Anda di halaman 1dari 157

MATERI PERAWAT

TERAMPIL
Topik Kisi-Kisi
1) Komunikasi terapeutik
2) Promosi kesehatan
3) Penggunaan alat-alat pengaman/ pelindung fisik pada pasien mencegah
risiko cedera
4) Dokumentasi keperawatan
5) Pengkajian keperawatan dasar
6) Pemberian oksigenasi sederhana
7) Tindakan keperawatan gawat darurat/bencana/kritikal
8) Management patient safety
9) Intervensi keperawatan spesifik pada area keperawatan medikal bedah
Komunikasi
Terapeutik
Pengertian dan Tujuan Terapeutik
• Terapeutik: segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan

• Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dirancang dan


direncanakan untuk tujuan terapi, dalam rangka membina hubungan
antara perawat dengan pasien agar dapat beradaptasi dengan stress,
mengatasi gangguan psikologis, sehingga dapat melegakan serta
membuat pasien merasa nyaman, yang pada akhirnya mempercepat
proses kesembuhan pasien.

(KEMENKES RI)
HAL HAL YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Dimensi Kebuntuan
tindakan terapeutik

Konfrontasi
Resistensi
Kesegeraan
Transferens
Membuka diri
Countertransferens
Katarsis
Pelanggaran batas
Bermain peran
Tehnik Terapeutik
1. Mendengar aktif 15. Mendukung perbandingan
2. Mendengar pasif 16. Mengulang
3. Penerimaan 17. Refleksi
4. Klarifikasi 18. Exploring
5. Fokusing 19. Menghadirkan realitas
6. Observasi 20. Menunjukkan keraguan
7. Menawarkan informasi 21. Validasi
8. Diam 22. Penurunan jarak
9. Asertif 23. Humor
10. Menyimpulkan
11. Memberikan penghargaan
12. Menawarkan diri
13. Memberikan petunjuk
14. Menempatkan urutan waktu
Tehnik Komunikasi Terapeutik
1. Mendengar aktif
Konsentrasi aktif, penuh perhatian, menggunakan semua panca Indera – memberikan feedback
2. Mendengar pasif
Mengangguk, kontak mata, “uh..Huuh”, “mmhumm”, ”saya dengar…” – tidak memberikan
feedback

Cara menjadi pendengar yang efektif:


• Fokus pada apa yang dikatakan
• Kontak mata - sejajar
• Tidak melihat sekeliling, tidak selalu merubah posisi
• Menempatkan diri/ posisi pada level yang sama
• Duduk lebih baik. Berdiri menunjukkan tidak banyak waktu
• Memberi waktu klien untuk bicara
• Tidak membicarakan diri sendiri
• Sering merespon baik verbal maupun non verbal
Tehnik Komunikasi Terapeutik
3. Penerimaan: tertarik, tidak menolak. Kesediaan mendengar
tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
Penting menghindari: memutar mata ke atas,
menggelengkan kepala, mengerut atau memandang
dengan muka masam – menunjukkan penolakan

Cara menunjukkan penerimaan:


• Tidak memotong pembicaraan
• Bahasa non verbal sama dengan verbal (mengangguk,
tersenyum)
• Hindari mendebat, mengekspresikan keraguan atau
merubah pikiran klien
Tehnik Komunikasi Terapeutik
4. Klarifikasi
= validasi, menanyakan kembali apa yang tidak dimengerti
5. Fokusing
membatasi area diskusi sehingga percakapan menjadi lebih
spesifik dan dimengerti
6. Observasi
mengamati, dilakukan tanpa membuat klien malu atau marah.
Ex: “anda terlihat gemetar?..sejak kapan?”
7. Menawarkan informasi
menyediakan tambahan informasi utk mendapatkan respon
lebih lanjut
Tehnik Komunikasi Terapeutik
8. Diam (memelihara ketenangan)
mengorganisir pemikiran, memproses informasi, menunjukkan
perawat bersedia menunggu respon.

Arti diam:
• Marah, frustasi,menolak
• Mendengar penuh perhatian
• Berpikir tentang apa yang dibicarakan
• Tidak memahami
• Tidak ada lagi yang ingin dikatakan
• Saat menunggu ekspresi klien selanjutnya
• Sedih
Tehnik Komunikasi Terapeutik
9. Asertif
kemampuan mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan tetap menghargai hak
orang lain.

Asertif berarti:
• Mampu menggunakan berbagai strategi komunikasi untuk mengekspresikan diri
• Perilaku positif, jujur, terus terang dan adil
• Nyaman dalam mengontrol perasaan negatif, misalnya ketika cemas, tegang, malu
atau takut.
• Menjaga hak diri dan orang lain

Tahap menjadi asertif:


