Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN SATUAN ACARA PENDAHULUAN

DIIT NUTRISI PADA PASIEN CKD ON HD


DI RUANG HEMODIALISA
RUMAH SAKIT ABDUL MOELOEK

Disusun oleh :
Kelompok K4A

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MITRA LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PEMBERIAN DIET NUTRISI PADA PASIEN HD
DI RUANG HEMODIALISA
RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG

A. Latar belakang
Dialisis merupakan suatu terapi pengganti ginjal yang dilakukan apabila ginjal pasien
sudah tak bisa berfungsi optimal untuk mempertahankan cairan, elektrolit, dan
membuang sisa-sisa metabolisme dari tubuhnya. Menurut data yang dikumpulkan the
National Health and Nutrition Examination Survey, terdapat sekitar 11,5% dari
keseluruhan penduduk yang berusia 20 tahun keatas di Amerika Serikat yang
membutuhkan terapi ini. Ironisnya, hanya sebagian kecil dari nilai estimasi tersebut
yang benar-benar menjalani terapi hemodialisis dikarenakan berbagai alasan. Pada
tahun 2006, pemerintah Amerika mengestimasi sekitar $33.61 miliar yang telah
dikeluarkan untuk menjalankan program ini.

Pasien-pasien dialisis kebanyakan menjalankan terapi ini di rumah sakit. Tetapi, tidak
sedikit dari pasien tersebut yang menjalankan terapi ini di rumah. Terdapat sekitar
354,754 pasien di Amerika yang menjalani terapi dialisis, 325,229 diantaranya
menjalankan terapi hemodialisis di rumah sakit, 2,455 menjalankan terapi
hemodialisis di rumah mereka, dan 26,114 sisanya menjalankan terapi peritoneal
dialisis (NKUDIC, 2009). Pada dekade terakhir, dialisis sebagai terapi pengganti
ginjal mendapat sambutan hangat di berbagai negara karena dapat meningkatkan
harapan hidup pasien. Namun, ternyata dialisis tidak sepenuhnya mengembalikan
kualitas hidup penderita seperti semula.

Menurut United States Renal Data System (2009) dalam Mailloux dan Henrich (2009)
walaupun dialisis berkala mencegah kematian akibat uremia, rendahnya harapan
hidup pasien masih menjadi suatu permasalahan, bahkan di negara maju sekalipun.
Saat terapi pengganti ginjal sudah dimulai, rentang harapan hidup pasien yang
dilaporkan adalah sekitar 8 tahun (tergantung ras) untuk pasien dialisis berumur 40
sampai 44 tahun, dan sekitar 4,5 tahun untuk pasien yang berumur 60 sampai 64
tahun. Angka ini hanya Universitas Sumatera Utara sedikit lebih baik dari angka
kematian akibat kanker paru dan jauh lebih buruk dibanding populasi umum yang
memiliki harapan hidup 30 sampai 40 tahun untuk umur 40 sampai 44, dan 17 sampai
22 tahun untuk umur 60 sampai 64. Di Indonesia sendiri, ada dua pilihan untuk
menjalani terapi pengganti ginjal, yaitu hemodialisis (HD) dan dialisis peritoneal
(DP). Namun kendala pada program DP di Indonesia seperti (1) biaya DP per bulan
masih lebih mahal daripada HD dan (2) sanitasi lingkungan dan tingkat pendidikan
untuk sebagian besar pasien merupakan faktor yang tidak menunjang program ini,
membuat HD sebagai program pilihan terapi pengganti ginjal utama.

Pasien hemodialisis mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah karena


kebanyakan dari pasien hemodialisis adalah pasien produktif yang berusia antara 20-
60 tahun. Dengan adanya penurunan pada fungsi ginjal, atau bahkan mengalami
kegagalan, tidak hanya kualitas hidup menurun, pengobatan seumur hidup juga
memakan biaya yang tidak sedikit. Penurunan dari kualitas hidup ini dapat
mengakibatkan penurunan devisa negara.

