Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian Rumah Sakit menurut Undang- Undang RI Nomor 44 tentang
Rumah Sakit Tahun 2009, yang di maksud Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif,kuratif dan rehabilitatif.
Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit (Kemenkes, 2010 ). Rumah Sakit
harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang- kurangnya pelayanan medik
umum, gawat darur at, pelayanan keperawatan, rawat inap, operasi/bedah,
pelayanan medik spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam
medik, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan
masyarakat,pemulasaran jenazah, laundry, pemeliharaan sarana rumah sakit, serta
pengolahan limbah (Kemenkes,2010).
Rumah sakit sebagai salah satu unit pelayanan yang kompleks dalam
berbagai jenis pelayanan kesehatan.Pelayanan kesehatan bertujuan untuk
memberikan upaya penyembuhan, peningkatan kesehatan dan semua pelayanan
yang di berikan di bidang kesehatan demi mewujudkan suatu derajat kesehatan yang
optimal.Sehingga rumah sakit dituntut untuk profesional dalam melakukan berbagai
jenis pelayanan kesehatan terhadap pasien agar pasien mendapat pelayanan yang
memuaskan di rumah sakit tersebut.Salah satu unit yang ada di rumah sakit adalah
Istalasi Radiologi.
Menurut Permenkes RI No. 780/ Menkes/ Per/ VIII/ 2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi.Bab I, pasal 1 menyebutkan bahwa radiologi
adalah pelayanan medic yang menggunakan semua modalitas energy radiasi untuk
diagnosis dan terapi, termasuk pencitraandan penggunaan emisi radiasi dengan
sinar-X, radioaktif, ultrasonografi dan radio frekwensi elektromagnetik.
Setiap proses pelayanan radiologi dapat terlaksana dengan baik jika didukung
sumber daya manusia yang memadai dilihat dari segi kualitas dan kuantitasnya.
Kualitas meliputi keterampilan, pengetahuan dan tingkat pendidikannya sedangkan
kuantitas adalah jumlah tenaga kerja yang ada harus sesuai dengan beban
kerja.Tenaga kerja yang sesuai dengan beban kerja sangat mempengaruhi tingkat
efisiensi dan produktivitas kerja. Apabila jumlah tenaga kerja tidak sesuai dengan
beban kerja yang ada maka akan mengakibatkan kelelahan kerja dan dapat
mengakibatkan penurunan produktivitas kerja sehingga mempengaruhi mutu
pelayanan kesehatan rumah sakit khususnya Instalasi Radiologi.

1
Pelayanan Instalasi Radiologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie meliputi
pemeriksaan radiografi konvensional, pemeriksaan menggunakan media kontras, CT
Scan, MRI dan USG.
Berdasarkan keputusan pemimpin BLUD RSUD A Wahab Sjahranie
nomor : 800.531/KEPEG/II/2017 tentang kebijakan pelayanan radiologi diagnostik
dan imejing (RDI) terintegrasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie, setiap penyelenggaraan
pelayanan Cath Lab, C-Arm X-ray, CT Scan, Ultrasonografi, Echocardiografi,
Endoskopy, Radiotherapy dan kedokteran nuklir harus dibawah satu koordinasi yaitu
SMF Radiologi, sedangkan pengelolaan sarana dan prasarana peralatan Pelayanan
Radiologi Diagnostik Imajing Terintegrasi berada dibawah koordinasi Bidang
Penunjang.
Dalam menciptakan kondisi optimal bagi pekerja dapat dilakukan dengan
salah satu cara yaitu mengurangi beban kerja. Beban kerja dapat diminimalkan
dengan membagi pekerjaan, menyediakan alat yang dapat mempercepat pekerjaan,
atau dengan menambah jumlah tenaga kerja.
Dalam pelayanan radiologi peranan seorang radiographer dan dokter
spesialis radiologisangat penting, maka dari itu kuantitas radiographer dan dokter
spesialis radiologi sangatlah perlu di evaluasi setiap tahunnya apakah sudah sesuai
dengan jumlah pasien yang semakin meningkat setiap waktunya, begitupun dengan
kuantitas dokter yang melakukan pemeriksaan USG dan operator echocardiografi
diluar instalasi radiologi.
Deskripsi pokok kegiatan radiographer cukup banyak variasinya sehingga
metode yang baik di gunakan untuk menganalisis beban kerja dan perencanaan
kebutuhan tenaga kerjadi Instalasi Radiologi Terintegrasi (RDI) RSUD Abdul Wahab
Sjahranie ini adalah WISN (Work Load Indicator Staff Need), kemudian untuk jumlah
kuantitas dokterspesialis radiologi mengacu pada keputusan menteri kesehatan
nomor 1014 tahun 2008 yang mengatur jumlah dokter spesialis radiologi untuk
rumah sakit kelas B.

B. Tujuan
1. Mengetahui beban kerja radiografer di Instalasi Radiologi RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
2. Menghitung jumlah kebutuhan radiografer di Instalasi Radiologi RSUD Abdul
Wahab SjahranieSamarinda.
3. Menghitung jumlah kebutuhan dokter spesialis radiologi di Instalasi Radiologi
RSUD Abdul Wahab SjahranieSamarinda.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Rumah Sakit