• Menggunakan kata “tidak” sesuai kebutuhan
• Mengkomunikasikan maksud dengan jelas
• Mengembangkan kemampuan mendengar
• Bahasa tubuh tepat
• Meningkatkan kepercayaan diri
• Menerima kritik dengan ramah
• Pribadi yang pembelajar
Tehnik Komunikasi Terapeutik
10. Menyimpulkan
membawa point-point penting untuk meningkatkan pemahaman, memberi kesempatan untuk
mengklarifikasi komunikasi agar memiliki ide pikiran yang sama.
11. Memberikan penghargaan
memberikan pengakuan dan menandakan kesadaran. Ex : “saya lihat anda memakai baju
dengan rapi hari ini”
12. Menawarkan diri
menyediakan diri tanpa syarat. Ex: “saya akan duduk menemanimu disini”
13. Memberikan petunjuk umum
mendukung klien untuk meneruskan bicara. Ex: “dan kemudian..?, “teruskan..”
Tehnik Komunikasi Terapeutik
14. Memberikan pertanyaan terbuka
memberikan inisiatif pada klien, mendorong klien menyelesaikan topik. Ex: “apa yang
anda pikirkan pagi ini?”
15. Menempatkan urutan waktu
klarifikasi waktu dan kejadian. Ex: “apa yang terjadi sebelum itu?”, “hal itu terjadi
sebelum atau sesudah..?
16. Mendukung perbandingan
menanyakan kesamaan atau perbedaan. Ex: apakah hal inipernah terjadi sebelumnya?”,
“apa ini mengingatkan anda pada sesuatu?”
Tehnik Komunikasi Terapeutik
17. Mengulang
pengulangan topik yang dibicarakan. Ex: “anda berkata bahwa ibu anda meninggalkan anda
sejak anda berusia 5 tahun”. Melengkapi tehnik klarifikasi. Ex: klien: “saya benci tempat ini,
saya tidak betah berada disini”. Perawat: : “anda tidak ingin berada disini?”
18. Refleksi
mengembalikan perasaan dan pikiran klien. Membantu perawat tetap memelihara
pendekatan yang tidak menghakimi. Ex: klien: “haruskan saya pulang akhir minggu ini?”.
Perawat: “menurut anda haruskan anda pulang, anda kelihatan tegang dan cemas, apakah ini
berhubungan dengan pembicaraan tentang suami anda tadi malam?”
Tehnik Komunikasi Terapeutik
19. Eksplorasi
mempelajari lebih dalam. Ex: “ceritakan padaku apa yang telah kamu gambarkan
tadi”.
20. Menghadirkan realitas
menyediakan informasi dengan perilaku yang tidak menilai. Ex: “saya tidak
mendengar seorangpun bicara, saya yang merawat anda, ini adalah rumah sakit”.
21. Menunjukkan keraguan
menyelipkan persepsi perawat ttg realitas. Ex: “menurut saya itu adalah hal yang
sulit dipercaya, hal itu sepertinya tidak biasa”
Tehnik Komunikasi Terapeutik
22. Penurunan jarak
menunjukkan keinginan untuk terlibat lebih dekat dengan klien. Ex
“saya disini, jadi jangan takut”
23. Humor
salah satu hal penting dalam komunikasi verbal. Tertawa mengurangi
rasa sakit akibat stress. Humor merangsang produksi katekolamin
sehingga meningkatkan toleransi nyeri, mengurangi kecemasan, dan
menfasilitasi relaksasi serta meningkatkan metabolisme.
Tahapan komunikasi terapeutik

1. Pre interaksi
2. Orientasi
3. Kerja
4. Terminasi
Tahapan komunikasi terapeutik
1. Pre interaksi
• Mengeksplorasi perasaan, bayangan dan ketakutan diri
• Menganalisa kekuatan profesional diri dan keterbatasan
• Mengumpulkan data tentang klien
• Menentukan masalah klien
• Merencanakan tindakan
Tahapan komunikasi terapeutik
2. Orientasi
• Salam, perkenalan
• Evaluasi/ validasi
• Kontrak: waktu, tempat, tujuan

3. Kerja
• Melakukan kegiatan yang telah direncanakan
• Mengeksplorasi stresor yang tepat
• Meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab
• Mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif
• Menangani tingkah laku klien yang dipertahankan/ resistance
Tahapan komunikasi terapeutik
4. Terminasi
• Evaluasi subjektif
• Evaluasi objektif
• Rencana tindak lanjut
• Kontrak: waktu, tempat dan tujuan
SOAL
1. Seorang laki-laki (31 tahun) dibawa ke RSJ oleh keluarga karena mengamuk dirumah. Hasil pengkajian:
pasien mengatakan dirinya adalah walikota dan semua orang harus mendengarkan perintahnya. Perawat
mendengarkan tanpa memutus pembicaraan pasien, memberi isyarat menganggukkan kepala sebagai
respon dari apa yang pasien sampaikan tanpa menunjukkan persetujuan terhadap cerita pasien.
Apakah jenis komunikasi terapeuitik yang sedang dilakukan oleh perawat ?
• A. mendengarkan dengan penuh perhatian
• B. klarifikasi
• C. mengulang
• D. menunjukkan penerimaan (accepting)
• E. memfokuskan (focusing)
SOAL
2. Seorang laki-laki (46 tahun) dibawa ke RSJ oleh dinas sosial karena berkeliaran di jalanan. Saat dilakukan
pengkajian pasien bercerita tentang kehidupannya di jalanan. perawat mencoba mengulang kembali ucapan
klien dengan bahasa perawat.
Apakah jenis komunikasi terapeuitik yang sedang dilakukan oleh perawat ?
• A. mendengarkan dengan penuh perhatian
• B. klarifikasi
• C. repetisi
• D. menunjukkan penerimaan (accepting)
• E. memfokuskan (focusing)
Promosi
Kesehatan
SOAL
Desa Sukamaju saat ini sedang dilakukan kegiatan posbindu dengan rangkaian kegiatan wawancara faktor
resiko PTM, penimbangan BB, pengukuran TB, lingkar perut, Tekanan darah serta gula darah. Apakah tindakan
yang sedang dilakukan oleh petugas?
• A. tindakan kuratif
• B. tindakan promotif
• C. tindakan preventif sekunder
• D. tindakan preventif primer
• E. tindakan preventif tersier
SOAL
• Seorang perawat puskesmas A melakukan skrining tumbuh kembang pada balita di wilayah kerja puskesmas
tersebut yang diduga. Berdasarkan laporan puskesmas terdapat 5 memiliki gejala stunting. Apakah upaya
yang sedang dilakukan oleh perawat tersebut?

