Anda di halaman 1dari 12

Lembaran Kerja 2

Komunikasi Efektif Pada Pasien Palliatif Dan Keluarga


Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu melakukan roleplay komunikasi pada pasien palliatif dan keluarga: menyampaikan
berita buruk.

Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu mensimulasikan/ roleplay komunikasi kepada
pasien atau keluarga dalam konteks palliatif care dengan baik: menyampaikan berita buruk.
Kegiatan sebelum praktikum
1. Coba saudara jelaskan apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif pada pasien palliatif?

Komunikasi efktif adalah komunikasi yang direncanakan dengan sadar dan bertujuan dan
kegiatan berfokus pada peningkatan kualitas hidup pasien. Dalam menghadapi pasien paliatif
perawat munggunakan komunikasi terapeutik dengan membangun hubungan saling percaya
antara klien, perawat dan keluarga. Dalam berkomunikasi gunakan komunikasi terbuka , jujur,
dan menunjukkan rasa empati. Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka, amati respon
verbal dan non-verbal pasien-keluarga. Apabila pasien menghindari topik pembicaraan, diam
dan menolak bicara perawat harus mengizinkan dan katakan pada pasien untuk
mengungkapkan perasaannya dilain waktu.

2. Menurut saudara apa saja yang harus diperhatikan dan dipersiapkan saat memberitahu berita
buruk pada pasien dan keluarga?

Berita buruk langsung disampaikan diawal percakapan . Perawat tidak melakukan


berbagai aksi menghindar
Perawat menyampaikan berita dalam kalimat sesingkat mungkin, namun dalam kalimat
tersebut perawat harus menampakkan empattinya terhadap perasaan klien.
Nada berbicara perawat harus menunjukkan bahwa perawat menghayati perasaan klien.
Mengucapkan kata-kata simpati
Memberi pilihan bahwa yang dapat klien tempuh oleh klien untuk menghadapi
persoalan yang sedang klien alami.
Kegiatan selama praktikum

Menyampaikan Berita Buruk:


Berita buruk adalah berita (informasi) yang secara drastis dan negatif mengubah pandangan hidup
pasien tentang masa depannya. Berita buruk sering diasosiasikan dengan suatu diagnosis terminal,
namun seorang dokter keluarga mungkin akan menghadapi banyak situasi yang termasuk dalam bagian
berita buruk, seperti hasil USG seorang ibu hamil yang menunjukkan bahwa janinnya telah meninggal,
pasien di diagnosa menderita kanker stadium empat, kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan
anorgan tubuh atau pasien menderita penyakit kronik lainnya.

Menyampaikan berita buruk pada pasien adalah salah satu tanggung jawab seorang petugas medis yang
harus dikerjakan dalam praktek pelayanan kesehatan. Menyampaikan berita buruk merupakan
keterampilan komunikasi yang penting dan menantang. Terdapat kewajiban secara sosial dan moral bagi
petugas medis untuk bersikap sensitif dan tepat dalam menyampaikan berita buruk. Secara medikolegal
petugas medis berkewajiban menyampaikan atau menginformasikan diganosis yang secara potensial
berakibat fatal. Jika petugas medis tidak menyampaikan dengan tepat, komunikasi tentang berita buruk
akan berakibat pada munculnya perasaan ketidak percayaan, kemarahan, ketakutan, kesedihan atau pun
rasa bersalah pada diri pasien. Hal-hal tersebut dapat berefek konsekuensi emosional jangka panjang
pada keluarga pasien.

Tujuan melakukan komunikasi efektif:


1. Memberikan informasi yang dimengerti sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasien
2. Mendukung pasien dengan ketrampilan untuk mengurangi dampak emosional
3. Mengembangkan strategi dalam bentuk rencana pengobatan dengan masukan dan kerjasama
pasien.