Menurut  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
340/MENKES/PER/III/2010 adalah:
“Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat”.
Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, dinyatakan bahwa :
“Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang
sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan”.
Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan
rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan
atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat penelitian dan pengembangan
ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan
kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaan
kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.
B. Pengertian Radiografer
Radiografer adalah tenaga kesehatan yang diberi tugas, wewenang dan tanggung
jawab oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan radiografi dan imejing di
unit pelyanan kesehatan.Radiografer merupakan tenaga kerja yang member
kontribusi bidang radiografi dan imejing dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan.
Didalam bidang pelayanan radiologi tugas Radiografer dapat diuraikan sebagai
benkut:
a. Di Bidang Radiodiagnostik
Melakukan pemeriksaan secara radiografi pada organ-organ tubuh sesuai dengan
permintaan pemeriksaan radiologi yang hasilnya digunakan untuk menegakkan
diagnosa oleh dokter spesialis radiologi.
Hasil pemeriksaan radiografi ditentukan dan atau dipengaruhi oleh faktor eksposi,
teknik pemeriksaan, teknik prosesing film, kualitas cairan prosesing dan kualitas
peralatan yang digunakan.Untuk dapat menghasilkari tampilan radiografi yang
dapat dinilai maka semua faktor – faktor tersebut diatas dapat dipahami, di
mengerti dan dilakukan dengan baik dan benar oleh Radiografer.
b. Di Bidang Radioterapi

3
Melakukan teknik dan prosedur terapi radiasi sebagaimana mestinya sesuai
dengan rekam medik rencana penyinaran yang telah ditetapkan melalui proses
treatment planning oleh fisikawan medik dan telah ditetapkan oleh dokter
spesialis radiologi, baik jenis dan tenaga radiasi, posisi penyinaran lamanya selang
waktu penyinaran, dosis radiasi, sentrasi, separasi serta luas lapangan penyinaran.
Pemasangan wedge serta lain sebagainya. Dengan demikian radiogrfer harus
mampu secara professional membaca dan menerjemahkan/menginterpretasi
status/ rekam medik terapi radiasi sehingga tidak terjadi kesalahan teknis. Begitu
pula mampu memanipulasi peralatan pesawat/sumber radiasi yang semakin
canggih, serta pemakaian alat bantu terapi radiasi dan yang terpenting adalah
merasa empati kepada pasien yang dilakukan penyinaran, sehingga dapat
memberikan informasi mengenai penyinaran yang dilakukan dan selalu
bertanggung jawab terhadap setiap besarnya dosis radiasi yang diberikan kepada
pasien. Dengan demikian tingkat keakurasian pemberian radiasi tidak saja
tergantung kepada keakurasian treatmen planning serta keahlian klinis tetapi juga
tergantung kepada teknik dan prosedur terapi radiasi.
c. Di Bidang Kedokteran Nuklir
Melakukan teknik dan prosedur pemeriksaan dengan sumber terbuka melalui
treasure/perunutan paparan radiasi yang keluar dari tubuh pasien dengan
menggunakan pesawat yang berfungsi sebagai detektor radiasi, baik detektor
pencacah yang mengukur tingkat intensitas radiasi maupun detector yang mampu
mendeteksi tingkat intensitas maupun kualitas radiasi.Pengelolaan sumber radiasi
terbuka berupa radiofarmaka, mulai dari penerimaan bungkusan radiasi sampai
pemanfaatan dan pengolahan limbah radiasi perlu ditangani secara professional
sehingga tidak rnenimbulkan penambahan tingkat radiasi di alam dan tercapainya
kesehatan dan keselamatan kerja dengan radiasi sumber terbuka.Pengetahuan
dan ketrampilan pemakaian pesawat kedokteran nuklir sangat diperlukan untuk
menghasilkan gambaran/imejing yang memadai sehingga ekspertise yang
dilakukan oleh dokter ahli kedokteran nuklir mempunyai tingkat keakurasian yang
dapat dipertanggung jawabkan keselamatannya.
d. Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan Radiasi
Melakukan prosedur kerja dengan zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya,
karena sebagian besar radiografer adalah petugas proteksi radiasi ( PPR ) maka
bertugas untuk melakukan upaya–upaya tindakan proteksi radiasi dalam rangka
meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja radiasi, pasien dan
lingkungan. Evaluasi tindakan proteksi radiasi yang telah dilakukan merupakan
salah satu kemampuan dari petugas Proteksi Radiasi termasuk pengujian terhadap
efektifitas dan efisiensi tindakan proteksi sehingga radiografer mampu membuat
suatu sistem tindakan proteksi radiasi yang lebih baik.

4
e. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Peralatan Radiologi dan Radioterapi
Mutu pelayanan kesehatan bidang radiologi tidak saja ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusia penyelenggara pelayanan, tetapi juga sangat ditentukan
oleh kualitas sarana, prasarana dan peralatan yang digunakan, oleh sebab itu
kemampuan radiografer dalam mengelola khususnya memelihara sarana,
prasarana dan peralatan radiologi dalam batas kewenangannya sangat
menentukan kualitas hasil layanan yang diberikan. Pemeliharaan tersebut
meliputi pemeliharaan kontak film screen, viewing Box, safe Light untuk kerja
otomatis prosesing film, kebersihan pesawat, yang semuanya tercakup dalam
upaya dan tindakan Quality Assurance radiology.
f. Pelayanan Belajar Mengajar
Melakukan kegiatan beiajar mengajar terus menerus baik secara individual
maupun secara kelompok dengan media pembelajaran dalam dan luar negeri,
interaksi pembelajaran ilmiah dengan lingkungan kerja, sesama profesi dan atau
dengan profesi lainnya melalui seminar, workshop dan pendidikan pelatihan
berkelanjutan.
Radiografer juga bertugas memberikan inforrnasi keilmuan dan keterampilannya
kepada semua pihak yang membutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan
dibidang IPTEK radiologi dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan.Memberikan bimbingan kepada mahasiswa program D III Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi baik sebagai instruktur PKL maupun sebagai
evaluator dalam upaya mengidentifikasi pencapaian tahapan kompetensi yang
telah dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik yang berada dibawah binaannya.

g. Penelitian dan Pengembangan IPTEK Radiografi dan Imejing


Melaksanakan penelitian baik yang bersifat ilmiah akademik maupun ilmiah
populer dalam kerangka tugasnya sebagai sumbangan keilmuannya kepada
masyarakat. Penelitian yang dilakukan dapat mencakup tentang teknik Radiografi,
keselamatan dan kesehatan kerja dengan radiasi, aplikasi manajemen radiologi,
reject analisis film dan lain sebagainya yang menyangkut bidang radiologi
diagnostik, Terapi dan Kedokteran Nuklir dan hasil penelitian tersebut dapat
disosialiasikan/didesiminasikan guna peningkatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi radiologi.
h. Pengembangan Diri
Melakukan pengembangan profesionalisme secara terus-menerus melalui
pendidikan formal dan atau non formal, pendidikan dan pelatihan ilmiah secara
berkala dan berkelanjutan sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki dan atau
disiplin ilmu lainnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan
radiologi, seminar, workshop dan lain sebagainya baik di dalam maupun diluar
negeri.

