Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

GIVING BAD NEWS

Disusun Oleh :

1. Arnis Prilli D ( P 27220012 102 )


2. Bahariyadi S ( P 27220012 104 )
3. Damasus Cahya A ( P 27220012 105 )
4. Dina Norhadilah ( P 27220012 107 )
5. Febrina Miftakhul R ( P 27220012 113 )
6. Fitri Rahmawati ( P 27220012 114 )

JURUSAN DIV KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

BAB I

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif dalam menyampaikan berita
buruk kepada pasien dan keluarga sangat penting bagi penyediaan perawatan
bermutu pada akhir hidup pasien. Persiapan untuk menyampaikan berita ini
membutuhkan pendekatan yang mencakup rasa nyaman pada akhir masa
hidup pasien, pemahaman lingkup pengalaman dari pasien dan perspektif
keluarga, pemahaman berbagai macam pilihan yang dapat dipilih oleh pasien
dan keluarga (dokter dapat menawarkan pasien dan keluarga mengenai
perawatan mereka, termasuk perawatan rumah sakit), pendekatan terhadap
keterlibatan dokter terhadap perawatan akhir hidup pasien.
Oleh karena itu, dalam mempersiapkan diri untuk menyampaikan berita buruk
kepada pasien dan keluarga, pertama-tama kita harus memperhatikan pikiran,
perasaan, dan persepsi kehidupan dan kematian dan peran kita dalam proses
tersebut.
Pikiran kita sendiri dan perasaan tentang pertanyaan ini secara tidak sadar
akan mempengaruhi pendekatan kami untuk perawatan pasien. Meluangkan
waktu untuk berpikir tentang hal ini dan berusaha untuk mengenal diri sendiri
adalah cara yang tepat. memposisikan diri kita jika hal tersebut (giving bad
news) dialami oleh kita, dengan adanya tindakan tersebut kita lebih tau
bagaimana perasaan yang dialami oleh keluarga pasien yang mana dialami
oleh kita sendiri. Setelah selesai, dokter dapat memilah-milah dan memonitor
perasaan dokter yang dapat mempengaruhi kemampuan dokter untuk
berkomunikasi dengan nyaman pasien dan keluarga.
Kenyamanan dokter atau ketidaknyamanannya dapat mempengaruhi
pengalaman pasien. Kemampuan dokter untuk memproyeksikan kenyamanan
dan kepercayaan diri mendukung pasien dan keluarga saat berkomunikasi
untuk menawarkan harapan, mendukung dan menjamin kenyamanan pasien.

2
Dokter menjadi lebih terbuka terhadap pikiran dan perasaan pasien dan
keluarga, sehingga membantu mereka dalam membuat pilihan terbaik bagi
mereka.

B. Tujuan

1. Mengumpulkan informasi dari pasien (dokter tahu tentang pengetahuan


pasien, harapan dan kesiapan pasien untuk mendengar berita buruk)
2. Memberikan informasi yang dimengerti sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan pasien
3. Mendukung pasien dengan ketrampilan untuk mengurangi dampak
emosional
4. Mengembangkan strategi dalam bentuk rencana pengobatan dengan
masukan dan kerjasama pasien

BAB II

ISI

A. Definisi Bad News

3
Berita buruk adalah setiap berita yang secara serius dan secara negatif
mengubah pandangan pasien akan masa kini dan masa depannya (Buckman).
Menentukan elemen pusat dari berita buruk dan mencoba mengidentifikasi
informasi yang sudah didapat baik dari dokter ataupun perawat apa yang
membuat berita tersebut menjadi sesuatu yang buruk bagi pasien sangat
penting. Pada dasarnya, dampak berita buruk sebanding dengan efeknya
dalam mengubah harapan pasien. Semua berita buruk memiliki konsekuensi
yang merugikan bagi pasien dan keluarga. Pada gilirannya, ini mengarah pada
dua prinsip penting.

Pertama, "keburukan" dari berita tersebut adalah kesenjangan antara harapan


pasien dan realitas medis. Kedua, sebagai seorang dokter, kita tidak bisa tahu
bagaimana pasien akan bereaksi terhadap berita buruk sampai kita
memastikan persepsi mereka tentang situasi klinis mereka.

B. Pentingnya Keterampilan Menyampaikan Bad News


Bagaimana pasien merespon berita buruk dapat dipengaruhi oleh konteks
psikososial pasien. Ada dua perspektif yang dapat dipertimbangkan
sehubungan dengan pentingnya keterampilan ini. Kedua perspektif itu
meliputi perspektif pasien dan perspektif dokter.

Perspektif pasien :

1. Pasien seringkali memiliki kenangan menerima berita buruk


2. Pengalaman negatif dapat memiliki efek kecemasan dan depresi
3. Membantu adaptasi terhadap penyakit dan mempererat hubungan pasien-
dokter

Perspektif dokter :

Dokter biasanya belajar untuk menyampaikan berita buruk kepada pasien


melalui pengalaman dan dengan melihatdokter-dokter senior. Kelihatannya

4
mungkin bisa untuk memperoleh keterampilan hanya dengan menonton
senior. Namun pada kenyataannya, hal ini tidak akan terjadi. Oleh karena itu,
kemampuan dalam menyampaikan berita buruk dapat membantu kinerja
dokter.

Hasil dari sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Fallowfield et al pada


Februari 2002 menunjukkan bahwa masalah komunikasi ahli onkologi senior
tidak dapat diselesaikan dengan pengalaman. Studi klinis ini menunjukkan
bahwa pelatihan secara signifikan meningkatkan keterampilan komunikasi.

C. Harapan Pasien
Cara penyampaian berita buruk akan mempengaruhi kehidupan pasien dan
juga dapat mempengaruhi hubungan pasien-dokter. Kebanyakan pasien
berharap berita buruk disampaikan dengan empati, baik, dan jelas. Bahkan,
beberapa studi menunjukkan bahwa penyampain berita buruk yang kurang
tepat dapat mempengaruhi kepuasan dan psikologis pasien.

Sebuah studi pada tahun 2001 menegaskan bahwa pasien dengan pendidikan
tinggi mengharapkan informasi yang lebih detail dan fasilitas yang lebih baik
untuk penyakitnya.

D. Cara Penyampaian Berita Buruk

Buckmans 6-step guide

Protokol SPIKES adalah strategi yang berfokus pada metode wawancara


berita buruk, menyarankan, menilai situasi yang berkembang dan
menanggapi secara konstruktif terhadap apa yang terjadi.

5
S.P.I.K.E.S.

S etting, listening Skills

P atients Perception

I nvite patient to share Information

K nowledge transmission

E - xplore Emotions and Empathize

S ummarize & Strategize

1. Setting, Listening Skills


Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, perlu adanya
persiapan untuk menjamin kelancaran penyampaian informasi kepada
pasien, sebagai berikut:
a. Persiapkan diri sendiri
1) Dokter sebagai penyampai bad news mempersiapkan mental
terlebih dahulu agar tidak ikut larut dalam emosi pasien nantinya,
namun tetap berempati sebagaimana mestinya.

2) Perkenalkan diri
3) Yang harus dihindari: tampak nervous di hadapan pasien, bahkan
sebelum menyampaikan kabar buruk.
4) Tips: siapkan tissue di saku, untuk diberikan pada pasien bila pasien
menangis
b. Privasi pasien
1) Penyampaian kabar buruk tidak boleh dilakukan di tempat yang
ramai atau banyak orang

6
2) Hendaknya dilakukan di tempat tenang yang tertutup seperti kamar
praktek ataupun dengan menutup tirai di sekeliling tempat tidur
pasien
c. Libatkan pendamping
1) Untuk menghindari kesan kurang baik yang dapat muncul bila pasien
dan dokter berada di tempat tertutup (untuk menjaga privasi),
diperlukan satu pendamping.
2) Perkenalkan pendamping kepada pasien
3) Yang dapat menjadi pendamping :
a) Keluarga terdekat pasien satu saja, apabila terlalu banyak dapat
menyulitkan dokter untuk menangani emosi dan persepsi banyak
orang sekaligus.
b) Perawat atau koas yang ikut terlibat dalam perawatan pasien
d. Posisi duduk
1) Posisi pasien dan dokter sebaiknya setara. Dokter menyampaikan
kabar buruk dalam posisi duduk.
2) Tujuan: untuk menghilangkan kesan bahwa dokter berkuasa atas
pasien dan memojokkan pasien
3) Sebaiknya penghalang fisik seperti meja, dihindari. Duduk di tepi
tempat tidur pasien jauh lebih baik.

e. Listening mode: ON
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya persiapkan
kemampuan mendengar, secara prinsip meliputi:
1) Silence
Jangan memotong kata-kata pasien ataupun berbicara tumpang tindih
dengan pasien
2) Repetition
Ulangi kata-kata pasien atau berikan tanggapan, untuk menunjukkan
pemahaman terhadap apa yang ingin disampaikan pasien.
f. Availability
1) Dokter harus ada di tempat mulai awal hingga akhir penyampaian kabar
buruk.
2) Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi, seperti:
a) Ada sms, telepon, atau sekedar missed call saja matikan hp,
atau aktifkan mode silent.

7
b) Apabila ada tamu, minta bantuan pada perawat untuk
mengatasi tamu yang mungkin datang

2. Patients Perception
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya dokter mengetahui
persepsi pasien terhadap:
a. Kondisi medis dirinya sendiri
Tanyakan sejauh mana informasi yang pasien ketahui tentang
penyakitnya beserta kemungkinan terburuk yang ditimbulkan oleh
penyakit tersebut.
b. Harapannya terhadap hasil medikasi yang ia tempuh
Tanyakan perkiraan pasien terhadap hasil medikasi.

Tujuan mengetahui kedua aspek tersebut bukan semata-mata untuk


mengubah persepsi pasien agar sesuai dengan kenyataan, melainkan
sebagai jalan untuk menilai kesenjangan antara persepsi dan harapan pasien
dengan kenyataan sebagai pertimbangan penyampaian kabar buruk agar
tidak terlalu membuat pasien terguncang.

3. Invitation to share Information


Tanyakan apakah pasien ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya
atau tidak.
a. Apabila pasien menyatakan diri belum siap, pertimbangkan untuk
menyampaikan di waktu lain yang lebih tepat dan minta pasien untuk
mempersiapkan diri terlebih dahulu.
b. Apabila pasien menyatakan ingin tahu perkembangan mengenai
keadaannya, tanyakan sejauh mana ia ingin tahu, secara umum ataukah
mendetail.

4. Knowledge transmission Penyampaian bad news

8
Sebelum menyampaikan kabar buruk, lakukan warning shot sebagai
pembukaan katakan pada pasien bahwa ada kabar buruk yang akan
disampaikan pada pasien.
Cara penyampaian:
a. Gunakan bahasa yang sama dan hindari istilah medis.
b. Bila bahasa pasien berbeda, gunakan penerjemah yang kompeten,
sebaiknya :
1) Mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang digunakan pasien.
2) Mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang digunakan dokter.
3) Dapat mengemas jargon-jargon medis ke dalam bahasa yang
dimengerti pasien sebaiknya perawat atau ko ass.
4) Bukan merupakan keluarga pasien penerjemah dari pihak pasien
dapat menyebabkan peran ganda (sebagai keluarga pasien dan
sebagai penyampai kabar buruk dari pihak medis)
c. Sampaikan informasi sedikit demi sedikit (bertahap)
1) Setiap menyampaikan sepenggal informasi, nilai ekspresi dan
tanggapan pasien, beri waktu pasien untuk bertanya ataupun
sekedar mengekspresikan emosinya.
2) Bila kondisi pasien tampak memungkinkan untuk menerima
informasi tahap selanjutnya, teruskan penyampaian informasi.
3) Bila pasien tampak sangat tergunjang hingga tidak memungkinkan
untuk menerima lebih banyak informasi lagi, pertimbangkan
penyampaian ulang kabar buruk di lain waktu sambil
mempersiapkan pasien.
d. Sampaikan dengan intonasi yang jelas namun lembut, tempo yang
tidak terlalu cepat dengan jeda untuk memberi kesempatan pada pasien
dalam mencerna kalimat yang ia terima.

5. Explore Emotions and Empathize


a. Amati selalu ekspresi dan emosi pasien serta apa yang mendasari
perubahan emosinya (informasi mana yang merubah emosinya), nilai
sejauh mana kondisi emosi pasien.
b. Tunjukkan pengertian atas kondisi emosi pasien. Dalam hal ini,
menunjukkan pengertian tidak diartikan sebagai mengerti apa yang

9
dirasakan pasien, namun lebih pada dapat memahami bahwa apa yang
dirasakan pasien saat ini adalah sesuatu yang dapat dimaklumi.

6. Summarize and Strategize


Di akhir percakapan, review kembali percakapan secara keseluruhan:
a. simpulkan kabar buruk yang tadinya disampaikan secara bertahap
(sedikit demi sedikit).
b. Simpulkan juga tanggapan yang diberikan pasien selama kabar buruk
disampaikan tunjukkan bahwa dokter mendengarkan dan mengerti apa
yang disampaikan pasien.
c. Berikan pasien kesempatan bertanya.
d. Berikan feed back.
e. Percakapan yang ada harus terdokumentasi dalam rekam medis pasien.
Harus tertera dengan jelas:
1) Apa yang telah dikatakan atau disampaikan, dan kepada siapa
2) Terms used tumor, massa, dll
3) Informasi spesifik mengenai pilihan terapi dan prognosis
f. Diskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk yang telah
disampaikan pada pasien.
Untuk mengajak pasien ikut serta (pro aktif) dalam medikasi terhadap
dirinya (both doctor and patient will play role to take next steps).

BAB III

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menyampaikan berita buruk kepada pasien sering menjadi pengalaman
yang menegangkan dan menyedihkan baik bagi pasien ,maupun dokter.
Pembawa pesan dari berita buruk sering secara tidak sengaja mengidentifikasi
diri mereka dengan aspek-aspek negatif dari pesan. Respon emosional pasien
Anda akan sulit untuk menahan kecuali Anda memiliki strategi yang dapat
digunakan untuk mengatasinya. Tanpa rencana untuk mengatasi masalah ini,
Anda mungkin dapat mencoba untuk mengecilkan berita buruk dengan hanya
mengungkapkan sebagian informasi. Hal ini dapat menjadi bencana jika
pasien mungkin enggan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Anda menjadi kurang jujur atau teliti dan dapat mengikis kepercayaan pasien
pada Anda sebagai dokternya.
Protokol SPIKES memberikan langkah-langkah yang mudah diingat
dan dapat dipraktekkan sampai Anda merasa lebih nyaman dalam
menyampaikan berita buruk kepada pasien. Respon yang empatik, eksplorasi,
dan validasi juga akan membantu Anda untuk mendukung pasien, sebuah
intervensi psikologis penting untuk tekanan. Dalam prakteknya, protokol
SPIKES telah ditemukan untuk dengan mudah dipelajari dan telah terbukti
meningkatkan perasaan dokter untuk lebih berkompetensi dalam bidang yang
sulit ini.
Tugas untuk menyampaikan berita buruk kepada pasien tidak akan
mudah, tetapi memiliki rencana tindakan dan mengetahui bahwa Anda dapat
mendukung pasien Anda melalui masa sulit ini akan cukup membantu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Breaking Bad News.


http://jco.imng.com/co/journal/articles/0202138.pdf, diakses tanggal 27 September
2015.

Baile WF, Buckman R, Lenzi R, Glober G, Beale EA, Kudelka AP. SPIKES
a six-step
protocol for delivering bad news: application to the patient with cancer. Oncologist
2000;5:302311

Robert L. Arnold, EdD, MA, Kathleen Egan, MA, RN, Breaking the 'Bad'
News to Patients and Families: Preparing to Have the Conversation About End-of-
Life and Hospice Care

12

Anda mungkin juga menyukai