Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

HUKUM ETIKA PROFESI DAN HUKUM PELAYANAN KESEHATAN


“STANDART PROFESI RADIOGRAFER”
Dosen Pembimbing : Kasimin, SH, M.Kes

Disusun oleh:
Renolia Widyaningrum
P1337430119030

PROGRAM STUDI
D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan anugerah-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah HUKUM
ETIKA PROFESI DAN HUKUM PELAYANAN KESEHATAN yang berjudul STANDART
PROFESI RADIOGRAFER.

Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Hukum
Etika Profesi dan Hukum Pelayanan Kesehatan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah
banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan
ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Bapak Kasimin, SH, M.Kes selaku dosen mata kuliah Hukum Etika Profesi dan
Hukum Pelayanan Kesehatan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih
baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Semarang, Mei 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Radiografer adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenag untuk melakukan kegiatan radiografer pada
unit pelayanan kesehatan (Rumah sakit, puskesmas, poliklinik). Saat ini radiografer di
dalam menerapan kompetensinya masih difokuskan pada pelayanan radiologi, yaitu
meliputi pelayanan kesehatan bidang radiodiagnostik, imejing, radioterapi dan
kedokteran nuklir. Pelayanan radiologi adalah pelayanan kesehatan profesional
berdasarkan ilmu pengetahuan, teknologi dalam bidang radiologi yang memanfaatkan
radiasi pengion dan non pengion untuk diagnosa dan terapi. Dalam menjalankan tugas
memberi pelayanan kesehatan bidang radiasi kepada masyarakat umum sesuai dengan
tugas dan fungsinya yang dilandasi oleh Etika Profesi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Radiografer?
2. Apa saja tugas umum dari Radiografer?
3. Bagaimana standart pendidikan radiologi?
4. Apa saja standart kompetensi radiografer?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Radiografer
2. Untuk mengetahui tugas umum seorang Radiografer
3. Untuk mengetahui standart pendidikan radiologi di Indonesia
4. Untuk mengetahui standart kompetensi Radiografer
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI RADIOGRAFER
 Kode Etik Radiografer
Radiografer adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada
masyarakat, bukanlah profesi yang semata-mata pekerjaan untuk mencari nafkah
akan tetapi merupakan pekerjaan kepercayaan.
 Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala BKN
No.049/Menkes/SKB/I/2003.
Radiografer adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenag untuk melakukan kegiatan
radiografer pada unit pelayanan kesehatan.
 Kep. Men. Kes. No.1267/Menkes/SK/XII/1995
Radiografer adalah tenaga kesehatan luluasan APRO/D-III
Radiologi/ATRO dan Pendidikan Asisten Rontgen.
 Keputusan Rekarnas PARI Tahun 2006
Radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengasn
tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi,
imejing, kodokteran nuklir dan radioterapi di pelayanan kesehatan dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
B. TUGAS RADIOGRAFER SECARA UMUM

Dalam menjalankan tugasnya baik secara mandiri maupun dalam satu tim dengan
tenaga kesehatan lainnya (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Spesialis Radiologi, Dokter
Kedokteran Nuklir, dll ) memberikan pelayanan kesehatan bidang radiasi kepada
masyarakat umum sesuai dengan tugas dan fungsinya sebatas kewenangan yang di
landasi oleh Etika Profesi.

Secara umum tugas dan tanggung jawab Radiografer adalah :


1. Melakukan pemeriksaan pasien secara radiografi meliputi pemeriksaan
untuk radiodiagnostik dan imejing termasuk kedokteran nuklir dan ultra
sonografi (USG)
2. Melakukan teknik penyinaran radiasi pada radioterapi
3. Menjamin terlaksananya penyelenggaraan pelayanan kesehatan bidang
radiologi / radiografi sebatas kewenangan dan tanggung jawabnya
4. Menjamin akurasi dan keamanan tindakan proteksi radiasi dalam
mengoperasikan peralatan radiologi dan atau sumber radiasi
5. Melakukan tindakan Jaminan Mutu peralatan radiografi.
Tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan bidang radiologi
yang semakin meningkat, mengharuskan setiap Radiografer untuk bekerja
secara profesional. Profesionalisme Radiografer akan di uji dalam
kompetisi global yang akan terjadi di era globalisasi. Oleh karena itu,
Radiografer Indonesia dituntut untuk memiliki kompetensi standar yang
wajib dimiliki oleh setiap Radiografer untuk bekerja di sarana pelayanan
kesehatan. Kompetensi standar Radiografer yang di susun ini
mengacu pada kompetensi sejenis di luar negeri, akan menempatkan
Radiografer Indonesia setara dengan Radiografer di luar negeri.

