Anda di halaman 1dari 38

Konsep Komunikasi

Terapeutik
Afniwati
1. Pendahuluan
• Komunikasi secara mutlak merupakan bagian
integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali
perawat, yang tugas sehari-harinya
berhubungan dengan orang lain
• Komunikasi sangat penting, sarana yang
efektif dalam memudahkan perawat
melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik
• Keterampilan berkomunikasi merupakan
critical skill yang harus dimiliki oleh seorang
perawat dan merupakan bagian integral dari
asuhan keperawatan.
2. PENGERTIAN
• Hubungan interpesonal antara perawat dgn pasien,
dalam hubungan ini perawat & pasien
memperoleh pengalaman belajar bersama dalam
rangka memperbaiki pengalaman emosional pasien
(Stuart G.W. (1998) dalam Damaiyanti, 2010)
• Komunikasi yang dilakukan/dirancang untuk tujuan
terapi. Seorang penolong dapat membantu klien
mengatasi masalah yang dihadapinya melalui
komunikasi (Surani, 2005)
PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Klien harus merupakan fokus utama dari
interaksi.
2. Tingkah laku professional mengatur hubungan
terapeutik.
3. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
4. Kerahasiaan klien harus dijaga.
5. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk
menentukan pemahaman.
PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

6. memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari


membuat penilaian tentang tingkah laku klien dan
memberi nasehat.
7. Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali
pengalamannya secar rasional.
8. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi
dan hindari perubahan subyek/topik jika perubahan isi
topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
9. Implementasi intervensi berdasarkan teori.
10. Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka
diri mempunyai tujuan terapeutik.
Karakteristik Helper yang Memfasilitasi
Tumbuhnya Hubungan Terapeutik

• Kejujuran (trustworthy)
Kejujuran sangat penting dalam komunikasi
terapeutik agar terbina hubungan saling
percaya
• Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya
perawat menggunakan kata-kata yang mudah
dimengerti oleh klien dan tidak berbelit-belit.
Nonverbal harus sesuai denga verbalnya
• Bersikap Positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang
dikatakan klien lewat nonverbalnya sangat
penting baik dalam membina hubungan saling
percaya maupun dalam membuat rencana
tindakan bersama klien
• Empati bukan Simpati
Sikap empati perawat akan mampu merasakan
dan memikirkan permasalahan klien seperti
yang dirasakan dan di pikirkan klien
• Menerima klien apa adanya
Merupakan karakteristik helper yang efektif
klien merasa di hargai dan akan merasa aman dalam
menjalin hubungan interpersonal
• Sensitif terhadap perasaan klien
• Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klen ataupun
diri perawat sendiri
Perawat harus mampu membimbing klien untuk
melupakan kejadian yang menyakitkan dimasa lalu dan
menguatkan koping klien
3. Teknik Komunikasi Terapeutik

