Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Radiologi
2.1.1 Instalasi Radiologi
Instalasi Radiologi adalah salah satu unit kerja pelayanan penunjang

pada ilmu kedokteran untuk melihat bagian tubuh manusia dengan

mengkunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang

elektromagnetik maupun gelombang mekanik.Pada awalnya frekuensi

yang dipakai berbentuk sinar-x (x-ray). Namun kemajuan tekologi modern

memakai pemindaian CT-Scan (scanning), MRI (Magnetic Resonance

Imaging), gelombang sangat tinggi (Ultrasonik) seperti Ultrasonography

(USG) dan Kedokteran Nuklir.

Radiologi adalah ilmu kedokteran yang menggunakan radiasi untuk

diagnosis dan pengobatan penyakit. Radiasi dimanfaatkan untuk terapi

atau studi pencitraan. Untuk tujuan diagnostik, radiasi menjadi sumber

energi untuk tea pencitraaan.Radiologi diagnostik juga disebut sebagai

radioskopi.Dengan radiasi, dokter dapat melihat bagain tubuh tanpa

prosedur invasif.Untuk pengobatan, radiasi digunakan sebagai panduan

visual saat prosedur invasif minimal.Sebagai alternatif dari bedah terbuka,

prosedur ini mengurangi resiko pendarahan, infeksi, dan bekas luka.Waktu

pemulihan pun lebih singkat.

Radiologi untuk pengobatan disebut sebagai radiologi intervensi.

Prosedur ini dapat mengobati berbagai penyakit.Salah satu contoh

prosedurnya adalah angioplasti.Radiologi juga digunakan pada prosedur

kesehatan nuklir. Pada prosedur ini, obat-obatan akan dilekatkan ke


radioisotop, atau bahan radioaktif bernama tracer. Hasilnya adalah obat

radiofarmaka. Obat ini lebih efektof karena dapat ditunjukan pada bagian

tubuh tertentu.

Dokter yang ahli dalam bidang ini disebut ahli radiologi. Selain

memiliki gelar dokter, mereka menjalani pelatihan spesialis selama 5-6

tahun. Tugas ahli radiologi adalah:

a. Menentukan hasil tes pencitraan yang paling efektif bagi setiap

pasien/kasus

b. Mengawasi teknisi radiologi untuk memastikan keakuratan tes.

c. Mempelajari hasil gambaran yang didapat

e. Menganalisis hasil tes untuk menemukan kelainan

f. Menentukan jenis kelainan dan keparahannya

g. Menyarankan pemeriksaan lanjutan atau pengobatan bagi pasien

h. Setiap tindakan menegakan standar operasional prosedur (SOP)

2.1.2 Standar operasional prosedur (SOP)

Standar Operasi prosedur adalah suatu perangkat intruksi atau

langkah-langkah yang dibekukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja

rutin tertentu. SOP memberikan langkah-langkah yang benar dan terbaik

untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi. SOP merupakan

consensus bersama untuk jalan yang terbaik memberikan pelayanan. SOP

membantu mengurangi kesalahan dan pelayanan dibawah standar

(substandard) dengan memberikan langkah-langkah yang diuji dan

disetujui dalam melaksanakan berbagai kegiatan.


Kebijakan rangkaian konsep dan asas (ketentuan pokok) yang

menjadi garis besar dan dasar bagi rencana dalam pelaksanaan suatu

pekerjaan, serta konsisten dengan tujuan organisasi.Kebijakan yang efektif

haruslah rasional, relevan, wajar, direvisi bila diperlukan, disosialisasikan

dengan adekuat. Kebijakan memuat APA dan MENGAPA, SOP memuat

BAGAIMANA kebijakan terdiri dari:

a. Kebijakan organisasi berlaku bagi seluruh jajaran organisasi

sebagai suatu kesatuan. Kebijakan ini meliputi substansi,

cakupan dan batas-batas pelayanan, standar pelayanan yang

mencakup hak dan etik, aktivitas mutu, perencanaan

dokumentasi, koordinasi dan evaluasi pelayanan pasien,

sumber daya manusia, keamanan lingkungan seperti

pengendalian infeksi, penanganan limbah, kebakaran dsb,

fungsi spesifik seperti farmasi dan engineering, manajemen

organisasi dan asset perlengkapan.

