TERAMPIL
Topik Kisi-Kisi
1) Komunikasi terapeutik
2) Promosi kesehatan
3) Penggunaan alat-alat pengaman/ pelindung fisik pada pasien mencegah
risiko cedera
4) Dokumentasi keperawatan
5) Pengkajian keperawatan dasar
6) Pemberian oksigenasi sederhana
7) Tindakan keperawatan gawat darurat/bencana/kritikal
8) Management patient safety
9) Intervensi keperawatan spesifik pada area keperawatan medikal bedah
Komunikasi
Terapeutik
Pengertian dan Tujuan Terapeutik
• Terapeutik: segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan
(KEMENKES RI)
HAL HAL YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Dimensi Kebuntuan
tindakan terapeutik
Konfrontasi
Resistensi
Kesegeraan
Transferens
Membuka diri
Countertransferens
Katarsis
Pelanggaran batas
Bermain peran
Tehnik Terapeutik
1. Mendengar aktif 15. Mendukung perbandingan
2. Mendengar pasif 16. Mengulang
3. Penerimaan 17. Refleksi
4. Klarifikasi 18. Exploring
5. Fokusing 19. Menghadirkan realitas
6. Observasi 20. Menunjukkan keraguan
7. Menawarkan informasi 21. Validasi
8. Diam 22. Penurunan jarak
9. Asertif 23. Humor
10. Menyimpulkan
11. Memberikan penghargaan
12. Menawarkan diri
13. Memberikan petunjuk
14. Menempatkan urutan waktu
Tehnik Komunikasi Terapeutik
1. Mendengar aktif
Konsentrasi aktif, penuh perhatian, menggunakan semua panca Indera – memberikan feedback
2. Mendengar pasif
Mengangguk, kontak mata, “uh..Huuh”, “mmhumm”, ”saya dengar…” – tidak memberikan
feedback
Arti diam:
• Marah, frustasi,menolak
• Mendengar penuh perhatian
• Berpikir tentang apa yang dibicarakan
• Tidak memahami
• Tidak ada lagi yang ingin dikatakan
• Saat menunggu ekspresi klien selanjutnya
• Sedih
Tehnik Komunikasi Terapeutik
9. Asertif
kemampuan mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan tetap menghargai hak
orang lain.
Asertif berarti:
• Mampu menggunakan berbagai strategi komunikasi untuk mengekspresikan diri
• Perilaku positif, jujur, terus terang dan adil
• Nyaman dalam mengontrol perasaan negatif, misalnya ketika cemas, tegang, malu
atau takut.
• Menjaga hak diri dan orang lain
1. Pre interaksi
2. Orientasi
3. Kerja
4. Terminasi
Tahapan komunikasi terapeutik
1. Pre interaksi
• Mengeksplorasi perasaan, bayangan dan ketakutan diri
• Menganalisa kekuatan profesional diri dan keterbatasan
• Mengumpulkan data tentang klien
• Menentukan masalah klien
• Merencanakan tindakan
Tahapan komunikasi terapeutik
2. Orientasi
• Salam, perkenalan
• Evaluasi/ validasi
• Kontrak: waktu, tempat, tujuan
3. Kerja
• Melakukan kegiatan yang telah direncanakan
• Mengeksplorasi stresor yang tepat
• Meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab
• Mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif
• Menangani tingkah laku klien yang dipertahankan/ resistance
Tahapan komunikasi terapeutik
4. Terminasi
• Evaluasi subjektif
• Evaluasi objektif
• Rencana tindak lanjut
• Kontrak: waktu, tempat dan tujuan
SOAL
1. Seorang laki-laki (31 tahun) dibawa ke RSJ oleh keluarga karena mengamuk dirumah. Hasil pengkajian:
pasien mengatakan dirinya adalah walikota dan semua orang harus mendengarkan perintahnya. Perawat
mendengarkan tanpa memutus pembicaraan pasien, memberi isyarat menganggukkan kepala sebagai
respon dari apa yang pasien sampaikan tanpa menunjukkan persetujuan terhadap cerita pasien.
Apakah jenis komunikasi terapeuitik yang sedang dilakukan oleh perawat ?
• A. mendengarkan dengan penuh perhatian
• B. klarifikasi
• C. mengulang
• D. menunjukkan penerimaan (accepting)
• E. memfokuskan (focusing)
SOAL
2. Seorang laki-laki (46 tahun) dibawa ke RSJ oleh dinas sosial karena berkeliaran di jalanan. Saat dilakukan
pengkajian pasien bercerita tentang kehidupannya di jalanan. perawat mencoba mengulang kembali ucapan
klien dengan bahasa perawat.
Apakah jenis komunikasi terapeuitik yang sedang dilakukan oleh perawat ?
• A. mendengarkan dengan penuh perhatian
• B. klarifikasi
• C. repetisi
• D. menunjukkan penerimaan (accepting)
• E. memfokuskan (focusing)
Promosi
Kesehatan
SOAL
Desa Sukamaju saat ini sedang dilakukan kegiatan posbindu dengan rangkaian kegiatan wawancara faktor
resiko PTM, penimbangan BB, pengukuran TB, lingkar perut, Tekanan darah serta gula darah. Apakah tindakan
yang sedang dilakukan oleh petugas?
• A. tindakan kuratif
• B. tindakan promotif
• C. tindakan preventif sekunder
• D. tindakan preventif primer
• E. tindakan preventif tersier
SOAL
• Seorang perawat puskesmas A melakukan skrining tumbuh kembang pada balita di wilayah kerja puskesmas
tersebut yang diduga. Berdasarkan laporan puskesmas terdapat 5 memiliki gejala stunting. Apakah upaya
yang sedang dilakukan oleh perawat tersebut?
• A. Pencegahan primer
• B. Pencegahan tersier
• C. Pencegahan sekunder
• D. Tindakan kuratif
• E. Tindakan promotive
SOAL
Seorang perempuan (25 tahun) datang ke poliklinik KIA untuk memeriksakan kehamilan. Status Obstetrik
pasien G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu. Hasil pengkajian : pasien merasa cemas karena sering mengalami
konstipasi, dan mual muntah setiap pagi, nafsu makan menurun.
Apakah materi edukasi yang paling tepat diberikan pada klien?
• A. Edukai mengenai pola diet seimbang, edukasi mengenai proses persalinan
• B. Edukasi tentang keluarga berencana yang tepat, edukasi mengenai pola gizi yang tepat
• C. Konseling seksualitas selama masa kehamilan, edukasi manajemen diri
• D. Edukasi mengenai perubahan fisik ibu hamil
Data fokus:
• - Pasien dengan asma bronchiale
• - Pasien mengeluh sesak
• - Batuk berdahak
• - Dahak kental dan klien mampu mengeluarkan dahaknya
• - Terdapat penggunaan otot bantu napas
• - Frekuensi napas 28x/menit
• - Auskultasi paru terdengar wheezing dan ronchi.
• -Berdasarkan data diatas diagnosa keperawatan pada pasien adalah pola napas tidak efektif
1. Seorang perempuan (36 tahun) dirawat di RS dengan myasthenia gravis. Hasil pengkajian: klien sulit
berbicara dan wajah terasa kaku. Kedua ektermitas lemah dan sulit digerakkan. Kekuatan otot pada
ektermitas bernilai 1. TD 140/90 mmHg, HR 112x/menit, Frekuensi napas 28x/menit.
• Apakah diagnosis keperawatan yang tepat
• A. Nyeri akut
• B. Gangguan komunikasi verbal
• C. Intoleransi aktivitas
• D. Keletihan
• E. Gangguan mobilitas fisik
PEMBAHSAN
• Jawaban: E
• Myastenia gravis adalah salah satu karakteristik penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya
gangguan dari synaptic transmission atau pada neuromuscular junction. Hal ini ditandai oleh suatu
kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara terus-menerus.
• Data fokus :
• - Klien sulit berbicara dan wajah kaku
• - Kedua ekstermitas lemah dan sulit digerakkan
• - Kekuatan otot 1
• Berdasarkan data diatas diagnosa keperawatan yang tepat pada kasus adalah gangguan mobilitas fisik.
Gangguan mobilitas fisik merupakan keterbatasan
• dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri.