Meskipun pasien bisa bertahan hidup dengan bantuan mesin hemodialisis, namun
masih menyisakan sejumlah persoalan penting sebagai dampak dari penyakit dan
hemodialisis. Diperkirakan 50%-70% penderita dialisis menunjukkan tanda dan gejala
malnutrisi. Gejala malnutrisi tergantung pada petanda nutrisi yang digunakan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi (kurangnya asupan nutrisi, peningkatan nutrisi yang
hilang, dan katabolisme yang meningkat). Dibutuhkan kerjasama antara dokter,
perawat, dan ahli gizi dalam edukasi perubahan pola diet antara masa sebelum dan
sesudah menjalani dialisis, penatalaksanaan kebutuhan nutrisi, serta mengatasi faktor-
faktor yang ikut berperan dalam terjadinya malnutrisi.

Adanya status nutrisi yang buruk akan menyebabkan penderita malaise, fatigue,
rehabilitasi jelek, penyembuhan luka terganggu, kepekaan terhadap infeksi
meningkat, dan angka rawat tinggal serta mortalitas meningkat (Nerscomite, 2010).

B. Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah
C. Tujuan
a) Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan Klien dapat memahami
diit nutrisi yang tepat pada pasien HD dan dapat diterapkan di kehidupan
sehari-hari.
b) Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan klien dapat :
1. Menjelaskan Gamabaran Umum Hemodialisa
2. Pengaturan Makan Untuk Pasien Hemodialisa
3. Menyebutkan Tujuan Diet
4. Menyebutkan Makanan Yang Dianjurkan
5. Menyebutkan Makanan Yang Tidak Dianjurkan/ Dibatasi

D. Pelaksanaan
1. Topik : Pemberian diit Nutrisi pada pasien gagal ginjal kronik
2. Metode : Ceramah dan tanya jawab/diskusi
3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari : Sabtu
b. Tanggal : 11 Januari 2020
c. Jam : 10.00
d. Tempat : Ruang Hemodialisa
4. Media
Lembar balik dan Leaflet
5. Pengorganisasian :
Ketua Pelaksana : M.Ferianta
Moderator : Angga Setiawan
Penyaji : Desi Oktavianasari
Fasilitator : Linda Meliyantika
6. Setting Tempat
KLIEN KLIEN
CI

P
KLIE
KLIEN KLIEN

Keterangan :
P : Perawat
K : Klien
CI : Ci Ruangan
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi : Pemberian Diit Nutrisi pada Pasien HD


Waktu : 45 Menit
Tempat : Ruang HD
Hari/Tanggal : Sabtu, 11 Januari 2019
Sasaran : Klien dengan masalah diit nutrisi pada pasien HD

A. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan dapat memahami tentang diit
nutrisi pada pasien HD dan dapat menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan klien dapat :
1. Menjelaskan gamabaran umum hemodialisa
2. pengaturan makan untuk pasien hemodialisa
3. Menyebutkan tujuan diet
4. Menyebutkan makanan yang dianjurkan
5. Menyebutkan makanan yang tidak dianjurkan/ dibatasi

B. Materi Penyuluhan (terlampir)


1. Menjelaskan Gamabaran Umum Hemodialisa
2. Pengaturan Makan Untuk Pasien Hemodialisa
3. Menyebutkan Tujuan Diet
4. Menyebutkan Makanan Yang Dianjurkan
5. Menyebutkan Makanan Yang Tidak Dianjurkan/ Dibatasi

C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab/diskusi

D. Sarana Penunjang
1. Media
a. Lembar balik diit Nutrisi pada pasien HD
b. Leafleat diit Nutrisi pada pasien HD

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Kegiatan/Waktu Pemberian Materi Peserta Penyuluhan
Penyuluhan
a. Pembukaan 1). Mengucapkan salam 1). Menjawab salam
( 1 menit ) 2). Memperkenalkan diri 2). Memperhatikan
3). Menyampaikan Tujuan 3). Menyimak
Penyuluhan Kesehatan
tentang pemberian diit
Nutrisi pada pasien HD
b. Pelaksanaan/Kegiatan 1). Menggali Pengetahuan
inti ( 15 Menit) tentang diit nutrisi
2). Menjelaskan Materi
Penyuluhan : gambaran,
pengaturan makan,tujuan,
makanan yang dianjurkan,
dan maakanan yang tidak
dianjurkan
3). Menstimulasi peserta
penyuluhan untuk
menjawab pertanyaan
yang diajukan
4). Memberikan
reinforcement positif atas
partisipasi peserta
penyuluhan
c. Penutup 1). Menyimpulkan Materi 1). Memperhatikan
( 3 menit ) 2). Mengucapkan salam 2). Menjawab salam

