disampaikan pada :
ToT Pelatihan Tenaga Kesehatan Terpadu Kesehatan Jiwa
21 - 28 September 2022
Tujuan Pembelajaran
• Wawancara psikiatri merupakan perangkat utama yang diperlukan bagi pasien dengan masalah
gangguan jiwa oleh tenaga kesehatan dalam melakukan:
• penelusuran riwayat perjalanan penyakit (anamnesis),
• gejala dan tanda gangguan psikiatrik (pemeriksaan status mental),
• menetapkan diagnosis,
• merencanakan terapi,
• menentukan prognosis,
• sebagai alat untuk memberikan terapi atau intervensi non-farmakologis (psikoterapi)
Prosedur Wawancara Psikiatrik
- Merupakan fase awal dari - Menanyakan keluhan utama - Membuat simpulan singkat
Membuka Wawancara
Isi Wawancara
Menutup Wawancara
sebuah wawancara psikiatrik. yang membawa pasien datang hasil wawancara dan selipkan
- Di fase ini dilakukan: berobat, perjalanan penyakit kalimat suportfi bagi pasien.
penelusuran identitas pasien, yang memperparah atau - Bantu pasien melihat sisi lain
membina rapport dan meringankan, riwayat dari permasalahannya agar
mempersiapkan pasien untuk penggunaan obat atau zat lain merasa lebih baik.
wawancara yang hingga Riwayat gangguan jiwa
sebelumnya. - Beri penjelasan tentang
sesungguhnya. kemungkinan diagnosis dan
- PENTING: melakukan inform - Pada bagian ini juga rencana terapi.
consent persetujuan pasien dilakukan penelusuran Riwayat
perkembangan, kehidupan - Beri kesempatan pasien
dan semua hal yang untuk bertanya hal yang masih
dibicarakan dalam sesi ini sosial, hingga pemeriksaan
status mental. kurang jelas.
bersifat rahasia.
- Menindaklanjuti pertemuan
berikutnya bila diperlukan.
Teknik Melakukan Wawancara Psikiatrik
1. Membina rapport; 5. Strategi mendapatkan
2. Merespons dengan empati; informasi;
3. Observasi perilaku non-verbal; 6. Pemeriksaan status mental;
4. Memberi kesempatan untuk 7. Menyimpulkan hasil
bicara dengan bebas; wawancara;
8. Menyampaikan tindak lanjut.
1. Membina Rapport
• Rapport adalah interaksi antara pasien dengan pewawancara yang di dalamnya terdapat rasa
percaya (trust) dan pengertian (understanding).
• Langkah-langkah membina rapport:
1. Membuat suasana yang nyaman bagi pasien dan pewawancara
2. Menemukan hal-hal yang menyebabkan penderitaan pasien, dan memperlihatkan kepedulian
3. Menunjukkan keahlian
4. Membangun sikap kepemimpinan (sebagai dokter dan terapis)
5. Menyeimbangkan peran sebagai pendengar yang berempati, seorang ahli, dan sebagai
terapis
1. Membina Rapport (cont.)
No. Langkah Membina Rapport Implementasi
1 Membuat suasana yang nyaman Memberi salam, bersalaman, tersenyum
bagi pasien dan pewawancara Memperkenalkan diri
Menanyakan nama pasien dan bagaimana memanggilnya
Pertanyaan ringan
Menjelaskan tujuan wawancara secara singkat
Menanyakan identitas pasien
2 Menemukan hal-hal yang Dapat menggunakan pertanyaan seperti:
menyebabkan penderitaan “Apa yang sedang mengganggu Anda?”
pasien, dan memperlihatkan “Apa yang saat ini Anda rasakan?”
kepedulian “Apa yang bisa saya bantu? Dapatkah Anda
menceritakan?”
1. Membina Rapport (cont.)
No. Langkah Membina Rapport Implementasi
3 Menunjukkan keahlian a. Buat pasien memahami bahwa ia tidak sendiri
menghadapi masalah seperti sekarang.
b. Sampaikan pada pasien bahwa terapis familiar dengan
masalah ini – tunjukkan pengetahuan yang dimiliki
terapis.
c. Bicarakan hal-hal yang diragukan oleh pasien tentang
kemampuan terapis, bersama dengan keluarga atau
teman yang mengantar pasien dengan profesional.
d. Bangkitkan semangat pasien akan masa depannya.
4 Membangun sikap Berikan motivasi dan bantu arahkan pasien, tunjukkan
kepemimpinan (sebagai dokter ketertarikan untuk membantu kesembuhan pasien.
dan terapis)
5 Menyeimbangkan peran sebagai Seimbangkan peran kapan harus menjadi pendengar yang
pendengar yang berempati, berempati, seseorang yang ahli dengan keilmuannya, dan
seorang ahli, dan sebagai terapis sebagai terapis yang mengobati pasien.
2. Merespons dengan Empati
• Empati adalah kemampuan untuk dapat memahami apa yang dirasakan oleh pasien, bagaimana
jika berada dalam posisi tersebut, namun tetap sebagai pihak yang berdiri di luar masalah,
sehingga tetap dapat bersikap objektif.