1. Bertanya
Bertanya (questioning) merupakan tehnik yang
dapat mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaan dan pikirannya. Tehnik berikut sering
digunakan pada tahap orientasi.
a. Pertanyaan fasilitatif dan nonfasilitatif
Pertanyaan fasilitatif (facilitative question)
jika pada saat bertanya perawat sensitif
terhadap pikiran dan perasaan serta secara
langsung berhubungan dengan masalah klien.
Contoh ; ”Bagaimana keadaan ibu hari ini ..?”
b. Pertanyaan nonfasilitatif
(nonfacilitative question) adalah
pertanyaan yang tidak efektif
karena memberikan pertanyaan
yang tidak fokus pada masalah
atau pembicaraan, bersifat
mengancam, dan tampak kurang
pengertian terhadap klien.
Contoh ; Apa yang ibu kesalkan
pada Perawat B ?”
b. Pertanyaan terbuka dan tertutup
Pertanyaan terbuka (open question)
digunakan apabila perawat
membutuhkan jawaban yang banyak
dari klien.
Contoh ; ”Bagaimana perasaan ibu
hari ini......?”
Pertanyaan tertutup (closed
question) digunakan ketika perawat
membutuhkan
jawaban yang singkat.
Contoh ;”Masih ingat janji kita
kemarin ..?”
c.Inapropriate quantity question
Inapropriate quantity question
yaitu pertanyaan yang kurang baik
dari sisi jumlah pertanyaan, yang
mengakibatkan klien bingung dalam
menjawab.
Contoh ; Dengan apa bapak datang
kemari ? Siapa yang mengantar ?
Naik apa?
d. Inapropriate quality question
Inapropriate quality question yaitu pertanyaan
yang tidak baik diberikan pada klien dan
biasanya dimulai dengan kata “why” (mengapa).
Why question ini dipertimbangkan tidak tepat
karena :
1. Terkesan menginterogasi, sehingga klien
merasa seolah-olah diintimidasi m’hambat
keterbukaan klien terhadap perawat
(Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).
2. Tidak akan dapat menggali perasaan klien yang
sebenarnya karena why question mengiring
klien untuk menjawab secara rasional atau
mengemukakan alasan dari suatu perbuatan
atau keadaan, bukan bagaimana perasaanya
terhadap kejadian, contoh : ”Mengapa ibu
memukul dia kemarin?”
2. Mendengarkan
Mendengarkan (listening) merupakan dasar
utama dalam komunikasi terapeutik (Keliat,
Budi Anna, 1992).
Perawat berusaha mengerti klien dengan cara
mendengarkan masalah yang disampaikan klien
3. Mengulang
Mengulang (restarting)
mengulang pokok pikiran yang
diungkapkan klien, untuk menguatkan
ungkapan klien dan memberi indikasi
perawat mengikuti pembicaraan klien
(Keliat, Budi Anna, 1992).
Merupakan suatu strategi yang
mendukung listening
- K : “saya tidak dapat tidur, sepanjang
malam saya terjaga”
-P : “ Saudara mengalami kesulitan untuk
tidur….”
• 4. Klarifikasi
• Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali dalam
kata-kata, ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta
klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya (Gerald, D dalam
Suryani, 2005).
• Pada saat klarifikasi, perawat tidak boleh menginterpretasikan
apa yang dikatakan klien, juga tidak boleh menambahkan
informasi.
• Fokus utama klarifikasi adalah pada perasaan, karena pengertian
terhadap perasaan klien sangat penting dalam memahami klien.
• “Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda
katakan”
• “ Apa yang anda katakan tadi adalah Andi tidak
yakin dapat mengikuti apa yang saya ucapkan “
5. Refleksi
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali
ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan
kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi
pengertian perawat tentang apa yang diucapkan
klien dan menekankan empati, minat, dan
penghargaan terhadap klien (Antai-Otong dalam
Suryani, 2005).
K: “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya
kepada dokter?”
P: “Apakah menurut anda, anda harus
mengatakannya?”
K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi
saya, bahkan tidak menelpon saya, kalau dia
datang saya tidak ingin berbicara dengannya.
P: “Ini menyebabkan anda marah”.
6. Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan
pembicaraan menjadi lebih spesifik dan
dimengerti. Hal yang perlu diperhatikan
dalam mengguanakan metode ini adalah
usahakan untuk tidak memutus pembicaraan
ketika klien menyampaikan masalah penting
(Suryani, 2005).
7. Diam
Diam  memberikan kesempatan kepada perawat
dan klien untuk mengorganisasi pikirannya
Misalnya :
• Klien : “ Saya marah !“
• Perawat : ( diam )
8. Memberi Informasi
Memberikan tambahan informasi
(informing) merupakan tindakan
penyuluhan kesehatan klien, sangat
membantu dalam mengajarkan kesehatan
atau pendidikan pada klien tentang aspek-
aspek yang relevan dengan perawatan diri
dan penyembuhan klien (Suryani, 2005).
9. Menyimpulkan
• Menyimpulkan (summerizing) adalah
tehnik komunikasi yang membantu klien
mengeksplorasi poin penting dari
interaksi perawat-klien.
• Tehnik ini membantu perawat dan klien
untuk memiliki pikiran dan ide yang
sama saat mengakhiri pertemuan. Poin
utama dari menyimpulkan yaitu
peninjauan kembali komunikasi yang
telah dilakukan
10. Mengubah Cara Pandang
Tehnik mengubah cara pandang (refarming) ini
digunakan untuk memberikan cara pandang lain
sehingga klien tidak melihat sesuatu atau masalah dari
aspek negatifnya saja (Gerald, D dalam Suryani,
2005).
Sangat bermanfaat terutama ketika klien berfikiran
negatif terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu
dari sisi negatifnya. Seorang perawat kadang
memberikan tanggapan yang kurang tepat ketika klien
mengungkapkan masalah, misalnya menyatakan :
“sebenarnya apa yang anda pikirkan tidak seburuk itu
kejadiannya”.

11. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali
lebih jauh atau lebih dalam masalah yang dialami klien
(Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya masalah
tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada
tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail
tentang masalah yang dialami klien.
12. Membagi Persepsi
Stuart G.W (1998) dalam Suryani
(2005) menyatakan, membagi persepsi
(sharing peception) adalah meminta
pendapat klien tentang hal yang perawat
rasakan atau pikirkan. Tehnik ini
digunakan ketika perawat merasakan
atau melihat ada perbedaan antara
respons verbal dan respons nonverbal
klien.
13. Mengidentifikasi Tema
Perawat harus tanggap terhadap
cerita yang disampaikan klien dan
harus mampu manangkap tema dari
seluruh pembicaraan tersebut,
untuk meningkatkan pengertian dan
menggali masalah penting (Stuart &
Sandeen dalam Suryani, 2005).
Tehnik ini sangat bermanfaat pada
tahap awal kerja untuk
memfokuskan pembicaraan pada
awal masalah yang benar-benar
dirasakan klien.
14. Humor
Humor bisa mempunyai beberapa
fungsi dalam hubungan terapeutik.
Florence Nightingale dalam
Anonymous (1999) dalam Suryani
(2005) pernah mengatakan suatu
pengalaman pahit sangat baik
ditangani dengan humor.
Humor dapat meningkatkan kesadaran
mental dan kreativitas, serta
menurunkan tekanan darah dan nadi.
15. Memberikan Pujian
Memberikan Pujian
(reinforcement) merupakan
keuntungan psikologis yang
didapatkan klien ketika
berinteraksi dengan perawat. Re-
inforcement berguna untuk
meningkatkan harga diri dan
menguatkan perilaku klien
(Gerald, D dalam Suryani, 2005).
Teknik komunikasi yang kurang tepat
• Memberi jaminan
Menyatakan sesuatu pada klien yang
belum pasti hasilnya dengan maksud
menenangkan.
Cth ; K : “Suster kira-kira penyakit
seperti ini bisa sembuh nggak ya…?”
P : Jangan khawatir, pasti sembuh”
• Memberikan penilaian
Dapat mengakibatkan klien merasa
bahwa perawat mengabaikan perasaan
klien atau merendahkan dirinya.
Cth : “Masa begitu aja nangis,” atau
“Masa gitu aja marah”
• Memberi komentar klise
Memberi komentar yang itu-itu saja
atau komentar yang terlalu umum
• Memberi saran
Memberikan saran yang tidak
terapeutik karena apabila sarannya
tidak mampu mengatasi masalah,
klien akan menyalahkan atau
memulangkannya pada perawat
• Mengubah pokok pembicaraan
Berorientasi kepada perawat,
terkadang perawat tertarik pada
ungkapan klien sehingga mengubah
topik pembicaraan
• Defensif
Bisa menghambat klien dalam
mengungkapkan perasaannya
4. Sikap Komunikasi Terapeutik
Ada 5 sikap /cara menghadirkan diri secara fisik (Herber J,
1982) :
1. Berhadapan Saya siap untuk anda
2. Mempertahankan kontak mata  Mendengar dan
memperhatikan klien  menghargai klien dan mengatakan
keinginan untuk tetap berkomunikasi
3. Membungkuk kearah klien  keinginan mengatakan atau
mendengar sesuatu  perawat merespons dan perhatian
