Wawancara
Psikiatri
Manajemen Kesehatan Jiwa Terpadu
Pokok Bahasan
01 Pengertian dan prosedur wawancara psikiatri
01 prosedur
wawancara
psikiatri
Wawancara psikiatrik
Merupakan suatu bentuk wawancara yang dilakukan oleh dokter/psikolog klinis kepada pasien
dengan tujuan untuk memperoleh data atau sekumpulan gejala yang akan digunakan untuk
menetapkan diagnosis dan rencana tatalaksana bagi pasien.
Membuka Isi
Menutup wawancara
wawancara wawancara
• Fase awal • Contoh
Tanyakan keluhan utama
pertanyaan pasien datang
di faskes primer: • Simpulan singkat hasil
• berobat : kapan-bagaimana-perjalanan
Penelusuran identitas pasien • Apakah Anda mengalami kesulitan wawancawra
penyakit-hal yang memperberat-
• Membina rapport tidur di malam hari?
memperingan
• Selipkan kalimat suportif bagi
• Sampaikan juga kepada pasien •• Apakah
Keluhan Anda
fisik merasa seolah tidak pasien
bahwa semua hal yang dibicarakan • tertarik untuk melakukan
Riwayat penggunan obat /zat kegiatan
lain • Penjelasan kemungkinan
dalam sesi ini bersifat rahasia • yang
Riwayat gangguan
biasa Anda jiwa, peyakit medis
lakukan? diagnosis dan rencana terapi
sehingga pasien dapat bebas •• Apakah
PeristiwaAnda
kehidupan yang bermakna
merasa sedih akhir- • Berikan pasien kesempatan
(berduka, masalah perkawinan, dll.)
menceritakan apapun akhir ini? bertanya terkait hal yang
• Dukungan sosial (Keluarga – Teman –
• Apakah
LingkunganAnda merasa takut terhadap
– Agama) kurang jelas
• apapun?
Penelusuran mengenai riwayat • Akhiri dengan membuat janji
perkembangan, kehidupan sosial dan sistem temu pertemuan berikutnya
keluarga
• Pemeriksaan status mental
02
Teknik melakukan
wawancara psikiatri
Teknik Wawancara Psikiatrik
Strategi
Pemeriksaan status Menyimpulkan hasil Menyampaikan
mendapatkan
mental wawancara tindak lanjut
informasi
1. Membina rapport
Langkah-langkah:
1. Membuat suasana yang nyaman bagi pasien dan pewawancara
Wawancara dibuka dengan dengan percakapan dasar dan ringan, bertujuan untuk lebih mengenal atau dekat dengan
pasien. Lingkungan sebaiknya nyaman, tidak bising dan tidak banyak intervensi. Pewawancara lebih banyak
menjadi pendengar yang efektif. Teknik awal membangun suasana yang nyaman bagi pasien:
a) Memberi salam, bersalaman, sambil tersenyum;
b) Pewawancara memperkenalkan diri;
c) Menanyakan nama pasien serta bagaimana sebaiknya pewawancara memanggil pasien;
d) Dapat dilanjutkan dengan pertanyaan ringan (contoh: bagaimana perjalanan pasien sampai ke tempat pewawancara);
e) Menjelaskan secara singkat tujuan wawancara dan minta kesediaan pasien untuk memberikan informasi;
f) Pewawancara menanyakan identitas pasien (usia, tempat tinggal, asal, pekerjaan, pendidikan, dan status pernikahan).
1. Membina rapport
Langkah-langkah:
1. Membuat suasana yang nyaman bagi pasien dan pewawancara
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari proses wawancara, perlu menerapkan teknik mendengar
yang efektif, seperti:
a) Duduk berhadapan dan agak membungkuk ke arah pasien, membuat kontak mata
b) Rileks dan sikap terbuka, hangat dan empatik, memberi perhatian sepenuhnya
c) Suara lembut, tidak memotong pembicaraan
d) Tidak menghakimi, tidak memberi penilaian
1. Membina rapport
Langkah-langkah:
2. Menemukan hal-hal yang menyebabkan penderitaan pasien, dan memperlihatkan
kepedulian
• Dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan, seperti :
o Apa yang sedang mengganggu Anda?
o Apa yang saat ini Anda rasakan?
o Apa yang bisa saya bantu? Dapatkah Anda menceritakan?
• Fase awal wawancara penting untuk membiarkan pasien melakukan ventilasi terhadap
keluhannya dengan bebas. Deteksi kemungkinan adanya depresi, kecemasan, atau kemarahan.