b. Kebijakan Departemen berlaku spesifik bagi

bidang/Departemen yang bersangkutan, termasuk juga

kebijakan operasisonal. Kebijakan ini meliputi cakupan

perkerjaan, pelayanan spesifik, batas- batas pelayanan, peran

dan kewenangan petugas, standar dan monitoring.

Tujuan penyusunan SOP agar berbagai proses kerja rutin terlaksana

dengan efisien, efektif konsisten/seragam dan aman, dalam rangka meningkatkan

mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku. Manfaaat SOP yaitu:
a. Memenuhi persyaratan standar pelayanan rumah Sakit/akreditasi Rumah

Sakit

b. Mendokumentasikan langkah-langkah kegiatan

c. Memastikan staf rumah sakit memahami bagaimana melaksanakan

pekerjaannya

Prinsip-prinsip SOP yaitu:

a. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan

b. Bias berubah

c. Memuat segala tahapan, indikasi, dan syarat-syarat yang harus dipenuhi

pada keguatan pelayanan

d, Harus di dokumentasikan

Bentuk SOP yaitu:

a. Simple Steps

b, Hirarchical Step

c. Graphic Procedures

d. Flow Chart

2.2 Radiografer

Sesuai dengan keputusan Mentri Kesehatan

NO.HK.01.07/MENKES/316/2020 tentang standar profesi Radiografer

adalah tenaga kesehatan yang diberitugas, wewenang dan tangung jawab

oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan


Radiologi di unit pelayanan kesehatan. Radiografer merupakan tenaga

kesehatan yang memberi kontribusi bidang Radiologi dalam upaya

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

Sesuai dengan peraturan BAPETEN No 8 tahun 2011, definisi

radiografer adalah seorang tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi

dengan diberikan tugas, wewenang, dan tanggungjawab secara penuh

untuk melakukan kegiatan radiologi diagnostik dan intervensional.

Sedangkan menurut peraturan BAPETEN No. 17 tahun 2012, definisi

radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi yang

diberikan tugas, wewenang, dan tanggung jawab secra penuh untuk

melakukan pengoprasian peralatan kedokteran nuklir.

Dalam area kompetensi dikeputusan mentri kesehatan

No.HK.01.07/MENKES/316/2020 standar kompetensi radiografer

dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas yang

bermatabat dan berkepribadian luhur, pengembangkan diri, serta

komunikasi yang efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan

informasi, landasan ilmu radiologi, keterampilan teknik radiologi, dan

pengelolaan pelayanan radiologi. Oleh karena itu maksud dan tujuan dari

keputusan menteri kesehatan No. HK.01.07/MENKES/316/2020 tentang

standar profesi radiographer yaitu :

a. Maksud dari susunanya standar kompetensi Radiografer ini adalah

dimilikinya standar minimum untuk tenaga radiographer pada saat

selesai menempuh pendidikan.


b. Standar kompetensi Radiografer ini disusun bertujuan untuk menjadi

acuan dalam :

1. Menentukan standar kompetensi lulusan radiographer

2. Menjalankan kewenangan di sarana pelayanan Kesehatan

radiologi (radiodiagnostik dan radioterapi)

3. Mengembangkan Pengetahuan dan keahlian dalam rangka

meningkatkan profesionalisme,

Menurut standart operating prosedur/SOP, pada instalasi radiologi,

tugas dan tanggung jawab radiographer adalah

1. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri, dan

masyarakat disekitar ruang sinar-x

2. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan

paparan yang diterima pasien sesuai kebutuhan

3. Melakukan kegiatan pengolahan film kamar gelap

4. Menetapkan prosedur diagnosis dan intervensional bersama dengan

fisikawan medis dan dokter spesialis radiologi atau dokter yang

berkompeten

5. Bersama-sama dengan fiskawan medis dan dokter spesialis

radiologi, memastikan criteria penerimaan mutu hasil pencitraan

dan justifikasi dosis yang dioterima oleh pasien.

2.3 Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia (Bangun, Wilson :2012) adalah

individuproduktif yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik


itu didalam institusi maupun perusahaan yang memiliki fungsi sebagai

asetsehingga harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.

Menurut PERMENKES No. 33 tahun 2015 tentang Pedoman

Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Sumber Daya Manusia Kesehatan yang selanjutnya disingkat SDMK

adalah seseorang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan, baik

yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang untuk

jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya

kesehatan.Sumber daya manusia kesehatan adalah tenaga kesehatan

(termasuk kesehatan strategis) dan tenaga pendukung kesehatan yang

terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan

menjemen kesehatan.

a. Doketer Spesialis Radiologi

Adapun tugas dan wewenang dari dokter Spesialis Radiologi yaitu:

1. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP tindak medik

radiodiagnostik, imejing diagnostic dan radiologi intervensional

sertamelakukan revisibila perlu.

2. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP tindak medik

radiodiagnostik, imejing diagnostic dan radiologi intervensional

sertamelakukan revisi bila perlu.

3. Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras dan fluroskopi Bersama

dengan radiografer. Khusus pemeriksaan yang memerlukan


penyuntikan intravena, dikerjakan oleh dokter spesialis radiologi

atau dokter lain/tenaga Kesehatan yang mendapat pendelegasian.

4. Menjelaskan dan menandatangani informed consent/izin Tindakan

medik kepada pasien atau keluarga pasien.

5. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan radiodiagnostik,

imejing diagnostic dantindakan radiologi intervensional.

6. Melaksanakan teleradiology dan konsultasi radiodiagnostik, imejing

diagnostic dan radiolog iintervensional sesuai kebutuhan.

7. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan

dilaksanakan.

8. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap

pasien.

9. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk

mendapatkan citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan

mempertimbangkan tingkat panduan paparan medik.

10. Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau

intervensional dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan

sebelumnya.

11. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis.

12. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK

Radiologi.
b. Radiografer

Adapun tugas dan wewenang dari Radiografer yaitu :

1. Mempersiapkan pasien,obat-obatan dan peralatan untuk pemeriksaan

dan pembuatan foto radiologi.

2. Memposisikan pasiensesuai dengan teknik pemeriksaan.

3. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP. Khusus untuk

pemeriksaan dengan kontras dan fluoros kopi pemeriksaan

dikerjakan bersama dokter spesialis radiologi.

4. Melakukan Kegiatan Prosesing Film (kamar gelap dan workstation).

5. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri dan masyarakat

di sekitar ruang pesawat sinar-X.

6. Menerapkan Teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan

paparan yang diterima pasien sesuai kebutuhan.

7. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin.

c. Fisikawan Medik

Kewenangan dan tugas fisikawan medik yaitu :

1. Pengukuran dan analisa data radiasi dan menyusun tabel data radiasi

untuk penggunaan klinik

2. Pelaksanaan aspek teknis dan perencanaan radiasi.

3. Pengadaan prosedur QA dalam radiologi diagnostik, meliputi

pelaksanaan diagnosa dan terapi, keamanan radiasi dan kendali mutu.


4. Melakukan perhitungan dosis, terutama untuk menentukan dosis

janin pada wanita hamil.

5. Jaminan bahwa spesifikasi peralatan radiologi diagnostik sesuai

dengan keselamatan radiasi.

6. Acceptance test dari unit yang baru.

7. Supervisi perawatan berkala peralatan radiologi diagnostik.

8. Berpartisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus

keberadaan sumber daya manusia,m peralatan, prosedur dan

perlengkapan proteksi radiasi.

9. Berpartisipasi dalam investigasi dan evaluasi kecelakaan radiasi.

10. Meningkatkan kemampuan sesuai perkembangan IPTEK Radiologi.

11. Menjadi petugas proteksi radiasi (PPR)

d. Elektro Medik

1. Melakukan perawatan peralatan radiologi diagnostic, berkerjasama

dengan fisikawan medik secara rutin.

2. Melakukan perbaikan ringan.

3. Turut serta dengan supplier pada tiap pemasangan alat baru atau

perbaikan besar.

e. Perawat Radiologi

1. Memepersiapkan pasien dan peralatan yang dibutuhkan untuk

pemeriksaan radiologi.

2. Membantu dokter dalam pemasangan alat-alat pemeriksaan dengan

bahan kontras
3. Membersihkan dan melakukan sterilisasi alat

4. Bertanggungjawab atas keutuhan dan kelengkapan peralatan

f. Tenaga Administrasi

Adapun tugas dan wewenang dari Tenaga Administrasi yaitu

Melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pemeriksaan yang

dilakukan diinstitusi pelayanan. Setiap departemen/KSM, instalasi, unit,

atau bagian melakukan pengembangan sumberdaya manusia atau

pengembangan tenaga/staf. Pengembangan dapat meliputi 2 (dua) hal

yaitu:

1. Peningkatan jumlah tenaga Penambahan jumlah tenaga dapat

dilakukan setelah dilakukan Analisa beban kerja dalam unit

radiologi diagnostic sesuai dengan standar diatas dan disesuaikan

juga dengan rencana pengembangan unit tersebut.

2. Peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga dapat dilakukan

melalui program Pendidikan dan pelatihan.

2.4 Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Peraturan Menteri Ketenaga kerjaan

Nomor8/MEN/VII/2010, Alat Pelindung Diri (APD) Adalah suatu alat

yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang

fungsinya mengisolasi Sebagian atau seluruh tubuh dari bahaya potensi

ditempat kerja.
2.4.1 Pemilihan Alat Pelindung Diri

Setiap tempat kerja mempunyai potensi bahaya yang berbeda-beda

sesuai dengan jenis, bahan, dan proses produksi yang dilakukan. Dengan

demikian, sebelum melakukan pemilihan alat pelindung diri mana yang

tepat untuk digunakan, diperlukan adanya suatu inventarisasi potensi

bahaya yang ada ditempat kerja masing-masing.

Dapat dipastikan sebagai suatu pemborosan perusahaan, bila alat

pelindung diri yang dipilih dan digunakan tidak sesuai dengan potensi

bahaya yang dihadapi perkerja. Secara lebih detail pemeilihan dan

pengunaan alat pelindung diri harus memperhatikan aspek-aspek sebagai

berikut:

a. Aspek teknis

1. Pemilihan berdasarkan jenis dan bentuknya. Jenis dan bentuk

alat pelindung diri harus disesuaikan denagan bagian tubuh yang

dilindungi.

2. Pemilihan berdasarkan mutu atau kualitas. Mutu alat pelindung

diri akan menentukan tingkat keparahan dari suatu kecelakaan dan

penyakit akibat kerja yang mukin terjadi.

3. Penentuan jumlah alat pelindung diri. Jumlah yang diperlukan

sangt tergantung dari jumlah tenaga kerja yang terpapar potensi

bahaya ditempat kerja.


4.Teknik penyimpanan dan pemeliharaan. Penyimpanan dan

pemeliharan alat pelindung diri dari pada pembelian alat yang

baru.

b. Aspek Psikologis

Timbulnya masalah baru bagi pemakai harus dihilangkan,

seperti terjadinya gangguan terhadap kebebasan gerak pada saat

memakai alat pelindung diri. Berdasarkan aspek-aspek tersebut,

maka perlu diperhatikan pula beberapa criteria dalam pemilihan

dan penggunaan alat pelindung diri (APD) sebagai berikut:

1. Alat pelindung diri harus dapat memberikan perlindungan yang

adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi

oleh tenaga kerja.

2. Berat alatnya hendak seringan mungkin dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

3. Alat harus dipakai secara fleksibel

4. bentuknya harus cukup menarik

5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama

6. Alat tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya yang

dikerenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat karena salah

dalam pengunaannya.

7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada

8. Alat tersebut tidak membatasi Gerakan dan persepsi sensoris

pemakainya,
9. Suku cadang harus didapat guna mempermudah pemeliharaannya.

2.4.2 Jenis Alat Pelindung diri Radiologi

a. Apron

Apron adalah pelindung tubuh yang berupa celemek yang

hanya menutupi sebagian tubuh pemakaiannya saja, mulai dari

dada sampai mulut dan berbahan dasar karet Pb (timah hitam).

Apron yang setara dengan 0,2 mm (nol koma dua millimeter) Pb

atau 0,25 mm (nol koma dua puluh lima millimeter) Pb untuk

penggunaan pesawat sinar-X Radiologi Diagnostik, ) 0,35 mm (nol

koma tiga puluh lima millimeter) Pb untuk pesawat sinar-X

Radiologi Intervensional.

Tebal kesetaraan timah hitam harus diberikan tanda secara

permanen dan jelas pada apron tersebut.

Gambar 2.4.2 Apron

b. Pelindung Gonad
Pelindung gonad adalah alat pelindung diri untuk

melindungi tubuh bagian bawah (system reproduksi)

gonad/ovarium, APD ini digunakan pada pinggul. Pelindung gonad

yang setara denag 0,2 mm (nol koma dua millimeter) Pb atau 0,25

mm (nol koma dua puluh lima millimeter) Pb untuk penggunaan

pesawat sinar-X Radiologi Diagnostik dan 0,35 mm (nol koma

lima millimeter) Pb atau 0,5 mm (nol koma lima milimeter) Pb

untuk pesawat sinar-X Radiologi Intervensional. Tebal kesetaraan

Pb harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada pelindung

gonad tersebut. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang

sesuai untuk pencegahan gonad secara keseluruhan dari paparan

berkas utama.

Gambar gonad

c. Pelindung Tyroid

Pelindung Tiroid adalah alat pelindung diri yang menutupi

bagian leher untuk melindungi kelenjar gondok

(Thyroid).Pelindung tiroid terbuat dari bahan yang setara dengan 1

mm (satu milimeter) Pb.


Gambar Tyroid

e. Sarung Tangan

Pelindung Tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung

untuk melindungi tangan mencakup pergelangan dan jari-jari

tangan dari radiasi. Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk

fluoroskopi harus memberikan kesetaraan atenuasi paling kurang

0,25 mm (nol koma dua puluh lima milimeter) Pb pada 150 kVp

(seratus lima puluh kilovoltage peak).

Gambar Sarung Tangan Pb


f. Kaca mata Pb

Kaca mata yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1

mm (satu milimeter) Pb. Penggunaan kacamata ini mempunyai

model seperti kacamata berenang dan mudah dalam pemakaiannya.

Gambar Kaca Mata Pb

g. Tabir (kaca Pb)

Tabir yang digunakan oleh radiografer harus dilapisi

dengan bahan yang setara dengan 1 mm (satu milimeter) Pb.

Ukuran tabir adalah sebagai berikut: tinggi 2 m (dua meter), dan

lebar 1 m (satu meter) yang dilengkapi dengan kaca intip Pb yang

setara dengan 1 mm (satu milimeter) Pb.

