Anda di halaman 1dari 4

ETIKA PROFESI DAN HUKUM RADIOLOGI

Oleh: Muhammad Noor


Mahasiswa ATRO CIP Banjarmasin angkatan 010

KMK RI NO. 375 TENTANG STANDAR PROFESI RADIOGRAFER

 KELEBIHAN
 Tahun 2007 sudah diatur undang undang tentang standar profesi Radiografer oleh
Keputusan Menteri Kesehatan agar digunakan sebagai pedoman bagi Radiografer
dalam menjalankan tugas profesinya.
 Karena tuntutan mutu pelayanan kesehatan di bidang radiologi yang semakin
meningkat maka profesionalisme Radiografer harus ditingkatkan, hal ini diatur dalam
undang-undang uji kompetensi global Radiografer sesuai standar internasional.
 Mengatur tentang hukum dan etika profesi Radiografer.
 Pengelolaan Sarana dan Prasarana Peralatan Radiologi dan Radioterapi diatur dalam
undang-undang tersebut.
 Mengatur Pelayanan Belajar Mengajar baik sesama maupun lintas profesi.
 Masa pendidikan Radiografer diatur secara berkesinambungan dimulai saat masuk
pendidikan dan berakhir saat berhenti menjadi Radiografer.
 Mengatur standar kompetensi Radiografer. Standar kompetensi Radiografer
merupakan penjabaran yang utuh dan cermat meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang diperlukan Radiografer dalam menjalankan peran, fungsi dan
kewenangannya sebagai Radiografer.
 Membahas tentang kode etik Radiografer. Hal ini sangat penting untuk memberikan
batasan hak dan tanggung jawab dalam kewenangan dan alat kotrol dalam segala
tindakan serta memberikan kesejahteraan dan perlindungan hukum bila terjadi
kesalahan.

 KEKURANGAN
 Dalam keputusan undang-undang tersebut, Radiografer dituntut untuk menguasai
bahasa asing dan memiliki serta memahami pengetahuan sosio kultural dari berbagai
negara. Tetapi pada kenyataannya fasilitas pendukung dan tenaga pengajar yang
mumpuni di bidang tersebut masih minim dalam lembaga pendidikan radiologi.
 Peraturan tentang Petugas Proteksi Radiasi (PPR) belum diatur secara eksplisit
padahal hal ini sangat penting dalam penanganan bahaya radiasi baik bagi pasien
maupun radiografer itu sendiri.
 Pendidikan Radiografer saat ini dikembangkan melalui jalur vokasional, yaitu
pendidikan Diploma III dan pendidikan Diploma IV serta mempersiapkan pendidikan
lanjutan untuk spesialis I dan spesialis II. Sedangkan untuk jalur akademik, yaitu
pendidikan Sarjana, S1, S2 dan S3 (Doktor/Ph D) pada saat ini belum dapat
direalisasikan. Hingga tahun 2018 hal tersebut belum dapat terwujud.
 Adanya peraturan tentang pengelolaan sarana prasarana peralatan radiologi dan
radioterapi tetapi tidak adanya peraturan tentang pengelolaan dan pemanfaatan limbah
radiasi secara khusus. Padahal hal ini merupakan salah satu poin penting untuk
menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bebas dari radiasi.

