1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
A. TENTANG MODUL INI 1
1. Deskripsi Singkat 2
2. Tujuan Pembelajaran 3
3. Materi Pokok 4
4. Peta Konsep Modul 5
B. KEGIATAN BELAJAR 6
1. Materi Pokok 1 7
2. Materi Pokok 2 23
REFERENSI 32
2
TENTAN
A
G
MODUL
INI
1
DESKRIPSI SINGKAT
2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu menjelaskan
standar profesi radiografer.
3
MATERI POKOK
4
PETA KONSEP MODUL
MATERI 1 MATERI 2
Kewenangan Kode etik
& kompetensi radiografer
radiografer
Kewajiban
Kewenangan umum
kompetensi
Kewajiban
terhadap
Kompetensi profesi
Radiografer
Kewajiban
terhadap
pasien
Kewajiban
terhadap
diri sendiri
5
B
KEGIATA
N
BELAJAR
6
Materi Pokok 1
7
Pendahuluan
Pengetahuan tentang kewenangan dan kompetensi diperlukan
sebagai upaya menjamin Radiografer dalam menjalankan tugasnya
memberikan pelayanan kesehatan bidang Radiologi baik secara
mandiri maupun dalam satu tim dengan tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya.
8
9
Uraian Materi Pokok 1
1. Kewenangan Radiografer
Radiografer adalah tenaga kesehatan yang diberi tugas,
wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan Pelayanan Radiologi di unit pelayanan kesehatan.
Radiografer merupakan tenaga kesehatan yang memberi kontribusi
bidang Radiologi dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan. Radiografer lebih banyak didayagunakan dalam upaya
pelayanan kesehatan, utamanya pelayanan kesehatan yang
menggunakan peralatan/sumber yang mengeluarkan radiasi pengion
dan non pengion. Radiografer menerapkan kompetensinya pada
Pelayanan Radiologi (Radiodiagnostik dan Radioterapi).
Dalam menjalankan tugasnya baik secara mandiri maupun dalam
satu tim dengan tenaga kesehatan lainnya memberikan pelayanan
kesehatan bidang Radiologi sesuai dengan kewenangannya yang
dilandasi Kode Etik Radiografer, meliputi:
a. Menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bidang
Radiologi sebatas kewenangan dan tanggung jawabnya.
10
b. Melakukan Pelayanan Radiologi (Radiodiagnostik dan
Radioterapi) di Sarana Pelayanan Kesehatan.
c. Melakukan pelayanan pendidikan bidang Radiologi
(Radiodiagnostik dan Radioterapi).
d. Menjamin akurasi dan keamanan tindakan proteksi radiasi dalam
pemeriksaan Radiologi sesuai asas proteksi radiasi.
e. Melakukan tindakan jaminan dan kendali mutu peralatan Radiologi
yang sederhana dan sifatnya terbatas
2. Kompetensi Radiografer
Standar kompetensi meliputi area kompetensi, kompetensi inti,
komponen kompetensi dan kemampuan akhir pembelajaran yang
diharapkan serta dilengkapi dengan daftar pokok bahasan, daftar
masalah, daftar pemeriksaan radiologi (Radiodiagnostik dan
Radioterapi), serta daftar keterampilan sesuai level jenjang pendidikan
radiologi (Radiodiagnostik dan Radioterapi) yang terdiri dari Diploma III,
Diploma IV/Sarjana Terapan, dan Magister Terapan.
a. Area Kompetensi
Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas
profesionalitas yang bermartabat dan berkepribadian luhur,
pengembangan diri, serta komunikasi yang efektif, dan ditunjang
oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmu radiologi,
keterampilan teknik radiologi, dan pengelolaan Pelayanan
Radiologi.
Oleh karena itu area kompetensi disusun dengan urutan sebagai
berikut:
1) Profesional yang Bermartabat dan Berkepribadian Luhur;
2) Mawas Diri dan Pengembangan Diri;
3) Komunikasi Efektif;
4) Pengelolaan Informasi;
5) Landasan Ilmu Radiologi;
6) Keterampilan Teknik Radiologi; dan
11
7) Pengelolaan Pelayanan Radiologi
b. Komponen Kompetensi
1) Area Profesional yang Bermartabat dan Berkepribadian Luhur
a) Berketuhanan Yang Maha Esa.
b) Bermoral, beretika dan disiplin.
c) Sadar dan taat hukum.
d) Berwawasan sosial budaya.
e) Berperilaku jujur dan bertanggung jawab.
2) Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
a) Menerapkan mawas diri dengan menyadari keterbatasan
pengetahuan dan keterampilan pada aplikasi teknik
radiologi pada unit pelayanan.
b) Senantiasa mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan radiologi dengan belajar sepanjang hayat.
c) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru
untuk peningkatan kualitas Pelayanan Radiologi.
3) Area Komunikasi Efektif
a) Berkomunikasi dengan klien.
b) Berkomunikasi dengan rekan sejawat, manajemen dan
profesi lain.
12
c) Berkomunikasi dengan masyarakat.
d) Berkomunikasi dengan lembaga terkait.
4) Area Pengelolaan Informasi
a) Pemanfaatan sistem Radiologi Information System (RIS).
b) Pemanfaatan sistem Picture Archieving Communication
System (PACS) dan Teleradiologi.
c) Pengarsipan data.
5) Area Landasan Ilmu Radiologi
a) Menerapkan ilmu pengetahuan Teknik Radiografi,
Radiofotografi, Proteksi Radiasi, Anatomi Radiologi, Fisika
Radiodiagnostik, Teknik Peralatan Radiologi dan Imejing,
Etika Profesi, Teknik Imejing CT Scan, Teknik Imejing MRI,
Teknik Scanning USG, Teknik Imejing Kedokteran Nuklir,
Anatomi Seksional, Fisika Imejing, Modalitas Imejing,
Teknik Radioterapi, Fisika Radioterapi, dan Jaminan Mutu
Alat dan Perlengkapan Radiologi sebagai Radiografer klinik
dan Radiografer pendidik.
b) Menerapkan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja
radiologi dan asas proteksi radiasi.
c) Menerapkan ilmu pengetahuan medikolegal yang
berhubungan dengan pekerjaan/profesi Radiografer yang
berhubungan dengan kepentingan hukum dan peradilan.
6) Area Keterampilan Teknik Radiologi
a) Persiapan pemeriksaan dan tindakan.
b) Pelaksanaan pemeriksaan dan tindakan.
c) Pengolahan film radiografi.
d) Pengolahan citra (workstation).
7) Area Pengelolaan Pelayanan Radiologi
a) Perencanaan Pelayanan Radiologi.
b) Penjaminan mutu Pelayanan Radiologi.
c) Pelaksanaan Pelayanan Radiologi sesuai standar.
13
d) Pengarsipan.
e) Pembuatan laporan dan evaluasi.
f) Pengambilan keputusan.
c. Penjabaran kompetensi
1) Area Kompetensi 1: Profesionalitas yang Luhur
a) Agama sebagai nilai moral yang menentukan sikap dan
perilaku manusia;
b) Aspek agama dan etika dalam praktik profesional
Radiografer;
c) Pluralisme keberagamaan sebagai nilai sosial di
masyarakat dan toleransi;
d) Konsep masyarakat (termasuk pasien) mengenai sehat dan
sakit;
e) Aspek-aspek sosial dan budaya masyarakat terkait dengan
pelayanan kesehatan (logika sosio budaya);
f) Hak, kewajiban, dan tanggung jawab manusia terkait
bidang Kesehatan;
g) Prinsip-prinsip dan logika hukum dalam pelayanan
Kesehatan;
h) Alternatif penyelesaian masalah sengketa hukum dalam
pelayanan Kesehatan;
i) Permasalahan etikomedikolegal dalam pelayanan
kesehatan dan cara pemecahannya;
j) Hak dan kewajiban Radiografer;
k) Profesionalisme Radiografer (sebagai bentuk kontrak
sosial, pengenalan terhadap karakter profesional, kerja
sama tim, hubungan interprofesional dengan tenaga
kesehatan yang lain);
l) Penyelenggaraan praktik profesional Radiografer yang baik
di Indonesia (termasuk aspek kedisiplinan profesi);
14
m) Radiografer sebagai bagian dari masyarakat umum dan
masyarakat profesi (PARI dan organisasi profesi lain yang
berkaitan dengan profesi Radiografer); dan
n) Pancasila dan kewarganegaraan dalam konteks sistem
pelayanan Kesehatan.
2) Area Kompetensi 2: Mawas Diri dan Pengembangan Diri
a) Prinsip pembelajaran orang dewasa (adult learning)
- Belajar mandiri
- Berpikir kritis
- Umpan balik konstruktif
- Refleksi diri
b) Dasar-dasar keterampilan belajar
- Pengenalan gaya belajar (learning style)
- Pencarian literatur (literature searching)
- Penelusuran sumber belajar secara kritis
- Mendengar aktif (active listening)
- Membaca efektif (effective reading)
- Konsentrasi dan memori (concentration and memory)
- Manajemen waktu (time management)
- Membuat catatan kuliah (note taking)
- Persiapan ujian (test preparation)
c) Problem based learning
d) Problem solving
e) Kepemimpinan dan manajemen organisasi
f) Metodologi penelitian dan statistika
- Konsep dasar penulisan proposal dan hasil penelitian
- Konsep dasar pengukuran
- Konsep dasar disain penelitian
- Konsep dasar uji hipotesis dan statistik
- Telaah kritis
- Prinsip-prinsip presentasi ilmiah
15
3) Area Kompetensi 3: Komunikasi Efektif
a) Penggunaan bahasa yang baik, benar, dan mudah
dimengerti
- Prinsip komunikasi dalam pelayanan kesehatan
- Metode komunikasi oral dan tertulis yang efektif
- Metode untuk memberikan situasi yang nyaman dan
kondusif dalam berkomunikasi efektif
b) Berbagai elemen komunikasi efektif
- Komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunikasi
masa
- Gaya dalam berkomunikasi
- Bahasa tubuh, kontak mata, cara berbicara, tempo
berbicara, tone suara, kata-kata yang digunakan atau
dihindari
- Keterampilan untuk mendengarkan aktif
- Teknik fasilitasi pada situasi yang sulit, misalnya pasien
marah, sedih, takut, atau kondisi khusus
- Teknik negosiasi, persuasi, dan motivasi
c) Komunikasi lintas budaya dan keberagaman perilaku yang
tidak merendahkan atau menyalahkan klien, bersikap
sabar, dan sensitif terhadap budaya
d) Kaidah penulisan dan laporan ilmiah
e) Komunikasi dalam public speaking
4) Area Kompetensi 4: Pengelolaan Informasi
a) Teknik keterampilan dasar pengelolaan informasi
b) Metode riset dan aplikasi statistik untuk menilai kesahihan
informasi ilmiah
c) Keterampilan pemanfaatan evidence-based medicine
(EBM)
16
d) Teknik diseminasi informasi dalam bidang kesehatan baik
lisan maupun tulisan dengan menggunakan media yang
sesuai
e) Manajemen sistem informasi Radiologi untuk peningkatan
mutu pelayanan Radiografer
5) Area Kompetensi 5: Landasan Ilmu Radiologi Dasar
a) Prinsip penyelesaian masalah kesehatan dengan
pendekatan ilmu Radiologi terkait dengan ilmu dasar:
- Ilmu Pengetahuan Medis
- Teknik Radiologi
- Fisika
- Anatomi Fisiologi
- Manajemen
- Radiofotografi
- Teknik Pesawat Radiologi
- Komputer dalam Aplikasi Alat Radiologi
b) Aplikasi peralatan Radiologi life support;
c) Fungsi, spesifikasi peralatan Radiologi, sarana prasarana
pendukung kerja alat kerja dan bahan/material
d) Rekayasa teknologi, pengoperasian, pemeliharaan, yang
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja
e) Pengelolaan peralatan Radiologi
f) Menerapkan ilmu pengetahuan medikolegal yang
berhubungan dengan pekerjaan/profesi Radiograferyang
berhubungan dengan kepentingan hukum dan peradilan
g) Menerapkan Ilmu Radiologi untuk melindungi kesehatan
dan keselamatan kerja bagi yang berhubungan dengan alat
Radiologi
h) Pelayanan Radiologi sesuai prosedur standar:
- Prinsip-prinsip proses
- Prinsip-prinsip alur
17
i) Dapat menghitung kebutuhan ekonomi, teknik, sarana
prasarana, Inspeksi Unjuk Kerja, Inspeksi Keselamatan
Utilisasi, Inspeksi Keamanan Utilisasi, Registrasi, Alat
Radiologi
j) Dapat melakukan penilaian secara teknis, analisa teknis,
serta melaporkan hasil penilaian
k) Dapat merencanakan, melakukan, menghitung,
menganalisis, melaporkan hasil perencanaan alat
Radiologi.
6) Area Kompetensi 6: Keterampilan Teknik Radiologi
a) Menerapkan Teknik Radiologi
b) Menerapkan Radiofotografi
c) Menerapkan Proteksi Radiasi
d) Menerapkan Anatomi Radiologi dan Anatomi Seksional
e) Menerapkan Fisika Radiodiagnostik, Fisika Radioterapi dan
Fisika Imejing
f) Menerapkan Jaminan Mutu Alat dan Perlengkapan
Radiologi (QA/QC) yang berhubungan dengan:
- X – ray Konvensional
- CT Scan
- MRI
- Ultrasonografi (USG)
- Kedokteran Nuklir
- Intervensional
- ESWL dengan C-Arm
- Radioterapi
7) Area Kompetensi 7: Pengelolaan Dasar Pelayanan Radiologi
a) Mengetahui manajemen aset, manajemen pemeliharaan,
manajemen mutu alat Radiologi.
b) Melakukan pelayanan Radiologi dengan :
- Merencanakan pelayanan Radiologi
18
- Menjamin mutu pelayanan Radiologi
- Melaksanakan pelayanan Radiologi sesuai standar
- Membuat laporan dan evaluasi
- Mengambil keputusan
d. Tingkat keterampilan Radiografer
Dalam melaksanakan praktik harus menguasai keterampilan
Radiografer. Kemampuan Radiografer ini dapat ditingkatkan
melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dalam rangka
menyerap perkembangan ilmu dan teknologi yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi (PARI) atau lembaga lain
yang diakreditasi oleh organisasi profesi, demikian pula untuk
kemampuan Radiografer lain di luar standar kompetensi Teknik
Radiodiagnostik yang telah ditetapkan.
1) Tingkat kemampuan 1 (Knows): Mengetahui dan
menjelaskan Radiografer mampu menguasai pengetahuan
teoritis termasuk aspek biomedik dan ilmu pengetahuan dasar
yang terkait dengan ilmu teknik radiografi dan teknik
Radioterapi. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa
melalui perkuliahan, diskusi, penugasan, dan belajar mandiri,
sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.
2) Tingkat kemampuan 2 (Knows How) : Pernah melihat atau
didemonstrasikan Radiografer menguasai pengetahuan
teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan pada teknik
radiografi dan imejing, serta problem solving (mampu
memecahkan dan memberikan solusi terhadap masalah yang
menyangkut bidang radiografi dan imejing secara
komprehensif dan terpadu) serta berkesempatan untuk
melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk
demonstrasi atau pelaksanaan langsung terhadap
pemeriksaan radiografi dan imejing. Pengujian keterampilan
tingkat kemampuan 2 dengan menggunakan ujian tulis pilihan
19
berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau
lisan (oral test).
3) Tingkat kemampuan 3 (Shows) : Terampil melakukan atau
terampil menerapkan di bawah supervisi Radiografer
menguasai pengetahuan teori dan praktik/keterampilan ini
termasuk latar belakang biomedik dan ilmu pengetahuan
dasar yang terkait dengan ilmu teknik radiografi dan imejing
serta mampu mengambil keputusan yang tepat dalam
pengelolaan pelayanan Radiologi, berkesempatan untuk
melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk
demonstrasi dan atau pelaksanaan langsung pada teknik
pemeriksaan radiografi dan imejing serta berlatih keterampilan
tersebut pada peralatan laboratorium radiografi dan/atau
standarized prosedur operasional dilapangan. Pengujian
keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan menggunakan
ObjectiveStructured Clinical Examination (OSCE) atau
Objective Structured Assessmentof Technical Skills (OSATS).
4) Tingkat kemampuan 4 (Does) : Terampil melakukan secara
mandiri Radiografer dapat memperlihatkan keterampilannya
tersebut dengan menguasai seluruh teori, prinsip, prosedur
standar, interpretasi, dan penjaminan mutu. Mampu bekerja
secara mandiri dalam menganalisis dan memberikan alternatif
serta solusi dalam pemecahan masalah teknik pemeriksaan
radiografi dan imejing,serta bertanggungjawab dan bersikap
kritis atas hasil pelayanan Radiologi. Pengujian keterampilan
tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased
Assessment misalnya mini-CEX, portofolio, logbook, dsb.
20
Matriks Tingkat Keterampilan Radiografer, Metode Pembelajaran
dan Metode Penilaian untuk setiap tingkat kemampuan
Tingkat Keterampilan :
1. Mampu memahami untuk diri sendiri
2. Mampu memahami dan menjelaskan
3. Mampu memahami, menjelaskan, dan melaksanakan dibawah
supervisi
4. Mampu memahami, menjelaskan, dan melaksanakan secara
mandiri
3. Pelaksanaan pekerjaan Radiografer
a. Radiografer yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) dapat melakukan
pekerjaannya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa:
1) Rumah sakit;
2) Balai kesehatan;
3) Puskesmas;
4) Klinik;
5) BP4/balai kesehatan paru masyarakat/balai besar kesehatan
paru masyarakat;
21
6) Balai besar laboratorium kesehatan/balai laboratorium
kesehatan;
7) Laboratorium klinik;
8) Praktik perorangan dokter dan dokter gigi; dan
9) Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain yang ditetapkan oleh
Menteri.
b. Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mempekerjakan
Radiografer yang tidak memiliki SIP untuk bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
c. Radiografer dalam memberikan pelayanan teknik radiodiagnostik,
teknik radioterapi, dan teknik kedokteran nuklir hanya dapat
melakukan pelayanan atas permintaan tertulis dengan keterangan
klinis yang jelas dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter
gigi spesialis.
d. Radiografer dalam memberikan pelayanan teknik radiodiagnostik,
teknik radioterapi, dan teknik kedokteran nuklir dengan
menggunakan energi radiasi pengion dan non pengion harus
sesuai dengan kode etik, standar profesi, standar pelayanan
radiologi dan standar prosedur operasional.
e. Radiografer dalam memberikan pelayanan teknik radiodiagnostik,
teknik radioterapi, dan teknik kedokteran nuklir dilarang:
1) Melakukan tindakan medis, termasuk memasukan bahan
kontras dengan jenis apapun dan cara apapun; dan
2) Melakukan pemanfaatan dengan sistem fluoroscopi secara
langsung.
22
SEKARANG SAYA TAHU
23
Materi Pokok 2
24
Pendahuluan
Kode etik profesi merupakan norma dan aturan standar yang harus
dipatuhi setiap anggota profesi dalam menjalankan tugas profesinya.
Kode etik Radiografer ini berisi petunjuk untuk Radiografer tidak
hanya dalam menjalankan tugas profesinya, tetapi juga menyangkut
perilaku secara umum serta interaksi dalam masyarakat. Untuk itu
Radiografer perlu memahami Kode Etik Profesi sehingga dalam
menjalankan tugas profesionalnya mampu menjunjung tinggi
martabat profesi dan meningkatkan mutu profesi.
25
Uraian Materi Pokok 2
26
juga dengan penuh kesadaran bahwa pelayanannya merupakan bagian dari
usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
1. Kewajiban Umum
a. Setiap Radiografer didalam melaksanakan pekerjaan profesinya tidak
dibenarkan membeda-bedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
jenis kelamin, agama, politik serta status sosial kliennya.
b. Setiap Radiografer dalam melaksanakan pekerjaan profesinya selalu
memakai standar profesi.
c. Setiap Radiografer Indonesia dalam melaksanakan pekerjaan profesi,
tidak dibenarkan melakukan perbuatan yang dipengaruhi
pertimbangan keuntungan pribadi.
d. Setiap Radiografer Indonesia dalam melaksanakan pekerjaan
profesinya, selalu berpegang teguh pada sumpah jabatan dan kode
etik serta standar profesi Radiografer.
2. Kewajiban Terhadap Profesinya
a. Radiografer harus menjaga dan menjunjung tinggi nama baik
profesinya.
b. Radiografer hanya melakukan pekerjaan pelayanan radiologi atas
permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, dan
Dokter Spesialis Gigi, dengan klinis yang jelas dan tidak
meninggalkan prosedur yang telah ditetapkan.
c. Radiografer tidak dibenarkan menyuruh orang lain yang bukan ahlinya
untuk melakukan pekerjaan Pelayanan Radiologi.
d. Radiografer tidak dibenarkan menentukan diagnosis radiologi.
3. Kewajiban Terhadap Pasien
a. Setiap Radiografer dalam melaksanakan pekerjaan profesinya
senantiasa memelihara suasana dan lingkungan dengan menghayati
nilai-nilai budaya, adat istiadat, agama dari penderita, keluarga
penderita dan masyarakat pada umumnya.
b. Setiap Radiografer dalam melaksanakan pekerjaan profesinya wajib
dengan tulus dan ikhlas terhadap pasien dengan memberikan
27
pelayanan terbaik. Apabila ia tidak mampu atau menemui kesulitan,
ia wajib berkonsultasi dengan teman sejawat yang Ahli atau Ahli
lainnya.
c. Setiap Radiografer wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahui baik hasil pekerjaan profesinya maupun dari bidang lainnya
tentang keadaan pasien, karena kepercayaan pasien yang telah
bersedia dirinya untuk diperiksa
d. Setiap Radiografer wajib melaksanakan peraturan-peraturan
kebijakan yang telah digariskan oleh Pemerintah di dalam bidang
kesehatan
e. Setiap Radiografer demi kepentingan penderita setiap saat bekerja
sama dengan Ahli lain yang terkait dan melaksanakan tugas secara
cepat, tepat dan terhormat serta percaya diri akan kemampuan
profesinya
f. Setiap Radiografer wajib membina hubungan kerja yang baik antara
profesinya dengan profesi lainnya demi kepentingan pelayanan
terhadap masyarakat
4. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
a. Setiap Radiografer harus menjaga kesehatan dan keselamatan
dirinya baik terhadap bahaya radiasi maupun terhadap penyakitnya.
b. Setiap Radiografer senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan
profesinya baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan jalan
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, meningkatkan
keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi pelayanan
terhadap masyarakat.
28
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Radiografer mempunyai hak:
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melakukan pekerjaannya
sesuai dengan standar pelayanan, SOP, kode etik, standar profesi
Radiografer;
2. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pemberi pekerjaan;
3. Melakukan tugas sesuai dengan kompetensi;
4. Menerima imbalan jasa profesi dan tunjangan lain sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
5. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
29
SEKARANG SAYA TAHU
30
REFERENSI
31
MODUL
STANDAR PROSEDUR
PENGGUNA CT SCAN
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
A. TENTANG MODUL INI 1
1. Deskripsi Singkat 2
2. Tujuan Pembelajaran 3
3. Materi Pokok 4
4. Peta Konsep Modul 5
B. KEGIATAN BELAJAR 6
1. Materi Pokok 1 7
2. Materi Pokok 2 38
3. Materi Pokok 3 50
REFERENSI 63
2
TENTAN
A
G
MODUL
INI
1
DESKRIPSI SINGKAT
2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu menjelaskan
standar prosedur penggunaan CT Scan
3
MATERI POKOK
4
PETA KONSEP MODUL
5
6
B
KEGIATA
N
BELAJAR
7
Materi Pokok 1
Instrumen CT Scan
8
Pendahuluan
Pengetahuan instrumen yang akan digunakan dalam pemeriksaan
CT scan diperlukan untuk bisa mengoperasionalkan pesawat CT
scan dan memudahkan dalam jalannya pemeriksaan. Untuk bisa
menjelaskan instrumen yang akan digunakan, radiografer harus
mengetahui jenis-jenis instrumen yang akan digunakan, sehingga
mampu menggunakannya dengan tepat.
9
Uraian Materi Pokok 1
1. Gantry
Gantry merupakan komponen terbesar pada alat CT scan dimana
didalamnya akan dapat ditemukan instrumentasi yang berperan dalam
proses akuisisi data, antara lain :
a. X Ray Generator,
b. Cooling System,
c. Tabung X Ray,
d. Filtrasi,
e. Collimator,
f. Detektor
Pada gantry ini juga dilengkapi dengan indikator data digital yang
memberi informasi tentang ketinggian meja pemeriksaan, posisi objek
dan kemiringan gantry. Pada pertengahan gantry diletakkan pasien.
Tabung sinar-x dan detektor yang letaknya selalu berhadapan didalam
gantry akan berputar mengelilingi objek yang akan dilakukan scanning.
Ada beberapa bagian yang terdapat di dalam gantry :
10
a. Tabung sinar-x Berfungsi sebagai pembangkit sinar-X dengan
sifat:
1) Bekerja pada tegangan tinggi diatas 100 kV
2) Ukuran focal spot kecil 10 – 1 mm
3) Tahan terhadap goncangan
b. Kolimator Pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah
kolimator, yaitu:
1) Kolimator pada tabunng sinar-x Berfungsi untuk mengurangi
dosis radiasi, sebagai pembatas luas lapangan penyinaran
dan mengurangi bayangan penumbra dengan adanya focal
spot kecil.
2) Kolimator pada detektor Berfungsi untuk pengarah radiasi
menuju ke detektor, pengontrol radiasi hambur dan
menentukan ketebalan lapisan slice thickness .
c. Detektor dan DAS Data Acqusition system Setelah sinar-x
menembus objek, maka akan diterima oleh detector yang
selanjutnya dan dilakukan proses pengolahan data oleh DAS.
Adapun fungsi detector dan DAS secara garis besar adalah: untuk
menangkap sinar-x yang telah menembua objek, mengubah sinar-
x dalam bentuk cahaya tampak, kemudian mengubah cahaya
tampak tersebut menjadi sinyal-sinyal electron, lalu kemudian
menguatkan sinyal-sinyal electron tersebut dan mengubah sinyal
electron tersebut kedalam bentuk data digital.
11
(1) Gantry operator panels
(2) Laser light markers
(3) Display panel or touch panel
(4) STOP Keys
Penanda cahaya adalah sinar laser yang memancar dari tiga titik di
bukaan gantry. Titik-titik ini ditandai. Kipas sinar laser
12
keluar sehingga Anda melihat garis sebagai tanda atau cross di
persimpangan balok. Sinar laser memvisualisasikan isocenter gantry
dan bidang paparan radiasi. Untuk menyalakan penanda lampu, tekan
tombol penanda lampu pada panel operator gantry.
◾ Sistem interkom
13
Dengan speaker dan mikrofon, Anda dapat berbicara dengan pasien.
Anda dapat mengoperasikan interkom dengan tombol pada kotak
kontrol.
◾ Tampilan pernapasan
14
Gantry storage compartment
Jangan menaruh bahan kimia, cairan, benda berat di kompartemen
penyimpanan di sisi kanan gantry
Gantry operator panel
Dengan panel operator gantry, Anda mengontrol pergerakan gantry
dan meja pasien.
Elemen pengoperasian gantry terletak di sisi kanan dan sisi kiri gantry
di bagian depan.
15
(11) Table retraction
(12) Tilt
16
Tilt Tilts the gantry.
With the two keys, you can tilt the gantry from the
vertical position (0°).
With this key, you can set the display for the horizontal
table top position to zero. Zeroing is only possible
between patient registration and the beginning of the
first scan.
Table Moves the table vertically up and down; moves the table
movement hor- izontally in and out.
s
With the four table adjustment keys, you can adjust the
table height and move the table into and out of the
gantry.
X-ray The circle around the key turns green when the
system is ready for X-ray exposure and turns yellow
when the expo- sure starts.
17
Lampu peringatan radiasi menyala pada gantry. Status pengoperasian
sistem ditunjukkan oleh lampu peringatan radiasi di bagian depan
gantry.
Lampu peringatan radiasi pada gantry menyala dan sinyal peringatan
berbunyi saat radiasi dihasilkan.
Warna indikator yang menyala menunjukkan status pengoperasian
sistem:
Blinking Green: ready for scanning
18
(1) Tube voltage (kV)
(2) Tube current (mA)
(3) Scan time (topograms or sequences) / Rotation time (spirals)
(4) Gantry tilt
(5) Horizontal table position
(6) Table height
Elements Description
19
Table height The value of table height is measured relative
to the scan field axis of the gantry.
2. Meja Pemeriksaan
Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan untuk
dilakukannya pemeriksaan CT-Scan. Bentuknya kurva dan terbuat dari
Carbon Graphite Fiber. Setiap scanning satu slice selesai, maka meja
pemeriksaan akan bergeser sesuai ketebalan slice slice thickness .
