Anda di halaman 1dari 3

Nama: Aulia Lika Nadila

NIM: 30190119109

PENDAHULUAN PORTOFOLIO
Saya, Aulia Lika Nadila salah satu mahasiswa profesi keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Santo Borromeus. Sebelumnya saya sudah pernah praktik mengenai keperawatan jiwa,
tentunya banyak pengalaman baru yang saya dapatkan. Waktu pertama saya praktik keperawatan
jiwa pada tingkat 3 semester 5, pertama kali praktik saya merasa takut karena banyak hal, salah
satunya saya harus berkomunikasi dengan orang yang memiliki gangguan jiwa, tetapi saya tetap
berusaha dan meyakini diri sendiri bahwa saya harus bisa tidak boleh takut. Setelah hari pertama
saya menjalani praktik keperawatan jiwa, saya merasa senang karena pasien saya terbuka dengan
saya, pasien saya menceritakan semua tentang kehidupannya sampai alasan kenapa bisa di
masukkan ke tempat yang sekarang mereka tempati. Disisi lain juga saya merasa kagum dengan
pasien-pasien jiwa, karena masih ada sebagian dari mereka yang merasa bahagia, menceritakan
kisah hidupnya dengan cara bernyanyi, menggambar, ataupun mewarnai. Terkadang saya juga
merasa sedih dengan kondisi mereka yang jauh dari keluarganya, termasuk pasien yang saya kelola
bercerita bahwa dia berharap ingin sekali pulang dan bisa berkumpul kembali dengan keluarganya,
dari mereka saya banyak belajar untuk menysukuri keadaan saya saat ini, saya belajar menghargai
perasaan dan menghormati orang lain tanpa memandang apapun.

Tujuan yang ingin saya capai dalam praktik profesi keperawatan yakni dengan kemampuan
dan pengetahuan yang saya miliki, saya ingin merawat pasien gangguan jiwa dengan semaksimal
mungkin, saya mengerjakan tugas-tugas dengan baik serta mengumpulkan dengan tepat waktu.

Selama praktik keperawatan jiwa ini saya mengalami peningkatan kemampuan khususnya
dalam membina hubunga saling percaya, serta cara berkomunikasi dengan baik, dan menggali
masalah yang mereka alami, terbukti dengan saya sudah mengkaji 2 pasien, saya tidak merasa ada
kesulitan atau masalah-masalah yang menghambat tugas saya. Hingga akhirnya saya bisa
memenuhi tuntutan akademik yakni membuat pengkajian dan mendokumentasikan asuhan
keperawatan dengan baik. Selama praktik di stase jiwa ini saya banyak mendapat pengalaman yang
berharga bagi profesi saya sebagai seorang perawat. Saya dibimbing untuk bisa berkomunikasi
terapeutik dengan orang-orang yang memiliki ganguan jiwa. Menurut saya pribadi, hal ini sangat
berguna bagi pelayanan saya nantinya, dimana sorang perawat harus bisa berkomunikasi dengan
baik dengan pasien-pasienya, menggali masalah yang dialami pasien, serta memberikan solusi
ketika pasien bercerita dan mengalami suatu masalah. Pada stase jiwa ini juga saya diajarkan
berpikir kritis unuk menentukan diagnosa pasien tersebut. Beberapa pembelajaran ini tentunya
sangat memberi peningkatan pada kemampuan saya untuk mencapai suatu tujuan.

Selama saya berpraktik di Rumah Pemulihan Soteria dan Rumah Sakit Jiwa Cisarua,
banyak kegiatan-kegiatan yang saya lakukan baik itu secara pribadi maupun secara kelompok.
Adapun tugas yang harus dilakukan disana yaitu membina hubungan saling percaya dengan pasien,
menggali masalah pasien, membuat strategi pelaksanaan tindakan keperawatam (SPTK),
menentukan diagosa keperawatan, memberikan intervensi (SP) sesuai diagnose pasien tersebut,
dan membuat terapi aktivitas kelompok (TAK). Semua tugas-tugas ini sangat bermanfaat bagi saya
karena dalam ilmu keperawatan jiwa saya diajarkan untuk peduli satu sama lain dengan cara
bagaimana kita bisa menggali masalah pasien sampai melakukan strategi untuk bisa mengontrol
pasien ke arah yang lebih baik. Kegiatan aktivitas kelompok (TAK) mengajarkan saya untuk bisa
menghargai dan mendengarkan satu sama lain, dimana kamimempunyai beberapa tujuan yang
sama yaitu untuk membangkitkan kemajuan fungsi kognitif dan afektif, meningkatkan
keterampilan hubungan interpersonal atau sosial.

