Anda di halaman 1dari 6

Nama : Annisa Khaira Hijria Mirza

NPM : 2212101010091

PENGERTIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Komunikasi terapeutik menurut (Stuart G.W, 1998 dalam Priyanto 2009:55) merupakan
hubungan interpersonal antara dokter dan klien, dalam hubungan ini keduanya sama-sama
memperoleh pengalaman bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosi klien. Jadi
inti dari komunikasi terapeutik adalah hubungan yang dilaksanakan untuk tujuan terapi.

A. KARAKTERISTIK PERAWAT YANG MEMFASILITASI HUBUNGAN


TEURAPEUTIK
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper
(perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu:

1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan
saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang terbuka dan
mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara
yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan
kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam Suryani,2005).

2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif


Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang
mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit. Komunikasi
nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian
akan menimbulkan kebingungan bagi klien.

3. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat komunikasi
nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam
membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap
hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan
ketulusan dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau
ikatan tertentu di antara perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat
membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya
(Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam Suryani, 2005).
4. Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini
perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan
dan dipikirkan klien (Brammer, 1993 dalam Suryani,2005). Dengan bersikap empati perawat
dapat memberikan alternative pemecahan masalah karena perawat tidak hanya merasakan
permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaaan tersebut dan turut
berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.

5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien


Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien (Taylor,
Lilis dan Le Mone, 1993), oleh karena itu perawat harus mampu untuk melihat permasalahan
yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini
perawat harus memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh
perhatian. Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti mengabsorpsi isi dari komunikasi
(kata- kata dan perasaan) tanpa melakukan seleksi. Pendengar (perawat) tidak sekedar
mendengarkan dan menyampaikan respon yang diinginkan oleh pembicara (klien), tetapi
berfokus pada kebutuhan pembicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan
sikap caring sehingga memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya.

6. Menerima klien apa adanya


Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika
seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan
interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005). Nilai yang
diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien,
apabila hal ini terjadi maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.

7. Sensitif terhadap perasaan klien


Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan
hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitive terhadap
perasaan klien perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang
menyinggung privasi ataupun perasaan klien.

8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien


ataupun diri perawat sendiri Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien
sebagai individu yang ada pada saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap
dirinya sendiri.
9. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Teknik komunikasi terapeutik (Priyanto 2009:57) yaitu:


1. Menunjukkan penerimaan dimana dokter sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah
dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju.
2. Mendengarkan dimana dokter mendengarkan dengan penuh perhatian tehadap apa
disampaikan klien.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan dimana dokter bertanya untuk mendapatkan
informasi yang spesifik mengenai klien.
4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri dimana untuk
memastikan pesan nya dimengerti dan adanya komunikasi yang berlanjut.
5. Klarifikasi dimana dokter melakukan persamaan pengertian.
6. Memfokuskan dimana dokter membatasi bahan pembicaraan.
7. Menyampaikan hasil observasi dimana dokter menyampaikan hasil pengamatan pada
pasien.
8. Menawarkan informasi dimana dokter memberikan tambahan informasi pada klien.
9. Diam dimana merupakan kesempatan kepada dokter dan klien untuk mengorganisasi
pikirannya.
10. Meringkas dimana dokter mengulang aspek penting dalam interaksinya.
11. Memberikan penghargaan dimana dapat menunjukkan kesadaran tentang perubahan
yang terjadi menghargai klien.
12. Menawarkan diri dimana sebagai rasa tertarik.
13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan dimana dokter dapat
menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dalam pembicaraan.
14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan dimana menganjurkan klien untuk
mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.
15. Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya dimana klien harus merasa bebas
untuk menguraikan persepsinya.
16. Refleksi dimana klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya.

Teknik komunikasi terapeutik yang diterapkan di apotek Al-Khair Bengkulu:

1. Menunjukkan penerimaan dimana Sapaan merupakan bentuk komunikasi awal


dengan orang lain. Tersenyum adalah prilaku yang sangat menyenangkan
sehingga Bagi seorang dokter senyum itu adalah obat bagi pasien, yang dapat
mengurangi rasa sakit secara fisik dan psikis.
2. Berpenampilan rapi dimana Dokter yang memperhatikan penampilan diri dapat
menimbulkan citra diri profesional yang positif. Mengenal serta memanggil nama
pasien dimana dokter dapat melihat lembar catatan rekam medis (medical record)
atau langsung berkenalan dengan pasien saat melakukan pemeriksaan sebelum
dimulainya anamnesis.
3. Kontak mata dan sentuhan dimana Kontak mata mampu mengekspresikan
keintiman, dan sebagai pandangan langsung yang lebih lama, akan menjadikan
perhatian yang lebih intens. Sentuhan dimana entuhan dilakukan dokter berupa
Jabat tangan sehingga melakukan jabat tangan beberapa detik akan memberikan
kesan pertama yang baik namun sentuhan juga dilakukan dokter saat melakukan
pemeriksaan fisik dengan mengoperasikan USG 2D dengan tangannya.
4. Mendengarkan dimana dokter juga memperlihatkan kepada pasien sebagai
pendengar yang baik.Memfokuskan dan merespons dimana sebagai bentuk rasa
bertanggung jawab untuk memastikan pasien memahami apa yang disampaikan
5. Klarifikasi dimana jika dokter merasa ragu, tidak jelas, tidak mendengar, atau
pasien merasa malu mengungkapkan informasi, informasi yang diperoleh tidak
lengkap atau mengemukakannya secara berpindah-pindah.
6. Pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup dimana hal ini dilakukan agar pasien
mengungkapkan keluhannya dengan terbuka, serta proses negosiasi saat dokter
hendak melakukan komunikasi satu arah maupun rencana tindakan medis.
Membagi persepsi dan sikap terbuka dimana hal ini diperlukan untuk menyatakan
bahwa dokter siap menerima keluhan pasien dan siap memberikan pertolongan.
7. Menyampaikan hasil observasi dimana dilakukan dengan menyampaikan umpan
balik kepada pasien.Menjelaskan tindakan medis yang akan dilakukan dimana
dilakukan dengan memberikan obat atau vitamin, operasi caesar, dll. Diam
dimana dilakukan untuk memberi kesempatan berpikir dan memotivasi pasien
untuk bicara.Saran dimana merupakan tindakan menyelesaikan permasalahan
pasien. Dan yang terakhi yaitu Humor yang dilakukan berupa humor yang positif,
yaitu humor yang dapat membangun hubungan yang baik dan melepaskan
ketegangan pasien.

Dari 16 teknik komunikasi terapeutik yang ada, dokter Obgyn telah


melakukan 11 teknik komunikasi terapeutik diantaranya: menunjukkan
penerimaan, mendengarkan, klarifikaasi, memfokuskan, menyampaikan hasil
observasi, diam, meringkas,memberikan penghargaan, memberi kesempatan klien
untuk memulai pembicaraan, menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan, dan
menganjurkan klien menguraikan persepsinya.

10. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Menurut Anjaswarni (2016), banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan


pencapaian tujuan komunikasi:

1. Detail tentang Tujuan Komunikasi


Tujuan harus dikomunikasikan dengan jelas misalnya komunikasi dimaksudkan untuk
mengubah perilaku klien. Oleh karena itu, komunikasi diorientasikan untuk
mengubah perilaku klien dari yang malaadaptif ke yang adaptif

2. Lingkungan
Lingkungan yang nyaman adalah lingkungan yang memungkinkan semua pihak yang
terlibat untuk berkomunikasi dan berhubungan satu sama lain.
3. Privasi
Menjaga privasi kedua belah pihak sangat penting bagi komunikator dan komunikan
untuk menjaga privasi masing-masing lawan bicara dan membangun hubungan yang
dapat dipercaya, yang merupakan kunci untuk komunikasi yang efektif.

4. Kemandirian
Komunikasi efektif, kepercayaan diri masing-masing komunikator dan komunikan
dalam komunikasi dapat meningkatkan keberanian untuk menyampaikan pendapat

5. Berfokus
Komunikasi terapeutik yang difokuskan pada kebutuhan klien dapat mencapai tujuan.
Memenuhi kebutuhan pasien adalah fokus utama perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Wati Eti.(2017). Komunikasi Keperawatan. Oleh LovRinz Publishing. Jawa Barat.

Handayani R.(2023). Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik, Manajemen Stres Kerja,


dan Caring Dalam Keperawatan. Penerbit NEM, Jawa Tengah.

Sari, Ayu Astika.(2019). Penerapan Komunikasi Terapeutik Dalam Pelayanan


Kesehatan (Studi Komunikasi Terapeutik Dokter Spesialis Obstetri Dan
Ginekologi Dengan Pasien Ibu Hamil Pada Praktik Dokter Bersama Di Apotek
Al-Khair Bengkulu)

Anda mungkin juga menyukai