Anda di halaman 1dari 43

TEKNIK WAWANCARA

dr. I PUTU DIATMIKA, M.Biomed, SpKJ


PSIKIATER RSJ MUTIARA SUKMA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Tujuan Pembahasan Teknik Wawancara

• Agar Dokter Muda:


(1). Mampu mendapatkan data/informasi dari pasien
serta memahami permasalahan pasien
(2). Melakukan wawancara yang bersifat terapeutik
(3). Dapat mengkomunikasikan rencana terapi
Materi Teknik Wawancara:

I. Strategi Membina Rapport


II. Strategi Mendapatkan Informasi
Apakah rapport itu?

Mengapa rapport sangat penting?


I. Strategi Membina Rapport
• Definisi Rapport:
interaksi antara pasien dengan pewawancara yang di
dalamnya terdapat rasa percaya (trust) dan
pengertian (understanding).
• Saat pertama menemui pewawancara, pasien sering
mengalami rasa khawatir, takut, bahkan bingung –
sulit mengungkapkan permasalahan
 dibutuhkan rasa percaya, dimengerti, ‘diterima’
 agar pasien mau menceritakan permasalahan, sehingga
pewawancara memahami dan dapat membantunya
• Strategi Membina Rapport:

1. Buat suasana nyaman bagi pasien dan pewawancara


2. Temukan hal-hal yang menyebabkan penderitaan
pasien, dan perlihatkan kepedulian terhadap hal tsb.
3. Menilai tilikan dan menjadi pendamping pasien
4. Tunjukkan keahlian
5. Bangun sikap kepemimpinan (sbg dokter dan terapis)
6. Seimbangkan peran sbg pendengar yang berempati,
seorang ahli, dan sbg terapis.
1. Buat suasana nyaman bagi pasien dan
pewawancara
Saat pasien datang pertama kali dengan keluhan
psikologis, umumnya ia menghadapi perasaan
skeptis, cemas, gugup, ketidakyakinan atau bingung.
Kondisi ini dapat diatasi dengan cara membuka
wawancara dengan percakapan dasar dan ringan,
bertujuan lebih mengenal/dekat dengan pasien,
bukan untuk mencari diagnosis secara dini.
Lingkungan nyaman, tidak bising dan tidak banyak
intervensi (bunyi HP, orang lalu lalang dll)
 Menjadi pendengar yang efektif
a. Beri salam, bersalaman, sambil tersenyum
b. Perkenalkan diri pewawancara
c. Tanyakan nama pasien serta bagaimana sebaiknya
pewawancara memanggil pasien.
d. Dapat dilanjutkan dengan pertanyaan ringan
(cth: bagaimana perjalanan pasien sampai ke tempat
pewawancara)
e. Menjelaskan secara singkat tujuan wawancara dan minta
kesediaan pasien untuk memberikan informasi
f. Pewawancara menanyakan identitas pasien (usia, tempat
tinggal, asal, pekerjaan, pendidikan, dan status menikah).
(observasi kondisi pasien: perilaku nonverbal, suara,
ekspresi pasien)
KOMUNIKASI NONVERBAL

1. Ekspresi wajah: tatapan mata, kerut dahi, alis, hidung


dan kesesuaian ekspresi wajah
2. Suara: nada, intonasi, jeda kata, cara bicara
3. Sikap tubuh: cara bersikap, gerakan tubuh, tangan,
kaki
4. Reaksi fisiologis: wajah merah/pucat, berkeringat,
napas tersengal, pupil mata melebar
5. Penampilan: cara berpakaian, sikap dlm duduk dan
berdiri
Pendengar yang Efektif

• Duduk berhadapan dan agak membungkuk ke arah


pasien
• Membuat kontak mata
• Rileks dan sikap terbuka, hangat & empatik
• Memberi perhatian sepenuhnya
• Suara lembut
• Tidak memotong pembicaraan
• Tidak menghakimi
• Tidak memberi penilaian
2. Temukan hal-hal yang menyebabkan
penderitaan pasien, dan perlihatkan kepedulian
• Dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan, seperti :
- apa yang sedang mengganggu anda?
- apa yang saat ini anda rasakan?
- apa yang bisa saya bantu? Dapatkah anda menceritakan..?