terhadap klien  keinginan membantu klien
4. Mempertahankan sikap terbuka  tidak melipat kaki atau
tangan  mempertahankan posisi tangan di samping atau dalam
posisi terbuka lainnya  menunjukkan keterbukaan untuk
berkomunikasi
5. Tetap rileks  menciptakan lingkungan yang rileks dan
menjaga privasi klien dan rasa nyaman  untuk membuka diri
5. Dimensi Respon
Dimensi respon sangat penting pada awal berhubungan
dengan klien karena berpengaruh pada interaksi
selanjutnya ( Stuart, G.W, 1998)
Terdiri dari :
1. Respon perawat yang ikhlas
Perawat seharusnya berespon dengan tulus ikhlas, tidak
berpura-pura dan mengekspresikan perasaan yang
sebenarnya secara spontan  mampu menghargai klien
dengan menerima klien apa adanya
• Tidak menghakimi
• Tidak mengkritik
• Tidak mengejek atau menghina
2. Menghargai : duduk bersama klien yang menangis,
minta maaf atas hal yang tidak disukai klien,
menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan
pengalaman tertentu
3. Empati : kesadaran yang objektif akan pikiran dan
perasaan orang lain (Wiseman, 1996)
Empati  kemampuan untuk masuk dalam
kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran dan
perasaannya
Wheeler dan Wolberg membagi empati menjadi 2 tipe :
a. Empati Dasar ( Basic Empaty )
Respon alamiah dari seseorang untuk mengerti orang
lain
Contoh : Ketika ada anak kecil menangis secara
spontan orang bertanya ; “ Ada apa nak ? Kenapa
mengangis ?”
b. Empati Terlatih ( Trained Empaty/Clinical Empaty
Professional Empaty )
Kemampuan berempati yang diperoleh setelah
melalui training dalam rangka menolong orang lain
Contoh : Ketika klien menangis menceritakan
tentang kesedihannya ditinggal oleh suaminya 
perawat duduk diam mendengarkan keluhan,
kesedihan atau pengingkaran klien sampil mengusap-
usap punggung klien dengan lembut
4. Konkrit : perawat menggunakan terminalogi
yang spesifik bukan abstrak  untuk
menghindarkan keraguan dan ketidakjelasan
Kegunaan :
• Mempertahankan respon perawat terhadap
perasaan klien
• Memberikan penjelasan yang akurat
• Mendorong klien memikirkan masalah yang
spesifik
6. Dimensi Tindakan
Konfrontasi
Berguna : untuk meningkatkan kesadaran klien
akan kesesuaian perasaan, sikap, kepercayaan
dan perilaku yang ditampilkan
Kesegeraan
Kesegeraan berfokus pada interaksi dan
berhubungan perawat-klien saat ini
Perawat yang efektif  perawat yang
membantu mengatasi permasalahan klien
dengan segera
Keterbukaan
Merupakan hal penting penting untuk
membangun hubungan saling percaya
Perawat memberikan informasi tentang
dirinya, ideal diri, perasaan, sikap, dan nilainya
Perawat membuka diri tentang pengalaman
yang berguna untuk terapi klien
Emotional catharsis ( curahan hati)
Perawat harus mampu menciptakan suasana
yang aman, nyaman dan diterima agar
kesadaran diri klien meningkat
TO BE CONTINUED

Anda mungkin juga menyukai