5
i. Pengabdian Kepada Masyarakat
Melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang manfaat
dan bahaya radiasi yang mungkin timbul akibat pemanfaatan radiasi, membuat
standar-standar pemeriksaan pelayanan radiologi kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan radiologi yang membutuhkan, mengukur tingkat paparan
radiasi, mengadakan pemeriksaan kesehatan melalui Mass Chest Survey, donor
darah dan lain sebagainya.
j. Konsultasi Teknik Pelayanan Radiologi
Melakukan konsultasi teknis tentang peningkatan mutu pelayanan radiologi,
Teknik Radiografi, Proteksi Radiasi, Proteksi Ruang Radiasi, pengolahan limbah
hasil proses pelayanan radiografi dan Quality Assurance radiology.

C. FUNGSI RADIOGRAFER
a. Sesuai dengan tugas serta kemampuan dan kewenangan (kompetensi) yang
dimilikinya, radiografer mempunyai fungsi yang strategis sebagai salah satu
pengelola penyelenggaraan pelayanan kesehatan dlbidang radiologi diantaranya
adalah sebagai berikut:
b. mengerti dan memahami visi dan misi organisasi tempat kerja dan organisasi
profesi serta selalu berusaha agar visi dan misi tersebut dapat terlaksana dengan
berupaya melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, baik sebagai anggota
profesi, anggota akademis maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.
c. meningkatkan jaminan kualitas pelayanan radiologi sesuai dengan
perkembangan IPTEK dibidang kedokteran.
d. meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja bagi penyelenggara pelayanan
radiologi
e. meningkatkan upaya proteksi radiasi untuk mencegah meningkatnya tingkat
paparan radiasi dalam lingkungan sehingga dapat meningkatkan keselamatan
serta kesehatan masyarakat dan lingkungan dari kemungkinan paparan radiasi
yang beasal dari alat dan atau sumber radiasi yang dimanfaatkan untuk
keperluan kesehatan.
f. meningkatkan teknik dan prosedur manajemen perlakuan zat radioakif dan atau
sumber radiasi lainya sehingga mampu mencegah atau mengurangi
kemungkinan darurat radiasi.
g. meningkatkan pengawasan, monitoring dan evaluasi pemanfaatan zat radioaktif
dan atau sumber radiasi lainnya sehingga memungkinkan manfaat radiasi
semakin besar dibandingkan dengan resiko bahaya yang ditimbulkan.
h. meningkatkan pengawasan, monitoring dan evaluasi ketaatan pekerja radiasi
terhadap teknik dan prosedur kerja dengan zat radioaktif dan atau sumber
radiasi lainnya sebagai suatu proses, sehingga tercapai pelayanan yang tepat
guna (efektif dan efisien) dan professional.

6
i. meningkatkan upaya jaminan kualitas radiologi termasuk sistem pemeliharaan
sarana, prasarana dan peralatan radiologi sebagai upaya peningkatan kualitas
hasil layanan radiologi dalam bentuk rekam medik radiologi dan Imejing.
j. meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya evaluasi pelayanan kepada
masyarakat melalui pengadaan kotak saran, angket/kuisioner dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan radiologi clan rnengukur tingkat kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan yang dilakukan.
D. STANDAR PENDIDIKAN RADIOGRAFER
Pendidikan Radiografer saat ini dikernbangkan melalui jalur vokasional, yaitu
pendidikan Diploma III dan pendidikan Diploma IV serta mempersiapkan pendidikan
lanjutan untuk spesialis I dan spesialis II.Sedangkan untuk jalur akademik, yaitu
pendidikan Sarjana, SI, S2 dan S3 (Doktor/Ph D) pada saat ini belum dapat
direalisasikan. Namun demikian, dalam mengantisipasi kebutuhan masyarakat akan
pelayanan prima di bidang radiologi maka persiapannya sudah dilakukan baik
penyusunan kompetensi, kurikulum sampai pada naskah akademik.
Tenaga Radiografer di Indonesia saat ini ketersediannya secara formal memiliki
ijazah : Asisten Rontgen (ASRO), Akademi Penata Rontgen (APRO), Pendidikan Ahli
Madya Radiodiagnostik dan Radioterapi (PAM-RR), Akademi Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi (ATRO), Diploma III Teknik Radiologi, Diploma IV Teknik Radiologi,
Politeknik Jurusan Radiodiagnostik dan Radioterapi.
a. Definisi Pendidikan Radiografer
1. Pendidikan Radiografer adalah penyelenggaraan pendidikan yang bertujuan
menghasilkan tenaga Radiografi (Radiografer) yang memiliki ilmu pengetahuan
di bidang radiografi dan imejing yang dilandasi moral dan etika ;
2. Pendidikan Radiografer sebagaimana di maksud di atas merupakan proses
belajar berkesinambungan dan berkelanjutan, di mulai saat masuk pendidikan
dan berakhir saat berhenti menjadi Radiografer.
b. Penyelenggaraan Pendidikan Radiografer
1. Penyelenggaraan Pendidikan Radiografer adalah suatu institusi pendidikan
yang telah di akreditasi untuk menyelenggarakan pendidikan Radiografer dan
mendapat rekomendasi dari organisasi profesi;
2. Penyelenggaraan pendidikan Radiografer diselenggarakan oleh lembaga formal
;
3. Penyelenggaraan pendidikan Radiografer berkelanjutan dilaksanakan oleh
lembaga pendidikan baik formal maupun non formal (organisasi profesi)
melalui pendidikan jenjang, pelatihan, workshop dan sejenisnya.
c. Jenjang dan Kualifikasi
Jenjang dan Kualifikasi pendidikan Radiografer ditetapkan oleh organisasi
profesi (atau nantinya oleh Konsil Radiografer Indonesia) atas dasar
pengembangan ilmu dan teknologi radiografi dan imejing, serta kebutuhan