• A. Pencegahan primer

• B. Pencegahan tersier

• C. Pencegahan sekunder

• D. Tindakan kuratif

• E. Tindakan promotive
SOAL
Seorang perempuan (25 tahun) datang ke poliklinik KIA untuk memeriksakan kehamilan. Status Obstetrik
pasien G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu. Hasil pengkajian : pasien merasa cemas karena sering mengalami
konstipasi, dan mual muntah setiap pagi, nafsu makan menurun.
Apakah materi edukasi yang paling tepat diberikan pada klien?
• A. Edukai mengenai pola diet seimbang, edukasi mengenai proses persalinan
• B. Edukasi tentang keluarga berencana yang tepat, edukasi mengenai pola gizi yang tepat
• C. Konseling seksualitas selama masa kehamilan, edukasi manajemen diri
• D. Edukasi mengenai perubahan fisik ibu hamil

• E. Konseling laktasi, edukasi perawatan bayi baru lahir


SOAL
Puskesmas Sukamaju saat ini sedang dilakukan kegiatan vaksinasi COVID-19 pada warga rw 8 Keluarahan
Sukamaju. Apakah tindakan yang sedang dilakukan oleh petugas?
• A. tindakan kuratif
• B. tindakan promotif
• C. tindakan preventif sekunder
• D. tindakan preventif primer
• E. tindakan preventif tersier
1. Seorang bayi dengan hiperbilirubinemia harus menjalankan fototerapi. Ibu bayi menanyakan kepada
perawat apa yang harus dilakukannya supaya mendukung proses penyembuhan bayinya.
• Apa edukasi yang sebaiknya diberikan?
• A. Mengedukasi ibu untuk berhenti memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
• B. Mengedukasi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif minimal 8 kali sehari
• C. Mengedukasi ibu untuk menggantikan ASI dengan susu formula atau air gula
• D. Mengedukasi ibu untuk memberikan ASI maksimal 8 kali sehari
• E. Mengedukasi ibu untuk menambah susu formula selain ASI jika produksi ASI masih kurang
Penggunaan Alat
Pelindung Diri
DEFINISI
• Alat pelindung
diri (APD) adalah
perangkat alat yang
dirancang sebagai
penghalang terhadap
penetrasi zat, partikel
padat, cair, atau udara
untuk melindungi
pemakainya dari
cedera atau
penyebaran infeksi
atau penyakit.
SOAL
Seorang laki-laki (68 tahun) dirawat di ruang isolasi dengan CKD Stage 5terkonfirmasi positif COVID-19. Hasil
pengkajian: Terpasang trakeostomi, suara napas gurgling, RR 25x/menit, HR100x/menit, TD 100/70 mmHg.
Saat ini perawat akan melakukan suction pada trakeostomi pasien.
Manakah tindakan aman diri perawat yang tepat dilakukan perawat?

• A. Menggunakan APD level 1

• B. Menggunakan APD level 2

• C. Menggunakan masker dan sarung tangan saja

• D. Menggunakan APD level 3

• E. Mendelegasikan tugas ke perawat yang lebih junior


SOAL
• Perawat A bertugas di poli akan melaksanakan pelayanan kepada
pasien. Apakah jenis APD yang harus digunakan?
A. Face shield
B. Masker N95
C. Gown
D. Boots
E. Masker bedah 3 ply
SOAL
• APD yang digunakan pada level 3 oleh kelompok dokter dan perawat
sesuai prosedur dan tindakan di ruang operasi pada pasien OP atau
terkontaminasi COVID-19 adalah?
A. Masker 3 ply
B. Masker N95
C. Alas kaki
D. Baju kerja
E. Sendal
SOAL
• Tn. A dirujuk ke rumah sakit dari puskesmas B dianter oleh supir
ambulan dan keluarganya. Apa APD yang digunakan oleh supir
ambulan tersebut?
A. Masker kain
B. Masker N95
C. Gown
D. Sepatu boots
E. Baju kerja dan masker bedah 3 ply
Dokumentasian
Tindakan
Keperawatan
1. Seorang perempuan (26 tahun) dirawat di RS dengan asma bronchiale. Hasil pengkajian: pasien mengeluh
sesak, batuk berdahak dengan pengeluaran dahak kental dan banyak, terdapat penggunaan otot bantu
napas, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi napas 28x/menit. Auskultasi paru terdengar wheezing dan
ronchi.
• Apakah intervensi yang tepat diberikan pada pasien?
• A. Mengajarkan batuk efektif
• B. Memberikan posisi semifowler
• C. Melakukan suction
• D. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
• E. Kolaborasi memberikan terapi nebulizer Ventolin
PEMBAHASAN
• JAWABAN: E
• Seorang perempuan 26 tahun dirawat di RS dengan asma bronchiale. Hasil pengkajian: pasien mengeluh sesak, batuk berdahak dengan dahak kental
dan klien mampu mengeluarkan dahaknya, terdapat penggunaan otot bantu napas, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi napas 28x/menit.
Auskultasi paru terdengar wheezing dan ronchi.
• Asma bronchiale merupakan suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktifitas bronkus, sehingga
menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat di dada, dan batuk.

Data fokus:
• - Pasien dengan asma bronchiale
• - Pasien mengeluh sesak
• - Batuk berdahak
• - Dahak kental dan klien mampu mengeluarkan dahaknya
• - Terdapat penggunaan otot bantu napas
• - Frekuensi napas 28x/menit
• - Auskultasi paru terdengar wheezing dan ronchi.
• -Berdasarkan data diatas diagnosa keperawatan pada pasien adalah pola napas tidak efektif
1. Seorang perempuan (36 tahun) dirawat di RS dengan myasthenia gravis. Hasil pengkajian: klien sulit
berbicara dan wajah terasa kaku. Kedua ektermitas lemah dan sulit digerakkan. Kekuatan otot pada
ektermitas bernilai 1. TD 140/90 mmHg, HR 112x/menit, Frekuensi napas 28x/menit.
• Apakah diagnosis keperawatan yang tepat
• A. Nyeri akut
• B. Gangguan komunikasi verbal
• C. Intoleransi aktivitas
• D. Keletihan
• E. Gangguan mobilitas fisik
PEMBAHSAN
• Jawaban: E
• Myastenia gravis adalah salah satu karakteristik penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya
gangguan dari synaptic transmission atau pada neuromuscular junction. Hal ini ditandai oleh suatu
kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara terus-menerus.
• Data fokus :
• - Klien sulit berbicara dan wajah kaku
• - Kedua ekstermitas lemah dan sulit digerakkan
• - Kekuatan otot 1
• Berdasarkan data diatas diagnosa keperawatan yang tepat pada kasus adalah gangguan mobilitas fisik.
Gangguan mobilitas fisik merupakan keterbatasan
• dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri.
1. Seorang perempuan (58 tahun) dirawat di RS dengan Glomerulonefritis. Pasien mengeluh sesak, nyeri
pinggang dan bengkak pada kedua kaki. Pasien terlihat lemah, oliguria, pitting edema : 3+, JVP : 9 cmH2O,
Ht : 34%, TD : 170/110 mmHg, Nadi : 84 x/menit, Suhu : 36,8 C, RR : 22 x/menit, dan BB : 68 kg.
• Pasien mendapatkan medikasi Drip Furosemide 20 mg/2 jam.
• Apakah kriteria evaluasi keperawatan yang diharapkan ?
• A. Frekuensi buang air kecil menurun
• B. Output urin 34 – 68 ml/jam
• C. Kadar hematocrit menurun
• D. Nyeri pinggang pada pasien berkurang
• E. Tekanan darah menurun
PEMBAHASAN
• JAWABAN: B
• Masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut adalah Hipervolemia.
• Definisi : Peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular
• Intervensi keperawatan : Berkolaborasi memberikan Drip Furosemide 20 mg/jam.
• Furosemide merupakan obat golongan diuretic untuk mengatasi kelebihan volume cairan pada tubuh
dengan mekanisme kerja menghambat reabsorpsi pada tubulus ginjal dan diekskresikan melalui urin. Urin
output normal adalah 0,5 – 1 ml/kgBB/jam.
• Sehingga, kriteria evaluasi keperawatan yang diharapkan adalah output urin 34 – 68 ml/jam
Pengkajian
keperawatan dasar
PENGKAJIAN
• Identitas
• Keluhan utama
• Riwayat kesehatan/keluarga
A N AM NESA • Gaya hidup
• Kondisi lingkungan
• Kebutuhan dasar manusia

PEMERIKSAAN • Per sistem


FISIK • Head to toe
IDENTITAS
⚫ Nama, alamat,usia, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan,diagnosa medis,
asuransi kesehatan, penanggung jawab,no
telf penanggung jawab
KELUHAN UTAMA
⚫ Keluhan yang menyebabkan klien masuk
ke pelayanan kesehatan
RIWAYAT KESEHATAN
⚫ Riwayat Penyakit Sekarang
⚫ Riwayat Penyakit Dahulu
⚫ Riwayat Penyakit Keluarga (Genogram)
⚫ Riwayat Pengobatan
⚫ Alergi
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
(MASLOW)
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL

⚫ Pengkajian kekuatan otot


5: Mampu melawan gravitasi dan melawan tahanan maksimal
4: Mampu melawan gravitasi dan melawan tahanan ringan
3: Ada pergerakan, mampu melawan gravitasi
2: Ada pergerakan, tidak mampu melawan gravitasi
1: Kontraksi otot minimal dapat terasa atau teraba, tanpa menimbulkan pergerakan
0: Paralisis total

⚫ Pengkajian sendi (inspeksi, palpasi, gerak)


⚫ Pengkajian adanya edema dan nyeri tekan
1. Seorang laki-laki (60 tahun) dirawat di RS dengan Stroke sejak 2 hari lalu. Pasien mengalami paralisis
separuh badan. Pasien mengatakan tangan kanannya terasa tebal dan kebas. Perawat melakukan
pengkajian kekuatan otot pada tangan kanan pasien. Ketika perawat menginstruksikan untuk mengangkat
tangan, pasien dapat mengangkat tangan dan tidak bisa menahan tahanan maksimal/penuh.
• Berapakah kekuatan otot pada tangan kanan pasien ?
• A. 1
• B. 2
• C. 3
• D. 4
• E. 5
1. Seorang laki-laki (43 tahun) dirawat di RS dengan stroke haemoragic. Hasil pengkajian: tampak kelemahan
pada sisi sebelah kanan, tekanan darah 160/100 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas
24x/menit. Saat dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kanan dengan meminta pasien mengangkat kaki,
pasien hanya mampu untuk menggeser kakinya.
• Berapakah nilai kekuatan otot pada pasien?
• A. 4
• B. 3
• C. 2
• D. 1
• E. 0
Seorang laki-laki berusia 62 tahun tinggal bersama keluarga dirumahnya,
mengeluh pusing, telinga berdengung, penglihatan kabut dan rasa berat di
tengkuk pada perawat yang berkunjung. Hasil pengkajian genogram,
didapatkan data orang tua klien meninggal karena serangan stroke. Apakah
pemeriksaan fisik yang tepat dilakukan pada kasus tersebut?
a. Mengukur JVP
b. Menginspeksi area dada
c. Mengukur tekanan darah
d. Menghitung frekuensi napas
e. Melakukan tes rinne dan swabach
PEMBAHASAN
Diket:
Klien usia 62 tahun, pusing,
penglihatan kabur, rasa berat pada
tengkuk, riwayat keluarga ada
stroke
1. Seorang laki-laki (31 tahun) dirawat di RS dengan Appendicitis sejak 1 hari lalu. Pasien mengeluh nyeri
hilang timbul seperti tertusuk pada perut dengan skala 7, tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi
84x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 36,7 C. Perawat sedang mengkaji Mc. Burney Sign pada
pasien. Dimanakah letak titik Mc. Burney ?
• A. Kuadran kanan atas abdomen, 2/3 dari jarak umbilicus dan garis mid axila
• B. Kuadran kanan bawah abdomen, 2/3 dari jarak antara umbilicus dan SIAS
• C. 2/3 dari jarak antara umbilicus dan processus xiphoideus
• D. Kuadran kiri bawah abdomen, 2/3 dari jarak antara umbilicus dan SIAS
• E. Kuadran kiri atas abdomen, 2/3 dari jarak umbilicus dan garis mid axila
Oksigenasi
sederhana
- pH
- Penyakit
- PCO2 HCO3 (kompensasi/murni)
MASALAH KEPERAWATAN
• Ketidakefektifan pola nafas
Inspirasi dan/atau ekspirasi tidak memberikan ventilasi yang
adekuat
• Gangguan pertukaran gas
Kelebihan atay kekurangan dalam oksigen dan/atau eliminasi
karbondioksida pada membran kapiler alveoli
• Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi
pada saluran pernafasan untuk menjaga kebersihan jalan nafas
Intervensi terapi oksigen berdasarkan SpO2:

- > 95%: Dianggap normal, hanya monitoring, tidak


perlu terapi
- 91 – 94%: Dimulai dengan pemberian O2 Nasal
Canul 2 liter/menit, dititrasi sampai SpO2 > 95%
- 85 – 90%: Gunakan Simple Mask atau NRBM,
dititrasi sampai SpO2 > 95%
- < 85%: Beri O2 dengan FiO2 100% (NRBM atau
Jackson Rees) – Ventilator
SOAL
1. Seorang laki-laki (55 tahun) dirawat di RS karena COVID-19 dengan keluhan sesak napas, batuk, tidak
nyaman saat menelan, hilang rasa dan bau, tampak lemah, tekanan darah 140/80 mmHg, frekuensi nadi
94x/menit, frekuensi napas 30x/menit, suhu 38 C, SaO2 94%, pH 7,35 pCO2 45 mmHg, HCO3 25 mmol/L,
pO2 82 mmHg.
• Apakah terapi oksigen yang tepat diberikan kepada pasien?
• A. Nasal Canul
• B. Venturi Mask
• C. Simple Mask
• D. Bag Valve Mask
• E. Non Rebreathing Mask
1. Seorang batita dibawa ke UGD karena batuk dan riwayat demam 3 hari lalu. Hasil pengkajian: anak rewel
karena sesak dan tidak dapat mengeluarkan dahaknya, tidak mau makan dan minum. Hasil auskultasi:
crackles di lobus kanan dan wheezing. Frekuensi napas 40x/menit dan suhu 37,8 derajat celcius.
• Apakah tindakan keperawatan utama pada kasus?
• A. Menganjurkan minum air hangat
• B. Melakukan suction
• C. Melatih napas dalam dan batuk efektif
• D. Memberikan terapi oksigen
• E. Memberikan terapi inhalasi
1. Seorang pasien (30 tahun) dibawa ke IGD dengan keluhan demam sejak 2 hari lalu, nyeri tenggorokan dan
sesak sejak 1 hari kemarin. Hasil pengkajian: Pasien melakukan perjalanan dinas ke Jakarta 1 minggu lalu,
frekuensi napas 28x/menit, suhu 38,9 C, PCR test positif, SaO2 88%, pH 7,30, HCO3 24mmol/l, PCO2
50mmHg.
• Apakah interpretasi AGD pasien tersebut?
• A. Asidosis respiratorik
• B. Asidosis Metabolik
• C. Asidosis Respiratorik terkompensasi penuh
• D. Asidosis Metabolik terkompensasi penuh
• E. Asidosis Respiratorik terkompnesasi sebagian
1. Seorang Perempuan (59 tahun) datang ke IGD dengan Status Asmatikus. Pasien mengeluh sesak napas 2 hari
terakhir, memberat dan tidak berkurang dengan minum obat. Hasil pengkajian: pasien gelisah, terdengar
wheezing, tekanan darah 170/130 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi napas 32x/menit, SpO2 86%.
Pasien diberikan terapi oksigen.
• Terapi oksigen apa yang tepat untuk pasien ?
• A. Nasal Canul
• B. Sungkup Muka Venturi
• C. Non Rebreathing Mask
• D. Bag Valve Mask (BVM)
• E. Venturi Mask
Tindakan
keperawatan gawat
darurat/bencana/kritikal
RESUSITASI JANTUNG PARU (AHA, 2020)
PENGKAJIAN NYERI
• Riwayat nyeri
• PQRST

Provocation
Quality
Region
Severity scale
Time
MANAJEMEN NYERI YANG EFEKTIF
• Dengarkan dan percayai klien tentang nyeri mereka
• Medikasi nyeri jika diperlukan
• Antisipasi pemberian anti nyeri → jangan biarkan nyeri tak
terkontrol
• Bekerjasama dengan klien untuk mengontrol nyeri
• Minta obat dan dosis yang berbeda jika diperlukan
• Obat nyeri tidak menyebabkan ketergantungan
• Memahami obat anti nyeri dan perannya dalam mengontrol
nyeri
MANAJEMEN NYERI
• Manajemen non farmakologi:
Deep breathing
Visualization/ imagery
Distraction
Hypnosis TENS (transcutaneous electric nerve stimulation)
Acupuncture and acupressure
Vibration/ message → deep pressure/ light stroke motion
Cold and heat therapy
MANAJEMEN NYERI
• Manajemen farmakologi:
Paracetamol, Aspirin, NSAIDs, Opioid, adjuvant drug therapy
Patient-controlled analgesia (PCA)
Epidural pain control
Direct IV pain control
Pain patch
suppository
1. Seorang laki-laki dibawa ke iGD RS dengan keluhan lemas, berkeringat, pucat dan pasien tampak
mengantuk. Pasien diketahui menderita DM sejak 5 tahun yang lalu, tidak mengnosumsi obat yang
diberikan dokter, tapi membeli ramuan dari luar. Hasil GDS 60 mg/dl. Apakah tindakan yang tepat dilakukan
oleh perawat?
• A. Memberikan minuman manis pada pasien
• B. Monitor Glukosa darah
• C. Memberikan dextrose 40 %
• D. Menganjurkan untuk segera makan nasi

• E. Injeksi insulin 10 iu
1. Seorang perempuan (56 tahun) datang ke RS dengan nyeri dada seperti tertindih beban berat dengan skala
nyeri 8. Saat perawat mengukur TTV tiba-tiba pasien tidak sadar dan dicurigai terjadi cardiac arrest. Saat ini
perawat telah melakukan cek respon dan pasien Unresponsive. Tindakan selanjutnya yang dilakukan
perawat adalah…
• A. Membuka jalan napas (Airway)
• B. Mengecek nadi karotis
• C. Mengaktifkan Code Blue
• D. Melakukan kompresi dada
• E. Memeriksa pernapasan (Breathing)
1. Seorang laki-laki (35 tahun) datang ke IGD dengan luka bakar mengenai wajah sampai ke abdomen. Pasien
mengalami penurunan kesadaran, suara napas stridor, takipnea, tekanan darah 85/70 mmHg, frekuensi
nadi 120x/menit teraba lemah, suhu 38 C, frekuensi napas 30x/menit.
• Apakah tindakan yang tepat untuk membebaskan jalan napas pasien ?
• A. Memasang Oropharyngeal Airway
• B. Melakukan maneuver Jaw Trust
• C. Memasang Endotracheal Tube
• D. Melakukan maneuver Head Tilt Chin Lift
• E. Memasang Nasopharyngeal Airway
PEMBAHASAN:
• Data fokus :
• - Pasien mengalami luka bakar dari wajah sampai abdomen
• - Suara napas stridor
• Tindakan pembebasan jalan napas yang tepat pada pasien adalah memasang Endotracheal Tube (ETT)
karena pasien mengalami trauma inhalasi akibat
• kejadian luka bakar yang menyebabkan terjadinya penyempitan jalan napas dan ditandai dengan suara
napas stridor
1. Seorang laki-laki (40 tahun) dibawa ke IGD dengan Ketoasidosis Diabetik. Pasien mengalami penurunan
kesadaran, GCS 12, terdengar suara napas snoring, reflek gag (+), tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi
nadi 92x/menit, frekuensi napas 24x/menit, SpO2 98%, GDS 1060 gr/dl. Tindakan pembebasan jalan napas
yang tepat pada pasien adalah…
• A. Memasang Oropharyngeal Airway
• B. Memasang Nasogastric Tube
• C. Memasang Endotracheal Tube
• D. Memasang Orogastric Tube
• E. Memasang Nasopharyngeal Airway
PEMBAHASAN:
• Data fokus :
• - Suara napas snoring (sumbatan jalan napas akibat lidah jatuh ke belakang)
• - Reflek gag (+) : reflek muntah, tersedak, dan batuk
• Sehingga, tindakan pembebasan jalan napas yang tepat adalah memasang Nasopharyngeal Airway (NPA)
karena pasien masih memiliki reflek gag (+) : reflek muntah, tersedak, dan batuk.
TRIAGE START
SIKLUS P E N A N G G U L A N G A N B E N C A N A
FASE PRA B E N C A N A
➢ Berpartisipasi dalam penyusunan o Kampanye kesadaran masyarakat
o Pengembangan Early Warning System
rencana PRB
➢ Melakukan simulasi
➢ Berpartisipasi dalam pengkajian risiko
bencana ➢ Mengidentifikasi kebutuhan
pendidikan dan pelatihan untuk semua
o Analisis bahaya perawat
o Pembuatan peta bahaya
➢ Pengembangan database keperawatan
o Analisis kerentanan bencana
➢ Menginisiasi upaya pencegahan ➢ Mengembangkan evaluasi terhadap
o Pencegahan/penghilangan bahaya
perencanaan yang meliputi semua
aspek disaster
o Pemindahan kelompok risiko
FASE B E N C A N A
➢ Aktivasi sistem tanggap bencana (respon akut) ➢ Pengelolaan masyarakat rentan (anak-anak, ibu
• Mengembangkan sistem rumah sakit lapangan dan hamil, dan lansia) dalam manajemen bencana
shelter yang aman ➢ Mengintegrasikan sumber-sumber terkait dalam
• Triage dan transportasi pasien penanganan bencana
• Pengkajian kondisi kesehatan masyarakat dan ➢ Mengembangkan sistem saling membantu dari
evaluasi dampak pada populasi saat kejadian bencana berbagai sektor dalam penanggulangan bencana
• Komunikasi dengan pihak terkait ➢ Mengembangkan sistem pengadaan bantuan obat-
➢ Mitigasi pada hazard yang masih berlangsung obatan, nutrisi, dan suplai air bersih

➢ Mengembangkan sistem pengawasan (surveillance) ➢ Mengembangkan sistem dalam memenuhi


• penyakit kebutuhan sanitasi dan pembuangan sampah

➢ Memberikan asuhan keperawatan berdasarkan pada hasil ➢ Mengembangkan sistem pengontrolan vektor
triage
FASE PASCA B E N C A N A
➢ Melanjutkan sistem pengawasan (surveillance) penyakit ➢ Memonitor dampak kesehatan secara fisik pada penyintas

➢ Monitor keamanan nutrisi dan suplai air bersih ➢ Memberikan pelayanan kesehatan lanjutan pada penyintas

➢ Mengembalikan infrastruktur fasilitas pelayanan kesehatan ➢ Memonitor dampak kesehatan secara psikologis pada
penyintas
➢ Mengaktifkan sistem pelayanan kesehatan publik
➢ Melakukan triage ulang dan transport pasien ke fasilitas yang ➢ Memberi konseling
lebih layak ➢ Mengatur pergantian kerja staf dalam penanganan kondisi
kesehatan paska bencana
➢ Memfasilitasi penyatuan kembali anggota keluarga dan
pengembalian peran serta fungsi keluarga penyintas bencana ➢ Mengevaluasi program penanggulangan bencana
➢ Melakukan perbaikan sistem preparedness dalam
penanggulangan bencana ke depan
• Seorang perawat ditugaskan ke lapangan untuk melakukan perawatan didaerah bencana gempa bumi yang
baru saja terjadi. Saat ini perawat telah menginstruksikan para korban yang masih bisa berjalan untuk
berpindah ke tempat yang lebih aman. Setelah itu, perawat menemukan seorang korban dengan sesak napas,
RR 28x/menit dan CRT 3 detik. Apakah kategori triage korban tersebut?