Selama praktik stase jiwa, banyak tugas yang harus diselesaikan. Menurut saya, tugas yang
sulit bagi saya yang pertama adalah menggali masalah pasien, Karena tidak semua pasien bisa
terbuka dengan orang yang pertama kali ia kenal. Tetapi kesulitan tersebut tidak membuat saya
menyerah begitu saja, karena saya ingat sebelum dines di hari pertama kami diberikan materi oleh
CI di RSJ dan beliau berkata “jika pasien tidak mau bicara terus dekati, tidak apa-apa dengan
waktu yang singkat pun, asalkan sering”.

Pertama kali saya memulai belajar praktik profesi yaitu di STIKES Santo Borromeus dan
setelah lulus Sarjana Keperawatan. Strategi yang saya gunakan untuk belajar yakni strategi
membaca dan mendengar apa yang disampaikan orang-orang mengenai keperawatan jiwa, dengan
strategi ini saya lebih bisa untuk belajardan memahami pembelajaran khususnya tentang kep jiwa.
Selama saya mengerjakan tugas praktik profesi jiwa, saya tentunya mencari sumber-sumber yang
didapatkan dari buku, internet, serta masukan dari dosen, dan CI. Menurut saya proses yang paling
mudah dari praktik profesi jiwa ini adalah membuat SPTK, karena proses tersebu diulang-ulang
setiap harinya dan harus diberikan kepada pasien saya. Proses yang paling sulit dari praktik jiwa
ini adalah menggali masalah pasien karena tidak semua orang ingin mencerita tentang masalahnya
dan butuh waktu yang cukup panjang.

Selama menjalani praktik jiwa ini, masih ada hal-hal yang belum dipahami yakni pertama
mengeai komunikasi terapeutik, saya ingin belajar lebih lanjut tentang komter ini karena selama
saya praktik ini saya masih belum terlalu bisa untuk menggali masalah pasien dengan dalam dan
mengenai kasus-kasus kejiwaan yang sering dialami oleh pasien, saya ingin belajar lagi agar bisa
memahami penyakit pasien dengan maksimal sehingga saya dapat mengkaji, mengobservasi, dan
memberikan intervensi dengan tepat.

Selama berpraktik jiwa 2 minggu, saya mendapat strategi baru yakni teknik dalam
membuat TAK, karena awalnya saya berpikir TAK itu hanya seperti permainan biasa, ternyata
tidak TAK juga bisa berisi materi-materi tentang penyakit atau masalah yang dialami oleh pasien
tentunya. Buktinya, pada states jiwa ini kami berkolompok membuat TAK, dan saya yang menjadi
leadernya, TAK kelompok kami berbicara menganai perilaku kekerasan dan five moment hygiene.
Dalam sesi itu membahas tentang strategi pelaksanaan perilaku kekerasan dari strategi 1 sampai
4. Hal-hal yang ingin saya elajari atau kuasai dalam belajar praktik profesi yakni belajar mengkaji,
dan belajar lagi cara pendokumentasian asuhan keperawatan yang tepat.

Saya juga mendapat pujian dari pasien kelolaan saya Ny. S mengatakan bahwa saya suster
yang ramah akan senyuman setiap harinya dan ketika saya terminasi hari terakhir saya berdines di
RSJ pasien saya mendoakan saya agar bisa cepat lulus profesinya, disitu saya merasa senang dan
merasa begitu termotivasi untuk terus bisa menjadi perawat yang bisa memberikan senyuman
dengan tulus untuk semua pasien.

Anda mungkin juga menyukai