Anda di halaman 1dari 21

KONSELING PENANGANAN

KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN DAN ANAK
BAGI TENAGA KESEHATAN
DI PUSKESMAS
Konseling adalah suatu proses memberi
bantuan dimana seseorang mendapat
bantuan untuk mengembangkan
kemampuan dan potensinya sehingga
dalam kehidupannya sehari-hari ia dapat
berfungsi dengan baik dengan belajar
untuk mengatasi kesulitan dan
memecahkan masalahnya secara efektif.
TUJUAN KONSELING 1

 Membantu pasien mengenali dan menerima dirinya sendiri


(baik itu berupa potensi atau sumber daya serta
keterbatasan yang dimilikinya)
 Membantu pasien untuk lebih mengenali masalah yang
dialaminya.
 Memfasilitasi pasien menemukan alternatif pemecahan
masalah, termasuk memberi informasi dan membantu
pasien menelaah konsekuensi dari setiap alternatif
 Membantu pasien mengatasi perasaan negatif atau yang
menyakitkan yang dimilikinya
TUJUAN KONSELING (2)

 Membangun kemampuan untuk mengambil keputusan


yang bijaksana dan realistis
 Membimbing pasien melaksanakan atau menerapkan
keputusannya dengan cara:
 Membantu pasien membuat rencana tindakan yang akan
dilakukannya.
 Memberi semangat dan dukungan pada pasien untuk
melaksanakan rencananya.

 Membantu pasien melakukan evaluasi hasil


pelaksanaannya
SIFAT KONSELING

 Fokus kepada pasien, spesifik atas kebutuhan, masalah, dan lingkungan


pasien
 Percakapannya dua arah, timbal balik, kerja sama dan saling menghargai
 Ada tujuan yang jelas dan terstruktur
 Membangun kemandirian dan menumbuhkan tanggungjawab pada diri
pasien
 Memperhatikan karakteristik pasien dan kemungkinan pengaruh
lingkungan sosbud serta kesiapannya untuk berubah
 Membutuhkan ketrampilan tertentu: komunikasi interpersonal,
mendengarkan, bertanya, dan fasilitasi pengambilan keputusan.
 Rahasia, aman, dan dapat dipercaya
SEBELUM KONSELING KTA
SEBAIKNYA