• Fase awal wawancara seringkali penting untuk


membiarkan pasien ventilasi terhadap keluhannya
dengan bebas. Deteksi kemungkinan adanya depresi,
kecemasan, atau kemarahan.
- Jika pasien terlihat cemas, berikan dukungan kepada pasien, cth: “saya
mengerti bahwa hal ini mungkin sangat sulit diceritakan..terutama jika
anda baru bertemu pertama kali…”
Respon dengan empati
• Empati -- dapat memahami apa yang dirasakan oleh
pasien. Bagaimana jika berada dalam posisi orang lain
tsb, namun tetap sebagai pihak yang berdiri di luar
masalah
• Dapat jatuh dalam simpati, bila terlarut dalam situasi
yang dihadapi orang tsb, lalu gagal bersikap objektif
• Empati berkaitan dengan kepedulian, pemahaman,
serta sikap menghargai/menghormati
Respon terapis bisa berupa :

1. Memperlihatkan kepedulian kita melalui bahasa tubuh

cth: memandang matanya, sesekali mengangguk, menampilkan


ekspresi yang sesuai, dll

2. Ekspresi-ekspresi verbal singkat dapat memperlihatkan bahwa kita


menghargai dan memahami

cth: “oh ya…, mmm…, saya mengerti…”


“saya dapat melihat bagaimana hal tersebut
mengganggu anda..” ; “hal tersebut pasti membuat
anda tidak nyaman..”
KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN

• Mendengar sambil menulis atau kerja lain


• Pandangan menerawang
• Tidak sabar, menyela/interupsi
• Berargumentasi
• Banyak bicara atau menasihati
• Berbasa-basi
• Terlalu cepat menyimpulkan
3. Menilai tilikan & menjadi pendamping
pasien
Nilai derajat tilikan pasien terhadap
penyakitnya, apakah memiliki tilikan penuh,
parsial atau tidak ada sama sekali.
• Pasien yang menyadari adanya gejala-gejala psikiatri dan gangguan
pada dirinya, memiliki tilikan penuh -- dapat dijelaskan penyebab dan
perjalanan penyakit, pilihan terapi dan implementasinya.
• Pasien menyangkal dan menyalahkan penyakitnya pada kondisi-
kondisi di luar dirinya, memiliki tilikan parsial.
• Pasien yang menyangkal sama sekali akan adanya gangguan ---
memiliki tilikan buruk atau tidak memiliki tilikan (no insight) –
terapis menerima dulu gejala pasien, tawarkan terapi utk mengatasi
hal yg mengganggunya.
4. Tunjukkan keahlian

• Buat pasien memahami bahwa tidak hanya pasien


sendiri yang menghadapi masalah seperti sekarang.
• Sampaikan pada pasien bahwa terapis familiar
dengan masalah ini – tunjukkan pengetahuan yang
dimiliki terapis.
• Bicarakan hal-hal yang diragukan oleh pasien tentang
kemampuan terapis, bersama dengan keluarga atau
teman yang mengantar pasien dengan profesional.
• Bangkitkan semangat pasien akan masa depannya.
5. Bangun sikap kepemimpinan (sbg dokter dan
terapis)
- kemampuan memotivasi dan mengarahkan pasien,
tunjukkan ketertarikan untuk membantu kesembuhan
pasien

6. Seimbangkan peran sbg pendengar yang


berempati, seorang ahli, dan sebagai terapis.
II. Strategi Mendapatkan Informasi

Pembuka
• Teknik pertanyaan terbuka (open-ended questions) di
awal wawancara akan membuat pasien menceritakan
masalahnya dengan kata-kata pasien sendiri.
Pertanyaan yang membantu di antaranya adalah:
“Bagaimana saya dapat membantu anda?”
“Apa yang bisa saya bantu?”
“Masalah apa yang membawa anda ke sini?”
“Darimana sebaiknya kita mulai?”
• Dikombinasikan dengan beberapa pertanyaan tertutup (close-
ended questions) untuk menelusuri kata kunci atau menanyakan
hal yang spesifik, detil-detil yang dibutuhkan untuk diagnosis

contoh:
D : Sudah berapa lama anda mengalami keluhan sulit tidur?
P : 2 minggu
D : Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk bisa tertidur
belakangan ini?
P : Kadang-kadang satu jam, kadang 3 jam, kadang saya tidak
bisa tidur sama sekali sepanjang malam.
D : Apakah anda pernah terbangun sangat awal dan tidak bisa
tidur lagi?
P : Tidak
• Pendekatan yang baik adalah dengan mengkombinasikan
keduanya dari pertanyaan luas ke pertanyaan yang terfokus dan
tajam.

