Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 5

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan
antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman
ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnikal dan interpersonal
yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi
secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien,
mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi
yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan
terhadap sesama manusia.

B. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik


2. Untuk mengetahui fungsi komunikasi teraupetik
3. Untuk mengetahui teknik-teknik komunikasi terapeutik
4. Untuk mengetahui faktor-faktor komunikasi terapeutik
5. Untuk mengetahui proses komunikasi terapeutik dalam perawatan

C. Rumuan masalah
1. Apa pengertian komunikasi terapeutik?
2. Apa saja fungsi komunikasi teraupetik?
3. Apa saja teknik-teknik komunikasi terapeutik?
4. Apa saja faktor-faktor komunikasi terapeutik?

1
5. Apa saja proses komunikasi terapeutik dalam perawatan?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Kata komunikasi berasal dari kata "to commune," yang berarti "menjadikan milik
bersama." Berikut adalah beberapa pengertian komunikasi. Komunikasi adalah
pertukaran informasi antara dua atau lebih manusia, atau dengan kata lain, pertukaran
ide dan pikiran. (Kozier & Erb, 1995). Komunikasi adalah proses pengoperan lambang
yang memiliki arti di antara individu. (William Ablig). Komunikasi adalah proses
ketika seorang individu (komunikator) mengoper perangsang (biasanya lambang
bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu yang lain (komunikan) (Carl I.
Hovland). Komunikasi adalah proses berbagi (sharing) informasi atau proses
pembangkitan dan pengoperan arti (Taylor, Lilis, Le Mone).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan komunikasi: Merupakan


kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih. Merupakan bentuk pembagian ide,
pikiran dengan menggunakan lambang. Memiliki tujuan terjadi perubahan pada orang
lain.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah
pada bentuk komunikasi interpersonal.
Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien memperjelas dan
mengurangi beban perasaan serta pikiran. Membantu mengambil tindakan yang efektif
untuk pasien. Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
Menurut Stuart, tujuan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien adalah Realisasi
diri, penerimaan diri dan rasa hormat pada diri sendiri. Identitas diri yang jelas dan
integritas diri yang tinggi. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim,
saling tergantung dan mencintai. Peningkatan fungsi dan kemampuan yang memuaskan
kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis

2
B. Fungsi Komunikasi Terapetik
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja
sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat
berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).

C. Teknik Komunikasi Terapeutik


Berikut ini teknik komunikasi Stuart dan Sundeen (1998) yang dikombinasikan dengan
pendapat ahli lainnya:
1. Bertanya (questioning)
Bertanya (questioning) merupakan teknik yang dapat mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaan dan pikirannya, teknik ini sering digunakan pada tahap
orientasi.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang
dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien.
a. Pertanyaan fasilitatif dan nonfasilitatif
Pertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat bertanya
perawat sensitif terhadap pikiran dan perasaan serta secara langsung
berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan nonfasilitatif
(nonfacilitative question) adalah pertanyaan yang tidak efektif karena
memberikan pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau pembicaraan,
bersifat mengancam, dan tampak kurang pengertian terhadap klien (Gerald, D
dalam Suryani, 2005).

b. Pertanyaan terbuka dan tertutup

Pertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila perawat membutuhkan


jawaban yang banyak dari klien. Dengan pertanyaan terbuka, perawat mampu
mendorong klien mengekspresikan dirinya (Antai-Otong dalam Suryani, 2005).
Pertanyaan tertutup (closed question) digunakan ketika perawat membutuhkan
jawaban yang singkat.

3
c. Inapropriate quantity question

Inapropriate quantity question yaitu pertanyaan yang kurang baik dari sisi
jumlah pertanyaan, yang mengakibatkan klien bingung dalam menjawab.
Terlalu banyak pertanyaan merupakan tindakan yang tidak tepat karena
menimbulkan kebingungan klien untuk menjawab (Long, L dalam Suryani,
2005).

d. Inapropriate quality question

Inapropriate quality question yaitu pertanyaan yang tidak baik diberikan pada
klien dan biasanya dimulai dengan kata “why” (mengapa). Why question ini
dipertimbangkan tidak tepat karena :

1) Terkesan menginterogasi, sehingga klien merasa seolah-olah diintimidasi


(Sturat, G.W dalam Suryani, 2005). Hal ini bisa menghambat keterbukaan
klien terhadap perawat.
2) Tidak akan dapat menggali perasaan klien yang sebenarnya karena why
question mengiring klien untuk menjawab secara rasional atau
mengemukakan alasan dari suatu perbuatan atau keadaan, bukan bagaimana
perasaanya terhadap kejadian (Gerald, D dalam Suryani, 2005).
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian (listening)
Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik
(Keliat, Budi, Anna, 1992). Mendengarkan adalah proses aktif (Gerald, D dalam
Suryani, 2005) dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang
terhadap pesan yang diterima (Hubson, S dalam Suryani, 2005).

Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh


pesan verbal dan nonverbal yang sedang dikomunikasikan. Keterampilan
mendengarkan dengan penuh perhatian dapat ditunjukkan dengan sikap berikut.

a. Pandang klien ketika sedang bicara.


b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.
c. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.

4
d. Anggukkan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan
umpan balik.
e. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibacakan klien dengan
penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak memotong
pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian bahwa perawat mempunyai waktu untuk
mendengarkan (Purwanto, Heri, 1994).

3. Mengulang (restating/repeating)

Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien.


Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat
mengikuti pembicaraan klien (Keliat, Budi, Anna, 1992). Restarting (pengulangan)
merupakan suatu strategi yang mendukung listening (Suryani, 2005).

Maksud mengulang adalah teknik mengulang kembali ucapan klien dengan bahasa
perawat. Teknik ini dapat memberikan makna bahwa perawat memberikan umpan
balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan
komunikasi berlanjut.

Contoh:

Pasien : “Saya tidak nafsu makan, seharian saya belum makan.”

Perawat: “Bapak mengalami gangguan untuk makan?”

4. Klarifikasi (clarification)

Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang
tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya (Gerald, D
dalam Suryani, 2005).

Teknik ini dilakukan jika perawat ingin memperjelas maksud ungkapan klien.
Teknik ini digunakan jika perawat tidak mengerti, tidak jelas, atau tidak mendengar
apa yang dibicarakan klien. Perawat perlu mengklarifikasi untuk menyamakan
persepsi dengan klien.

5
Contoh: “Coba jelaskan kembali apa yang Bapak maksud dengan kesenangan
hidup?”

5. Refleksi (reflection )
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi
pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian
perawat tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan
penghargaan terhadap klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005).

Teknik-teknik refleksi terdiri dari: (Keliat, Budi Anna, 1992)


a. Refleksi visi, yaitu memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang
diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
b. Refleksi perasaan, yaitu memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaanya.
Gunanya adalah untuk :
a. Mengetahui dan menerima ide dan perasaan.
b. Mengoreksi.
c. Memberi keterangan lebih jelas.
Ruginya adalah :
a. Mengulang terlalu sering dan sama.
b. Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi

Merefleksikan (reflecting/feedback) yaitu perawat perlu memberikan umpan balik


kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga dapat diketahui
apakah pesan diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan yang
ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat
sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah
memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.

Contoh: “Ibu tampak sedih. Apakah Ibu merasa tidak senang apabila Ibu ….”

6. Memfokuskan (focusing)
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk
membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian tujuan
(Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).
6
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih
spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien
ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut
tanpa informasi yang baru. Perawat membantu klien membicarakan topik yang telah
dipilih dan penting.

Contoh:

Pasien : “Ya, beginilah nasib wanita yang teraniaya seperti saya. Tapi, saya pikir
untuk apa saya pikirkan sakit ini?”

Perawat : “Coba ceritakan bagaimana perasaan ibu sebagai wanita.”

7. Diam ( silence)
Tehnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien
sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan
kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing (Stuart &
Sundeen dalam Suryani, 2005).

Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi


pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan ketetapan
waktu. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri,
mengorganisasi pikirannya, dan memproses informasi. Bagi perawat, diam berarti
memberikan kesempatan klien untuk berpikir dan berpendapat/berbicara.

8. Memberi informasi (informing)


Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan penyuluhan
kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau
pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri dan
penyembuhan.

Memberikan informasi merupakan teknik yang digunakan dalam rangka


menyampaikan informasi-informasi penting melalui pendidikan kesehatan. Apabila
ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya.

7
Setelah informasi disampaikan, perawat memfasilitasi klien untuk membuat
keputusan.

9. Menyimpulkan ( summerizing)

Menyimpulkan (summerizing) adalah teknik komunikasi yang membantu klien


mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawat klien. Teknik ini membantu
perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri
pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan kembali komunikasi
yang telah dilakukan (Murray, B & Judith dalam Suryani, 2005).

Manfaat dari menyimpulkan antara lain : (Suryani, 2005)


a. Memfokuskan pada topik yang relevan.
b. Menolong perawat dalam mengulang aspek utama interaksi.
c. Membantu klien untuk merasa bahwa perawat memahami perasaannya.
d. Membantu klien untuk dapat mengulang informasi dan membuat tambahan
atau koreksi terhadap informasi sebelumnya.
10. Mengubah cara pandang (refarming)
Tekhnik mengubah cara pandang (refarming) ini digunakan untuk memberikan cara
pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek
negatifnya saja (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Teknik ini sangat bermanfaat
terutama ketika klien berfikiran negatif terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu
dari sisi negatifnya. Jadi dengan begitu klien bisa menerima dan meningkatkan
harga dirinya.
11. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam
masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya masalah
tersebut bisa diatasi. Teknik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan
gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.

12. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan merupakan teknik


mendengarkan yang aktif, yaitu perawat menganjurkan atau mengarahkan pasien
untuk terus bercerita. Teknik ini mengindikasikan bahwa perawat sedang mengikuti
apa yang sedang dibicarakan klien dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan

8
selanjutnya. Contoh: “… lanjutkan Ibu ….” “… dan kemudian …? “Ceritakan
kepada saya tentang itu”
13. Membagi persepsi

Menurut Stuart G.W : 1998 dalam Suryani : 2005, menyatakan membagi persepsi
(sharing peception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat
rasakan atau pikirkan. Teknik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat
ada perbedaan antara respon verbal dan respon nonverbal klien, dan untuk
selanjutnya menyamakan persepsi yang berbeda itu.

Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik


pembicaraan. Perawat dapat berperan dalam menstimulasi klien untuk mengambil
inisiatif dalam membuka pembicaraan.

Contoh: “Adakah sesuatu yang ingin Ibu bicarakan?” “Apakah yang sedang Ibu
pikirkan?” “Dari mana Ibu ingin mulai pembicaraan ini?”

14. Mengidentifikasi tema (theme identification)


Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu
manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk
meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting (Stuart & Sadeen dalam
Suryani, 2005). Teknik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk
memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.

Identifikasi tema adalah menyimpulkan ide pokok/utama yang telah


dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu topik
yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Teknik ini
penting dilakukan sebelum melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.

Contoh: “Saya paham terhadap masalah Ibu. Ibu merasa bahwa anak-anak dewasa
dan semua telah meninggalkan Ibu sendirian di rumah. Terkait masalah ini, apa
rencana yang akan Ibu lakukan untuk mengatasi masalah?”

15. Humor
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Menurut
Nightingale, F dalam Anonymous : 1999 dalam Suryani : 2005, mengatakan suatu

9
pengalaman pahit sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat
meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah
dan nadi. Humor juga bisa membuat suasana menjadi lebih santai dan rileks.
Humor juga bisa melepaskan ketegangan yang terjadi pada proses komunikasi.
Dalam beberapa kondisi berikut humor mungkin bisa dilakukan :
a. Pada saat klien mengalami kecemasan ringan sampai sedang, humor
mungkin bisa menurunkan kecemasan klien.
b. Jika relevan dan konsisten dengan sosial budaya klien.
c. Membantu klien mengatasi masalah lebih efektif

Humor yang dimaksud adalah humor yang efektif. Humor ini bertujuan untuk
menjaga keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi. Perawat harus hati-hati
dalam menggunakan teknik ini karena ketidaktepatan penggunaan waktu dapat
menyinggung perasaan klien yang berakibat pada ketidakpercayaan klien kepada
perawat.

16. Memberikan pujian


Memberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang
didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna untuk
meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien (Gerald, D dalam Suryani,
2005). Semua orang pasti senang ketika mendapatkan pujian dari seseorang, begitu
juga dengan pasien yang mendaptkan pujian dari perawat.

Menunjukkan perubahan yang terjadi pada klien adalah upaya untuk menghargai
klien. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban bagi klien yang
berakibat klien melakukan segala upaya untuk mendapatkan pujian.

Contoh: “Saya perhatikan Ibu sudah lebih segar dan sehat. Selamat, ya bu. Semoga
Ibu dapat segera sembuh

D. Faktor-Faktor Komunikasi Terapeutik

Faktor – faktor penghambat dalam proses komunikasi terpeutik adalah : (Purwanto, Heri,
1994)
a. Kemampuan pemahaman yang berbeda.

10
b. Pengamatan/penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu.
c. Komunikasi satu arah.
d. Kepentingan yang berbeda
e. Memberikan jaminan yang tidak mungkin
f. Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada penderita
g. Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi
h. Menuntut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakannya
i. Memberikan kritik mengenai perasaan penderita
j. Menghentikan/mengalihkan topik pembicaraan
k. Terlalu banyak bicara yang seharusnya mendengarkan.
l. Memperlihatkan sifat jemu, pesimis.

Faktor penghambat komunikasi : (Kariyoso, 1994)


a. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi
b. Sikap yang kurang tepat
c. Kurang pengetahuan
d. Kurang memahami sistem sosial
e. Prasangka yang tidak beralasan
f. Jarak fisik, komunikasi menjadi kurang lancar bila jarak antara komunikator
dengan reseptor berjauhan
g. Tidak ada persamaan persepsi
h. Indera yang rusak
i. Berbicara yang berlebihan
j. Mendominir pembicaraan, dan lain sebagainya

Faktor yang mempengaruhi komunikasi : (Suryani, 2005)


a) Kredibilitas
Kredibilitas (credibility) terdapat dan berpengaruh pada sumber atau komunikator.
Kredibilitas komunikasi sangat mempengaruhi keberhasilan proses komunikasi,
karena hal ini mempengaruhi tingakat kepercayaan sasaran atau komunikasi terhadap
pesan yang disampaikan.

11
b) Isi pesan
Pesan yang disampaikan hendaknya mengandung isi yang bermanfaat bagi sasaran.
Hasil komunikasi akan lebih baik jika isi pesan besar manfaatnya bagi kepentingan
sasaran.
c) Kesesuaian dengan kepentingan sasaran
Kesesuaian dengan kepentingan sasaran (context) terdapat dan berperan pada pesan.
Pesan yang disampaikan harus berhubungan dengan kepentingan sasaran.
d) Kejelasan
Kejelasan (clarity) terdapat dan berperan pada pesan. Kejelasan pesan yang
disampaikan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.
e) Kesinambungan dan konsistensi
Kesinambungan dan konsistensi (continuity and consistency) terdapat pada pesan.
Pesan yang akan disampaikan harus konsistensi dan berkesinambungan.
f) Saluran
Saluran (channel) terdapat dan berperan pada media. Media yang digunakan harus
disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan.
g) Kapabilitas sasaran
Kapabilitas sasaran (capability of the audience) terdapat pada komunikan. Dalam
menyampaikan pesan, komunikator harus memperhitungkan kemampuan sasaran
dalam menerima pesan.
h) Psikologis (Rahmat, J dalam Suryani, 2005)
Seperti sikap, pengalaman hidup, motivasi, kepribadian, dan konsep.
i) Sosial (Ellis, Gates & Kenwarthy dalam Suryani, 2005)
Seperti usia, jenis kelamin, kelas sosial, suku, bahasa, kekuasaan, dan peran sosial.

E. Proses Komunikasi Terapeutik Dalam Perawatan


1. Proses komunikasi : (Mubarak, Wahid Iqbal, dkk, 2007)
a. Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Dapat berupa pengalaman, ide atau tindakan.
b. Pengirim/ sumber/ encorder, disebut juga komunikator. Bisa perorangan atau
kelompok.
c. Pesan/ berita, informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuh
atau ekspresi wajah.

12
d. Media/ saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk menyampaikan pesan
pada penerima/ sasaran.
e. Penerimaan/ sasaran/ decoder, kepada siapa pesan yang ingin disampaikan
tersebut dituju.
f. Umpan balik/ feed back/ respons, reaksi dari sasaran terhadap pesan yang
disampaikan.
2. Komunikasi Terapeutik dalam Perawatan.
a. Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)
1) Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.
2) Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas
intervensi.
3) Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.
4) Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.
5) Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang
diharapkan bisa realistik.
6) Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang
sesuai.
7) Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi
yang dibutuhkan.
b. Diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1999)
1) Analisa tertulis dari penemuan pengkajian.
2) Sesi perencanaan tim kesehatan.
3) Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.
4) Membuat rujukan.
c. Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994)
1) Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry, 1999).
2) Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
3) Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.
4) Meningkatkan harga diri pasien.
5) Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.
6) Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.
d. Implementasi (Purwanto, Heri, 1994)
1) Memperkenalkan diri kepada pasien.
2) Memulai interaksi dangan pasien.

13
3) Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.
4) Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan
kebutuhannya.
5) Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.
e. Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)
1) Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi
kebutuhan sendiri.
2) Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.
3) Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat
kecemasan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa komunikasi
merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada saat
berhadapan dengan klien atau pasien. Dalam berkomunikasi dengan pasien ada
beberapa teknik yang dapat digunakan diantaranya klarifikasi, memberikan pertanyaan
terbuka, mengubah sudut pandang serta masih banyak lagi yang lainnya,
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan
tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan
komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan
bagi perawat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G.W & Sundeen S.J.(1995). Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St. Louis:
Mosby Year Book

Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

Hilton. A.P.(2004).Fundamental Nursing Skills. USA: Whurr Publisher Ltd

Kozier,et.al.(2004). Fundamentals of nursing ; concepts, process and practice Seventh


edition. United States: Pearson Prentice Hall

Potter, P.A & Perry, A.G.(1993). Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice.
Third edition. St.Louis: Mosby Year Book

Dalami,Ermawati.2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Trans


Info Media

http://dhanwaode.wordpress.com/2010/10/09/komunikasi-dalam-proses-pembangunan-
dalam-proses-keperawatan/

16

Anda mungkin juga menyukai