KELEBIHAN
Tahun 2007 sudah diatur undang undang tentang standar profesi Radiografer oleh
Keputusan Menteri Kesehatan agar digunakan sebagai pedoman bagi Radiografer
dalam menjalankan tugas profesinya.
Karena tuntutan mutu pelayanan kesehatan di bidang radiologi yang semakin
meningkat maka profesionalisme Radiografer harus ditingkatkan, hal ini diatur dalam
undang-undang uji kompetensi global Radiografer sesuai standar internasional.
Mengatur tentang hukum dan etika profesi Radiografer.
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Peralatan Radiologi dan Radioterapi diatur dalam
undang-undang tersebut.
Mengatur Pelayanan Belajar Mengajar baik sesama maupun lintas profesi.
Masa pendidikan Radiografer diatur secara berkesinambungan dimulai saat masuk
pendidikan dan berakhir saat berhenti menjadi Radiografer.
Mengatur standar kompetensi Radiografer. Standar kompetensi Radiografer
merupakan penjabaran yang utuh dan cermat meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang diperlukan Radiografer dalam menjalankan peran, fungsi dan
kewenangannya sebagai Radiografer.
Membahas tentang kode etik Radiografer. Hal ini sangat penting untuk memberikan
batasan hak dan tanggung jawab dalam kewenangan dan alat kotrol dalam segala
tindakan serta memberikan kesejahteraan dan perlindungan hukum bila terjadi
kesalahan.
KEKURANGAN
Dalam keputusan undang-undang tersebut, Radiografer dituntut untuk menguasai
bahasa asing dan memiliki serta memahami pengetahuan sosio kultural dari berbagai
negara. Tetapi pada kenyataannya fasilitas pendukung dan tenaga pengajar yang
mumpuni di bidang tersebut masih minim dalam lembaga pendidikan radiologi.
Peraturan tentang Petugas Proteksi Radiasi (PPR) belum diatur secara eksplisit
padahal hal ini sangat penting dalam penanganan bahaya radiasi baik bagi pasien
maupun radiografer itu sendiri.
Pendidikan Radiografer saat ini dikembangkan melalui jalur vokasional, yaitu
pendidikan Diploma III dan pendidikan Diploma IV serta mempersiapkan pendidikan
lanjutan untuk spesialis I dan spesialis II. Sedangkan untuk jalur akademik, yaitu
pendidikan Sarjana, S1, S2 dan S3 (Doktor/Ph D) pada saat ini belum dapat
direalisasikan. Hingga tahun 2018 hal tersebut belum dapat terwujud.
Adanya peraturan tentang pengelolaan sarana prasarana peralatan radiologi dan
radioterapi tetapi tidak adanya peraturan tentang pengelolaan dan pemanfaatan limbah
radiasi secara khusus. Padahal hal ini merupakan salah satu poin penting untuk
menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bebas dari radiasi.
LAMPIRAN