7
masyarakat akan pelayanan bidang radiologi maupun atas usulan lembaga-
lembaga terkait bidang radiologi.
Jenjang pendidikan Radiografer di Indonesia berkembang mulai dari ASRO
(setingkat SMU), APRO/ATRO/Poltekkes Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi (setingkat D-lll), Teknik Radiologi
(setingkat D-IV) dan sedang diupayakan Teknik Radiologi dan Imejing (Strata Satu).
Jenjang pendidikan Radiografer di bedakan menurut Kompetensi lulusannya
dengan tetap mengacu kepada 3 (tiga) pilar kemampuan, yaitu : pengetahuan,
keterampilan dan sikap .
Kurikulum pendidikan Radiografer disusun berdasarkan standar kompetensi yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atas usulan organisasi dan profesi serta
institusi terkait.
Setiap Radiografer yang berpraktek wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan
radiografi dan imejing berkelanjutan yang diselengarakan oleh organisasi profesi
dan lembaga lain yang terakreditasi oleh organisasi profesi dalam penyerapan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknlogi bidang radiologi .
Pendidikan dan pelatihan Radiografer berkelanjutan dilaksanakan dengan standar
yang ditetapkan oleh Persatuan Ahli Radiografi Indonesia (PARI).
d. Pengelolaan dan Pelaksanaan
Pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan Radiografer menjadi tanggung jawab
Departemen Teknis, Pengelola Pendidikan dan Organisasi Profesi (dan nantinya
oleh Konsil Radiografer Indonesia).(Kepmenkes 375/SK/III/2007).

E. Jumlah dan Tugas Pokok Dokter Spesialis Radiologi

Kepmenkes 1014 Tahun 2008 sp radiologi tentang jenis dan jumlah tenaga yang
dibutuhkan dalam instalasi radiologi diagnostic digolongkan berdasarkan jenis sarana
pelayanan kesehatannya, yaitu :
a. Rumah Sakit kelas A atau setara
b. Rumah Sakit kelas B atau setara
c. Rumah Sakit kelas C atau setara
d. Rumah Sakit kelas D atau setara
e. Puskesmas Perawatan Plus srana kesehatan lain selain rumah sakit.
1. Rumah Sakit kelas B atau setara
JENIS TENAGA PERSYARATAN JUMLAH
1. Spesialis Radiologi Memiliki SIP 2 Orang
2. Radiografer D III teknik radiologi 2 Orang/ Alat
memiliki SIKR
3. PetugasProteksi Tingkat I Memiliki SIB 1 Orang
Radiasi (PPR) Medik
4. Fisikawan Medik S1 1 Orang
5. Tenaga Elektromedis D III ATEM 1 Orang
8
6. Perawat D III Keperawatan 2 Orang
memiliki SIP
7. Tenaga Administrasi SMU/Sederajat 3 Orang

2. Tugas Pokok Dokter Spesialis Radiologi


a. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP tindak medik radiodiagnostik
dan radiologi intervensional serta melakukan revisi bila perlu.
b. Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik, imejing diagnostik
dan radiologi intervensional sesuai yang telah ditetapkan dalam SOP.
c. Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras dan fluroskopi bersama dengan
radiografer. Khusus pemeriksaan yang memerlukan penyuntikan intravena,
dikerjakan oleh dokter spesialis radiologi tau dokter lain atau tenaga kesehatan
yang mendapat pendelegasian.
d. Menjelaskan dan menandatangani informed consent atau izin tindakan medic
kepada pasien atau keluarga pasien.
e. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan radiodiagnostik, imejing
diagnostik dan tindakan radiologi intervensional.
f. Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik, imejing diagnostik
dan radiologi intervensional sesuai kebutuhan.
g. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan
dilaksanakan.
h. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap pasien.
i. Menjamin bahwa papran pasien serendah mungkin untuk mendapatkan citra
radiograf yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat
panduan paparan medik.
j. Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atu intervensional
dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya.
k. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari susut pandang klinis.
l. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK radiologi.

F. Metode WISN (Work Load Indicator Staff Need)


WISN (Workload Indicator Staff Need) adalah indikator yang menunjukkan
besarnya kebutuhan tenaga kerja di suatu tempat kerja berdasarkan beban kerja,
sehingga alokasi/relokasi akan lebih mudah dan rasional. Metode perhitungan
kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu metode perhitungan
kebutuhan SDM berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh
tiap kategori SDM pada tiap unit kerja di suatu tempat kerja.Kelebihan metode ini
mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan,
komprehensif dan realistis. Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM
berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah, yaitu:

9
1. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia
Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja
tersedia masing-masing kategori SDM yang bekerja selama kurun waktu satu
tahun. Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia adalah
sebagai berikut:
a. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di tempat kerja atau Peraturan
Daerah setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja. (A)
b. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti yang berbeda. (B)
c. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di tempat kerja untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/profesionalisme setiap
kategori SDM memiliki hak untuk mengikuti pelatihan/kursus/seminar/
lokakarya. (C)
d. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait tentang
Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2018-2019 ditetapkan 24 Hari
Kerja untuk Libur Nasional dan cuti bersama. (D)
e. Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja (selama kurun
waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa
pemberitahuan/ijin. (E)
f. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di tempat kerja atau Peraturan
Daerah, pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari
kerja/minggu). (F)

Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menetapkan


waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut:
Waktu Kerja Tersedia = {A - (B+C+D+E)} x F
Keterangan :
A = Hari Kerja D = Hari Libur Nasional
B = Cuti Tahunan E = Ketidak Hadiran Kerja
C = Pendidikan & Pelatihan F = Waktu Kerja

Apabila ditemukan adanya perbedaaan rata-rata ketidak hadiran kerja atau


perusahaan menetapkan kebijakan untuk kategori SDM tertentu dapat mengikuti
pendidikan dan pelatihan lebih lama di banding kategori SDM lainnya, maka
perhitungan waktu kerja tersedia dapat dilakukan perhitungan menurut kategori
SDM.
2. Menetapkan Unit Kerja Dan Kategori SDM
Langkah awal yang dilakukan adalah membuat unit kerja dan sub unit kerja sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan. Setelah unit kerja dan sub unit kerja di RS
telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan kategori SDM sesuai

10
kompetensi atau pendidikan untuk menjamin mutu, efisensi dan akuntabilitas
pelaksanaan kegiatan/pelayanan di tiap unit kerja RS.
3. Menyusun Standar Beban Kerja
Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun per
kategori SDM.Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun
berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaiakannya (rata-rata waktu)
dan waktu yang tersedia per-tahun yang dimiliki oleh masing-masing kategori
tenaga.
Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan beban kerja masing-
masing kategori SDM utamanya adalah sebagai berikut:
 Kategori SDM yang bekerja pada tiap unit kerja sebagaimana hasil yang telah
ditetapkan pada langkah kedua.
 Standar profesi, standar pelayanan yang berlaku.
 Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh tiap kategori SDM untuk
melaksanakan/menyelesaikan berbagai pekerjaan.
Data dan informasi kegiatan pelayanan pada tiap unit kerja.
Beban kerja masing-masing kategori SDM di tiap unit kerja adalahmeliputi:
 Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori SDM. Kegiatan
pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar pelayanan dan
standar operasional prosedur (SOP) untuk menghasilkan pelayanan
perusahaan yang dilaksanakan oleh SDM dengan kompetensi tertentu.
 Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok.
Rata-rata waktu adalah suatu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu kegiatan pokok, oleh masing-masing kategori SDM pada tiap unit
kerja.Kebutuhan waktu untuk menyelesaikan kegiatan sangat bervariasi dan
dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional prosedur (SOP), sarana
dan prasarana medik yang tersedia serta kompetensi SDM.
 Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama
bekerja dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh data rata-rata waktu yang
cukup akurat dan dapat dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan berdasarkan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM
yang memiliki kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar pelayanan, standar
operasional prosedur (SOP) dan memiliki etos kerja yang baik.
 Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori SDM. Standar beban
kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun per kategori
SDM.Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan nya (waktu rata-rata) dan waktu
kerja tersedia yang dimiliki oleh masing-masing kategori SDM.

Adapun rumus perhitungan standar beban kerja adalah sebagai berikut:

11
Waktu Kerja Tersaedia
SBK =
Rata 2Waktu /Tahun
4. Menyusun Standar Kelonggaran
Penyusunan standar kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya faktor
kelonggaran tiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu
untuk menyelesaiakan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau
dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan.
Penyusunan faktor kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan
wawancara kepada tiap kategori tentang:
a.Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada customer,
misalnya: rapat, apel pegawai, ishoma.
b.Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan.
c.Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.

Setelah faktor kelonggaran tiap kategori SDM diperoleh, langkah selanjutnya


adalah menyusun Standar Kelonggaran dengan melakukan perhitungan
berdasarkan rumus di bawah ini:

Rata 2Waktu Kelonggaran


SK =
Waktu Kerja Tersedia

5. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Per Unit Kerja


Perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja tujuannya adalah diperolehnya jumlah
dan jenis/kategori SDM per unit kerja sesuai beban kerja selama 1 tahun. Sumber
data yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja meliputi:
a. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu:
1) Waktu kerja tersedia
2) Standar beban kerja
3) Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM
b. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahuan. Data
kegiatan yang telah diperoleh dan Standar Beban Kerja dan
StandarKelonggaran merupakan sumber data untuk perhitungan kebutuhan
SDM di setiap instalasi dan unit kerja dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

Kuantitas Kegiatan Pokok


+ Standar Kelonggaran
Standar Beban Kerja

Berdasarkan rumus perhitungan tersebut, kebutuhan SDM untuk tiap kegiatan


pokok terlebih dahulu di jumlahkan sebelum di tambahkan dengan Standar
Kelonggaran masing-masing kategori SDM.

12
BAB III
Hasil Dan Pembahasan

Instalasi Radiologi RSUD Abdul Wahab Sjahraniedi pimpin oleh seorang kepala
instalasi dan dibawahi oleh seorang kepala ruang. Terdiri 20 Radiografer, Seorang
fisikawan medis lulusan S1 fisika medis dan dua orang tenaga perawat. Dengan
pembagian shift pagi, siang, dan malam. Jumlah petugas shift siang dan malam masing
masing dua orang. Untuk segi administrasi radiologi dibantu oleh sembilan Petugas
administrasi. Kemudian hasil radiografi yang dihasilkan diekspertise oleh lima dokter
spesialisradiologi.Agar ruangan selalu bersih dan rapiInstalasi Radiologi RSUD Abdul
Wahab Sjahranie memilikidua petugas kebersihan.Untuk ruangannyaterdiri dari 7 ruang
pemeriksaan dengan jenis pemeriksaan yang berbeda di masing masing ruang
pemeriksaan.
1. Kamar pemeriksaan 1 digunakan untuk pemeriksaan radiografi yang menggunakan
media kontras, seperti Intra Vena Phyelografi, Colon In Loop, Uretrografi, Cystografi,
dan lain sebagainya pada pagi harinya.
Sedangkan pada siang dan malam hari digunakan untuk semua pemeriksaan
radiografi.

Data Pesawat sinar –x

Merek Pesawat sinar-x : Hitachi

Tipe / Model Pesawat sinar- x : Radiografi umum / PC 125 AB

No.seri pesawat sinar-x : KC14576305

Tahun Pembuatan : Oktober 1993

Tahun Pemasangan : 2017

Data Tabung

Merek tabung : Hitachi

Tipe tabung : PC 125 AB

No.seri tabung : 1.32.447.AB

Kv maksimum : 125 kv

mA Maksimum : 500 mA
13
mAs maksimum : 500 mAs

2. Kamar pemeriksaan 2 untuk pemeriksaan radiografi non media kontras


Seperti Ekstremitas, vertebra, thorax, abdomen dan lain sebagainya.
Pesawat yang digunakan didalam kamar pemeriksaan 2 adalah tipe stasioner dengan
merk carestream.Dengan modalitas DR (Digital Radiography) yang digunakan cukup
membuat aktifitas radiographer menjadi lebih ringan dan efisien walaupun jumlah
pasien banyak.

Data Pesawat sinar –x

Merek Pesawat sinar-x :Carestream

Tipe / Model Pesawat sinar- x : Radiografi umum / TU.51

No.seri pesawat sinar-x : KC16736802

Tahun Pembuatan : 2017

Tahun Pemasangan : 2017

Data Tabung

Merek tabung : Carestream

Tipe tabung :UH -6 GC 31 E

No.seri tabung : KC 16188802

Kv maksimum : 125 kv

mA Maksimum : 500 mA

mAs maksimum : 500 mAs

3. Kamar pemeriksaan 3 sementara tidak dapat digunakan, dikarenakan sedang dalam


perbaikan alat dan renovasi ruangan.

Data Pesawat sinar –x

Merek Pesawat sinar-x : Siemens

Tipe / Model Pesawat sinar- x : Radiografi umum / Siemens


Multix Top

No.seri pesawat sinar-x : 2873


14
Tahun Pembuatan : September 2012

Tahun Pemasangan : Desember 2012

Data Tabung

Merek tabung : Siemens

Tipe tabung : Opti 150/40/80HC-100

No.seri tabung : 03345233

Kv maksimum : 150 Kv

mA Maksimum : 800 mA

mAs maksimum : 800 mAs

4. Kamar pemeriksaan 4 untuk pemereriksaan CT Scan tanpa menggunakan media


kontras
Dengan pesawat yang digunakan adalah merk GE 16 Slice

Data Pesawat sinar –x

Merek Pesawat sinar-x : GE

Tipe / Model Pesawat sinar- x : CT Scan Brivo 385 / 5402412

No.seri pesawat sinar-x : 353805HM5

Tahun Pembuatan : 2013

Tahun Pemasangan : 2013

Data Tabung

Merek tabung : GE

Tipe tabung : D 3162 T

No.seri tabung : 86604 B/6

Kv maksimum : 140 Kv

mA Maksimum : 200 mA

15
mAs maksimum : 200 mAs

5. Kamar pemeriksaan 5 untuk pemeriksaan panoramic dan dental


Data Pesawat sinar –x

Merek Pesawat sinar-x : Takara Belmont

Tipe / Model Pesawat sinar- x : Panoramic / X Caliber EX 2000

No.seri pesawat sinar-x : 5170775

Tahun Pembuatan : November 2007

Tahun Pemasangan : 2008

Data Tabung

Merek tabung : Toshiba

Tipe tabung : Toshiba 103 -B

No.seri tabung : 7K5557

Kv maksimum : 90 Kv

mA Maksimum : 10 mA

mAs maksimum : 25 mAs

Data Pesawat sinar –x

Merek Pesawat sinar-x : Philips

Tipe / Model Pesawat sinar- x : Mobile X –ray /Practics 360

No.seri pesawat sinar-x : SN15000618

Tahun Pembuatan : September 2015

Tahun Pemasangan : Desember 2015

Data Tabung

16
Merek tabung : IAE X22

Tipe tabung : MHF2030

No.seri tabung : 13R724

Kv maksimum : 125 KV

mA Maksimum : 450 mA

6. Kamar pemeriksaan 8 untuk Pemeriksaan CT Scan dengan Menggunakan media


kontras. Pesawat yang digunakan adalah Hitachi 128 slice.

Data Pesawat sinar –x

Merek Pesawat sinar-x : Hitachi

Tipe / Model Pesawat sinar- x : Scenera 128

No.seri pesawat sinar-x : 54890

Tahun Pembuatan : 2017

Tahun Pemasangan : 2017

Data Tabung

Merek tabung : Hitachi

Tipe tabung : Stratonz Z /7114700

No.seri tabung : 914380605

Kv maksimum : 140 Kv

mA Maksimum : 500 mA

mAs maksimum : 200 mAs

Instalasi Radiologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie memiliki empat pesawat C-Arm
yang digunakan untuk guiding, dua pesawat beroperasi di kamar operasi dan dua
lainnya beroperasi di ruang Cathlab.
Berikut merupakan data pesawat yang digunakan di ruangan operasi:

Data Pesawat sinar –x

17
Merek Pesawat sinar-x : GE

Tipe / Model Pesawat sinar- x : Brivo OEC 850

No.seri pesawat sinar-x : 5325576

Tahun Pembuatan : 2013

Tahun Pemasangan : 2013

Data Tabung

Merek tabung : GE

Tipe tabung : 110/3DF

No.seri tabung : 105299HL2

Kv maksimum : 110

mA Maksimum : 200 mA

mAs maksimum : 5 mAs

Data Pesawat sinar –x

Merek Pesawat sinar-x : Siemens AG

Tipe / Model Pesawat sinar- x : Siremobil Compact L / C arm

No.seri pesawat sinar-x : 5591

Tahun Pembuatan : 2010

Tahun Pemasangan : 2010

Data Tabung

Merek tabung : Siemens AG

Tipe tabung : Sirephos 2000-1,3

No.seri tabung : 453722

Kv maksimum : 110 Kv

mA Maksimum : 200 mA

18
mAs maksimum : 5 mAs

Data pesawat yang digunakan di ruangan cathlab :


Nama Ruang : Ruang Cath Lab ICCU

Ukuran Ruangan : 6 m x 5m x 3.2 m

No.ijin Pemanfaatan : 010330.1.204.00000.200315

Data Pesawat sinar –x

Merek Pesawat sinar-x : Siemens AG

Tipe / Model Pesawat sinar- x : Cath Lab / Axiom Artis dFC

No.seri pesawat sinar-x : Megalix Cat 125/35/80/121 GW

Tahun Pembuatan : 2004

Tahun Pemasangan : 2004

Data Tabung

Merek tabung : Siemens

Tipe tabung : Megalix Cat 125/35/80/121 GW

No.seri tabung : 335050402

Kv maksimum : 125 Kv

mA Maksimum : 100 mA

mAs maksimum : 500 mAs

Data Pesawat sinar –x

Merek Pesawat sinar-x : GE Medical

Tipe / Model Pesawat sinar- x : Cath lab /Optima IGS320 /DT-


Z21-01

No.seri pesawat sinar-x : EZ27023-10

Tahun Pembuatan : Juni 2015

19
Tahun Pemasangan : januari 2016

Data Tabung

Merek tabung : GE medical

Tipe tabung : 22lu50

No.seri tabung : 18885G10

Kv maksimum : 125 KV

mA Maksimum : 1000 mA

mAs maksimum : 1,25 mAs

7. Menghitung Beban Kerja dan Kebutuhan Radiografer

a. Waktu Kerja Tersedia


Hari kerja (5 Hari x 52 Minggu) 260 Hari (A)
Cuti Pegawai 12 Hari (B)
Pendidikan dan latihan 4 Hari (C)
Hari libur dan cuti nasional 24 Hari (D)
Ijin 2 Hari (E)
Waktu kerja (jam/ hari) 8 Jam /hari
Rumus waktu kerja tersedia
WKT = {A-(B+C+D+E)} x 8 Jam/hari
= {260-(12+4+24+2)} x Jam/hari
= 214x 8 Jam/hari
WKT = 1712 Jam
= 102720 Menit
b. Standar beban kerja
Waktu Kerja Tersaedia
SBK =
Rata 2Waktu /Tahun
c. Standar kelonggaran
Rata 2Waktu Kelonggaran
SK =
Waktu Kerja Tersedia

d. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja


Kuantitas Kegiatan Pokok
+ Standar Kelonggaran
Standar Beban Kerja

20
 Pemeriksaan Radiografi Konvensional Polos dan Kontras
JENIS
1 TOTAL WAKTU KS
PEMERIKSAAN SBK
1 ABDOMEN 1740 20 5136 0.595794393
2 THORAX 14850 20 5136 3.148364486
3 EKSTREMITAS 6246 35 2934.857143 2.385221963
4 VERTEBRAE 1679 35 2934.857143 0.82909852
5 KEPALA 656 30 3424 0.448598131
6 PANORAMIK/GIGI 1990 20 5136 0.644470405
7 FOTO KONTRAS 394 120 856 0.71728972
8 MAMOGRAFI 14 30 3424 0.261098131
9 CATHLAB 858 180 570.6666667 1.760514019
10 BONE SURVEY 79 60 1712 0.303154206
11 C ARM 859 180 570.6666667 1.762266355
TOTAL
KEBUTUHAN SDM 12.85587033

 Pemeriksaan CT Scan Polos dan Kontras


JENIS
TOTAL WAKTU SBK KS
NO PEMERIKSAAN
1 CT SCAN POLOS 4626 45 2282.666667 2.283586449
CT SCAN +
2 2177 120 856 2.800233645
KONTRAS
TOTAL
5.083820093
KEBUTUHAN SDM

 Pemeriksaan MRI Polos dan Kontras


No JENIS
TOTAL WAKTU SBK KS
. PEMERIKSAAN
1 MRI POLOS 1400 90 1141.333333 1.48364486
2 MRI KONTRAS 396 120 856 0.719626168
TOTAL
2.203271028
KEBUTUHAN SDM

Total kebututuhan tenaga radiografer menurut perhitungan diatas adalah


merupakan total dari penjumlahan kebutuhan tenaga kerja pada pemeriksaan
radiografi konvensional polos maupun kontras, CT Scan polos maupun kontras, dan
MRI polos maupun kontras yaitu sebesar 20,14296415 tenaga.
Jumlah kebutuhan tenagasebesar 20,14296415 telah tercukupi dengan total 20
radiografer yang sudah ada saat ini.