Strategi penyampaian berita buruk:


Menurut Buckman’s 6-step guide dalam menyampaikan berita buruk yang dikenal dengan singkatan
“S.P.I.K.E.S.”
S – etting, listening Skills
P – atient’s Perception
I – nvite patient to share Information
K – nowledge transmission
E - xplore Emotions and Empathize
S – ummarize & Strategize

Setting, Listening Skills


Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, perlu adanya persiapan untuk menjamin kelancaran
penyampaian informasi kepada pasien, sebagai berikut:
a. Persiapkan diri sendiri
Dokter/ perawat sebagai penyampai ‘bad news’ mempersiapkan mental terlebih dahulu agar
tidak ikut larut dalam emosi pasien nantinya, namun tetap berempati sebagaimana mestinya.
b. Perkenalkan diri
Yang harus dihindari: tampak nervous di hadapan pasien, bahkan sebelum menyampaikan kabar
buruk. Tips: siapkan tissue di saku, untuk diberikan pada pasien bila pasien menangis.
c. Privasi pasien
Penyampaian kabar buruk tidak boleh dilakukan di tempat yang ramai atau banyak orang.
Hendaknya dilakukan di tempat tenang yang tertutup seperti kamar praktek ataupun dengan
menutup tirai di sekeliling tempat tidur pasien.
d. Libatkan pendamping
Untuk menghindari kesan kurang baik yang dapat muncul bila pasien dan dokter berada di
tempat tertutup (untuk menjaga privasi), diperlukan satu pendamping. Yang dapat menjadi
pendamping:
- Keluarga terdekat pasien satu saja, apabila terlalu banyak dapat menyulitkan dokter untuk
menangani emosi dan persepsi banyak orang sekaligus.
- Perawat atau ko ass yang ikut terlibat dalam perawatan pasien.
e. Posisi duduk
Posisi pasien dan dokter sebaiknya setara. Dokter menyampaikan kabar buruk dalam posisi
duduk. Tujuan: untuk menghilangkan kesan bahwa dokter berkuasa atas pasien dan memojokkan
pasien Sebaiknya penghalang fisik seperti meja, dihindari. Duduk di sofa jika ada lebih baik.

Listening mode: ON
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya persiapkan kemampuan ‘mendengar’, secara prinsip
meliputi:
- Silence: Jangan memotong kata-kata pasien ataupun berbicara tumpang tindih dengan pasien
- Repetition: Ulangi kata-kata pasien atau berikan tanggapan, untuk menunjukkan
pemahaman terhadap apa yang ingin disampaikan pasien.
- Availability: Dokter harus ada di tempat mulai awal hingga akhir penyampaian kabar buruk.
Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi, seperti ada sms, telepon, , atau aktifkan mode
silent, jika ada tamu minta bantuan pada perawat untuk mengatasi tamu yang mungkin
datang.

2. Patient’s Perception
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya dokter/perawat mengetahui persepsi pasien terhadap:
- Kondisi medis dirinya sendiri: Tanyakan sejauh mana informasi yang pasien ketahui tentang
penyakitnya beserta kemungkinan terburuk yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
- Harapannya terhadap hasil medikasi yang ia tempuh: Tanyakan perkiraan pasien terhadap hasil
medikasi. Tujuan mengetahui kedua aspek tersebut bukan semata-mata untuk mengubah persepsi
pasien agar sesuai dengan kenyataan, melainkan sebagai jalan untuk menilai kesenjangan antara
persepsi dan harapan pasien dengan kenyataan sebagai pertimbangan penyampaian kabar buruk
agar tidak terlalu membuat pasien terguncang.

3. Invitation to share Information


- Tanyakan apakah pasien ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya atau tidak. Apabila
pasien menyatakan diri belum siap, pertimbangkan untuk menyampaikan di waktu lain yang
lebih tepat dan minta pasien untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu.
- Apabila pasien menyatakan ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya, tanyakan sejauh
mana ia ingin tahu, secara umum ataukah mendetail.

