Anda di halaman 1dari 7

REFLEKSI KASUS

STASE KEPERAWATAN JIWA

DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEROJO MAGELANG

DI SUSUN OLEH :

Vernando Sihotang

20184030064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
1. Identifikasi kasus
Stase keperawatan jiwa merupakan stase dimana kita diharuskan melakukan
asuhan keperawatan pada pasien yang memiliki masalah dalam jiwanya.
Selama menjalani stase di RSJ magelang sampai saat ini banyak pengalaman
dan ilmu yang sudah saya dapatkan. Salah satu pengalaman yang menarik
dan membuat saya deg-degan yaitu saat ada salah satu pasien yang tingkat
emosinya meningkat. Semua itu berawal dari ketika pasien tersebut ingin
berusaha kabur untuk pulang kerumah. Disitu saya sempat mencari-cari
pasien tersebut dan sampai selang beberapa waktu pasien ketemu dan
dibawa kembali ke bangsal. Sesampainya di bangsal perawat memberikan
edukasi pada pasien untuk tidak mengulanginya. Akan tetapi, pasien tersebut
emosinya meningkat dengan berbicara keras. Disisi lain perawat yang
melakukan edukasi tersebut juga meningkatkan nada bicaranya sehingga
terjadi ketegangan dikedua sisi yang membuat saya kawatir akan terjadinya
sesuatu yang tidak diinginkan. Setelah it, perawat yang lain langsung dengan
sigap membantu memegangi pasien dan dibawa masuk ke kamar untuk
dilakukan restrain.

2. Eksplorasi Perasaan
Perasaan yang saya rasakan saat kejadian tersebut adalah merasa khawatir
dan sempat takut saat kejadian tersebut akan terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan.

3. Hal positif dan negative dari Kejaidan

Hal positif yang didapatkan adalah kejadian tersebut adalah ketika perawat
meninggikan nada bicaranya juga akan membuat sipasien takut dan berpikir
dua kali untuk berbuat sesuatu, akan tetapi hal negatif dari kejadian tersebut
adalah ketika pasien tersebut tidak takut dengan perawatan dia akan merasa
tertantang sehingga emosinya akan bertambah dan ditakutkan terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan.

4. Analisa Kasus
Pendekatan dalam mengendalikan pasien yang mengamuk dilakukan
dalam 3 tahap, yaitu tahap mengajak pasien untuk berbicara, tahap
mengembangkan kerjasama, dan tahap penurunan tingkat agitasinya
(mengamuk).
Ada 4 tujuan dari tindakan pengendalian pasien yang mengamuk:
a. Menjaga keselamatan pasien, keluarga/ staf, dan orang lain yang ada
dilokasi,
b. Membantu pasien mengendalikan emosi dan kecemasannya serta
mengembalikan kemampuan pasien dalam mengontrol perilakunya,
c. Menghindari pemakaian tali atau sabuk untuk mengikat pasien,
d. Menghindari cara cara pemaksaan yang akan meningkatkan amukan
pasien.
Dalam menangani pasien yang mengamuk sebaiknya dilakukan oleh
sebuah team yang sudah terlaltih. Beberapa prinsip yang perlu dilaksanakan
adalah:
1. Jaga jarak, jangan berdiri terlalu dekat dengan penderita yang sedang
mengamuk. Biasanya diperlukan minimal 2 lengan panjang jarak terdekat
dengan penderita. Sebaiknya tidak ada orang yang menghalangi arah ke
pintu/ jalan keluar.
2. Jangan melakukan konfrontasi atau menantang penderita. Jangan
mengeluarkan kata kata atau tingkah laku yang membuat penderita
semakin marah. Jangan menatap matanya secara langsung. Sebaiknya
kita berdiri tidak lurus didepannya (berdiri menyamping).
3. Ajak penderita untuk bicara. Sebaiknya hanya 1 orang yang berbicara
kepada penderita. Bila banyak orang mengajak bicara hanya akan
menimbulkan kebingungan dan membuat penderita semakin marah.
Katakan kepada penderita bahwa disini dia aman dan tidak ada yang
perlu ditakutkan. Sebaiknya ditanyakan kepada pasien apa yang dia
perlukan saat ini.
4. Bicara jelas dan pendek. Bicara pelan, jelas dan dengan kalimat kalimat
pendek. Pesan atau kalimat perlu disampaikan berulang-ulang.
5. Kenali kebutuhan dan keinginan penderita. Dari kata kata dan
perilakunya kita bisa mengenali apa yang dibutuhkan dan diinginkan
penderita.
6. Dengarkan dengan sungguh sungguh apa yang dikatakannya. Perhatikan
apa yang disampaikannya dan anggap apa yang dikatakannya adalah
benar. Dengan cara tersebut maka bahasa tubuh dan perilaku kita akan
dinilai sebagai bersahabat dengan penderita.
7. Setuju atau setuju untuk tidak setuju. Ada 3 cara setuju. Pertama, setuju
benar benar setuju. Kedua setuju secara prinsip. Misalnya: bila penderita
mengeluh karena ada petugas yang menyalahkannya. kita bisa bilang
bahwa “saya setuju bahwa semua orang harus diperlakukan dengan rasa
hormat”. Setuju untuk tidak setuju. Misalnya: penderita marah karena
menunggu terlalu lama untuk ketemu dokter. Maka kita bisa bilang:
orang lain juga pasti akan marah. Sebaiknya dibuat sebanyak mungkin
“persetujuan” dengan penderita yg sedang marah.
8. Sampaikan ketentuan dan peraturan yang harus diikuti. Ketentuan dan
peraturan perlu secara jelas disampaikan kepada penderita. Melukai diri
sendiri atau orang lain adalah perilaku yang tidak bias diterima atau
dibenarkan. Bila perlu harus pula disampaikan bahwa bila dia melukai
orang lain, maka polisi akan dipanggil untuk menangkap dan
memasukkannya ke penjara. Hal tersebut disampaikan sebagai sebuah
fakta atau ketentuan, tanpa perlu ada unsur mengancam atau menakut-
nakuti.Batas batas yang jelas antara perilaku yang tidak boleh dilakukan
harus disampaikan secara jelas agar tidak keluarga/ petugas tidak
dimanipulasi atau diakali oleh pasien.
9. Berikan berbagai pilihan dan optimisme. Bagi penderita yang hanya
punya dua pilihan, yaitu melawan atau melarikan diri, maka memberikan
pilihan lain akan sangat membantu. Sesegera mungkin memberikan
pilihan (diluar melakukan kekerasan) kepada penderita dan lakukan
tindakan persahabatan (menawarkan makanan atau minuman). Pilihan
yang ditawarkan harus sesuai konteks dan bias dilaksanakan. Tujuannya
adalah agar membuat penderita menjadi lebih tenang.
10.Berikan penjelasan singkat kepada penderita dan keluarga bila diperlukan
tindakan paksa (mengikat pasien atau memberi suntikan). Bila tindakan
paksaan terpaksa harus dilakukan maka setelah hal tersebut dilakukan
harus segera diberikan penjelasan kenapa hal tersebut perlu dilakukan.

5. Kesimpulan

kesimpulan dari kasus ini adalah seorang perawat dalam menangani pasien
yang sedang marah diusahakan tetap tenang agar kemarahan pasien juga
menurun dan tidak menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan. Dan untuk
tindak lanjut pada kasus ini adalah akan mendiskusikan lebih lanjut tentang
penanganan pasien marah pada perawat.
Daftar Pustaka

Setiaji, W. (2014). Mengendalikan Pasien yang Mengamuk

Anda mungkin juga menyukai