21
A. PEMBAHASAN

Instalasi Radiologi RSUD Abdul Wahab Sjahraniedi pimpin oleh seorang kepala
instalasi dan dibawahi oleh seorang kepala ruang. Total seluruh radiografer adalah 20
orang, dengan tingkat pendidikan DIII-DIV, kemudian seorang Fisikawan Medik dan
dua orang tenaga perawat.Dalam peleyanannya Instalasi Radiologi membagi sift
menjadi tiga waktu kerja yaitu shift pagi, siang, dan malam. Jumlah petugas shift
siang dan malam masing masing dua orang. Untuk segi administrasi radiologi dibantu
oleh sembilan Petugas administrasi. Kemudian hasil radiograf yang dihasilkan
diekspertise oleh empat Dokter Spesialis Radiologi.Agar ruangan selalu bersih dan
rapi Instalasi Radiologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie memilikidua petugas
kebersihan.
Untuk ruangannya terdiri dari 7 ruang pemeriksaan dengan jenis pemeriksaan yang
berbeda di masing masing ruang pemeriksaan.
1. Kamar pemeriksaan 1 digunakan untuk pemeriksaan radiografi yang
menggunakan media kontras.
2. Kamar pemeriksaan 2 untuk pemeriksaan radiografi non media kontras
Seperti Ekstremitas, vertebra, thorax, abdomen dan lain sebagainya.
Pesawat yang digunakan didalam kamar pemeriksaan 2 adalah tipe
stasioner dengan merk carestream. Dengan modalitas DR (Digital
Radiography) yang digunakan cukup membuat aktifitas
radiographer menjadi lebih ringan dan efisien walaupun jumlah
pasien banyak.
3. Kamar pemeriksaan 3 digunakan untuk pemeriksaan radiografi dengan
menggunakan media kontras, seperti BNO IVP, Colon in loop, Oesophagography
dan lain sebagainya.Pesawat yang digunakan adalah merk Siemens type stasioner
ddidukung dengan CR merk Carestream.
4. Kamar pemeriksaan 4 untuk pemereriksaan panoramic dan dental
5. Kamar pemeriksaan 5 untuk pemeriksaan CT Scan tanpa menggunakan media
kontras dengan pesawat yang digunakan adalah merk GE 16 Slice
6. Kamar pemeriksaan 8 untuk Pemeriksaan CT Scan dengan Menggunakan media
kontras.
7. Kamar pemeriksaan 7 digunakan untuk pemeriksaan MRI 1,5 Tesla.
Instalasi Radiologi RSUD Abdul Wahab Sjahraniejuga memiliki 2 ruangan cathlab
yang sementara belum beroperasi secara maksimal.Sedangkan untuk guiding di
ruangan operasi digunakan pesawat C-Arm dengan jumlah total 2 pesawat merk
GE dan Siemens.

Jika dilihat dari tabel pada tahun 2018 jumlah jumlah total pasien yang
berkunjung ke Instalasi Radiologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie adalah sebesar
37.964 pasien, jumlah tersebut merupakan jumlah dari seluruh pemeriksaan

22
radiografi baik kontras maupun non kontras, CT Scan, dan MRI. Bila di rata rata satu
bulan terdapat 3.163 pasien yang berkunjung ke Instalasi Radiologi Abdul Wahab
Sjahranie.
Didalam tabel terdapat seluruh jenis pemeriksaan radiografi yang ada beserta
rata rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masing masing
pemeriksaan.Pada kolom jumlah bisa disebut dengan kuantitas kerja pokokyaitu
jumlah masing masing pemeriksaan.
Sedangkan SBK merupakan Standar Beban Pokok yang nilainya diperoleh dari
Waktu Kerja Tersedia (dalam hitungan menit) dibagi dengan rata rata waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan masing masing pemeriksaan radiografi.Angka
Standar Kelonggaran diperoleh dari rata rata waktu kelonggaran dalam setahun yang
dibagi dengan waktu kerja tersedia dalam setahun, didapatkanlah total Standar
Kelonggaran sebesar 0,257009346.

Total kebutuhan pegawai merupakan hasil pembagian dari Kuantitas kerja pokok
(jumlah pemeriksaan) dengan Standar Beban Kerja kemudian ditambah dengan
Standar Kelonggaran. Dari perhitungan tersebut didapatkan total kebutuhan pegawai
adalah sebesar 20,14296415 orang. Jumlah kebutuhan tenagatersebut telah
tercukupi dengan total 20 radiografer yang sudah ada saat ini.

Jumlah dokter spesialis radiologi yang ada di Instalasi Radiologi RSUD Abdul
Wahab Sjahranie adalah 5 orang, apabila mengacu pada keputusan menteri
kesehatan nomor 1014 tahun 2008 tentang jumlah dokter spesialis pada rumah sakit
tipe B atau setara harus memiliki 2 dokter spesialis radiologi yang memiliki SIP.
Di Instalasi Radiologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie terdapat 5 orang dokter
spesialis dikarenakan modalitas yang ada setara dengan rumah sakit tipe A, hal ini
juga sejalan dengan banyak nya pasien yang melakukan kunjungan di Instalasi
Radiologi sehingga semua foto dapat di ekspertise dengan baik oleh dokter spesialis
radiologi serta pemeriksaan lain yang membutuhkan penanganan dokter spesialis
radiologi dapat terlaksana dengan optimal.

23
B. KESIMPULAN

1. Radiografer di Instalasi Radiologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie memiliki tugas


yang sudah sesuai dengan prosedur tetap yang ada dibagi menjadi beberapa job
description yaitu membuat melakukan pemeriksaan radiografi baik konvensional,
CT Scan dan MRI, maupun Intervensional.

2. Terdapat 20 radiografer saat ini di Instalasi Radiologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie
yang mana ini sesuai dengan jumlah hasil analisis perhitungan beban kerja dan
kebutuhan pegawai sejumlah 20,14296415 sehingga tidak perlu adanya
penambahan tenaga radiografer lagi.

3. Jika mengacu pada keputusan menteri kesehatan nomor 1014 tahun2008 tentang
jumlah dokter spesialis radiologi pada rumah sakit tipe B maka jumlah dokter
spesialis di Instalasi Radiologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie sudah lebih dari
cukup.

C. SARAN

1. Diharapkan perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja dengan


menggunakan metode WISN (work indicator staff need) dapat dijadikan masukan
dalam upaya perencanaan penambahan petugas untuk meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit.

24

Anda mungkin juga menyukai