4. Knowledge transmission “Penyampaian ‘bad news’”


Sebelum menyampaikan kabar buruk, lakukan ‘warning shot’ sebagai pembukaan katakan pada pasien
bahwa ada ‘kabar buruk’ yang akan disampaikan pada pasien agar pasien tidak kaget.
Cara penyampaian:
- Gunakan bahasa yang sama dan hindari jargon medis.
- Sampaikan informasi sedikit demi sedikit (bertahap)
- Setiap menyampaikan sepenggal informasi, nilai ekspresi dan tanggapan pasien, beri waktu
pasien untuk bertanya ataupun sekedar mengekspresikan emosinya. Bila kondisi pasien tampak
memungkinkan untuk menerima informasi tahap selanjutnya, teruskan penyampaian informasi.
Bila pasien tampak sangat tergunjang hingga tidak memungkinkan untuk menerima lebih banyak
informasi lagi, pertimbangkan penyampaian ulang kabar buruk di lain waktu sambil
mempersiapkan pasien.
- Sampaikan dengan intonasi yang jelas namun lembut, tempo yang tidak terlalu cepat dengan jeda
untuk member kesempatan pada pasien dalam mencerna kalimat yang ia terima.

5. Explore Emotions and Empathize


- Amati selalu ekspresi dan emosi pasien serta apa yang mendasari perubahan emosinya (informasi
mana yang merubah emosinya), nilai sejauh mana kondisi emosi pasien.
- Tunjukkan pengertian atas kondisi emosi pasien. Dalam hal ini, menunjukkan pengertian tidak
diartikan sebagai ‘mengerti apa yang dirasakan pasien’, namun lebih pada ‘dapat memahami
bahwa apa yang dirasakan pasien saat ini adalah sesuatu yang dapat dimaklumi’.

6. Summarize and Strategize


- Di akhir percakapan, review kembali percakapan secara keseluruhan: simpulkan ‘kabar buruk’
yang tadinya disampaikan secara bertahap (sedikit demi sedikit).
- Simpulkan juga tanggapan yang diberikan pasien selama kabar buruk disampaikan, tunjukkan
bahwa dokter mendengarkan dan mengerti apa yang disampaikan pasien.
- Berikan pasien kesempatan bertanya
- Berikan feed back
- Diskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk yang telah disampaikan pada pasien

Berikut Protokol enam langkah untuk menyampaikan berita buruk:

1.Persiapan  Pilih ruangan yang menjamin privacy, dan usahakan baik dokter,
perawat maupun pasien bisa duduk dalam posisi yang nyaman.
 Tanyakan pada pasien apakah dia menghendaki ada orang lain yang
menemaninya, apakah suami / istri, anak, atau keluarga lainnya. Biarlah
pasien sendiri yang memutuskan.
 Mulailah dengan memberikan pertanyaan seperti: “Bagaimana
perasaan anda sekarang ?“.
(Pertanyaan ini untuk mulai melibatkan pasien dan menunjukkan pada
pasien bahwa percakapan selanjutnya adalah percakapan dua arah. Pasien
tidak hanya mendengarkan dokter bicara).
2 Mencari Tahu Mulailah mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi dari pasien
Sebanyak Apa supaya anda dapat mulai memahami.
Informasi Yang  Apakah pasien sudah tahu mengenai penyakitnya/ situasinya. Contoh :
Sudah Dimiliki "Saya menderita kanker paru-paru, dan saya memerlukan
Pasien pembedahan".
 Seberapa banyak dia tahu ? Darimana dia tahu ? ("dokter A
mengatakan ada sesuatu kelainan yang ditemukan di foto roentgen
dada saya")
 Tingkat pengetahuan pasien ("Dok, saya terkena Adenocarcinoma
T2N0 ")
 Situasi emosional pasien ("Saya takut jangan – jangan saya terkena
kanker, Dok … sampai – sampai seminggu ini saya jadi susah tidur").
 Terkadang pasien atau keluarga pasien (orang tua pada pasien anak)
mungkin tidak bisa menjawab atau merespon pertanyaan anda, dan
mungkin memang tidak mengetahui sama sekali mengenai penyakit
mereka.
 Pada kasus–kasus seperti itu, teknik yang bisa digunakan untuk
menstimulasi diskusi adalah dengan menanyakan kembali tentang hal –
hal yang sudah mereka ketahui seperti riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan atau hasil test yang telah dilakukan sebelumnya.
3 Mencari Tahu  Penting untuk menanyakan pada pasien seberapa detil informasi yang
Seberapa ingin didengarnya. Apakah sangat detil, atau hanya gambaran besarnya
Banyakkah saja ?
Informasi Yang  Perlu diperhatikan bagaimana cara bertanya, dan kemungkinan reaksi
Ingin Diketahui pasien. (Setiap pasien tidak akan sama , bahkan pada pasien yang sama
Pasien kemungkinan akan berubah permintaannya selama dalam satu sesi
percakapan).
 Beberapa pertanyaan yang sering digunakan pada tahap ini misalnya:
“Bapak/ibu, bila nanti situasi atau kondisi/ hasil test menunjukkan
sesuatu yang serius, apakah saya bisa memberitahukan pada anda
mengenai masalah tersebut ?”
“Apakah bapak / ibu ingin saya menjelaskan secara rinci atau hanya
garis besar dari kondisi bapak / ibu sekarang ?”
“Bapak / Ibu, hasil test anda sudah keluar. Apakah saya bisa
menjelaskan pada bapak / ibu, atau bapak / ibu ingin agar saya
menjelaskan kondisi anda pada keluarga ?”
4 BERBAGI  Penting untuk mempersiapkan segala data sebelum anda bertemu dengan
INFORMASI pasien.
 Topik pada tahap ini biasanya adalah mengenai diagnosis, terapi /
penanganan, prognosis, serta dukungan / fasilitas apa saja yang bisa
diperoleh oleh pasien dan keluarganya.
 Berikan informasi dalam potongan kecil, dan pastikan untuk berhenti
menjelaskan (beri jeda di antara potongan – potongan informasi itu)
untuk memastikan bahwa pasien paham dengan yang kita jelaskan.
 Ingatlah untuk menerjemahkan istilah medis ke dalam bahasa Indonesia,
dan jangan mencoba untuk mengajar patofisiologi (jelaskan dengan
lebih sederhana).
 Beberapa contoh bahasa yang bisa digunakan untuk menyampaikan
berita buruk :
“ Pak Harun, saya khawatir bahwa kabar yang akan saya sampaikan
ini adalah kabar yang kurang baik. Hasil test anda ternyata
menunjukkan bahwa anda positif terkena HIV.”
“Bu Siti, mohon maaf saya terpaksa menyampaikan kabar ini. Hasil
biopsi benjolan pada payudara ibu menunjukkan bahwa ibu terkena
kanker payudara.”
“Bu Dinar, hasil test putri anda sudah keluar, dan ternyata hasilnya
tidak seperti yang kita harapkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
putri anda terkena leukemia.”
5 Menanggapi  Jika anda tidak memberikan tanggapan terhadap emosi yang muncul
Perasaan Pasien pada pasien, anda sama saja seperti “meninggalkan urusan sebelum
urusan tersebut selesai ..”. Selain itu Anda juga bisa dianggap sebagai
seorang dokter/perawat yang tidak memiliki kepedulian pada pasien.
Kalimat – kalimat yang bisa digunakan pada tahap ini :
“Saya tahu bahwa hasil ini adalah hasil yang tidak kita harapkan….”
“Saya tahu bahwa kabar ini adalah kabar yang tidak
mengenakkan….”
“Setelah mengetahui hasilnya, kira –kira hal apakah yang bisa saya bantu
?”

6 Perencanaan  Pada titik ini Anda perlu mensintesis rasa kekhawatiran pasien dan isu-
Dan Tindak isu medis ke dalam rencana konkret yang dapat dilakukan dalam rencana
Lanjut perawatan pasien.
 Buatlah rencana langkah – demi langkah dan berikan penjelasan yang
lengkap pada pasien tentang apa saja yang harus dilakukannya pada tiap
langkah, dan apa saja yang mungkin terjadi, dan apa saja yang bisa
membantu mengatasinya bila ternyata muncul hal yang tidak diinginkan.
 Ada baiknya dokter/perawat mencari tahu tentang harapan pasien,
ataupun alasan pertanyaan mereka.
 Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan.
Berikut adalah contoh – contoh kalimat ataupun pertanyaan yang biasa
digunakan :
‘jadi, apa sebenarnya yang menjadi kekhawatiran bapak mengenai
pengobatan ?”
“Jadi situasinya memang demikian, Ibu... Tetapi mungkin masih ada
sesuatu yang bisa saya bantu untuk ibu ?...”
“Jadi ibu ingin mengetahui tentang berapa persen
kemungkinan putra ibu bisa bertahan ?”

CEKLIST MENYAMPAIKAN BERITA BURUK

SKOR BOBOT
0 1 2
No ASPEK KETERAMPILAN YANG
DINILAI
1 Perawat bersikap ramah pada pasien (memperlihatkan bahasa 1
tubuh yang baik).
2 Perawat mempersilahkan pasien masuk dalam ruang yang 1
memberikan privacy yang cukup (sesuai kondisi).
3 Perawat menawarkan pada pasien apakah dia ingin ditemani 1
oleh keluarganya atau siapa pun yang diinginkannya(sesuai
kondisi).
4 Perawat membuka percakapan dan berusaha melibatkan pasien 1
5 Perawat mengajukan pertanyaan pada pasien untuk mengetahui/ 2
mengeksplorasi sampai di mana pasien telah mengetahui
keaadaan dirinya.
(termasuk seberapa tingkat pengetahuan pasien dan situasi
atau keadaan emosi pasien).
6 Perawat menanyakan pada pasien seberapa detil informasi yang 1
ingin didengarnya
7 Perawat memberikan informasi dengan cara yang tepat sesuai 3
diagnosis dan penatalaksanaan, serta sesuai dengan situasi
dan latar belakang pasien beserta keluarganya.
8 Perawat memastikan bahwa pasien paham dengan 1
penjelasannya.
9 Perawat memberikan tanggapan terhadap emosi yang muncul 2
pada pasien
10 Perawat menjelaskan perencanaan terapi dan penanganan sesuai 3
diagnosis.
11 Perawat memastikan apakah pasien (dan keluarganya) paham 1
dengan penjelasan mengenai terapi dan penanganan.
12 Perawat melibatkan pasien dalam merencanakan terapi dan 2
penatalaksanaan selanjutnya.
13 Perawat menjawab pertanyaan tentang prognosis sesuai dengan 3
diagnosis dengan cara yang tepat
14 Perawat memberikan kesempatan pada pasien dan keluarganya 1
untuk mengajukan pertanyaan (di sepanjang wawancara)
15 Perawat menjawab pertanyaan dari pasien (dan keluarganya) 2
dengan perhatian dan sopan (di sepanjang wawancara)
16 Perawat mengakhiri wawancara dengan tepat. 1
Aspek profesionalisme 1 2 3 4
JUMLAH SKOR

Keterangan :
1 Bila tidak dilakukan mahasiswa, atau sudah dilakukan tetapi keliru
2 Bila sudah dilakukan mahasiswa tapi belum tepat (meliputi diagnosis,
prognosis, dan penatalaksanaan)
3 Bila sudah dilakukan mahasiswa dan dianggap tepat (minimal 75% tepat),
meliputi diagnosis, prognosis, dan penatalaksanaan
Nilai akhir = Jumlah Skor x 100

Catatan :
Urutan tindakan (teknik komunikasi) dalam check list bisa berubah (fleksibel), tergantung
jalannya komunikasi antara dokter dan pasien.
Tugas Role play:
Lakukan role play bergantian dengan rekan anda, dan gunakan ceklis yang ada.
Kasus untuk role play :
1. Penyampaian diagnosis Ca Mammae pada seorang ibu rumah tangga berumur 36
tahun.
2. Penyampaian diagnosis Hemiplegia pada pasien cedera tulang punggung(akibat
kecelakaan lalu lintas), laki-laki usia 40 tahun.
3. Penyampaian diagnosis Leukemia pada anak umur 6 tahun (berita disampaikan
pada orang tuanya).
4. Penyampaian diagnosis Gagal Ginjal pada pasien penderita Diabetes kronis umur
60 tahun.
Penyampaian diagnosis Ca Pulmo pada seorang laki-

Anda mungkin juga menyukai