• Memulai topik baru dengan pertanyaan terbuka yang luas;


lanjutkan dengan memfokuskan pada satu topik target; akhiri
dengan serial pertanyaan yang semakin menyempit, sesekali
tertutup – tipe ya/tidak.

• Jika ingin menghindari pertanyaan tertutup, gunakan pertanyaan


terbuka yang tajam dan fokus.
Contoh:
“Apakah anda mengalami sulit tidur?” (jawaban yang muncul
adalah: ya atau tidak)
lebih baik bertanya:
“Apa yang terjadi saat anda mencoba tidur?”
• Teknik Klarifikasi
“anda merasa sedih. Kapan waktu anda merasa paling sedih?”

• Teknik Fasilitasi
“lalu..” “apa yang terjadi kemudian?”

• Teknik Silence
terkadang pasien membutuhkan waktu untuk menangis,
membutuhkan waktu untuk bercerita dalam kondisi yang mendukung

• Teknik Dukungan Positif


“Saya sangat menghargai anda menceritakan kepada saya bahwa anda
berhenti meminum obat. Dapatkah anda memberitahukan kepada
saya, apa masalahnya?
• Mengakhiri wawancara

- Simpulan singkat – selipkan kalimat suportif


- Penjelasan tentang rencana terapi
- Beri pasien kesempatan untuk bertanya
- Mengucapkan terima kasih kepada pasien atas
segala informasi yang diberikan
Jika terjadi Resistensi

• Resistensi: pasien yang secara sadar menghindari pembicaraan


tentang suatu topik. Contoh:
“Saya tidak mau membicarakan tentang hal itu sekarang.”
“Saya tidak mau membahas hal ini dengan anda.”

• Resistensi tidak langsung: pasien berusaha mengalihkan


perhatian pewawancara dari suatu topik, menjawab pertanyaan
secara singkat atau tidak menjawab sama sekali, atau
mengalihkan pembicaraan, ekspresi wajahnya menunjukkan
ketidaktertarikan, atau berhenti sebelum menjawab.