TENTANG PROFESI RADIOGRAFER

Radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan tugas,


wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi, imejing,
kedokteran nuklir dan radioterapi di pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan. Tugas Profesi seorang Radiografer antara lain
berkewajiban untuk:
 Menghormati hak pasien dan tidak membeda-bedakan pasien.
 Wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui baik hasil pekerjaan profesinya
maupun dari bidang lainnya tentang keadaan pasien, karena kepercayaan pasien yang
telah bersedia dirinya untuk diperiksa.
 Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan
dilakukan.
 Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
 Membuat dan memelihara rekam medis.
 Meningkatkan mutu dan kualitas dalam pelayanan kesehatan.
 Memberikan bimbingan kepada mahasiswa program D III Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi baik sebagai instruktur PKL maupun sebagai evaluator dalam upaya
mengidentifikasi pencapaian tahapan kompetensi yang telah dikuasai dan dimiliki
oleh peserta didik yang berada dibawah binaannya.
 Melaksanakan penelitian baik yang bersifat ilmiah akademik maupun ilmiah populer
dalam kerangka tugasnya sebagai sumbangan keilmuannya kepada masyarakat.
 Melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang manfaat dan
bahaya radiasi yang mungkin timbul akibat pemanfaatan radiasi.
 Meningkatkan upaya proteksi radiasi untuk mencegah meningkatnya tingkat paparan
radiasi dalam lingkungan sehingga dapat meningkatkan keselamatan serta kesehatan
masyarakat dan lingkungan dari kemungkinan paparan radiasi yang berasal dari alat
dan atau sumber radiasi yang dimanfaatkan untuk keperluan kesehatan.
 Ahli Radiografi harus menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya baik terhadap
bahaya radiasi maupun terhadap penyakitnya.
 Bekerja sesuai SOP. Seorang Radiografer diharuskan bekerja secara profesional
sesuai standar operasional prosedur yang berlaku.

SARAN UNTUK PARI

PARI adalah Perhimpunan Radiografer Indonesia, PARI merupakan organisasi


profesi yang menghimpun dan menaungi seluruh radiografer di
Indonesia. Perhimpunan ini didirikan pada tanggal 21 Oktober 1956. Hal-hal yang
bisa dijadikan masukan untuk PARI antara lain:
 Berdasarkan KMK RI No. 375, pendidikan dan pelatihan Radiografer berkelanjutan
dilaksanakan dengan standar yang ditetapkan oleh PARI. Untuk itu PARI
berkewajiban mengadakan pelatihan baik itu berupa seminar, workshop dan
sebagainya guna meningkatkan mutu dan kualitas Radiografer.
 Tentang Uji kompetensi. Uji kompetensi dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat
sejauh mana kualitas seorang Radiografer. Hal ini juga menjadi syarat untuk
mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) tenaga kesehatan setelah kita lulus dari
pendidikan radiologi. Wacana uji kompetensi Radiografer hingga saat ini belum
terealisasi. Diharapkan melalui PARI hal ini bisa segera terwujud.
 Berdasarkan PMK No. 56 tentang Tunjangan Bahaya Radiasi (TBR) PNS Pekerja
Radiasi, risiko bahaya radiasi tingkat I merupakan risiko bagi Pekerja Radiasi yang
berhubungan langsung dengan sumber radiasi secara terus menerus sebesar
Rp1.150.000,00 (satu juta seratus lima puluh ribu rupiah) setiap bulan. Menurut
hemat saya, baik PNS maupun non PNS atau tenaga honorer bahaya paparan radiasi
yang diterima sama. Jadi diharapkan PARI bisa membantu mengatasi hal tersebut.
 Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 115 tahun 2016 tentang tunjangan
jabatan fungsional radiografer. Berdasarkan lampiran dibawah, saya rasa masih ada
kesenjangan antar golongan padahal bahaya radiasi yang mereka terima sama besar.
Untuk itu PARI diharapkan menimbang hal tersebut.
 Surat Izin Radiografer (SIR) dan Surat Izin Kerja Radiografer (SIKR) adalah surat
izin yang bisa digunakan untuk bekerja sebagai Radiografer di pelayanan kesehatan
seluruh wilayah Indonesia. PARI diharapkan bisa membantu sebagai media untuk
mempermudah kepengurusan hal tersebut.
 Ikatan atau Perhimpunan Mahasiswa Radiologi Indonesia belum ada, padahal hal ini
saya rasa sangat dibutuhkan, baik sebagai media penyalur aspirasi mahasiswa
Radiologi di Indonesia maupun sebagai sarana silaturrahim antar kampus.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai