Anda di halaman 1dari 4

Teknik Komunikasi Terapeutik

Berikut ini teknik komunikasi Stuart dan Sundeen (1998) yang dikombinasikan dengan pendapat
ahli lainnya:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian (listening)
Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan
verbal dan nonverbal yang sedang dikomunikasikan. Keterampilan mendengarkan
dengan penuh perhatian dapat ditunjukkan dengan sikap berikut.
a. Pandang klien ketika sedang bicara.
b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.
c. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
d. Anggukkan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan
balik.
e. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

2. Menunjukkan penerimaan (accepting)


Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan
orang lain, tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat
kita tidak harus menerima semua perilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan
ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan
kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Sikap perawat yang
menunjukkan penerimaan dapat diidentifikasi seperti perilaku berikut.
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian.
c. Memastikan bahwa isyarat nonverbal cocok dengan komunikasi verbal.
d. Menghindarkan untuk berdebat, menghindarkan mengekspresikan keraguan, atau
menghindari untuk mengubah pikiran klien.
e. Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya” atau “saya mengerti apa
yang bapak-ibu inginkan”.

3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan


Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai
klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan
kata-kata dalam konteks sosial budaya klien.

4. Mengulang (restating/repeating)
Maksud mengulang adalah teknik mengulang kembali ucapan klien dengan bahasa
perawat. Teknik ini dapat memberikan makna bahwa perawat memberikan umpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi
berlanjut.
Contoh:
Pasien : “Saya tidak nafsu makan, seharian saya belum makan.”
Perawat: “Bapak mengalami gangguan untuk makan?”

5. Klarifikasi (clarification)
Teknik ini dilakukan jika perawat ingin memperjelas maksud ungkapan klien. Teknik ini
digunakan jika perawat tidak mengerti, tidak jelas, atau tidak mendengar apa yang
dibicarakan klien. Perawat perlu mengklarifikasi untuk menyamakan persepsi dengan
klien.
Contoh: “Coba jelaskan kembali apa yang Bapak maksud dengan kesenangan hidup?”

6. Memfokuskan (focusing)
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih
spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika
menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa
informasi yang baru. Perawat membantu klien membicarakan topik yang telah dipilih
dan penting.
Contoh:
Pasien : “Ya, beginilah nasib wanita yang teraniaya seperti saya. Tapi, saya pikir untuk
apa saya pikirkan sakit ini?”
Perawat : “Coba ceritakan bagaimana perasaan ibu sebagai wanita.”

7. Merefleksikan (reflecting/feedback)
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Perawat
menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien. Menyampaikan hasil
pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus
bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
Contoh: “Ibu tampak sedih. Apakah Ibu merasa tidak senang apabila Ibu ….”

8. Memberi informasi (informing)


Memberikan informasi merupakan teknik yang digunakan dalam rangka menyampaikan
informasi-informasi penting melalui pendidikan kesehatan. Apabila ada informasi yang
ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Setelah informasi
disampaikan, perawat memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.

9. Diam (silence)
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi
pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan ketetapan waktu.
Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri,
mengorganisasi pikirannya, dan memproses informasi. Bagi perawat, diam berarti
memberikan kesempatan klien untuk berpikir dan berpendapat/berbicara.

10. Identifikasi tema (theme identification)


Identifikasi tema adalah menyimpulkan ide pokok/utama yang telah dikomunikasikan
secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas
sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Teknik ini penting dilakukan
sebelum melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
Contoh: “Saya paham terhadap masalah Ibu. Ibu merasa bahwa anak-anak dewasa dan
semua telah meninggalkan Ibu sendirian di rumah. Terkait masalah ini, apa rencana
yang akan Ibu lakukan untuk mengatasi masalah?”

11. Memberikan penghargaan (reward)


Menunjukkan perubahan yang terjadi pada klien adalah upaya untuk menghargai klien.
Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban bagi klien yang berakibat klien
melakukan segala upaya untuk mendapatkan pujian.
Contoh: “Saya perhatikan Ibu sudah lebih segar dan sehat. Selamat, ya bu. Semoga Ibu
dapat segera sembuh”.

12. Menawarkan diri


Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau
klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Sering kali perawat hanya
menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, dan teknik komunikasi ini harus dilakukan
tanpa pamrih.
Contoh: “Saya ingin bapak/ibuk merasa tenang dan nyaman.”

13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan


Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
Perawat dapat berperan dalam menstimulasi klien untuk mengambil inisiatif dalam
membuka pembicaraan.
Contoh: “Adakah sesuatu yang ingin Ibu bicarakan?” “Apakah yang sedang Ibu pikirkan?”
“Dari mana Ibu ingin mulai pembicaraan ini?”
14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Hal ini merupakan teknik mendengarkan yang aktif, yaitu perawat menganjurkan atau
mengarahkan pasien untuk terus bercerita. Teknik ini mengindikasikan bahwa perawat
sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan klien dan tertarik dengan apa yang akan
dibicarakan selanjutnya.
Contoh: “… lanjutkan Ibu ….” “… dan kemudian …? “Ceritakan kepada saya tentang itu …

15. Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan serta menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
Contoh: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?” Dengan teknik ini ,
dapat diindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga.

16. Humor
Humor yang dimaksud adalah humor yang efektif. Humor ini bertujuan untuk menjaga
keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi. Perawat harus hati-hati dalam
menggunakan teknik ini karena ketidaktepatan penggunaan waktu dapat menyinggung
perasaan klien yang berakibat pada ketidakpercayaan klien kepada perawat.

Surveilans infeksi terkait pelayanan kesehatan (Health Care Associated Infections/HAIs)


adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus menerus dalam pengumpulan, identifikasi,
analisis dan interpretasi data kesehatanyang penting di fasilitas pelayanan kesehatan pada
suatu populasi spesifik dan didiseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang
memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan, serta evaluasi suatu tindakan
yang berhubungan dengan kesehatan.

Tujuan Surveilans Hais Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan :

1. Tersedianya informasi tentang situasi dan kecenderungan kejadian HAIs di fasilitas


pelayanan kesehatan dan faktor risiko yang mempengaruhinya.
2. Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya fenomena
abnormal (penyimpangan) pada hasil pengamatan dan dampak HAIs di fasilitas
pelayanan kesehatan.
3. Terselenggaranya investigasi dan pengendalian kejadian penyimpangan pada hasil
pengamatan dan dampak HAIs di fasilitas pelayanan kesehatan.

Metode Surveilans :

a) Surveilans Komprehensif (Hospital Wide/Tradisional Surveillance)


Adalah surveilans yang dilakukan di semua area perawatan untuk mengidentifikasi
pasien yang mengalami infeksi selama di rumah sakit.Data dikumpulkan dari catatan
medis, catatan keperawatan, laboratorium dan perawat ruangan.Metode surveilans ini
merupakan metode pertama yang dilakukan oleh Center for Diseases Control (CDC)
pada tahun 1970 namun memerlukan banyak waktu, tenaga dan biaya.

b) Surveilans Target (Targetted Surveillance)


Metode surveilans ini berfokus pada ruangan atau pasien dengan risiko infeksi spesifik
seperti ruang perawatan intensif, ruang perawatan bayi baru lahir, ruang perawatan
pasien transplan, ruang perawatan pasien hemodialisa atau pasien dengan risiko: ISK,
Surgical Site Infection (SSI)/IDO, Blood Stream Infection (BSI)/IAD, Pneumonia (HAP,
VAP).
Surveilans target dapat memberikan hasil yang lebih tajam dan memerlukan sumber
daya manusia yang sedikit.
c) Surveilans Periodik (Periodic Surveillance)
Metode Hospital Wide Traditional Surveillance yang dilakukan secara periodik misalnya
satu bulan dalam satu semester. Cara lain dilakukan surveilans pada satu atau beberapa
unit dalam periode tertentu kemudian pindah lagi ke unit lain.

d) Surveilans Prevalensi (Prevalence Surveillance)


Adalah menghitung jumlah aktif infeksi selama periode tertentu.Aktif infeksi dihitung
semua jumlah infeksi baik yang lama maupun yang baru ketika dilakukan survei.Jumlah
aktif infeksi dibagi jumlah pasien yang ada pada waktu dilakukan survei. Prevalence
Surveillance dapat digunakan pada populasi khusus seperti infeksi mikroorganisme
khusus: Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), Vancomycin Resistant
Enterococci (VRE).

Berdasarkan beberapa metode diatas, yang direkomendasikan adalah Surveilans Target


(Targetted Surveillance) untuk dapat laik laksana karena surveilans target dapat memberikan
hasil yang lebih tajam dan memerlukan sumber daya manusia yang sedikit.

Pada suatu daerah dengan jumlah penduduk tgl 1 Juni 2019 sebanyak 100.000 orang semua
rentan terhadap penyakit Diare ditemukan laporan penderita baru sebagai berikut : bulan
januari 50 orang, Februari 100 orang, Maret 150 orang, April 10 orang dan Mei 90 orang.
Berapakah incidence rate pada kasus diatas ?
a. 0,04%
b. 0,4%
c. 0,1%
d. 0,01%
e. 0,9%

Jawaban yang tepat : B. 0,04%

Incidence Rate adalah jumlah kasus baru yang terjadi di kalangan penduduk selama periode
waktu tertentu. Incidence Rate adalah frekuensi timbulnya kasus baru suatu penyakit yang
terjadi pada sekelompok penduduk/masyarakat selama waktu tertentu. Incidence rate biasa
dinyatakan dalam periode waktu tertentu seperti bulan, tahun, dan lain-lain. Incidence rate
biasanya digunakan untuk mengetahui etiologi.

Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui
terlebih dahulu tentang :
a. Data tentang jumlah penderita baru.
b. Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru(Population at Risk).

Manfaat Incidence Rate adalah :


a. Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
b. Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi
c. Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas
pelayanankesehatan
Rumus :
Incidence Rate (IR) = Jumlah kasus suatu penyakit pada periode waktu tertentu : Populasi yang
menjadi resiko pada periode waktu yang sama x 100%

Pada kasus :
Jumlah kasus suatu penyakit pada periode waktu tertentu = 400 orang
Populasi yang menjadi resiko pada periode waktu yang sama (1 Juni 2019) = 100.000 orang

Maka :
400 : 100.000 x 100% = 0,4 %

Anda mungkin juga menyukai