1. Seorang perempuan (58 tahun) dirawat di RS dengan Glomerulonefritis. Pasien mengeluh sesak, nyeri
pinggang dan bengkak pada kedua kaki. Pasien terlihat lemah, oliguria, pitting edema : 3+, JVP : 9 cmH2O,
Ht : 34%, TD : 170/110 mmHg, Nadi : 84 x/menit, Suhu : 36,8 C, RR : 22 x/menit, dan BB : 68 kg.
• Pasien mendapatkan medikasi Drip Furosemide 20 mg/2 jam.
• Apakah kriteria evaluasi keperawatan yang diharapkan ?
• A. Frekuensi buang air kecil menurun
• B. Output urin 34 – 68 ml/jam
• C. Kadar hematocrit menurun
• D. Nyeri pinggang pada pasien berkurang
• E. Tekanan darah menurun
PEMBAHASAN
• JAWABAN: B
• Masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut adalah Hipervolemia.
• Definisi : Peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular
• Intervensi keperawatan : Berkolaborasi memberikan Drip Furosemide 20 mg/jam.
• Furosemide merupakan obat golongan diuretic untuk mengatasi kelebihan volume cairan pada tubuh
dengan mekanisme kerja menghambat reabsorpsi pada tubulus ginjal dan diekskresikan melalui urin. Urin
output normal adalah 0,5 – 1 ml/kgBB/jam.
• Sehingga, kriteria evaluasi keperawatan yang diharapkan adalah output urin 34 – 68 ml/jam
Pengkajian
keperawatan dasar
PENGKAJIAN
• Identitas
• Keluhan utama
• Riwayat kesehatan/keluarga
A N AM NESA • Gaya hidup
• Kondisi lingkungan
• Kebutuhan dasar manusia
Provocation
Quality
Region
Severity scale
Time
MANAJEMEN NYERI YANG EFEKTIF
• Dengarkan dan percayai klien tentang nyeri mereka
• Medikasi nyeri jika diperlukan
• Antisipasi pemberian anti nyeri → jangan biarkan nyeri tak
terkontrol
• Bekerjasama dengan klien untuk mengontrol nyeri
• Minta obat dan dosis yang berbeda jika diperlukan
• Obat nyeri tidak menyebabkan ketergantungan
• Memahami obat anti nyeri dan perannya dalam mengontrol
nyeri
MANAJEMEN NYERI
• Manajemen non farmakologi:
Deep breathing
Visualization/ imagery
Distraction
Hypnosis TENS (transcutaneous electric nerve stimulation)
Acupuncture and acupressure
Vibration/ message → deep pressure/ light stroke motion
Cold and heat therapy
MANAJEMEN NYERI
• Manajemen farmakologi:
Paracetamol, Aspirin, NSAIDs, Opioid, adjuvant drug therapy
Patient-controlled analgesia (PCA)
Epidural pain control
Direct IV pain control
Pain patch
suppository
1. Seorang laki-laki dibawa ke iGD RS dengan keluhan lemas, berkeringat, pucat dan pasien tampak
mengantuk. Pasien diketahui menderita DM sejak 5 tahun yang lalu, tidak mengnosumsi obat yang
diberikan dokter, tapi membeli ramuan dari luar. Hasil GDS 60 mg/dl. Apakah tindakan yang tepat dilakukan
oleh perawat?
• A. Memberikan minuman manis pada pasien
• B. Monitor Glukosa darah
• C. Memberikan dextrose 40 %
• D. Menganjurkan untuk segera makan nasi
• E. Injeksi insulin 10 iu
1. Seorang perempuan (56 tahun) datang ke RS dengan nyeri dada seperti tertindih beban berat dengan skala
nyeri 8. Saat perawat mengukur TTV tiba-tiba pasien tidak sadar dan dicurigai terjadi cardiac arrest. Saat ini
perawat telah melakukan cek respon dan pasien Unresponsive. Tindakan selanjutnya yang dilakukan
perawat adalah…
• A. Membuka jalan napas (Airway)
• B. Mengecek nadi karotis
• C. Mengaktifkan Code Blue
• D. Melakukan kompresi dada
• E. Memeriksa pernapasan (Breathing)
1. Seorang laki-laki (35 tahun) datang ke IGD dengan luka bakar mengenai wajah sampai ke abdomen. Pasien
mengalami penurunan kesadaran, suara napas stridor, takipnea, tekanan darah 85/70 mmHg, frekuensi
nadi 120x/menit teraba lemah, suhu 38 C, frekuensi napas 30x/menit.
• Apakah tindakan yang tepat untuk membebaskan jalan napas pasien ?
• A. Memasang Oropharyngeal Airway
• B. Melakukan maneuver Jaw Trust
• C. Memasang Endotracheal Tube
• D. Melakukan maneuver Head Tilt Chin Lift
• E. Memasang Nasopharyngeal Airway
PEMBAHASAN:
• Data fokus :
• - Pasien mengalami luka bakar dari wajah sampai abdomen
• - Suara napas stridor
• Tindakan pembebasan jalan napas yang tepat pada pasien adalah memasang Endotracheal Tube (ETT)
karena pasien mengalami trauma inhalasi akibat
• kejadian luka bakar yang menyebabkan terjadinya penyempitan jalan napas dan ditandai dengan suara
napas stridor
1. Seorang laki-laki (40 tahun) dibawa ke IGD dengan Ketoasidosis Diabetik. Pasien mengalami penurunan
kesadaran, GCS 12, terdengar suara napas snoring, reflek gag (+), tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi
nadi 92x/menit, frekuensi napas 24x/menit, SpO2 98%, GDS 1060 gr/dl. Tindakan pembebasan jalan napas
yang tepat pada pasien adalah…
• A. Memasang Oropharyngeal Airway
• B. Memasang Nasogastric Tube
• C. Memasang Endotracheal Tube
• D. Memasang Orogastric Tube
• E. Memasang Nasopharyngeal Airway
PEMBAHASAN:
• Data fokus :
• - Suara napas snoring (sumbatan jalan napas akibat lidah jatuh ke belakang)
• - Reflek gag (+) : reflek muntah, tersedak, dan batuk
• Sehingga, tindakan pembebasan jalan napas yang tepat adalah memasang Nasopharyngeal Airway (NPA)
karena pasien masih memiliki reflek gag (+) : reflek muntah, tersedak, dan batuk.
TRIAGE START
SIKLUS P E N A N G G U L A N G A N B E N C A N A
FASE PRA B E N C A N A
➢ Berpartisipasi dalam penyusunan o Kampanye kesadaran masyarakat
o Pengembangan Early Warning System
rencana PRB
➢ Melakukan simulasi
➢ Berpartisipasi dalam pengkajian risiko
bencana ➢ Mengidentifikasi kebutuhan
pendidikan dan pelatihan untuk semua
o Analisis bahaya perawat
o Pembuatan peta bahaya
➢ Pengembangan database keperawatan
o Analisis kerentanan bencana
➢ Menginisiasi upaya pencegahan ➢ Mengembangkan evaluasi terhadap
o Pencegahan/penghilangan bahaya
perencanaan yang meliputi semua
aspek disaster
o Pemindahan kelompok risiko
FASE B E N C A N A
➢ Aktivasi sistem tanggap bencana (respon akut) ➢ Pengelolaan masyarakat rentan (anak-anak, ibu
• Mengembangkan sistem rumah sakit lapangan dan hamil, dan lansia) dalam manajemen bencana
shelter yang aman ➢ Mengintegrasikan sumber-sumber terkait dalam
• Triage dan transportasi pasien penanganan bencana
• Pengkajian kondisi kesehatan masyarakat dan ➢ Mengembangkan sistem saling membantu dari
evaluasi dampak pada populasi saat kejadian bencana berbagai sektor dalam penanggulangan bencana
• Komunikasi dengan pihak terkait ➢ Mengembangkan sistem pengadaan bantuan obat-
➢ Mitigasi pada hazard yang masih berlangsung obatan, nutrisi, dan suplai air bersih
➢ Memberikan asuhan keperawatan berdasarkan pada hasil ➢ Mengembangkan sistem pengontrolan vektor
triage
FASE PASCA B E N C A N A
➢ Melanjutkan sistem pengawasan (surveillance) penyakit ➢ Memonitor dampak kesehatan secara fisik pada penyintas
➢ Monitor keamanan nutrisi dan suplai air bersih ➢ Memberikan pelayanan kesehatan lanjutan pada penyintas