E. Evaluasi
Klien mampu memahami tentang diit nutrisi pada pasien HD yang telah disampaikan
meliputi ;
1. Menjelaskan Gamabaran Umum Hemodialisa
2. Pengaturan Makan Untuk Pasien Hemodialisa
3. Menyebutkan Tujuan Diet
4. Menyebutkan Makanan Yang Dianjurkan
5. Menyebutkan Makanan Yang Tidak Dianjurkan/ Dibatasi
LAMPIRAN MATERI
A. Gambaran Umum Hemodialisa
Manajemen pada pasien gagal ginjal tahap akhir salah satu terapinya adalah
hemodialisia. Gagal ginjal adalah tahap akhir dari penyakit ginjal kronik yang ditandai
dengan kerusakan ginjal secara permanen dan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel,
dengan GFR < 5 mL/min/1,73 m2, yang memerlukan renal replacement therapy (RRT)
berupa hemodialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).
Hemodialisa adalah suatu proses pembersihan darah dengan menggunakan ginjal
buatan (dialyzer), dari zat-zat yang konsentrasinya berlebihan di dalam tubuh. Zat-zat
tersebut dapat berupa zat yang terlarut dalam darah, seperti toksin ureum dan kalium,
atau zat pelarutnya, yaitu air atau serum darah (Suwitra, 2006). Kesuksesan hemodialisa
tergantung pada kepatuhan pasien. Pada populasi hemodialisa, prevalensi ketidakpatuhan
cairan 60%, ketidakpatuhan diet 57%, waktu dyalisis terhambat 19%, ketidakpatuhan
obat 9% (Griva, 2011). Pasien hemodialisa harus membatasi asupan cairan untuk
mencegah overload cairan karena overload cairan kronis dapat mengakibatkan
hipertensi, akut paru edema, gagal jantung kongestif, dan prematur kematian.
Hemodialisa dapat menyebabkan beberapa komplikasi, karena penyakit yang
mendasari terjadinya penyakit ginjal kronik tersebut atau oleh karena proses selama
menjalani hemodialisa tersebut atau dapat disebut juga komplikasi akut hemodialisa
(Rahardjo et al., 2006).

B. Pengaturan Makanan Untuk Pasien Hemodialisa


Diet yang diberikan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal tahap akhir
dengan terapi pengganti, jika hasil tes klien kreatinin < 15 ml/ menit.

1. Tujuan diet untuk pasien hemodialisa


a. Mencukupi kebutuhan zat gizi sesuai kebutuhan perorangan agar status gizi
optimal.
b. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Menjaga agar penumpukan produk sisa metabolisme protein tidak berlebihan.
d. Pasien mampu melakukan aktifitas normal sehari-hari.

2. Syarat diet
a. Energi 35 kkal/kg BBI/hari
b. Protein 1-1,2 gr/kgBBI/hari, 50% protein bernilai biologi tinggi
c. Lemak normal, yaitu 15-30% dari kebutuhan energi total
d. Karbohidrat cukup 55-75% dari kebutuhan energi total
e. Natrium, yaitu 1 gram + 2 gram bila urine 1 liter/24 jam
f. Kalium, yaitu 2 gram + 2 gram bila urine 1 liter/24 jam
g. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urine/24 jam ditambah 500 ml

3. Makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan pasien hemodialisa


a. Bahan Makanan Dianjurkan
- Bahan makanan sumber karbohidrat: nasi, roti putih, mie, makaroni, spageti,
lontong, bihun, makanan yang dibuat dari tepung-tepungan, gula, madu, sirup,
permen, dll.
- Bahan makanan sumber protein : telur, ayam, daging, ikan, susu (Dalam jumlah
sesuai anjuran).
- Sayur-sayuran : ketimun, terung, tauge, buncis, kacang panjang, kol, kembang
kol, slada, wortel, jamur, dll . (Dalam jumlah sesuai anjuran).
- Buah-buahan : nanas, pepaya, jambu biji, sawo, pear, strawberi, apel hijau,
anggur, jeruk manis, dll. (Dalam jumlah sesuai anjuran).
(Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi Klinik, 2011)

b. Bahan Makanan Tidak Dianjurkan/ Dibatasi


- Bahan makanan tinggi kalium bila hiperkalemia : singkong, kentang, havermout,
ubi, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, bayam, daun pepaya, daun
singkong, kembang kol, jantung pisang, kelapa, pisang, alpokat, apel merah, duku,
durian, belimbing. nangka, coklat, santan.
- Hindari/batasi makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi, udema dan asites.
Bahan makanan tinggi natrium diantaranya adalah garam, vetsin, penyedap
rasa/kaldu kering, makanan yang diawetkan, dikalengkan dan diasinkan, minuman
bersoda.
- Air minum dan kuah sayur yang berlebihan. Tips mengendalikan air minum:
masukan air kadalam botol sesuai kebutuhan sehari, mengatasi rasa haus (cobalah
permen, 1 slice jeruk manis, permen, air dingin/batu es, berkumur, atau mandi),
kurangi garam, gunakan bumbu-bumbu.

c. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan


- Makanlah secara teratur, porsi kecil sering.
- Untuk membatasi banyaknya jumlah cairan, masakan lebih baik dibuat dalam
bentuk tidak berkuah misalnya: ditumis, dikukus, dipanggang, dibakar, digoreng.
- Bila ada edema (bengkak di kaki), tekanan darah tinggi, perlu mengurangi garam
dan menghindari bahan makanan sumber natrium lainnya.
- Makanan tinggi kalori seperti sirup, madu, permen, dianjurkan sebagai penambah
kalori, tetapi hendaknya tidak diberikan dekat waktu makan, karena mengurangi
nafsu makan.
- Agar meningkatkan cita rasa, gunakanlah lebih banyak bumbu-bumbu seperti
bawang, jahe, kunyit, salam, dll
- Cara untuk mengurangi kalium dari bahan makanan : cucilah sayuran, buah, dan
bahan makanan lain yang telah dikupas dan dipotong-potong kemudian rendamlah
bahan makanan dalam air pada suhu 50-60 derajat celcius (air hangat) selama 2
jam, banyaknya air 10 kali bahan makanan. Air dibuang dan bahan makanan dicuci
dalam air mengalir selama beberapa menit. Setelah itu masaklah. Lebih baik lagi
jika air yang digunakan untuk memasak banyaknya 5 kali bahan makanan.
(Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi Klinik, 2011)

d. Contoh Menu sehari


Misalnya:
Pasien (laki-laki) berusia 60 tahun, TB 165 cm, BB 55 kg.
Energi = 35 x 55 = 1925 kkal
Protein = 1 x 55 = 55 g (11,4%)
Lemak = 25% x 1925/9 = 53.5 g
KH = 63,6% x 1925/4 = 306, 1 g
Menu sehari
Jumlah
Waktu Menu
Gram URT
Nasi 100 ¾ gls
Semur telur 55 1 btr
Makan Pagi Tumis wortel 50 ½ gls
Pepaya 110 1 ptg bsr
Susu hangat 20 4 sdm
Selingan Pagi Puding 120 1 ptg sdg
Nasi 150 1 ¼ gls
Rolade daging 35 1 ptg sdg
Makan Siang
Capcay 100 1 gls
Apel malang 75 1 bh sdg
Selingan Sore Kue talam 50 2 bh sdg
Nasi 100 ¾ gls
Ayam bb kuning 40 1 ptg sdg
Makan Malam
Sup sayuran 50 ½ gls
Jeruk manis 110 1 bh bsr
Keterangan : URT = Ukuran Rumah Tangga

Anda mungkin juga menyukai