• A. Kuning

• B. Merah

• C. Hitam

• D. Hijau

• E. Orange
TRIAGE START
Management
Patient Safety
6 SASARAN
KESELAMATAN PASIEN
Sasaran 1
• Ketepatan Identifikasi Pasien
Sasaran 2
• Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Sasaran 3
• Peningkatan Keamanan obat yang perlu
diwaspadai (High Alert Medication)
Sasaran 4
• Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien operasi
Sasaran 5
• Pengurangan Risiko Infeksi terkait Pelayanan
Kesehatan

Sasaran 6
• Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Sasaran 1 Identifikasi pasien :
Ketepatan identifikasi Pasien menggunakan dua identitas
dari minimal tiga identitas.
1. Nama Pasien (Sesuai
KTP)
Pasien diIdentifikasi pada saat: 2. Tanggal Lahir Pasien
1. Sebelum pemberian obat, 3. Nomor Rekam Medis
Pemberian darah / produk
darah Bandingkan
2. Sebelum pengambilan darah dengan
gelang pasien
dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis
3. Sebelum memberikan
pengobatan
4. Sebelum memberikan tindakan.
SPO Pemasangan Gelang Identitas Pasien

Pasangkan gelang identitas pada


pergelangan tanan kanan, bila tidak
bisa di tangan kanan, urutan
pemakaian gelang adalah di tangan
kiri, kaki kanan, kaki kiri.
SPO Pemasangan Stiker Penanda Risiko
Pada Pasien Kondisi Khusus

Petugas/perawat menjelaskan prosedur


pemasangan stiker penanda risiko di
gelang identitas dan tujuannya kepada
pasien/keluarga

ALLERGY
FALL RISK DNR

Pasien dengan riwayat pasien berisiko tinggi Pasien DNR (Do Not
alergi jatuh Resuscitate)
Sasaran 2
Peningkatan Komunikasi Yang Efektif

Komunikasi antar Petugas


– Komunikasi verbal dengan
Read Back, Write Down,
Confirmation / TBaK (Tulis,
Baca Konfirmasi)
– Melaporkan kondisi pasien
dengan SBAR (Situation –
Backround – Assessment –
Recommendation)
– Tulisan dapat dibaca
– Adanya daftar singkatan
– Bila perlu dieja
SBAR
SITUATION BACKGROUND
ASSESMENT
RECOMENDATION
Cara Komunikasi via telepon
laporkan kondisi pasien
dengan metode “SBAR”

TULIS BACA ULANG/READBACK


LENGKAP KONFIRMASI
(Obat LASA di EJA dengan
ALPHABET PHONETIK)

Stempel
KONFIRMASI 1 X 24 JAM
di CPPT
Sasaran 3
Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Alert)

PRINSIP 6 BENAR
• Sosialisasikan dan tingkatkan
• Benar Pasien
kewaspadaan obat Look Alike dan
• Benar Obat
Sound Alike (LASA) atau Nama Obat
• Benar Dosis
Rupa Mirip (NORUM) disimpan
• Benar Waktu
berjauhan
• Benar Cara
• Terapkan DOUBLE CHECK • Benar Dokumentasi
• Perhatikan agar obat HIGH ALERT
berada di tempat yang aman dan
berlabel (Tidak boleh disimpan di
ruang perawatan), kecuali di Depo
Farmasi, IGD, Kamar bersalin, Kamar
bedah, HCU, HDU, ICU, CVCU
High
Alert High
Alert
High
Alert
MEDICAL ERROR
Slips

Error in
Arjaty/IMRK/2010 18
Execution
Sasaran 4
Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi

⚫ Sebelum dilaksanakan operasi terapkan pengisian Checklist Keselamatan


Operasi untuk memastikan:
⚫ Tepat pasien.
⚫ Tepat prosedur.
⚫ Tepat daerah/ lokasi operasi (

• Beri tanda pada sisi


operasi (surgical site
marking) yang tepat
dengan cara yang jelas
dimengerti dan
libatkan pasien dalam
hal ini
Sasaran 5
Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

• Lama cuci tangan :


❑ Telapak tangan
• HAND RUB : 20 – 30
❑ Punggung tangan DETIK
❑ Sela-sela jari • HAND WASH : 40 – 60
❑ Punggung jari-jari DETIK
(gerakan kunci )
❑Sekeliling ibu jari
(putar-putar)
❑Kuku dan ujung jari
(putar-putar)
6 waktu cuci tangan (Six moments )

6. Setelah melepas
Handscoon
Sasaran 6
Pengurangan risiko pasien jatuh

• Pasien sebaiknya di nilai risiko jatuh:


• Saat pendaftaran
• Saat transfer dari unit satu ke unit lain
• Setelah pasien jatuh
• Regular interval. Bulanan, dua mingguan atau
harian
• Setiap pasien yang akan masuk RS, dinilai
risiko jatuhnya dengan menggunakan
form penilaian resiko jatuh
• Tempelkan stiker kuning pada gelang
identitas pasien
Penanda Pasien Berisiko Jatuh Tinggi

stiker tambahan risiko jatuh


(warna kuning)

tanda peringatan (kode/ lambang


segitiga kuning orang jatuh) pada
tempat tidur pasien
Seorang laki-laki (50 tahun) mengalami luka gangren pada bagian kaki dan sekarang berada di ruangan operasi
untuk menjalani operasi debridement. Hasil pengkajian: skor skala barden pada pasien saat ini 19, pasien
mengeluh nyeri di area kaki, dan cemas untuk melakukan operasi.
Apakah jenis gelang identifikasi yang tepat dipakaikan pada pasien?
• A. Gelang berwarna biru
• B. Gelang berwarna biru dan kuning
• C. Gelang berwarna merah muda
• D. Gelang berwarna biru, kuning, dan merah
• E. Gelang berwarna merah muda, merah, dan kuning
PEMBAHASAN:
Pemakaian gelang pasien dibedakan berdasarkan warna
yaitu:
• • Merah muda untuk pasien jenis kelamin
perempuan
• • Biru untuk pasien jenis kelamin laki-laki
• • Merah untuk pasien alergi obat-obatan
• • Kuning untuk pasien dengan risiko jatuh
• • Hijau untuk pasien alergi lateks
• • Ungu untuk pasien DNR (Do Not Resusitation)
• • Abu-abu untuk pasien dengan pemasangan bahan
radioaktif (kemoterapi)
Seorang perempuan (45 tahun) dirawat di ruangan kebidanan dengan kanker serviks. Saat ini pasien sedang
menjalani kemoterapi siklus ketiga. Hasil pengkajian: adanya alergi antibiotic ceftriaxone dan didapatkan skala
morse pasien yaitu 24.
Apakah jenis gelang identifikasi yang tepat dipakaikan pada pasien?
• A. Gelang berwarna merah muda, abu-abu, merah, dan kuning
• B. Gelang berwarna biru dan kuning
• C. Gelang berwarna merah muda, abu-abu, dan merah
• D. Gelang berwarna biru, kuning, dan merah
• E. Gelang berwarna merah muda, merah, dan kuning
PEMBAHASAN:
Data fokus:
• • Pasien berjenis kelamin perempuan
maka dipakaikan gelang berwarna merah
muda
• • Pasien sedang menjalani kemoterapi
maka dipakaikan gelang abu-abu
• • Pasien alergi antibiotic ceftriaxone
maka dipakaikan gelang merah
1. Perawat menyiapkan pemberian tranfusi darah pada pasien 7 tapi diberikan ke pasien 4 saat tranfusi mulai
mengalir di selang belum masuk ke tubuh pasien. Perawat menyadari bahwa salah memberikan kepada
pasien, hal ini termasuk kedalam insiden?
A. Kejadian tidak diharapkan
B. Kejadian nyaris cedera
C. Kejadian Potensial Cedera
D. Kejadian Sentinel
E. Kejadian tidak cedera
Intervensi
Keperawatan
Spesifik Area
Medikal Bedah
MONITORING HEMODINAMIK
No Tanda Kriteria Scor
e
1 Aktivitas Mampu gerak 4 ektremitas atas perintah 2
Mampu gerak 2 ektremitas atas perintah 1
Tdk mampu gerak ekstremitas 0
2 Respirasi Mampu nafas dlm & batuk 2
Aldrete Score 1
Dyspneu, nafas terbatas
(utk ps dewasa Apneu 0
dgn general 3 Sirkulasi TD ± 20 mmHg nilai pra anestesi 2
anestesi) TD ± 20 – 50 mmHg dari anestesi 1
TD ± 50 mm HG dari pra anestesi 0
4 Kesadaran Sadar penuh 2
Bangun jika dipanggil 1
Tdk ada respon 0
5 Warna Kulit Kemerahan (Pink) 2
Pucat 1
Sianosis 0
Jika jml skore >8 maka K boleh dipindah ke ruangan
MONITORING HEMODINAMIK

No Kriteria Score
1 Gerakan penuh di tungkai 0
2 Tdk mampu ekstensi tungkai 1
3 Tdk mampu fleksi lutut 2
4 Tdk mampu fleksi pergelangan kaki 3
Jika nilai 2, maka K dapat dipindahkan ke ruangan

Bromage Score (KLIEN dewasa dengan regional anestesi)


MONITORING HEMODINAMIK
No Tanda Kriteria Score

Steward 1 Kesadaran Bangun 2


Score Respon thd rangsang 1
(KLIEN 0
Tdk ada respon
anak
2 Respirasi Batuk/ menangis 2
dengan
1
GA) Pertahankan jalan nafas
0
Perlu bantuan nafas
3 Motorik Gerak bertujuan 2
Gerak tanpa tujuan 1
0
Tdk ada gerak
Jika jumlah skore >5, K dapat dipindahkan ke ruangan
Seorang perempuan (39 tahun) dirawat Post op mastektomi hari ke-3. Hasil pengkajian pasien mengeluh nyeri
pada luka operasi, wajah meringis, skala nyeri 3, nyeri seperti tertusuk-tusuk, balutan luka tampak bersih.
Tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi napas 26x/menit.
Apakah intervensi yang tepat diberikan pada pasien?
• A. Perawatan luka
• B. Kolaborasi pemberian analgetik
• C. Menganjurkan mobilisasi
• D. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
• E. Memberikan terapi oksigen
PEMBAHASAN:
Mastektomi adalah istilah untuk operasi pengangkatan payudara untuk menghilangkan sel kanker. Mastektomi dapat dilakukan pada salah
satu atau kedua payudara
Data fokus:
• - Pasien Post op mastektomi hari ke 3
• - Nyeri pada luka op
• - mengeluh nyeri pada luka operasi
• - wajah meringis
• - skala nyeri 3
• - nyeri seperti tertusuk-tusuk
• - balutan luka tampak bersih
• - Tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi napas 26x/menit
Berdasarkan data diatas maka diagnosa yang tepat adalah Nyeri akut. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berhubungan langsung kurang dari 3 bulan.
Intervensi yang tepat diberikan pada klien adalah manajemen nyeri nonfarmakologis dengan mengajarkan klien teknik relaksasi napas
dalam. Teknik ini digunakan untuk mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktivitas simpatik dalam sistem saraf otonom, dapat
dilakukan pada skala nyeri ringan.
Seorang laki-laki (48 tahun) dirawat di RS post TURP atas indikasi BPH. Hasil pengkajian: Pasien terpasang folley
catheter sudah 10 hari, nyeri pada area pemasangan kateter dan pasien tidak bisa menahan BAK. Hari ini
pasien direncanakan pulang dan akan dilakukan pelepasan folley catheter.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan oleh perawat?
• A. Melakukan irigasi kandung kemih secara kontinyu
• B. Melakukan bladder training pada pasien
• C. Menganjurkan pasien mengurangi minum
• D. Menyiapkan alat untuk melepaskan folley catheter
• E. Menganjurkan memakai folley catheter dirumah
PEMBAHASAN:
• Pada pasien post op TURP ai BPH akan dilakukan pemasangan folley catheter dalam waktu yang cukup
lama untuk memenuhi kebutuhan BAK dan mencegah terjadinya obstruksi urine oleh bekuan darah pasca
operasi. Tetapi pemasangan folley catheter dalam waktu lama dapat menyebabkan menurunnya refleks
BAK dari otot kandung kemih dan hilangnya control spingter urethra eksterna dalam pengeluaran urine
(inkontinensia urine).
• Sehingga sebelum folley catheter dilepaskan, intervensi keperawatan yang harus dilakukan perawat
adalah mengajarkan pasien melakuakan bladder training untuk mencegah inkontinensia urine. Bladder
training adalah salah satunupaya yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang
mengalami gangguan ke keadaaan normal.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai