat Tulis Kerja)
Disesuaikan dengan tata administrasi yang dilakukan di Ruang Radiologi
A. Alur Permintaan Barang Bahan Medis dan Non Medis
Bagian
Pengadaan
Permintaan Logistik umum
Ka. Radiologi
Barang

Bagian
Pengadaan
Logistik farmasi

12
B. Perencanaan

Pengadaan logistic radiologi harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :


a) Tingkat Persediaan
Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah
persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah jumlah safety
stock.

b) Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk


memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari
pembekal atau ruang penyimpanan umum.
Safety stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada
untuk bahan – bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat
diterima dari pemasok.
c) Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian
atau pembelian bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan
proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan untuk tahun
yang akan datang. Jumlah rata – rata pemakaian bahan untuk satu
bulan perlu dicatat.
d) Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan ( delivery time )
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai
bahan diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk
bahan yang sulit didapat.
Perencanaan dimulai dari Penanggung jawab ADM dan Logistik yang
mendata kebutuhan barang – barang medis dan non medis habis
pakai setiap bulan, mencek barang dan kebutuhan yang diperlukan
dan membuat bon permintaan barang yang kemudian diserahkan
kepada kepala ruangan laboratorium untuk ditandatangani untuk
kemudian diberikan kepada bagian pengadaan atau kebagian farmasi
sesuai dengan kebutuhan pemesanannya.
C. Permintaan
Permintaan barang tersebut dilakukan sesuai kebutuhan
permintaan, kebagian farmasi atau kebagian pengadaan dengan
menggunakan formulir bon permintan barang.
13
Dalam keadaan mendesak dan stock barang di radiologi kosong, maka
permintaan barang bisa dilakukan sewaktu – waktu pada jam kerja
sesuai kebutuhan.
D. Penyimpanan
Bahan logistic radiologi yang sudah ada harus ditangani secara
cermat dengan mempertimbangkan :
a) Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :

 Pertama masuk – petama keluar ( FIFO – first in – first out ),


yaitu bahwa barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus
digunakan lebih dahulu.
 Masa kadarluarsa pendek dipakai dahulu ( FEFO – first expired
– first out )
Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat
penyimpanan yang terlalu lama.
b) Tempat penyimpanan
c) Suhu / kelembaban
d) Sirkulasi udara

E. Penggunaan
Penggunaan barang logistik yang lebih dahulu masuk persediaan harus
digunakan lebih dahulu .Sedangkan yang memiliki Masa kadarluarsa
pendek juga dipakai terlebih dahulu.

14
BAB V
TATA LAKSANA
PELAYANAN PEMERIKSAAN
RADIOLOGI

A. Tata Administrasi
Dalam menyelenggarakan pelayanan radiologi diagnostik diperlukan
adanya sistem administrasi yang memuat aturan administrasi dalam
pelayanan radiologi, yang meliputi administrasi pada :
a. Loket penerimaan pasien
b. Ruang diagnostik
c. Pembacaan
d. Penyimpanan
e. Loket pengambilan hasil
Kebijakan dalam sistem administrasi pelayanan radiologi diagnostik adalah :
a. Unsur administrasi diselenggarakan oleh petugas administrasi yang
telah ditunjuk.
b. Ppelayanan radiologi diagnostik dilaksanakan atas indikasi yang
sesuai dengan SOP dan atas permintaan tertulis dari dokter, dokter
gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis.
c. Petugas administrasi mencatat semua data tentang jumlah, jenis dan
bentuk pelayanan radiologi diagnostik.
d. Setiap pasien di daftar dan dibuatkan catatan medik disertai nomor
catatan medik.
e. Kegiatan pelayanan radiologi diagnostik dilakukan selama 24 jam
dengan pengaturan shift.
f. Setiap tindakan yang dapat menimbulkan resiko (sesuai dengan
ketentuan umum pelayanan) terhadap pasien disertai surat
persetujuan (informed concent).
g. Setiap tindakan dilakukan oleh petugas yang berkompeten.
h. Penanggung jawab hasil pembacaan dan atau pemeriksaan radiologi
adalah dokter spesialis radiologi atau dokter yang memiliki
kompetensi terbatas yang ditetapkan oleh Kolegium dokter Spesialis
Radiologi disertai rekomendasi dari perhimpunan Dokter Spesialis
15
Radiologi Indonesia.

i. Pembacaan hasil pemeriksaan radiologi diagnostik dapat dilakukan


dengan menggunakan sarana teleradiologi sesuai dengan Standar
Pelayanan Radiologi PRSRI.
j. Hasil pembacaan telah diterima oleh pelanggan dalam waktu paling
lama 24 jam.
k. Hasil pembacaan telah diterima oleh pelanggan dalam waktu paling
lama 30 menit sudah mendapatkan hasil pemeriksaan sehingga dapat
memberikan pertolongan cepat kepada pasien.
l. Hasil pembacaan pasien dicatat dalam catatan medik.
m. menyimpan arsip tanda lulus, ijazah dan sertifikat tenaga yang
bekerja di ruang radiologi sesuai prosedur yang berlaku.
B. Perizinan
Setiap peralatan yang menggunakan radiasi pengion harus mempunyai
izin pemanfaatan alat dari BAPETEN.
C. Jenis Pemeriksaan
Pendekatan yang dipakai dalam penentuan standar jenis pemeriksaan adalah :
a. Jenis sarana pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan radiologi
b. Kebutuhan pemeriksaan oleh masyarakat
c. Kemampuan dan jenis perlatan yang tersedia
d. Jenis sumber daya yang tersedia
Berdasarkan hal di atas pelayanan radiologi di RSUD Bengkulu
Tengah dibedakan menjadi :
1. Pelayanan Pasien rawat Jalan
2. Pelayanan Pasien rawat Inap
3. Pelayanan Pasien IGD
D. Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD
a. Pasien datang ke ruang Radiologi dengan diantar oleh staf IGD
dengan membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi dari
dokter.
b. Data pasien dimasukkan ke buku register pendaftaran radiologi.
c. Pasien dipersilahkan untuk menunggu untuk diperiksa.

16
E. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
1. Radiografer yang mendampingi pasien memberikan informasi
mengenai kondisi pasien yang akan dibawa

2. Isi informasi mencakup :


 Keadaan umum ( kesadaran dan tanda – tanda vital )
 Peralatan yang diperlukan di IGD ( suction, monitor, defibrillator )
 Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care ( SPO – IGD – 024 )
 Radiografer IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & PJ Shift serta
menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang
diterima dari petugas ambulan.

F. Tata Laksana Sistem Rujukan


a. Petugas Penanggung Jawab
 Dokter IGD
b. Perangkat Kerja
 Ambulan
 Formulir persetujuan tindakan
 Formulir rujukan
G. Tata Laksana Sistim Rujukan IGD
1. Alih Rawat
 Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah
sakit rujukan mengenai keadaan umum pasein
 Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, dokter jaga
IGD menghubungi ambulance untuk pengiriman.
2. Pemeriksaan Diagnostik
 Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai
tujuan pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga
pasien harus mengisi informed consent
 Radiografer IGD menghubungi rumah sakit rujukan

17
H. Nilai Kritis Pemeriksaan Radiologi Berdasarkan Klinis
Anatomi Katagori Merah (1 – 2 jam)
Pemeriksaan
Kepala Perdarahan intrakranium
Ekstraaxial : EDH, SDH, SAH
Abdomen Pendarahan intra abdomen
Dikarenakan ruptur dari organ intraabdomen

Ekstremitas Fraktur Ekstremitas


Breast Ca mamae stadium lanjut
Thorax 1. Tension pneumothorax  gambaran udara bebas
pada cavum pleura yang menyebabkan penekananan
ke kontralateral
2. ETT Terlalu dalam :
Letak ETT normal :
Anak : 1,5 cm diatas carina
Dewasa : 2 cm di atas carina

18
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Ruang Radiologi harus memiliki program pengamanan yang


mencerminkan antisipasi resiko dan bahaya yang dihadapi. Program harus
mengatur praktek yang aman dan langkah pencegahan bahaya untuk staf
radiologi, karyawan lain dan pasien.
3. Keselamatan Radiasi
Ruang Radiologi harus memenuhi keselamatan radiasi sebagaimana yang
diatur dalam Peraturan Kepala BAPETEN tentang keselamatan Radiasi
dalam penggunaan radiologi intervensional.
4. Keselamatan Imaging Diagnostik
Instalasi Radiologi harus memperhatikan keselamatan penggunaan
Imaging Diagnostik (USG)
A. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi Untuk Personil
Dalam merencanakan sebuah unit radiologi ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu : pengaman terhadap bahaya radiasi.
Petugas yang menjalankan peralatan radiologi harus benar-benar aman
terhadap bahaya radiasi dikarenakan petugas yang bersangkutan setiap
harinya menjalankan peralatan radiologi.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Ketebalan dari dinding ruangan harus setara dengan 2,5 mm Pb.
2. Jarak antara sumber radiasi dengan petugas minimal 2 meter dari
sumber sinar primer setelah diberi shielding.
3. Pintu ruangan pemeriksaan harus dilapisi dengan Pb.
4. Petugas harus selamanya menjaga jarak sejauh mungkin dari berkas
utama. Paparan pekerja yang berasal dari berkas guna tidak
diperkenankan oleh kecuali berkas yang dihamburkan p[asien,
perlengkapan dan layar ( screen ).
5. Semua petugas harus menggunakan perlengkapan proteksi radiasi
yang tersedia.
6. Ahli radiografi harus tetap berada dalam tempat kendali atau di
belakang tabir proteksi ketika sedang melaksanakan paparan Sinar-
X. Dalam kasus dimana ada alasan yang membuat hal itu tidak
19
praktis, perlengkapan proteksi radiasi harus digunakan.
7. Apabila apron proteksi setara Pb digunakan, dosimeter perorangan
(misal film bagde atau TLD) harus digunakan di bawah apron. Jika
ekstremitas atau bagian tangan terkena paparan dosis yang lebih
besar secara signifikan, monitor ekstremitas tambahan hendaknya
digunakan.

8. Pesawat Sinar-x hanya dioperasikan oleh, atau di bawah supervisi


langsung orang terlatih dan handal.
9. Wadah tabung Sinar-X tidak boleh dipegang tangan petugas selama operasi.
10. Ketaatan prosedur penggunaan yang aman seperti diuraikan di atas
akan menjamin dosis gonad terhadap semua petugas yang harus
dijaga pada tingkat minimum yang dapat dipertahankan.
B. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi Untuk Pendamping Pasien
Pengamanan terhadap bahaya radiasi bagi pendamping
pasien/pengantar pasien, harus diperhatikan oleh petugas yang
menjalankan peralatan radiologi :
1. Pengantar pasien harus diberi pelindung (apron).
2. Membatasi jumlah Sinar-X yang keluar sesuai dengan objek yang
akan di rontgen.
3. Jika ada keperluan untuk membantu anak-anak atau pasien yang
fisiknya lemah, alat bantu harus digunakan. Jika orang tua,
pengantar atau petugas yang diminta membantu, mereka harus
diberikan apron dan sarung tangan proteksi dan diatur posisinya
sedemikian rupa sehingga terhindar dari berkas utama. Tidak
seorang pun petugas diperbolehkan melakukan tindakan tersebut
secara rutin.
4. Pengamanan terhadap bahaya radiasi untuk lingkungan sekitarnya.
Untuk pengamanan terhadap bahaya radiasi bagi lingkungan
sekitarnya, hal yang harus diperhatikan :
1. Ketebalan dari dinding ruangan minimal harus setara dengan 2,5 mm Pb.
2. Pintu-pintu ruangan yang terdapat peralatan harus dilapisi dengan
Pb yang tebalnya minimal 2,5 mm.
3. Pada waktu pemeriksaan, pintu harus selalu ditutup.

20
C. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi Untuk Pasien
Secara umum sudah ada kesepakatan bahwa paparan Sinar-X
medis dapat dikurangi secara mendasar dengan tidak mengurangi nilai
informasi medis yang diperoleh.
Untuk mencapai pengurangan ini, harus diperhatikan bahwa
pasien tidak diperkenankan dengan pemeriksaan radiologi yang tidak
perlu dan apabila prosedur radiologi dibutuhkan maka pasien harus di
proteksi dari paparan yang berlebihan selama pemeriksaan. Yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Ruang sinar-X tidak boleh digunakan lebih dari satu untuk


pemeriksaan radiologi secara simultan.
2. Semua pintu masuk menuju ruang sinar-X dan ruang ganti harus
ditutup ketika pasien berada di ruang sinar-X.
3. Pesawat sinar-X hanya harus dioperasikan oleh, atau di bawah
supervisi langsung orang terlatih dan handal.
4. Setiap petugas untuk monitoring radiasi wajib menggunakan TLD.
5. Kecuali orang-orang yang berkepentingan, tidak boleh seorangpun
berada di ruang sinar-X ketika paparan dilakukan.
6. Hanya petugas dan pasien yang boleh berada di dalam ruangan
dimana pesawat sinar-X terpasang ketika paparan dilakukan.
7. Lampu tanda radiasi harus di hidupkan saat pemeeriksaan sedang
berlangsung.
8. Radiografi paru, anggota tubuh (kaki dan tangan), dan lain sebagainya
bagi perempuan hamil dengan alasan yang sah, hanya boleh
dilakukan dengan menggunakan kolimasi berkas Sinar-X yang baik
dan menggunakan penahan radiasi yang tepat pada sekitar bagian
perut.
9. Radiografi pada bagian pinggul perempuan usia subur harus
dilakukan dalam hari ke-sepuluh mengikuti masa akhir menstruasi,
sebab resiko kehamilan sangat kecil selama periode ini. Dan juga
panahan radiasi gonad harus digunakan dan perlengkapan penahan
radiasi lainnya juga harus digunakan, jika tujuan pemeriksaan klinis
terus dilanjutkan.

21
D. Prosedur Intervensi Dalam Keadaan Darurat
1. Keadaan darurat atau kecelakaan adalah kejadaian diluar dugaan
yang memungkinkan terjadinya bahaya radiasi/ kontaminasi bagi
pekerja maupun masyarakat.
2. Tindakan pertama apabila terjadi kecelakaan adalah mengevakuasi
dan mengisolasi tempat kejadian untuk menghindari adanya
penerimaan dosis berlebih dan mempersiapkan rencana
penanggulangannya. Kemudian meninjau kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi serta mencatat semua kejadian kecelakaan untuk
dilaporkan ke BAPETEN oleh petugas proteksi radiasi serta diketahui
oleh pengusaha instalasi.
3. Bila ada kerusakan pada pesawat yang dikhawatirkan akan
membahayakan pasien/ petugas. Seperti jika ada bagian pesawat
yang menyebabkan petugas

terkena aliran listrik sinar-x yang tidak dapat di kontrol / keluar


Sinar-X terus menerus; dilakukan tindakan standar yakni;
a. Tekan tombol emergency stop yang terdapat pada meja
pemeriksaan atau pada kontrol table.
b. Hentikan pemeriksaan dan turunkan pasien dari meja pemeriksaan.
c. Apabila tombol emergency stop tidak berfungsi, maka untuk
keamanan segera turunkan saklar daya listrik PLN, sehingga
semua aliran listrik ke pesawat terputus.
d. Hubungi petugas teknik untuk memeriksa dan melakukan
perbaikan pada pesawat bila terjadi kerusakkan.
e. Bila keadan darurat kebakaran terjadi, lakukan standar
keselamatan, setelah meng-off-kan pesawat, gunakan apar untuk
memadamkan api, meminta pertolongan serta hubungi petugas
yang berwenang untuk itu.
E. Penanggulangan
Kemungkinan-kemungkinan terjadinya kecelakaan dan cara
penanggulangannya adalah : Setiap terjadi kecelakaan dibuat laporan
kejadian untuk dilaporkan ke Petugas Proteksi Radiasi.

22
BAB VII
PEMANTAUAN MUTU
PELAYANAN DI RADIOLOGI

A. Kebijakan Mutu
1. Rumah sakit menjamin mutu pelayanan Instalasi Radiologi dengan
membentuk Tim Mutu yang minimal terdiri dari dokter spesialis
radiologi, radiografer senior dan teknisi.
2. Tim mutu mengadakan pertemuan secara berkala dan memilki program
untuk menentukan frekuensi untuk mengontrol, memiliki dokumentasi
perawatan alat dan melakukan review sejauhmana program dapat
berjalan secara efektif.
3. Secara berkala dilakukan audit :
a. Dilakukan oleh auditor internal atau eksternal
b. Dilaksanakan untuk bidang manajerial, keuangan dan teknis
c. Dilaksanakan minimal 1 tahun sekali
d. Hasil audit dinformasikan kepada petugas terkait untuk dilakukan perbaikan
4. Kalibrasi alat dilakukan oleh laboratorium yang telah terakreditasi dan
ditunjuk oleh BAPETEN
5. Setiap perlatan mempunyai penanggungjawab.
6. Pelaksanaan jaminan dan kendali mutu sesuai dengan pedoman
yang dikeluarkan Kemenkes meliputi :
a. Pemeriksaan fisik alat secara visual
b. Pemeriksaan secara kuantitatif/kualitatif
c. Pemeriksaan kamar gelap
Terkait radiasi, pemantauan proteksi radiasi fasilitas dimaksudkan
untuk menunjukan bahwa pesawat Sinar-X tidak hanya berfungsi dengan
baik dan sesuai standar yang dapat diterapkan tetapi juga pesawat
Sinar-X tersebut di Instansi dalam lingkungan yang aman dan digunakan
dalam cara yang memberikan keselamatan radiasi maksimum bagi
pasien, ahli radiografi dan anggota masyarakat yang berada di sekitarnya.
Oleh karena itu, fasilitas Sinar-X penting dipantau secara rutin.

23
B. Prosedur Umum
Penggunaan rutin instalasi baru hendaknya ditunda hingga
pemantauan selesai dilakukan oleh seorang tenaga ahli dan instalasi
tersebut telah dinyatakan mematuhi ketentuan peraturan perundangan
yang berhubungan dengan instalasi yang telah selesai dikerjakan, yang
dapat menimbulkan bahaya radiasi, seperti perubahan penahan
radiasi, pergantian pesawat Sinar-X dengan tegangan tabung yang lebih
tinggi atau perubahan prosedur operasi.
Inspeksi visual sangat bermanfaat selama konstruksi fasilitas
baru, untuk menjamin pematuhan spesifikasi dan identitas kegagalan
kinerja pesawat Sinar-X yang sedang dipasang tersebut, sebab
ketidaktepatan dapat diperbaiki secara lebih ekonomis pada tahap
konstruksi dari pada dikemudian hari. Inspeksi tersebut meliputi
penetuan tebal Pb dan/ antara lempengan Pb dan penahan radiasi lain,
juga tebal dan kerapatan kaca Pb yang digunakan pada jendela
pemantauan.
Hasil pemantauan dan kesimpulan dalam bentuk tertulis yang
dibuat oleh tenaga ahli harus diserahkan kepada pemegang izin.
Semua salinan laporan tertulis tersebut harus disimpan oleh pemegang
izin dan aslinya selanjutnya disampaikan kepada BAPETEN.
C. Laporan Pemantauan
Laporan pemantauan harus ada dalam sistematik yang jelas, rinci,
hasil pengukuran disertakan juga kesimpulan disusun dan
rekomendasi dibuat oleh pelaksana pemantauan. Dalam laporan
tersebut, untuk instalasi yang sudah ada perhatian harus ditujukan
terhadap setiap temuan yang tidak lazim untuk menjelaskan keadaan
pesawat Sinar-X itu sendiri, prosedur instalasi atau prosedur operasi
yang dapat mempengaruhi keselamatan pasien, ahli radiografi dan
orang lain yang berada di sekitar fasilitas Sinar-X tersebut.
Laporan pemantauan harus mencakup sekurang-kurangnya
beberapa hal sebagai berikut :

24
1. Denah fasilitas, menggambarkan lokasi pesawat Sinar-X dan tempat
kendali dalam fasilitas juga sifat hunian dan daerah sekitar fasilitas.

2. Indentifikasi pesawat Sinar-X (misalnya, nama pabrik, model


penunjukan dan nomor seri generator, kendali, tabung Sinar-X dan
meja pemeriksaan). Tanggal atau sekurang-kurangnya perkiraan
tanggal pembuatan harus dicakup.
3. Pengamatan pada keadaan operasional (kedua hal, yaitu listrik dan
mekanik) pesawat Sinar-X pada waktu pemantauan. Perhatian
khusus hendaknya dilakukan terhadap setiap keadaan yang
berakibat kerusakan pesawat dikemudian hari.
4. Jumlah beban kerja yang sebenarnya atau perkiraan total beban
kerja fasilitas, juga beban kerja yang dibagi rata dengan arah berkas
utama dan prosedur yang digunakan bervariasi.
5. Hasil pengukuran radiasi dilaksanakan di dua daerah, yaitu di
dalam dan di luar daerah pengendalian.
6. Suatu penilaian atas kondisi apron, sarung tangan, pelindung gonad,
sketsel yang terbuat dari bahan Pb dan kelengkapan proteksi
lainnya.
7. Perkiraan paparan potensial petugas yang bekerja di dalam atau di
sekitar fasilitas.
8. Rekomendasi sehubungan dengan tindak lanjut pemantauan yang
diperlukan. Laporan pemantauan juga mencakup hasil investigasi
setiap paparan tinggi yang tidak lazim yang diperoleh dari laporan
dosimetri petugas sebelumnya

25
BAB VIII
REKAMAN DAN PELAPORAN

Dalam keadaan operasi normal, dibuatnya beberapa formulir yang dijadikan


menjadi sebuah buku untuk beberapa pencatatan yang penting, antara lain;
1. Kartu Kesehatan
Kartu kesehatan berisi data pemeriksaan rutin yang dilakukan
setiap tahun yang meliputi, pemeriksaan lab, yakni; Hb, Lekosit, LED,
Basofil, Eosinofil, Batang, Segmen, Limfosit. Monosit, jumlah eritrosit,
jumlah trombosit, Ht, Morfologi dan pemeriksaan thorax,
Kartu kesehatan dilakukan pada pekerja sebelum pekerja masuk
atau awal penerimaan pegawai, selama bekerja yang dilakukan
sekurang-kurang 1 kali dalam setahun, serta setelah pegawai tidak
bekerja lagi. Dokumen kesehatan ini disimpan selama 30 tahun
terhitung sejak pekerja radiasi tidak / berhenti bekerja.
2. Kartu Dosis
Kartu dosis adalah kartu yang berisi data hasil pemantauan
perorangan yang diterima dengan menggunakan monitor radiasi
perorangan yang digunakan yakni, film badge. Setiap pekerja radiasi
mempunyai satu berkas yang berisi hasil pemantauan melalui evalusai
film badge yang dilaporkan setiap bulannya. Dokumen ini disimpan
selama selama 30 tahun terhitung sejak pekerja radiasi tidak / berhenti
bekerja.
3. Loogbook Operasi
Berisi tentang data pasien yang dilakukan pemeriksaan pada
ruang pemeriksaan tertentu yang berisikan; tanggal dilakukan
pemeriksaan, nama, usia, alamat, nomor foto, dokter pengirim, jenis
pemeiksaan, posisi pemeriksaan, penggunaan faktor exposi, banyaknya
pengambilan exposi, jumlah pemakaian film, paraf petugas, dan
keterangan yang berisi penjelasan mengenai pengambilan exposi yang
berlebih atau terjadi pengulangan foto. Dokumen ini menjadi bukti
terhadap pasien telah dilakukan pemeriksaan dengan sinar-x.

26
4. Daftar Inventarisasi
Daftar inventaris berisikan data pesawat yang terdapat di radiologi
serta keterangan lainnya yang melipitu; nama yang ruangan terdapat
pesawat sinar- x, merk pesawat, data tabung yang terdiri dari merk,
type dan no. Seri, kemudian kondisi maksimum pesawat (KV, mAs,
mA), kondisi pesawat saat ini dan keterangan atau catatan yang
berisikan kapan pesawat di install dan bagaiman keadaan saat ini.
5. Bukti Perawatan Dan Perbaikan
Data yang berisikan masing-masing pesawat yang berisikan
perjalanan perawatan serta perbaikan yang dilakukan. Format
loogbook ini berisikan; no, tanggal, bagian yang dirawat/diperbaiki
terinci tiap bagian dan type serta no. seri, jenis kerusakkannya,
perawatan/perbaikan, nama / paraf teknisi dan keterangan / catatan.

27
BAB IX
PENUTUP

Demikian Pedoman Pelayanan Radiologi ini dibuat sebagai acuan dalam


pelaksanaan pedoman Pelayanan radiologi di RSUD Bengkulu Tengah.

28
29

Anda mungkin juga menyukai