Memahami isu KtP/A sehingga paham situasi dan kondisi mereka yang
mengalami kekerasan Memahami tugas dan tanggungjawabnya. Sejauh
mana kewenangannya dan sejauh mana. membantu sesuai dengan
kewenangannya Mengenali bias-bias dalam diri sendiri. Sebagai
manusia, kita tidak terlepas dari bias atau prasangka. Bias atau
prasangka dapat mempengaruhi pola pikir, perasaan, serta
tingkahlaku kita ketika menghadapi pasien. Oleh karenanya dengan
mengenali bias, kita menjadi tahu keterbatasan diri sehingga dapat
merubah pandangan yang keliru tersebut. Bias dapat berupa bias yang
positif, misalnya?oh begitu ya bu, lalu bagaimana kelanjutannya?
Adapula bias yang negatif, misalnya?Kenapa tidak berteriak atau
melawan ?
LANGKAH-LANGKAH
KONSELING
 TAHAP MEMBINA RAPPORT/RASA PERCAYA/MENYAMBUT
Gunakan nada suara, kata-kata, serta bahasa tubuh yang
bersahabat. (gunakan teknik yang diperoleh pada sub sesi
sebelumnya) Kenalkan diri, termasuk jabatan dan
tugasnya Mulai dengan percakapan ringan terlebih dahulu,
misalnya? Lebih banyak menggunakan pertanyaan tertutup
 CONTOH : “Selamat pagi bu… (pagi bu dokter) Saya ibu
Ani, dokter yang bertugas di sini. Silakan duduk bu.
(terima kasih bu dokter, saya ibu Aisyah). Lama ya bu
menunggu gilirannya? (lumayan bu dokter, tapi tidak
mengapa). Ibu ada yang menemani? (mmh, saya sendiri bu
dokter). Jika klien datang sendiri (bukan rujukan) bisa
langsung ditanyakan “apa yang bisa saya bantu untuk bu?”
TAHAP MENDENGARKAN/BERBAGI
PERASAAN
 Tetap mengembangkan sikap empatik, mendengar aktif, dan
memberikan respon peduli yang sudah dipelajari pada subsesi
sebelumnya.Gunakan pertanyaan terbuka dan reflektif untuk
mengidentifikasi masalah .Beri pengantar terlebih dahulu. Terutama
untuk klien rujukan, baik dari internal puskesmas atau dari eksternal
puskesmas. Klarifikasi masalah dan hindari terjebak dalam riwayat
kekerasan hingga tidak fokus pada permasalahan ppasien .Bantu
pasien untuk memetakan masalahnya dan jika dirasa simpang siur,
coba arahkan tanpa membuat pasien merasa diatur, didominasi,dan
terkesan tidak mendengarkan. Minta pasien untuk menceritakan
tanggapan orang di sekitarnya (keluarga, pasangan, tetangga, dll.)
tentang masalahnya agar petugas dapat memperoleh gambaran yang
utuh.Peka terhadap perasaan diri sendiri .Pasien atau keluarga pasien
umumnya menginginkan layanan yang instan, yaitu langsung pada
solusi. Perlu diingat oleh bahwa fase ini bukan fase pengambilan
keputusan. Hindari menasehati dan mengambilkan keputusan bagi
pasien.
Tahap mendengarkan:
 Untuk klien rujukan Contoh: “Begini bu, mungkin ibu merasa bingung kenapa
ibu diminta untuk menemui saya. Akhir-akhir ini kita banyak mendengar
kekerasan banyak terjadi, terutama kekerasan dalam rumah tangga.
Seringkali yang mengalaminya merasa malu untuk bercerita, meskipun
kekerasan yang dialami sudah sangat parah. (petugas diam sejenak,
mengamati pasien). Berdasarkan pengalaman kami selama ini, kami menilai
luka-luka yang ibu alami bukan luka biasa bu. Biasanya luka-luka tersebut
muncul pada mereka yang mengalami kekerasan dari pasangannya. Mohon
maaf sebelumnya kalau saya seperti mencampuri urusan rumah tangga ibu.
Namun kami sangat prihatin karena ini bukan pertama kali ibu berobat
kemari dengan luka lebam sseperti ini. Bila ibu tidak keberatan, bolehkah ibu
menceritakan kepada kami apa yang sesungguhnya terjadi? (diam sejenak
dan amati pasien). Jika pasien ragu lanjutkan dengan kalimat: “tidak
mengapa jika ibu belum bersedia cerita sekarang. Kami tidak akan memaksa.
jika suatu saat ibu siap untuk bercerita, silakan ibu dating ke Puskesmas ini
setiap hari….....” atau “Di sini kami menjamin kerahasiaan cerita ibu.
Semoga dengan ibu bercerita kepada kami, beban ibu terasa sedikit lebih
ringan.”
 TAHAP PEMBERIAN INFORMASI/RUJUKAN/PENGAMBILAN KEPUTUSAN
 Gali upaya-upaya apa saja yang sudah pernah dilakukan atau terpikir untuk
dilakukan oleh pasien. Gali pula bagaimana pasien menyiapkan diri
menghadapi risiko yang mungkin muncul serta langkah-langkah apa yang akan
diambil oleh pasien. Berikan informasi kepada pasien jika ia mengalami
kesulitan untuk memikirkan alternatif maupun konsekuensi dari tindakan
yang direncanakan
 Jika diperlukan, beri informasi rencana penyelamatan diri (lihat box) Bantu
pasien untuk memikirkan alternatif pemecahan masalah serta konsekuensi
yang mungkin timbul baik positif maupun negatif Tidak mengambilkan
keputusan untuk pasien. Akan tetapi kita bisa menyampaikan kekuatiran kita
akan kondisi pasien kepada pasien ataupun keluarganya. Jika masalah di luar
kompetensi petugas kesehatan atau membutuhkan penanganan lebih lanjut,
beri informasi lembaga rujukan.
TAHAP AKHIR/KONTRAK
 Petugas menyimpulkan masalah dan alternatif penyelesaian yang
direncanakan pasien. Pastikan lembaga rujukan yang diberikan
adalah lembaga yang paling tepat sesuai kebutuhan pasien Minta
pasien untuk mengulang kembali rencananya dan memperjelas
rencana tindakan Memotivasi pasien untuk mengontak petugas
agar petugas dapat mengetahui perkembangan situasi pasien .
 Sampaikan “jika ibu sewaktu-waktu butuh teman berbicara, ibu
dapat menemui saya di sini sesuai dengan jadwal praktek saya.
Namun mohon maaf jika ibu terpaksa menunggu giliran
konsultasi.” “Saat ini kita dalam proses untuk penyelesaian
masalah ya bu. Ada kemungkinan langkah kita berhasil atau
sebaliknya. Namun tadi kita sudah membahas langkah antisipasi
yang bisa diambil jika rencana tidak berjalan seperti yang kita
harapkan.” Tutup pembicaraan dengan nada positif, misalnya:
“permasalahan yang dialami oleh anak ibu dan keluarga ibu cukup
sulit, namun tadi kita bersama-sama sudah membahas
kemungkinan untuk megatasinya. Semoga pembicaraan kita tadi
bisa membantu mengurangi beban ibu.”
TAHAP PENCATATAN