Gambar Tabir (kaca Pb)


2.5 Sistem Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan

yang berkaitan dengan Teknik Kesehatan lingkungan yaitu, tentang

proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok

orang, sementara kegiatan yang diperlukan dalam pemakaian sumber

radiasi pengion masih tetap dilaksanakan (BAPETEN,2005). Proteksi

radiasi adalah Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh

radiasi yang merusak akibat paparan radiasi (PP.RI No.33tahun 2007).

Proteksi radiasi atau keselamatan radiasi berguna untuk

menciptakan kondisi agar dosis radiasi pengion yang mengenai

manusia dan lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang

ditentukan. Bertujuan membatasi peluang terjadinya akibat stokastik

serta mencegah terjadinya akibat non stokastik (deterministik) serta

meyakinkan bahwa pekerjaan atau kegiatan yang menggunakan zat

radioaktif atau sumber radiasi yang dibenarkan. Untuk mencapai

tujuan proteksi radiasi, yaitu terciptanya keselamatan dan kesehatan

bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan, maka ada falsafah baru

dalam proteksi radiasi yang mengacu kepada ICRP (International

Commission on Radiological Protection) No. 60 tahun 1990. Falsafah

tersebut terdiri dari 3 asas proteksi radiasi yaitu:

a. Justifikasi : Asas ini menghendaki agar setiap kegiatan yang dapat

mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh dilaksanakan setelah

dilakukan pengakajian yang cukup mendalam dan diketahui bahwa


manfaat dari kegiatan tersebut cukup besar dibandingkan dengan

kerugian yang dapat ditimbulkannya, dengan katalain manfaat yang

didapat lebih besar dari resiko yang diterima.

b. Optimasi : Asas ini menghendaki agar paparan radiasi yang berasal

dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan

mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Asas ini juga

dikenal dengan sebutan ALARA atau As Low As Reasonably

Achievable (serendah yang dapat diterima akal sehat). Suatu

program proteksi radiasi memenuhi asas optimasi apabila semua

komponen dalam program tersebut disusun dan direncanakan

sebaik mungkin dengan memperhitungkan biaya yang dapat

dipertanggung jawabkan secara ekonomi, atau penggunaan dosis

yang optimal.

c. Limitasi : Asas ini menghendaki agar dosis radiasi yang diterima

oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh

melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang

berwenang. Pemanfaatan radiasi dibatasi sesuai daerah kerja dan

besar dosisnya. (Akhadi, 2000).

2.6 Konsep Dasar dan Fungsi Manajemen

Secara umum manajemen merupakan suatu kegiatan untuk

mengatur orang lain guna mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan

pekerjaan. Hal ini berdasarkan beberapa pendapat ahli berikut :


a. Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu orang

/lebih untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain guna

mencapai hasil (tujuan) yang tidak dapat dicapai oleh hanya satu

orang saja. (Evancevich)

b. Manajemen adalah proses dimana pelaksanaan dari suatu tujuan

diselenggarakan dan diawasi (Encyclopaedia of sosial sciences)

c. Manajemen membuat tujuan tercapai melalui kegiatan-kegiatan

orang lain dan fungsi-fungsinya dapat dipecahkan sekurang

kurangnya 2 (dua) tanggung jawab utama (perencanaan dan

pengawasan)

d. Manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan

dengan menggunakan orang lain (Robert D. Terry).

Secara umum peraturan Manajemen Alat Pelindung Diri

(APD) peraturan menteri PER.08/MEN/VII/2010 adalah pengusaha

atau pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di tempat

kerja. Sebgaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi :

1. Identifikasi kebutuhan dan syarat alat pelindung diri (APD)

2. pemilihan atau perencanaan alat pelindung diri (APD) yang

sesuai dengan jenis bahaya dan

kebutuhan/kenyamanan/pekerja/buruh

3. {elatihan

4. Penggunaan pembuangan atau pemusnahan

5. Pembinaan
6. Pembinaan

7. Infeksi

8. Evaluasi dan pelaporan

Anda mungkin juga menyukai