➢ Mengembalikan infrastruktur fasilitas pelayanan kesehatan ➢ Memonitor dampak kesehatan secara psikologis pada
penyintas
➢ Mengaktifkan sistem pelayanan kesehatan publik
➢ Melakukan triage ulang dan transport pasien ke fasilitas yang ➢ Memberi konseling
lebih layak ➢ Mengatur pergantian kerja staf dalam penanganan kondisi
kesehatan paska bencana
➢ Memfasilitasi penyatuan kembali anggota keluarga dan
pengembalian peran serta fungsi keluarga penyintas bencana ➢ Mengevaluasi program penanggulangan bencana
➢ Melakukan perbaikan sistem preparedness dalam
penanggulangan bencana ke depan
• Seorang perawat ditugaskan ke lapangan untuk melakukan perawatan didaerah bencana gempa bumi yang
baru saja terjadi. Saat ini perawat telah menginstruksikan para korban yang masih bisa berjalan untuk
berpindah ke tempat yang lebih aman. Setelah itu, perawat menemukan seorang korban dengan sesak napas,
RR 28x/menit dan CRT 3 detik. Apakah kategori triage korban tersebut?
• A. Kuning
• B. Merah
• C. Hitam
• D. Hijau
• E. Orange
TRIAGE START
Management
Patient Safety
6 SASARAN
KESELAMATAN PASIEN
Sasaran 1
• Ketepatan Identifikasi Pasien
Sasaran 2
• Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Sasaran 3
• Peningkatan Keamanan obat yang perlu
diwaspadai (High Alert Medication)
Sasaran 4
• Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien operasi
Sasaran 5
• Pengurangan Risiko Infeksi terkait Pelayanan
Kesehatan
Sasaran 6
• Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Sasaran 1 Identifikasi pasien :
Ketepatan identifikasi Pasien menggunakan dua identitas
dari minimal tiga identitas.
1. Nama Pasien (Sesuai
KTP)
Pasien diIdentifikasi pada saat: 2. Tanggal Lahir Pasien
1. Sebelum pemberian obat, 3. Nomor Rekam Medis
Pemberian darah / produk
darah Bandingkan
2. Sebelum pengambilan darah dengan
gelang pasien
dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis
3. Sebelum memberikan
pengobatan
4. Sebelum memberikan tindakan.
SPO Pemasangan Gelang Identitas Pasien
ALLERGY
FALL RISK DNR
Pasien dengan riwayat pasien berisiko tinggi Pasien DNR (Do Not
alergi jatuh Resuscitate)
Sasaran 2
Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
Stempel
KONFIRMASI 1 X 24 JAM
di CPPT
Sasaran 3
Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Alert)
PRINSIP 6 BENAR
• Sosialisasikan dan tingkatkan
• Benar Pasien
kewaspadaan obat Look Alike dan
• Benar Obat
Sound Alike (LASA) atau Nama Obat
• Benar Dosis
Rupa Mirip (NORUM) disimpan
• Benar Waktu
berjauhan
• Benar Cara
• Terapkan DOUBLE CHECK • Benar Dokumentasi
• Perhatikan agar obat HIGH ALERT
berada di tempat yang aman dan
berlabel (Tidak boleh disimpan di
ruang perawatan), kecuali di Depo
Farmasi, IGD, Kamar bersalin, Kamar
bedah, HCU, HDU, ICU, CVCU
High
Alert High
Alert
High
Alert
MEDICAL ERROR
Slips
Error in
Arjaty/IMRK/2010 18
Execution
Sasaran 4
Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi
6. Setelah melepas
Handscoon
Sasaran 6
Pengurangan risiko pasien jatuh
No Kriteria Score
1 Gerakan penuh di tungkai 0
2 Tdk mampu ekstensi tungkai 1
3 Tdk mampu fleksi lutut 2
4 Tdk mampu fleksi pergelangan kaki 3
Jika nilai 2, maka K dapat dipindahkan ke ruangan