 Gunakan lembar pencatatan yang tersedia sesuai


dengan SPM.Saat melakukan proses identifikasi masalah
biasakan untuk mencatat ringkas pokok-pokok penting
dengan terlebih dahulu meminta izin kepada pasien.
Segera lengkapi pencatatan setelah pembicaraan
selesai.
BAGAIMANA MENGHADAPI ANAK
YANG MENGALAMI KEKERASAN

 Jalin hubungan, ajak bermain


 ciptakan suasana aman dan nyamanjangan paksakan
anak melakukan hal yang tidak diinginkan
 Tidak menggurui, jadilah teman
 Yakinlah bahwa dia bukan satu-satunya korban
 Yakinlah bahwa setiap masalah selalu ada jalan
keluarnya.
TEKNIK KONSELING PADA ANAK

●PERSIAPAN Sebelum berhadapan langsung dengan anak


petugas kesehatan perlu : • Berkomunikasi dengan
perujuk (dokter, petugas kesehatan lain, orang yang
mendampingi anak dsb.) tentang dugaan masalah anak •
Pelajari identitas diri anak (usia, jenis kelamin, suku
bangsa, pendidikan) akan mempengaruhi cara kita
berinteraksi • Persiapkan alat bantu jika diperlukan •
Siapkan ruang konseling, ruangan tidak perlu banyak
mainan atau berwarna-warni karena akan menganggu
konsentrasi anak tetapi cukup terang dan alas duduk yang
nyaman • Satu petugas kesehatan untuk satu anak. •
Pekalah dengan kehadiran pendamping
anak/pengasuh/orang yang merujuk karena bisa
bermanfaat (membuat anak merasa aman) tetapi juga
bisa membuat anak tertutup.
PROSES BERTANYA

 Teknik bertanya yang baik


 Balita 3-5 tahun
 Duduk sejajar anak (di karpet atau kursi kecil) Pertanyaan singkat dan
pertanyaan terbuka “setelah kamu dipukul apa yang kamu lakukan?”
Gunakan kata bantu “ lalu…” “oo jadi begitu, terus…” Gunakan alat
bantu mis. poster ekspresi wajah untuk menjelaskan perasaan . Gunakan
alat bantu lain missal bonek puppet, gambar
HINDARI

 Membuat pertanyaan yang rumit “habis dipukulin apa


kamu pergi? Kemana? Ada tidak yang menemani?”
Menggunakan pertanyaan tertutup “kamu dipukul?”
Mengungkapkan asumsi kita karena anak akan
mempercayai cerita kita sebagai kenyataan semata-
mata karena ia belum mampu untuk membedakan
kenyataan dan fantasi “ibu tahu kamu dipukul sama
bapak kamu kan? Ini nih, ada biru-biru kamu pasti di
cubit sampai kayak begini”
PROSES BERTANYA
 Anak usia SD 6 – 12 tahun
 Berikan waktu yang lebih lama untuk menjalin
hubungan Mulailah dengan membicarakan hal-hal yang
akrab (acara tv, tokoh idola, mainan kesukaan)
Dengarkan denganempati Biarkan anak yang memulai
dan memimpin pembicaraan . Jika anak sulit untuk
bercerita berikan pertanyaan yang menyediakan pilihan
jawaban “mmm.. jadi kamu di bawa ke tempat yang
kamu tidak kenal. Berapa orang yang membawa kamu?
Satu orang? Dua orang? Tiga orang?” Ulang pertanyaan
atau ganti dengan kata-kata baru jika anak tidak
menjawab Ungkapkan kembali perasaan yang
dikatakan oleh anak “jadi kamu merasa marah karena
temankamu meninju Proses Bertanya
PROSES BERTANYA

 Remaja 13 – 18 tahun
 Berikan waktu yang lebih untuk menjelaskan kerahasiaan pembicaraan,
biarkan anak betul-betul mengerti dan merasa yakin Tunjukkan rasa
hormat dengan mendengarkan pendapat remaja “menurut kamu apa yang
membuat mereka memukul kamu?” Tanya pendapat mereka apa altenatif
solusi bagi permasalahan mereka Identifikasi kecenderungan untuk bunuh
diri
PERTOLONGAN PSIKOLOGIS
AWAL (PFA )
PFA Meliputi :

 Memperikan rasa aman dan tempat berlindung.


 Menyediakan rasa aman
 Bila memungkinkan, hubungkan pasien dengan keluarga
atau orang lain yang dapat membuat nya nyaman.
 Mengajak pasien untuk mengingat dukungan-dukungan
yang dapat di perolehnya.
KONSELING KRISIS

Teknik-teknik konseling krisis Model ABC


 Arousal
Yaitu menenangkan, membantu bernafas, bantuan darurat.
 Behavior (panik)
Memantau pasien agar tetap tenang memelihara situasi
aman, melakukan asesmen.
 Cognitive (pikiran kosong)
Memberi nasehat, menerangkan situasi atau
memperhatikan ganggua fisik yang mungkin di alami

Anda mungkin juga menyukai