Anda di halaman 1dari 12

Nama : Lanta Kurniadynata

NIM : 2001043

Kelas : seeram

Prodi : D3 Teknik Rontgen

1. KMK no.375 tahun 2007 tentang standar profesi radiografer.


A. TUGAS RADIOGRAFER
Didalam bidang pelayanan radiologi tugas Radiografer dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Di bidang Radiodiagnostik
Melakukan pemeriksaan secara radiografi pada organ- organ tubuh sesuai dengan
permintaan pemeriksaan radiologi yang hasilnya digunakan untuk menegakkan
diagnosa ole dokter spesialis radiologi. Hail pemeriksaan radiografi ditentukan dan
atau dipengaruhi oleh faktor eksposi, teknik pemeriksaan, teknik prosesing film,
kualitas cairan prosesing dan kualitas peralatan yang digunakan. Untuk dapat
menghasilkan tampilan radiografi yang dapat dinilai maka semua faktor - faktor
tersebut diatas dapat dipahami, di mengerti dan dilakukan dengan baik dan benar oleh
Radiografer.

b. Di Bidang Radioterapi
Melakukan teknik dan prosedur terapi radiasi sebagaimana mestinya sesuai dengan
rekam medik rencana penyinaran yang telah ditetapkan melalui proses treatmen
planning ole fisikawan medik dan telah ditetapkan oleh dokter spesialis radiologi, baik
jenis dan tenaga radiasi, posisi penyinaran lamanya selang waktu penyinaran, dosis
radiasi, sentrasi, separasi serta luas lapangan penyinaran.Pemasangan wedge serta lain
sebagainya. Dengan demikian radiogrfer harus mampu secara professional membaca
dan menerjemahkan/meninterpretasi satus/ rekam medik terapi radiasi sehingga tidak
terjadi kesalahan teknis. Begitu pula mampu memanipulasi peralatan pesawat/sumber
radiasi yang semakin canggih, serta pemakaian alat bantu terapi radiasi dan yang
terpenting adalah merasa empati kepada pasien yang dilakukan penyinaran, sehingga
dapat memberikan informasi mengenai penyinaran yang dilakukan dan selalu
bertanggung jawab terhadap setiap besarya dosis radiasi yang diberikan kepada pasien.
Dengan demikian tingkat keakurasian pemberian radiasi tidak saja tergantung kepada
keakurasian treatmen planning serta keahlian klinis tetapi juga tergantung kepada
teknik dan prosedur terapi radiasi.
c. Di Bidang Kedokteran Nuklir
Melakukan teknik dan prosedur pemeriksaan dengan sumber terbuka melalui
treasure/perunutan paparan radiasi yang keluar dari tubuh pasien dengan menggunakan
pesawat yang berfungsi sebagai detektor radiasi, baik detektor pencacah yang
mengukur tingkat intensitas radiasi maupun detector yang mampu mendeteksi tingkat
intensitas maupun kualitas radiasi. Pengelolaan sumber radiasi terbuka berupa
radiofarmaka, mulai dari penerimaan bungkusan radiasi sampai pemanfaatan dan
pengolahan limbah radiasi perl ditangani secara professional sehingga tidak
menimbulkan penambahan tingkat radiasi di alam dan tercapainya kesehatan dan
keselamatan kerja dengan radiasi sumber terbuka. Pengetahuan dan ketrampilan
pemakaian pesawat kedokteran nuklir sangat diperlukan untuk menghasilkan
gambarann/imejing yang memadai sehingga ekspertise yang dilakukan oleh dokter ahli
kedokteran nuklir mempunyai tingkat keakurasian yang dapat dipertanggung jawabkan
keselamatannya.
d. Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan Radiasi
Melakukan prosedur kerja dengan zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya, karena
sebagian bear radiogrfer adalah petugas proteksi radiasi ( PPR ) maka bertugas untuk
melakukan upaya-upaya tindakan proteksi radiasi dalam rangka meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja radiasi, pasien dan lingkungan. Evaluasi
tindakan proteksi radiasi yang telah dilakukan merupakan salah satu kemampuan dari
petugas Proteksi Radiasi termasuk pengujian terhadap efektifitas dan efisiensi tindakan
proteksi sehingga radiografer mampu membuat suatu system tindakan proteksi radiasi
yang lebih baik.
e. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Peralatan Radiologi dan Radioterapi
Mutu pelayanan kesehatan bidang radiologi tidak saja ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusia penyelenggara pelayanan,tetapi juga sangat ditentukan oleh
kualitas sarana, prasarana dan peralatan yang digunakan, oleh sebab itu kemampuan
radiografer dalam mengelola khususnya memelihara sarana, prasarana dan peralatan
radiologi dalam batas kewenangannya sangat menentukan kualitas hasil layanan yang
diberikan. Pemeliharaan tersebut meliputi pemeliharaan kontak film screen, viewing
Box,safe Light untuk kerja otomatis prosesing film, kebersihan pesawat, yang
semuanya tercakup dalam upaya dan tindakan Quality Assurance radiology.
f. Pelayanan Belajar Mengajar
Melakukan kegiatan belajar mengajar terus menerus baik secara individual
maupun secara kelompok dengan media pembelajaran dalam dan luar negeri,
interaksi pembelajaran ilmiah dengan lingkungan kerja, sesama profesi dan atau
dengan profesi lainnya melalui seminar, workshop dan pendidikan pelatihan
berkelanjutan.Radiografer juga bertugas memberikan informasi keilmuan dan
keterampilannya kepada semua pihak yang membutuhkan untuk meningkatkan
pengetahuan dibidang IPTEK radiologi dalam upayameningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan.
g. Memberikan bimbingan kepada mahasiswa program D III Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi baik sebagai instruktur PKL maupun sebagai evaluator dalam
upaya mengidentifikasi pencapaian tahapan kompetensi yang telah dikuasai dan
dimiliki oleh peserta didik yang berada dibawah binaannya. Penelitian dan
Pengembangan IPTEK Radiografi dan Imejing Melaksanakan penelitian baik yang
bersifat ilmiah akademik maupun ilmiah populer dalam kerangka tugasnya sebagai
sumbangan keilmuannya kepada masyarakat. Penelitian yang dilakukan dapat
mencakup tentang teknik Radiografi, keselamatan dan kesehatan kerja dengan
radiasi, aplikasi manajemen radiologi, reject analisis film dan lain sebagainya yang
menyangkut bidang radiologi diagnostik, Terapi dan Kedokteran Nuklir dan hasil
penelitian tersebut dapat disosialiasikan / didesiminasikan guna peningkatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi radiologi.
h. Pengembangan Diri
Melakukan pengembangan profesionalisme secara terus-menerus melalui
pendidikan formal dan atau non formal, pendidikan dan pelatihan ilmiah secara
berkala dan berkelanjutan sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki dan atau
disiplin ilmu lainnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan
radiologi, seminar, workshop dan lain sebagaina baik di dalam maupun diluar
negeri.
i. Pengabdian Kepada Masyarakat
Melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang
manfaat dan bahaya radiasi yang mungkin timbul akibat pemanfaatan radiasi,
membuat standar-standar pemeriksaan pelayanan radiologi kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan radiologi yang membutuhkan, mengukur tingkat paparan
radiasi, mengadakan pemeriksaan kesehatan melalui Mass Chest Survey, donor
darah dan lain sebagainya.
j. Konsultasi Teknik Pelayanan Radiologi
Melakukan konsultasi teknis tentang peningkatan mutu pelayanan
radiologi, Teknik Radiografi, Proteksi Radiasi, Proteksi Ruang Radiasi, pengolahan
limbah hasil proses pelayanan radiografi dan Quality Assurance radiology.

2. PMK no.81 tahun 2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan radiographer

BAB I KETENTUAN UMUM


Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Radiografer adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan teknik radiodiagnostik dan
radioterapi sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
3. Uji Kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan
sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi.
4. Sertifikat Kompetensi Radiografer yang selanjutnya disingkat SKR adalah surat tanda
pengakuan terhadap kompetensi Radiografer untuk dapat menjalankan praktik dan/atau
pekerjaan radiografi di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
5. Surat Tanda Registrasi Radiografer yang selanjutnya disingkat STRR adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada Radiografer yang telah memiliki sertifikat
kompetensi.
6. Surat Izin Kerja Radiografer yang selanjutnya disingkat SIKR adalah bukti tertulis
pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan radiografi pada fasilitas pelayanan
kesehatan.
7. Standar Profesi Radiografer adalah batasan kemampuan minimal yang harus
dimiliki/dikuasai oleh Radiografer untuk dapat melaksanakan pekerjaan radiografi secara
profesional yang diatur oleh organisasi profesi.
8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
9. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
10. Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, yang selanjutnya disingkat MTKI adalah
lembaga yang berfungsi untuk menjamin mutu tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan.
11. Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi, yang selanjutnya disingkat MTKP adalah lembaga
yang membantu pelaksanaan tugas MTKI.
12. Organisasi profesi adalah Perhimpunan Radiografer Indonesia yang selanjutnya
disingkat PARI.
Pasal 2
Dalam Peraturan Menteri ini diatur segala sesuatu yang berkaitan dengan
tindakan yang harus dilaksanakan oleh Radiografer dalam melaksanakan pekerjaannya.

BAB II PERIZINAN
Bagian Kesatu Kualifikasi Radiografer
Pasal 3
Kualifikasi Radiografer ditentukan berdasarkan pendidikan yang terdiri dari:
a. Diploma tiga Akademi Penata Rontgen, Akademi Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi;
b. Diploma tiga Radiologi, Pendidikan Ahli Madya Radiodiagnostik dan Radioterapi,
Politeknik Kesehatan Jurusan Radiodiagnostik dan Radioterapi
c. Diploma empat Teknik Radiologi; atau
d. Sarjana Terapan Teknik Radiologi. Bagian Kedua SKR dan STRR
Pasal 4
(1) Radiografer untuk dapat melakukan pekerjaannya harus memiliki STRR.
(2) Untuk dapat memperoleh STRR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Radiografer
harus memiliki SKR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) STRR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh MTKI dengan masa
berlaku selama 5 (lima) tahun.
(4) STRR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Contoh STRR sebagaimana tercantum dalam Formulir I terlampir yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
STRR yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
Bagian Ketiga SIKR
Pasal 6
(1) Radiografer yang melakukan pekerjaan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib
memiliki SIKR.
(2) SIKR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Radiografer yang telah
memiliki STRR.
(3) SIKR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota.
(4) SIKR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu) tempat
Untuk memperoleh SIKR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Radiografer harus
mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dengan melampirkan:
a. foto kopi ijazah yang dilegalisir;
b. foto kopi STRR;
c. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;
d. surat keterangan bekerja dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang bersangkutan;
e. pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar berlatar belakang
merah;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat yang ditunjuk; dan
g. rekomendasi dari organisasi profesi.
Apabila SIKR dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, persyaratan rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f tidak diperlukan.
Contoh surat permohonan memperoleh SIKR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam formulir II terlampir yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 8
Radiografer warga negara asing dapat mengajukan permohonan memperoleh SIKR
setelah:
a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1);
b. melakukan evaluasi dan memiliki surat izin kerja dan izin tinggal serta persyaratan
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. memiliki kemampuan berbahasa Indonesia.
Radiografer Warga Negara Indonesia lulusan luar negeri dapat
mengajukan permohonan memperoleh SIKR setelah:
a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1); dan
b. melakukan evaluasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 9 ...
(1) SIKR berlaku sepanjang STRR masih berlaku dan dapat diperpanjang kembali selama
memenuhi persyaratan.
(2) Radiografer yang akan memperbaharui SIKR harus mengikuti ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7.
Pasal 10
(1) Radiografer hanya dapat melakukan pekerjaan paling banyak di 2 (dua) tempat.
(2) Permohonan SIKR kedua dapat dilakukan dengan menunjukan bahwa yang
bersangkutan telah memiliki SIKR pertama.

BAB III
PELAKSANAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER
Pasal 11
Radiografer yang memiliki SIKR dapat melakukan pekerjaannya pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan berupa:
a. rumah sakit;
b. balai kesehatan;
c. puskesmas;
d. klinik;
e. BP4/balai kesehatan paru masyarakat/balai besar kesehatan paru masyarakat;
f. balai besar laboratorium kesehatan/balai laboratorium kesehatan;
g. laboratorium klinik;
h. praktik perorangan dokter dan dokter gigi; dan
i. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 12
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mempekerjakan
Radiografer yang tidak memiliki SIKR untuk bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tersebut.
Pasal 13 ...
(1) Radiografer dalam memberikan pelayanan teknik radiodiagnostik, teknik radioterapi,
dan teknik kedokteran nuklir hanya dapat melakukan pelayanan atas permintaan tertulis
dengan keterangan klinis yang jelas dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter
gigi spesialis.
(2) Radiografer dalam memberikan pelayanan teknik radiodiagnostik, teknik radioterapi,
dan teknik kedokteran nuklir dengan menggunakan energi radiasi pengion dan non pengion
harus sesuai dengan kode etik, standar profesi, standar pelayanan radiologi dan standar
prosedur operasional.
(3) Radiografer dalam memberikan pelayanan teknik radiodiagnostik, teknik radioterapi,
dan teknik kedokteran nuklir dilarang:
a. melakukan tindakan medis, termasuk memasukan bahan kontras dengan jenis apapun
dan cara apapun; dan
b. melakukan pemanfaatan dengan sistem fluoroscopy secara langsung.
Pasal 14
Dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Radiografer
berwenang:
a. melakukan teknik radiografi konvensional tanpa kontras;
b. melakukan teknik radiografi konvensional dengan kontras;
c. melakukan teknik radiografi menggunakan peralatan dengan teknologi digital/sistem
komputer/magnetik/ultrasound baik pengion dan/atau nonpengion;
d. melakukan teknik kedokteran nuklir;
e. melakukan evaluasi mutu radiografi;
f. melakukan pengelolaan ruangan radiologi;
g. melakukan tindakan prosesing film;
h. melakukan teknik radioterapi dengan modalitas radioterapi eksternal dan/atau internal
(brachy terapi);
i. melakukan quality assurance/quality control bekerjasama dengan mitra terkait.
Pasal 15
(1) Radiografer dapat melaksanakan kewenangan selain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 apabila dalam penugasan Pemerintah.
(2) Penugasan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada
Radiografer yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah.
Pasal 16
(1) Radiografer dalam melaksanakan pekerjaannya wajib melakukan pencatatan.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disimpan selama 5 (lima) tahun.
Pasal 17
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Radiografer mempunyai hak:
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melakukan pekerjaannya sesuai dengan
standar pelayanan, SOP, kode etik, standar profesi Radiografer;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pemberi pekerjaan;
c. melakukan tugas sesuai dengan kompetensi;
d. menerima imbalan jasa profesi dan tunjangan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Radiografer mempunyai kewajiban;
a. menghormati hak klien;
b. melakukan rujukan untuk kasus di luar kompetensi dan kewenangannya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan; menyimpan rahasia sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. melaksanakan kewenangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 apabila dalam rangka menyelamatkan nyawa pasien (life saving);
d. memberikan informasi tentang pekerjaan radiografer yang dibutuhkan oleh klien;
e. meminta persetujuan pekerjaan radiografer (informed concern) yang akan dilaksanakan
kepada klien; dan
f. mematuhi standar profesi, kode etik, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional
Radiografer.
BAB IV ...
BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 19
Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, MTKI, dan
MTKP, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan
Radiografer dengan mengikutsertakan Organisasi Profesi.
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh Radiografer.
Pasal 20
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib melaporkan Radiografer yang bekerja dan
berhenti bekerja di fasilitas pelayanan kesehatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Organisasi Profesi.
Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota wajib melaporkan Radiografer yang bekerja di
daerahnya setiap satu tahun kepada kepala dinas kesehatan provinsi.
Pasal 21
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Menteri,
pemerintah daerah provinsi atau kepala dinas kesehatan provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten kota/kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dapat memberikan tindakan
administratif kepada Radiografer yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
penyelenggaraan pekerjaan Radiografer dalam Peraturan Menteri ini
Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan/atau
c. pencabutan SIKR.
Pasal 22
Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dapat
merekomendasikan pencabutan STRR kepada MTKI terhadap Radiografer yang
melakukan pekerjaan tanpa memiliki SIKR.
(2) Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kabupaten/kota dapat
mengenakan sanksi teguran lisan, teguran tertulis, kepada pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan yang mempekerjakan Radiografer yang tidak mempunyai SIKR.

BAB V KETENTUAN PERALIHAN


Pasal 23
(1) Radiografer yang telah memiliki SIKR berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 357/Menkes/Per/V/2006 tentang Registrasi dan Izin Kerja Radiografer, dinyatakan
telah memiliki SIKR berdasarkan Peraturan Menteri ini sampai habis masa berlakunya.
(2) Radiografer yang telah mengajukan proses perpanjangan SIKR berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 357/Menkes/Per/V/2006 tentang Registrasi dan Izin Kerja
Radiografer, tetap diberikan SIKR berdasarkan Peraturan Menteri ini.
(3) Setiap Radiografer yang memberikan pelayanan teknik radiodiagnostik, teknik
radioterapi, dan teknik kedokteran nuklir harus menyesuaikan dengan Peraturan Menteri
ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak diundangkan.
Pasal 24
Standar Profesi Radiografer yang ditetapkan oleh Organisasi Profesi masih
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini sampai ditetapkan
yang baru oleh Organisasi Profesi.

Anda mungkin juga menyukai