Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK TENTANG

HOSPITALISASI PADA ANAK

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Yustika Amalia
2. Erika Paramita
3. Yudi Pratama

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (DIII)


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu
Jl. Merapi raya No. 43 Kebun Tebeng Bengkulu Telpon 073621977

T.A 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Hospitalisasi Pada Anak” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya..

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Hospitalisasi Pada Anak”. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bengkulu, Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................…... 1
A. LatarBelakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................….. 3
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................…… 4
A. Pengertian Hospitalisasi……………………........................................…….. 4
B. Relaksasi Terhadap Hospitalisasi…………………………………………… 5
C. Dampak Hospitalisasi……………………………...………………………... 9
D. Intervensi Perawat Dalam Mengatasi Hospitalisasi………………………… 12
E. Manfaat Hospitalisasi……………………………………………………….. 14
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15
D. Kesimpulan…………………………………………….………………… 15
E. Saran……………………………………………………..……………….. 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hospitalisasi adalah keadaan krisis pada anak saat anak sakit dan dirawat
di rumah sakit, sehingga harus beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit yang
asing, peralatan medis yang menakutkan dan prosedur medis yang menyakitkan
sering menjadi gambaran hospitalisasi (Wong, 2008). Anak yang belum pernah
mengalami proses hospitalisasi akan merasakan stress yang lebih tinggi
dibanding dengan anak yang sudah pernah mengalami hospitalisasi beberapa
kali. Pada anak prasekolah umumnya merasakan banyak ketakutan. Dampak
negatif dari hospitalisasi pada usia anak prasekolah adalah gangguan fisik,
psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan (Parini, 2002 dalam
Wahyuningsih, 2011).
Anak usia toddler dapat menjadi suatu pengalaman yang menimbulkan
trauma baik pada anak maupun orang tua sehingga menimbulkan reaksi tertentu
yang akan berdampak pada kerjasama anak dengan orang tua dalam perawatan
anak selama di rumah sakit. Memahami konsep hospitalisasi dan dampaknya
pada anak dan orang tua sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan
penting dilakukan oleh perawat.
WHO melaporkan) lebih dari 50% kasus penyakit infeksi berada di Asia
Tenggara dan Sub-Sahara Afrika. Tiga per empat kasus penyakit infeksi pada
balita berada di 15 negara berkembang. Indonesia termasuk dalam himpunan 15
negara tersebut dan menduduki tempat ke-6 dengan jumlah 6 juta kasus. Angka
kesakitan anak di Indonesia disebabkan oleh penyakit akut seperti pernafasan
50%, infeksi dan penyakit parasite 11%, cidera 15%, dan ketidakmampuan yang
dapat diukur dengan aktivitas dalam derajat tertentu (Pless dan Pless, 1997
dalam Wong, 2008). Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun
2010, angka kesakitan anak di Indonesia di daerah perkotaan menurut kelompok

1
usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-15
tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka 2 kesakitan anak
usia 0-21 tahun apabila dihitung dari keseluruhan jumlah penduduk adalah
14,44%. Data rawat inap RS.Wava Husada Kepanjen periode Januari sampai
dengan Agustus 2014 menunjukkan pasien anak yang dirawat di ruang inap C
berjumlah 857 anak dengan pengelompokan usia mulai 0-1 tahun 484 anak, 1-3
tahun 214 anak, dan 3-6 tahun 159 anak.
Anak yang dirawat dirumah sakit akan berpengaruh pada kondisi fisik dan
psikologinya, sehingga dalam hal ini tidak hanya anak yang akan merasakan
reaksi hospitalisasi, tetapi orangtua juga akan ikut merasakan, pada beberapa
orangtua reaksi hospitalisasi dapat berupa kecemasan yang akan berkembang
menjadi perasaan yang tidak nyaman dan cenderung menakutkan (Kim,
McFarlan, & Mclane, 1994 dalam Mariyam & Kurniawan, 2008).
Berdasarkan uraian diatas, maka upaya mengatasi masalah yang timbul
pada anak dalam perawatan di rumah sakit, difokuskan pada intervensi
keperawatan dengan cara meminimalkan stresor, memaksimalkan manfaat
hospitalisasi dan memberi dukungan psikologis pada anggota keluarga. Media
yang paling efektif dalam upaya meminimalkan stresor atau penyebab stres
adalah melalui kegiatan permainan anak, oleh karena itu pemberian aktivitas
bermain pada anak di rumah sakit memiliki nilai terapeutik yang akan sangat
berperan dalam memberikan pelepasan stres dan ketegangan pada anak (Wong,
2003 dalam Wahyuningsih, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hospitalisasi?
2. Apa saja reaksi saat dilakukannya hospitalisasi?
3. Apa dampak dari hospitalisasi?
4. Apa upaya perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi?
5. Apa manfaat dari hospitalisasi?
6. Apa saja trend dan isu dalam hospitalisasi?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi hospitalisasi
2. Untuk mengetahui reaksi dalam hospitalisasi
3. Untuk mengetahui dampak dari hospitalisasi
4. Untuk mengetahui cara mengatasi dampak hospitalisasi
5. Untuk mengetahui manfaat hospitalisasi