• Respon terapis yang empati dapat berupa:
• Ekspresi verbal singkat dan memperlihatkan bahwa kita menghargai dan memahami. Contoh :
“Oh ya…, hmmm…, saya mengerti… Saya dapat melihat bagaimana hal tersebut mengganggu
Anda..”; “Hal tersebut pasti membuat Anda tidak nyaman..”
3. Observasi Perilaku Non-verbal
• Komunikasi atau perilaku nonverbal yang perlu diobservasi:
• Ekspresi wajah: tatapan mata, kerut dahi, alis, hidung dan kesesuaian ekspresi wajah
• Reaksi fisiologis: wajah merah/pucat, berkeringat, napas tersengal, pupil mata melebar
B. Isi pikiran (termasuk waham,preokupasi, Waham cemburu : “Apakah anda takut pasangan anda tidak jujur? bukti apa
yang anda miliki?”
obsesi, fobia, dsb.)
Waham bersalah : “Apakah anda merasa bahwa anda telah melakukan
kesalahan yang berat?” Apakah anda merasa pantas mendapat hukuman?”
“Apakah anda merasa pikiran anda disiarkan sehingga orang lain dapat
mendengarnya?” (waham siar pikir).
“Apakah anda merasa pikiran atau kepala anda telah dimasuki oleh kekuatan
atau sumber lain di luar?” (waham sisip pikir)
“Apakah anda merasa bahwa pikiran anda
telah diambil oleh kekuatan atau orang lain?”
(waham penarikan pikiran)
Langkah-langkah Pemeriksaan Status Mental (cont.)
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL HAL YANG DIPERIKSA
VI.Sensorium dan kognitif
A. Kewaspadaan dan tingkat kesadaran (sadar, pengaburan, somnolen, stupor, Pengamatan dan pemeriksaan secara objektif (kuantitatif dengan glasgow coma
koma, letargi, keadaan fugue/fugue state) scale)
B. Orientasi (terhadap waktu, tempat, orang dan situasi) Menanyakan tentang waktu, tempat, orang dan situasi. “Sekarang hari apa?
tanggal, siang/malam? jam berapa sekarang? Di mana kita saat ini?kerjanya apa?”
“Siapa yang mengantar/ menunggui anda?
anda kenal mereka ?”
“Bagaimana suasana saat ini? ramai?”
C. Daya ingat (daya ingat jauh/ remote memory, daya ingat masa lalu yang belum Menilai daya ingat dengan menanyakan data masa anak-anak, peristiwa penting
lama/ recent past memory, daya ingat yang baru saja/ recent memory serta yang terjadi pada masa muda.
penyimpanan dan daya ingat segera/ immediate retention and recall memory) Peristiwa beberapa bulan yang lalu,
Peristiwa beberapa hari yang lalu, apa yang dilakukan kemarin, apa yang dimakan
untuk sarapan, makan siang dsb.
D. Konsentrasi dan perhatiank Meminta pasien untuk mengulangi enam angka maju kemudian mundur.
Mengulang tiga kata, segera dan tiga sampai lima menit kemudian.
Pasien diminta mengurangi 7 secara berurutan dari angka 100. Pasien diminta
mengeja mundur suatu kata sederhana
Langkah-langkah Pemeriksaan Status Mental (cont.)
G. Pikiran abstrak Pasien diminta mencontoh suatu gambar, seperti jam atau
segilima.
H. Sumber informasi dan kecerdasan (dengan Menanyakan arti peribahasa sederhana, persamaan dan
memperhitungkan tingkat pendidikan dan status sosial perbedaan benda.
ekonomi pasien)
Pasien diminta menghitung uang kembalian setelah
dibelanjakan, jarak antar kota.
Langkah-langkah Pemeriksaan Status Mental (cont.)
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL HAL YANG DIPERIKSA
VII. Pengendalian impuls
(Impuls seksual, agresif, atau lainnya) Menanyakan tentang riwayat pasien sekarang dan mengamati perilaku pasien
selama wawancara
VIII. Tilikan
Derajat tilikan (kesadaran dan pengertian pasien bahwa mereka sakit) : Menanyakan kesadaran dan pengertian pasien tentang penyakitnya (tilikan)
Tilikan I: Penyangkalan penyakit sama sekali “Tahukah anda kenapa dibawa / datang ke sini ?”
Tilikan II: Agak menyadari tetapi sekaligus menyangkal “Apakah anda membutuhkan pengobatan / perawatan ?”
Tilikan III: Menyadari tetapi melemparkan kesalahan pada orang lain “Apakah perawatan anda di Rumah Sakit ini merupakan kesalahan ?”
Tilikan IV: Menyadari bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang
tidak diketahui pada diri pasien
Tilikan V: menerima bahwa pasien sakit dan disebabkan oleh perasaan
irasional atau gangguan tertentu pada diri pasien sendiri tanpa
menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman masa depan
Tilikan VI: kesadaran emosional terhadap motif-motif perasaan dalam, yang
mendasari arti dari gejala; ada kesadaran yang menyebabkan
perubahan kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang;
keterbukaan terhadap ide dan konsep yang baru mengenai diri
sendiri dan orang-orang penting dalam kehidupannya
Langkah-langkah Pemeriksaan Status Mental (cont.)
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL HAL YANG DIPERIKSA
IX. Reliabilitas Menilai kebenaran atau kejujuran pasien dalam melaporkan suatu situasi atau masalahnya
X. Global Assessment of Functioning (GAF) Scale 100 – 91 : Berfungsi secara optimal pada bidang yang luas, masalah hidup dapat diatasi sendiri dengan baik karena kualitas
dirinya positif. Tidak ada symptom.
90 – 81 : (Ada sedikit simptom, misal: sedikit cemas), berfungsi secara baik dalam semua bidang kehidupan, berminat &
terlibat dalam berbagai aktivitas, efektif secara sosial, umumnya merasa puas terhadap hidupnya, masalah tidak lebih dari
permasalahan biasa dalam kehidupan sehari- hari (misal : adu argumentasi dengan anggota keluarga).
80 – 71 : (Bila ada simptom merupakan reaksi yang biasa timbul karena stresor psikososial, misal: sulit konsentrasi setelah
adu argumentasi dalam keluarga), ada sedikit gangguan dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau pendidikan (misal: kadang
terlambat mengumpulkan tugas)
70 – 61 : (Beberapa simptom ringan & menetap, misal : sedih dan insomnia ringan) ATAU sedikit kesulitan dalam kehidupan
sosial, pekerjaan atau sekolah (misal: kadang berbohong, mencuri di rumah) tetapi fungsi secara umum cukup baik,
mempunyai hubungan interpersonal yang cukup berarti.
60 – 51 : (Beberapa simptom pada taraf sedang, efek datar dan bicara ngelantur, kadang-kadang serangan panik); ATAU
gangguan fungsi pada taraf sedang dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau sekolah (misal: tidak punya teman, kehilangan
pekerjaan).
50 – 41 : (Simptom yang serius, misal keinginan untuk bunuh diri, perilaku obsesif cukup kuat, sering mengutil) ATAU gangguan
yang cukup serius pada fungsi kehidupan sosial, pekerjaan, sekolah, misal : tidak punya teman, kehilangan pekerjaan).
40 – 31 : (Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi;misal :
bicara tidak logis, tidak bisa dimengerti/ tidak relevan, menyendiri, menolak keluarga, tidak mampu bekerja).
30 – 21 : Disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang.
20 – 11 : Bahaya mencederai diri sendiri/ mengancam dan menyakiti orang lain.
10 – 1 : secara persisten dan lebih serius membahayakan dirinya dan orang lain (misal tindakan kekerasan berulang-ulang)
0 : Inadequate information.
7. Menyimpulkan Hasil Wawancara
• Hal yang dapat disampaikan sebelum wawancara diakhiri:
Hal yang disampaikan Contoh Cara Penyampaian
Aksis II : gangguan kepribadian, termasuk ciri kepribadian yang menonjol, dan retardasi mental. (Kode
diagnosis F60-F79 dalam Buku PPDGJ III)
Aksis IV : berisi masalah psikologis dan lingkungan yang secara bermakna berperan pada
perkembangan/eksaserbasi gangguan sekarang. Masalah yang dicakup: keluarga (primary support group),
lingkungan sosial, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses ke layanan kesehatan, hukum/kriminal,
psikososial, dan lingkungan lainnya.
Aksis V : berisi penilaian Global and Functioning Scale (GAF), ditulis dalam bentuk skala angka yang
berkisar antara 0-100.
8. Menyampaikan Tindak Lanjut
• Pemeriksa menyampaikan plan baik pemeriksaan maupun
intervensi yang akan dijalani pasien selanjutnya dan
memberikan intervensi baik farmakologis berupa obat-obatan
bila dibutuhkan, serta intervensi non farmakologis seperti
psikoterapi lainnya.
Penugasan
Referensi
1. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5 th Edition DSM-V. England: American Psychiatric
Publishing. 2013.
3. Kolevzon A, Katz CL. Psychiatry History Taking. California: Current Clinical Strategies Publishing. 2004.
4. Patel V. Ketika tidak ada psikiater: Buku panduan kesehatan jiwa. CBM International. 2009
5. Othmer E, Othmer SC. The clinical interview using DSM-IV. Volume1: Fundamentals. Washington: American Psychiatric Press Inc., 1994.
7. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry. 9 th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2003.
8. Sadock BJ, Ahmad S, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of Clinical Psychiatry 6 th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins,
2019.
9. Fanani, M. et. al. Keterampilan Diagnostik dan Terapeutik; Pemeriksaan Psikiatri; Hubungan Dokter-Pasien dan Teknik Wawancara . Universitas
Sebelas Maret. 2018.