Menurut Egan ada Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara
fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik , yaitu :
1. Berhadapan. Maksud dari posisi ini adalah kita sudah siap melakukan
sesuatu untuk klien.
2. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata berarti menghargai klien
dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengar sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan
menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi, sebuah sikap
menerima kehadiran orang lain dalam komunikasi.
5. Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara
ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon kepada klien.
Selain hal-hal di atas sikap terapeutik juga dapat teridentifikasi melalui
perilaku non verbal. Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan ada lima
kategori komunikasi non verbal, yaitu :
1. Isyarat vokal, yaitu isyarat paralingustik termasuk semua kualitas
bicara non verbal misalnya tekanan suara, kualitas suara, tertawa,
irama dan kecepatan bicara.
2. Isyarat tindakan, yaitu semua gerakan tubuh termasuk ekspresi wajah
dan sikap tubuh.
3. Isyarat obyek, yaitu obyek yang digunakan secara sengaja atau tidak
sengaja oleh seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.
4. Ruang memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua
orang. Hal ini didasarkan pada norma-norma social budaya yang
dimiliki.
5. Sentuhan, yaitu fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi
non verbal yang paling personal. Respon seseorang terhadap tindakan
ini sangat dipengaruhi oleh tatanan dan latar belakang budaya, jenis
hubungan, jenis kelamin, usia dan harapan.
SUMBER:
Cangara, Hafid. (2006), Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Ellis,R.,Gates, R, & Kenworthy,N. (2000). Komunikasi Interpersonal Dalam
Keperawatan: Teori dan Praktik.Alih Bahasa :Susi Purwoko. Jakarta,EGC.
Keliat, B.A. (2002), Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, EGC, Jakarta.
Notoatmodjo, S 1997, Ilmu Perilaku dan komunikasi Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta
Purwanto, H. (1998). Komunikasi untuk Perawat. EGC, Jakarta.
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta.
Stuart.G.W. & Sundeen.S.J.(1998) . Buku Saku Keperawatan Jiwa.Alih Bahasa:
Achir Yani S. Hamid. ed ke-3. Jakarta, EGC
Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik Teori & Praktek. Jakarta, EGC.
Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting karena
dengan mengetahui informasi tentang klien perawat bisa memahami klien.
Paling tidak perawat bisa mengetahui identitas klien yang bisa digunakan
pada saat memulai interaksi (Suryani, 2005).
Merumuskan kontrak pada klien (Christina, dkk, 2002). Kontrak ini sangat
penting untuk menjamin kelangsungan sebuah interaksi (Barammer dalam
Suryani, 2005). Pada saat merumuskan kontrak perawat juga perlu
menjelaskan atau mengklarifikasi peran-peran perawat dan klien agar tidak
terjadi kesalah pahaman klien terhadap kehadiran perawat. Disamping itu
juga untuk menghindari adanya harapan yang terlalu tinggi dari klien
terhadap perawat karena klien menganggap perawat seperti dewa penolong
yang serba bisa dan serba tahu (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Perawat
perlu menekankan bahwa perawat hanya membantu, sedangkan kekuatan
dan keinginan untuk berubah ada pada diri klien sendiri (Suryani, 2005).
Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan
seterusnya, tujuan fase ini adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang
telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, dan mengevaluasi hasil tindakan
yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama
klien (Cristina, dkk, 2002).
3. Tahap kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Pada tahap ini perawat dan
klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien
mengungkap perasaan dan pikirannya. Perawat juga dituntut untuk
mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya
perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal klien.
Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat
pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien.
Melalui active listening, perawat membantu klien untuk mendefinisikan
masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan
mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang telah dipilih.
4. Tahap terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien (Christina,
dkk, 2002). Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi
akhir (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Terminasi sementara adalah akhir
dari tiap pertemuan perawat-klien, setelah terminasi sementara, perawat akan
bertemu kembali dengan klien pada waktu yang telah ditentukan. Terminasi
akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara
keseluruhan.
Stuart G.W. (1998) dalam Suryani (2005), menyatakan bahwa proses terminasi
perawat-klien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan,
sehingga jika hal tersebut tidak dilakukan dengan baik oleh perawat, maka
regresi dan kecemasan dapat terjadi lagi pada klien. Timbulnya respon
tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawat untuk terbuka, empati
dan responsif terhadap kebutuhan klien
pada pelaksanaan tahap sebelumnya.
Dari aspek bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Oleh karena itu saat
menjelaskan, gunakan kata – kata yang sederhana, singkat dan gunakan
istilah yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara padanya adalah
jongkok, duduk dukursi kecil, atau berlutut sehingga pandangan mata kitz
akan sejajar denganya.
( Yupi Supartini, 2004 : 83-84)
3. Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai
pengganti atau pelengkap bicara. Bahasa isyarat bayi dapat
mempercepat komunikasi dini pada anak.
Contoh :
a) Mendorong puting susu dari mulut artinya kenyang atau tidak
lapar.
b) Tersenyum dan mengacungkan tangan yang berarti ingin
digendong
c) Menggeliat, meronta, menangis pada saat ibu mengenakan
pakaiannya atau memandikannya. Hal ini berarti bayi tidak suka akan
pembatasan gerak.
4. Ungkapan emosional
Adalah melalui perubahan tubuh dan roman muka.
Contoh :
13. a) Tubuh yang mengejang atau gerakan – gerakan tangan atau
kaki disertai jeritan dan wajah tertawa adalah bentuk ekspresi
kegembiraan pada bayi.
14.
15. b) Menegangkan badan, gerakan membanting tangan atau kaki,
roman muka tegang dan menangis adlah bentuk ungkapan marah
atau tidak suka.(Kemenkes,2013)
Pada Bayi
2. Pada Anak
a) Persiapan Fisik
Persiapan ini tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan anak,
terutama dalam kematanganan mekanisme bicara. Pertumbuhan organ-organ
bicara yang kurang sempurna sangat mempengaruhi kemampuan bicara
anak.
b) Persiapan Mental
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak), yang berkembang 1-18
bulan, saat yang tepat diajak bicara. Meskipun bayi tidak bisa merespon
dengan kata-kata, namun suara atu bicara yang kita tunjukkan pada bayi bayi
akan menjadi stimulus bayi dan akan direspon dengan bahasanya sendiri,
misalnya dengan senyum atau tertawa.
e) Bimbingan
Upaya untuk membantu ketrampilan bicara anak dapat dilakukan dengan
cara : menyediakan model yang baik, mengatakan dengan perlahan dan jelas,
serta membetulkan kesalahan yang diucapkan anak.
1. Teknik Verbal
a) Menulis
Menulis adalah pendekatan komunikai yang secara efektif tiadak saja
dilakukan pada anak tetapi juga pada remaja.
Perwat dapat memulai komunikasi dengan anak dengan cara
memeriksa atau menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga
meminta untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis perawat
dapat mengetahui apa yang dipikirkan anak dan bagaimana perasaan
anak.
b) Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk
menggambarkan sesuatu terkait dengan dirinya, misalnya perasaan,
apa yang dipikirkan, keinginan.
Pengembangan dari teknik menggambar ini adalah anak dapat
menggambarkan keluarganya dan dilakukan secara bersama antara
keluarga (ibu/ayah) dengan anak.
c) Kontak mata, postur dan jarak fisik
Pembicaraan atau komunikasi akan teras lancar dan efektif jika kitan
sejajar. Saat berkomunikasi dengan anak, sikap ini dapat dilakukan
dengan cara membungkuk atau merendahkan posisi kita sejajar
dengan anak. dengan posisi sejajar akan memungkinkan kita dapat
memungkinkan kontak mata dengan anak dan mendengarkan secara
jelas apa yang dikomunikasikan anak.
d) Ungkapan marah
Anak mengungkapakan perasaan marahnya dan dengarkanlah
dengan baik dan penuh perhatian apa yang menyebabkan ia merasa
jengkel dan marah. Untuk memberikan ketenangan anak pada saat
marah, duduklah dekat dia, pegang tangannya atau pundaknya atau
peluklah dia.
e) Sentuhan
Adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memegang sebagian
tangan atau bagian tubuh anak misalnya pundak, usapan di kepala,
berjabat tangan atau pelukan, bertujuan untuk memberikan perhatian
dan penguatan terhadap komunikasi yang dilakukan antara anak dan
orang tua. (Kemenkes, 2013)
5. Penerapan strategi pelaksanaan Komunikasi terapetik pada bayi
PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PADA BAYI DAN ANAK
Bayi terlahir dengan kemampuan menangis karena dengan cara itu mereka
berkomunikasi. Bayi menyampaikan keinginanya melalui komunikasi non
verbal. Bayi akan tampak tenang dan merasa nyaman dan aman jika ada
kontak fisik yang dekat terutama dengan orang yang dikenalnya (ibu).
Tangisan bayi itu adalah cara bayi memberitahukan bahwa ada sesuatu yang
tidak enak dia rasakan, lapar, popok basah, kedinginan,lelah dan lain-lain.
(Kemenkes, 2013 :14-15)
Pada usia ini, anak sudah mampu berkomunikasi secara verbal maupun non
verbal. Ciri khas kelompok ini adalah egosentris, dimana mereka melihat
segala sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan melihat segala
sesuatu dengan sudut pandangnya sendiri.
Pada masa anak akan banyak mencari tahu terhadap hal-hal baru dan akan
belajar menyelesaikan masalah yang dihadapinya berdasarkan pengetahuan
yang dimilikinya, berani mengajukan pendapat dan melakukan klarifikasi
yang tidak jelas baginya.
Contoh penerapan komunikasi dalam keperawatan
a) Memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak dengan
menggunakan kata-kata sederhana
yang spesifik
b) Menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui anak
c) Pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari
objek tertentu sangat tinggi,
maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya
d) Jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak
mampu berkomunikasi
secara afektif.
(Kemenkes, 2013 :17)