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hospitalisasi
Menurut Potter & Perry (2005) hospitalisasi adalah pengalaman yang
penuh tekanan, utamanya karena perpisahan dengan lingkungan normal dimana
orang lain berarti, seleksi perilaku koping terbatas, dan perubahan status
kesehatan.Hospitalisasi adalah kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya
perubahan atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan
(Parini, 1999).
Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan ,
bergantung pada institusi, sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis
penerimaan masuk rumah sakit (Stuart, 2007, hal :102).
Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang terencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi & perawatan
sampai dipulangkan kembali ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada anak
: cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. Bila anak stress maka orang tua
juga menjadi stress danakan membuat stress anak semakin meningkat
(Supartini, 2000).
Hospitalisasi terjadi apabila dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
anak mengalami suatu gangguan fisik maupun mentalnya yang memungkinkan
anak untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Secara sederhana, hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit
berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongandalam
perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan
penyakitnya.Tetapi pada umumnya hospitalisasidapat menimbulkan ketegangan
dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang
mempengaruhikesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di
rumah sakit.

4
B. Reaksi terhadap Hospitalisasi
Reaksi hospitalisasi bersifat individual dan sangat tergantung pada usia
perkembangan anak,pengalaman sebelumnya terhadapsakit,sistem pendukung
yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi
anak terhadap sakit adalahkecemasan karena perpisahan,kehilangan,perlukaan
tubuh,dan rasa nyeri.
Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai pengalaman
yang mengancam dan stressor.Kedua hal ini dapat menimbulkan krisis bagi
anak dan keluarga. Bagi anak, hal ini mungkin terjadi karena beberapa hal
seperti :
1. Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka
2. Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan
kebiasaan sehari-hari
3. Keterbatasan mekanisme koping
Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :
1. Tingkat perkembangan usia
2. Pengalaman sebelumnya
3. Support sistem dalam keluarga
4. Keterampilan koping
5. Berat ringannya penyakit
Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi:
1. Takut
a. Unfamiliarity
b. Lingkungan rumah sakit yang menakutkan
c. Rutinitas rumah sakit
d. Prosedur yang menyakitkan
e. Takut akan kematian

5
2. Isolasi
Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama
berpengaruh pada anak dibawah usia 12tahun.
Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus (
masker, pakaian isolasi, sarung tangan, penutupkepala ) dan keluarga yang
tidak dapat bebas berkunjung akan membuat anak menjadi stress dan takut
berada di rumah sakit.
3. Privasi yang terhambat
Hal ini biasanya terjadi pada anak remaja.Sikap yang biasanya
mucul adalah rasa malu.Contohnya dalam berpakaian.Anak merasa tidak
bebas berpakaian.
Reaksi anakterhadap hospitalisasi :
1. Masa bayi(0-1 th)
a. Pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang
b. Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas
c. Menangis keras
d. Pergerakan tubuh yang banyak
e. Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
2. Masa todler (2-3 th)
a. Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan .Disini respon
perilaku anak dengan tahapnya.
b. Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
c. Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang menunjukkan
minat bermain, sedih, apatis
d. Pengingkaran/ denial
e. Mulai menerima perpisahan
f. Membina hubungan secara dangkal
g. Anak mulai menyukai lingkungannya
3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
a. Menolak makan

6
b. Sering bertanya
c. Menangis perlahan
d. Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
e. Perawatan di rumah sakit :
1) Kehilangan kontrol
2) Pembatasan aktivitas
f. Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga
ada perasaan malu, takut, menimbulkan reaksi agresif, marah,
berontak, tidak mau bekerja sama dengan perawat.
4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan
yang dicintai , keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan
kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam
keluarga, kehilangan kelompok sosial,perasaan takut mati,kelemahan
fisik. Reaksi nyeri bisa digambarkan dengan verbal dan non verbal
5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya.
Pembatasan aktifitas menyebabkan kehilangan control
Reaksi yang muncul :
a. Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
b. Tidak kooperatif dengan petugas
Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkanrespon :
a. bertanya-tanya
b. menarik diri
c. menolak kehadiran orang lain

7
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi dan perasaan yang muncul dalam
hospitalisasi:
1. Berbagai macam perasaan muncul pada orang tua yaitu : takut, rasa
bersalah, stress dan cemas (Halsom and Elander, 1997)
2. Rasa takut pada orang tua selama anak di RS terutama pd kondisi sakit
anak yang terminal, karena takut kehilangan anak yang dicintainya dan
adanya perasaan berduka (Brewis, 1995).
3. Perasaan orang tua tidak boleh diabaikan karena apabila orang tua merasa
stress, hal ini akan membuat ia tidak dapat merawat anaknya dengan baik
dan akan menyebabkan anak menjadi semakin stress (Supartini, 2000).
4. Perasaan cemas dan takut
a. Rasa cemas paling tinggi dirasakan orang tua pada saat menunggu
informasi tentang diagnosis penyakit anaknya (Supartini, 2000)
b. Rasa takut muncul pada orang tua terutama akibat takut kehilangan
anak pada kondisi sakit yang terminal (Brewis, 1995).
c. Perilaku yang sering ditunjukan orang tua berkaitan dengan adanya
perasaan cemas dan takut ini adalah : sering bertanya atau bertanya
tentang hal sama berulang-ulang pada orang yang berbeda, gelisah,
ekspresi wajah tegang dan bahkan marah (Supartini, 2000)
5. Perasaan sedih
a. Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal
dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya
untuk sembuh
b. Pada saat menghadapi anaknya yang menjelang ajal, rasa sedih dan
berduka akan dialami orang tua
c. Pada kondisi ini orang tua menunjukkan perilaku isolasi atau tidak
mau didekati orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap
petugas kesehatan (Supartini, 2000).

8
6. Perasaan frustrasi
Perasaan frustasi yang dirasakan menurut Supartini (2004) , adalah
sebagai berikut :
a. Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak
mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis
yang diterima orang tua, baik dari keluarga maupun kerabat lainnya
maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustrasi.
b. Sering kali orang tua menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus
asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa (Supartini,
2004).
Reaksi orang tua dipengaruhi oleh:
1. Tingkat keseriusan penyakit anak
2. Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi
3. Prosedur pengobatan
4. Kekuatan ego individu
5. Kemampuan koping
6. Kebudayaan dan kepercayaan
7. Komunikasi dalam keluarga
C. Dampak Hospitalisasi
Dampak Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres
pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya
faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya),
lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga yang mendampingi selama
perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan
anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak
bersifat langsung terhadap anak, secara fisiklogis anak akan merasakan
perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi selama perawatan (Marks,
1998). Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada proses
penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Hal ini telah dibuktikan oleh
Robert Ader (1885) bahwa pasien yang mengalami kegoncangan jiwa

9
akanmudah terserang penyakit, karena pada kondisi stress akan terjadi
penekanan sistem imun (Subowo, 1992). Pasien anak akan merasa nyaman
selama perawatan dengan adanya dukungan sosial keluarga, lingkungan
perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian
akan mempercepat proses penyembuhan.
Dampak hospitalisasi yang dialami anak dan keluarga akan menimbulkan
stress dan rasa tidak aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi
anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.
Menurut Asmadi (2008, hal : 36) secara umum hospitalisasi menimbulkan
dampak pada lima aspek yaitu privasi, gaya hidup, otonomi diri, peran, dan
ekonomi.
a. Privasi
Privasi dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri
seseorang dan bersifat pribadi.Sewaktu dirawat di rumah sakit, pasien
kehilangan sebagian privasinya.
b. Gaya Hidup
Klien yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami perubahan
pada gaya hidupnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan situasi antara
rumah sakit dan rumah tempat tinggal klien serta oleh perubahan kondisi
kesehatan klien.Aktifitas hidup yang dijalani sewaktu sehat tentu berbeda
dengan aktifitas yang dijalaninya di rumah sakit.
c. Otonomi Diri
Individu yang sakit dan dirawat di rumah sakit berada dalam posisi
ketergantungan. Artinya ia akan pasrah terhadap tindakanapapun yang
akan dilakukan oleh petugas kehatan demi mencapai keadaan sehat. Ini
menunjukan, klien yang dirawat di rumah sakit mengalami perubahan
otonomi.

10
d. Peran
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan
oleh individu sesuai dengan status sosialnya.Perubahan yang terjadi akibat
hospitalisasi tidak hanya berpengaruh terhadap individu tetapi juga pada
keluarga. Perubahan yang terjadi antara lain :
1) Perubahan peran
Jika salah seorang anggota keluarga sakit, maka akan terjadi
perubahan peran dalam keluarga
2) Masalah keuangan
Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi .keuangan
yang sedianya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga akhirnya digunakan untuk kepentingan perawatan klien.
3) Kesepian
Suasana di rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota
keluarga yang dirawat.
4) Perubahan kebiasaan social
Sewaktu ada anggota keluarga yang dirawat, keterlibatan anggota
keluarga dalam masyarakat menjadi berubah.
e. Ekonomi

11
D. Intervensi Perawat dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi
Untuk mencegah supaya masalah hospitalisasi teratasi maka peran
perawat adalah tetap memberikan dukungan dan dorongan kepada klien secara
efektif agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan tetap menjaga
kepercayaan klien agar klien tidak merasa takut terhadap tindakan yang akan
dilakukan oleh perawat.
1. Fokus intervensi keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Meminimalkan stressor
b. Memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga klien
c. Mempersiapkan klien sebelum masuk rumah sakit
2. Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress dapat dilakukan
dengan cara :
a. Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
b. Mencegah perasaan kehilangan kontrol
c. Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh
dan rasa nyeri
3. Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan
a. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
b. Modifikasi ruang perawatan
c. Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah
d. Surat menyurat, bertemu teman sekolah
4. Mencegah perasaan kehilangan kontrol:
a. Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.
b. Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
c. Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain
d. Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan
orang tua dalam perencanaan kegiatan
5. Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
a. Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan
prosedur yang menimbulkan rasa nyeri

12
b. Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
c. Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
d. Tunjukkan sikap empati
e. Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan
yang dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian
tentang kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan
terbuka
6. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
a. Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang
tua untuk belajar.
b. Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit
anak.
c. Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
d. Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
e. Memberi support kepada anggota keluarga.
7. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
a. Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.
b. Mengorientasikan situasi rumah sakit.
c. Pada hari pertama lakukan tindakan :
1) Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
2) Kenalkan pada pasien yang lain.
3) Berikan identitas pada anak.
4) Jelaskan aturan rumah sakit.
5) laksanakan pengkajian .
6) Lakukan pemeriksaan fisik.
Selain itu, perawat juga berperan sebagai promotif yang memberikan
pandangan pada keluarga agar selalu setia mendampingi dan memberi perhatian
lebih kepada klien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.Hal ini
menjadi salah satu pendukung karena kehadiran orang terdekat dapat
mengurangi rasa cemas maupun jenuh selama klien menjalani perawatan.

13
E. Manfaat Hospitalisasi
Menurut Supartini (2004, hal :189) manfaat hospitalisasi adalah sebagai
berikut :
1. Membantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara meberi
kesempatan keluarga mempelajari reaksi pasien terhadap stressor yang
dihadapi selama perawatan di rumah sakit.
2. Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar. Perawatan dapat
memberikan kesempatan kepada keluarga untuk belajar tentang penyakit,
prosedur, penyembuhan, terapi, dan perawatan pasien.
3. Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan
memberi kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan ,
sehingga tiidak terlalu bergantung pada orang lain dan menjadi percaya
diri.
4. Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesama klien
yang ada, teman sebaya atau teman sekolah. Berikan kesempatan padanya
untuk saling kenal dan berbagi pengalaman

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada
lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongandalam perawatan atau
pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya.Tetapi
pada umumnya hospitalisasidapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta
dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang
mempengaruhikesembuhan dan perjalanan penyakit klien selama dirawat di
rumah sakit.Reaksi hospitalisasi bersifat individual.
Perawat berperan penting dalam memberika respon yang positif untuk
keluarga dan pasien dalam hospitalisasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
B. SARAN
Perawat sebaiknya sudah harus memahami dan mengerti tentang
hospitalisasi agar dapat menerapkannya dan dapat memberikan pelayanan yang
baik kepada pasien dan keluarga.
Bagi pihak rumah sakit hendaklah mendekorasi ruangannya agar pasien
tidak merasa takut dan gelisah berada di rumah sakit.Ruangan hendaklah
didesain untuk memberikan kenyamanan bagi pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA

Perry & Potter.(2009). Fundamental Keperawatan Ed 4.Jakarta : EGC

Stuart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta : EGC

Wong.Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri. Jakarta:EGC

16

Anda mungkin juga menyukai