• Jika pasien terlihat cemas, berikan dukungan kepada pasien, contoh: “Saya mengerti bahwa hal ini
mungkin sangat sulit diceritakan… Terutama jika Anda baru pertama kali datang…”.
1. Membina rapport
Langkah-langkah:
3. Menunjukkan keahlian
a. Buat pasien memahami bahwa tidak hanya pasien sendiri yang menghadapi
masalah seperti sekarang.
b. Sampaikan pada pasien bahwa terapis familiar dengan masalah ini – tunjukkan
pengetahuan yang dimiliki terapis.
c. Bicarakan hal-hal yang diragukan oleh pasien tentang kemampuan terapis,
bersama dengan keluarga atau teman yang mengantar pasien dengan profesional.
d. Bangkitkan semangat pasien akan masa depannya.
1. Membina rapport
Langkah-langkah:
4. Membangun sikap kepemimpinan (sebagai dokter dan terapis)
Kemampuan memotivasi dan mengarahkan pasien, tunjukkan ketertarikan untuk
membantu kesembuhan pasien.
• Empati adalah kemampuan untuk dapat memahami apa yang dirasakan oleh
pasien, bagaimana jika berada dalam posisi tersebut, namun tetap sebagai pihak
yang berdiri di luar masalah, sehingga tetap dapat bersikap objektif.
• Berkaitan dengan kepedulian, pemahaman, serta sikap menghargai atau
menghormati
• Bersikaplah apa adanya, jangan dibuat-buat, karena pasien akan dapat merasakan
kepedulian yang palsu.
• Hindari simpati 🡪 terlarut dalam situasi yang dihadapi orang tersebut, lalu gagal
bersikap objektif
2. Merespons dengan empati
Kesalahan yang
Respon yang baik
sering dilakukan
• Memperlihatkan kepedulian kita melalui bahasa • Mendengar sambil menulis atau kerja lain,
tubuh; pandangan menerawang
• Mempertahankan kontak mata, sesekali
• Tidak sabar, menyela/interupsi,
mengangguk, menampilkan ekspresi yang sesuai,
dll; berargumentasi
• Ekspresi verbal singkat dapat memperlihatkan • Banyak bicara atau menasehati, berbasa-
bahwa kita menghargai dan memahami. Contoh : basi
“Oh ya…, hmmm…, saya mengerti… Saya dapat • Terlalu cepat menyimpulkan
melihat bagaimana hal tersebut mengganggu
Anda..”; “Hal tersebut pasti membuat Anda tidak
nyaman..”
3. Observasi perilaku nonverbal
Selama wawancara awal telah dimulai observasi kondisi dan perilaku non-verbal pasien,
yang dimaksud diantaranya:
• Ekspresi wajah : tatapan mata, kerut dahi, alis, hidung dan kesesuaian ekspresi
wajah
• Suara : nada, intonasi, jeda kata, cara bicara
• Sikap tubuh : cara bersikap, gerakan tubuh, tangan, kaki
• Reaksi fisiologis : wajah merah/pucat, berkeringat, napas tersengal, pupil mata
melebar
• Penampilan : cara berpakaian, sikap dalam duduk dan berdiri
Pemeriksa diharapkan dapat melakukan kontak mata agar terbangun kepercayaan/rapport yang baik
dengan pasien dan pemeriksa juga dapat sesekali merespon seperti menganggukkan kepala untuk
menunjukkan bahwa pemeriksa memperhatikan pasien.
4. Beri kesempatan untuk berbicara dengan bebas
• Untuk menelusuri kata kunci atau menanyakan hal yang spesifik, detil-detil yang
dibutuhkan untuk diagnosis, pertanyaan terbuka dapat dikombinasikan dengan beberapa
pertanyaan tertutup (close-ended questions).
Contoh:
D : Sudah berapa lama Anda mengalami keluhan sulit tidur?
P : 2 minggu
D : Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk bisa tertidur belakangan ini?
P : Kadang-kadang satu jam, kadang 3 jam, kadang saya tidak bisa tidur sama sekali
sepanjang malam.
D : Apakah Anda pernah terbangun sangat awal dan tidak bisa tidur lagi?
P : Tidak
5. Strategi mendapatkan informasi
• Memulai topik baru dengan pertanyaan terbuka yang luas; lanjutkan dengan
memfokuskan pada satu topik target; akhiri dengan serial pertanyaan yang
semakin menyempit, sesekali tertutup – tipe ya/tidak.
• Jika ingin menghindari pertanyaan tertutup, gunakan pertanyaan terbuka yang
tajam dan fokus.
• Contoh:
o Apakah Anda mengalami sulit tidur? (jawaban yang muncul adalah: ya atau
tidak) lebih baik bertanya:
o Apa yang terjadi saat Anda mencoba tidur?
• Pendekatan yang baik adalah dengan mengkombinasikan keduanya, dari
pertanyaan luas ke pertanyaan yang terfokus dan tajam.
5. Strategi mendapatkan informasi
Anamnesa
• Keluhan utama 🡪 Keluhan utama tidak selalu o Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)
merupakan keluhan yang pertama kali diucapkan o Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
pasien, namun keluhan yang membuat pasien o Riwayat pubertas dan masa remaja
dibawa ke fasyankes yang sering dianggap sebagai o Riwayat masa dewasa
keluhan utama o Riwayat pendidikan/ pekerjaan
• Riwayat Penyakit Sekarang → seluruh riwayat o Riwayat kehidupan beragama
yang berhubungan dengan keluhan pasien saat o Riwayat pelanggaran hukum
dibawa ke fasyankes o Riwayat seksual (meliputi status pernikahan)
• Riwayat Penyakit Dahulu → riwayat gangguan • Riwayat keluarga → biasa dituliskan secara singkat
psikiatrik, riwayat gangguan medis, riwayat sosial dan membuat pedigree atau silsilah keluarga
• Riwayat kehidupan pribadi, meliputi: • Situasi ekonomi
o Riwayat prenatal dan perinatal
6. Pemeriksaan Status Mental
X. GAF (Global Assessment of Functioning ) Skala GAF mempunyai range dari 0-100, yang setiap
kelompok range tertentu yang menunjukkan gejala atau
apa yang terjadi pada individu atau kelompok.
GAF Scale
• 100 – 91 : Berfungsi secara optimal pada bidang yang luas, masalah hidup dapat diatasi sendiri dengan
baik karena kualitas dirinya positif. Tidak ada symptom.
• 90 – 81 : (Ada sedikit simptom, misal: sedikit cemas), berfungsi secara baik dalam semua bidang
kehidupan, berminat & terlibat dalam berbagai aktivitas, efektif secara sosial, umumnya merasa puas
terhadap hidupnya, masalah tidak lebih dari permasalahan biasa dalam kehidupan sehari- hari (misal :
adu argumentasi dengan anggota keluarga).
• 80 – 71 : (Bila ada simptom merupakan reaksi yang biasa timbul karena stresor psikososial, misal: sulit
konsentrasi setelah adu argumentasi dalam keluarga), ada sedikit gangguan dalam kehidupan sosial,
pekerjaan atau pendidikan (misal: kadang terlambat mengumpulkan tugas)
• 70 – 61 : (Beberapa simptom ringan & menetap, misal : sedih dan insomnia ringan) ATAU sedikit
kesulitan dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau sekolah (misal: kadang berbohong, mencuri di rumah)
tetapi fungsi secara umum cukup baik, mempunyai hubungan interpersonal yang cukup berarti.
• 60 – 51 : (Beberapa simptom pada taraf sedang, efek datar dan bicara ngelantur, kadang-kadang serangan
panik); ATAU gangguan fungsi pada taraf sedang dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau sekolah (misal:
tidak punya teman, kehilangan pekerjaan).
GAF Scale
• 50 – 41 : (Simptom yang serius, misal keinginan untuk bunuh diri, perilaku obsesif
cukup kuat, sering mengutil) ATAU gangguan yang cukup serius pada fungsi kehidupan
sosial, pekerjaan, sekolah, misal : tidak punya teman, kehilangan pekerjaan).
• 40 – 31 : (Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas
berat dalam beberapa fungsi;misal : bicara tidak logis, tidak bisa dimengerti/ tidak
relevan, menyendiri, menolak keluarga, tidak mampu bekerja).
• 30 – 21 : Disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi
hampir semua bidang.
• 20 – 11 : Bahaya mencederai diri sendiri/ mengancam dan menyakiti orang lain.
• 10 – 1 : secara persisten dan lebih serius membahayakan dirinya dan orang lain (misal
tindakan kekerasan berulang-ulang)
• 0 : Inadequate information.
7. Menyimpulkan hasil wawancara