Meja pemeriksaan terletak dipertengahan gantry dengan posisi
horizontal dan dapat digerakkan maju, mundur, naik dan turun dengan
cara menekan tombol yang melambangkannmaju, mundur, naik, san
turun yang terdapat pada gantry.
Anda menempatkan pasien di atas meja pasien dan memposisikannya
untuk pemeriksaan.
(1) Meja pasien dengan bagian atas meja yang dapat dipindahkan
(2) Pegangan di atas meja dengan perangkat pengunci
(3) Label: Tabel pasien sesuai dengan bagian yang diterapkan tipe B.
Dilindungi dari sengatan listrik dengan membatasi arus bocor yang
diperbolehkan sesuai dengan IEC 60601-1.
20
Bagian atas meja terdiri dari bahan yang tahan terhadap air. Meja,
kasur, dan aksesori dibentuk sedemikian rupa sehingga hanya
menyebabkan artefak minimal. Penandaan di bagian atas meja dan
alas pemosisian menandai area bebas logam di meja pasien
Table head end & foot end
Ujung kepala adalah ujung meja pasien yang lebih dekat ke gantry.
Ujung kaki adalah ujung meja pasien yang jauh dari gantry.
21
– Untuk pindaian spiral, meja digerakkan terus-menerus dalam arah
horizontal.
Tinggi tabel dan feed tabel relatif ditampilkan di gantry dan di layar
Syngo Acquisition Workplace Anda.
22
Table movement safety
PERHATIAN
Menurunkan meja pasien!
Bagian tubuh bisa tersangkut.
◆ Pastikan bagian tubuh pasien berada di atas meja pasien.
◆ Pastikan tidak ada bagian tubuh siapa pun atau benda apa pun yang
berada di bawah meja pasien.
PERHATIAN
Gerakan atas meja horizontal!
Kemungkinan cedera pada tangan (label peringatan).
◆ Jangan letakkan tangan Anda di celah penyangga bagian atas meja.
Jangan letakkan benda apa pun di bawah meja pasien. Selalu pastikan
bahwa gerakan tidak terhalang oleh benda apa pun.
◾ Sebelum Anda dapat menurunkan meja pasien ke ketinggian
minimumnya, Anda harus menarik bagian atas meja seluruhnya dan
menyetel gantri vertikal.
◾ Saran keamanan untuk biopsi
Jika pasien memiliki jarum untuk biopsi, selalu perhatikan lokasi jarum
dalam hubungannya dengan gantry. Kemajuan jarum yang tidak
direncanakan dapat terjadi.
◾ tombol BERHENTI
Dengan tombol STOP, Anda dapat menginterupsi pergerakan unit
dalam keadaan darurat (pergerakan meja dan kemiringan gantri) dan
mematikan radiasi.
Table maximum load
Tergantung pada konfigurasi sistem Anda, tabel pasien mendukung
salah satu opsi berikut
23
Option Description
Nilai batasan untuk pengaturan meja vertikal dan horizontal serta sudut
kemiringan gantry saling bergantung.
Retracting the table top in emergency
Dalam keadaan darurat atau listrik mati, Anda dapat memposisikan
bagian atas meja secara manual. Anda dapat menggunakan pegangan
di ujung meja untuk memindahkan bagian atas meja keluar dari gantry
Tekan tuas ke ujung bagian atas meja dan tarik bagian atas meja keluar
dari gantry.
24
sebelum melanjutkan pekerjaan pada sistem, Anda harus mengunci
bagian atas meja kembali ke posisi semula.
25
(3) Lubang untuk engkol tangan
2 Putar meja ke atas atau ke bawah
Horizontal table compensation
Mekanisme penyesuaian ketinggian meja pasien bekerja berdasarkan
prinsip yang disebut prinsip kobra. Seperti ular dengan nama itu, posisi
horizontal bagian atas meja ("kepala ular kobra") berubah saat
dinaikkan atau diturunkan
◾ Saat dinaikkan, bagian atas meja (dan pasien juga) bergerak ke arah
gantry.
◾ Saat menurunkan keduanya menjauh dari gantry.
Dengan kompensasi meja horizontal aktif, posisi horizontal bagian atas
meja tidak berubah saat dinaikkan atau diturunkan. Opsi kompensasi
tabel horizontal dikonfigurasikan di Layanan Lokal.
◾ Dengan kompensasi meja horizontal mati, jangan ubah tinggi meja
selama pemeriksaan, karena ini juga mengubah posisi irisan.
◾ Dengan kompensasi meja horizontal aktif, gunakan tombol Bongkar
pasien, bukan tombol Meja turun, untuk menurunkan meja pasien ke
ketinggian minimum.
◾ Kompensasi meja horizontal hanya dapat berfungsi jika tinggi meja
antara 86~272mm. Ketinggian kerja sesuai dengan isocenter sistem.
26
◆ Lakukan salah satu dari yang berikut:
◾ Memindahkan meja ke atas
Tekan tombol Table up dan tahan selama gerakan meja hingga posisi
meja benar.
27
Tekan tombol Table out atau Table out fast key dan tahan hingga posisi
meja benar.
Saat meja pasien tidak pada posisi A, tombol A akan menyala. Tahan
tombol A lalu sampai meja berhenti di posisi A. Alur kerja yang sama
berlaku untuk tombol B.
Table footswitch
Anda dapat memindahkan meja pasien dengan menggunakan
footswitch meja sebagai alternatif menggunakan tombol pada panel
operator gantry. Sakelar kaki meja terletak di antara gantri dan meja
pasien.
28
(1) Pedal offset: memuat pasien. Pedal berfungsi sama dengan tombol
Offset pada panel operator gantry.
3. CT Kontrol Consol
Gambar CT console
(1) Monitor
(2) Control box
(3) Keyboard
29
(4) Mouse
(5) Image control system (ICS)
(6) Image reconstruction system (IRS)
Dengan elemen pengoperasian konsol, Anda menghidupkan dan
mematikan sistem, memasukkan data pasien, merencanakan
pemeriksaan, dan memicu pengukuran. Anda memperoleh data CT
dan menggunakannya untuk merekonstruksi gambar CT, yang
kemudian Anda evaluasi. Anda dapat menggunakan keyboard, mouse,
dan kotak kontrol untuk memberi tahu komputer tindakan apa yang
harus dilakukan.
30
3) Memory unit yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan
data ataupun yang sedang dikerjakan.
c. Output device
Digunakan untuk menampilkan hasil program atau instruksi
sehingga dapat dengan mudah dilihat oleh personil yang
mengoperasikannya, misalnya CRT (Cathoda Ray Tube).
Layar TV monitor
Berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari objek yang
diperiksa serta menampilkan instruksi-instruksi atau program yang
diberikan.
Image Recording
Berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari komputer ketika
melakukan scanning, rekonstruksi dan display gambar. Jenisnya :
a. Magnetik tape
yang terbuat daridasar plastik yang dilapisi oksida besi atau
partikel-partikel metalik
lainnya. Pita ini berfungsi untuk merekam data dari objek
yang hasilnya dapat kita lihat pada layar monitor
b. Magnetic disc
Berfungsi untuk menyimpan sementara dari data atau gambaran
yang akan ditampilkan dan diproses. Magnetic
disc dapat menyimpan dan mengirim data dengan cepat. Bentuk
nya berupa piringan yang dilapisi bahan ferromagnetic. Kapasitas
memorinya sangat besar.
c. Floppy disc
Biasa disebut dengan disket, merupakan modifikasi dari magnetic
disk, bentuknya kecil, tipis, dan flexibel atau lentur. Floppy disk
mudah dibawa dan disimpan. Kapasitas memorinya relatif kecil.
31
Multiformat camera
Alat yang digunakan untuk memperoleh gambaran permanen dari hasil
CT Scan pada film. Pada satu film dapat dihasilkan 9 frame atau 9
gambar potongan CT Scan.
Operator Console
Merupakan pusat semua kegiatan scanning atau pengoperasian sistem
secara umum serta berfungsi merekonstruksi hasil gambaran sesuai
dengan kebutuhan.
a. Sistem control
Untuk menjalankan unit CT Scan, mengontrol kV, mA, waktu
scanning, ketebalan irisan, dan pengatur parameter.
b. Printer Gambar
Merupakan alat pencetak film CT Scan
c. Archiving
Adalah komponen yang berfungsi untuk menyimpan data-data
pasien yang sewaktu-waktu dapat dibuka kembali.
CT control box
Dengan elemen pengoperasian kotak kontrol, Anda dapat memulai dan
menghentikan pengukuran serta memindahkan gantri dan meja dari
luar ruang pemeriksaan. Elemen pengoperasian untuk sistem interkom
juga terletak di kotak kontrol
32
1) Tombol Pindahkan: Gunakan tombol ini untuk memindahkan meja
pasien atau memiringkan gantri ke posisi pengukuran berikutnya.
2) Keluarkan kunci pasien: Gunakan kunci ini untuk mengeluarkan
pasien.
3) Tombol Mulai: Gunakan tombol ini untuk memicu pemindaian.
Lampu peringatan radiasi pada kotak kontrol CT menyala selama
pemindaian.
4) Lampu peringatan radiasi: Lampu layar ini menyala selama radiasi
dan sinyal peringatan berbunyi.
5) Tombol penangguhan: Gunakan tombol ini untuk menahan prosedur
pemindaian. Ini adalah metode yang disukai untuk menyela
pemindaian sebelum selesai. Anda tidak boleh menggunakan
tombol STOP untuk tujuan ini.
6) Dengarkan tombol pasien: Tekan tombol ini jika Anda ingin
mendengar apa yang dikatakan pasien. Dioda cahaya menunjukkan
bahwa koneksi mendengarkan aktif. Tekan tombol lagi untuk
melepaskan koneksi mendengarkan.
7) Pengeras suara
8) Tombol panggil pasien: Tahan tombol ini saat berbicara ke mikrofon.
9) Tombol STOP: Gunakan tombol ini untuk menghentikan pemindaian
sama sekali dalam keadaan darurat.
33
10) Mikrofon
Dalam situasi kritis tekan salah satu tombol STOP. Jika Anda menekan
salah satu tombol merah BERHENTI, gerakan unit terganggu dan radiasi
dihentikan. Fungsi tombol untuk pergerakan sistem juga diblokir.
34
Berbicara dengan pasien
Dengan menggunakan speaker dan mikrofon, Anda dapat berbicara
dengan pasien atau memutar ulang beberapa instruksi pasien yang
disimpan secara permanen.
◆ Pada kotak kontrol CT, tahan tombol Panggil pasien.
Mendengarkan pasien
Pada kotak kontrol CT, tekan tombol Dengarkan pasien.
35
port USB, perekam DVD). Lokasi dan desain komponen ini dapat
bervariasi.
Image control system
Sistem kontrol gambar (ICS) adalah komputer tempat Anda membuat
semua entri. Dengannya, Anda mengontrol pemindai CT, mengevaluasi
studi Anda, dan menyimpannya.
◾ Anda bekerja dengan komputer ini.
◾ Di bagian belakang komputer kontrol gambar, Anda akan menemukan
koneksi untuk monitor, keyboard, dan mouse.
Image reconstruction system
Sistem rekonstruksi citra (IRS) adalah salah satu komputer utama
pemindai CT. Ini menghitung gambar.
◾ Sistem rekonstruksi citra berkomunikasi dengan sistem pemindaian.
◾ Ini menggunakan data terukur dari sistem detektor untuk menghitung
gambar untuk setiap irisan.
◾ Data kemudian diteruskan ke sistem kontrol gambar (ICS).
Image evaluation system
Sistem evaluasi citra (IES, atau syngo CT Workplace) adalah komputer
yang terhubung ke sistem kontrol citra (syngo Acquisition Workplace). Ini
berbagi database dengan syngo Acquisition Workplace yang terutama
mengontrol akuisisi data pemindai.
36
(1) Monitor
(2) Keyboard
(3) Mouse
(4) Computer with DVD recorder
(5) Ethernet switch
37
(1) Indikator kesalahan
(2) Indikator mode baterai
(3) Indikator perlindungan beban
(4) HIDUP/MATI
(5) Outlet Grup 1 bertenaga
(6) Outlet Grup 2 bertenaga
(7) Pengisian daya baterai
(8) Beban (persen)
(9) Beban: 76 hingga 100%
(10) Beban: 51 hingga 75%
(11) Beban: 26 hingga 50%
(12) Beban: 26 hingga 50%
Keyboard
Dengan keyboard, Anda memasukkan teks, angka, dan perintah.
Komputer mendukung keyboard dalam berbagai bahasa.
38
(1) Tombol fungsi
(2) Keyboard mesin tik
(3) Tombol kursor
(4) Keypad simbol
Monitor
Di monitor, Anda dapat melihat dan mengontrol prosedur pemeriksaan
atau melihat gambar. Monitor pada konsol adalah monitor warna Liquid
Crystal Display (LCD) 19" dengan resolusi tinggi.
39
SEKARANG SAYA TAHU
40
Materi Pokok 2
Asesoris CT Scan
41
Pendahuluan
Pemilihan asesoris CT scan yang tepat dalam pemeriksaan CT Scan
sangatlah diperllukan untuk mempermudah pemeriksaan dan
memberikan kenyamanan untuk pasien, dan untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan.. Untuk bisa memilih asesoris yang akan
digunakan, radiografer harus mengetahui jenis-jenis asesoris yang
akan digunakan, sehingga mampu memilih dan menggunakannya
dengan tepat dalam proses pemeriksaan.
42
Uraian Materi Pokok 2
43
seharusnya digunakan. Dengan cara ini juga artefak dapat dihindari yang
merusak kualitas gambar.
44
(2) Tombol lepas
Berbeda dengan head holder standar, sudut head holder yang dapat
dimiringkan dapat disesuaikan dengan persyaratan khusus dari
pemeriksaan yang dilakukan (empat kemungkinan sudut). Ini
dilengkapi dengan bantal yang berbeda (datar atau berbentuk baji),
yang dapat ditempatkan di dalamnya.
45
◾ Posisi datar dengan bantalan datar
46
Coronal prone head holder
Gunakan aksesori ini untuk memposisikan kepala untuk pemeriksaan
kranial dalam posisi telungkup (irisan koronal).
47
◾ Penyangga dahi. Posisi vertikalnya dapat disesuaikan dengan
melonggarkan sekrup penopang, memindahkannya ke posisi yang
diinginkan dan mengencangkan kembali sekrup dengan kuat.
Straps
Tali digunakan untuk menahan pasien.
◾ Posisikan tali pengikat di bawah matras.
◾ Tutup di atas pasien dengan strip Velcro.
Bantal Bocollo (sandaran kepala) adalah untuk posisi kepala pasien
yang nyaman di meja datar
48
(1) Penopang kepala-lengan dengan tali dan bantalan
(2) Tali
(3) Fiksasi untuk penyangga kepala-lengan
(4) Tali velcro untuk fiksasi pergelangan tangan pasien
Bergantung pada kebutuhan, pemeriksaan ini biasanya dapat
digunakan untuk pemeriksaan toraks, perut, dan panggul
49
Knee support
50
Gunakan aksesori ini untuk memposisikan kaki untuk pemeriksaan
ekstremitas bawah.
51
Materi Pokok 3
Penggunaan CT Scan
52
Pendahuluan
Penggunaan CT scan dimulai dari cara menghidupka pesawat CT
Scan dengan baik, kemudian dilakukan kalibrasi agar pesawat CT
Scan siap untuk digunakan, dan terakhir apabila pesawat CT scan
sudah tidak digunakan lagi, matikan pesawat CT scan dengan baik..
Untuk bisa menggunakan pesawat CT Scan, radiografer harus
mengetahui cara menghidupkan, kalibrasi dan cara mematikan CT
Scan.
53
Uraian Materi Pokok 3
(1) Monitor
54
(2) Control box
(3) Keyboard
(4) Mouse
(5) Image control system (ICS)
(6) Image reconstruction system (IRS)
55
2 Hidupkan UPS.
Mengaktifkan workstation
Untuk tujuan melihat dan mengevaluasi gambar saja, Anda dapat
menyalakan komputer Workplace satu per satu.
1 Aktifkan semua perangkat periferal, seperti drive dan printer, sebelum
menyalakan komputer Workplace.
2 Tekan tombol daya pada UPS untuk komputer.
56
Komputer menyala secara otomatis saat UPS dihidupkan. Jangan
nyalakan komputer secara langsung. Komputer melakukan power-on
self-test. Setelah swa-uji selesai, paket perangkat lunak medis dimulai.
2. Warming Up/Kalibrasi
Perawatan dan layanan rutin penting untuk keselamatan pasien,
personel, dan orang yang menemani pasien serta untuk integritas
fungsional sistem. Jika sistem tidak berfungsi sempurna, maka harus
segera diperiksa.
Pemeriksaan fungsi sistem
Untuk memastikan bahwa sistem siap untuk dioperasikan dan semua
fungsi yang relevan dengan keselamatan bekerja dengan benar, Anda
harus melakukan uji fungsi setiap hari sebelum memulai prosedur
pemeriksaan yang sebenarnya.
Selama pengujian, prosedur fungsi terpenting dan peralatan
keselamatan sistem diperiksa.
57
Memeriksa tombol STOP
1. Tekan salah satu tombol pengaturan meja pada panel operator
gantry dan tahan.
2. Saat meja/gantry bergerak, tekan tombol STOP.
58
Anda harus memeriksa kunci berikut pada panel operator gantry:
◾ Kemiringan gantry
◾ Posisi meja
◾ Posisi tabel A dan B yang telah ditentukan sebelumnya
◾ Zeroing/posisi nol
◆ Periksa tombol saat Anda menyalakan unit.
Optimalisasi sistem
Sejumlah fungsi tersedia bagi Anda untuk mengoptimalkan kinerja
sistem CT, seperti:
◾ Kalibrasi sistem
◾ Pemeriksaan sistem / Check Up
◾ Penghentian pemeliharaan sistem
◾ Pemeriksaan sumber daya sistem
◾ eStart
59
Kalibrasi sistem
Untuk memastikan kualitas gambar yang selalu tinggi, pemindai CT
harus dikalibrasi setidaknya sekali sehari. Kalibrasi adalah bagian dari
pemeriksaan rutin yang diminta setelah sistem CT dihidupkan ulang.
1. 1 Pilih Setup > Calibration dari menu utama. Kotak dialog Kalibrasi
akan muncul. Gantri miring secara otomatis kembali ke posisi nol
dan meja pasien bergerak keluar dari gantri.
2. Tekan ”Star” pada kotak kontrol CT.
Pemeriksaan sistem/Check Up
Prosedur pemeriksaan otomatis menjalankan serangkaian fungsi untuk
memastikan bahwa pemindai CT terkondisi dengan baik dan mampu
memberikan gambar berkualitas tinggi.
Prosedur pemeriksaan dimulai di kotak dialog Pemeriksaan yang akan
ditampilkan setelah pengaktifan sistem. Jika kotak dialog tidak muncul
secara otomatis, pilih Setup > Checkup.
60
Anda memiliki opsi untuk melewatkan pemeriksaan. Jika perlu, Anda
dapat mengkalibrasi sistem nanti. Tabel berikut mencantumkan elemen
kotak dialog Pemeriksaan:
Element Description
Checkup Starts the check-up procedure.
Cancel Skips the check-up procedure.
Help Opens help information.
61
◾ Penghentian syngo
◾ Matikan sistem operasi
◾ Matikan sistem pemindaian
✓ Gantry dan syngo Workplace sedang berjalan.
1 Keluar dari semua ujian dan aplikasi.
2 Panggil Sistem > Akhiri di menu utama. Kotak dialog Akhiri Sesi
ditampilkan.
62
Gantry akan dimatikan.
Mematikan workstation
✓ Hanya Workplace yang diaktifkan.
1 Keluar dari semua examination dan aplikasi.
2 Panggil Sistem > Akhiri di menu utama. Kotak dialog Akhiri Sesi
ditampilkan
63
SEKARANG SAYA TAHU
REFERENSI
1. Brüning, R., A. Küttner, and T. Flohr. 2014. Protocols for Multislice CT.
Berlin: Springer Berlin.
64
2. Seeram, Euclid. 2016. Computed tomography: physical principles,
clinical applications, and quality control.
65
MODUL
KUALITAS DAN REKONTRUKSI
CITRA CT SCAN
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
A. TENTANG MODUL INI 1
1. Deskripsi Singkat 2
2. Tujuan Pembelajaran 3
3. Materi Pokok 3
4. Peta Konsep Modul 4
B. KEGIATAN BELAJAR 6
1. Materi Pokok 1 7
2. Materi Pokok 2 14
REFERENSI 25
2
TENTAN
A
G
MODUL
INI
1
DESKRIPSI SINGKAT
2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu menjelaskan
kualitas dan rekontruksi citra CT Scan.
3
MATERI POKOK
MATERI 1 MATERI 2
Kualitas citra CT Scan Rekontruksi citra CT Scan
Contrast Resolution 3D
Noise Algoritma
Artefak Software CT
4
B
KEGIATA
N
BELAJAR
5
Materi Pokok 1
6
Pendahuluan
Kualitas citra CT scan dinilai berdasarkan spasial resolusi, kontras
resolusi, noise, dan artefak. Keunggulan CT scan yaitu mampu
memvisualisasikan struktur dengan kontras rendah dalam suatu
organ, yang sangat dipengaruhi oleh derau dan terkait dengan dosis
(energi) radiasi.
7
Uraian Materi Pokok 1
1. Spatial Resolution
Spatial resolution adalah istilah lain yang digunakan untuk detail
resolusi. Spatial resolution merupakan kemampuan sistem untuk
membedakan objek berukuran kecil dengan densitas yang berbeda
pada satu tampilan. Spatial resolution dari MSCT tergantung pada
kualitas dari raw data dan metode rekonstruksi yang digunakan.
Kualitas dari raw data dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Matrix size, Display FoV, Pixel Size
Ukuran matriks dan pemilihan DFOV menentukan ukuran
piksel. Ukuran piksel memiliki peran penting terhadap resolusi
gambar. Matriks digunakan untuk mengelompokkan data mentah
menjadi kotak-kotak yang disebut piksel, matriks merupakan
salah satu faktor yang mengontrol ukuran piksel. DFOV
menentukan jumlah data mentah yang akan digunakan untuk
merekonstruksi gambar. Mengubah DFOV akan mengubah
ukuran gambar di layar, dengan meningkatkan DFOV maka
ukuran piksel pada gambar juga akan meningkat. Ukuran piksel
mencerminkan jumlah data pasien yang berada didalam kotak.
8
Piksel yang lebih besar akan mencakup lebih banyak data pasien.
Hubungan antara ukuran pikse, ukuran matriks, dan DFOV
terlihat dalam persamaan:
Pixel Size = DFOV/Matriks Size ..........(1)
b. Slice Thickness
Secara historis, dampak dari slice thickness pada kualitas
citra lebih jelas daripada ukuran piksel. Secara umum, lebih tipis
slice thickness, maka akan menghasilkan gambar yang lebih
tajam. Karena untuk membuat gambar, sistem harus meratakan
scan thickness ke dua dimensi. Semakin tebal irisannya, maka
diperlukan lebih banyak pemerataan.
c. Rekonstruksi Algoritma
Semua sistem pada CT menawarkan pilihan rekonstruksi
algoritma berbeda yang dapat dipilih oleh operator. Pemilihan
rekonstruksi algoritma yang tepat akan membantu
mengoptimalkan kualitas gambar. Beberapa rekonstruksi
algoritma dapat menghaluskan data, dengan mengurangi
perbedaan antara piksel yang berdekatan.
d. Ukuran Focal Spot
Ukuran titik fokus akan mempengaruhi kualitas gambar,
tetapi efeknya minimal. Seperti pada pencitraan sinar-x lainnya,
ukuran titik fokus yang lebih besar akan menyebabkan gambar
tidak tajam dan mengurangi resolusi spasial.
e. Pitch
Pitch yang digunakan dalam pemeriksaan helical dapat
mempengaruhi resolusi spasial. Secara umum, meningkatkan
pitch akan mengurangi resolusi. Pemilihan pitch yang optimal
tergantung pada konfigurasi detektor dan skema interpolasi data
proyeksi CT yang digunakan.
f. Pergerakan Pasien
9
Pergerakan pasien menciptakan keburaman pada gambar
dan menurunkan resolusi spasial. Oleh karena itu, waktu
pemindaian harus dipersingkat untuk mengurangi pergerakan
pasien agar resolusi spasial dapat meningkat.
2. Contrast Resolution
Faktor lainnya yang mempengaruhi kualitas gambar adalah
contrast resolution. Contrast Resolution merupakan kemampuan
untuk membedakan struktur yang memiliki kepadatan berbeda.
Beberapa faktor yang mempengaruhi contrast resolution, antara
lain:
a. MAs
Mas yang dipilih untuk pemindaian mempengaruhi
jumlah foton sinar-x yang digunakan untuk menghasilkan citra
CT, sehingga mempengaruhi SNR dan contrast resolution
(Louis, 2011).
b. Ukuran Piksel
Dengan mengurangi ukuran piksel, jumlah perpiksel
foton sinar-x yang terdeteksi akan berkurang. Foton perpiksel
yang lebih sedikit akan meningkatkan noise dan menurunkan
kualitas gambar.
c. Slice Thickness
Slice thickness memiliki efek linier pada jumlah foton
sinar-x yang tersedia untuk menghasilkan gambar. Slice
thickness 5mm akan memiliki jumlah foton dua kali lebih besar
dari slice thickness 2,5mm. Karena irisan yang lebih tebal akan
memungkinkan lebih banyak foton untuk menghasilkan SNR
yang lebih baik dan lebih sedikit noise. Akan tetapi, hal tersebut
akan diiringi dengan penurunan spatial resolution pada sumbu
z (Louis, 2011).
d. Rekonstruksi Algoritma
10
Penggunaan algoritma tulang akan menghasilkan
resolusi kontras yang rendah, tetapi resolusi spasial akan
menjadi baik. Sedangkan algoritma jaringan lunak akan
meningkatkan resolusi kontras, tetapi menurunkan spatial
resolution.
e. Ukuran Pasien
Semakin besar ukuran pasien, akan mengurangi foton
sinar-x dan menyisakan sedikit untuk mencapai detektor. Hal ini
akan mengurangi SNR, meningkatkan noise, dan menghasilkan
resolusi kontras yang rendah.
3. Noise
Secara singkat, noise merupakan fluktuasi yang tidak
diinginkan piksel dalam gambar. Noise merupakan tampilan kasar
yang terlihat pada gambar yang kurang terang.
Noise akan mempengaruhi resolusi kontras. Semakin tinggi
noise, maka resolusi kontras akan menurun. Faktor yang
mempengaruhi noise antara lain faktor eksposi, pitch, rekonstruksi
algoritma, detektor, dan slice thickness.
Noise berhubungan dengan nilai signal noise to ratio (SNR)
dan nilai contras to noise ratio (CNR). Nilai CNR ditunjukkan
dengan rumus sebagai berikut:
( HU objek - HU background)
CNR=
Noise objek - Noise background
...........(2)
ROI
SNR=
SD
......................(3)
11
Keterangan:
ROI= Region of Interest
SD=Standar Deviasi
4. Artefak
Artefak merupakan suatu gambaran yang tidak ada
hubungannya dengan objek yang diperiksa. Artefak sendiri
banyak jenisnya seperti motion artifact, mettal artifact, beam
hardening artifact, ring artifact, streak artifact, shading artifact,
dan partial volume artifact.
Dalam CT, artefak muncul dari berbagai sumber. Seperti
pasien, pemilihan parameter yang tidak tepat, proses
rekonstruksi, dan malfungsi peralatan. Artefak dalam CT secara
signifikan lebih tinggi dari radiografi konvensional. Hal ini terjadi
karena banyaknya sumber artefak dan kompleksitas manifestasi
artefak.
12
Materi Pokok 2
13
Pendahuluan
Rekonstruksi citra CT Scan adalah prosedur matematis yang
digunakan dalam merekonstruksi gambar. Setelah detektor
mendapatkan tranmisi yang cukup, data dikirim ke komputer untuk
proses selanjutnya. Setelah komputer melakukan proses
rekonstruksi, gambar akan ditampilkan dan disimpan untuk nantinya
dapat dianalisis ulang oleh monitor yang terhubung dengan kontrol
konsul. Semakin tajam rekonstruksi algoritma yang dipilih, maka
resolusi citra menjadi semakin tinggi. Hal ini terjadi karena
kemampuan filter dalam merekonstruksi pixel-pixel yang berdekatan,
sehingga akan semakin jelas perbedaan pada gambaran tulang, soft
tissue, dan jaringan-jaringan lainya pada tampilan layar monitor.
14
a. Slice thickness
b. 3D
c. Algorithme
d. Software CT
1. Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek yang
diperiksa. Pada umumnya ukuran yang tebal akan menghasilkan
gambaran dengan detail yang rendah, sebaliknya ukuran yang tipis
akan menghasilkan gambaran dengan detail yang tinggi. Jika
ketebalan irisan semakin tinggi, maka gambaran akan cenderung
terjadi artefak, dan jika ketebalan irisan semakin tipis, maka
gambaran cenderung akan menjadi noise. Nilai slice thickness pada
15
teknologi Multi-Slice CT (MSCT) dapat dipilih antara 0,5 mm - 10
mm sesuai dengan keperluan klinis. Setiap generasi MSCT,
mempunyai ketebalan slice yang berbeda.
Pemilihan slice thickness pada saat pembuatan gambar CT Scan
mempunyai pengaruh langsung terhadap spatial resolusi yang
dihasilkan. Dengan slice thickness yang meningkat (tipis) maka
spasial rasolusi gambar semakin baik, demikian sebaliknya.
Namun pengaruh yang berbeda terhadap dosis radiasi yang
diterima oleh pasien. Semakain tipis irisan, dosis radiasi semakin
tinggi dan berlaku sebaliknya. Pada volume CT singel slice,
ketebalan irisan/ slice thickness dari irisan ditentukan oleh picth
dan lebar dari precollimator (yang juga definisikan sebagai beam
with (BW) pada pusat dari rotasi. Beam with (BW) diukur pada
poros-z pada pusat dari rotasi untuk singel row detector array,
dan digambarkan oleh lebar 14 precollimator. Lebar dari
precollimator menggambarkan ketebalan irisan/ slice thickness (z
axis resolusi atau spatial resolusi) dan pengaruh volume
coveage terhadap kecepatan kinerja.
Slice thickness yang tebal akan menghasilkan contrast resolusi
yang baik (SNR baik), tetapi spatial resolution pada slice
thickness yang tebal akan tereduksi. Bentuk slice sensitivity
profile untuk singel detektor merupakan konsekwensi dari :
terbatasnya lebar dari focal spot, penumbra dari kolimator, faktor
gambaran komputer dari jumlah sudut projeksi yang melingkari
pasien. Pada helical scan meliliki slice sensitivity profile sedilit lebih
luas untuk translasi pasien selama scanning. Pada CT multislice,
slice thickness dari irisan yang ditentukan oleh beam with (BW),
picth dan faktor yang lain seperti bentuk dan lebar dari filter
rekonstruksi pada poros-z. Beam with (BW) masih didefinisikan
pada poros -z pada pusat rotasi tapi pada multislice digunakan
16
untuk empat baris detektor array. Lebar beam with digunakan untuk
empat irisan dan ditentukan oleh precollimator.
Slice thickness merupakan tebalnya irisan atau potongan dari obyek
yang diperiksa. Nilai slice thickness dapat dipilih dari 1-10 mm sesuai
dengan keperluan klinis, pada umumnya ukuran yang tebal akan
menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah, sebaliknya
ukuran yang tipis akan menghasilkan gambaran dengan detail yang
tinggi. Slice thickness berpengaruh secara langsung terhadap
resolusi spasial gambar yang dihasilkan. Resolusi spasial adalah
kemampuan untuk menampakkan organ atau obyek dengan tingkat
kontras yang tinggi. Pada pemeriksaan organ yang berukuran kecil
untuk melihat kelainan patologis yang berukuran kecil digunakan
slice thickness tipis, sedangkan untuk organ yang besar dapat
menggunakan slice thickness yang tebal.
Slice thickness yang semakin tebal maka resolusi kontras suatu
gambar akan semakin meningkat. Sebaliknya semakin tipis slice
thickness yang digunakan maka akan meningkatkan resolusi
spasial. Slice thickness yang tebal akan berdampak pada
munculnya artefak, namun jika menggunakan yang lebih tipis maka
noise akan memberikan pengaruh secara signifikan pada suatu
gambar.
17
Maksimum Intensity Projection merupakan rekonstruksi tiga
dimensi yang digunakan untuk melihat jaringan tubuh sampai
intensitas yang paling maksimum. Sebagai contoh untuk melihat
perdarahan pada jaringan otak.
c. Volume Rendering
Software volume rendering merupakan hasil rekonstruksi tiga
dimensi yang dibuat dari jaringan terdalam sampai dengan
jaringan terluar. Aplikasi software ini digunakan untuk melihat
volume ketika gambar anatomi dibuat dalam sisi potongan yang
berbeda
d. Shaded Surface Display (SSD)
Software shaded surface display merupakan hasil rekonstruksi
tiga dimensi dari bagian luarnya saja. Sebagai contoh pada
penggunaan rekonstruksi tulang, gambaran tulang tampak dalam
tiga dimensi sementara jaringan otak tidak ditampakkan.
e. Multi Planar Volume Rendering (MPVR)
Software Multi Planar Volume Reformating merupakan tampilan
gambar dari multi planar reformat dalam bentuk volume dilihat
dari sisi coronal oblik maupun sagital oblik. Aplikasi software ini
digunakan untuk mengetahui seberapa besar penyudutan
sebagai contoh pada kasus impaksi gigi.
18
penting untuk mempertimbangkan berbagai cara untuk dapat
berbasis pada metode dan konsep fisik yang berbeda. Algoritma ini
19
memberikan kualitas gambar yang lebih baik dengan pengurangan
dan output.
20
Gambar Ilustrasi Grafik dari Proses IR.
a. Input
b. IR Loop
yang diperlukan untuk estimasi objek saat ini. Salah satu tujuan
21
update image adalah untuk meminimalkan perbedaan ini.
data.
c. Output
4. Software CT
1. Nerve marking
Aplikasi software nerve marking digunakan pada pemeriksaan
dental scan untuk melihat identitas nervus sepanjang nervus
canalis. Setelah nervus diidentifikasi kemudian ditunjukkan
pada gambaran panoramik dan irisan melintang. Pengukuran
dengan alat ini dapat mengukur panjang, lebar, kedalaman dan
volume dari yang akan membantu dalam rencana tindakan
bedah.
2. Autobone
Aplikasi software auto bone merupakan software
analisis gambar untuk memfasilitasi kalsifikasi struktur tulang
pada pemeriksaan CT Angiografi.
3. CT Perfusi
Aplikasi software CT perfusi sangat berarti untuk menentukan
gangguan pada perfusi. Aplikasi ini meliputi pemetaan aliran
dan volume darah pada pasien, viewer dan aplikasi tiga
dimensi.
22
4. Smartcore
Aplikasi software smart core digunakan untuk menghitung
volume atau densitas dari area kalsifikasi arteri koronaria.
Penggunaan aplikasismart core ini sangat penting pada
pemeriksaan CT Cardiac.
5. Bone Mineral Densitometry
Software bone mineral densitometry didesain sebagai fasilitas
untuk mengukur densitas mineral dalam body vertebra. Aplikasi
klinisnya untuk mengukur kehilangan mineral tulang pada
pasien dengan resiko osteoporosis dan dapat juga untuk
memonitor respon tindakan terapi.
6. Koreksi noise dan artefak
Aplikasi software koreksi noise digunakan untuk mengurangi
noise yang timbul pada gambar CT Scan. Software koreksi
artefak meliputimotion artifact correction ( MAC) yaitu software
untuk mengurangi artefak yang terjadi pada gerakan misalnya
menelan pada saluran pencernaan dan metal artifact reduction
(MAR) yaitu software untuk mengurangi artefak yang
disebabkan logam yang muncul pada gambar CT Scan.
7. Dental scan (Panoramik dan Cephalometri)
Aplikasi software denta scan digunakan untuk membuat kreasi
secara keseluruhan dengan membandingkan perubahan
penampang aksial, panoramik dan oblik dari tulang mandibula
dan atau tulang maksila. Selain itu juga dapat digunakan untuk
melihat gambaran dua dimensi dari panoramik dan
cephalometri.
8. CT Dose Profil
Aplikasi software pada metode pengukuran profil dosis tidak
menggunakan cara tradisional seperti pengukuran CTDI
dengan menggunakan pencil ionisation chamber namun
merupakan metode pengukuran secara otomatis profil dosis
23
pada scanning spiral maupun aksial. Beberapa parameter yang
dapat dievaluasi dengan menggunakan CT Dose Profil secara
simultan antara lain CTDI scan,Multi Scan Average
Dose (MSAD), CT Beam fluoro dan variasi arus tabung.
24
SEKARANG SAYA TAHU
REFERENSI
25
Brüning, R., A. Küttner, and T. Flohr. 2014. Protocols for Multislice
CT. Berlin: Springer Berlin.
26
MODUL
PARAMETER CT SCAN
i
DAFTAR ISI
ii
TENTANG MODUL INI
1
DESKRIPSI SINGKAT
2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu memahami
parameter sebelum dan sesudah scanning
3
MATERI POKOK
4
PETA KONSEP MODUL
MATERI 1 MATERI 2
Parameter CT Scan Parameter CT Scan
sebelum Pemeriksaan sesudah Pemeriksaan
range Rekonstruksi
mAs
kV
Pitch
Patient Size
Scan Time
5
KEGIATAN BELAJAR
6
Materi Pokok 1
7
Pendahuluan
Penggunaan parameter CT scan yang tepat sebelum dilakukann
pemeriksaan CT Scan diperlukan untuk mendapatkan citra yang
optimal sehingga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa.
Untuk bisa memilih parameter yang akan digunakan, radiografer
harus mengetahui jenis-jenis parameter yang akan digunakan,
sehingga mampu memilih dan menggunakannya dengan tepat.
8
Uraian Materi Pokok 1
1. Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek
yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm- 10 mm sesuai
dengan keperluan klinis. Pada umumnya ukuran yang tebal akan
menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah, sebaliknya ukuran
yang tipis akan menghasilkan gambaran dengan detail yang tinggi. Jika
ketebalan irisan semakin tinggi, maka gambaran akan cenderung
terjadi artefak, dan jika ketebalan irisan semakin tipis, maka gambaran
cenderung akan menjadi noise (Romans, 2011).
Menurut Nagel (2004), slice adalah kemampuan untuk
menggabungkan detektor row dan menggunakan pre dan post patient
kolimasi (Gb.6). Variasi slice kolimasi yaitu 4-5 mm, 4-2½mm, 4-1mm
dan 2 - ½mm untuk desain yang ditunjukkan pada gambar sama
dengan desain yang lainnya. Hal ini penting untuk catatan bahwa slice
thickness merupakan kemampuan untuk membedakan gambaran antar
jaringan selama akuisisi (slice kolimasi). Slice paling tebal dihasilkan
dari data paling tipis selama rekonstruksi. Tetapi jika salah satu slice
kolimasi telah dipilih, maka tidak bisa merekonstruksi potongan yang
lebih tipis lagi.
9
Gambar 1. Definisi slice kombinasi dari row etektor yang
berdekatan dan menggunakan pre- dan post patient collimation
(Nagel, 2004)
Slice thickness berpengaruh terhadap noise dan spasial resolusion .
a. Slice tebal, noise rendah
b. Slice tipis, noise tinggi
c. Slice tebal, resolusi rendah
d. Slice tipis, resolusi tinggi
10
2. Field Of View
Field of View adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan
direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang
12-50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi gambaran
karena dengan FOV yang kecil maka akan mereduksi ukuran pixel
(picture element). Sehingga dalam proses rekonstruksi matriks hasil
gambarannya akan menjadi lebih teliti. Namun jika ukuran FOV terlalu
kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis
menjadi sulit untuk dideteksi (Seeram, 2009)
Field of View FOV kecil akan meningkatkan detail gambar resolusi
karena field of view fov yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel,
sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Field of View
FOV kecil, antara 100 mm sampai dengan 200 mm akan meningkatkan
resolusi sehingga detail gambar dan batas objek akan tampak jelas.
Field of View FOV kecil akan menyebabkan noise meningkat (Nesseth,
2000). Field of View FOV sedang, yaitu 200 mm diharapkan gambar
yang dihasilkan memiliki spasial resolusi yang baik, noise serta artefak
sedikit Genant, 1982. Field of View FOV besar, antara 350 mm sampai
dengan 400 mm akan menghasilkan spasial resolusi yang rendah
karena pixel menjadi besar akibat dilakukannya magnifikasi. Field of
View FOV besar akan menyebabkan noise berkurang dan kontras
resolusi meningkat serta dapat dihindari munculnya streak artifact.
Irisan dari suatu obyek terbagi dalam elemen volume yang kecil yang
disebut dengan “voxel”. Masing-masing voxel memiliki suatu nilai
tertentu yang menyatakan atenuasi rata-rata sinar-X oleh obyek pada
posisi tersebut. Sedangkan elemen gambar dalam bidang 2 dimensi
disebut “pixel”. Satu bagian volume dari gambar yang direkonstruksi
voxel diwakili oleh ukuran pixel di bidang x, y dan ketebalan irisan s
dalam sumbu-z. Teknik rekonstruksi gambar CT kemudian dapat
dilakukan dengan membagi-bagi irisan jaringan yang disinari menjadi
beberapa ”pixel” dimana masing-masing ”pixel” mewakili CT Number -
11
nya masing-masing. Nilai koefisien pelemahan radiasi diukur kemudian
dikodekan dan ditransfer ke komputer. Oleh komputer akan ditampilkan
dalam gambar 2 dimensi yang disebut dengan matriks. Kumpulan CT
Number dari ”pixel-pixel” tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
matriks untuk keperluan rekonstruksi dan penampilan gambar.
3. Range
Adalah perpaduan/kombinasi dari beberapa slice thickness.
Pemanfaatan range untuk mendapatkan ketebalan irisan yang
berbeda pada satu lapangan pemeriksaan. Sebagai contoh untuk CT-
Scan kepala, range yang digunakan adalah dua. Range pertama lebih
tipis dari range kedua. Range pertama meliputi irisan dari basis cranii
hingga pars petrosum dan range kedua dari pars petrosum hingga
verteks.
12
4. mAs
Arus tabung (mA) yaitu kuat lemahnya arus yang dihasilkan sinar-X,
apabila arus tabung besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin
besar.
Waktu (s) yaitu lamanya waktu eksposi, sangat berpengaruh terhadap
jumlah elektron. mAs berpengaruh terhadap jumlah
elektron dan kuantitas sinar-X.
mAs merupakan kuantitas sinar x yang digunakan dalam melakukan
scanning suatu objek. Tujuan pemilihan mAs adalah untuk
menghasilkan resolusi gambar. mAs makin tinggi noise akan
berkurang, demikian sebaliknya bila mAs makin kecil maka noise akan
semakin bertambah.
13
5. kV
kV Relative Dose
140 100%
120 58%
80 12%
140 kV 80 kV
Gambar 4. Perbedaan penggunaan kV
14
Contoh penggunaan kV:
1. Daya tembus
objek
2. Mengurangi Shoulder
gangguan pada Pemberian 137 kV Spine
fixel Pelvis
3. Mengurangi Lung
artefact beam
hardening
Standar Pada
Resolusi Soft Pemberian 120 kV Semua
Tissue yang baik Pemeriksaan
6. Pitch
Pitch adalah pergerakan meja pasien per rotasi dibagi slice
thickness. Pitch berpengaruh pada kualitas gambaran dan volume
gambaran. Pitch yang tinggi akan meningkatkan volume gambaran
karena berpengaruh pada resolusi gambar sepanjang z-axis (Romans,
2011).
15
7. Patient Size
Patient size berpengaruh terhadap atenuasi sinar x, setiap
pertambahan obyek setebal 4 cm maka atenuasi akan bertambah 50
% dan akan berpengaruh pada pixel noise.
45 cm 28,8 cm
8. Scan Time
Scan time berpengaruh terhadap mereduksi artifact akibat
pergerakan objek. Waktu ↓ motion artifak ↓
16
Gambar 6. Pengaruh Scan Time dengan artefak
17
Materi Pokok 2
Parameter CT Scan
Sesudah Pemeriksaan
18
Pendahuluan
Penggunaan parameter CT scan yang tepat sesudah dilakukann
pemeriksaan CT Scan atau disebut post processing diperlukan untuk
mendapatkan citra yang optimal sehingga dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosa. Untuk bisa memilih parameter yang akan
digunakan, radiografer harus mengetahui jenis-jenis parameter yang
akan digunakan, sehingga mampu memilih dan menggunakannya
dengan tepat dalam memroses data untuk menjadi sebuah citra.
19
Uraian Materi Pokok 2
1. Algotima
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur metematis (algorithma)
yamg digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan
karakteristik dari gambar CT Scan tergantung pada kuatnya algorithma
yang dipilih. Sebagian besar CT Scan sudah memiliki standar
algorithma tertentu. Semakin tinggi resolusi algorithma yang dipilih
maka semakin tinggi pula resolusi gambar yang akan dihasilkan.
Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue
dan jaringan-jaringan yang lain dapat dibedakan dengan jelas pada
layar monitor.Pengaturan atau pemilihan algoritma tidak berpengaruh
secara langsung terhadap dosis radiasi, tetapi berpengaruh
terhadap noise dan spatial resolution.
Parameter Algorithma mempengaruhi citra yang baik pada level
noise yang tinggi. Smoothing algorithm, menghasilkan level noise
yang rendah akan menghasilkan gambaran kurang baik. Algoritma
pada image yaitu matriks kecil yang digunakan untuk menerapkan
efek kabur dan sharpen. Pada CT Scan, rekonstruksi kernel disebut
juga sebagai algoritma atau filter oleh beberapa vendor CT.
Rekonstruksi algoritma merupakan salah satu parameter yang paling
penting dan menentukan kualitas suatu citra radiograf. Secara umum
20
ada perbedaan antara resolusi spasial dan noise untuk masing-
masing algoritma. Algoritma smooth akan menghasilkan gambar
dengan noise yang lebih rendah tetapi resolusi spasialnya
berkurang. Algoritma sharp menghasilkan gambar dengan resolusi
spasial lebih tinggi namun juga meningkatkan noise.
Penggunaan rekonstruksi algoritma harus disesuaikan dengan
klinis yang akan dinilai. Pada kasus penilaian otak atau tumor hati
digunakan algoritma smooth untuk mengurangi noise dan
meningkatkan pendeteksian kontras rendah dengan dosis radiasi
tinggi. Sementara itu, algoritma sharp digunakan untuk menilai struktur
tulang untuk memperoleh spasial resolusi yang baik dengan dosis
radiasi yang lebih rendah karena kontras tinggi melekat pada
struktur tulang.
Parameter lainnya yang mempengaruhi rekonstruksi adalah
slice thickness yang mengontrol resolusi spasial dalam arah
longitudinal dan mempengaruhi resolusi, noise serta dosis radiasi.
Operator CT Scan mempunyai tanggung jawab untuk memilih antar
rekonstruksi kernel dan ketebalan irisan yang paling tepat pada
tiap aplikasi klinis sehingga dosis radiasi dapat diturunkan namun
kualitas gambar yang diperoleh optimal.
Ada 3 rekonstruksi dasar algoritma yang digunakan, yaitu:
1. Algoritma Standar
Standar algoritma menyediakan resolusi kontras yang baik dan
oleh karenanya dijadikan pilihan pada pemeriksaan brain.
Rekonstruksi algoritma ini juga berguna untuk soft tissue pada
kepala, wajah dan tulang belakang.
2. Bone Algoritma
Bone algoritma membantu meningkatkan spatial resolusi
tetapi menghasilkan resolusi kontras yang buruk. Sehingga
hanya digunakan pada area dengan densitas jaringan yang tinggi
seperti sinus paranasal atau tulang temporal.
21
3. Detail Algoritma
Detail algoritma memberikan cukup resolusi kontras dengan
batas tepi yang baik sehingga dapat digunakan untuk
memperoleh definsi yang lebih baik antar jaringan terutama pada
leher dan wajah.
Tiap pesawat CT Scan mempunyai variasi dan satuan
rekonstruksi algoritma yang berbeda tergantung pada merk dari
pabrikan. Pada MSCT Phillips 16 slice pilihan variasi rekonstruksi
algoritma adalah Smooth A (SA) yaitu smooth, Smooth B (SB)
dengan karakter medium smooth, serta Smooth C (SC) dengan
karakter sharp untuk menilai shoft tissue, sedangkan untuk
melihat bone window menggunakan variasi Enhance A (EA),
Enhance B (EB), dan Enhance C (EC) dengan gradasi dari A ke C
gambar semakin tajam. Semakin shoft atau smooth citra anatomi
gambar CT Scan maka ketajaman semakin berkurang namun
noisenya akan semakin rendah demikian pula sebaliknya, semakin
sharp maka gambar semakin tajam namun noisenya akan semakin
tinggi.
Soft High
22
2. Window Setting
a. Window width
23
1000 HU. Diantara rentang tersebut merupakan jaringan atau
substansi lain dengan nilai yang berbeda-beda pula
tergantung pada tingkat perlemahannya. Dengan demikian
maka, penampakan tulang dalam layer monitor menjadi putih
dan penampakan udara hitam. Jaringan dan substansi lain
akan dikonversi menjadi warna abu-abu yang bertingkat yang
disebut gray scale. Khusus untuk darah yang semula dalam
penempakannya berwarna abu-abu dapat menjadi putih jika
diberi media kontras iodine.
b. Window Level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan
untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung
pada karakteristik perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa.
Window level ini menentukan densitas gambar yang akan
dihasilkan.
24
Gambar 9. Windowing citra CT Scan
3. Rekonstruksi
Proses rekonstruksi citra pada CT Scan adalah proses dimana
melibatkan beberapa jenis algoritma yang mengolah data nilai koefisian
attenuasi linier dari jaringan tubuh pasien (objek). Pada CT Scan
generasi-generasi pertama ada dua macam proses rekonstruksi
proyeksi algoritma interative. Algoritma Filtered Back Projection(FBP)
telah menjadi rekonstruksi algoritma utama dalam CT. Akan tetapi,
penggunaan FBP masih kurang efektif karena menghasilkan cukup
banyak noise dan meningkatkan dosis radiasi pada pasien. Oleh
karena itu, dibutuhkan algoritma lain yang mampu menghasilkan
citra dengan kualitas yang baik dengan tetap memperhatikan
pengurangan dosis radiasi. Baru-baru ini algoritma Iterative
Reconstructionc(IR) telah dikembangkan untuk mengurangi noise
pada gambar saat menggunakan faktor eksposi yang lebih
rendah, dan pada saat yang sama akan meningkatkan kualitas
gambar dan mengurangi artefak dengan adanya implan logam, efek
beam hardening, dan photon starvation.cAda beberapa algoritma IR
yang tersedia dari produsen CT, berbasis pada metode dan konsep
fisik yang berbeda. Algoritma ini dibagi menjadi tiga kategori:
a. Iterative methods without modelling
b. Statistical methods with modelling of photon counting statistics
25
c. Model-based methods that exceed statistical modeling
Terdapat beberapa algoritma IR yang tersedia dari produsen CT,
seperti GE Healthcare, Siemens, Philips Healthcare, dan Toshiba
Medical. Setiap vendor menawarkan algoritma IR dengan memberikan
kualitas gambar yang lebih baik dengan pengurangan noise pada
pencitraan CT dengandosis rendah dibandingkan dengan algoritma
FBP. Berikut merupakan tabel 2 berisi daftar algoritma IR dari
beberapa vendor CT:
Tabel 2.Algoritma IR dari beberapa produsen CT
CT Vendor Algoritma IR Akronim
GE Healthcare Adaptive Statistical Iterative ASIR
Reconstruction
Veo Model Based Iterative Veo (MBIR)
Reconstruction
ASIR-V ASIR-V
Siemens Image Reconstruction in Image IRIS
Healthcare Space
Sinogram SAFIRE
-
Affirmed Image Reconstruction
Advanced Modeled Iterative R ADMIRE
econstruction
26
Gambar 10. Ilustrasi Grafik dari Proses IR.
a. Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari
pixel dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi
matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam memori
komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada
umumnya matriks yang digunakan berukuran 512 x 512 yaitu 512
baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks ini berpegaruhterhadap
resolusi gambar yang akan dihasilkan. Semakin tinggi matriks yang
dipakai maka semakin tinggi resolusi yang akan dihasilkan.
b. Rekonstruksi Algoritma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis
(algorithma) yang digunakan dalam merekonstruksi gambar.
Penampakan dan karakteristik dari gambar MSCT tergantung
pada kuatnya algorithma yang dipilih. Sebagian besar MSCT
sudah memiliki standar algorithma tertentu. Semakin tinggi
resolusi algorithma yang dipilih maka semakin tinggi pula resolusi
gambar yang akan dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka
27
gambaran seperti tulang, soft tissue dan jaringan-jaringan yang
lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.
c. Rekonstruksi Increment
Increment adalah jarak antara image rekonstruksi dalam
arah z direction. Ketika memilih increment yang lebih kecil dari
pada slice thickness, akan membentuk potongan yang
overlapping. Teknik ini berguna untuk mengurangi pengaruh partial
volume, memberi detail anatomi yang bagus dan kualitas 2D dan
3D post processing yang tinggi. Rekonstruksi Increment
merupakan jarak antara citra-citra terekontruksi pada arah-z yang
menjelaskan mengenai derajat tumpukan antara citra-citra axial.
Rekonstruksi Increment tidakterikat pada kolimasi berkas sinar-X
dan tidak berefek pada waktu scan atau eksposi pada pasien.
Ketika rekontruksi interval lebih kecil daripada ketebalan irisan,
volume partial dan meningkatnya resolusi citra pada sumbu-z
khususnya untuk citra rekontruksi MPR.
Rekonstruksi Increment yang kecil mempunyai keuntungan
yaitu mampu meningkatkan kualitas citra pada multiplanar
reformation dan mendeteksi tumor kecil. Pada helical CT,
rekonstruksi increment dapat dilakukan tanpa menambah dosis
pasien, dibandingkan dengan konvensional CT. Praktik klinik
menunjukan bahwa terdapat peningkatan deteksi tumor sebesar
10% dengan menggunakan overlaping 50% sebanding dengan
increment yang berimpit. Ketika menggunakan overlaping 50%,
33% tumor lebih dapat diidentifikasikan dengan baik. Sedangkan
pada increment yang tidak berimpit, tumor yang kecil tidak dapat
dievaluasi dengan baik karena kurangnya data volume
28
Gambar 11. Ilustrasi pada tumor liver dengan increment berimpitdan
overlap 50%
0 mm 4 mm 8mm
Gambar 12 Rekontruksi increment
29
dalam potongan pertama 8 mm, dimulai pada posisi 0.
rekonstruksi yang diawali pada posisi 4 mm dan memperpanjang
selama 8 mm akan berisi seluruh volume lesi, dengan volume
kurang secara parsial rata-rata. Penting untuk dicatat,
bagaimanapun, bahwa rekontruksi yang diperoleh setiap 4 mm
masih tebal 8 mm. menggunakan pendekatan ini, conspicuity lesi
kecil dapat ditingkatkan dengan memusatkan lesi dalam interval
slice.
30
b. Maximum Intensity Projection (MIP)
Teknik ini memanfaatkan rekonstruksi pixel yang paling
terang yang dipetakan dalam gambar skala abu-abu. Teknik MIP
biasa digunakan pada CT angiografi untuk mengevaluasi gambar
pembuluh darah
31
d. Volume Rendering Technique (VRT)
Teknik ini melibatkan seluruh data volume pada masing-
masing voxel.Pada teknik ini memiliki rentang yang lebih lebar dari
permukaan jaringan yang dapat menggambarkan hubungan
anatomi antara pembuluh darah dan atau permukaan viscera
secara akurat.
32
REFERENSI
1. Brüning, R., A. Küttner, and T. Flohr. 2014. Protocols for Multislice CT.
Berlin: Springer Berlin.
33
MODUL
PEMERIKSAAN CT SCAN BRAIN
TANPA KONTRAS
i
DAFTAR ISI
ii
TENTANG MODUL INI
1
DESKRIPSI SINGKAT
2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu pemeriksaan
CT Scan brain tanpa kontras.
MATERI POKOK
3
PETA KONSEP MODUL
MATERI 1 MATERI 2
Tahap persiapan Teknik pemeriksaan CT Scan
pemeriksaan CT Scan Brain Brain tanpa kontras.
tanpa kontras.
bahan
Identifikasi kualitas
citra
Pengukuran volume
perdarahan pada otak
4
KEGIATAN BELAJAR
5
Materi Pokok 1
6
Pendahuluan
Sebelum pemeriksaan CT Scan Brain tanpa kontras diperlukan
persiapan sebelum pemeriksaan, diantaranya persiapan alat,
persiapan pasien, dan persiapan ruangan pemeriksaan. Persiapan
dilakukan supaya pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar dan
dapat menghasilkan yang optimal dalam menegakkan diagnosis.
7
Uraian Materi Pokok 1
1. Identifikasi Pasien
Meskipun data pasien sudah terekam dalam computer CT Scan,
sebaiknya disediakan log book sebagai back up data pasien serta
keterangan-keterangan penting lainnya yang tidak mungkin dapat
ditulis dalam computer CT Scan dan terbatasnya kapasitas menyimpan
yang dimiliki oleh computer CT Scan. Hal-hal yang perlu dicatat
diantaranya informasi identitas pasien, media kontras yang digunakan,
jenis pemeriksaan dan kejadian-kejadian penting berkenaan dengan
pemeriksaan. Kegiatan ini penting terutama untuk melihat informasi
tentang pasien sebelum melakukan pemeriksaan, khususnya jika
sebelumnya sudah pernah dilakukan scan dengan radiographer yang
mengerjakan berbeda dengan radiographer yang akan melakukan scan
ulangan. Jika jalannya pemeriksaan terekam dengan jelas maka
radiographer yang akan melakukan scan ulangan akan mendapatkan
informasi yang mungkin berpengaruh terhadap scan parameter.
2. Persiapan Pasien
a. Pasien yang non kooperatif, gelisah, diberikan strap agar tenang.
8
Asesoris pasien yang dapat menimbulkan artefak pada gambar
dilepas, seperti anting-anting,penjepit rambut, dan lain sebagainya.
b. Mengidentifikasi dan mengevaluasi medical record
Pada kategori ini radiographer harus mendapatkan informasi
tentang kebutuhanpemeriksaan dan alasan dilakukannya
pemeriksaan. Kemudian pada saat pasien datang, check pasien
tentang kondisinya secara umum. Kontak dokter pengirim bila ada
sesuatu yang mengakibatkan pemeriksaan tidak diperbolehkan
dilakukan atau harus ditunda.
c. Mendokumentasi Riwayat Pasien
Untuk memudahkan mengungkap riwayat penyakit yang diderita
oleh pasien, maka diperlukan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Hal ini sangat membantu menghindari
terutama jika ada pertanyaan yang terlewat. Daftar pertanyaan
dapat dibuat dalam daftar sederhana, mudah dan kemudian
ditempatkan dekat console sehingga siapa saja radiografernya,
pertanyaan yang diajukan selalu sama dan berurutan. Diantaranya:
identitas pasien, riwayat penyakit, operasi dan pengobatan yang
pernah dijalani dan informasi tentang riwayat alergi.
d. Pengamatan Pasien Selama Pemeriksaan
Sangat penting untuk memberikan pengertian kepada pasien
bahwa dia akan dimonitor selama pemeriksaan berlangsung baik
visual maupun verbal. Secara visual dapat melalui kaca yang
menghubungkan ruang pemeriksaan dengan console atau melalui
monitor video kamera.
Sedangkan secara verbal dapat memanfaatkan fasilitas interphone
dari ruang console. Dengan memonitor kondisi pasien maka
manfaat yang diperoleh antara lain pasien akan merasa tenang dan
nyaman selama pemeriksaan, radiographer dapat melakukan
tindakan langsung seperti menghentikan pemeriksaan misalnya jika
9
ada sesuatu terhadap pasien yang menyebabkan gambaran yang
muncul terlihat banyak artefak akibat pergerakan pasien. Selain
meyakinkan kepada pasien akan hal tersebut diatas, radiographer
harus selalu berkomunikasi dengan pasien selama pemeriksaan
berlangsung, tetapi jangan sampai menimbulkan pergerakan dari
pasien.
e. Safety Screening dan Pendidikan kepada Pasien
Pada kategori ini radiographer harus melakukan tahapan
screening terhadap pasien seperti menanyakan apakah pasien
sedang hamil terutama untuk pasien wanita dewasa. Untuk
menghasilkan kualitas gambar yang optimal, pasien harus
diberikan penjelasan diantaranya alasan dilakukannya
pemeriksaan, prosedur pemeriksaan.
10
SEKARANG SAYA TAHU
Tahap persiapan pemeriksaan CT Scan Brain tanpa kontras. ada
beberapa yaitu: Identifikasi pasien, Persiapan pasien, Persiapan Alat
dan bahan.
11
Materi Pokok 2
12
Pendahuluan
Teknik pemeriksaan CT Scan brain tanpa kontras adalah metode
pencitraan tomografi terkomputasi menggunakan sinar-X untuk
mendapatkan gambar tiga dimensi dari tengkorak, otak, dan bagian
terkait lain dari kepala. Pemeriksaan CT Scxan Brain membutuhkan
Teknik pemeriksaan yang tepat untuk mendapatkan hasil yang
optimal dan dapat menegakkan diagnose dengan akurat.
13
Uraian Materi Pokok 2
1. Posisi Pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat
dengan gantry. Posisi ini sangat tergantung obyek yang akan
diperiksa. Perlu diperhatikan saat memindahkan pasien dari brankard
atau kursi roda ke atas meja pemeriksaan dengan hati-hati dan benar.
Radiografer juga harus memposisikan pasien senyaman mungkin di
atas meja pemeriksaan sehingga selama pemeriksaan berlangsung
pasien tidak akan gelisah dan merasa tidak nyaman. Berikan selimut
mengingat ruangan pemeriksaan dingin ber AC. Untuk menghindari
kemungkinan pergerakan selama pemeriksaan, radiographer juga
harus memanfaatkan kelengkapan fiksasi yang ada seperti head
clamp, straps, dan lain-lain
2. Posisi Obyek
Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head holder. Kepala diposisikan
sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indikator
longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu indikator
horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping
tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien
sebaiknya difikasasi dengan sabuk khusus pada head holder dan
14
meja pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan
pasien. Pastikan pasien tersebut tidak berrotasi atau miring. Atur meja
pemeriksaan sehingga coronal alignment light tepat berada pada
pertengahan midcoronal plane. Lakukan topogram. Tentukan lokasi
scan dari basis cranii ke vertex. Sudut gantry disesuaikan dengan
basis cranii (tulang occipital) (foramen magnum) dan tulang frontal
(roof of orbit).
3. Teknik Scanning
Protokol merupakan hasil kolaborasi antara radiografer, radiolog dan
manufacturer. Protokol idenya adalah untuk menghasilkan kualitas
gambar yang optimal dengan radiasi seminimal mungkin. Protokol
harus mengakomodir kondisi pasien, anatomi interest dan artifact
yang muncul. Sebagai contoh, pasien dalam kondisi kurang tenang,
scan harus dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi terjadinya
motion artifact.
Atau pasien memiliki unsur logam yang bisa memunculkan streak
artefact, misal tambalan gigi. Maka pada saat scan sebagai contoh
coronal face bone, pengaturan scanogram harus tepat. Sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa radiographer harus mampu
15
melakukan manipulasi scan parameter dari protocol pemeriksaan
yang sudah ada. Parameter Teknik Ct Scan brain tanpa kontras
sebagai berikut.
b. Area scanning :
c. FOV : 250
d. Slice thickness : 5 mm
16
dengan batas atas atau end scan huruf 2 yang ada pada gambar yaitu
vertex.
17
4. Identifikasi kualitas citra
a. Print out film kasus stroke 1 lembar menggunakan window width
dan window level kondisi brain.
b. Tambahan film bisa digunakan untuk menampilkan gambaran
SPN apabila terdapat kelainan.
5. Pengukuran volume perdarahan pada otak
Pengukuran volume perdarahan pada otak dapat dilakukan dengan
cara automatic atau manual
18
Kemudian ditentukan rentang HU dengan kisaran 50 – 90. Dan
selanjutnya mulai penghitungan (start evaluation).
Volume = AXBxC
2
Ket : A : diameter panjang perdarahan.
B : diameter lebar perdarahan.
C : Tebal perdarahan
19
thickness (5mm=0.5cm) dan banyaknya potongan axial yang
terdapat perdarahan.
20
REFERENSI
21
MODUL
PEMERIKSAAN CT SCAN THORAX
TANPA KONTRAS
i
DAFTAR ISI
ii
TENTANG MODUL INI
1
DESKRIPSI SINGKAT
2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu pemeriksaan
CT Scan thorax tanpa kontras.
MATERI POKOK
3
PETA KONSEP MODUL
MATERI 1 MATERI 2
Tahap persiapan Teknik pemeriksaan CT Scan
pemeriksaan CT Scan Thorax tanpa kontras.
Thorax tanpa kontras.
bahan thorax
Identifikasi kualitas
citra
4
KEGIATAN BELAJAR
5
Materi Pokok 1
6
Pendahuluan
Sebelum pemeriksaan CT Scan thorax tanpa kontras diperlukan
persiapan sebelum pemeriksaan, diantaranya persiapan alat,
persiapan pasien, dan persiapan ruangan pemeriksaan. Persiapan
dilakukan supaya pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar dan
dapat menghasilkan informasi citra yang optimal dalam menegakkan
diagnosis.
7
Uraian Materi Pokok 1
1. Identifikasi Pasien
Meskipun data pasien sudah terekam dalam computer CT Scan,
sebaiknya disediakan log book sebagai back up data pasien serta
keterangan-keterangan penting lainnya yang tidak mungkin dapat
ditulis dalam computer CT Scan dan terbatasnya kapasitas menyimpan
yang dimiliki oleh computer CT Scan. Hal-hal yang perlu dicatat
diantaranya informasi identitas pasien, media kontras yang digunakan,
jenis pemeriksaan dan kejadian-kejadian penting berkenaan dengan
pemeriksaan. Kegiatan ini penting terutama untuk melihat informasi
tentang pasien sebelum melakukan pemeriksaan, khususnya jika
sebelumnya sudah pernah dilakukan scan dengan radiographer yang
mengerjakan berbeda dengan radiographer yang akan melakukan scan
ulangan. Jika jalannya pemeriksaan terekam dengan jelas maka
radiographer yang akan melakukan scan ulangan akan mendapatkan
informasi yang mungkin berpengaruh terhadap scan parameter.
2. Persiapan Pasien
a. Pasien yang non kooperatif, gelisah, diberikan strap agar tenang.
Asesoris pasien yang dapat menimbulkan artefak pada gambar
8
dilepas.
b. Mengidentifikasi dan mengevaluasi medical record
Pada kategori ini radiographer harus mendapatkan informasi
tentang kebutuhan pemeriksaan dan alasan dilakukannya
pemeriksaan. Kemudian pada saat pasien datang, check pasien
tentang kondisinya secara umum. Kontak dokter pengirim bila ada
sesuatu yang mengakibatkan pemeriksaan tidak diperbolehkan
dilakukan atau harus ditunda.
c. Mendokumentasi Riwayat Pasien
Untuk memudahkan mengungkap riwayat penyakit yang diderita
oleh pasien, maka diperlukan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Hal ini sangat membantu menghindari
terutama jika ada pertanyaan yang terlewat. Daftar pertanyaan
dapat dibuat dalam daftar sederhana, mudah dan kemudian
ditempatkan dekat console sehingga siapa saja radiografernya,
pertanyaan yang diajukan selalu sama dan berurutan. Diantaranya:
identitas pasien, riwayat penyakit, operasi dan pengobatan yang
pernah dijalani dan informasi tentang riwayat alergi.
d. Pengamatan Pasien Selama Pemeriksaan
Sangat penting untuk memberikan pengertian kepada pasien
bahwa dia akan dimonitor selama pemeriksaan berlangsung baik
visual maupun verbal. Secara visual dapat melalui kaca yang
menghubungkan ruang pemeriksaan dengan console atau melalui
monitor video kamera.
Sedangkan secara verbal dapat memanfaatkan fasilitas interphone
dari ruang console. Dengan memonitor kondisi pasien maka
manfaat yang diperoleh antara lain pasien akan merasa tenang dan
nyaman selama pemeriksaan, radiographer dapat melakukan
tindakan langsung seperti menghentikan pemeriksaan misalnya jika
ada sesuatu terhadap pasien yang menyebabkan gambaran yang
9
muncul terlihat banyak artefak akibat pergerakan pasien. Selain
meyakinkan kepada pasien akan hal tersebut diatas, radiographer
harus selalu berkomunikasi dengan pasien selama pemeriksaan
berlangsung, tetapi jangan sampai menimbulkan pergerakan dari
pasien.
e. Safety Screening kepada Pasien
Pada kategori ini radiographer harus melakukan tahapan
screening terhadap pasien seperti menanyakan apakah pasien
sedang hamil terutama untuk pasien wanita dewasa. Untuk
menghasilkan kualitas gambar yang optimal, pasien harus
diberikan penjelasan diantaranya alasan dilakukannya
pemeriksaan, prosedur pemeriksaan.
3. Persiapan alat
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan CT Scan brain tanpa kontras,
yaitu : Pesawat CT Scan, selimut, body clamb, tabung oksigen.
Selain persiapan alat, kita juga harus melakukan persiapan ruangan
pemeriksaan. Pada saat mempersiapkan ruangan pemeriksaan,
checking kelengkapan peralatan setiap hari sebelum pasien pertama
datang harus dilakukan. Segera lengkapi peralatan sebelum pasien
pertama datang. Hal ini penting untuk menekan waktu atau
efisiensi waktu pemeriksaan. Radiografer harus mampu mengatur
ruangan dengan menempatkan peralatan-peralatan yang tepat, mudah
dijangkau untuk peralatan yang rutin dibutuhkan setiap pemeriksaan
dan menempatkan peralatan lainnya untuk tidak mengganggu
jalannya pemeriksaan. Perlu diingat bahwa peralatan tidak tersimpan
berpindah-pindah tiap harinya sehingga siapapun radiographer yang
bertugas dengan mudah mendapatkan peralatan yang diinginkan tanpa
harus terlebih dahulu mencari-cari.
10
SEKARANG SAYA TAHU
Tahap persiapan pemeriksaan CT Scan thorax tanpa kontras. ada
beberapa yaitu: Identifikasi pasien, Persiapan pasien, Persiapan Alat
dan bahan.
11
Materi Pokok 2
Teknik Pemeriksaan CT Scan Thorax
Tanpa Kontras
12
Pendahuluan
Thorax merupakan suatu rongga yang berbentuk kerucut yang
dibatasi oleh tulang sejati dan tulang rawan. Pada bagian inferior
lebih lebar daripada bagian superior dan pada bagian posterior lebih
Panjang daripada bagian anterior. Pada rongga thorax terdapat
beberapa organ yang terdiri dari trakea, bronkus, paru-paru, jantung,
dan diafragma yang memiliki densitas dan kontras yang berbeda.
Teknik pemeriksaan CT Scan thorax tanpa kontras adalah metode
pencitraan tomografi terkomputasi menggunakan sinar-X untuk
mendapatkan gambar tiga dimensi dari thorax. Pemeriksaan CT
Scan thorax membutuhkan Teknik pemeriksaan yang tepat untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan dapat menegakkan diagnosis
dengan akurat.
13
Uraian Materi Pokok 2
1. Posisioning pasien
Dalam melakukan posisioning pasien, radiographer harus
mampu menempatkan pasien di atas meja pemeriksaan setepat
mungkin, kepala atau kaki terlebih dahulu yang masuk ke dalam
gantry. Terlentang di atas meja pemeriksaan. Posisi ini sangat
tergantung obyek yang akan diperiksa. Perlu juga melakukan
pemindahan pasien dari brankard atau kursi roda ke atas meja
pemeriksaan dengan hati-hati dan benar.
2. Posisioning obyek
Radiografer juga harus memposisikan pasien senyaman mungkin
di atas meja pemeriksaan sehingga selama pemeriksaan berlangsung
pasien tidak akan gelisah dan merasa tidak nyaman. Berikan selimut
mengingat ruangan pemeriksaan dingin ber AC. Untuk menghindari
kemungkinan pergerakan selama pemeriksaan, radiographer juga
harus memanfaatkan kelengkapan fiksasi yang ada.
Posisi pasien pemeriksaan CT Scan thorax adalah tidur
terlentang diatas meja pemeriksaan. kaki dekat gantry (feet first) atau
14
kepala dekat gantry (head first), kedua tangan di atas kepala, pasien
diberi selimut untuk kenyaman pasien, informasikan kepada pasien
agar tidak goyang dan rileks semaksimal mungkin agar pemeriksaan
dapat berjalan dengan lancar. Pastikan pasien tersebut tidak berrotasi
atau miring. Atur meja pemeriksaan sehingga coronal alignment light
tepat berada pada pertengahan midcoronal plane. Lakukan topogram.
Tentukan lokasi scan dari Apex paru hingga diaphragma.
15
3. Teknik scanning
Protokol merupakan hasil kolaborasi antara radiografer,
radiolog dan manufacturer. Protokol idenya adalah untuk
menghasilkan kualitas gambar yang optimal dengan radiasi seminimal
mungkin. Protokol harus mengakomodir kondisi pasien, anatomi
interest dan artifact yang muncul. Sebagai contoh, pasien dalam
kondisi kurang tenang, scan harus dilakukan secepat mungkin untuk
mengurangi terjadinya motion artifact. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa radiographer harus mampu melakukan manipulasi
scan parameter dari protocol pemeriksaan yang sudah ada.
Parameter Teknik CT Scan thorax tanpa kontras sebagai berikut;
a. Scanning area : Dari atas apex paru sampai ke bawah
kelenjar adrenal
b. Slice thickness : 5mm
c. Kv : 120
d. mAs : 100 (auto)
e. FOV : Thorax margin
f. Gantry Tilt :0
g. Scanogram : AP dan lateral
h. WW : 1000 HU – 2000 HU
i. WL : -600 - -700 HU
16
b. Slice Thickness.
1) Ukuran yg tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail
yang rendah, sebaliknya.
2) Jika ketebalan terlalu tinggi akan timbul artefak dan jika terlalu
tipis akan terjadi noise
c. Field of View (FOV).
FOV adalah diameter maksimah gambaran yg direkonstruksi. FOV
yg kecil, meningkatkan resolusi.
d. Windowing
1) Window Width adalah rentang nilai CT Number yang
dikonversi menjadi grey level, Window width pada
pemeriksaan CT Scan Thorak yaitu 1000 HU- 2000 HU.
2) Window Level adalah nilai tengah dari window yang
digunakan untuk menampilkan gambaran yang direkontruksi.
Window level menentukan densitas gambar yang akan dihasil
kan Window level pada pemeriksaan CT Scan Thorak yaitu -
600 HU- 700 HU.
17
instruksi yang harus dilakukan pasien atau pengantar pasien setelah
pemeriksaan selesai.
18
REFERENSI
19
MODUL
PEMERIKSAAN CT SCAN ABDOMEN
TANPA KONTRAS
i
DAFTAR ISI
ii
TENTANG MODUL INI
1
DESKRIPSI SINGKAT
2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu pemeriksaan
CT Scan abdomen tanpa kontras.
MATERI POKOK
3
PETA KONSEP MODUL
MATERI 1 MATERI 2
Tahap persiapan Teknik pemeriksaan CT Scan
pemeriksaan CT Scan Abdomen tanpa kontras.
Abdomen tanpa kontras.
bahan thorax
Identifikasi kualitas
citra
4
KEGIATAN BELAJAR
5
Materi Pokok 1
6
Pendahuluan
Sebelum pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa kontras diperlukan
persiapan sebelum pemeriksaan, diantaranya persiapan alat,
persiapan pasien, dan persiapan ruangan pemeriksaan. Persiapan
dilakukan supaya pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar dan
dapat menghasilkan informasi citra yang optimal dalam menegakkan
diagnosis.
7
Uraian Materi Pokok 1
1. Identifikasi Pasien
Meskipun data pasien sudah terekam dalam computer CT Scan,
sebaiknya disediakan log book sebagai back up data pasien serta
keterangan-keterangan penting lainnya yang tidak mungkin dapat
ditulis dalam computer CT Scan dan terbatasnya kapasitas menyimpan
yang dimiliki oleh computer CT Scan. Hal-hal yang perlu dicatat
diantaranya informasi identitas pasien, media kontras yang digunakan,
jenis pemeriksaan dan kejadian-kejadian penting berkenaan dengan
pemeriksaan. Kegiatan ini penting terutama untuk melihat informasi
tentang pasien sebelum melakukan pemeriksaan, khususnya jika
sebelumnya sudah pernah dilakukan scan dengan radiographer yang
mengerjakan berbeda dengan radiographer yang akan melakukan scan
ulangan. Jika jalannya pemeriksaan terekam dengan jelas maka
radiographer yang akan melakukan scan ulangan akan mendapatkan
informasi yang mungkin berpengaruh terhadap scan parameter.
8
2. Persiapan Pasien
a. Pasien yang non kooperatif, gelisah, diberikan strap agar tenang.
Asesoris pasien yang dapat menimbulkan artefak pada gambar
dilepas.
b. Mengidentifikasi dan mengevaluasi medical record
Pada kategori ini radiographer harus mendapatkan informasi
tentang kebutuhan pemeriksaan dan alasan dilakukannya
pemeriksaan. Kemudian pada saat pasien datang, check pasien
tentang kondisinya secara umum. Kontak dokter pengirim bila ada
sesuatu yang mengakibatkan pemeriksaan tidak diperbolehkan
dilakukan atau harus ditunda.
c. Mendokumentasi Riwayat Pasien
Untuk memudahkan mengungkap riwayat penyakit yang diderita
oleh pasien, maka diperlukan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Hal ini sangat membantu menghindari
terutama jika ada pertanyaan yang terlewat. Daftar pertanyaan
dapat dibuat dalam daftar sederhana, mudah dan kemudian
ditempatkan dekat console sehingga siapa saja radiografernya,
pertanyaan yang diajukan selalu sama dan berurutan. Diantaranya:
identitas pasien, riwayat penyakit, operasi dan pengobatan yang
pernah dijalani dan informasi tentang riwayat alergi.
d. Pengamatan Pasien Selama Pemeriksaan
Sangat penting untuk memberikan pengertian kepada pasien
bahwa dia akan dimonitor selama pemeriksaan berlangsung baik
visual maupun verbal. Secara visual dapat melalui kaca yang
menghubungkan ruang pemeriksaan dengan console atau melalui
monitor video kamera.
Sedangkan secara verbal dapat memanfaatkan fasilitas interphone
dari ruang console. Dengan memonitor kondisi pasien maka
9
manfaat yang diperoleh antara lain pasien akan merasa tenang dan
nyaman selama pemeriksaan, radiographer dapat melakukan
tindakan langsung seperti menghentikan pemeriksaan misalnya jika
ada sesuatu terhadap pasien yang menyebabkan gambaran yang
muncul terlihat banyak artefak akibat pergerakan pasien. Selain
meyakinkan kepada pasien akan hal tersebut diatas, radiographer
harus selalu berkomunikasi dengan pasien selama pemeriksaan
berlangsung, tetapi jangan sampai menimbulkan pergerakan dari
pasien.
e. Safety Screening kepada Pasien
Pada kategori ini radiographer harus melakukan tahapan
screening terhadap pasien seperti menanyakan apakah pasien
sedang hamil terutama untuk pasien wanita dewasa. Untuk
menghasilkan kualitas gambar yang optimal, pasien harus
diberikan penjelasan diantaranya alasan dilakukannya
pemeriksaan, prosedur pemeriksaan.
10
bertugas dengan mudah mendapatkan peralatan yang diinginkan tanpa
harus terlebih dahulu mencari-cari.
11
Materi Pokok 2
12
Pendahuluan
Abdomen merupakan suatu rongga yang berbentuk kerucut yang
dibatasi oleh tulang sejati dan tulang rawan. Pada bagian inferior
lebih lebar daripada bagian superior dan pada bagian posterior lebih
Panjang daripada bagian anterior. Pada rongga abdomen terdapat
beberapa organ yang terdiri dari digestivus, hepar, saluran kencing,
kolon yang memiliki densitas dan kontras yang berbeda. Teknik
pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa kontras adalah pencitraan
rongga abdomen dengan pencitraan tomografi terkomputasi
menggunakan sinar-X untuk mendapatkan gambar tiga dimensi dari
kelainan pada rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat
didalamnya.
13
Uraian Materi Pokok 2
1. Posisi pasien
Dalam melakukan posisioning pasien, radiographer harus mampu
menempatkan pasien di atas meja pemeriksaan setepat mungkin,
kepala atau kaki terlebih dahulu yang masuk ke dalam gantry.
Terlentang di atas meja pemeriksaan. Posisi ini sangat tergantung
obyek yang akan diperiksa. Perlu juga melakukan pemindahan pasien
dari brankard atau kursi roda ke atas meja pemeriksaan dengan hati-
hati dan benar.
Radiografer juga harus memposisikan pasien senyaman mungkin di
atas meja pemeriksaan sehingga selama pemeriksaan berlangsung
pasien tidak akan gelisah dan merasa tidak nyaman. Berikan selimut
mengingat ruangan pemeriksaan dingin ber AC. Untuk menghindari
kemungkinan pergerakan selama pemeriksaan, radiographer juga
harus memanfaatkan kelengkapan fiksasi yang ada.
2. Posisi obyek
Posisi obyek pemeriksaan CT Scan abdomen adalah pasien tidur
terlentang diatas meja pemeriksaan. kaki dekat gantry (feet first) atau
kepala dekat gantry (head first), kedua tangan di atas kepala, pasien
diberi selimut untuk kenyaman pasien, informasikan kepada pasien
14
agar tidak goyang dan rileks semaksimal mungkin agar pemeriksaan
dapat berjalan dengan lancar. Pastikan pasien tersebut tidak berrotasi
atau miring. Atur meja pemeriksaan sehingga coronal alignment light
tepat berada pada pertengahan midcoronal plane. Lakukan topogram.
Tentukan lokasi scan dari superior diafragma sampai lower symphisis
pubis.
Penentuan Area/Range Scan:
a) Whole Abdomen : Diafragma – Simphisis Pubis
b) Abdomen Atas : Diafragma – Crista Illiaca
c) Abdomen Bawah/Pelvis : Crista Illiaca – Simphisis Pubis
15
Gambar Scanogram CT-Scan abdomen
3. Teknik Scanning
Protokol merupakan hasil kolaborasi antara radiografer, radiolog dan
manufacturer. Protokol idenya adalah untuk menghasilkan kualitas
gambar yang optimal dengan radiasi seminimal mungkin. Protokol
harus mengakomodir kondisi pasien, anatomi interest dan artifact
yang muncul. Sebagai contoh, pasien dalam kondisi kurang tenang,
scan harus dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi terjadinya
motion artifact. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
radiographer harus mampu melakukan manipulasi scan parameter
dari protocol pemeriksaan yang sudah ada. Parameter Teknik CT
Scan abdomen tanpa kontras sebagai berikut;
16
Scan type Helical full 0,5
Scan range Superior-inferior
Detector coverage 20-40
Start location Upper diafragma
End location Lower diafragma
Helical thickness 1,25
Pitch and speed (mm/rot) 0,984:1
SFOV Large body
kV 120
mA 400-600 mA (smart mA)
Prep group (fase vena) 65 s
Prep group (fase delay) 180 s
Reformat cetak dengan ukuran 10 mm untuk axial 6 mm untuk
thickness sagital dan coronal
a. Print Images
1) Print film dengan layout 4x5 atau 4x6 untuk irisan axial, coronal
dan sagital jika diperlukan.
2) Gambar dengan hasil pengukuran juga dibuat dokumentasi
dengan dicetak pada film tersendiri (ukuran dan layout
menyesuaikan dengan jumlah gambar yang ada.
3) Khusus untuk pemeriksaan CT uro atau CT IVP dibuatkan
gambaran MPR Curve dari masing2 ureter. Sehingga terlihat
lengkap dari ginjal sampai ke buli buli.
4) Gambaran 3D VRT dicetak dengan Paper Color Printer.
b. Mengakhiri Kegiatan Pemeriksaan
Kegiatan pada kategori ini diantaranya melepaskan alat-alat
fiksasi dan menempatkannya kembali pada tempat
penyimpanannya. Radiografer juga harus memberikan
kesempatan kepada pasien untuk duduk sejenak di atas
17
meja pemeriksaan mengingat mayoritas pemeriksaan
dilakukan dalam posisi tiduran sehingga dengan memberikan
kesempatan duduk sejenak diatas meja pemeriksaan maka
pasien dapat beradaptasi kembali dan tidak pusing. Jika pasien
harus dipindahkan kembali ke brancard, panggil kembali
pengantar pasien dan bebaskan terlebih dahulu peralatan-
peralatan yang lain dari proses transpostasi pasien dari meja
pemeriksaan ke brancard. Perlu diatur ketinggian meja
pemeriksaan dan brancard supaya sama. Setelah selesai
radiographer harus memberikan instruksi-instruksi yang harus
dilakukan pasien atau pengantar pasien setelah pemeriksaan
selesai.
18
SEKARANG SAYA TAHU
Teknik pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa kontras ada
beberapa yaitu: Dokumentasi prosedur dan data pasien, posisi
pasien dan posisi obyek, scan parameter, pengolahan gambar,
print images, mengakhiri kegiatan pemeriksaan.
19
REFERENSI
20