Anda di halaman 1dari 229

MODUL

KEBIJAKAN STANDAR PROFESI


RADIOGRAFER

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
A. TENTANG MODUL INI 1
1. Deskripsi Singkat 2
2. Tujuan Pembelajaran 3
3. Materi Pokok 4
4. Peta Konsep Modul 5
B. KEGIATAN BELAJAR 6
1. Materi Pokok 1 7
2. Materi Pokok 2 23
REFERENSI 32

2
TENTAN
A
G
MODUL
INI

1
DESKRIPSI SINGKAT

Mata pelatihan ini membahas tentang pengembangan kompetensi


sesuai dengan Standar Profesi Radiografer, pengembangan kompetensi
radiografer dan peran organisasi profesi dalam pengembangan
kompetensi Radiografer. Pengenalan Standar Profesi Radiografer akan
diperlukan dalam menjalankan tugasnya baik secara mandiri maupun
dalam satu tim dengan tenaga kesehatan lainnya memberikan
pelayanan kesehatan bidang Radiologi sesuai dengan kewenangannya
yang dilandasi Kode Etik Radiografer.

2
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu menjelaskan
standar profesi radiografer.

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan:
1. Kewenangan radiografer
2. Kompetensi radiografer
3. Kode etik radiografer

3
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah :


1. Kewenangan dan kompetensi Radiografer
2. Kode etik Radiografer

4
PETA KONSEP MODUL

Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta


mampu menjelaskan standar profesi
Radiografer

MATERI 1 MATERI 2
Kewenangan Kode etik
& kompetensi radiografer
radiografer

Kewajiban
Kewenangan umum
kompetensi
Kewajiban
terhadap
Kompetensi profesi
Radiografer

Kewajiban
terhadap
pasien

Kewajiban
terhadap
diri sendiri

5
B
KEGIATA
N
BELAJAR

6
Materi Pokok 1

Kewenangan dan Kompetensi


Radiografer

7
Pendahuluan
Pengetahuan tentang kewenangan dan kompetensi diperlukan
sebagai upaya menjamin Radiografer dalam menjalankan tugasnya
memberikan pelayanan kesehatan bidang Radiologi baik secara
mandiri maupun dalam satu tim dengan tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
kewenangan dan kompetensi Radiografer.

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 1 yaitu:
a. Kewenangan Radiografer
b. Kompetensi Radiografer

8
9
Uraian Materi Pokok 1

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat meningkatkan


mutu pelayanan dan bekerja secara profesional, maka anda
perlu memahami kewenangan dan kompetensi Radiografer.
Uraian berikut ini dapat untuk menambah wawasan Anda
tentang kewenangan serta kompetensi yang dimiliki oleh
Radiografer dalam memberikan pelayanan Radiologi.

1. Kewenangan Radiografer
Radiografer adalah tenaga kesehatan yang diberi tugas,
wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan Pelayanan Radiologi di unit pelayanan kesehatan.
Radiografer merupakan tenaga kesehatan yang memberi kontribusi
bidang Radiologi dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan. Radiografer lebih banyak didayagunakan dalam upaya
pelayanan kesehatan, utamanya pelayanan kesehatan yang
menggunakan peralatan/sumber yang mengeluarkan radiasi pengion
dan non pengion. Radiografer menerapkan kompetensinya pada
Pelayanan Radiologi (Radiodiagnostik dan Radioterapi).
Dalam menjalankan tugasnya baik secara mandiri maupun dalam
satu tim dengan tenaga kesehatan lainnya memberikan pelayanan
kesehatan bidang Radiologi sesuai dengan kewenangannya yang
dilandasi Kode Etik Radiografer, meliputi:
a. Menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bidang
Radiologi sebatas kewenangan dan tanggung jawabnya.

10
b. Melakukan Pelayanan Radiologi (Radiodiagnostik dan
Radioterapi) di Sarana Pelayanan Kesehatan.
c. Melakukan pelayanan pendidikan bidang Radiologi
(Radiodiagnostik dan Radioterapi).
d. Menjamin akurasi dan keamanan tindakan proteksi radiasi dalam
pemeriksaan Radiologi sesuai asas proteksi radiasi.
e. Melakukan tindakan jaminan dan kendali mutu peralatan Radiologi
yang sederhana dan sifatnya terbatas
2. Kompetensi Radiografer
Standar kompetensi meliputi area kompetensi, kompetensi inti,
komponen kompetensi dan kemampuan akhir pembelajaran yang
diharapkan serta dilengkapi dengan daftar pokok bahasan, daftar
masalah, daftar pemeriksaan radiologi (Radiodiagnostik dan
Radioterapi), serta daftar keterampilan sesuai level jenjang pendidikan
radiologi (Radiodiagnostik dan Radioterapi) yang terdiri dari Diploma III,
Diploma IV/Sarjana Terapan, dan Magister Terapan.
a. Area Kompetensi
Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas
profesionalitas yang bermartabat dan berkepribadian luhur,
pengembangan diri, serta komunikasi yang efektif, dan ditunjang
oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmu radiologi,
keterampilan teknik radiologi, dan pengelolaan Pelayanan
Radiologi.
Oleh karena itu area kompetensi disusun dengan urutan sebagai
berikut:
1) Profesional yang Bermartabat dan Berkepribadian Luhur;
2) Mawas Diri dan Pengembangan Diri;
3) Komunikasi Efektif;
4) Pengelolaan Informasi;
5) Landasan Ilmu Radiologi;
6) Keterampilan Teknik Radiologi; dan

11
7) Pengelolaan Pelayanan Radiologi

b. Komponen Kompetensi
1) Area Profesional yang Bermartabat dan Berkepribadian Luhur
a) Berketuhanan Yang Maha Esa.
b) Bermoral, beretika dan disiplin.
c) Sadar dan taat hukum.
d) Berwawasan sosial budaya.
e) Berperilaku jujur dan bertanggung jawab.
2) Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
a) Menerapkan mawas diri dengan menyadari keterbatasan
pengetahuan dan keterampilan pada aplikasi teknik
radiologi pada unit pelayanan.
b) Senantiasa mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan radiologi dengan belajar sepanjang hayat.
c) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru
untuk peningkatan kualitas Pelayanan Radiologi.
3) Area Komunikasi Efektif
a) Berkomunikasi dengan klien.
b) Berkomunikasi dengan rekan sejawat, manajemen dan
profesi lain.

12
c) Berkomunikasi dengan masyarakat.
d) Berkomunikasi dengan lembaga terkait.
4) Area Pengelolaan Informasi
a) Pemanfaatan sistem Radiologi Information System (RIS).
b) Pemanfaatan sistem Picture Archieving Communication
System (PACS) dan Teleradiologi.
c) Pengarsipan data.
5) Area Landasan Ilmu Radiologi
a) Menerapkan ilmu pengetahuan Teknik Radiografi,
Radiofotografi, Proteksi Radiasi, Anatomi Radiologi, Fisika
Radiodiagnostik, Teknik Peralatan Radiologi dan Imejing,
Etika Profesi, Teknik Imejing CT Scan, Teknik Imejing MRI,
Teknik Scanning USG, Teknik Imejing Kedokteran Nuklir,
Anatomi Seksional, Fisika Imejing, Modalitas Imejing,
Teknik Radioterapi, Fisika Radioterapi, dan Jaminan Mutu
Alat dan Perlengkapan Radiologi sebagai Radiografer klinik
dan Radiografer pendidik.
b) Menerapkan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja
radiologi dan asas proteksi radiasi.
c) Menerapkan ilmu pengetahuan medikolegal yang
berhubungan dengan pekerjaan/profesi Radiografer yang
berhubungan dengan kepentingan hukum dan peradilan.
6) Area Keterampilan Teknik Radiologi
a) Persiapan pemeriksaan dan tindakan.
b) Pelaksanaan pemeriksaan dan tindakan.
c) Pengolahan film radiografi.
d) Pengolahan citra (workstation).
7) Area Pengelolaan Pelayanan Radiologi
a) Perencanaan Pelayanan Radiologi.
b) Penjaminan mutu Pelayanan Radiologi.
c) Pelaksanaan Pelayanan Radiologi sesuai standar.

13
d) Pengarsipan.
e) Pembuatan laporan dan evaluasi.
f) Pengambilan keputusan.
c. Penjabaran kompetensi
1) Area Kompetensi 1: Profesionalitas yang Luhur
a) Agama sebagai nilai moral yang menentukan sikap dan
perilaku manusia;
b) Aspek agama dan etika dalam praktik profesional
Radiografer;
c) Pluralisme keberagamaan sebagai nilai sosial di
masyarakat dan toleransi;
d) Konsep masyarakat (termasuk pasien) mengenai sehat dan
sakit;
e) Aspek-aspek sosial dan budaya masyarakat terkait dengan
pelayanan kesehatan (logika sosio budaya);
f) Hak, kewajiban, dan tanggung jawab manusia terkait
bidang Kesehatan;
g) Prinsip-prinsip dan logika hukum dalam pelayanan
Kesehatan;
h) Alternatif penyelesaian masalah sengketa hukum dalam
pelayanan Kesehatan;
i) Permasalahan etikomedikolegal dalam pelayanan
kesehatan dan cara pemecahannya;
j) Hak dan kewajiban Radiografer;
k) Profesionalisme Radiografer (sebagai bentuk kontrak
sosial, pengenalan terhadap karakter profesional, kerja
sama tim, hubungan interprofesional dengan tenaga
kesehatan yang lain);
l) Penyelenggaraan praktik profesional Radiografer yang baik
di Indonesia (termasuk aspek kedisiplinan profesi);

14
m) Radiografer sebagai bagian dari masyarakat umum dan
masyarakat profesi (PARI dan organisasi profesi lain yang
berkaitan dengan profesi Radiografer); dan
n) Pancasila dan kewarganegaraan dalam konteks sistem
pelayanan Kesehatan.
2) Area Kompetensi 2: Mawas Diri dan Pengembangan Diri
a) Prinsip pembelajaran orang dewasa (adult learning)
- Belajar mandiri
- Berpikir kritis
- Umpan balik konstruktif
- Refleksi diri
b) Dasar-dasar keterampilan belajar
- Pengenalan gaya belajar (learning style)
- Pencarian literatur (literature searching)
- Penelusuran sumber belajar secara kritis
- Mendengar aktif (active listening)
- Membaca efektif (effective reading)
- Konsentrasi dan memori (concentration and memory)
- Manajemen waktu (time management)
- Membuat catatan kuliah (note taking)
- Persiapan ujian (test preparation)
c) Problem based learning
d) Problem solving
e) Kepemimpinan dan manajemen organisasi
f) Metodologi penelitian dan statistika
- Konsep dasar penulisan proposal dan hasil penelitian
- Konsep dasar pengukuran
- Konsep dasar disain penelitian
- Konsep dasar uji hipotesis dan statistik
- Telaah kritis
- Prinsip-prinsip presentasi ilmiah

15
3) Area Kompetensi 3: Komunikasi Efektif
a) Penggunaan bahasa yang baik, benar, dan mudah
dimengerti
- Prinsip komunikasi dalam pelayanan kesehatan
- Metode komunikasi oral dan tertulis yang efektif
- Metode untuk memberikan situasi yang nyaman dan
kondusif dalam berkomunikasi efektif
b) Berbagai elemen komunikasi efektif
- Komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunikasi
masa
- Gaya dalam berkomunikasi
- Bahasa tubuh, kontak mata, cara berbicara, tempo
berbicara, tone suara, kata-kata yang digunakan atau
dihindari
- Keterampilan untuk mendengarkan aktif
- Teknik fasilitasi pada situasi yang sulit, misalnya pasien
marah, sedih, takut, atau kondisi khusus
- Teknik negosiasi, persuasi, dan motivasi
c) Komunikasi lintas budaya dan keberagaman perilaku yang
tidak merendahkan atau menyalahkan klien, bersikap
sabar, dan sensitif terhadap budaya
d) Kaidah penulisan dan laporan ilmiah
e) Komunikasi dalam public speaking
4) Area Kompetensi 4: Pengelolaan Informasi
a) Teknik keterampilan dasar pengelolaan informasi
b) Metode riset dan aplikasi statistik untuk menilai kesahihan
informasi ilmiah
c) Keterampilan pemanfaatan evidence-based medicine
(EBM)

16
d) Teknik diseminasi informasi dalam bidang kesehatan baik
lisan maupun tulisan dengan menggunakan media yang
sesuai
e) Manajemen sistem informasi Radiologi untuk peningkatan
mutu pelayanan Radiografer
5) Area Kompetensi 5: Landasan Ilmu Radiologi Dasar
a) Prinsip penyelesaian masalah kesehatan dengan
pendekatan ilmu Radiologi terkait dengan ilmu dasar:
- Ilmu Pengetahuan Medis
- Teknik Radiologi
- Fisika
- Anatomi Fisiologi
- Manajemen
- Radiofotografi
- Teknik Pesawat Radiologi
- Komputer dalam Aplikasi Alat Radiologi
b) Aplikasi peralatan Radiologi life support;
c) Fungsi, spesifikasi peralatan Radiologi, sarana prasarana
pendukung kerja alat kerja dan bahan/material
d) Rekayasa teknologi, pengoperasian, pemeliharaan, yang
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja
e) Pengelolaan peralatan Radiologi
f) Menerapkan ilmu pengetahuan medikolegal yang
berhubungan dengan pekerjaan/profesi Radiograferyang
berhubungan dengan kepentingan hukum dan peradilan
g) Menerapkan Ilmu Radiologi untuk melindungi kesehatan
dan keselamatan kerja bagi yang berhubungan dengan alat
Radiologi
h) Pelayanan Radiologi sesuai prosedur standar:
- Prinsip-prinsip proses
- Prinsip-prinsip alur

17
i) Dapat menghitung kebutuhan ekonomi, teknik, sarana
prasarana, Inspeksi Unjuk Kerja, Inspeksi Keselamatan
Utilisasi, Inspeksi Keamanan Utilisasi, Registrasi, Alat
Radiologi
j) Dapat melakukan penilaian secara teknis, analisa teknis,
serta melaporkan hasil penilaian
k) Dapat merencanakan, melakukan, menghitung,
menganalisis, melaporkan hasil perencanaan alat
Radiologi.
6) Area Kompetensi 6: Keterampilan Teknik Radiologi
a) Menerapkan Teknik Radiologi
b) Menerapkan Radiofotografi
c) Menerapkan Proteksi Radiasi
d) Menerapkan Anatomi Radiologi dan Anatomi Seksional
e) Menerapkan Fisika Radiodiagnostik, Fisika Radioterapi dan
Fisika Imejing
f) Menerapkan Jaminan Mutu Alat dan Perlengkapan
Radiologi (QA/QC) yang berhubungan dengan:
- X – ray Konvensional
- CT Scan
- MRI
- Ultrasonografi (USG)
- Kedokteran Nuklir
- Intervensional
- ESWL dengan C-Arm
- Radioterapi
7) Area Kompetensi 7: Pengelolaan Dasar Pelayanan Radiologi
a) Mengetahui manajemen aset, manajemen pemeliharaan,
manajemen mutu alat Radiologi.
b) Melakukan pelayanan Radiologi dengan :
- Merencanakan pelayanan Radiologi

18
- Menjamin mutu pelayanan Radiologi
- Melaksanakan pelayanan Radiologi sesuai standar
- Membuat laporan dan evaluasi
- Mengambil keputusan
d. Tingkat keterampilan Radiografer
Dalam melaksanakan praktik harus menguasai keterampilan
Radiografer. Kemampuan Radiografer ini dapat ditingkatkan
melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dalam rangka
menyerap perkembangan ilmu dan teknologi yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi (PARI) atau lembaga lain
yang diakreditasi oleh organisasi profesi, demikian pula untuk
kemampuan Radiografer lain di luar standar kompetensi Teknik
Radiodiagnostik yang telah ditetapkan.
1) Tingkat kemampuan 1 (Knows): Mengetahui dan
menjelaskan Radiografer mampu menguasai pengetahuan
teoritis termasuk aspek biomedik dan ilmu pengetahuan dasar
yang terkait dengan ilmu teknik radiografi dan teknik
Radioterapi. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa
melalui perkuliahan, diskusi, penugasan, dan belajar mandiri,
sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.
2) Tingkat kemampuan 2 (Knows How) : Pernah melihat atau
didemonstrasikan Radiografer menguasai pengetahuan
teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan pada teknik
radiografi dan imejing, serta problem solving (mampu
memecahkan dan memberikan solusi terhadap masalah yang
menyangkut bidang radiografi dan imejing secara
komprehensif dan terpadu) serta berkesempatan untuk
melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk
demonstrasi atau pelaksanaan langsung terhadap
pemeriksaan radiografi dan imejing. Pengujian keterampilan
tingkat kemampuan 2 dengan menggunakan ujian tulis pilihan

19
berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau
lisan (oral test).
3) Tingkat kemampuan 3 (Shows) : Terampil melakukan atau
terampil menerapkan di bawah supervisi Radiografer
menguasai pengetahuan teori dan praktik/keterampilan ini
termasuk latar belakang biomedik dan ilmu pengetahuan
dasar yang terkait dengan ilmu teknik radiografi dan imejing
serta mampu mengambil keputusan yang tepat dalam
pengelolaan pelayanan Radiologi, berkesempatan untuk
melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk
demonstrasi dan atau pelaksanaan langsung pada teknik
pemeriksaan radiografi dan imejing serta berlatih keterampilan
tersebut pada peralatan laboratorium radiografi dan/atau
standarized prosedur operasional dilapangan. Pengujian
keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan menggunakan
ObjectiveStructured Clinical Examination (OSCE) atau
Objective Structured Assessmentof Technical Skills (OSATS).
4) Tingkat kemampuan 4 (Does) : Terampil melakukan secara
mandiri Radiografer dapat memperlihatkan keterampilannya
tersebut dengan menguasai seluruh teori, prinsip, prosedur
standar, interpretasi, dan penjaminan mutu. Mampu bekerja
secara mandiri dalam menganalisis dan memberikan alternatif
serta solusi dalam pemecahan masalah teknik pemeriksaan
radiografi dan imejing,serta bertanggungjawab dan bersikap
kritis atas hasil pelayanan Radiologi. Pengujian keterampilan
tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased
Assessment misalnya mini-CEX, portofolio, logbook, dsb.

20
Matriks Tingkat Keterampilan Radiografer, Metode Pembelajaran
dan Metode Penilaian untuk setiap tingkat kemampuan

Tingkat Keterampilan :
1. Mampu memahami untuk diri sendiri
2. Mampu memahami dan menjelaskan
3. Mampu memahami, menjelaskan, dan melaksanakan dibawah
supervisi
4. Mampu memahami, menjelaskan, dan melaksanakan secara
mandiri
3. Pelaksanaan pekerjaan Radiografer
a. Radiografer yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) dapat melakukan
pekerjaannya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa:
1) Rumah sakit;
2) Balai kesehatan;
3) Puskesmas;
4) Klinik;
5) BP4/balai kesehatan paru masyarakat/balai besar kesehatan
paru masyarakat;

21
6) Balai besar laboratorium kesehatan/balai laboratorium
kesehatan;
7) Laboratorium klinik;
8) Praktik perorangan dokter dan dokter gigi; dan
9) Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain yang ditetapkan oleh
Menteri.
b. Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mempekerjakan
Radiografer yang tidak memiliki SIP untuk bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
c. Radiografer dalam memberikan pelayanan teknik radiodiagnostik,
teknik radioterapi, dan teknik kedokteran nuklir hanya dapat
melakukan pelayanan atas permintaan tertulis dengan keterangan
klinis yang jelas dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter
gigi spesialis.
d. Radiografer dalam memberikan pelayanan teknik radiodiagnostik,
teknik radioterapi, dan teknik kedokteran nuklir dengan
menggunakan energi radiasi pengion dan non pengion harus
sesuai dengan kode etik, standar profesi, standar pelayanan
radiologi dan standar prosedur operasional.
e. Radiografer dalam memberikan pelayanan teknik radiodiagnostik,
teknik radioterapi, dan teknik kedokteran nuklir dilarang:
1) Melakukan tindakan medis, termasuk memasukan bahan
kontras dengan jenis apapun dan cara apapun; dan
2) Melakukan pemanfaatan dengan sistem fluoroscopi secara
langsung.

22
SEKARANG SAYA TAHU

Radiografer dalam menjalankan pelayanan keprofesiannya di sarana


pelayanan kesehatan memiliki kewenangan dan standar kompetensi
yang sudah diatur dalam Standar Profesi Radiografer.

23
Materi Pokok 2

Kode Etik Radiografer

24
Pendahuluan
Kode etik profesi merupakan norma dan aturan standar yang harus
dipatuhi setiap anggota profesi dalam menjalankan tugas profesinya.
Kode etik Radiografer ini berisi petunjuk untuk Radiografer tidak
hanya dalam menjalankan tugas profesinya, tetapi juga menyangkut
perilaku secara umum serta interaksi dalam masyarakat. Untuk itu
Radiografer perlu memahami Kode Etik Profesi sehingga dalam
menjalankan tugas profesionalnya mampu menjunjung tinggi
martabat profesi dan meningkatkan mutu profesi.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
Kode Etik Radiografer

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 2 yaitu:
a. Kewajiban umum
b. Kewajiban terhadap profesi
c. Kewajiban terhadap pasien
d. Kewajiban terhadap diri sendiri

25
Uraian Materi Pokok 2

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat menjaga


martabat profesi dan meningkatkan mutu pelayanan, maka
anda perlu memahami Kode Etik Radiografer. Uraian berikut ini
dapat untuk menambah wawasan Anda tentang Kode Etik yang
dimiliki oleh Radiografer dalam memberikan pelayanan
Radiologi.

Kode Etik Radiografer


Radiografer adalah salah satu profesi yang baik langsung maupun
tidak langsung ikut berperan didalam upaya menuju kesejahteraan fisik
material dan mental spiritual bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu,
segala sesuatu yang menyangkut profesi Radiografer selalu berorientasi
kepada tuntutan masyarakat. Radiografer adalah suatu profesi yang
melakukan pelayanan kepada masyarakat, bukanlah profesi yang semat-
mata pekerjaan untuk mencari nafkah, akan tetapi merupakan pekerjaan
kepercayaan, dalam hal ini kepercayaan dari masyarakat yang memerlukan
pelayanan profesi, percaya kepada ketulusan hati, percaya kepada
kesetiaannya dan percaya kepada kemampuan profesionalnya. Adanya
limpahan dari anggota masyarakat tersebut, menuntut setiap anggota profesi
agar dalam mempersembahkan pelayanan dengan cara yang terhormat,
dengan disadari sepenuhnya bahwa anggota profesi selain memikul
tanggung jawab kehormatan pribadi, juga memikul tanggung jawab terhadap
kehormatan profesi dalam mengamalkan pelayanannya. Dan disamping itu

26
juga dengan penuh kesadaran bahwa pelayanannya merupakan bagian dari
usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
1. Kewajiban Umum
a. Setiap Radiografer didalam melaksanakan pekerjaan profesinya tidak
dibenarkan membeda-bedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
jenis kelamin, agama, politik serta status sosial kliennya.
b. Setiap Radiografer dalam melaksanakan pekerjaan profesinya selalu
memakai standar profesi.
c. Setiap Radiografer Indonesia dalam melaksanakan pekerjaan profesi,
tidak dibenarkan melakukan perbuatan yang dipengaruhi
pertimbangan keuntungan pribadi.
d. Setiap Radiografer Indonesia dalam melaksanakan pekerjaan
profesinya, selalu berpegang teguh pada sumpah jabatan dan kode
etik serta standar profesi Radiografer.
2. Kewajiban Terhadap Profesinya
a. Radiografer harus menjaga dan menjunjung tinggi nama baik
profesinya.
b. Radiografer hanya melakukan pekerjaan pelayanan radiologi atas
permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, dan
Dokter Spesialis Gigi, dengan klinis yang jelas dan tidak
meninggalkan prosedur yang telah ditetapkan.
c. Radiografer tidak dibenarkan menyuruh orang lain yang bukan ahlinya
untuk melakukan pekerjaan Pelayanan Radiologi.
d. Radiografer tidak dibenarkan menentukan diagnosis radiologi.
3. Kewajiban Terhadap Pasien
a. Setiap Radiografer dalam melaksanakan pekerjaan profesinya
senantiasa memelihara suasana dan lingkungan dengan menghayati
nilai-nilai budaya, adat istiadat, agama dari penderita, keluarga
penderita dan masyarakat pada umumnya.
b. Setiap Radiografer dalam melaksanakan pekerjaan profesinya wajib
dengan tulus dan ikhlas terhadap pasien dengan memberikan

27
pelayanan terbaik. Apabila ia tidak mampu atau menemui kesulitan,
ia wajib berkonsultasi dengan teman sejawat yang Ahli atau Ahli
lainnya.
c. Setiap Radiografer wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahui baik hasil pekerjaan profesinya maupun dari bidang lainnya
tentang keadaan pasien, karena kepercayaan pasien yang telah
bersedia dirinya untuk diperiksa
d. Setiap Radiografer wajib melaksanakan peraturan-peraturan
kebijakan yang telah digariskan oleh Pemerintah di dalam bidang
kesehatan
e. Setiap Radiografer demi kepentingan penderita setiap saat bekerja
sama dengan Ahli lain yang terkait dan melaksanakan tugas secara
cepat, tepat dan terhormat serta percaya diri akan kemampuan
profesinya
f. Setiap Radiografer wajib membina hubungan kerja yang baik antara
profesinya dengan profesi lainnya demi kepentingan pelayanan
terhadap masyarakat
4. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
a. Setiap Radiografer harus menjaga kesehatan dan keselamatan
dirinya baik terhadap bahaya radiasi maupun terhadap penyakitnya.
b. Setiap Radiografer senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan
profesinya baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan jalan
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, meningkatkan
keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi pelayanan
terhadap masyarakat.

28
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Radiografer mempunyai hak:
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melakukan pekerjaannya
sesuai dengan standar pelayanan, SOP, kode etik, standar profesi
Radiografer;
2. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pemberi pekerjaan;
3. Melakukan tugas sesuai dengan kompetensi;
4. Menerima imbalan jasa profesi dan tunjangan lain sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
5. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

29
SEKARANG SAYA TAHU

Kewajiban Radiografer sesuai dengan Kode Etik Radiografer


meliputi: kewajiban umum, kewajiban terhadap profesi, kewajiban
terhadap pasien dan kewajiban terhadap diri sendiri

30
REFERENSI

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun


2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Radiografer

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.01.07/Menkes/31 6/2020 tentang Standar Profesi Radiografer

3. Peraturan Pengurus Pusat Perhimpunan Radiografer Indonesia


Nomor: 191.1/PP PARI/XI/2018

31
MODUL
STANDAR PROSEDUR
PENGGUNA CT SCAN

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
A. TENTANG MODUL INI 1
1. Deskripsi Singkat 2
2. Tujuan Pembelajaran 3
3. Materi Pokok 4
4. Peta Konsep Modul 5
B. KEGIATAN BELAJAR 6
1. Materi Pokok 1 7
2. Materi Pokok 2 38
3. Materi Pokok 3 50
REFERENSI 63

2
TENTAN
A
G
MODUL
INI

1
DESKRIPSI SINGKAT

Mata pelathan ini membahas tentang instrumentasi, asesoris dan cara


penggunaan CT Scan. Pengenalan instrumentasi dan pemilihan asesoris
CT scan yang akan digunakan diperlukan untuk mempermudah dan
melancarkan dalam penggunaan CT Scan sehingga bisa didapatkan
citra yang optimal sehingga dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosa. Seorang radiografer yang akan mengoperasionalkan CT Scan
harus mengetahui insrumen, asesoris yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dan cara menggunakan pesawat CT Scan.

2
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu menjelaskan
standar prosedur penggunaan CT Scan

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan instrumen CT Scan
2. Memilih asesoris CT Scan sesuai jenis pemeriksaan
3. Menjelaskan cara penggunaan Pesawat CT Scan

3
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah :


1. Instrumen CT Scan
2. Asesoris CT Scan
3. Pengggunaan Pesawat CT Scan

4
PETA KONSEP MODUL

Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta


mampu menjelaskan standar prosedur
penggunaan pesawat CT Scan

MATERI 1 MATERI 2 MATERI 3


Instrumen CT Asesoris CT Penggunaan
Scan Scan Pesawat CT Scan

Gantry Alat bantu Menghidupkan


CT Brain Pesawat
CT Scan

Meja Alat bantu Kalibrasi


Pemeriksaan CT Thorax Pesawat
CT Scan

CT Kontrol Alat bantu Mematikan


Consol CT Pesawat
Abdomen CT Scan

5
6
B
KEGIATA
N
BELAJAR

7
Materi Pokok 1

Instrumen CT Scan

8
Pendahuluan
Pengetahuan instrumen yang akan digunakan dalam pemeriksaan
CT scan diperlukan untuk bisa mengoperasionalkan pesawat CT
scan dan memudahkan dalam jalannya pemeriksaan. Untuk bisa
menjelaskan instrumen yang akan digunakan, radiografer harus
mengetahui jenis-jenis instrumen yang akan digunakan, sehingga
mampu menggunakannya dengan tepat.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
instrumen yang digunakan untuk pemeriksaan CT Scan.

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 1 yaitu:
a. Gantry
b. Meja Pemeriksaan
c. CT Kontrol Consol

9
Uraian Materi Pokok 1

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat


mengoperasionalkan dan melakukan pemeriksaan
menggunakan pesawat CT Scan, maka anda perlu memahami
instrumen pesawat CT Scan. Uraian berikut ini bisa untuk
menambah wawasan Anda tentang instrumen pesawat CT
Scan sebelum pemeriksaan tidak gagal paham

1. Gantry
Gantry merupakan komponen terbesar pada alat CT scan dimana
didalamnya akan dapat ditemukan instrumentasi yang berperan dalam
proses akuisisi data, antara lain :
a. X Ray Generator,
b. Cooling System,
c. Tabung X Ray,
d. Filtrasi,
e. Collimator,
f. Detektor
Pada gantry ini juga dilengkapi dengan indikator data digital yang
memberi informasi tentang ketinggian meja pemeriksaan, posisi objek
dan kemiringan gantry. Pada pertengahan gantry diletakkan pasien.
Tabung sinar-x dan detektor yang letaknya selalu berhadapan didalam
gantry akan berputar mengelilingi objek yang akan dilakukan scanning.
Ada beberapa bagian yang terdapat di dalam gantry :

10
a. Tabung sinar-x Berfungsi sebagai pembangkit sinar-X dengan
sifat:
1) Bekerja pada tegangan tinggi diatas 100 kV
2) Ukuran focal spot kecil 10 – 1 mm
3) Tahan terhadap goncangan
b. Kolimator Pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah
kolimator, yaitu:
1) Kolimator pada tabunng sinar-x Berfungsi untuk mengurangi
dosis radiasi, sebagai pembatas luas lapangan penyinaran
dan mengurangi bayangan penumbra dengan adanya focal
spot kecil.
2) Kolimator pada detektor Berfungsi untuk pengarah radiasi
menuju ke detektor, pengontrol radiasi hambur dan
menentukan ketebalan lapisan slice thickness .
c. Detektor dan DAS Data Acqusition system Setelah sinar-x
menembus objek, maka akan diterima oleh detector yang
selanjutnya dan dilakukan proses pengolahan data oleh DAS.
Adapun fungsi detector dan DAS secara garis besar adalah: untuk
menangkap sinar-x yang telah menembua objek, mengubah sinar-
x dalam bentuk cahaya tampak, kemudian mengubah cahaya
tampak tersebut menjadi sinyal-sinyal electron, lalu kemudian
menguatkan sinyal-sinyal electron tersebut dan mengubah sinyal
electron tersebut kedalam bentuk data digital.

11
(1) Gantry operator panels
(2) Laser light markers
(3) Display panel or touch panel
(4) STOP Keys

Gantry STOP Keys


Dengan tombol STOP, Anda dapat menginterupsi pergerakan unit
dalam keadaan darurat (pergerakan meja dan kemiringan gantri) dan
mematikan radiasi. Dalam situasi kritis tekan salah satu tombol STOP.
Jika Anda menekan salah satu tombol merah BERHENTI, gerakan unit
terganggu dan radiasi dihentikan. Fungsi tombol untuk pergerakan
sistem juga diblokir.

Laser light markers

Penanda cahaya adalah sinar laser yang memancar dari tiga titik di
bukaan gantry. Titik-titik ini ditandai. Kipas sinar laser

12
keluar sehingga Anda melihat garis sebagai tanda atau cross di
persimpangan balok. Sinar laser memvisualisasikan isocenter gantry
dan bidang paparan radiasi. Untuk menyalakan penanda lampu, tekan
tombol penanda lampu pada panel operator gantry.

Setelah kira-kira 1 menit, penanda sinar laser dimatikan secara


otomatis. Jika Anda ingin segera mematikan penanda lampu, tekan
kembali tombol penanda lampu.
Gantry intercom and respiration display
Gantry dilengkapi dengan perangkat komunikasi yang terdiri dari sistem
interkom (speaker dan mikrofon) dan display pernapasan. Itu terletak di
bagian belakang gantry.

◾ Sistem interkom

13
Dengan speaker dan mikrofon, Anda dapat berbicara dengan pasien.
Anda dapat mengoperasikan interkom dengan tombol pada kotak
kontrol.

◾ Tampilan pernapasan

Tampilan respirasi menunjukkan kepada pasien berapa lama dia harus


menahan napas selama pemindaian.

Bilah lampu kuning menyala untuk menandakan dimulainya periode


menahan napas. Periode berakhir dengan kepunahan cahaya terakhir
dari bar ini.
Gantry connectors
Bagian depan gantry menyediakan konektor untuk i-Control, footswitch
pemindaian, dan sistem saluran pernapasan. Ini juga menyediakan
lubang untuk kabel, termasuk kabel injektor bolus.

(1) i-Control connector


(2) Scanning footswitch connector
(3) Push button for plug release
(4) Respiratory gating connector
(5) Hole for cables, including bolus injector cable

14
Gantry storage compartment
Jangan menaruh bahan kimia, cairan, benda berat di kompartemen
penyimpanan di sisi kanan gantry
Gantry operator panel
Dengan panel operator gantry, Anda mengontrol pergerakan gantry
dan meja pasien.
Elemen pengoperasian gantry terletak di sisi kanan dan sisi kiri gantry
di bagian depan.

(1) Radiation warning lamp


(2) Operating elements

Elemen pengoperasian pada panel gantry kiri dan kanan ditunjukkan


seperti di bawah ini.

(1) Table out


(2) Table up
(3) Table in
(4) Table down
(5) Table out fast
(6) Laser light marker
(7) Offset
(8) Zeroing
(9) Table in fast
(10) Predefined table position

15
(11) Table retraction
(12) Tilt

Tombol memiliki lampu latar untuk menginformasikan tentang operasi


saat ini.
◾ Tombol yang menyala: kemungkinan pengoperasian/siap untuk
pengoperasian

◾ Tombol berkedip: tabel dihapus secara manual. Untuk berhenti


berkedip, Anda harus mengunci bagian atas meja kembali ke posisi
semula.
Tabel berikut mencantumkan kunci di panel operator gantry:
Keys Name Function

Offset Loads a patient.


With this key, you move the table top up to the
minimum height of the gantry opening and then into the
gantry. The key is active as long as it is pressed. This
key may be used for patient positioning.
This key can be used in combination with a scan
position that is saved on the gantry touch panel. Press
and hold this key to raise the table to a saved height and
then into the gantry to stop at a saved horizontal
position.

Table Unloads a patient.


retraction With this key, you move the table top out of the gantry
open- ing and lower it. The patient can then leave the
table.
The key is active as long as it is pressed. The gantry
is auto- matically set vertical first, if the gantry tilt
differs from 0°.
Laser Switches on/off the laser light marker.
light The laser light marker indicates the position of the scan
marker cen- ter and the slice plane in the middle of the
detector rows.

Predefined Moves patient table to two predefined positions.


table With the keys A and B, you can move the table to two
position prede- fined positions. These positions can be preset.

16
Tilt Tilts the gantry.
With the two keys, you can tilt the gantry from the
vertical position (0°).

Keys Name Function

Zeroing Sets the table position to zero.

With this key, you can set the display for the horizontal
table top position to zero. Zeroing is only possible
between patient registration and the beginning of the
first scan.

Table Moves patient table horizontally in/out fast.


in/out fast
With these two keys, you can move the table into and
out of the gantry twice as fast as the normal speed.

Table Moves the table vertically up and down; moves the table
movement hor- izontally in and out.
s
With the four table adjustment keys, you can adjust the
table height and move the table into and out of the
gantry.

X-ray The circle around the key turns green when the
system is ready for X-ray exposure and turns yellow
when the expo- sure starts.

17
Lampu peringatan radiasi menyala pada gantry. Status pengoperasian
sistem ditunjukkan oleh lampu peringatan radiasi di bagian depan
gantry.
Lampu peringatan radiasi pada gantry menyala dan sinyal peringatan
berbunyi saat radiasi dihasilkan.
Warna indikator yang menyala menunjukkan status pengoperasian
sistem:
Blinking Green: ready for scanning

Yellow: radiation warning

Gantry display panel


Panel tampilan gantry terletak di bagian depan gantry. Tergantung
pada konfigurasi sistem Anda, panel layar mungkin memiliki atau tidak
memiliki fungsi sentuh.
Anda dapat mengamati pengoperasian sistem pada panel layar LCD
gantry. Layar menunjukkan posisi vertikal dan horizontal meja dan
sudut kemiringan gantry serta data radiasi

18
(1) Tube voltage (kV)
(2) Tube current (mA)
(3) Scan time (topograms or sequences) / Rotation time (spirals)
(4) Gantry tilt
(5) Horizontal table position
(6) Table height

Nilai ketinggian meja diukur relatif terhadap sumbu bidang pindai


gantri. Nilai posisi meja horizontal ditampilkan dengan mengacu pada
posisi nol, yang umumnya merupakan tanda anatomi. Pergerakan
menuju gantry ditampilkan sebagai nilai negatif dan pergerakan keluar
dari bukaan gantry ditampilkan sebagai nilai positif.
Tilting the gantry
Anda dapat memiringkan gantry hingga +/– 30° dari posisi vertikal.
Kemiringan positif menggerakkan bagian atas gantry ke arah bagian
atas meja; kemiringan negatif menjauhkan bagian atas gantry dari
bagian atas meja.

Elements Description

Horizontal table position The value of horizontal table position is


displayed with reference to a reference zero
position, which is generally an anatomical
mark- ing. Movement towards the gantry is
displayed as a negative value and movement
out of the gantry as a positive value.

19
Table height The value of table height is measured relative
to the scan field axis of the gantry.

Gantry tilt Angle of inclination of the gantry.

2. Meja Pemeriksaan
Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan untuk
dilakukannya pemeriksaan CT-Scan. Bentuknya kurva dan terbuat dari
Carbon Graphite Fiber. Setiap scanning satu slice selesai, maka meja
pemeriksaan akan bergeser sesuai ketebalan slice slice thickness .
Meja pemeriksaan terletak dipertengahan gantry dengan posisi
horizontal dan dapat digerakkan maju, mundur, naik dan turun dengan
cara menekan tombol yang melambangkannmaju, mundur, naik, san
turun yang terdapat pada gantry.
Anda menempatkan pasien di atas meja pasien dan memposisikannya
untuk pemeriksaan.

(1) Meja pasien dengan bagian atas meja yang dapat dipindahkan
(2) Pegangan di atas meja dengan perangkat pengunci
(3) Label: Tabel pasien sesuai dengan bagian yang diterapkan tipe B.
Dilindungi dari sengatan listrik dengan membatasi arus bocor yang
diperbolehkan sesuai dengan IEC 60601-1.

20
Bagian atas meja terdiri dari bahan yang tahan terhadap air. Meja,
kasur, dan aksesori dibentuk sedemikian rupa sehingga hanya
menyebabkan artefak minimal. Penandaan di bagian atas meja dan
alas pemosisian menandai area bebas logam di meja pasien
Table head end & foot end
Ujung kepala adalah ujung meja pasien yang lebih dekat ke gantry.
Ujung kaki adalah ujung meja pasien yang jauh dari gantry.

(1) Head end


(2) Foot end

Patient table movement


Anda menempatkan pasien di atas meja pasien dan memindahkan
meja ke posisi pemeriksaan.
◾ Sebelum pemeriksaan
Posisi horizontal dan vertikal meja pasien dapat diatur oleh pengguna.
Sebelum memulai pemeriksaan, pastikan gerakan bagian atas meja ke
arah bukaan gantry tidak terhalang.
◾ Selama pemeriksaan
Tabel pasien disesuaikan secara otomatis untuk posisi irisan.
– Untuk pemeriksaan berurutan, meja dipindahkan secara bertahap
secara horizontal.

21
– Untuk pindaian spiral, meja digerakkan terus-menerus dalam arah
horizontal.

Tinggi tabel dan feed tabel relatif ditampilkan di gantry dan di layar
Syngo Acquisition Workplace Anda.

22
Table movement safety
PERHATIAN
Menurunkan meja pasien!
Bagian tubuh bisa tersangkut.
◆ Pastikan bagian tubuh pasien berada di atas meja pasien.
◆ Pastikan tidak ada bagian tubuh siapa pun atau benda apa pun yang
berada di bawah meja pasien.
PERHATIAN
Gerakan atas meja horizontal!
Kemungkinan cedera pada tangan (label peringatan).
◆ Jangan letakkan tangan Anda di celah penyangga bagian atas meja.
Jangan letakkan benda apa pun di bawah meja pasien. Selalu pastikan
bahwa gerakan tidak terhalang oleh benda apa pun.
◾ Sebelum Anda dapat menurunkan meja pasien ke ketinggian
minimumnya, Anda harus menarik bagian atas meja seluruhnya dan
menyetel gantri vertikal.
◾ Saran keamanan untuk biopsi
Jika pasien memiliki jarum untuk biopsi, selalu perhatikan lokasi jarum
dalam hubungannya dengan gantry. Kemajuan jarum yang tidak
direncanakan dapat terjadi.
◾ tombol BERHENTI
Dengan tombol STOP, Anda dapat menginterupsi pergerakan unit
dalam keadaan darurat (pergerakan meja dan kemiringan gantri) dan
mematikan radiasi.
Table maximum load
Tergantung pada konfigurasi sistem Anda, tabel pasien mendukung
salah satu opsi berikut

23
Option Description

200 kg/440 lbs Meja pasien dapat membawa beban maksimal


support 200 kg (440 lbs) di bagian tengah. Pasien
dengan berat hingga 140 kg (300 lbs) dapat
diperiksa tanpa batasan apa pun. Pasien
dengan berat hingga 200 kg (440 lbs) dapat
diletakkan di atas meja dan diperiksa. Stabilitas
meja pasien tidak berisiko, namun fungsi meja
yang benar (pengangkatan, ketepatan posisi)
tidak dapat dijamin 100%. Bagian atas meja
dapat diturunkan hingga kira-kira 450 mm di
atas permukaan lantai (misalnya, selama
pemosisian pasien).

227 kg/500 Meja pasien dapat membawa beban maksimum


lbs support 227 kg (500 lbs) di bagian tengah. Pasien
(not dengan berat hingga 140 kg (300 lbs) dapat
available in diperiksa tanpa batasan apa pun. Pasien dengan
China) berat hingga 217 kg (479 lbs) dapat diletakkan di
atas meja dan diperiksa. Stabilitas meja pasien
tidak berisiko. Namun, fungsi meja yang benar
(pengangkatan, presisi pemosisian) tidak dapat
dijamin 100%. Bagian atas meja dapat diturunkan
hingga kira-kira 550 mm di atas permukaan lantai
(misalnya, selama pemosisian pasien).

Nilai batasan untuk pengaturan meja vertikal dan horizontal serta sudut
kemiringan gantry saling bergantung.
Retracting the table top in emergency
Dalam keadaan darurat atau listrik mati, Anda dapat memposisikan
bagian atas meja secara manual. Anda dapat menggunakan pegangan
di ujung meja untuk memindahkan bagian atas meja keluar dari gantry
Tekan tuas ke ujung bagian atas meja dan tarik bagian atas meja keluar
dari gantry.

24
sebelum melanjutkan pekerjaan pada sistem, Anda harus mengunci
bagian atas meja kembali ke posisi semula.

Lowering the table in emergency


Anda dapat menggunakan engkol tangan di bagian bawah meja untuk
menggerakkan meja ke atas atau ke bawah secara manual
Masukkan engkol tangan ke dalam lubang yang cocok di bawah meja
sejauh mungkin

(1) Engkol tangan


(2) Engkol tangan di bawah meja pasien

25
(3) Lubang untuk engkol tangan
2 Putar meja ke atas atau ke bawah
Horizontal table compensation
Mekanisme penyesuaian ketinggian meja pasien bekerja berdasarkan
prinsip yang disebut prinsip kobra. Seperti ular dengan nama itu, posisi
horizontal bagian atas meja ("kepala ular kobra") berubah saat
dinaikkan atau diturunkan

◾ Saat dinaikkan, bagian atas meja (dan pasien juga) bergerak ke arah
gantry.
◾ Saat menurunkan keduanya menjauh dari gantry.
Dengan kompensasi meja horizontal aktif, posisi horizontal bagian atas
meja tidak berubah saat dinaikkan atau diturunkan. Opsi kompensasi
tabel horizontal dikonfigurasikan di Layanan Lokal.
◾ Dengan kompensasi meja horizontal mati, jangan ubah tinggi meja
selama pemeriksaan, karena ini juga mengubah posisi irisan.
◾ Dengan kompensasi meja horizontal aktif, gunakan tombol Bongkar
pasien, bukan tombol Meja turun, untuk menurunkan meja pasien ke
ketinggian minimum.
◾ Kompensasi meja horizontal hanya dapat berfungsi jika tinggi meja
antara 86~272mm. Ketinggian kerja sesuai dengan isocenter sistem.

Moving the table vertically


Anda dapat menyesuaikan ketinggian meja langsung di panel operator
gantry.

26
◆ Lakukan salah satu dari yang berikut:
◾ Memindahkan meja ke atas
Tekan tombol Table up dan tahan selama gerakan meja hingga posisi
meja benar.

◾ Memindahkan meja ke bawah


Tekan tombol Table down dan tahan selama gerakan meja hingga
posisi meja benar

Sebelum Anda menurunkan meja pasien ke ketinggian minimum, Anda


harus benar-benar menarik bagian atas meja keluar dari gantri dan
memposisikan gantri pada posisi vertikal.
Moving the table horizontally
Anda dapat memindahkan meja masuk dan keluar dari gantry langsung
di panel operator gantry.
◆ Lakukan salah satu dari yang berikut:
◾ Bergerak menuju gantry
Tekan tombol Table in atau Table in fast dan tahan hingga posisi meja
benar.

Bagian atas meja bergerak menuju gantry.


◾ Keluar dari gantry

27
Tekan tombol Table out atau Table out fast key dan tahan hingga posisi
meja benar.

Bagian atas meja bergerak keluar dari gantry.

Moving the table to saved positions

Saat meja pasien tidak pada posisi A, tombol A akan menyala. Tahan
tombol A lalu sampai meja berhenti di posisi A. Alur kerja yang sama
berlaku untuk tombol B.

Table footswitch
Anda dapat memindahkan meja pasien dengan menggunakan
footswitch meja sebagai alternatif menggunakan tombol pada panel
operator gantry. Sakelar kaki meja terletak di antara gantri dan meja
pasien.

(1) Table footswitch


(2) Saluran kabel

28
(1) Pedal offset: memuat pasien. Pedal berfungsi sama dengan tombol
Offset pada panel operator gantry.

(2) Pedal retraksi meja: mengeluarkan pasien. Pedal berfungsi sama


dengan tombol Retraksi Meja pada panel operator gantry. Sakelar kaki
meja memiliki pedal Offset dan Retraksi pedal meja. Pedal terletak di
kedua sisi meja footswitch.

3. CT Kontrol Consol

Gambar CT console
(1) Monitor
(2) Control box
(3) Keyboard

29
(4) Mouse
(5) Image control system (ICS)
(6) Image reconstruction system (IRS)
Dengan elemen pengoperasian konsol, Anda menghidupkan dan
mematikan sistem, memasukkan data pasien, merencanakan
pemeriksaan, dan memicu pengukuran. Anda memperoleh data CT
dan menggunakannya untuk merekonstruksi gambar CT, yang
kemudian Anda evaluasi. Anda dapat menggunakan keyboard, mouse,
dan kotak kontrol untuk memberi tahu komputer tindakan apa yang
harus dilakukan.

Sistem Komputer pada pesawat CT SCAN


Komputer Merupakan pengendali dari semua instrumen yang ada pada
pesawat CT-Scan, berfungsi untuk melakukan proses scanning,
rekonstruksi atau pengolahan data, menampilkan (display) gambar
serta menganalisa gambar. Adapun elemen-elemen pada komputer
adalah sebagai berikut :
a. Input device
Adalah unit yang menterjemahkan data-data dari luar ke dalam
bahasa komputer sehingga dapat menjalankan program atau
instruksi.
b. CPU (Central Processing Unit)
Merupakan pusat pengolahan dan pengontrolan dari keseluruhan
system komputer yang sedang bekerja. Terdiri atas :
1) ALU (Arithmetric Logic Unit) yang melaksanakan proses
berupa arithmetric operation seperti penambahan,
pengurangan, pembagian serta perkalian, kemudian terdapat
2) Control Unit yang berfungsi mengontrol keseluruhan sistem
komputer dalam melakukan pengolahan data, dan

30
3) Memory unit yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan
data ataupun yang sedang dikerjakan.
c. Output device
Digunakan untuk menampilkan hasil program atau instruksi
sehingga dapat dengan mudah dilihat oleh personil yang
mengoperasikannya, misalnya CRT (Cathoda Ray Tube).

Layar TV monitor
Berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari objek yang
diperiksa serta menampilkan instruksi-instruksi atau program yang
diberikan.

Image Recording
Berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari komputer ketika
melakukan scanning, rekonstruksi dan display gambar. Jenisnya :
a. Magnetik tape
yang terbuat daridasar plastik yang dilapisi oksida besi atau
partikel-partikel metalik
lainnya. Pita ini berfungsi untuk merekam data dari objek
yang hasilnya dapat kita lihat pada layar monitor
b. Magnetic disc
Berfungsi untuk menyimpan sementara dari data atau gambaran
yang akan ditampilkan dan diproses. Magnetic
disc dapat menyimpan dan mengirim data dengan cepat. Bentuk
nya berupa piringan yang dilapisi bahan ferromagnetic. Kapasitas
memorinya sangat besar.
c. Floppy disc
Biasa disebut dengan disket, merupakan modifikasi dari magnetic
disk, bentuknya kecil, tipis, dan flexibel atau lentur. Floppy disk
mudah dibawa dan disimpan. Kapasitas memorinya relatif kecil.

31
Multiformat camera
Alat yang digunakan untuk memperoleh gambaran permanen dari hasil
CT Scan pada film. Pada satu film dapat dihasilkan 9 frame atau 9
gambar potongan CT Scan.

Operator Console
Merupakan pusat semua kegiatan scanning atau pengoperasian sistem
secara umum serta berfungsi merekonstruksi hasil gambaran sesuai
dengan kebutuhan.
a. Sistem control
Untuk menjalankan unit CT Scan, mengontrol kV, mA, waktu
scanning, ketebalan irisan, dan pengatur parameter.
b. Printer Gambar
Merupakan alat pencetak film CT Scan
c. Archiving
Adalah komponen yang berfungsi untuk menyimpan data-data
pasien yang sewaktu-waktu dapat dibuka kembali.
CT control box
Dengan elemen pengoperasian kotak kontrol, Anda dapat memulai dan
menghentikan pengukuran serta memindahkan gantri dan meja dari
luar ruang pemeriksaan. Elemen pengoperasian untuk sistem interkom
juga terletak di kotak kontrol

32
1) Tombol Pindahkan: Gunakan tombol ini untuk memindahkan meja
pasien atau memiringkan gantri ke posisi pengukuran berikutnya.
2) Keluarkan kunci pasien: Gunakan kunci ini untuk mengeluarkan
pasien.
3) Tombol Mulai: Gunakan tombol ini untuk memicu pemindaian.
Lampu peringatan radiasi pada kotak kontrol CT menyala selama
pemindaian.
4) Lampu peringatan radiasi: Lampu layar ini menyala selama radiasi
dan sinyal peringatan berbunyi.
5) Tombol penangguhan: Gunakan tombol ini untuk menahan prosedur
pemindaian. Ini adalah metode yang disukai untuk menyela
pemindaian sebelum selesai. Anda tidak boleh menggunakan
tombol STOP untuk tujuan ini.
6) Dengarkan tombol pasien: Tekan tombol ini jika Anda ingin
mendengar apa yang dikatakan pasien. Dioda cahaya menunjukkan
bahwa koneksi mendengarkan aktif. Tekan tombol lagi untuk
melepaskan koneksi mendengarkan.
7) Pengeras suara
8) Tombol panggil pasien: Tahan tombol ini saat berbicara ke mikrofon.
9) Tombol STOP: Gunakan tombol ini untuk menghentikan pemindaian
sama sekali dalam keadaan darurat.

33
10) Mikrofon

Saat mengoperasikan kotak kontrol, tindakan pencegahan keselamatan


berikut harus diperhatikan:
STOP key on control box
Dengan tombol STOP, Anda dapat menginterupsi pergerakan unit dalam
keadaan darurat (pergerakan meja dan kemiringan gantri) dan
mematikan radiasi.

Dalam situasi kritis tekan salah satu tombol STOP. Jika Anda menekan
salah satu tombol merah BERHENTI, gerakan unit terganggu dan radiasi
dihentikan. Fungsi tombol untuk pergerakan sistem juga diblokir.

Radiation warning lamp on Start key


Tombol Start pada kotak kontrol CT dilengkapi dengan lampu peringatan
radiasi. Sinyal peringatan berbunyi saat radiasi dihasilkan. Warna cincin
yang menyala menunjukkan status pengoperasian sistem.
Cincin melingkar:
◾ Berkedip Hijau: siap untuk dipindai

◾ Yellow: radiation warning

34
Berbicara dengan pasien
Dengan menggunakan speaker dan mikrofon, Anda dapat berbicara
dengan pasien atau memutar ulang beberapa instruksi pasien yang
disimpan secara permanen.
◆ Pada kotak kontrol CT, tahan tombol Panggil pasien.

Anda sekarang dapat berbicara dengan pasien di gantry.

Mendengarkan pasien
Pada kotak kontrol CT, tekan tombol Dengarkan pasien.

Anda sekarang dapat mendengarkan pasien di gantry. Dioda lampu


menyala. Kotak kontrol CT menunjukkan bahwa koneksi mendengarkan
aktif. Tekan tombol lagi untuk menghentikan sambungan mendengarkan.
KOMPUTER
CT Scan dikendalikan oleh dua komputer utama, sistem kontrol gambar
(ICS) dan sistem rekonstruksi gambar (IRS).
Anda dapat menggunakan keyboard, mouse, dan kotak kontrol untuk
menginformasikan komputer tindakan apa yang harus dilakukan.
Komputer tempat kerja menyediakan beberapa komponen (misalnya,

35
port USB, perekam DVD). Lokasi dan desain komponen ini dapat
bervariasi.
Image control system
Sistem kontrol gambar (ICS) adalah komputer tempat Anda membuat
semua entri. Dengannya, Anda mengontrol pemindai CT, mengevaluasi
studi Anda, dan menyimpannya.
◾ Anda bekerja dengan komputer ini.
◾ Di bagian belakang komputer kontrol gambar, Anda akan menemukan
koneksi untuk monitor, keyboard, dan mouse.
Image reconstruction system
Sistem rekonstruksi citra (IRS) adalah salah satu komputer utama
pemindai CT. Ini menghitung gambar.
◾ Sistem rekonstruksi citra berkomunikasi dengan sistem pemindaian.
◾ Ini menggunakan data terukur dari sistem detektor untuk menghitung
gambar untuk setiap irisan.
◾ Data kemudian diteruskan ke sistem kontrol gambar (ICS).
Image evaluation system
Sistem evaluasi citra (IES, atau syngo CT Workplace) adalah komputer
yang terhubung ke sistem kontrol citra (syngo Acquisition Workplace). Ini
berbagi database dengan syngo Acquisition Workplace yang terutama
mengontrol akuisisi data pemindai.

36
(1) Monitor
(2) Keyboard
(3) Mouse
(4) Computer with DVD recorder
(5) Ethernet switch

The uninterruptible power supply (UPS)


Catu daya tak terputus (UPS) mengkompensasi fluktuasi tegangan dan
menyediakan daya cadangan selama kegagalan daya untuk waktu yang
singkat untuk sistem komputer.

Sinyal peringatan berbunyi saat UPS beralih ke daya baterai selama


listrik mati

37
(1) Indikator kesalahan
(2) Indikator mode baterai
(3) Indikator perlindungan beban
(4) HIDUP/MATI
(5) Outlet Grup 1 bertenaga
(6) Outlet Grup 2 bertenaga
(7) Pengisian daya baterai
(8) Beban (persen)
(9) Beban: 76 hingga 100%
(10) Beban: 51 hingga 75%
(11) Beban: 26 hingga 50%
(12) Beban: 26 hingga 50%

Keyboard
Dengan keyboard, Anda memasukkan teks, angka, dan perintah.
Komputer mendukung keyboard dalam berbagai bahasa.

38
(1) Tombol fungsi
(2) Keyboard mesin tik
(3) Tombol kursor
(4) Keypad simbol

Monitor
Di monitor, Anda dapat melihat dan mengontrol prosedur pemeriksaan
atau melihat gambar. Monitor pada konsol adalah monitor warna Liquid
Crystal Display (LCD) 19" dengan resolusi tinggi.

39
SEKARANG SAYA TAHU

Instrumen yang digunakan dalam pemeriksaan CT Scan adalah


terdiri dari tiga bagian yaitu, gantry, meja pemeriksaan dan kontrol
consol.

40
Materi Pokok 2

Asesoris CT Scan

41
Pendahuluan
Pemilihan asesoris CT scan yang tepat dalam pemeriksaan CT Scan
sangatlah diperllukan untuk mempermudah pemeriksaan dan
memberikan kenyamanan untuk pasien, dan untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan.. Untuk bisa memilih asesoris yang akan
digunakan, radiografer harus mengetahui jenis-jenis asesoris yang
akan digunakan, sehingga mampu memilih dan menggunakannya
dengan tepat dalam proses pemeriksaan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
asesoris yang digunakan dalam pemeriksaan CT Scan

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 2 yaitu:
a. Alat bantu pemeriksaan CT Scan Brain
b. Alat bantu pemeriksaan CT Scan Thorax
c. Alat bantu pemeriksaan CT Scan Abdomen

42
Uraian Materi Pokok 2

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat melakukan


pemeriksaan CT scan dengan baik dan menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan, maka anda perlu memahami asesoris
yang ddigunakan dalam pemeriksaan CT Scan. Uraian berikut
ini bisa untuk menambah wawasan Anda tentang asesoris
yang digunakan dalam pemeriksaan CT Scan. Dibaca sampai
tuntas supaya tidak gagal paham

Untuk pemosisian pasien yang aman dan nyaman, tersedia aksesori


pemosisian, misalnya:
1. Tikar/matras
2. Penyangga kepala/lengan/lutut
3. Ekstensi atas meja
4. Bantal, bantalan, & tali pengikat
Aksesori pemosisian yang digunakan di wilayah yang diinginkan terbuat dari
bahan radiotranslucent khusus. Mereka dibentuk sedemikian rupa sehingga
menyebabkan artefak gambar seminimal mungkin. Meskipun demikian,
gunakan aksesori pemosisian sedemikian rupa sehingga tidak menonjol ke
bidang irisan, jika memungkinkan.
Keamanan aksesori pemosisian
Untuk menghindari bahaya cedera pada pasien selama pergerakan meja
atau gantri, hanya aksesori pemosisian yang disetujui oleh pabrikan

43
seharusnya digunakan. Dengan cara ini juga artefak dapat dihindari yang
merusak kualitas gambar.

1. Alat Bantu Pemeriksaan CT Scan Brain


Memasang aksesori pemosisian
Dudukan kepala dan ekstensi atas meja semuanya dipasang dengan
cara yang sama di ujung kepala meja, Dorong braket penahan ke dalam
stopkontak di ujung kepala meja sampai terkunci dengan kuat

Dudukan kepala memiliki tali Velcro di kedua sisi. Di sini, Anda


memasang tali Velcro yang disediakan untuk melumpuhkan kepala
CFK HEAD HOLDER
Tergantung pada kebutuhan, head holder ini dapat digunakan dalam
kombinasi dengan set bantalan terkait untuk semua pemeriksaan
standar di area tengkorak dan untuk pemindaian koronal (misalnya
sinus).

(1) strip Velcro

44
(2) Tombol lepas

Gunakan aksesori ini untuk memposisikan kepala untuk pemeriksaan


kranial, untuk pemeriksaan di daerah leher dan untuk pemeriksaan
tulang leher.
Tiltable head holder

Berbeda dengan head holder standar, sudut head holder yang dapat
dimiringkan dapat disesuaikan dengan persyaratan khusus dari
pemeriksaan yang dilakukan (empat kemungkinan sudut). Ini
dilengkapi dengan bantal yang berbeda (datar atau berbentuk baji),
yang dapat ditempatkan di dalamnya.

(1) Kemiringan -15°


(2) Kemiringan - 0°
(3) Kemiringan +15°
(4) Kemiringan + 30°
Dudukan kepala yang dapat dimiringkan akan dipasang di ujung kepala
meja. Bergantung pada kebutuhan, pemeriksaan ini biasanya dapat
digunakan untuk pemeriksaan tengkorak:
◾ Pemeriksaan tengkorak standar, terlentang (semua sudut)
◾ Sinus paranasales, terlentang (-15°)
Cushions and pads
Cushion set digunakan bersama dengan penyangga kepala untuk
posisi kepala pasien yang benar

45
◾ Posisi datar dengan bantalan datar

◾ Posisikan dengan bantalan kepala (15° atau 25°) untuk


pemeriksaan otak.

(1) Head cushion


(2) Pad: thin, thick
(3) Velcro straps
(4) Cushion, flat

Coronal supine head holder


Gunakan aksesori ini untuk memposisikan kepala untuk pemeriksaan
kranial dalam posisi terlentang (irisan koronal).

46
Coronal prone head holder
Gunakan aksesori ini untuk memposisikan kepala untuk pemeriksaan
kranial dalam posisi telungkup (irisan koronal).

(1) Dukungan dahi yang dapat disesuaikan


(2) Penyangga dagu yang dapat disesuaikan
Penahan kepala koronal memiliki dua penyangga:
◾ Dukungan dagu. Ini dipasang ke dudukan menggunakan lampiran tali
Velcro. Anda dapat menyesuaikan posisinya untuk kenyamanan
maksimal pasien.

47
◾ Penyangga dahi. Posisi vertikalnya dapat disesuaikan dengan
melonggarkan sekrup penopang, memindahkannya ke posisi yang
diinginkan dan mengencangkan kembali sekrup dengan kuat.
Straps
Tali digunakan untuk menahan pasien.
◾ Posisikan tali pengikat di bawah matras.
◾ Tutup di atas pasien dengan strip Velcro.
Bantal Bocollo (sandaran kepala) adalah untuk posisi kepala pasien
yang nyaman di meja datar

2. Alat Bantu Pemeriksaan CT Scan Thorax


Head-arm support
Penopang kepala-lengan digunakan untuk posisi pasien yang nyaman
dengan lengan menyilang di atas kepala. Dapat diletakkan langsung di
atas meja pasien di mana pun Anda mau (ujung kepala/ujung kaki
atau di ekstensi atas meja). Penopang kepala-lengan dilengkapi
dengan bantalan datar, yang dapat ditempatkan di dalam. Untuk
imobilisasi yang lebih baik, penyangga memiliki tali Velcro di kedua sisi.
Di sini, Anda dapat memperbaiki tangan pasien

48
(1) Penopang kepala-lengan dengan tali dan bantalan
(2) Tali
(3) Fiksasi untuk penyangga kepala-lengan
(4) Tali velcro untuk fiksasi pergelangan tangan pasien
Bergantung pada kebutuhan, pemeriksaan ini biasanya dapat
digunakan untuk pemeriksaan toraks, perut, dan panggul

3. Alat Bantu Pemeriksaan CT Scan Abdomen


ARM SUPPORT
Penyangga lengan dapat digunakan untuk pemeriksaan di mana
lengan pasien perlu diposisikan di samping tubuhnya. Penopang
lengan digunakan berpasangan dan memungkinkan pemosisian lengan
yang aman dan nyaman

Tempatkan penyangga lengan antara pasien dan meja dan posisikan


lengan pasien di penyangga lengan.

49
Knee support

Dengan penyangga lutut, Anda dapat memposisikan ekstremitas


bawah dengan nyaman dan mengurangi lordosis tulang belakang
lumbar. Posisi pasien lebih stabil.

Tempatkan penyangga lutut di bawah lutut dan kaki bagian bawah.


Table top extension
Perpanjangan bagian atas meja dimaksudkan untuk menjadi
perpanjangan kaki

(1) Tombol lepas


(2) Label

50
Gunakan aksesori ini untuk memposisikan kaki untuk pemeriksaan
ekstremitas bawah.

SEKARANG SAYA TAHU

Alat bantu yang digunakan dalam pemeriksaan CT Scan ada


beberapa yaitu: untuk kepala, thorax dan abdomen, jenisn dan
kegunaan berbeda beda.

51
Materi Pokok 3

Penggunaan CT Scan

52
Pendahuluan
Penggunaan CT scan dimulai dari cara menghidupka pesawat CT
Scan dengan baik, kemudian dilakukan kalibrasi agar pesawat CT
Scan siap untuk digunakan, dan terakhir apabila pesawat CT scan
sudah tidak digunakan lagi, matikan pesawat CT scan dengan baik..
Untuk bisa menggunakan pesawat CT Scan, radiografer harus
mengetahui cara menghidupkan, kalibrasi dan cara mematikan CT
Scan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
cara penggunaan pesawat CT Scan

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 3 yaitu:
a. Menghidupkan pesawat CT Scan
b. Warming Up/Kalibrasi
c. Mematikan pesawat CT Scan

53
Uraian Materi Pokok 3

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat menggunakan


pesawat CT scan dengan baik maka anda perlu memahami cara
menghidupkan pesawat CT Scan, melakukan kalibrasi dan
mematikan pesawat CT Scan. Uraian berikut ini bisa untuk
menambah wawasan Anda tentang tata cara penggunaan
pesawat CT Scan. Dibaca sampai tuntas supaya tidak gagal
paham

1. Menghidupkan pesawat CT Scan

(1) Monitor

54
(2) Control box
(3) Keyboard
(4) Mouse
(5) Image control system (ICS)
(6) Image reconstruction system (IRS)

Dengan elemen pengoperasian konsol, Anda menghidupkan dan


mematikan sistem, memasukkan data pasien, merencanakan
pemeriksaan, dan memicu pengukuran. Anda memperoleh data CT
dan menggunakannya untuk merekonstruksi gambar CT, yang
kemudian Anda evaluasi. Anda dapat menggunakan keyboard, mouse,
dan kotak kontrol untuk memberi tahu komputer tindakan apa yang
harus dilakukan.
SISTEM ON/OFF
Sistem akuisisi dan konsol dinyalakan dan dimatikan secara terpisah.
◾ Sistem akuisisi dinyalakan menggunakan sakelar daya pada kotak
sambungan saluran (LCB).
◾ Konsol dihidupkan saat Anda menyalakan UPS.
Anda dapat memulai komputer saja (misalnya, untuk evaluasi dan
manajemen), atau keseluruhan sistem (komputer dan sistem akuisisi).
Sebelum Anda dapat melakukan pemeriksaan, Anda harus
mengaktifkan kedua komponen. Anda dapat mematikan sistem akuisisi
saja, atau seluruh sistem (komputer dan sistem akuisisi).
MENGAKTIFKAN SISTEM
Untuk memastikan kelancaran aliran data ke dan dari komponen ini,
semua komponen lain dalam sistem juga harus berfungsi dengan benar
1 Nyalakan sakelar daya di LCB untuk gantri dan meja pasien.

55
2 Hidupkan UPS.

Komputer menyala secara otomatis saat UPS dihidupkan. Jangan


nyalakan komputer secara langsung. Booting berjalan dalam fase
berikut:
◾ Memulai sistem operasi
Saat Anda menghidupkan sistem, sistem operasi Windows dimulai.

Mengaktifkan workstation
Untuk tujuan melihat dan mengevaluasi gambar saja, Anda dapat
menyalakan komputer Workplace satu per satu.
1 Aktifkan semua perangkat periferal, seperti drive dan printer, sebelum
menyalakan komputer Workplace.
2 Tekan tombol daya pada UPS untuk komputer.

56
Komputer menyala secara otomatis saat UPS dihidupkan. Jangan
nyalakan komputer secara langsung. Komputer melakukan power-on
self-test. Setelah swa-uji selesai, paket perangkat lunak medis dimulai.

2. Warming Up/Kalibrasi
Perawatan dan layanan rutin penting untuk keselamatan pasien,
personel, dan orang yang menemani pasien serta untuk integritas
fungsional sistem. Jika sistem tidak berfungsi sempurna, maka harus
segera diperiksa.
Pemeriksaan fungsi sistem
Untuk memastikan bahwa sistem siap untuk dioperasikan dan semua
fungsi yang relevan dengan keselamatan bekerja dengan benar, Anda
harus melakukan uji fungsi setiap hari sebelum memulai prosedur
pemeriksaan yang sebenarnya.
Selama pengujian, prosedur fungsi terpenting dan peralatan
keselamatan sistem diperiksa.

Memeriksa lampu peringatan radiasi

Anda harus memeriksa lampu peringatan radiasi di kotak kontrol, di


gantry dan, jika ada, di samping pintu ruang pemeriksaan.
Periksa fungsi yang benar dari lampu peringatan radiasi selama uji
kualitas gambar harian. Lampu peringatan radiasi harus menyala ketika
radiasi dihasilkan.Pastikan radiasi segera berhenti ketika pintu ruang
pemeriksaan dibuka

57
Memeriksa tombol STOP
1. Tekan salah satu tombol pengaturan meja pada panel operator
gantry dan tahan.
2. Saat meja/gantry bergerak, tekan tombol STOP.

Pergerakan meja/gantry harus segera dihentikan.

3. Periksa apakah Anda dapat memindahkan meja keluar dari gantry


secara manual setelah Anda menekan tombol STOP.

Memeriksa bagian atas meja pasien


Anda harus memeriksa mobilitas dan kebersihan bagian atas meja.
1. Pastikan Anda dapat menarik bagian atas meja dari gantry secara
manual.
2. Pastikan bidang pindai bebas dari sisa media kontras, darah, atau
kontaminasi lainnya.

Memeriksa penanda sinar laser

◆ Nyalakan penanda sinar laser dan periksa proyeksi sinar pada


selembar kertas putih.

Sinar laser harus memproyeksikan garis.

Memeriksa panel operator gantry

58
Anda harus memeriksa kunci berikut pada panel operator gantry:
◾ Kemiringan gantry
◾ Posisi meja
◾ Posisi tabel A dan B yang telah ditentukan sebelumnya
◾ Zeroing/posisi nol
◆ Periksa tombol saat Anda menyalakan unit.

Memeriksa sistem interkom


◆ Terapkan tombol Dengarkan Pasien dan Panggil Pasien pada kotak
kontrol.

Sistem interkom harus bekerja di kedua arah.

Optimalisasi sistem
Sejumlah fungsi tersedia bagi Anda untuk mengoptimalkan kinerja
sistem CT, seperti:
◾ Kalibrasi sistem
◾ Pemeriksaan sistem / Check Up
◾ Penghentian pemeliharaan sistem
◾ Pemeriksaan sumber daya sistem
◾ eStart

59
Kalibrasi sistem
Untuk memastikan kualitas gambar yang selalu tinggi, pemindai CT
harus dikalibrasi setidaknya sekali sehari. Kalibrasi adalah bagian dari
pemeriksaan rutin yang diminta setelah sistem CT dihidupkan ulang.
1. 1 Pilih Setup > Calibration dari menu utama. Kotak dialog Kalibrasi
akan muncul. Gantri miring secara otomatis kembali ke posisi nol
dan meja pasien bergerak keluar dari gantri.
2. Tekan ”Star” pada kotak kontrol CT.

Pemeriksaan sistem/Check Up
Prosedur pemeriksaan otomatis menjalankan serangkaian fungsi untuk
memastikan bahwa pemindai CT terkondisi dengan baik dan mampu
memberikan gambar berkualitas tinggi.
Prosedur pemeriksaan dimulai di kotak dialog Pemeriksaan yang akan
ditampilkan setelah pengaktifan sistem. Jika kotak dialog tidak muncul
secara otomatis, pilih Setup > Checkup.

60
Anda memiliki opsi untuk melewatkan pemeriksaan. Jika perlu, Anda
dapat mengkalibrasi sistem nanti. Tabel berikut mencantumkan elemen
kotak dialog Pemeriksaan:
Element Description
Checkup Starts the check-up procedure.
Cancel Skips the check-up procedure.
Help Opens help information.

1 Klik ’Check Up”. Anda diminta untuk menekan STAR.


2 Tekan STAR pada kotak kontrol CT.
Pemeriksaan sistem dimulai. Pemindaian dimulai.

3. Mematikan pesawat CT Scan


Mematikan sistem
Sistem dimatikan dalam tiga tahap:

61
◾ Penghentian syngo
◾ Matikan sistem operasi
◾ Matikan sistem pemindaian
✓ Gantry dan syngo Workplace sedang berjalan.
1 Keluar dari semua ujian dan aplikasi.
2 Panggil Sistem > Akhiri di menu utama. Kotak dialog Akhiri Sesi
ditampilkan.

3 Klik Sistem Shutdown. Konfirmasikan dengan Ya di kotak dialog yang


ditampilkan.
Kotak dialog ditampilkan jika aplikasi masih aktif. Dialog serupa
ditampilkan saat pemeriksaan pasien masih berjalan. Klik Ya.
Semua aplikasi akan ditutup. Sistem akan terus dimatikan. Jika tidak
terjadi kesalahan selama shutdown, komputer akan dimatikan.
4 Tekan tombol Nyala/Mati pada UPS selama minimal 3 detik untuk
mematikan UPS.

Matikan sakelar daya gantry di LCB.

62
Gantry akan dimatikan.

Mematikan workstation
✓ Hanya Workplace yang diaktifkan.
1 Keluar dari semua examination dan aplikasi.
2 Panggil Sistem > Akhiri di menu utama. Kotak dialog Akhiri Sesi
ditampilkan

3 Klik Matikan Sistem. Konfirmasikan dengan Ya di kotak dialog yang


ditampilkan.
4 Tekan tombol Nyala/Mati pada UPS selama minimal 3 detik untuk
mematikan UPS.

63
SEKARANG SAYA TAHU

Sebelum menggunakan pesawat CT Scan harus memehami cara


menghidupkan , melakukan kalibrasi dan mematikan pesawat Ct
scan ketika sudah tidak digunakan.

REFERENSI

1. Brüning, R., A. Küttner, and T. Flohr. 2014. Protocols for Multislice CT.
Berlin: Springer Berlin.

64
2. Seeram, Euclid. 2016. Computed tomography: physical principles,
clinical applications, and quality control.

65
MODUL
KUALITAS DAN REKONTRUKSI
CITRA CT SCAN

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
A. TENTANG MODUL INI 1
1. Deskripsi Singkat 2
2. Tujuan Pembelajaran 3
3. Materi Pokok 3
4. Peta Konsep Modul 4
B. KEGIATAN BELAJAR 6
1. Materi Pokok 1 7
2. Materi Pokok 2 14
REFERENSI 25

2
TENTAN
A
G
MODUL
INI

1
DESKRIPSI SINGKAT

Computed Tomography (CT) Scan merupakan pesawat sinar-X yang


menggunakan metode pencitraan tomografi dengan proses digital untuk
membuat citra tiga dimensi organ internal tubuh dari akuisisi sejumlah
citra dua dimensi. Pemeriksaan dilakukan dengan memutarkan tabung
sinar-X ke bagian tubuh yang diinginkan sehingga di dapatkan citra dua
dimensi dalam bentuk irisan melintang dari berbagai arah. Hasil citra
diberikan kepada dokter untuk menganalisa anatomi bagian tubuh
pasien dan mendiagnosa apa yang terjadi. Diagnosa yang tepat bisa
dilihat dari citra yang dihasilkan. Untuk mempermudah dokter radiologi
dalam melakukan analisis citra CT scan maka kualitas dan rekontruksi
citra harus optimal. Kualitas citra pada CT Scan meliputi spasial resolusi,
kontras resolusi, noise dan artefak. Proses rekonstruksi citra pada CT
Scan adalah proses dimana melibatkan beberapa jenis algoritma yang
mengolah data nilai koefisian attenuasi linier dari jaringan tubuh pasien
(objek).

2
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu menjelaskan
kualitas dan rekontruksi citra CT Scan.

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
kualitas dan rekontruksi citra CT Scan:
1. Menjelaskan kualitas citra CT Scan..
2. Menjelaskan rekontruksi citra CT Scan.

3
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah :


1. Kualitas citra CT Scan.
2. Rekontruksi citra CT Scan.

PETA KONSEP MODUL

Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta


mampu menjelaskan kualitas dan rekontruksi
citra CT Scan

MATERI 1 MATERI 2
Kualitas citra CT Scan Rekontruksi citra CT Scan

Spatial Resolution Slice Thickness

Contrast Resolution 3D

Noise Algoritma

Artefak Software CT

4
B
KEGIATA
N
BELAJAR

5
Materi Pokok 1

Kualitas Citra CT Scan

6
Pendahuluan
Kualitas citra CT scan dinilai berdasarkan spasial resolusi, kontras
resolusi, noise, dan artefak. Keunggulan CT scan yaitu mampu
memvisualisasikan struktur dengan kontras rendah dalam suatu
organ, yang sangat dipengaruhi oleh derau dan terkait dengan dosis
(energi) radiasi.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
kualitas citra CT Scan.

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 1 yaitu:
1. Spatial Resolution
2. Contrast Resolution
3. Noise
4. Artefak

7
Uraian Materi Pokok 1

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat menjelaskan


kualitas citra CT Scan, maka anda perlu memahami kualitas
citra CT Scan. Uraian berikut ini bisa untuk menambah
wawasan Anda tentang kualitas citra CT Scan. Dibaca sampai
tuntas supaya tidak gagal paham

1. Spatial Resolution
Spatial resolution adalah istilah lain yang digunakan untuk detail
resolusi. Spatial resolution merupakan kemampuan sistem untuk
membedakan objek berukuran kecil dengan densitas yang berbeda
pada satu tampilan. Spatial resolution dari MSCT tergantung pada
kualitas dari raw data dan metode rekonstruksi yang digunakan.
Kualitas dari raw data dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Matrix size, Display FoV, Pixel Size
Ukuran matriks dan pemilihan DFOV menentukan ukuran
piksel. Ukuran piksel memiliki peran penting terhadap resolusi
gambar. Matriks digunakan untuk mengelompokkan data mentah
menjadi kotak-kotak yang disebut piksel, matriks merupakan
salah satu faktor yang mengontrol ukuran piksel. DFOV
menentukan jumlah data mentah yang akan digunakan untuk
merekonstruksi gambar. Mengubah DFOV akan mengubah
ukuran gambar di layar, dengan meningkatkan DFOV maka
ukuran piksel pada gambar juga akan meningkat. Ukuran piksel
mencerminkan jumlah data pasien yang berada didalam kotak.

8
Piksel yang lebih besar akan mencakup lebih banyak data pasien.
Hubungan antara ukuran pikse, ukuran matriks, dan DFOV
terlihat dalam persamaan:
Pixel Size = DFOV/Matriks Size ..........(1)
b. Slice Thickness
Secara historis, dampak dari slice thickness pada kualitas
citra lebih jelas daripada ukuran piksel. Secara umum, lebih tipis
slice thickness, maka akan menghasilkan gambar yang lebih
tajam. Karena untuk membuat gambar, sistem harus meratakan
scan thickness ke dua dimensi. Semakin tebal irisannya, maka
diperlukan lebih banyak pemerataan.
c. Rekonstruksi Algoritma
Semua sistem pada CT menawarkan pilihan rekonstruksi
algoritma berbeda yang dapat dipilih oleh operator. Pemilihan
rekonstruksi algoritma yang tepat akan membantu
mengoptimalkan kualitas gambar. Beberapa rekonstruksi
algoritma dapat menghaluskan data, dengan mengurangi
perbedaan antara piksel yang berdekatan.
d. Ukuran Focal Spot
Ukuran titik fokus akan mempengaruhi kualitas gambar,
tetapi efeknya minimal. Seperti pada pencitraan sinar-x lainnya,
ukuran titik fokus yang lebih besar akan menyebabkan gambar
tidak tajam dan mengurangi resolusi spasial.
e. Pitch
Pitch yang digunakan dalam pemeriksaan helical dapat
mempengaruhi resolusi spasial. Secara umum, meningkatkan
pitch akan mengurangi resolusi. Pemilihan pitch yang optimal
tergantung pada konfigurasi detektor dan skema interpolasi data
proyeksi CT yang digunakan.
f. Pergerakan Pasien

9
Pergerakan pasien menciptakan keburaman pada gambar
dan menurunkan resolusi spasial. Oleh karena itu, waktu
pemindaian harus dipersingkat untuk mengurangi pergerakan
pasien agar resolusi spasial dapat meningkat.
2. Contrast Resolution
Faktor lainnya yang mempengaruhi kualitas gambar adalah
contrast resolution. Contrast Resolution merupakan kemampuan
untuk membedakan struktur yang memiliki kepadatan berbeda.
Beberapa faktor yang mempengaruhi contrast resolution, antara
lain:
a. MAs
Mas yang dipilih untuk pemindaian mempengaruhi
jumlah foton sinar-x yang digunakan untuk menghasilkan citra
CT, sehingga mempengaruhi SNR dan contrast resolution
(Louis, 2011).
b. Ukuran Piksel
Dengan mengurangi ukuran piksel, jumlah perpiksel
foton sinar-x yang terdeteksi akan berkurang. Foton perpiksel
yang lebih sedikit akan meningkatkan noise dan menurunkan
kualitas gambar.
c. Slice Thickness
Slice thickness memiliki efek linier pada jumlah foton
sinar-x yang tersedia untuk menghasilkan gambar. Slice
thickness 5mm akan memiliki jumlah foton dua kali lebih besar
dari slice thickness 2,5mm. Karena irisan yang lebih tebal akan
memungkinkan lebih banyak foton untuk menghasilkan SNR
yang lebih baik dan lebih sedikit noise. Akan tetapi, hal tersebut
akan diiringi dengan penurunan spatial resolution pada sumbu
z (Louis, 2011).
d. Rekonstruksi Algoritma

10
Penggunaan algoritma tulang akan menghasilkan
resolusi kontras yang rendah, tetapi resolusi spasial akan
menjadi baik. Sedangkan algoritma jaringan lunak akan
meningkatkan resolusi kontras, tetapi menurunkan spatial
resolution.
e. Ukuran Pasien
Semakin besar ukuran pasien, akan mengurangi foton
sinar-x dan menyisakan sedikit untuk mencapai detektor. Hal ini
akan mengurangi SNR, meningkatkan noise, dan menghasilkan
resolusi kontras yang rendah.
3. Noise
Secara singkat, noise merupakan fluktuasi yang tidak
diinginkan piksel dalam gambar. Noise merupakan tampilan kasar
yang terlihat pada gambar yang kurang terang.
Noise akan mempengaruhi resolusi kontras. Semakin tinggi
noise, maka resolusi kontras akan menurun. Faktor yang
mempengaruhi noise antara lain faktor eksposi, pitch, rekonstruksi
algoritma, detektor, dan slice thickness.
Noise berhubungan dengan nilai signal noise to ratio (SNR)
dan nilai contras to noise ratio (CNR). Nilai CNR ditunjukkan
dengan rumus sebagai berikut:

( HU objek - HU background)
CNR=
Noise objek - Noise background
...........(2)

Nilai SNR ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut:

ROI
SNR=
SD

......................(3)

11
Keterangan:
ROI= Region of Interest
SD=Standar Deviasi

4. Artefak
Artefak merupakan suatu gambaran yang tidak ada
hubungannya dengan objek yang diperiksa. Artefak sendiri
banyak jenisnya seperti motion artifact, mettal artifact, beam
hardening artifact, ring artifact, streak artifact, shading artifact,
dan partial volume artifact.
Dalam CT, artefak muncul dari berbagai sumber. Seperti
pasien, pemilihan parameter yang tidak tepat, proses
rekonstruksi, dan malfungsi peralatan. Artefak dalam CT secara
signifikan lebih tinggi dari radiografi konvensional. Hal ini terjadi
karena banyaknya sumber artefak dan kompleksitas manifestasi
artefak.

SEKARANG SAYA TAHU

Karakteristik dalam kualitas citra CT Scan ada beberapa yaitu: spatial


resolution, contrast resolution, noise, artefak.

12
Materi Pokok 2

Rekontruksi Citra CT Scan

13
Pendahuluan
Rekonstruksi citra CT Scan adalah prosedur matematis yang
digunakan dalam merekonstruksi gambar. Setelah detektor
mendapatkan tranmisi yang cukup, data dikirim ke komputer untuk
proses selanjutnya. Setelah komputer melakukan proses
rekonstruksi, gambar akan ditampilkan dan disimpan untuk nantinya
dapat dianalisis ulang oleh monitor yang terhubung dengan kontrol
konsul. Semakin tajam rekonstruksi algoritma yang dipilih, maka
resolusi citra menjadi semakin tinggi. Hal ini terjadi karena
kemampuan filter dalam merekonstruksi pixel-pixel yang berdekatan,
sehingga akan semakin jelas perbedaan pada gambaran tulang, soft
tissue, dan jaringan-jaringan lainya pada tampilan layar monitor.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
rekontruksi citra.

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 2 yaitu:

14
a. Slice thickness
b. 3D
c. Algorithme
d. Software CT

Uraian Materi Pokok 2

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat menjelaskan


rekontruksi citra, maka harus dapat memahami Teknik
pemeriksaan. Uraian berikut ini bisa untuk menambah
wawasan Anda tentang rekontruksi citra. Dibaca sampai tuntas
supaya tidak gagal paham

1. Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek yang
diperiksa. Pada umumnya ukuran yang tebal akan menghasilkan
gambaran dengan detail yang rendah, sebaliknya ukuran yang tipis
akan menghasilkan gambaran dengan detail yang tinggi. Jika
ketebalan irisan semakin tinggi, maka gambaran akan cenderung
terjadi artefak, dan jika ketebalan irisan semakin tipis, maka
gambaran cenderung akan menjadi noise. Nilai slice thickness pada

15
teknologi Multi-Slice CT (MSCT) dapat dipilih antara 0,5 mm - 10
mm sesuai dengan keperluan klinis. Setiap generasi MSCT,
mempunyai ketebalan slice yang berbeda.
Pemilihan slice thickness pada saat pembuatan gambar CT Scan
mempunyai pengaruh langsung terhadap spatial resolusi yang
dihasilkan. Dengan slice thickness yang meningkat (tipis) maka
spasial rasolusi gambar semakin baik, demikian sebaliknya.
Namun pengaruh yang berbeda terhadap dosis radiasi yang
diterima oleh pasien. Semakain tipis irisan, dosis radiasi semakin
tinggi dan berlaku sebaliknya. Pada volume CT singel slice,
ketebalan irisan/ slice thickness dari irisan ditentukan oleh picth
dan lebar dari precollimator (yang juga definisikan sebagai beam
with (BW) pada pusat dari rotasi. Beam with (BW) diukur pada
poros-z pada pusat dari rotasi untuk singel row detector array,
dan digambarkan oleh lebar 14 precollimator. Lebar dari
precollimator menggambarkan ketebalan irisan/ slice thickness (z
axis resolusi atau spatial resolusi) dan pengaruh volume
coveage terhadap kecepatan kinerja.
Slice thickness yang tebal akan menghasilkan contrast resolusi
yang baik (SNR baik), tetapi spatial resolution pada slice
thickness yang tebal akan tereduksi. Bentuk slice sensitivity
profile untuk singel detektor merupakan konsekwensi dari :
terbatasnya lebar dari focal spot, penumbra dari kolimator, faktor
gambaran komputer dari jumlah sudut projeksi yang melingkari
pasien. Pada helical scan meliliki slice sensitivity profile sedilit lebih
luas untuk translasi pasien selama scanning. Pada CT multislice,
slice thickness dari irisan yang ditentukan oleh beam with (BW),
picth dan faktor yang lain seperti bentuk dan lebar dari filter
rekonstruksi pada poros-z. Beam with (BW) masih didefinisikan
pada poros -z pada pusat rotasi tapi pada multislice digunakan

16
untuk empat baris detektor array. Lebar beam with digunakan untuk
empat irisan dan ditentukan oleh precollimator.
Slice thickness merupakan tebalnya irisan atau potongan dari obyek
yang diperiksa. Nilai slice thickness dapat dipilih dari 1-10 mm sesuai
dengan keperluan klinis, pada umumnya ukuran yang tebal akan
menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah, sebaliknya
ukuran yang tipis akan menghasilkan gambaran dengan detail yang
tinggi. Slice thickness berpengaruh secara langsung terhadap
resolusi spasial gambar yang dihasilkan. Resolusi spasial adalah
kemampuan untuk menampakkan organ atau obyek dengan tingkat
kontras yang tinggi. Pada pemeriksaan organ yang berukuran kecil
untuk melihat kelainan patologis yang berukuran kecil digunakan
slice thickness tipis, sedangkan untuk organ yang besar dapat
menggunakan slice thickness yang tebal.
Slice thickness yang semakin tebal maka resolusi kontras suatu
gambar akan semakin meningkat. Sebaliknya semakin tipis slice
thickness yang digunakan maka akan meningkatkan resolusi
spasial. Slice thickness yang tebal akan berdampak pada
munculnya artefak, namun jika menggunakan yang lebih tipis maka
noise akan memberikan pengaruh secara signifikan pada suatu
gambar.

2. Rekonstruksi tiga dimensi (3D)


Pada penggunaannya aplikasi software rekonstruksi tiga
dimensi dapat digabungkan dengan :
a. Multi Planar Reformating (MPR)
Aplikasi software Multi Planar Reformating (MPR) merupakan
tampilan gambar dalam berbagai bidang baik sagital, aksial
maupun coronal.
b. Maksimum Intensity Projection (MIP).

17
Maksimum Intensity Projection merupakan rekonstruksi tiga
dimensi yang digunakan untuk melihat jaringan tubuh sampai
intensitas yang paling maksimum. Sebagai contoh untuk melihat
perdarahan pada jaringan otak.
c. Volume Rendering
Software volume rendering merupakan hasil rekonstruksi tiga
dimensi yang dibuat dari jaringan terdalam sampai dengan
jaringan terluar. Aplikasi software ini digunakan untuk melihat
volume ketika gambar anatomi dibuat dalam sisi potongan yang
berbeda
d. Shaded Surface Display (SSD)
Software shaded surface display merupakan hasil rekonstruksi
tiga dimensi dari bagian luarnya saja. Sebagai contoh pada
penggunaan rekonstruksi tulang, gambaran tulang tampak dalam
tiga dimensi sementara jaringan otak tidak ditampakkan.
e. Multi Planar Volume Rendering (MPVR)
Software Multi Planar Volume Reformating merupakan tampilan
gambar dari multi planar reformat dalam bentuk volume dilihat
dari sisi coronal oblik maupun sagital oblik. Aplikasi software ini
digunakan untuk mengetahui seberapa besar penyudutan
sebagai contoh pada kasus impaksi gigi.

3. Algoritma Iterative Reconstruction (IR)


Peningkatan penggunaan modalitas CT telah meningkatkan

kekhawatiran tentang potensi efek biologis yang ditimbulkan dari

paparan radiasi yang dihasilkan. Sehingga meningkatkan kesadaran

untuk dapat mengurangi dosis yang diterima pasien pada

pemeriksaan CT. Akan tetapi, penggunaan dosis yang rendah akan

menghasilkan noise yang tinggi pada gambar, sehingga sangat

18
penting untuk mempertimbangkan berbagai cara untuk dapat

mengurangi noise yang dihasilkan.

Sejak tahun 1970-an, algoritma Filtered Back Projection

(FBP) telah menjadi rekonstruksi algoritma utama dalam CT. Akan

tetapi, penggunaan FBP masih kurang efektif karena menghasilkan

cukup banyak noise dan meningkatkan dosis radiasi pada pasien.

Oleh karena itu, dibutuhkan algoritma lain yang mampu

menghasilkan citra dengan kualitas yang baik dengan tetap

memperhatikan pengurangan dosis radiasi. Baru-baru ini algoritma

Iterative Reconstruction (IR) telah dikembangkan untuk mengurangi

noise pada gambar saat menggunakan faktor eksposi yang lebih

rendah, dan pada saat yang sama akan meningkatkan kualitas

gambar dan mengurangi artefak dengan adanya implan logam, efek

beam hardening, dan photon starvation (Seeram, 2016).

Ada beberapa algoritma IR yang tersedia dari produsen CT,

berbasis pada metode dan konsep fisik yang berbeda. Algoritma ini

dibagi menjadi tiga kategori:

a. Iterative methods without modelling

b. Statistical methods with modelling of photon counting statistics

c. Model-based methods that exceed statistical modeling

Terdapat beberapa algoritma IR yang tersedia dari produsen

CT, seperti GE Healthcare, Siemens, Philips Healthcare, dan

Toshiba Medical. Setiap vendor menawarkan algoritma IR dengan

19
memberikan kualitas gambar yang lebih baik dengan pengurangan

noise pada pencitraan CT dengan dosis rendah dibandingkan

dengan algoritma FBP. Berikut merupakan tabel berisi daftar

algoritma IR dari beberapa vendor CT:

Tabel Algoritma IR dari beberapa produsen CT


CT Vendor Algoritma IR Akronim
GE Healthcare Adaptive Statistical Iterative ASIR
Reconstruction
Veo Model-Based Iterative Veo
Reconstruction (MBIR)
ASIR-V ASIR-V
Siemens Image Reconstruction in Image IRIS
Healthcare Space
Sinogram-Affirmed Image SAFIRE
Reconstruction
Advanced Modeled Iterative ADMIRE
Reconstruction
Philips iDose iDose
Toshiba Medical Adaptive Iterative Dose AIDR
Reduction
Adaptive Iterative Reduction 3D AIDR 3D

Secara umum, terdapat tiga langkah dalam proses

rekonstruksi algoritma IR. Seperti yang terlihat pada input, IR Loop,

dan output.

20
Gambar Ilustrasi Grafik dari Proses IR.

a. Input

Pada langkah ini, pemindai CT akan menghasilkan data

mentah atau data proyeksi terukur. Data mentah ini kemudian

akan dijadikan bahan oleh algoritma standar FBP untuk

menghasilkan citra awal.

b. IR Loop

Loop IR membentuk dasar dari iterative reonstruction. Ada

tiga langkah penting dalam fase ini. Pertama, forward projection

diterapkan pada gambaran CT awal untuk membuat simulasi

data mentah. Kedua, simulasi data mentah dibandingkan

dengan data mentah proyeksi yang diukur, kemudian

perbedaan dihitung untuk membuat update image. Perbedaan

antara keduanya menunjukan penyesuaian atau pembaruan

yang diperlukan untuk estimasi objek saat ini. Salah satu tujuan

21
update image adalah untuk meminimalkan perbedaan ini.

Ketiga, gambar yang diperbarui kemudian diproyeksikan

kembali (menggunakan algoritma FBP) ke citra saat ini. Dengan

kata lain, algoritma IR fokus pada pengoptimalan artificial raw

data.

c. Output

Output dari algoritma IR adalah back-projection yang

menghasilkan gambar volumetrik akhir. Perbandingan antara

gambar yang menggunakan FBP dan IR.

4. Software CT
1. Nerve marking
Aplikasi software nerve marking digunakan pada pemeriksaan
dental scan untuk melihat identitas nervus sepanjang nervus
canalis. Setelah nervus diidentifikasi kemudian ditunjukkan
pada gambaran panoramik dan irisan melintang. Pengukuran
dengan alat ini dapat mengukur panjang, lebar, kedalaman dan
volume dari yang akan membantu dalam rencana tindakan
bedah.
2. Autobone
Aplikasi software auto bone merupakan software
analisis gambar untuk memfasilitasi kalsifikasi struktur tulang
pada pemeriksaan CT Angiografi.
3. CT Perfusi
Aplikasi software CT perfusi sangat berarti untuk menentukan
gangguan pada perfusi. Aplikasi ini meliputi pemetaan aliran
dan volume darah pada pasien, viewer dan aplikasi tiga
dimensi.

22
4. Smartcore
Aplikasi software smart core digunakan untuk menghitung
volume atau densitas dari area kalsifikasi arteri koronaria.
Penggunaan aplikasismart core ini sangat penting pada
pemeriksaan CT Cardiac.
5. Bone Mineral Densitometry
Software bone mineral densitometry didesain sebagai fasilitas
untuk mengukur densitas mineral dalam body vertebra. Aplikasi
klinisnya untuk mengukur kehilangan mineral tulang pada
pasien dengan resiko osteoporosis dan dapat juga untuk
memonitor respon tindakan terapi.
6. Koreksi noise dan artefak
Aplikasi software koreksi noise digunakan untuk mengurangi
noise yang timbul pada gambar CT Scan. Software koreksi
artefak meliputimotion artifact correction ( MAC) yaitu software
untuk mengurangi artefak yang terjadi pada gerakan misalnya
menelan pada saluran pencernaan dan metal artifact reduction
(MAR) yaitu software untuk mengurangi artefak yang
disebabkan logam yang muncul pada gambar CT Scan.
7. Dental scan (Panoramik dan Cephalometri)
Aplikasi software denta scan digunakan untuk membuat kreasi
secara keseluruhan dengan membandingkan perubahan
penampang aksial, panoramik dan oblik dari tulang mandibula
dan atau tulang maksila. Selain itu juga dapat digunakan untuk
melihat gambaran dua dimensi dari panoramik dan
cephalometri.
8. CT Dose Profil
Aplikasi software pada metode pengukuran profil dosis tidak
menggunakan cara tradisional seperti pengukuran CTDI
dengan menggunakan pencil ionisation chamber namun
merupakan metode pengukuran secara otomatis profil dosis

23
pada scanning spiral maupun aksial. Beberapa parameter yang
dapat dievaluasi dengan menggunakan CT Dose Profil secara
simultan antara lain CTDI scan,Multi Scan Average
Dose (MSAD), CT Beam fluoro dan variasi arus tabung.

24
SEKARANG SAYA TAHU

Rekontruksi citra pada CT Scan ada beberapa yaitu: Slice


thickness, 3D, Algorithme, Software CT.

REFERENSI

Ballinger, Philip W. 2016. Merrills’s Atlas of Radiographic


Positioning &Procedures 3rd Ed. St. Louis: Elsevier

Bushong, C, Stewart. 2000, Computed Tomography, Mc


Graw Hill Company, New York.

25
Brüning, R., A. Küttner, and T. Flohr. 2014. Protocols for Multislice
CT. Berlin: Springer Berlin.

Galanski and Prokop (2003), Spiral and multislice computed


tomography of the body, Thieme

Louis, E. R. (2011). Computed Tomography for Technologist.


Wolters Kluwe Health.

Sherwood, Lauralee, 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem.


Edisi 6. Jakarta: EGC

Seeram, E. (2016). Computed Tomography Physical Principles,


Clinical Applications, and Quality Control Fourth Editions.
Elsevier Ltd.
http://evolve.elsevier.com/Seeram/YOU’VEJUSTPURCH
ASED

26
MODUL
PARAMETER CT SCAN

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................ ii
A. TENTANG MODUL INI ......................................................... 1
1. Deskripsi Singkat ............................................................. 2
2. Tujuan Pembelajaran ...................................................... 3
3. Materi Pokok.................................................................... 4
4. Peta Konsep Modul ......................................................... 5
B. KEGIATAN BELAJAR ........................................................... 6
1. Materi Pokok 1................................................................. 7
2. Materi Pokok 2................................................................. 18
REFERENSI ................................................................................ 33

ii
TENTANG MODUL INI

1
DESKRIPSI SINGKAT

Mata pelathan ini membahas tentang acuan atau parameter yang


digunakan untuk pemeriksaan CT Scan. Penggunaan parameter CT
scan yang tepat diperlukan untuk mendapatkan citra yang optimal
sehingga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa. Parameter CT
Scan berdasarkan dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.
Parameter dibedakan menjadi dua yaitu sebelum dilakukan scanning
dan sesudah dilakukan scanning / post processing. Seorang radiografer
yang akan mengoperasionalkan CT Scan harus mengetahui parameter
parameter yang akan digunakan untuk pemeriksaan CTScan.

2
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu memahami
parameter sebelum dan sesudah scanning

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
pengaturan parameter yang tepat untuk pemeriksaan CT Scan:
1. Parameter yang digunakan sebelum scanning
2. Parameter yang digunakan sesudah scanning/post proscessing

3
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah :


1. Parameter CT Scan sebelum pemeriksaan
2. Parameter CT Scan sesudah pemeriksaan

4
PETA KONSEP MODUL

Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta


mampu memahami parameter sebelum dan
sesudah scanning

MATERI 1 MATERI 2
Parameter CT Scan Parameter CT Scan
sebelum Pemeriksaan sesudah Pemeriksaan

Slice Thickness Algoritma

Field of View Window setting

range Rekonstruksi

mAs

kV

Pitch

Patient Size

Scan Time

5
KEGIATAN BELAJAR

6
Materi Pokok 1

Parameter CT Scan Sebelum


Pemeriksaan

7
Pendahuluan
Penggunaan parameter CT scan yang tepat sebelum dilakukann
pemeriksaan CT Scan diperlukan untuk mendapatkan citra yang
optimal sehingga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa.
Untuk bisa memilih parameter yang akan digunakan, radiografer
harus mengetahui jenis-jenis parameter yang akan digunakan,
sehingga mampu memilih dan menggunakannya dengan tepat.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
pengaturan parameter yang tepat sebelum digunakan untuk
pemeriksaan CT Scan.

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 1 yaitu:
a. Slice thickness
b. Field of view (FOV)
c. range
d. mAs
e. kV
f. Pitch
g. Patient size
h. Scan Time

8
Uraian Materi Pokok 1

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat


mengoperasionalkan dan melakukan pemeriksaan
menggunakan pesawat CT Scan, maka anda perlu memahami
Parameter CT Scan. Uraian berikut ini bisa untuk menambah
wawasan Anda tentang Parameter CT Scan sebelum
pemeriksaan . Dibaca sampai tuntas supaya tidak gagal paham

1. Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek
yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm- 10 mm sesuai
dengan keperluan klinis. Pada umumnya ukuran yang tebal akan
menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah, sebaliknya ukuran
yang tipis akan menghasilkan gambaran dengan detail yang tinggi. Jika
ketebalan irisan semakin tinggi, maka gambaran akan cenderung
terjadi artefak, dan jika ketebalan irisan semakin tipis, maka gambaran
cenderung akan menjadi noise (Romans, 2011).
Menurut Nagel (2004), slice adalah kemampuan untuk
menggabungkan detektor row dan menggunakan pre dan post patient
kolimasi (Gb.6). Variasi slice kolimasi yaitu 4-5 mm, 4-2½mm, 4-1mm
dan 2 - ½mm untuk desain yang ditunjukkan pada gambar sama
dengan desain yang lainnya. Hal ini penting untuk catatan bahwa slice
thickness merupakan kemampuan untuk membedakan gambaran antar
jaringan selama akuisisi (slice kolimasi). Slice paling tebal dihasilkan
dari data paling tipis selama rekonstruksi. Tetapi jika salah satu slice
kolimasi telah dipilih, maka tidak bisa merekonstruksi potongan yang
lebih tipis lagi.

9
Gambar 1. Definisi slice kombinasi dari row etektor yang
berdekatan dan menggunakan pre- dan post patient collimation
(Nagel, 2004)
Slice thickness berpengaruh terhadap noise dan spasial resolusion .
a. Slice tebal, noise rendah
b. Slice tipis, noise tinggi
c. Slice tebal, resolusi rendah
d. Slice tipis, resolusi tinggi

Contoh penggunaan slice thickness:

Slice Thickness > 5mm Cerebrum,


Soft Tissue
Abdomen

Spatial Resolution, Slice Thickness < 3 mm Tulang,


MPR, 3 D Pulmonary

10
2. Field Of View
Field of View adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan
direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang
12-50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi gambaran
karena dengan FOV yang kecil maka akan mereduksi ukuran pixel
(picture element). Sehingga dalam proses rekonstruksi matriks hasil
gambarannya akan menjadi lebih teliti. Namun jika ukuran FOV terlalu
kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis
menjadi sulit untuk dideteksi (Seeram, 2009)
Field of View FOV kecil akan meningkatkan detail gambar resolusi
karena field of view fov yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel,
sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Field of View
FOV kecil, antara 100 mm sampai dengan 200 mm akan meningkatkan
resolusi sehingga detail gambar dan batas objek akan tampak jelas.
Field of View FOV kecil akan menyebabkan noise meningkat (Nesseth,
2000). Field of View FOV sedang, yaitu 200 mm diharapkan gambar
yang dihasilkan memiliki spasial resolusi yang baik, noise serta artefak
sedikit Genant, 1982. Field of View FOV besar, antara 350 mm sampai
dengan 400 mm akan menghasilkan spasial resolusi yang rendah
karena pixel menjadi besar akibat dilakukannya magnifikasi. Field of
View FOV besar akan menyebabkan noise berkurang dan kontras
resolusi meningkat serta dapat dihindari munculnya streak artifact.
Irisan dari suatu obyek terbagi dalam elemen volume yang kecil yang
disebut dengan “voxel”. Masing-masing voxel memiliki suatu nilai
tertentu yang menyatakan atenuasi rata-rata sinar-X oleh obyek pada
posisi tersebut. Sedangkan elemen gambar dalam bidang 2 dimensi
disebut “pixel”. Satu bagian volume dari gambar yang direkonstruksi
voxel diwakili oleh ukuran pixel di bidang x, y dan ketebalan irisan s
dalam sumbu-z. Teknik rekonstruksi gambar CT kemudian dapat
dilakukan dengan membagi-bagi irisan jaringan yang disinari menjadi
beberapa ”pixel” dimana masing-masing ”pixel” mewakili CT Number -

11
nya masing-masing. Nilai koefisien pelemahan radiasi diukur kemudian
dikodekan dan ditransfer ke komputer. Oleh komputer akan ditampilkan
dalam gambar 2 dimensi yang disebut dengan matriks. Kumpulan CT
Number dari ”pixel-pixel” tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
matriks untuk keperluan rekonstruksi dan penampilan gambar.

3. Range
Adalah perpaduan/kombinasi dari beberapa slice thickness.
Pemanfaatan range untuk mendapatkan ketebalan irisan yang
berbeda pada satu lapangan pemeriksaan. Sebagai contoh untuk CT-
Scan kepala, range yang digunakan adalah dua. Range pertama lebih
tipis dari range kedua. Range pertama meliputi irisan dari basis cranii
hingga pars petrosum dan range kedua dari pars petrosum hingga
verteks.

Gambar 2. Range yang digunakan pada pemeriksaan CT Kepala

12
4. mAs
Arus tabung (mA) yaitu kuat lemahnya arus yang dihasilkan sinar-X,
apabila arus tabung besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin
besar.
Waktu (s) yaitu lamanya waktu eksposi, sangat berpengaruh terhadap
jumlah elektron. mAs berpengaruh terhadap jumlah
elektron dan kuantitas sinar-X.
mAs merupakan kuantitas sinar x yang digunakan dalam melakukan
scanning suatu objek. Tujuan pemilihan mAs adalah untuk
menghasilkan resolusi gambar. mAs makin tinggi noise akan
berkurang, demikian sebaliknya bila mAs makin kecil maka noise akan
semakin bertambah.

mAs ↓noise↑ mAs ↑ noise↓

Gambar 3. Perbedaan mAs dan Noise

Contoh penggunaan mAs:


Resolusi Soft - mAs ↑
- Slice agak tebal soft tissue
Tissue yang baik

- kV & mAs tidak


Resolusi Kontras ↑ Tulang,
perlu tinggi Pulmonary

13
5. kV

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap


eksposi, meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu
(s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada
setiap pemeriksaan (Jaengsri, 2004).
Tegangan tabung (KV) yaitu beda potensial antara tabung
katoda dan anoda. Semakin tinggi awan elektron yang dihasilkan
maka akan semakin kuat menembus anoda sehingga daya tembus
yang dihasilkan akan semakin besar.
Penggunaan kV berpengaruh terhadap banyaknya emisi
quantum sinar x dan dosis radiasi. kV ↑, spektrum radiasi ↑, energi ↑

kV Relative Dose
140 100%
120 58%
80 12%

140 kV 80 kV
Gambar 4. Perbedaan penggunaan kV

14
Contoh penggunaan kV:

1. Daya tembus
objek
2. Mengurangi Shoulder
gangguan pada Pemberian 137 kV Spine
fixel Pelvis
3. Mengurangi Lung
artefact beam
hardening

Standar Pada
Resolusi Soft Pemberian 120 kV Semua
Tissue yang baik Pemeriksaan

Dosis Pasien Pemberian 80 kV Pediatric


rendah

6. Pitch
Pitch adalah pergerakan meja pasien per rotasi dibagi slice
thickness. Pitch berpengaruh pada kualitas gambaran dan volume
gambaran. Pitch yang tinggi akan meningkatkan volume gambaran
karena berpengaruh pada resolusi gambar sepanjang z-axis (Romans,
2011).

15
7. Patient Size
Patient size berpengaruh terhadap atenuasi sinar x, setiap
pertambahan obyek setebal 4 cm maka atenuasi akan bertambah 50
% dan akan berpengaruh pada pixel noise.

Patient Size Noise


0-8 cm 100%
8-16 cm 200%
16-24 cm 300%

45 cm 28,8 cm

Gambar 5 Perbedaan ketebalan tubuh

8. Scan Time
Scan time berpengaruh terhadap mereduksi artifact akibat
pergerakan objek. Waktu ↓ motion artifak ↓

16
Gambar 6. Pengaruh Scan Time dengan artefak

SEKARANG SAYA TAHU


Parameter CT Scan sebelum pemeriksaan ada beberapa yaitu: Slice
Thickness, FOV, Range, mAs, kV, Pitch, Patient size dan scan time.

17
Materi Pokok 2

Parameter CT Scan
Sesudah Pemeriksaan

18
Pendahuluan
Penggunaan parameter CT scan yang tepat sesudah dilakukann
pemeriksaan CT Scan atau disebut post processing diperlukan untuk
mendapatkan citra yang optimal sehingga dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosa. Untuk bisa memilih parameter yang akan
digunakan, radiografer harus mengetahui jenis-jenis parameter yang
akan digunakan, sehingga mampu memilih dan menggunakannya
dengan tepat dalam memroses data untuk menjadi sebuah citra.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
menggunakan parameter yang tepat sesudah pemeriksaan CT Scan
atau dalam post processing

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 2 yaitu:
a. Algoritma
b. Window setting
c. Rekonstruksi

19
Uraian Materi Pokok 2

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat memproses data


yang diperoleh dalam pemeriksaan CT scan menkjadi sebuah
citra yang akan di ekpertisdi, maka anda perlu memahami
Parameter CT Scan. Uraian berikut ini bisa untuk menambah
wawasan Anda tentang Parameter CT Scan sesudah
pemeriksaan . Dibaca sampai tuntas supaya tidak gagal paham

1. Algotima
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur metematis (algorithma)
yamg digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan
karakteristik dari gambar CT Scan tergantung pada kuatnya algorithma
yang dipilih. Sebagian besar CT Scan sudah memiliki standar
algorithma tertentu. Semakin tinggi resolusi algorithma yang dipilih
maka semakin tinggi pula resolusi gambar yang akan dihasilkan.
Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue
dan jaringan-jaringan yang lain dapat dibedakan dengan jelas pada
layar monitor.Pengaturan atau pemilihan algoritma tidak berpengaruh
secara langsung terhadap dosis radiasi, tetapi berpengaruh
terhadap noise dan spatial resolution.
Parameter Algorithma mempengaruhi citra yang baik pada level
noise yang tinggi. Smoothing algorithm, menghasilkan level noise
yang rendah akan menghasilkan gambaran kurang baik. Algoritma
pada image yaitu matriks kecil yang digunakan untuk menerapkan
efek kabur dan sharpen. Pada CT Scan, rekonstruksi kernel disebut
juga sebagai algoritma atau filter oleh beberapa vendor CT.
Rekonstruksi algoritma merupakan salah satu parameter yang paling
penting dan menentukan kualitas suatu citra radiograf. Secara umum

20
ada perbedaan antara resolusi spasial dan noise untuk masing-
masing algoritma. Algoritma smooth akan menghasilkan gambar
dengan noise yang lebih rendah tetapi resolusi spasialnya
berkurang. Algoritma sharp menghasilkan gambar dengan resolusi
spasial lebih tinggi namun juga meningkatkan noise.
Penggunaan rekonstruksi algoritma harus disesuaikan dengan
klinis yang akan dinilai. Pada kasus penilaian otak atau tumor hati
digunakan algoritma smooth untuk mengurangi noise dan
meningkatkan pendeteksian kontras rendah dengan dosis radiasi
tinggi. Sementara itu, algoritma sharp digunakan untuk menilai struktur
tulang untuk memperoleh spasial resolusi yang baik dengan dosis
radiasi yang lebih rendah karena kontras tinggi melekat pada
struktur tulang.
Parameter lainnya yang mempengaruhi rekonstruksi adalah
slice thickness yang mengontrol resolusi spasial dalam arah
longitudinal dan mempengaruhi resolusi, noise serta dosis radiasi.
Operator CT Scan mempunyai tanggung jawab untuk memilih antar
rekonstruksi kernel dan ketebalan irisan yang paling tepat pada
tiap aplikasi klinis sehingga dosis radiasi dapat diturunkan namun
kualitas gambar yang diperoleh optimal.
Ada 3 rekonstruksi dasar algoritma yang digunakan, yaitu:
1. Algoritma Standar
Standar algoritma menyediakan resolusi kontras yang baik dan
oleh karenanya dijadikan pilihan pada pemeriksaan brain.
Rekonstruksi algoritma ini juga berguna untuk soft tissue pada
kepala, wajah dan tulang belakang.
2. Bone Algoritma
Bone algoritma membantu meningkatkan spatial resolusi
tetapi menghasilkan resolusi kontras yang buruk. Sehingga
hanya digunakan pada area dengan densitas jaringan yang tinggi
seperti sinus paranasal atau tulang temporal.

21
3. Detail Algoritma
Detail algoritma memberikan cukup resolusi kontras dengan
batas tepi yang baik sehingga dapat digunakan untuk
memperoleh definsi yang lebih baik antar jaringan terutama pada
leher dan wajah.
Tiap pesawat CT Scan mempunyai variasi dan satuan
rekonstruksi algoritma yang berbeda tergantung pada merk dari
pabrikan. Pada MSCT Phillips 16 slice pilihan variasi rekonstruksi
algoritma adalah Smooth A (SA) yaitu smooth, Smooth B (SB)
dengan karakter medium smooth, serta Smooth C (SC) dengan
karakter sharp untuk menilai shoft tissue, sedangkan untuk
melihat bone window menggunakan variasi Enhance A (EA),
Enhance B (EB), dan Enhance C (EC) dengan gradasi dari A ke C
gambar semakin tajam. Semakin shoft atau smooth citra anatomi
gambar CT Scan maka ketajaman semakin berkurang namun
noisenya akan semakin rendah demikian pula sebaliknya, semakin
sharp maka gambar semakin tajam namun noisenya akan semakin
tinggi.

Soft High

Gambar 7. Perbedaan algoritma soft dan high


Algoritma Soft dapat menampilkan kontras yang bagus dengan noise
yang lebih sedikit. Algoritma high dapat menampilkan spatial resolution
yang bagus, dengan lebih banyak noise

22
2. Window Setting
a. Window width

Window width adalah rentang nilai computed tomography yang


dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor.
Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar melalui
rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi
menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai computed
tomography. Nilai ini mempunyai satuan HU (Hounsfield Unit) yang
diambil dari nama penemu CT Scan kepala pertama kali yaitu
Godfrey Hounsfield.
Tabel 1. Nilai CT pada jaringan yang berbeda dan
penampakannya dalam layar monitor

Tipe jaringan Nilai CT (HU) Penampakan


Tulang + 1000 Putih
Otot + 50 Abu-abu
Materi putih + 45 Abu-abu menyala
Materi abu- + 40 Abu-abu
abu + 20 Abu-abu
Darah + 15 Abu-abu
CSF 0
Air - 100 Abu-abu gelap ke
Lemak - 200 hitam
Paru -1000 Abu-abu gelap ke
Udara hitam
Hitam

Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU.


Untuk tulang mempunyai nilai + 1000 HU kadang sampai +
3000 HU. Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang dimiliki –

23
1000 HU. Diantara rentang tersebut merupakan jaringan atau
substansi lain dengan nilai yang berbeda-beda pula
tergantung pada tingkat perlemahannya. Dengan demikian
maka, penampakan tulang dalam layer monitor menjadi putih
dan penampakan udara hitam. Jaringan dan substansi lain
akan dikonversi menjadi warna abu-abu yang bertingkat yang
disebut gray scale. Khusus untuk darah yang semula dalam
penempakannya berwarna abu-abu dapat menjadi putih jika
diberi media kontras iodine.
b. Window Level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan
untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung
pada karakteristik perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa.
Window level ini menentukan densitas gambar yang akan
dihasilkan.

Gambar 8. Citra yang sama di seting window mediastinum dan


window lung

24
Gambar 9. Windowing citra CT Scan
3. Rekonstruksi
Proses rekonstruksi citra pada CT Scan adalah proses dimana
melibatkan beberapa jenis algoritma yang mengolah data nilai koefisian
attenuasi linier dari jaringan tubuh pasien (objek). Pada CT Scan
generasi-generasi pertama ada dua macam proses rekonstruksi
proyeksi algoritma interative. Algoritma Filtered Back Projection(FBP)
telah menjadi rekonstruksi algoritma utama dalam CT. Akan tetapi,
penggunaan FBP masih kurang efektif karena menghasilkan cukup
banyak noise dan meningkatkan dosis radiasi pada pasien. Oleh
karena itu, dibutuhkan algoritma lain yang mampu menghasilkan
citra dengan kualitas yang baik dengan tetap memperhatikan
pengurangan dosis radiasi. Baru-baru ini algoritma Iterative
Reconstructionc(IR) telah dikembangkan untuk mengurangi noise
pada gambar saat menggunakan faktor eksposi yang lebih
rendah, dan pada saat yang sama akan meningkatkan kualitas
gambar dan mengurangi artefak dengan adanya implan logam, efek
beam hardening, dan photon starvation.cAda beberapa algoritma IR
yang tersedia dari produsen CT, berbasis pada metode dan konsep
fisik yang berbeda. Algoritma ini dibagi menjadi tiga kategori:
a. Iterative methods without modelling
b. Statistical methods with modelling of photon counting statistics

25
c. Model-based methods that exceed statistical modeling
Terdapat beberapa algoritma IR yang tersedia dari produsen CT,
seperti GE Healthcare, Siemens, Philips Healthcare, dan Toshiba
Medical. Setiap vendor menawarkan algoritma IR dengan memberikan
kualitas gambar yang lebih baik dengan pengurangan noise pada
pencitraan CT dengandosis rendah dibandingkan dengan algoritma
FBP. Berikut merupakan tabel 2 berisi daftar algoritma IR dari
beberapa vendor CT:
Tabel 2.Algoritma IR dari beberapa produsen CT
CT Vendor Algoritma IR Akronim
GE Healthcare Adaptive Statistical Iterative ASIR
Reconstruction
Veo Model Based Iterative Veo (MBIR)
Reconstruction
ASIR-V ASIR-V
Siemens Image Reconstruction in Image IRIS
Healthcare Space
Sinogram SAFIRE
-
Affirmed Image Reconstruction
Advanced Modeled Iterative R ADMIRE
econstruction

Philips iDose iDose


Toshiba Adaptive Iterative Dose Reduction AIDR
Medical daptive Iterative Reduction 3D AIDR 3D

Secara umum, terdapat tiga langkah dalam proses rekonstruksi


algoritma IR. Seperti yang terlihat pada gambar 10 langkah tersebut
meliputi input, IR Loop, dan output. Jika Kualitas citra CT Scan
Computed tomography memiliki banyak scan parameter yang
memiliki efek terhadap kualitas Citra. Keempat faktor utama
yang berpengaruh terhadap kualitas citra adalah spatial resolution,
contrast resolution, noise, dan artefak.
.

26
Gambar 10. Ilustrasi Grafik dari Proses IR.

a. Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari
pixel dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi
matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam memori
komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada
umumnya matriks yang digunakan berukuran 512 x 512 yaitu 512
baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks ini berpegaruhterhadap
resolusi gambar yang akan dihasilkan. Semakin tinggi matriks yang
dipakai maka semakin tinggi resolusi yang akan dihasilkan.
b. Rekonstruksi Algoritma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis
(algorithma) yang digunakan dalam merekonstruksi gambar.
Penampakan dan karakteristik dari gambar MSCT tergantung
pada kuatnya algorithma yang dipilih. Sebagian besar MSCT
sudah memiliki standar algorithma tertentu. Semakin tinggi
resolusi algorithma yang dipilih maka semakin tinggi pula resolusi
gambar yang akan dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka

27
gambaran seperti tulang, soft tissue dan jaringan-jaringan yang
lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.
c. Rekonstruksi Increment
Increment adalah jarak antara image rekonstruksi dalam
arah z direction. Ketika memilih increment yang lebih kecil dari
pada slice thickness, akan membentuk potongan yang
overlapping. Teknik ini berguna untuk mengurangi pengaruh partial
volume, memberi detail anatomi yang bagus dan kualitas 2D dan
3D post processing yang tinggi. Rekonstruksi Increment
merupakan jarak antara citra-citra terekontruksi pada arah-z yang
menjelaskan mengenai derajat tumpukan antara citra-citra axial.
Rekonstruksi Increment tidakterikat pada kolimasi berkas sinar-X
dan tidak berefek pada waktu scan atau eksposi pada pasien.
Ketika rekontruksi interval lebih kecil daripada ketebalan irisan,
volume partial dan meningkatnya resolusi citra pada sumbu-z
khususnya untuk citra rekontruksi MPR.
Rekonstruksi Increment yang kecil mempunyai keuntungan
yaitu mampu meningkatkan kualitas citra pada multiplanar
reformation dan mendeteksi tumor kecil. Pada helical CT,
rekonstruksi increment dapat dilakukan tanpa menambah dosis
pasien, dibandingkan dengan konvensional CT. Praktik klinik
menunjukan bahwa terdapat peningkatan deteksi tumor sebesar
10% dengan menggunakan overlaping 50% sebanding dengan
increment yang berimpit. Ketika menggunakan overlaping 50%,
33% tumor lebih dapat diidentifikasikan dengan baik. Sedangkan
pada increment yang tidak berimpit, tumor yang kecil tidak dapat
dievaluasi dengan baik karena kurangnya data volume

28
Gambar 11. Ilustrasi pada tumor liver dengan increment berimpitdan
overlap 50%

Dengan CT Scan spiral, rekontruksi increment cross-


sectional dapat diperoleh tanpa menambah waktu scanning atau
radiasi. Misalnya, jika dipindai dengan colimasi 8 mm, rekonstruksi
increment bisa dipilih menjadi 4 mm.

0 mm 4 mm 8mm
Gambar 12 Rekontruksi increment

Diagram yang menunjukkan deteksi lesi ditingkatkan


dengan interval rekonstruksi 4 mm. lesi ditampilkan sebagai bola,
akan menunjukkan volume rata-rata signifikan secara parsial

29
dalam potongan pertama 8 mm, dimulai pada posisi 0.
rekonstruksi yang diawali pada posisi 4 mm dan memperpanjang
selama 8 mm akan berisi seluruh volume lesi, dengan volume
kurang secara parsial rata-rata. Penting untuk dicatat,
bagaimanapun, bahwa rekontruksi yang diperoleh setiap 4 mm
masih tebal 8 mm. menggunakan pendekatan ini, conspicuity lesi
kecil dapat ditingkatkan dengan memusatkan lesi dalam interval
slice.

4. Teknik reformat gambar


a. Multi Planar Reconstruction (MPR)
Rekonstruksi multiplanar disebut juga image reformatting
yang digunakan untuk membentuk kembali gambaran coronal,
sagital dan para axial dari susunan gambar axial yang saling
berdekatan. Teknik ini juga dikenal sebagai sliding thin slab yaitu
komputer dapat merekonstruksi gambar pada sembarang bidang
baik axial, sagital, coronal dan para axial sehingga dapat
memperlihatkan anatomis dan patologis organ secara detail. MPR
bukan merupakan gambar tiga dimensi yang sebenarnya tetapi
menyediakan informasi tambahanuntuk pemahaman anatomi tiga
dimensi

Gambar 13. Hasil multiplanar reformation (MPR)

30
b. Maximum Intensity Projection (MIP)
Teknik ini memanfaatkan rekonstruksi pixel yang paling
terang yang dipetakan dalam gambar skala abu-abu. Teknik MIP
biasa digunakan pada CT angiografi untuk mengevaluasi gambar
pembuluh darah

Gambar 14. Hasil Maximum Intensity Projection (MIP)

c. Shaded Surface Display (SSD)


Pada teknik ini hanya menampilkan struktur permukaan
dengan menggunakan metode segmentasi atau threshold values

Gambar 15 Hasil Shaded Surface Display (SSD)

31
d. Volume Rendering Technique (VRT)
Teknik ini melibatkan seluruh data volume pada masing-
masing voxel.Pada teknik ini memiliki rentang yang lebih lebar dari
permukaan jaringan yang dapat menggambarkan hubungan
anatomi antara pembuluh darah dan atau permukaan viscera
secara akurat.

Gambar 2.8. Hasil Volume Rendering Tecnique (VRT)

SEKARANG SAYA TAHU


Parameter CT Scan sebelum pemeriksaan ada beberapa yaitu:
Algoritma, window setting dan rekontruksi.

32
REFERENSI

1. Brüning, R., A. Küttner, and T. Flohr. 2014. Protocols for Multislice CT.
Berlin: Springer Berlin.

2. Seeram, Euclid. 2016. Computed tomography: physical principles,


clinical applications, and quality control.

33
MODUL
PEMERIKSAAN CT SCAN BRAIN
TANPA KONTRAS

PELATIHAN CT SCAN DASAR

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................ ii
A. TENTANG MODUL INI ......................................................... 1
1. Deskripsi Singkat ............................................................. 2
2. Tujuan Pembelajaran ...................................................... 3
3. Materi Pokok.................................................................... 3
4. Peta Konsep Modul ......................................................... 4
B. KEGIATAN BELAJAR ........................................................... 6
1. Materi Pokok 1................................................................. 6
2. Materi Pokok 2................................................................. 13
REFERENSI ................................................................................ 21

ii
TENTANG MODUL INI

1
DESKRIPSI SINGKAT

CT (Computed Tomography) Scan merupakan modalitas imejing


kesehatan yang cepat dan akurat dalam memperlihatkan abnormalitas
jaringan atau detail organ dalam tubuh manusia yang diperiksa. CT-Scan
sekarang ini merupakan modalitas yang paling dan tidak tergantikan
dalam mengevaluasi penyakit pada brain. Kelebihan CT-scan dapat
memberikan detail yang sangat baik menilai kelainan. CT-Scan sendiri
merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X dan komputer sehingga
mampu menampilkan gambar anatomis tubuh manusia dalam bentuk
irisan atau slice. Prinsip kerja CT-Scan menggunakan sinar-X sebagai
sumber radiasi. Sinar-X berasal dari tabung yang terletak berhadapan
dengan sejumlah detektor, dimana keduanya bergerak secara sinkron
memutari pasien.
Pemeriksaan CT Scan Brain adalah pemeriksaan CT scan pada kepala
untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada di daerah otak .
Penggunaan modalitas CT scan memungkinkan kita untuk dapat
menghasilkan gambaran volumetric (kemampuan membuat irisan tipis
secara spiral), sehingga mampu mendeteksi kelainan-kelainan organ
otak pada umumnya serta proses pemeriksaan yang singkat. Berbagai
banyak klinis yang yang dapat menyerang kepala.

2
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu pemeriksaan
CT Scan brain tanpa kontras.

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
pemeriksaan CT Scan brain tanpa kontras:
1. Menjelaskan tahap persiapan pemeriksaan CT Scan brain tanpa
kontras.
2. Melakukan Teknik pemeriksaan CT Scan brain tanpa kontras.

MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah :


1. Tahap persiapan pemeriksaan CT Scan Brain tanpa kontras.
2. Teknik pemeriksaan CT Scan Brain tanpa kontras.

3
PETA KONSEP MODUL

Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta


mampu melakukan pemeriksaan CT Scan Brain
tanpa kontras

MATERI 1 MATERI 2
Tahap persiapan Teknik pemeriksaan CT Scan
pemeriksaan CT Scan Brain Brain tanpa kontras.
tanpa kontras.

Identifikasi pasien Posisioning pasien

Persiapan pasien Posisioning obyek

Persiapan Alat dan Teknik Scanning brain

bahan
Identifikasi kualitas
citra

Pengukuran volume
perdarahan pada otak

4
KEGIATAN BELAJAR

5
Materi Pokok 1

Tahap Persiapan Pemeriksaan CT


Scan Brain Tanpa Kontras

6
Pendahuluan
Sebelum pemeriksaan CT Scan Brain tanpa kontras diperlukan
persiapan sebelum pemeriksaan, diantaranya persiapan alat,
persiapan pasien, dan persiapan ruangan pemeriksaan. Persiapan
dilakukan supaya pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar dan
dapat menghasilkan yang optimal dalam menegakkan diagnosis.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
persiapan pemeriksaan CT Scan Brain tanpa kontras.

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 1 yaitu:
1. Identifikasi pasien
2. Persiapan pasien
3. Persiapan Alat dan bahan

7
Uraian Materi Pokok 1

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat


mengoperasionalkan dan melakukan pemeriksaan CT Scan
Brain tanpa kontras, maka anda perlu memahami persaiapan
pemeriksaan. Uraian berikut ini bisa untuk menambah
wawasan Anda tentang pemeriksaan CT Scan brain tanpa
kontras. Dibaca sampai tuntas supaya tidak gagal paham

1. Identifikasi Pasien
Meskipun data pasien sudah terekam dalam computer CT Scan,
sebaiknya disediakan log book sebagai back up data pasien serta
keterangan-keterangan penting lainnya yang tidak mungkin dapat
ditulis dalam computer CT Scan dan terbatasnya kapasitas menyimpan
yang dimiliki oleh computer CT Scan. Hal-hal yang perlu dicatat
diantaranya informasi identitas pasien, media kontras yang digunakan,
jenis pemeriksaan dan kejadian-kejadian penting berkenaan dengan
pemeriksaan. Kegiatan ini penting terutama untuk melihat informasi
tentang pasien sebelum melakukan pemeriksaan, khususnya jika
sebelumnya sudah pernah dilakukan scan dengan radiographer yang
mengerjakan berbeda dengan radiographer yang akan melakukan scan
ulangan. Jika jalannya pemeriksaan terekam dengan jelas maka
radiographer yang akan melakukan scan ulangan akan mendapatkan
informasi yang mungkin berpengaruh terhadap scan parameter.

2. Persiapan Pasien
a. Pasien yang non kooperatif, gelisah, diberikan strap agar tenang.

8
Asesoris pasien yang dapat menimbulkan artefak pada gambar
dilepas, seperti anting-anting,penjepit rambut, dan lain sebagainya.
b. Mengidentifikasi dan mengevaluasi medical record
Pada kategori ini radiographer harus mendapatkan informasi
tentang kebutuhanpemeriksaan dan alasan dilakukannya
pemeriksaan. Kemudian pada saat pasien datang, check pasien
tentang kondisinya secara umum. Kontak dokter pengirim bila ada
sesuatu yang mengakibatkan pemeriksaan tidak diperbolehkan
dilakukan atau harus ditunda.
c. Mendokumentasi Riwayat Pasien
Untuk memudahkan mengungkap riwayat penyakit yang diderita
oleh pasien, maka diperlukan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Hal ini sangat membantu menghindari
terutama jika ada pertanyaan yang terlewat. Daftar pertanyaan
dapat dibuat dalam daftar sederhana, mudah dan kemudian
ditempatkan dekat console sehingga siapa saja radiografernya,
pertanyaan yang diajukan selalu sama dan berurutan. Diantaranya:
identitas pasien, riwayat penyakit, operasi dan pengobatan yang
pernah dijalani dan informasi tentang riwayat alergi.
d. Pengamatan Pasien Selama Pemeriksaan
Sangat penting untuk memberikan pengertian kepada pasien
bahwa dia akan dimonitor selama pemeriksaan berlangsung baik
visual maupun verbal. Secara visual dapat melalui kaca yang
menghubungkan ruang pemeriksaan dengan console atau melalui
monitor video kamera.
Sedangkan secara verbal dapat memanfaatkan fasilitas interphone
dari ruang console. Dengan memonitor kondisi pasien maka
manfaat yang diperoleh antara lain pasien akan merasa tenang dan
nyaman selama pemeriksaan, radiographer dapat melakukan
tindakan langsung seperti menghentikan pemeriksaan misalnya jika

9
ada sesuatu terhadap pasien yang menyebabkan gambaran yang
muncul terlihat banyak artefak akibat pergerakan pasien. Selain
meyakinkan kepada pasien akan hal tersebut diatas, radiographer
harus selalu berkomunikasi dengan pasien selama pemeriksaan
berlangsung, tetapi jangan sampai menimbulkan pergerakan dari
pasien.
e. Safety Screening dan Pendidikan kepada Pasien
Pada kategori ini radiographer harus melakukan tahapan
screening terhadap pasien seperti menanyakan apakah pasien
sedang hamil terutama untuk pasien wanita dewasa. Untuk
menghasilkan kualitas gambar yang optimal, pasien harus
diberikan penjelasan diantaranya alasan dilakukannya
pemeriksaan, prosedur pemeriksaan.

3. Persiapan alat dan bahan


Alat yang digunakan dalam pemeriksaan CT Scan brain tanpa kontras,
yaitu : Pesawat CT Scan, selimut, body clamb, tabung oksigen.
Selain persiapan alat, kita juga harus melakukan persiapan ruangan
pemeriksaan. Pada saat mempersiapkan ruangan pemeriksaan,
checking kelengkapan peralatan setiap hari sebelum pasien pertama
datang harus dilakukan. Segera lengkapi peralatan sebelum pasien
pertama datang. Hal ini penting untuk menekan waktu atau
efisiensi waktu pemeriksaan. Radiografer harus mampu mengatur
ruangan dengan menempatkan peralatan-peralatan yang tepat, mudah
dijangkau untuk peralatan yang rutin dibutuhkan setiap pemeriksaan
dan menempatkan peralatan lainnya untuk tidak mengganggu
jalannya pemeriksaan. Perlu diingat bahwa peralatan tidak tersimpan
berpindah-pindah tiap harinya sehingga siapapun radiographer yang
bertugas dengan mudah mendapatkan peralatan yang diinginkan tanpa
harus terlebih dahulu mencari-cari.

10
SEKARANG SAYA TAHU
Tahap persiapan pemeriksaan CT Scan Brain tanpa kontras. ada
beberapa yaitu: Identifikasi pasien, Persiapan pasien, Persiapan Alat
dan bahan.

11
Materi Pokok 2

Teknik Pemeriksaan CT Scan Brain


Tanpa Kontras

12
Pendahuluan
Teknik pemeriksaan CT Scan brain tanpa kontras adalah metode
pencitraan tomografi terkomputasi menggunakan sinar-X untuk
mendapatkan gambar tiga dimensi dari tengkorak, otak, dan bagian
terkait lain dari kepala. Pemeriksaan CT Scxan Brain membutuhkan
Teknik pemeriksaan yang tepat untuk mendapatkan hasil yang
optimal dan dapat menegakkan diagnose dengan akurat.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
Teknik pemeriksaan CT Scan brain tanpa kontras.

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 2 yaitu:
a. Posisioning pasien
b. Posisioning obyek
c. Teknik Scanning brain
d. Identifikasi kualitas citra
e. Pengukuran volume perdarahan pada otak

13
Uraian Materi Pokok 2

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat melakukan


pemeriksaan CT Scan brain tanpa kotras, maka harus dapat
memahami Teknik pemeriksaan. Uraian berikut ini bisa untuk
menambah wawasan Anda tentang Teknik pemeriksaan CT
Scan Brain tanpa kontras. Dibaca sampai tuntas supaya tidak
gagal paham

1. Posisi Pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat
dengan gantry. Posisi ini sangat tergantung obyek yang akan
diperiksa. Perlu diperhatikan saat memindahkan pasien dari brankard
atau kursi roda ke atas meja pemeriksaan dengan hati-hati dan benar.
Radiografer juga harus memposisikan pasien senyaman mungkin di
atas meja pemeriksaan sehingga selama pemeriksaan berlangsung
pasien tidak akan gelisah dan merasa tidak nyaman. Berikan selimut
mengingat ruangan pemeriksaan dingin ber AC. Untuk menghindari
kemungkinan pergerakan selama pemeriksaan, radiographer juga
harus memanfaatkan kelengkapan fiksasi yang ada seperti head
clamp, straps, dan lain-lain
2. Posisi Obyek
Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head holder. Kepala diposisikan
sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indikator
longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu indikator
horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping
tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien
sebaiknya difikasasi dengan sabuk khusus pada head holder dan

14
meja pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan
pasien. Pastikan pasien tersebut tidak berrotasi atau miring. Atur meja
pemeriksaan sehingga coronal alignment light tepat berada pada
pertengahan midcoronal plane. Lakukan topogram. Tentukan lokasi
scan dari basis cranii ke vertex. Sudut gantry disesuaikan dengan
basis cranii (tulang occipital) (foramen magnum) dan tulang frontal
(roof of orbit).

Gambar. Posisi pasien.

3. Teknik Scanning
Protokol merupakan hasil kolaborasi antara radiografer, radiolog dan
manufacturer. Protokol idenya adalah untuk menghasilkan kualitas
gambar yang optimal dengan radiasi seminimal mungkin. Protokol
harus mengakomodir kondisi pasien, anatomi interest dan artifact
yang muncul. Sebagai contoh, pasien dalam kondisi kurang tenang,
scan harus dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi terjadinya
motion artifact.
Atau pasien memiliki unsur logam yang bisa memunculkan streak
artefact, misal tambalan gigi. Maka pada saat scan sebagai contoh
coronal face bone, pengaturan scanogram harus tepat. Sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa radiographer harus mampu

15
melakukan manipulasi scan parameter dari protocol pemeriksaan
yang sudah ada. Parameter Teknik Ct Scan brain tanpa kontras
sebagai berikut.

a. Scout surview : Lateral

b. Area scanning :

Slice awal : basis cranii

Slice akhir : Vertex

c. FOV : 250

d. Slice thickness : 5 mm

e. Kolimasi :16 x 0,625 mm

f. scan rotasi :1,5 sec

g. kV/mAs :120 kV/300mAs

Gambar Scanogram CT-Scan Kepala.

Berdasarkan gambar diatas menampilkan scanogram dari


pemeriksaan MSCT scan kepala tanpa kontras. Huruf satu
menunjukan batas bawah atau start scan dari basis cranii sampai

16
dengan batas atas atau end scan huruf 2 yang ada pada gambar yaitu
vertex.

Secara umum pemeriksaan CT Scan brain dilakukan mulai dari 1 cm


inferior palatum sampai vertex.
Tebal slice:
a. Axial/ sequence dual range: 3-5 mm di fossa posterior dan 5-8
mm di hemisphere
b. Spiral single range: slice collimation 0,6 mm dan 7-10 mm dari
basic cranii sampei dengan vertex.
Pada pemeriksaan yang menggunakan protocol dual range
(sequence) pengaturan sudut gantry diatur diatas OML atau parallel
dengan supra orbitameatal baseline sebelum pemeriksaan
dilakukan. Pada pemeriksaan yang menggunakan protocol spiral
single range pengaturan sudut gantrydilakukan pada pengolahan
gambar setelah pemeriksaan dilakukan dengan software 3D MPR.
Kegiatan pada kategori ini diantaranya melepaskan alat-alat
fiksasi dan menempatkannya kembali pada tempat
penyimpanannya. Radiografer juga harus memberikan
kesempatan kepada pasien untuk duduk sejenak di atas meja
pemeriksaan mengingat mayoritas pemeriksaan dilakukan dalam
posisi tiduran sehingga dengan memberikan kesempatan duduk
sejenak diatas meja pemeriksaan maka pasien dapat beradaptasi
kembali dan tidak pusing. Jika pasien harus dipindahkan kembali
ke brancard, panggil kembali pengantar pasien dan bebaskan
terlebih dahulu peralatan-peralatan yang lain dari proses
transpostasi pasien dari meja pemeriksaan ke brancard. Perlu diatur
ketinggian meja pemeriksaan dan brancard supaya sama. Setelah
selesai radiographer harus memberikan instruksi-instruksi yang
harus dilakukan pasien atau pengantar pasien setelah pemeriksaan
selesai.

17
4. Identifikasi kualitas citra
a. Print out film kasus stroke 1 lembar menggunakan window width
dan window level kondisi brain.
b. Tambahan film bisa digunakan untuk menampilkan gambaran
SPN apabila terdapat kelainan.
5. Pengukuran volume perdarahan pada otak
Pengukuran volume perdarahan pada otak dapat dilakukan dengan
cara automatic atau manual

a. Penghitungan dengan volume volume automatik (software


volume evaluation).

Menggunakan data rekontruksi dari data mentah (raw


data) hasil scaning teknik spiral pada pemeriksaan MSCT
kepala dengan klinis perdarahan intraserebral dengan slice
thickness awal 5 mm, dilakukan rekontruksi dengan slice
thickness rekontruksi 1 mm. Data dengan slice thickness
rekontruksi 1 mm dilakukan penghitungan volume secara
automatik (software volume evaluation). Penghitungan dengan
volume automatik (software volume evaluation). Proses dengan
mengaktifkan software volume evaluation pada tampilan menu
evaluasi tiga dimensi. Akan tampak tampilan citra tiga dimensi
axial, sagital, dan coronal. Dilakukan pembatasan objek
perdarahan (segmentasi) dengan menggambar lingkaran pada
objek perdarahan (ROI) pada batas superior dari perdarahan
dan batas inferior perdarahan. Langkah selanjutnya dilakukan
cek terhadap pembatasan (segmentasi) perdarahan dengan
melihat satu persatu citra dengan tujuan agar seluruh area
perdarahan dapat masuk (tercover) kedalam ROI segmentasi.
Proses pengecekan batas superior - inferior dan lateral -
medial dapat dilakukan dengan garis panduan tiga dimensi.

18
Kemudian ditentukan rentang HU dengan kisaran 50 – 90. Dan
selanjutnya mulai penghitungan (start evaluation).

Gambar . Metode penghitungan Volume secara automatik (SVE)

b. Penghitungan dengan volume manual (metode Broderich).


Menggunakan data scaning pemeriksaan MSCT kepala
dengan klinis perdarahan intraserebral dengan slice thickness
5 mm. Dari data ini ditentutan besaran perdarahan terbesar,
dihitung diameter panjang, lebar dan tebal dari pada
perdarahan. Dihitung volumenya secara manual dengan
persamaan :

Volume = AXBxC
2
Ket : A : diameter panjang perdarahan.
B : diameter lebar perdarahan.
C : Tebal perdarahan

Prosesnya dengan menentukan citra yang mempunyai luas


area perdarahan paling besar untuk menentukan besaran nilai
A (diameter perdarahan yang panjang), B (Diameter
perdarahan yang lebar). C merupakan perkalian antara slice

19
thickness (5mm=0.5cm) dan banyaknya potongan axial yang
terdapat perdarahan.

SEKARANG SAYA TAHU


Teknik pemeriksaan CT Scan brain tanpa kontras ada beberapa
yaitu: Posisioning pasien, posisioning obyek, teknik Scanning
brain, identifikasi kualitas citra, pengukuran volume perdarahan
pada otak.

20
REFERENSI

Ballinger, Philip W. 2016. Merrills’s Atlas of Radiographic


Positioning &Procedures 3rd Ed. St. Louis: Elsevier
Bushong, C, Stewart. 2000, Computed Tomography, Mc
Graw Hill Company, New York.
Brüning, R., A. Küttner, and T. Flohr. 2014. Protocols for Multislice
CT. Berlin: Springer Berlin.
Galanski and Prokop (2003), Spiral and multislice computed
tomography of the body, Thieme
Sherwood, Lauralee, 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem.
Edisi 6. Jakarta: EGC
Seeram, Euclid. 2016. Computed tomography: physical principles,
clinical applications, and quality control.
Van Der Worp, H. B., Claus, S. P., Bär, P. R., Ramos, L. M. P.,
Algra, A., Van Gijn, J., & Kappelle, L. J. (2011).
Reproducibility of measurements of cerebral infarct volume
on CT scans. Stroke, 32(2), 424–430.
https://doi.org/10.1161/01.STR.32.2.424

21
MODUL
PEMERIKSAAN CT SCAN THORAX
TANPA KONTRAS

PELATIHAN CT SCAN DASAR

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................ ii
A. TENTANG MODUL INI ......................................................... 1
1. Deskripsi Singkat ............................................................. 2
2. Tujuan Pembelajaran ...................................................... 3
3. Materi Pokok.................................................................... 3
4. Peta Konsep Modul ......................................................... 4
B. KEGIATAN BELAJAR ........................................................... 5
1. Materi Pokok 1................................................................. 7
2. Materi Pokok 2................................................................. 13
REFERENSI ................................................................................ 19

ii
TENTANG MODUL INI

1
DESKRIPSI SINGKAT

Pemeriksaan CT scan atau computerized tomography scan telah


menjadi instrumen penting dalam pencitraan medis untuk melengkapi
sinar-X dan ultrasonografi medis. CT scan menghasilkan gambar
jaringan lunak, tulang, dan pembuluh darah di tubuh manusia. Gambar
yang dihasilkan lebih jelas ketimbang pemindaian dengan sinar-X biasa.
CT scan kini banyak digunakan untuk membantu pencegahan atau
deteksi penyakit.
CT-Scan sekarang ini merupakan modalitas yang paling dan tidak
tergantikan dalam mengevaluasi penyakit pada thorax. Kelebihan CT-
scan dapat memberikan detail yang sangat baik menilai kelainan. CT-
Scan sendiri merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X dan
komputer sehingga mampu menampilkan gambar anatomis tubuh
manusia dalam bentuk irisan atau slice. Prinsip kerja CT-Scan
menggunakan sinar-X sebagai sumber radiasi. Sinar-X berasal dari
tabung yang terletak berhadapan dengan sejumlah detektor, dimana
keduanya bergerak secara sinkron memutari pasien.
Pemeriksaan CT Scan Thorax adalah pemeriksaan CT scan pada dada
untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada di paru paru, tulang iga
dan mesdiastinum. Penggunaan modalitas CT scan memungkinkan kita
untuk dapat menghasilkan gambaran volumetric (kemampuan membuat
irisan tipis secara spiral), sehingga mampu mendeteksi kelainan-
kelainan organ otak pada umumnya serta proses pemeriksaan yang
singkat.

2
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu pemeriksaan
CT Scan thorax tanpa kontras.

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
pengaturan parameter yang tepat untuk pemeriksaan CT Scan:
1. Menjelaskan tahap persiapan pemeriksaan CT Scan thorax tanpa
kontras.
2. Melakukan teknik pemeriksaan CT Scan thorax tanpa kontras.

MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah :


1. Tahap persiapan pemeriksaan CT Scan thorax tanpa kontras.
2. Teknik pemeriksaan CT Scan thorax tanpa kontras.

3
PETA KONSEP MODUL

Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta


mampu melakukan pemeriksaan CT Scan Thorax
tanpa kontras

MATERI 1 MATERI 2
Tahap persiapan Teknik pemeriksaan CT Scan
pemeriksaan CT Scan Thorax tanpa kontras.
Thorax tanpa kontras.

Identifikasi pasien Posisioning pasien

Persiapan pasien Posisioning obyek

Persiapan Alat dan Teknik Scanning

bahan thorax
Identifikasi kualitas
citra

4
KEGIATAN BELAJAR

5
Materi Pokok 1

Tahap Persiapan Pemeriksaan CT


Scan Thorax Tanpa Kontras

6
Pendahuluan
Sebelum pemeriksaan CT Scan thorax tanpa kontras diperlukan
persiapan sebelum pemeriksaan, diantaranya persiapan alat,
persiapan pasien, dan persiapan ruangan pemeriksaan. Persiapan
dilakukan supaya pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar dan
dapat menghasilkan informasi citra yang optimal dalam menegakkan
diagnosis.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
persiapan pemeriksaan CT Scan thorax tanpa kontras.

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 1 yaitu:
1. Identifikasi pasien
2. Persiapan pasien
3. Persiapan Alat dan bahan

7
Uraian Materi Pokok 1

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat


mengoperasionalkan dan melakukan pemeriksaan CT Scan
Thorax tanpa kontras, maka anda perlu memahami persaiapan
pemeriksaan. Uraian berikut ini bisa untuk menambah
wawasan Anda tentang pemeriksaan CT Scan thorax tanpa
kontras. Dibaca sampai tuntas supaya tidak gagal paham

1. Identifikasi Pasien
Meskipun data pasien sudah terekam dalam computer CT Scan,
sebaiknya disediakan log book sebagai back up data pasien serta
keterangan-keterangan penting lainnya yang tidak mungkin dapat
ditulis dalam computer CT Scan dan terbatasnya kapasitas menyimpan
yang dimiliki oleh computer CT Scan. Hal-hal yang perlu dicatat
diantaranya informasi identitas pasien, media kontras yang digunakan,
jenis pemeriksaan dan kejadian-kejadian penting berkenaan dengan
pemeriksaan. Kegiatan ini penting terutama untuk melihat informasi
tentang pasien sebelum melakukan pemeriksaan, khususnya jika
sebelumnya sudah pernah dilakukan scan dengan radiographer yang
mengerjakan berbeda dengan radiographer yang akan melakukan scan
ulangan. Jika jalannya pemeriksaan terekam dengan jelas maka
radiographer yang akan melakukan scan ulangan akan mendapatkan
informasi yang mungkin berpengaruh terhadap scan parameter.

2. Persiapan Pasien
a. Pasien yang non kooperatif, gelisah, diberikan strap agar tenang.
Asesoris pasien yang dapat menimbulkan artefak pada gambar

8
dilepas.
b. Mengidentifikasi dan mengevaluasi medical record
Pada kategori ini radiographer harus mendapatkan informasi
tentang kebutuhan pemeriksaan dan alasan dilakukannya
pemeriksaan. Kemudian pada saat pasien datang, check pasien
tentang kondisinya secara umum. Kontak dokter pengirim bila ada
sesuatu yang mengakibatkan pemeriksaan tidak diperbolehkan
dilakukan atau harus ditunda.
c. Mendokumentasi Riwayat Pasien
Untuk memudahkan mengungkap riwayat penyakit yang diderita
oleh pasien, maka diperlukan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Hal ini sangat membantu menghindari
terutama jika ada pertanyaan yang terlewat. Daftar pertanyaan
dapat dibuat dalam daftar sederhana, mudah dan kemudian
ditempatkan dekat console sehingga siapa saja radiografernya,
pertanyaan yang diajukan selalu sama dan berurutan. Diantaranya:
identitas pasien, riwayat penyakit, operasi dan pengobatan yang
pernah dijalani dan informasi tentang riwayat alergi.
d. Pengamatan Pasien Selama Pemeriksaan
Sangat penting untuk memberikan pengertian kepada pasien
bahwa dia akan dimonitor selama pemeriksaan berlangsung baik
visual maupun verbal. Secara visual dapat melalui kaca yang
menghubungkan ruang pemeriksaan dengan console atau melalui
monitor video kamera.
Sedangkan secara verbal dapat memanfaatkan fasilitas interphone
dari ruang console. Dengan memonitor kondisi pasien maka
manfaat yang diperoleh antara lain pasien akan merasa tenang dan
nyaman selama pemeriksaan, radiographer dapat melakukan
tindakan langsung seperti menghentikan pemeriksaan misalnya jika
ada sesuatu terhadap pasien yang menyebabkan gambaran yang

9
muncul terlihat banyak artefak akibat pergerakan pasien. Selain
meyakinkan kepada pasien akan hal tersebut diatas, radiographer
harus selalu berkomunikasi dengan pasien selama pemeriksaan
berlangsung, tetapi jangan sampai menimbulkan pergerakan dari
pasien.
e. Safety Screening kepada Pasien
Pada kategori ini radiographer harus melakukan tahapan
screening terhadap pasien seperti menanyakan apakah pasien
sedang hamil terutama untuk pasien wanita dewasa. Untuk
menghasilkan kualitas gambar yang optimal, pasien harus
diberikan penjelasan diantaranya alasan dilakukannya
pemeriksaan, prosedur pemeriksaan.

3. Persiapan alat
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan CT Scan brain tanpa kontras,
yaitu : Pesawat CT Scan, selimut, body clamb, tabung oksigen.
Selain persiapan alat, kita juga harus melakukan persiapan ruangan
pemeriksaan. Pada saat mempersiapkan ruangan pemeriksaan,
checking kelengkapan peralatan setiap hari sebelum pasien pertama
datang harus dilakukan. Segera lengkapi peralatan sebelum pasien
pertama datang. Hal ini penting untuk menekan waktu atau
efisiensi waktu pemeriksaan. Radiografer harus mampu mengatur
ruangan dengan menempatkan peralatan-peralatan yang tepat, mudah
dijangkau untuk peralatan yang rutin dibutuhkan setiap pemeriksaan
dan menempatkan peralatan lainnya untuk tidak mengganggu
jalannya pemeriksaan. Perlu diingat bahwa peralatan tidak tersimpan
berpindah-pindah tiap harinya sehingga siapapun radiographer yang
bertugas dengan mudah mendapatkan peralatan yang diinginkan tanpa
harus terlebih dahulu mencari-cari.

10
SEKARANG SAYA TAHU
Tahap persiapan pemeriksaan CT Scan thorax tanpa kontras. ada
beberapa yaitu: Identifikasi pasien, Persiapan pasien, Persiapan Alat
dan bahan.

11
Materi Pokok 2
Teknik Pemeriksaan CT Scan Thorax
Tanpa Kontras

12
Pendahuluan
Thorax merupakan suatu rongga yang berbentuk kerucut yang
dibatasi oleh tulang sejati dan tulang rawan. Pada bagian inferior
lebih lebar daripada bagian superior dan pada bagian posterior lebih
Panjang daripada bagian anterior. Pada rongga thorax terdapat
beberapa organ yang terdiri dari trakea, bronkus, paru-paru, jantung,
dan diafragma yang memiliki densitas dan kontras yang berbeda.
Teknik pemeriksaan CT Scan thorax tanpa kontras adalah metode
pencitraan tomografi terkomputasi menggunakan sinar-X untuk
mendapatkan gambar tiga dimensi dari thorax. Pemeriksaan CT
Scan thorax membutuhkan Teknik pemeriksaan yang tepat untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan dapat menegakkan diagnosis
dengan akurat.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
Teknik pemeriksaan CT Scan thorax tanpa kontras.

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 2 yaitu:
a. Posisioning pasien
b. Posisioning obyek
c. Teknik Scanning brain
d. Identifikasi kualitas citra

13
Uraian Materi Pokok 2

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat melakukan


pemeriksaan CT Scan thorax tanpa kotras, maka harus dapat
memahami Teknik pemeriksaan. Uraian berikut ini bisa untuk
menambah wawasan Anda tentang Teknik pemeriksaan CT
Scan Thorax tanpa kontras. Dibaca sampai tuntas supaya tidak
gagal paham

1. Posisioning pasien
Dalam melakukan posisioning pasien, radiographer harus
mampu menempatkan pasien di atas meja pemeriksaan setepat
mungkin, kepala atau kaki terlebih dahulu yang masuk ke dalam
gantry. Terlentang di atas meja pemeriksaan. Posisi ini sangat
tergantung obyek yang akan diperiksa. Perlu juga melakukan
pemindahan pasien dari brankard atau kursi roda ke atas meja
pemeriksaan dengan hati-hati dan benar.
2. Posisioning obyek
Radiografer juga harus memposisikan pasien senyaman mungkin
di atas meja pemeriksaan sehingga selama pemeriksaan berlangsung
pasien tidak akan gelisah dan merasa tidak nyaman. Berikan selimut
mengingat ruangan pemeriksaan dingin ber AC. Untuk menghindari
kemungkinan pergerakan selama pemeriksaan, radiographer juga
harus memanfaatkan kelengkapan fiksasi yang ada.
Posisi pasien pemeriksaan CT Scan thorax adalah tidur
terlentang diatas meja pemeriksaan. kaki dekat gantry (feet first) atau

14
kepala dekat gantry (head first), kedua tangan di atas kepala, pasien
diberi selimut untuk kenyaman pasien, informasikan kepada pasien
agar tidak goyang dan rileks semaksimal mungkin agar pemeriksaan
dapat berjalan dengan lancar. Pastikan pasien tersebut tidak berrotasi
atau miring. Atur meja pemeriksaan sehingga coronal alignment light
tepat berada pada pertengahan midcoronal plane. Lakukan topogram.
Tentukan lokasi scan dari Apex paru hingga diaphragma.

Gambar. Posisi pasien.

Gambar Scanogram CT-Scan thorax

15
3. Teknik scanning
Protokol merupakan hasil kolaborasi antara radiografer,
radiolog dan manufacturer. Protokol idenya adalah untuk
menghasilkan kualitas gambar yang optimal dengan radiasi seminimal
mungkin. Protokol harus mengakomodir kondisi pasien, anatomi
interest dan artifact yang muncul. Sebagai contoh, pasien dalam
kondisi kurang tenang, scan harus dilakukan secepat mungkin untuk
mengurangi terjadinya motion artifact. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa radiographer harus mampu melakukan manipulasi
scan parameter dari protocol pemeriksaan yang sudah ada.
Parameter Teknik CT Scan thorax tanpa kontras sebagai berikut;
a. Scanning area : Dari atas apex paru sampai ke bawah
kelenjar adrenal
b. Slice thickness : 5mm
c. Kv : 120
d. mAs : 100 (auto)
e. FOV : Thorax margin
f. Gantry Tilt :0
g. Scanogram : AP dan lateral
h. WW : 1000 HU – 2000 HU
i. WL : -600 - -700 HU

Pemeriksaan CT Scan thorax tanpa kontras, perlu diperhatikan


dalam menentukan scan parameter diantarannya:
a. Volume of Investigation.
Volume of investigation adalah keseluruhan lapangan dari obyek
yang akan dibuat irisan. Lapangan obyek ini diukur dari batas atas
objek sampai batas bawah objek yang akan dilakukan potongan.
untuk thorax : dimulai dari apex paru hingga sinus costophrenicus

16
b. Slice Thickness.
1) Ukuran yg tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail
yang rendah, sebaliknya.
2) Jika ketebalan terlalu tinggi akan timbul artefak dan jika terlalu
tipis akan terjadi noise
c. Field of View (FOV).
FOV adalah diameter maksimah gambaran yg direkonstruksi. FOV
yg kecil, meningkatkan resolusi.
d. Windowing
1) Window Width adalah rentang nilai CT Number yang
dikonversi menjadi grey level, Window width pada
pemeriksaan CT Scan Thorak yaitu 1000 HU- 2000 HU.
2) Window Level adalah nilai tengah dari window yang
digunakan untuk menampilkan gambaran yang direkontruksi.
Window level menentukan densitas gambar yang akan dihasil
kan Window level pada pemeriksaan CT Scan Thorak yaitu -
600 HU- 700 HU.

Apabila pemeriksaan sudah selesai, maka perlu diperhatikan


diantaranya: melepaskan alat-alat fiksasi dan menempatkannya
kembali pada tempat penyimpanannya. Radiografer juga harus
memberikan kesempatan kepada pasien untuk duduk sejenak
di atas meja pemeriksaan mengingat mayoritas pemeriksaan
dilakukan dalam posisi tiduran sehingga dengan memberikan
kesempatan duduk sejenak diatas meja pemeriksaan maka pasien
dapat beradaptasi kembali dan tidak pusing. Jika pasien harus
dipindahkan kembali ke brancard, panggil kembali pengantar pasien
dan bebaskan terlebih dahulu peralatan-peralatan yang lain dari
proses transpostasi pasien dari meja pemeriksaan ke brancard.
Perlu diatur ketinggian meja pemeriksaan dan brancard supaya
sama. Setelah selesai radiographer harus memberikan instruksi-

17
instruksi yang harus dilakukan pasien atau pengantar pasien setelah
pemeriksaan selesai.

4. Identifikasi kualitas citra


a. Mengolah data gambaran axial kondisi mediastinum
b. Mengolah data gambaran axial kondisi paru
c. Mengolah data gambaran coronal dan sagittal kondisi
mediastinum
d. Print out film menggunakan window width dan window level
kondisi mediastinum

SEKARANG SAYA TAHU


Teknik pemeriksaan CT Scan thorax tanpa kontras ada beberapa
yaitu: Posisioning pasien, posisioning obyek, teknik Scanning
brain, identifikasi kualitas citra.

18
REFERENSI

Ballinger, Philip W. 2016. Merrills’s Atlas of Radiographic


Positioning &Procedures 3rd Ed. St. Louis: Elsevier

Bushong, C, Stewart. 2000, Computed Tomography, Mc


Graw Hill Company, New York.

Brüning, R., A. Küttner, and T. Flohr. 2014. Protocols for Multislice


CT. Berlin: Springer Berlin.

Galanski and Prokop (2003), Spiral and multislice computed


tomography of the body, Thieme

Sherwood, Lauralee, 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem.


Edisi 6. Jakarta: EGC

Seeram, Euclid. 2016. Computed tomography: physical principles,


clinical applications, and quality control.

19
MODUL
PEMERIKSAAN CT SCAN ABDOMEN
TANPA KONTRAS

PELATIHAN CT SCAN DASAR

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................ ii
A. TENTANG MODUL INI ......................................................... 1
1. Deskripsi Singkat ............................................................. 2
2. Tujuan Pembelajaran ...................................................... 3
3. Materi Pokok.................................................................... 3
4. Peta Konsep Modul ......................................................... 4
B. KEGIATAN BELAJAR ........................................................... 6
1. Materi Pokok 1................................................................. 7
2. Materi Pokok 2................................................................. 12
REFERENSI ................................................................................ 20

ii
TENTANG MODUL INI

1
DESKRIPSI SINGKAT

Pemeriksaan CT Scan sekarang ini merupakan modalitas yang paling


digunakan dalam mengevaluasi penyakit pada abdomen. Kelebihan CT
scan dapat memberikan detail yang sangat baik menilai kelainan pada
abdomen. CT Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X dan
komputer sehingga mampu menampilkan gambar anatomis tubuh
manusia dalam bentuk irisan atau slice. Pemeriksaan CT Scan Abdomen
adalah pemeriksaan CT scan pada abdomen untuk mendeteksi berbagai
kelainan diantaranya digestivus, hepar, saluran kencing dan kolon.
Penggunaan modalitas CT scan memungkinkan kita untuk dapat
menghasilkan gambaran volumetric (kemampuan membuat irisan tipis
secara spiral), sehingga mampu mendeteksi kelainan-kelainan organ
abdomen pada umumnya serta proses pemeriksaan yang singkat.

2
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu pemeriksaan
CT Scan abdomen tanpa kontras.

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
pengaturan parameter yang tepat untuk pemeriksaan CT Scan:
1. Menjelaskan tahap persiapan pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa
kontras.
2. Melakukan teknik pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa kontras.

MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah :


1. Tahap persiapan pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa kontras.
2. Teknik pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa kontras.

3
PETA KONSEP MODUL

Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta


mampu melakukan pemeriksaan CT Scan Thorax
tanpa kontras

MATERI 1 MATERI 2
Tahap persiapan Teknik pemeriksaan CT Scan
pemeriksaan CT Scan Abdomen tanpa kontras.
Abdomen tanpa kontras.

Identifikasi pasien Posisioning pasien

Persiapan pasien Posisioning obyek

Persiapan Alat dan Teknik Scanning

bahan thorax
Identifikasi kualitas
citra

4
KEGIATAN BELAJAR

5
Materi Pokok 1

Tahap Persiapan Pemeriksaan CT


Scan Abdomen Tanpa Kontras

6
Pendahuluan
Sebelum pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa kontras diperlukan
persiapan sebelum pemeriksaan, diantaranya persiapan alat,
persiapan pasien, dan persiapan ruangan pemeriksaan. Persiapan
dilakukan supaya pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar dan
dapat menghasilkan informasi citra yang optimal dalam menegakkan
diagnosis.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
persiapan pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa kontras.

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 1 yaitu:
1. Identifikasi pasien
2. Persiapan pasien
3. Persiapan Alat dan bahan

7
Uraian Materi Pokok 1

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat


mengoperasionalkan dan melakukan pemeriksaan CT Scan
Abdomen tanpa kontras, maka anda perlu memahami
persaiapan pemeriksaan. Uraian berikut ini bisa untuk
menambah wawasan Anda tentang pemeriksaan CT Scan
abdomen tanpa kontras. Dibaca sampai tuntas supaya tidak
gagal paham

1. Identifikasi Pasien
Meskipun data pasien sudah terekam dalam computer CT Scan,
sebaiknya disediakan log book sebagai back up data pasien serta
keterangan-keterangan penting lainnya yang tidak mungkin dapat
ditulis dalam computer CT Scan dan terbatasnya kapasitas menyimpan
yang dimiliki oleh computer CT Scan. Hal-hal yang perlu dicatat
diantaranya informasi identitas pasien, media kontras yang digunakan,
jenis pemeriksaan dan kejadian-kejadian penting berkenaan dengan
pemeriksaan. Kegiatan ini penting terutama untuk melihat informasi
tentang pasien sebelum melakukan pemeriksaan, khususnya jika
sebelumnya sudah pernah dilakukan scan dengan radiographer yang
mengerjakan berbeda dengan radiographer yang akan melakukan scan
ulangan. Jika jalannya pemeriksaan terekam dengan jelas maka
radiographer yang akan melakukan scan ulangan akan mendapatkan
informasi yang mungkin berpengaruh terhadap scan parameter.

8
2. Persiapan Pasien
a. Pasien yang non kooperatif, gelisah, diberikan strap agar tenang.
Asesoris pasien yang dapat menimbulkan artefak pada gambar
dilepas.
b. Mengidentifikasi dan mengevaluasi medical record
Pada kategori ini radiographer harus mendapatkan informasi
tentang kebutuhan pemeriksaan dan alasan dilakukannya
pemeriksaan. Kemudian pada saat pasien datang, check pasien
tentang kondisinya secara umum. Kontak dokter pengirim bila ada
sesuatu yang mengakibatkan pemeriksaan tidak diperbolehkan
dilakukan atau harus ditunda.
c. Mendokumentasi Riwayat Pasien
Untuk memudahkan mengungkap riwayat penyakit yang diderita
oleh pasien, maka diperlukan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Hal ini sangat membantu menghindari
terutama jika ada pertanyaan yang terlewat. Daftar pertanyaan
dapat dibuat dalam daftar sederhana, mudah dan kemudian
ditempatkan dekat console sehingga siapa saja radiografernya,
pertanyaan yang diajukan selalu sama dan berurutan. Diantaranya:
identitas pasien, riwayat penyakit, operasi dan pengobatan yang
pernah dijalani dan informasi tentang riwayat alergi.
d. Pengamatan Pasien Selama Pemeriksaan
Sangat penting untuk memberikan pengertian kepada pasien
bahwa dia akan dimonitor selama pemeriksaan berlangsung baik
visual maupun verbal. Secara visual dapat melalui kaca yang
menghubungkan ruang pemeriksaan dengan console atau melalui
monitor video kamera.
Sedangkan secara verbal dapat memanfaatkan fasilitas interphone
dari ruang console. Dengan memonitor kondisi pasien maka

9
manfaat yang diperoleh antara lain pasien akan merasa tenang dan
nyaman selama pemeriksaan, radiographer dapat melakukan
tindakan langsung seperti menghentikan pemeriksaan misalnya jika
ada sesuatu terhadap pasien yang menyebabkan gambaran yang
muncul terlihat banyak artefak akibat pergerakan pasien. Selain
meyakinkan kepada pasien akan hal tersebut diatas, radiographer
harus selalu berkomunikasi dengan pasien selama pemeriksaan
berlangsung, tetapi jangan sampai menimbulkan pergerakan dari
pasien.
e. Safety Screening kepada Pasien
Pada kategori ini radiographer harus melakukan tahapan
screening terhadap pasien seperti menanyakan apakah pasien
sedang hamil terutama untuk pasien wanita dewasa. Untuk
menghasilkan kualitas gambar yang optimal, pasien harus
diberikan penjelasan diantaranya alasan dilakukannya
pemeriksaan, prosedur pemeriksaan.

3. Persiapan alat dan bahan


Alat yang digunakan dalam pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa
kontras, yaitu : Pesawat CT Scan, selimut, body clamb, tabung oksigen.
Selain persiapan alat, kita juga harus melakukan persiapan ruangan
pemeriksaan. Pada saat mempersiapkan ruangan pemeriksaan,
checking kelengkapan peralatan setiap hari sebelum pasien pertama
datang harus dilakukan. Segera lengkapi peralatan sebelum pasien
pertama datang. Hal ini penting untuk menekan waktu atau
efisiensi waktu pemeriksaan. Radiografer harus mampu mengatur
ruangan dengan menempatkan peralatan-peralatan yang tepat, mudah
dijangkau untuk peralatan yang rutin dibutuhkan setiap pemeriksaan
dan menempatkan peralatan lainnya untuk tidak mengganggu
jalannya pemeriksaan. Perlu diingat bahwa peralatan tidak tersimpan
berpindah-pindah tiap harinya sehingga siapapun radiographer yang

10
bertugas dengan mudah mendapatkan peralatan yang diinginkan tanpa
harus terlebih dahulu mencari-cari.

SEKARANG SAYA TAHU


Tahap persiapan pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa kontras. ada
beberapa yaitu: Identifikasi pasien, Persiapan pasien, Persiapan Alat
dan bahan.

11
Materi Pokok 2

Teknik Pemeriksaan CT Scan


Abdomen Tanpa Kontras

12
Pendahuluan
Abdomen merupakan suatu rongga yang berbentuk kerucut yang
dibatasi oleh tulang sejati dan tulang rawan. Pada bagian inferior
lebih lebar daripada bagian superior dan pada bagian posterior lebih
Panjang daripada bagian anterior. Pada rongga abdomen terdapat
beberapa organ yang terdiri dari digestivus, hepar, saluran kencing,
kolon yang memiliki densitas dan kontras yang berbeda. Teknik
pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa kontras adalah pencitraan
rongga abdomen dengan pencitraan tomografi terkomputasi
menggunakan sinar-X untuk mendapatkan gambar tiga dimensi dari
kelainan pada rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat
didalamnya.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
Teknik pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa kontras.

Sub Materi Pokok


Sub Materi pokok 2 yaitu:
a. Posisioning pasien
b. Posisioning obyek
c. Teknik Scanning abdomen
d. Identifikasi kualitas citra

13
Uraian Materi Pokok 2

Anda sebagai seorang radiografer, agar dapat melakukan


pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa kotras, maka harus dapat
memahami Teknik pemeriksaan. Uraian berikut ini bisa untuk
menambah wawasan Anda tentang Teknik pemeriksaan CT
Scan Abdomen tanpa kontras. Dibaca sampai tuntas supaya
tidak gagal paham

1. Posisi pasien
Dalam melakukan posisioning pasien, radiographer harus mampu
menempatkan pasien di atas meja pemeriksaan setepat mungkin,
kepala atau kaki terlebih dahulu yang masuk ke dalam gantry.
Terlentang di atas meja pemeriksaan. Posisi ini sangat tergantung
obyek yang akan diperiksa. Perlu juga melakukan pemindahan pasien
dari brankard atau kursi roda ke atas meja pemeriksaan dengan hati-
hati dan benar.
Radiografer juga harus memposisikan pasien senyaman mungkin di
atas meja pemeriksaan sehingga selama pemeriksaan berlangsung
pasien tidak akan gelisah dan merasa tidak nyaman. Berikan selimut
mengingat ruangan pemeriksaan dingin ber AC. Untuk menghindari
kemungkinan pergerakan selama pemeriksaan, radiographer juga
harus memanfaatkan kelengkapan fiksasi yang ada.
2. Posisi obyek
Posisi obyek pemeriksaan CT Scan abdomen adalah pasien tidur
terlentang diatas meja pemeriksaan. kaki dekat gantry (feet first) atau
kepala dekat gantry (head first), kedua tangan di atas kepala, pasien
diberi selimut untuk kenyaman pasien, informasikan kepada pasien

14
agar tidak goyang dan rileks semaksimal mungkin agar pemeriksaan
dapat berjalan dengan lancar. Pastikan pasien tersebut tidak berrotasi
atau miring. Atur meja pemeriksaan sehingga coronal alignment light
tepat berada pada pertengahan midcoronal plane. Lakukan topogram.
Tentukan lokasi scan dari superior diafragma sampai lower symphisis
pubis.
Penentuan Area/Range Scan:
a) Whole Abdomen : Diafragma – Simphisis Pubis
b) Abdomen Atas : Diafragma – Crista Illiaca
c) Abdomen Bawah/Pelvis : Crista Illiaca – Simphisis Pubis

Gambar. Posisi pasien.

15
Gambar Scanogram CT-Scan abdomen

3. Teknik Scanning
Protokol merupakan hasil kolaborasi antara radiografer, radiolog dan
manufacturer. Protokol idenya adalah untuk menghasilkan kualitas
gambar yang optimal dengan radiasi seminimal mungkin. Protokol
harus mengakomodir kondisi pasien, anatomi interest dan artifact
yang muncul. Sebagai contoh, pasien dalam kondisi kurang tenang,
scan harus dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi terjadinya
motion artifact. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
radiographer harus mampu melakukan manipulasi scan parameter
dari protocol pemeriksaan yang sudah ada. Parameter Teknik CT
Scan abdomen tanpa kontras sebagai berikut;

16
Scan type Helical full 0,5
Scan range Superior-inferior
Detector coverage 20-40
Start location Upper diafragma
End location Lower diafragma
Helical thickness 1,25
Pitch and speed (mm/rot) 0,984:1
SFOV Large body
kV 120
mA 400-600 mA (smart mA)
Prep group (fase vena) 65 s
Prep group (fase delay) 180 s
Reformat cetak dengan ukuran 10 mm untuk axial 6 mm untuk
thickness sagital dan coronal
a. Print Images
1) Print film dengan layout 4x5 atau 4x6 untuk irisan axial, coronal
dan sagital jika diperlukan.
2) Gambar dengan hasil pengukuran juga dibuat dokumentasi
dengan dicetak pada film tersendiri (ukuran dan layout
menyesuaikan dengan jumlah gambar yang ada.
3) Khusus untuk pemeriksaan CT uro atau CT IVP dibuatkan
gambaran MPR Curve dari masing2 ureter. Sehingga terlihat
lengkap dari ginjal sampai ke buli buli.
4) Gambaran 3D VRT dicetak dengan Paper Color Printer.
b. Mengakhiri Kegiatan Pemeriksaan
Kegiatan pada kategori ini diantaranya melepaskan alat-alat
fiksasi dan menempatkannya kembali pada tempat
penyimpanannya. Radiografer juga harus memberikan
kesempatan kepada pasien untuk duduk sejenak di atas

17
meja pemeriksaan mengingat mayoritas pemeriksaan
dilakukan dalam posisi tiduran sehingga dengan memberikan
kesempatan duduk sejenak diatas meja pemeriksaan maka
pasien dapat beradaptasi kembali dan tidak pusing. Jika pasien
harus dipindahkan kembali ke brancard, panggil kembali
pengantar pasien dan bebaskan terlebih dahulu peralatan-
peralatan yang lain dari proses transpostasi pasien dari meja
pemeriksaan ke brancard. Perlu diatur ketinggian meja
pemeriksaan dan brancard supaya sama. Setelah selesai
radiographer harus memberikan instruksi-instruksi yang harus
dilakukan pasien atau pengantar pasien setelah pemeriksaan
selesai.

4. Identifikasi kualitas citra


a. Pada umumnya pemeriksaan CT Abdomen direkonstruksi
menjadi gambaran Axial dan Coronal dengan irisan 5-10 mm.
b. Rekonstruksi lainnya adalah membuat gambaran MIP, dengan
ketebalan 20-25 mm, untuk memperlihatkan gambaran pembuluh
darah (CT Angiografi).
c. Aplikasi Viewing digunakan untuk mengatur gambar yang akan
diprint dan melakukan pengukuran baik diameter, ROI juga
pengukuran volume jika diperlukan.

18
SEKARANG SAYA TAHU
Teknik pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa kontras ada
beberapa yaitu: Dokumentasi prosedur dan data pasien, posisi
pasien dan posisi obyek, scan parameter, pengolahan gambar,
print images, mengakhiri kegiatan pemeriksaan.

19
REFERENSI

Ballinger, Philip W. 2016. Merrills’s Atlas of Radiographic


Positioning &Procedures 3rd Ed. St. Louis: Elsevier

Bushong, C, Stewart. 2000, Computed Tomography, Mc


Graw Hill Company, New York.

Brüning, R., A. Küttner, and T. Flohr. 2014. Protocols for Multislice


CT. Berlin: Springer Berlin.

Galanski and Prokop (2003), Spiral and multislice computed


tomography of the body, Thieme

Sherwood, Lauralee, 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem.


Edisi 6. Jakarta: EGC

Seeram, Euclid. 2016. Computed tomography: physical principles,


clinical applications, and quality control.

20

Anda mungkin juga menyukai