Untuk mendukung keadaan tersebut, maka Radiografer Indonesia dituntut juga


memiliki kemampuan berbahasa asing khususnya bahasa Inggris dengan baik dan benar
serta pengetahuan / pemahaman sosio kultural berbagai negara. Selain itu, dalam
menjalankan tugas dan fungsinya radiografer Indonesia diwajibkan juga memenuhi
hukum dan etika profesi yang berlaku.

C. STANDART PENDIDIKAN RADIOGRAFER

Pendidikan Radiografer saat ini dikernbangkan melalui jalur vokasional, yaitu


pendidikan Diploma III dan pendidikan Diploma IV serta mempersiapkan pendidikan
lanjutan untuk spesialis I dan spesialis II. Sedangkan untuk jalur akademik, yaitu
pendidikan Sarjana, SI, S2 dan S3 (Doktor/Ph D) pada saat ini belum dapat
direalisasikan. Namun demikian, dalam mengantisipasi kebutuhan masyarakat akan
pelayanan prima di bidang radiologi maka persiapannya sudah dilakukan baik
penyusunan kompetensi, kurikulum sampai pada naskah akademik.

Tenaga Radiografer di Indonesia saat ini ketersediannya secara formal memiliki


ijazah : Asisten Rontgen (ASRO), Akademi Penata Rontgen (APRO), Pendidikan Ahli
Madya Radiodiagnostik dan Radioterapi (PAM-RR), Akademi Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi (ATRO), Diploma III Teknik Radiologi, Diploma IV Teknik Radiologi,
Politeknik Jurusan Radiodiagnostik dan Radioterapi.

Pendidikan Radiografer adalah penyelenggaraan pendidikan yang bertujuan


menghasilkan tenaga Radiografi (Radiografer) yang memiliki ilmu pengetahuan di
bidang radiografi dan imejing yang dilandasi moral dan etika. Penyelenggaraan
Pendidikan Radiografer adalah suatu institusi pendidikan yang telah di akreditasi untuk
menyelenggarakan pendidikan Radiografer dan mendapat rekomendasi dari organisasi
profesi.

D. STANDART KOMPETENSI RADIOGRAFER

Standar kompetensi Radiografer merupakan penjabaran yang utuh dan cermat


meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan Radiografer dalam
rnenjalankan peran, fungsi dan kewenangannya sebagai Radiografer. Standar Kompetensi
Radiografer adalah pernyataan-pernyataan mengenai pelaksanaan tugas di tempat kerja
yang digambarkan dalam bentuk hasil keluaran, mengenai:

1. Apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh Radiografer


2. Tingkat kesempurnaan pelaksanaan kerja yang diharapkan dan Radiografer
3. Bagaimana menilai bahwa kemampuan Radiografer telah berada pada tingkat
yang diharapkan.

Standart Kompetensi Radiografer memiliki manfaat pada tingkat nasional dan


pada tingkat pelayanan di Rumah Sakit.

a) Manfaat pada tingkat nasional


 Lebih effisien dalam biaya dan membuat pendidikan dan pelatihan
keterampilan lebih relevan
 Pembentukan keterampilan yang lebih baik antara pelatihan,
penilaian dan pemberian sertifikat
 Penilaian yang lebih konsisten
 Adanya hubungan yang lebih baik antara pelatihan, penilaian dan
pemberian sertifikat
 Kemungkinan diakuinya pelajaran-pelajaran yang telah diterima
sebelumnya.

b) Manfaat pada tingkat pelayanan di Rumah Sakit

 Pengidentifikasian yang lebih baik mengenai keterampilan yang


dibutuhkan
 Pemahaman yang lebih baik mengenai hasil pelatihan
 Berkurangnya pengulangan dalam usaha pengadaan pelatihan
 Peningkatan dalam perekrutan tenaga baru
 Penilaian hasil pelatihan yang lebih konsisten dan dapat
diandalkan
 Pengidentifikasian kompetensi di tempat kerja yang lebih akurat.

Dalam upaya menjamin seorang Radiografer memiliki kompetensi sesuai dengan


standar pendidikan Radiografer, maka penyelenggara pendidikan maupun pelatihan harus
dalam pengawasan PARI dan berdasarkan standar kornpetensi yang telah ditetapkan.
Standar kornpetensi harus merupakan bagian pokok dari kurikulum pendidikan
Radiografer secara utuh. Standar Kompetensi Radiografer harus dapat digunakan dalam
pengembangan kurikulum pendidikan lanjut Radiografer, untuk mengetahui dan atau
menguji kualifikasi dan standarisasi Radiografer yang akan menjalankan praktek
radiografi dan imejing di masyarakat. Dalam pelaksanaannya standar kornpetensi
Radiografer dijabarkan dalam struktur standar kompetensi sesuai dengan fungsi ;

a) Kompetensi untuk fungsi pelaksana


b) Kompetensi untuk fungsi manajerial / pengelol
c) Kompetensi untuk fungsi pendidik dan pembimbing
d) Kompetensi untuk fungsi peneliti dan penyuluh
e) Kornpetensi untuk fungsi kewirausahaan/enterpreneurship.Pelaksanaan
standart kompetensi radiografer

E. PENJABARAN STANDART KOMPETENSI RADIOGRAFER SESUAI FUNGSI

1. KOMPETENSI UNTUK FUNGSI PELAKSANA

a. Kelompok Unit Kompetensi Radiodiagnostik Konvensional.

1) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Alat Gerak Atas (Ext.


Superior)
2) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Alat Gerak Bawah
(Ext. Inferior)
3) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Perut / Abdomen
4) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Dada / Thorax
5) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Tulang Belakang /
Columna Vertebralis
6) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Kepala/Schedel
7) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Tulang Wajah/Facial
Bone
8) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Tulang Panggul/Pelvis
9) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Bone Survey
10) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Gigi Geligi dan
Panoramic
11) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Saluran Pernapasan/Tr.
Respiratorius
12) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Saluran
Pencernaan/Tr. Digestifus
13) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Saluran
Perkencingan/Tr. Urinarius
14) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistim Reproduksi/Tr.
Genitalia
15) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistim Persyarafan/Tr.
Neurologis
16) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistim Hormon/Tr.
Billiaris
17) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistem Pembuluh
Darah Arteri/Arteriografi
18) Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistem Pembuluh
Darah Vena/Venografi
19) Unit Kompetensi Upaya Proteksi Radiasi
20) Unit Kompetensi Implementasi QA/QC

b. Kelompok Unit Kompetensi Imejing CT Scan


1) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan kepala/otak
2) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan sinus paranasal
3) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan nasopharynk
4) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan orbita
5) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan leher
6) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan abdomen
7) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan thorax
8) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan tulang belakang
9) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan pelvis
10) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan alat gerak atas
11) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan alat gerak bawah
12) Unit Kompetensi Upaya Proteksi Radias
13) Unit Kompetensi Implementasi QA/QC
c. Kelompok Unit Kompetensi Imejing MRI
1) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan kepala
2) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan otak
3) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan leher
4) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan mediastinum
5) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan thorax
6) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan abdomen
7) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan tulang belakang
8) Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan muskuloskeletal
9) Unit Kompetensi Implementasi QA/QC
d. Kelompok Unit Kompetensi Imejing USG
1) Unit kompetensi melaksanakan scanning liver
2) Unit kompetensi melaksanakan scanning empedu
3) Unit kompetensi melaksanakan scanning ginjal
4) Unit kompetensi melaksanakan scanning pankreas
5) Unit kompetensi melaksanakan scanning limpa
6) Unit kompetensi melaksanakan scanning aorta abdominalis
7) Unit kompetensi melaksanakan scanning vena cava inferior
8) Unit kompetensi melaksanakan scanning pelvis
9) Unit kompetensi melaksanakan scanning obstetric
10) Unit kompetensi melaksanakan scanning payudara
11) Unit kompetensi melaksanakan scanning thyroid
12) Unit kompetensi melaksanakan scanning scorotum
13) Unit kompetensi melaksanakan scanning Neonatal
14) Unit kompetensi melaksanakan scanning Appendix
15) Unit Kompetensi Implementasi QA/QC
e. Kelompok Unit Kompetensi Bidang Radioterapi
1) Unit kompetensi melaksanakan teknik radiasi eksterna
2) Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi kuratif
3) Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi valiatif
4) Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi pra-bedah
5) Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi pasca bedah
6) Unit kompetensi melaksanakan teknik radiasi interna
7) Unit kompetensi melaksanakan teknik afterloading
8) Unit kompetensi melaksanakan teknik intra caviter
9) Unit kompetensi melaksanakan teknik inflantasi
10) Unit kompetensi melaksanakan teknik radiasi sistemic
11) Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi total body
irradiation
12) Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi hemi body
13) Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi sterios static
14) Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi total skin
irradiation
15) Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi intra
operative
16) Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi IMRT
17) Unit Kompetensi Upaya Proteksi Radiasi
18) Unit Kompetensi Implementasi QA/QC
f. Kelompok Unit Kompetensi Bidang Kedokteran Nuklir
1) Unit kompetensi melaksanakan scanning liver
2) Unit kompetensi melaksanakan scanning empedu
3) Unit kompetensi melaksanakan scanning ginjal
4) Unit kompetensi melaksanakan scanning pankreas
5) Unit kompetensi melaksanakan scanning limpa
6) Unit kompetensi melaksanakan scanning aorta abdominalis
7) Unit kompetensi melaksanakan scanning vena cava inferior
8) Unit kompetensi melaksanakan scanning pelvis
9) Unit kompetensi melaksanakan scanning obstetric
10) Unit kompetensi melaksanakan scanning whole body
11) Unit Kompetensi Upaya Proteksi Radiasi
12) Unit Kompetensi Implementasi QA/QC
2. KOMPETENSI UNTUK FUNGSI MANAJERIAL/PENGELOLA
a. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan Radiografi
Konvensional
b. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan CT Scan
c. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan MRI
d. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan USG
e. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan Radioterapi
f. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan Kedokteran Nuklir

BAB III
PENUTUP

Radiografer adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh
oleh pejabat yang berwenag untuk melakukan kegiatan radiografer pada unit pelayanan
kesehatan. Radiografer juga tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengasn tugas,
wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi, imejing, kodokteran nuklir
dan radioterapi di pelayanan kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Standar kompetensi Radiografer merupakan penjabaran yang utuh dan cermat meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan Radiografer dalam rnenjalankan peran,
fungsi dan kewenangannya sebagai Radiografer.
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan mentri kesehatan republik indonesia nomor 375/menkes/SK/III/2007 tentang standart
profesi radiografer

https://cafe-radiologi.blogspot.com/2011/12/standar-profesi-radiografer.html

https://radiologitop.wordpress.com/2011/12/21/standar-profesi-radiografer/
MAKALAH
HUKUM ETIKA PROFESI DAN HUKUM PELAYANAN KESEHATAN
“WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB RADIOGRAFER”
Dosen Pengampu: Kasimin, SH, M.Kes.

Disusun Oleh:
Nama : Renolia Widyaningrum
NIM : P1337430119030

PROGRAM STUDI
D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2020

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan anugerah-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah HUKUM
ETIKA PROFESI DAN HUKUM PELAYANAN KESEHATAN yang berjudul WEWENANG,
TUGAS, DAN TANGGUNG JAWAB RADIOGRAFER.

Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Hukum
Etika Profesi dan Hukum Pelayanan Kesehatan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah
banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan
ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Bapak Kasimin, SH, M.Kes selaku dosen mata kuliah Hukum Etika Profesi dan
Hukum Pelayanan Kesehatan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih
baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Semarang, Mei 2020

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Radiografer adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenag untuk melakukan kegiatan radiografer pada
unit pelayanan kesehatan (Rumah sakit, puskesmas, poliklinik). Saat ini radiografer di
dalam menerapan kompetensinya masih difokuskan pada pelayanan radiologi, yaitu
meliputi pelayanan kesehatan bidang radiodiagnostik, imejing, radioterapi dan
kedokteran nuklir. Pelayanan radiologi adalah pelayanan kesehatan profesional
berdasarkan ilmu pengetahuan, teknologi dalam bidang radiologi yang memanfaatkan
radiasi pengion dan non pengion untuk diagnosa dan terapi. Dalam menjalankan tugas
memberi pelayanan kesehatan bidang radiasi kepada masyarakat umum sesuai dengan
tugas dan fungsinya yang dilandasi oleh Etika Profesi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja tugas seorang Radiografer?
2. Apa saja wewenang seorang Radiografer?
3. Apa saja hak dan kewajiban seorang Radiografer?
4. Apa saja tanggung jawab yang harus dijalankan seorang Radiografer?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tugas seorang Radiografer
2. Untuk mengetahui wewenang seorang Radiografer
3. Untuk mengetahui hak dan kewajiban seorang Radiografer
4. Untuk mengetahui tanggung jawab yang harus dijalankan seorang Radiografer

BAB II

PEMBAHASAN

A. TUGAS RADIOGRAFER DI BERBAGAI BIDANG


a. Di Bidang Radiodiagnostik
Melakukan pemeriksaan secara radiografi pada organ organ tubuh sesuai
dengan permintaan pemeriksaan radiologi yang hasilnya digunakan untuk
menegakkan diagnose oleh dokter spesialis radiologi. Hasil pemeriksaan
radiografi ditentukan dan atau dipengaruhi oleh factor eksposi, teknik
pemeriksaan, teknik processing film, kualitas cairan processing dan kualitas
peralatan yang digunakan. Untuk dapat menghasilkan tampilan radiografi yang
dapat dinilai maka semua factor. Factor tersebut di atas dapat dipahami, di
mengerti dan dilakukan dengan baik dan benar oleh radiographer.
b. Di Bidang Radioterapi
Melakukan teknik dan prosedur terapi radiasi sebagaimana mestinya
sesuai dengan rekam medic rencana penyinaran yang telah ditetapkan melalui
proses treatment planning oleh fisikawan medic dan telah ditetapkan oleh dokter
spesialis radiologi, baik jenis dan tenanga radiasi, posisi penyinaran lamanya
selang waktu penyinaran, dosis radiasi, sentrasi, separasi serta luas lapangan
penyinaran.
Pemasangan wedge serta lain sebagainya. Dengan demikian radiographer
harus mampu secara professional membaca dan menerjemahkan/menginterpretasi
status/ rekam medic terapi radiasi sehingga tidak terjadi kesalahan teknis. Begitu
pula mampu memanipulasi peralatan pesawat/sumber radiasi yang semakin
canggih, serta pemakaian alat bantu terapi radiasi dan yang terpenting adalah
merasa empati kepada pasien yang dilakukan penyinaran, sehingga dapat
memberikan informasi mengenai penyinaran yang dilakukan dan selalu
bertanggung jawab terhadap setiap besarnya dosis radiasi yang diberikan kepada
pasien.
c. Di Bidang Kedokteran Nuklir
Melakukan teknik dan prosedur pemeriksaan dengan sumber terbuka
melalui perunutan paparan radiasi yang keluar dari tubuh pasien dengan
menggunakan pesawat yang berfungsi sebagai detector radiasi. Pengelolaan
sumber radiasiterbuka berupa radiofarmaka, mulai dari penerimaan bungkusan
radiasi sampai pemanfaatan dan pengolahan limbah radiasi perlu ditangani secara
professional sehingga tak menimbulkan penambahan tingkat radiasi di alam dan
tercapainya kesehatan dan keselamatan kerja dengan radiasi sumber terbuka.
d. Di Bidang Kesehatan dan Keselamtan Kerja Radiasi
Melakukan prosedur kerja dengan at radioaktif atau sumber radiasi
lainnya, karena sebagian besar radiographer adalah petugas proteksi radiasi (PPR)
maka bertugas untuk melakukan upaya upaya tindakan proteksi radiasi dalam
rangka meningkatkan kesehatan dan keselamatan bagi pekerja radiasi, pasien dan
lingkungan. Evaluasi tindakan proteksi radiasi yang telah dilakukan merupakan
salah satu kemampuan dari petugas proteksi radiasi termasuk pengujian terhadap
efektivitas dan efesiensi tindakan proteksi sehingga radiographer mampu
membuat suatu system tindakan proteksi radiasi yang lebih baik.
e. Di Pengelolaan Sarana dan Prasarana Peralatan Radiologi dan Radioterapi
Mutu pelayanan kesehatan di bidang radiologi tidak saja ditentukan oleh
kualitas sumber daya manusia penyelenggara pelayanan, tetapi juga sangat
ditentukan oleh kualitas sarana, prasarana dan peralatan radiologi dalam batas
kewenangannya sangat menentukan kualitas hasil layanan yang diberikan.
Pemeliharaan tersebut meliputi pemeliharan kontak film screen, viewing box, safe
light untuk kerja otomatis prosessing film, kebersihan pesawat, yang semuanya
tercakup dalam upaya dan tindakan Quality Assurance radiologi.
f. Pelayanan Belajar Mengajar
Radiographer juga bertugas memberikan informasi ke ilmuan dan
ketermapilannya kepada semua pihak yang membutuhkan untuk meningkatkan
pengetahuan di bidang IPTEK radiologi dalam upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Memberikan bimbingan kepada mahasiswa sebagai
instruktur PKL maupun sebagai evaluator dalam upaya mengidentifikasi
pencapaian tahapan kompetensi yang telah dikuasai dan dimiliki oleh peserta
didik yang berada di bawah binaannya.
g. Penelitian dan Pengembangan IPTEK Radiografi dan Imejing
Melaksanakan penelitian baik yang bersifat ilmiah akademik maupun
ilmiah popular dalam kerangka tugasnya sebagai sumbangan ke ilmuan kepada
masyarakat. Penelitian yang dilakukan dapat mencakup tentang teknik radiografi,
keselamatan dan kesehatan kerja dengan radiasi, aplikasi manajemen radiologi,
reject analisis film dan lain sebagainya yang menyangkut bidang radiologi
radiodiagnostik, terapi dan kedokteran nuklir dan hasil penelitian tersebut dapat di
sosialisasikan guna peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi radiologi.
h. Pengembangan Diri
Melakukan pengembangan profesionalisme secara terus menerus melalui
pendidikan formal dan atau non formal, pendidikan dan pelatihan ilmiah secara
berkala dan berkelanjutan sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki dan atau
disiplin ilmu lainnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas
pelayanan radiologi, seminar, workshop dan lain sebagainya baik di dalam
maupun di luar negri.
i. Pengabdian Kepada Masyarakat
Melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang
manfaat dan bahaya radiasi yang mungkin timbul akibat pemanfaatan radiasi,
membuat standar standar pemeriksaan pelayanan radiologi kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan radiologi yang membutuhkan, mengukur tingkat paparan
radiasi, mengadakan pemeriksaan kesehatan melalui donor darah.
j. Konsultasi Teknik Pelayanan Radiologi
Melakukan konsultasi teknis tentang peningkatan mutu pelayanan
radiologi, teknik radiografi, proteksi radiasi, proteksi ruang radiasi, pengolahan
limbah hasil proses pelayanan radiografi dan Quality Assurance radiologi.
B. WEWENANG RADIOGRAFER
1. Melakukan teknik radiografi konvensional tanpa kontras
2. Melakukan teknik radiografi konvensional dengan kontras
3. Melakukan teknik radiografi menggunakan peralatan dengan teknologi
digital/system computer/magnetic/ultrasound baik pengion dan atau non pengion
4. Melakukan teknik kedokteran nuklir
5. Melakukan evaluasi mutu radiografi
6. Melakukan pengelolaan ruangan radiololgi
7. Melakukan tindakan prosessing film
8. Melakukan teknik radioterapi dengan modalitas radioterapi eksternal dan atau
internal
9. Melakukan quality assurance / quality control bekerjasama dengan mitra terkait
C. HAK DAN KEWAJIBAN RADIOGRAFER
a. HAK RADIOGRAFER
1. Memperoleh perlindungan hokum sepanjang melakukan pekerjaan sesuai
dengan standar pelayanan, SOP, kode etik, standar profesi radiographer
2. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pemberi pekerjaan
3. Melakukan tugas sesuai dengan kompetensi
4. Menerima imbalan jasa profesi dan tunjangan lain sesuai ketentuan
peraturan perundang undangan
5. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.
b. KEWAJIBAN RADIOGRAFER
1. Menghormati hak klien
2. Melakukan rujukan untuk kasus di luar kompetensi dan kewenangannya
sesuai ketentuan peraturan perundang undangan; menyimpan rahasia
sesuai ketentuan peraturan perundang udangan
3. Melaksanakan kewenangan selain sebagaimana dimaksud dalam pasal 14
apabila dalam rangka menyelamatkan nyawa pasien (life saving)
4. Memberikan informasi tentang pekerjaan radiographer yang dibutuhkan
oleh klien
5. Meminta persetujuan pekerjaan radiographer yang akan dilaksanakan
kepada klien
6. Mematuhi standar profesi, kode etik, standar pelayanan dan standar
prosedur operasional radiographer.
D. TANGGUNG JAWAB RADIOGRAFER
a. Pada Keselamatan Radiasi

Pada PP No. 33 Tahun 2007, menyatakan bahwa pemegang izin


merupakan penanggung jawab utama keselamatan radiasi. Selain pemegang izin,
terdapat juga pihak lain yang terkait yang dapat dimintai pertanggungjawaban
dalam hal keselamatan radiasi berdasarkan tugas dan fungsinya di fasilitas atau
instalasi. Pihak lain yang terkait dengan pertanggungjawaban keselamatan radiasi
adalah:
1. petugas proteksi radiasi
2. pekerja radiasi
3. petugas keamanan sumber radioaktif
4. tenaga medik dan paramedic
5. tenaga ahli
6. pihak yang terkait dengan desain, pabrikasi, konstruksi sumber,
dan/atau pihak yang mendapat tanggung jawab khusus dari pemegang
izin.
Sedangkan pada Perka BAPETEN No. 8/2011, penanggung jawab
keselamatan radiasi adalah pemegang izin dan personil yang terkait dengan
penggunaan pesawat sinar-X. Personil yang terkait tersebut adalah:
1. dokter spesialis radiologi atau dokter yang berkompeten
2. dokter gigi spesialis radiologi kedokteran gigi atau dokter gigi yang
berkompeten
3. tenaga ahli (qualified expert) dan/atau fisikawan medis
4. petugas proteksi radiasi
5. radiografer atau operator pesawat sinar-x kedokteran gigi.
Pasal 19 UU No. 10/1997: setiap petugas tertentu didalam instalasi nuklir
dan di dalam instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi pengion wajib memiliki
izin, dengan persyaratan memperoleh izin ditentukan oleh badan pengawas.

b. Pada Bidang Kedokteran nuklir

Sesuai dengan Perka BAPETEN No. 17 Tahun 2012, tugas dan tanggung
jawab radiografer adalah:

1. memberikan proteksi terhadap pasien dan masyarakat di sekitar


fasilitas kedokteran nuklir;
2. menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan
paparan yang diterima pasien sesuai kebutuhan dan standar
operasional prosedur yang berlaku;
3. menerapkan dengan benar prosedur kerja dan teknik khusus
penggunaan peralatan kedokteran nuklir;
4. menjamin bahwa pasien diidentifikasi dengan benar dan bahwa
informasi mengenai pasien telah direkam dengan benar;
5. menyediakan informasi untuk pasien mengenai prosedur yang akan
mereka jalani;
6. menyediakan informasi kepada orang yang menemani pasien dan
kepada personil yang mengurus pasien setelah diagnosis atau terapi
kedokteran nuklir;
7. memverifikasi radionuklida dan/atau radiofarmaka yang digunakan
dan menghitung dosis radionuklida dan/atau radiofarmaka sebelum
diberikan kepada pasien;
8. melaksanakan akusisi dan proses citra yang tepat;
9. melakukan pemantauan paparan radiasi dan kontaminasi radioaktif di
daerah kerja secara regular sesuai instruksi petugas proteksi radiasi;
10. menginformasikan petugas proteksi radiasi dalam kasus kecelakaan
radiasi;
11. menginformasikan dokter spesialis kedokteran nuklir dan petugas
proteksi radiasi dalam kasus tindakan atau pemberian radionuklida
dan/atau radiofarmaka yang tidak sesuai prosedur kerja atau standar
pelayanan medis; dan
12. berpartisipasi dalam pelatihan teknologi baru kedokteran nuklir.
c. Pada Bidang Radiologi Diagnostik dan Intervensional

Menurut Perka BAPETEN No. 8 Tahun 2011, pada bidang radiologi


diagnostik dan intervensional, tugas dan tanggung jawab radiographer adalah:

1. memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri, dan masyarakat


di sekitar ruang pesawat sinar-X;
2. menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan
paparan yang diterima pasien sesuai kebutuhan;
3. melakukan kegiatan pengolahan film di kamar gelap.
4. menetapkan prosedur diagnosis dan intervensional bersama dengan
fisikawan medis dan dokter spesialis radiologi atau dokter yang
berkompeten.
5. bersama-sama dengan fisikawan medis dan dokter spesialis radiologi,
memastikan kriteria penerimaan mutu hasil pencitraan dan justifikasi
dosis yang diterima oleh pasien
BAB III

PENUTUP

Radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengasn tugas, wewenang dan
tanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi, imejing, kodokteran nuklir dan radioterapi
di pelayanan kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Menjadi
Radiografer mempunyai tugas, wewenang, serta tanggung jawab untuk acuan radiografer yang
baik serta dapat mengembangkan pengetahuan dan keahlian dibidang radiologi.
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan mentri kesehatan republik indonesia nomor 375/menkes/SK/III/2007 tentang standart


profesi radiografer

https://cafe-radiologi.blogspot.com/2011/12/standar-profesi-radiografer.html

http://roes-rusmanto.blogspot.com/2013/06/radiografer-salah-satu-petugas-yang.html
http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/keputusan-menteri-kesehatan-nomor-375-
tentang-standar-profesi-radiografer.pdf
MAKALAH
HUKUM ETIKA PROFESI DAN HUKUM PELAYANAN KESEHATAN
“REGISTRASI, LISENSI, DAN SERTIFIKASI RADIOGRAFER”
Dosen Pengampu: Kasimin, SH, M.Kes.
Disusun Oleh:
Nama : Renolia Widyaningrum
NIM : P1337430119030

PROGRAM STUDI
D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2020

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan anugerah-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah HUKUM
ETIKA PROFESI DAN HUKUM PELAYANAN KESEHATAN yang berjudul REGISTRASI,
LISENSI, SERTIFIKASI RADIOGRAFER.
Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Hukum
Etika Profesi dan Hukum Pelayanan Kesehatan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah
banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan
ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Bapak Kasimin, SH, M.Kes selaku dosen mata kuliah Hukum Etika Profesi dan
Hukum Pelayanan Kesehatan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih
baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Semarang, Mei 2020

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Radiografer adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada masyarakat,
bukanlah profesi yang semata-mata pekerjaan untuk mencari nafkah akan tetapi
merupakan pekerjaan kepercayaan. Radiografer adalah tenaga kesehatan luluasan
APRO/D-III Radiologi/ATRO dan Pendidikan Asisten Rontgen. Surat Tanda Registrasi
Radiografer (STRR) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada
Radiografer yang telah memiliki sertifikat kompetensi. Surat Izin Kerja Radiografer
(SIKR) adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan
radiografi pada fasilitas pelayanan kesehatan.
B. TUJUAN
Kompetensi ini penting bagi radiographer Indonesia dan bertujuan untuk menjamin karir
kepakatan seorang radiografer hingga masa lampau.

BAB II
PEMBAHASAN
A. REGISTRASI
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga Kesehatan yang telah
memiliki Sertifikat Kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta
diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya.
Pencatatan resmi dibuktikan dengan diterbitkan Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya
disingkat STR yaitu bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Kesehatan
yang telah diregistrasi. STR berlaku sejak tanggal dikeluarkan dan berakhir pada tanggal
lahir Tenaga Kesehatan yang bersangkutan di tahun kelima. STR dapat diperpanjang
setiap 5 (lima) tahun setelah memenuhi persyaratan. Persyaratan sebagaimana dimaksud
meliputi: a. pengabdian diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidang kesehatan; dan
b. pemenuhan kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau
kegiatan ilmiah lainnya. Jumlah satuan kredit profesi yang ditetapkan oleh organisasi
profesi PARI sejumlah 25 SKP.
Untuk memperpanjang STR, seorang radiografer harus melakukan satu tahapan
yang disebut Re Registrasi. Re Registrasi STR radiografer adalah pencatatan resmi ulang
yang dilakukan oleh MTKI terhadap radiografer yang telah memenuhi capaian nilai SKP.
Capaian nilai SKP ditetapkan oleh Organisasi Profesi (PARI) dalam bentuk sertifikat atau
surat ketetapan yang menyatakan bahwa seorang radiografer dinilai telah memenuhi
syarat yang ditetapkan dalam pemenuhan nilai SKP. Re-Registrasi sesungguhnya
merupakan pengakuan dan instrumen untuk mengukur dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaan kinerja kompetensi selama waktu tertentu (5 tahun) sekaligus sebagai suatu
upaya pendorong untuk menjamin bahwa radiografer tetap layak menjalankan pelayanan
kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku.
Dasar Hukum :
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 780/Menkes/Per/VIII/ 2008 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi;
6. Keputusan Menteri Keseahatan Nomor 1014 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Radiologi Diagnostik sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 410/Menkes/ SK/XI/2010;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2013 tentang
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 81 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Radiografer;

Persyaratan Layanan :

1. Mengisi formulir yang disediakan dengan dibubuhi materai Rp. 6.000,-;


 Fotokopi ijazah yang dilegalisir;
2. Fotokopi STRR;
3. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik; 
Surat keterangan bekerja dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
bersangkutan;
4. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar
berlatar belakang merah;
5. Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan/ pejabat yang ditunjuk/ Tim
Teknis;
6. Rekomendasi dari organisasi profesi.
7. Surat izin kerja dan izin tinggal serta persyaratan lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Warganegara Asing;
8. Fotokopi STTS PBB tempat kerja atau tempat tinggal pemohon;

Waktu Layanan :

Paling lambat 7 (Tujuh) hari kerja sejak permohonan dan persyaratan diterima

dengan benar dan lengkap.

Syarat administrasi re registrasi pengajuan perpanjangan :

1. Surat pengantar re registrasi dari Pengda.


2. Surat rekomendasi pemenuhan 25 SKP dari Pengda.
3. Rincian komponen penilaian SKP.
4. Fotokopi ijasah (1 lembar).
5. Foto ukuran 4x6 latar belakang warna merah (2 lembar).
6. Bukti pembayaran ke BPn 182 Pusat Peningkatan Mutu SDM Kes. asli
(tidak boleh via ATM atau internet banking).
7. Surat Tanda Registrasi asli.

Syarat teknis re registrasi :

1. Memiliki sekurang-kurangnya 25 SKP yang terdiri dari unsur utama dan


penunjang.
2. Salah satu unsur nilai SKP tersebut adalah kegiatan
Nasional/internasional.
3. Bukti telah melunasi iuran profesi.
4. Bukti lunas telah berpartisipasi iuran gedung PARI sesuai dengan SK PP
PARI No 77/PP PARI/IV/2016 yaitu partisipasi utama sebesar Rp.
500.000,- dan partisipasi rutin sebesar Rp. 10.000,- perbulan mulai April
2016.

Anda mungkin juga menyukai