-- > Ekspresikan penerimaan


Mengubah fokus pembicaraan – tunda topik sebelumnya
Wawancara Saat Emergensi

• Waktu terbatas
• Fokus pada keluhan saat ini dan alasan dibawa ke
fasilitas kesehatan (IGD)
• Heteroanamnesis pada keluarga, teman, atau bahkan
polisi yang membawa pasien
• Wawancara: pertanyaan langsung pada intinya, namun
tetap tenang dan tidak “mengancam” pasien.
Pewawancara tampak mengendalikan situasi, secara
meyakinkan akan melindungi pasien dari kemungkinan
melukai diri sendiri maupun dari orang lain.
Psikoterapi Suportif
• Cara-cara psikoterapi suportif antara lain sebagai
berikut:
– Ventilasi atau katarsis
– Persuasi atau bujukan (persuasion)
– Sugesti
– Penjaminan kembali (reassurance)
– Bimbingan
– Penyuluhan
– Kerja kasus sosial (social casework)
– Terapi kerja
Ventilasi atau Katarsis
• Membiarkan pasien mengeluarkan isi hati
sesukanya  biasanya ia merasa lega dan
kecemasannya (tentang penyakitnya)
berkurang, karena ia kemudian dapat melihat
masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya
• Dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh
pengertian (empati) dan dengan anjuran
• Jangan terlalu banyak memotong
pembicaraan (menginterupsi)
Ventilasi atau Katarsis
• Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-
impuls, kecemasan, masalah keluarga,
perasaan salah atau berdosa
• Sikap terapis :
– Menjadi pendengar yang baik dan penuh
pengertian
• Topik pembahasan :
– Permasalahan yang menjadi stres utama
Persuasi atau Bujukan
• Penerangan yang masuk akal tentang
timbulnya gejala serta baik-buruknya atau
fungsinya gejala tersebut
• Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk
dilakukan  Pasien menjadi yakin bahwa
gejalanya akan hilang
Persuasi atau Bujukan
• Sikap terapis :
– Berusaha membangun, mengubah dan menguatkan
impuls-impuls tertentu serta membebaskan dari
impuls yang mengganggu secara masuk akal dan
sesuai hati nurani.
– Berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang
masuk akal bahwa gejalanya akan hilang.
• Topik pembahasan :
– Ide dan kebiasaan pasien yang mengarah kepada
terjadinya gejala
Sugesti
• Secara halus dan tidak langsung menanamkan
pikiran pada pasien atau membangkitkan
kepercayaan padanya bahwa gejala akan
hilang
• Dokter  sikap yang meyakinkan dan otoritas
profesional serta menunjukan empati 
pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya
berkurang dan emosinya terpengaruh serta
perhatiannya menjadi sempit
Sugesti
• Anak-anak, inteligensi yang sedikit kurang,
kepribadian tak matang atau histerik  lebih
mudah disugesti
• Pasien harus percaya bahwa gejalanya akan
hilang dan tidak terdapat kerusakan organik
sebagai penyebab  mengetahui bahwa
gejala itu tidak logis
Sugesti
• Sikap terapis :
– Meyakinkan dengan tegas bahwa gejala penyakit
pasien akan menghilang
• Topik pembahasan :
– Gejala-gejala bukan karena kerusakan organik/fisik
dan timbulnya gejala tersebut adalah tidak logis
Penjaminan Kembali (reassurance)
• Komentar yang halus atau sambil lalu dan
pertanyaan yang berhati-hati, bahwa pasien
mampu berfungsi secara adekuat
• Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan
kenyataan atau dengan menekankan pada apa
yang telah dicapai oleh pasien
Penjaminan Kembali (reassurance)
• Sikap terapis :
– Meyakinkan secara tegas dengan menunjukkan
hasil-hasil yang telah dicapai pasien
• Topik pembahasan :
– Pengalaman pasien yang berhasil nyata
Bimbingan
• Memberi nasihat yang praktis dan khusus
yang berhubungan dengan masalah kesehatan
(jiwa) pasien agar ia lebih sanggup
mengatasinya
• Tentang cara mengadakan hubungan antar
manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan
belajar dan sebagainya
Bimbingan
• Sikap terapis :
– Menyampaikan nasihat dengan penuh wibawa
dan pengertian
• Topik bahasan :
– Cara hubungan antar manusia, cara komunikasi,
cara bekerja dan belajar yang baik.
Penyuluhan atau Konseling
• Wawancara untuk membantu pasien mengerti
dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat
mengatasi suatu masalah lingkungan atau
dapat menyesuaikan diri
• Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah
pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi
Penyuluhan atau Konseling
• Sikap terapis :
– Menyampaikan secara halus dan penuh kearifan
• Topik pembicaraan :
– Masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan
pribadi
Kerja Kasus Sosial (social casework)
• Proses bantuan oleh seorang yang terlatih
kepada seorang pasien yang memerlukan satu
atau lebih pelayanan sosial khusus
• Fokusnya ialah pada masalah luar atau
keadaan sosial dan tidak pada gangguan
dalam individu itu sendiri
• Tujuannya ialah hendak menangani masalah
situasi pada tingkat realistik
Terapi Kerja
• Memberi kesibukan kepada pasien, atau
latihan kerja agar ia terampil dalam hal
tertentu yang akan berguna baginya untuk
mencari nafkah kelak
Daftar Tilik Bermain Peran
No Butir Penilaian Ya Tidak
1. Memberikan salam, bersalaman, tersenyum
2. Perkenalan diri, membina Rapport
3. Menanyakan keluhan dan gejala untuk memahami

4. Membantu pasien untuk mengungkapkan apa yang


dirasakan (verbal-non verbal) untuk mendapatkan
informasi
5. Melakukan respons empati dan penentraman

6. Simpulan singkat hasil wawancara


7 Penjelasan rencana terapi
8. Menyediakan kesempatan untuk bertanya
Daftar Pustaka

1. Othmer E, Othmer SC. The clinical interview using


DSM-IV. Volume1: Fundamentals. Washington:
American Psychiatric Press Inc., 1994.

2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s synopsis of


psychiatry. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins, 2003.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai