Oleh:
Iza Netiasa Haris, S.Ked
04054822022082
Pembimbing:
dr. SNA Ratna Sari Devi, Sp.Rad
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2020
i
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Jurnal:
Diagnosis of urine leakage after bladder repair: a prospective comparative
study of ultra-low-dose CT cystography and conventional retrograde
cystography
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik di Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Periode 17 Desember s.d 23 Desember 2020.
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
PENELITIAN ASLI
Diagnosis of urine leakage after bladder repair: a prospective comparative study of
ultra-low-dose CT cystography and conventional retrograde cystography
Taekmin Kwon, Ji Hyung Yoon, Sejun Park, Sungchan Park, Kyun-Hyun Moon, Sang Hyeon Cheon
Abstrak
Tujuan: Kami melakukan studi kohort prospektif ini untuk membandingkan akurasi dan
karakteristik teknis CT sistografi dosis rendah dengan sistografi retrograde konvensional.
Metode dan material: Sebuah kohort dari 31 pasien dirujuk untuk sistografi setelah menerima
perbaikan kandung kemih. Untuk mendeteksi kebocoran urin, awalnya kami melakukan sistografi
konvensional setelah distensi retrograde kandung kemih dengan bahan kontras iodinasi encer,
diikuti dengan CT sistografi dosis rendah. Akurasi diagnostik dari kedua modalitas ini
dibandingkan, dan karakteristik teknis dari CT sistografi dosis rendah diperiksa.
Hasil: Sebanyak 31 pasien dirujuk dilibatkan dalam penelitian ini. Dari 31 pasien, 27 (87,1%)
menjalani perbaikan kandung kemih setelah prostatektomi radikal, 3 (9,7%) setelah kistektomi
radikal, dan 1 (3,2%) setelah divertikulektomi kandung kemih. Empat dari 31 pasien didiagnosis
dengan kebocoran urin dengan sistografi konvensional. Keempat pasien ini dipastikan mengalami
kebocoran urin dengan CT sistografi dosis sangat rendah. Lima pasien lainnya yang tidak
mengalami kebocoran urin menurut sistografi konvensional didiagnosis dengan kebocoran urin
dengan CT sistografi dosis rendah. Selain itu, melakukan CT sistografi dosis rendah
memungkinkan kami untuk mengidentifikasi lokasi yang tepat dan jumlah kebocoran urin pada
kesembilan pasien. Berdasarkan temuan ini, kami dapat membuat rencana perawatan yang tepat.
Kesimpulan: CT sistografi dosis sangat rendah adalah metode yang akurat untuk mengevaluasi
kebocoran urin setelah perbaikan kandung kemih, dan teknik ini dapat membantu menentukan
strategi pengobatan yang paling tepat untuk pasien dengan kebocoran urin setelah perbaikan
kandung kemih.
Pendahuluan
15
computed tomography (CT), radiografi polos dan studi kedokteran nuklir
semuanya berkontribusi pada peningkatan paparan radiasi medis [3]. Diketahui
bahwa paparan radiasi merupakan faktor risiko keganasan. Keganasan terkait
radiasi termasuk leukemia dan multiple myeloma serta kanker payudara, paru-
paru, tiroid, usus besar, ovarium, dan kandung kemih [4]. Saat ini, Dewan
Nasional Perlindungan dan Pengukuran Radiasi (NCPR) telah merekomendasikan
batas pekerjaan tahunan sebesar 50 mSv [5]. CT dosis rendah dirancang untuk
mengurangi jumlah radiasi yang diterapkan, sehingga memenuhi permintaan
untuk pengurangan paparan radiasi. Dalam sebuah penelitian yang melibatkan CT
non-kontras konvensional, dosis paparan yang dilaporkan (ED) untuk perut dan
panggul adalah antara 10 dan 20 mSv [6]. Sebaliknya, dengan CT dosis rendah,
DE antara 1,40 dan 1,97 mSv [7].
16
sistografi dosis rendah dapat mendeteksi cedera kandung kemih atau kebocoran
urin. Oleh karena itu, kami melakukan studi kohort prospektif untuk
membandingkan akurasi dan karakteristik teknis CT sistografi dosis rendah
dengan sistografi retrograde konvensional.
Peserta Penelitian
17
Sistografi konvensional dilakukan dengan cara berikut: Dengan posisi
pasien terlentang di atas meja pemeriksaan, kantung urin dilepaskan dari kateter
Foley dan kateter Foley disedot menggunakan spuit 50 mL sampai kandung
kemih benar-benar kosong. Pertama, dilakukan radiografi anteroposterior (AP)
pelvis. Kemudian, 300 mL botol iopromida 300 (300 mg I / mL, Bayer Schering
Pharma) dihubungkan ke kateter Foley. Kantung yang berisi media kontras
dinaikkan ke ketinggian 1,0 hingga 1,2 m di atas pasien. Media kontras menetes
ke kandung kemih oleh gravitasi, sementara teknisi radiologi melakukan prosedur
rutin. Radiografi AP pelvis tambahan diperoleh setelah infus awal sekitar 100 mL
bahan kontras dan setelah infus 150 mL bahan kontras lainnya atau terjadinya
salah satu titik akhir berikut: (1) 300 mL bahan kontras diinfuskan seluruhnya ke
dalam kandung kemih, (2) kebocoran saluran kemih terjadi akibat aktivitas
detrusor kandung kemih yang terus menerus dengan infus kurang dari 300 mL,
atau (3) pasien mengeluhkan nyeri pada abdomen dan panggul. Radiografi oblik
juga diperoleh, diikuti oleh radiografi AP setelah pengosongan kandung kemih.
18
piksel, ketebalan penampang / interval rekonstruksi 2 mm, collimation 2 × 64 ×
0,6 mm, pitch 1,2, dan rotasi gantry waktu 0,5 detik. Volume dosis radiasi dicatat
untuk mencocokkan sistografi konvensional dan CT sistografi dosis rendah untuk
menetapkan tingkat pengurangan dosis yang diinginkan. Dosis radiasi yang efektif
dari masing-masing protokol dihitung dalam mSv. Pengurangan dosis radiasi
dibandingkan antara dua modalitas dan juga berkaitan dengan BMI pasien [14].
Pernyataan Etik
Penelitian ini telah disetujui oleh dewan review kelembagaan lembaga kami
(UUH IRB No. 2015-12-008). Persetujuan yang diinformasikan diperoleh dari
semua subjek saat mereka terdaftar.
Hasil
19
dosis radiasi efektif aktual yang diberikan untuk setiap pasien berkisar antara 0,48
hingga 1,50 mSv dalam sistografi konvensional dan dari 0,25 hingga 0,70 mSv di
CT sistografi. Dosis radiasi efektif rata-rata adalah 0,76 ± 0,19 mSv pada
sistografi konvensional dan 0,44 ± 0,12 mSv pada CT sistografi (p <0,001).
Perkiraan pengurangan dosis menggunakan CT dosis rendah dibandingkan dengan
dosis pada sistografi konvensional adalah 60,7%.
Tabel 2. Parameter dosis radiasi sistografi konvensional dan CT sistografi dosis ultra
rendah
Parameter dosis P*
Area dosis produk sistografi konvensional (mGy*cm2) 4276,07±1077,9 <0,001
5
Dosis radiasi efektif sistografi konvensional (mSv) 0,76±0,19
Panjang dosis produk CT sistografi dosis ultra rendah (mGy*cm) 29,88±7,81
Dosis radiasi efektif CT sistografi dosis ultra rendah (mSv) 0,44±0,12
20
dideteksi pada posisi jam 3 VUA dengan CT sistografi, sedangkan kebocoran
dideteksi pada aspek posterior VUA dengan sistografi konvensional (Gambar 1c).
21
22
Gambar 1. Sistografi konvensional dan CT sistografi dosis rendah. a Sistografi
konvensional tidak menunjukkan Pasien A mengalami kebocoran urin, tetapi CT sistografi
menunjukkan (panah hitam). b Pada Pasien E, sistografi konvensional menunjukkan kebocoran
urin derajat 1 hingga 3,5 cm dari aspek posterior VUA (panah putih). CT sistografi
mengidentifikasi lokasi kebocoran pada posisi jam 4 VUA, dan jumlah kebocoran diperkirakan
7,08 cm2 (panah hitam). c CT cystography menunjukkan Pasien I mengalami kebocoran urin pada
posisi jam 3 dari VUA (panah hitam), tetapi sistografi konvensional (panah putih) mendeteksi
kebocoran pada aspek posterior VUA
Meskipun tidak ada pembedahan atau prosedur lain yang dilakukan untuk
pasien dengan kebocoran urin, pasien E dan I, yang memiliki jumlah kebocoran
urin yang relatif besar, dirawat dengan retensi kateter Foley yang lebih lama.
Kesembilan pasien yang mengalami kebocoran urin, termasuk dua dengan retensi
kateter Foley yang lebih lama, tidak mengalami komplikasi lebih lanjut dan
dipulangkan.
Pembahasan
23
posterior VUA pada semua pasien yang didiagnosis dengan kebocoran urin;
namun, diperkirakan bahwa kontras terkumpul pada posisi bergantung oleh
gravitasi. Secara khusus, menurut CT sistografi dosis rendah, Pasien I mengalami
kebocoran urin pada posisi jam 3 VUA, sedangkan menurut sistografi
konvensional, terdapat kebocoran pada aspek posterior VUA.
24
dilakukan selama tindak lanjut. Peningkatan dosis kumulatif dapat meningkatkan
risiko kanker pada pasien. Dengan demikian, protokol dosis rendah atau dosis
sangat rendah berpotensi berkontribusi terhadap pengurangan dosis radiasi
kumulatif seumur hidup serta risiko kanker [2, 20].
25
mempengaruhi temuan CT. Selain itu, meskipun CT sistografi dosis rendah adalah
modalitas yang lebih akurat untuk menentukan kebocoran urin dibandingkan
dengan sistografi konvensional, kami tidak dapat mengesampingkan kemungkinan
bahwa ekstravasasi di luar uretra atau lumen kandung kemih yang terdeteksi oleh
CT sistografi dosis rendah bukanlah urin. kebocoran. Batasan penting lainnya
adalah hanya 31 pasien yang dilibatkan dalam penelitian kami, dan karakteristik
klinis pasien bervariasi secara signifikan. Meskipun demikian, sepengetahuan
kami, penelitian ini adalah yang pertama mengevaluasi keakuratan dan
karakteristik teknis CT sistografi dosis rendah sebagai modalitas optimal untuk
melacak lokasi yang tepat dan jumlah kebocoran urin serta membatasi dosis
radiasi. Hasil ini membentuk dasar untuk studi dan perawatan di masa depan.
Kesimpulan
26
Informed consent diperoleh dari semua peserta individu yang termasuk dalam
penelitian ini.
27
PICO VIA
1. Population
Populasi pada penelitian ini adalah 31 pasien yang dirujuk untuk dilakukan
sistografi setelah dilakukan pembedahan perbaikan vesika urinaria untuk
melihat kebocoran urine.
2. Intervention
Intervensi pada penelitian ini adalah diagnosis kebocoran urine dengan
menggunanakan CT sistografi dosis rendah (ultra-low-dose CT cystography).
3. Comparison
Pembanding pada penelitian ini adalah diagnosis kebocoran urine dengan
sistografi konvensional.
4. Outcome
Empat dari 31 pasien didiagnosis dengan kebocoran urine dengan sistografi
konvensional. Keempat pasien ini dipastikan mengalami kebocoran urine
dengan CT sistografi dosis sangat rendah. Lima pasien lainnya yang tidak
mengalami kebocoran urine menurut sistografi konvensional didiagnosis
dengan kebocoran urin dengan CT sistografi dosis rendah. Selain itu,
melakukan CT sistografi dosis rendah memungkinkan peneliti untuk
mengidentifikasi lokasi yang tepat dan jumlah kebocoran urin pada
kesembilan pasien.
5. Validity
a. Apakah fokus penelitian sesuai dengan tujuan penelitian?
Ya, fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk
membandingkan akurasi dan karakteristik dari CT sitografi dosis sangat
rendah dengan sistografi retrograde konvensional dalam mendeteksi adanya
kebocoran urine setelah pembedahan perbaikan vesika urinaria.
28
b. Apakah subjek penelitian diambil dengan cara yang tepat?
Ya, subjek penelitian telah diambil dengan cara yang tepat. Subjek pada
penelitian ini berasal dari 31 pasien yang dirujuk untuk sistografi setelah
perbaikan kandung kemih pada periode waktu November 2015 sampai
Oktober 2017. Seluruh pasien telah menjalani perbaikan kandung kemih
terkait dengan salah satu prosedur bedah berikut: prostatektomi radikal (n =
27, 87,1%), sistektomi radikal dengan neobladder ortotopik (n = 3, 9,7%), dan
divertikulektomi kandung kemih (n = 1, 3,2) %). Rata-rata dilakukan
sistografi 5,2 hari setelah prostatektomi, 14 hari setelah kistektomi radikal,
dan 6 hari setelah divertikulektomi kandung kemih.
29
kebocoran, dan jumlah kebocoran yang terdeteksi pada pemeriksaan sistografi
konvensional dan CT sistografi dosis sangat rendah.
6. Importance
Apakah penelitian ini penting?
Ya, penelitian ini penting karena dapat digunakan sebagai acuan dalam
mendiagnosa kebocoran urine pada pasien yang mengalami pembedahan
untuk perbaikan kandung kemih dengan prosedur diagnostik yang memiliki
akurasi lebih tinggi.
7. Applicability
a. Apa pasien anda sangat berbeda dengan penelitian ini sehingga hasilnya
mungkin tidak dapat diaplikasikan ke mereka?
Tidak, di Indonesia kasus kebocoran urine pada kandung kemih dapat
ditemukan sehingga hasil dari penelitian ini dapat di aplikasikan.
KESIMPULAN
Jurnal ini valid, penting, sehingga dapat di terapkan sebagai referensi alat
diagnostik untuk mendiagnosis kebocoran urine pada pasien yang telah menjalani
pembedahan perbaikan kandung kemih.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Lee SY, Lim HS, Lee J, Kim HS (2015) Evaluation of diagnostic medical
exposure in Republic of Korea. Radiat Prot Dosim. https
://doi.org/10.1093/rpd/ncv349
2. KFDA (2015) Study on the appropriate management of the diagnostic
radiological devices. KFDA Research Report 2013
3. Mettler FA Jr, Thomadsen BR, Bhargavan M et al (2008) Medical radiation
exposure in the U.S. in 2006: preliminary results. Health Phys 95:502–507.
https://doi.org/10.1097/01.HP.00003 26333.42287.a2
4. Dincer Y, Sezgin Z (2014) Medical radiation exposure and human
carcinogenesis-genetic and epigenetic mechanisms. Biomed Environ Sci BES
27:718–728. https://doi.org/10.3967/bes2014.106
5. Shannoun F (2015) Medical exposure assessment: the global approach of the
United Nations Scientifc Committee on the effects of atomic radiation. Radiat
Prot Dosim. https://doi. org/10.1093/rpd/ncv027
6. Brenner DJ, Hall EJ (2007) Computed tomography–an increasing source of
radiation exposure. N Engl J Med 357:2277–2284. https
://doi.org/10.1056/NEJMra072149
7. Niemann T, Kollmann T, Bongartz G (2008) Diagnostic performance of low-
dose CT for the detection of urolithiasis: a meta-analysis. AJR Am J
Roentgenol 191:396–401. https://doi. org/10.2214/AJR.07.3414
8. Morgan DE, Nallamala LK, Kenney PJ, Mayo MS, Rue LW 3rd (2000) CT
cystography: radiographic and clinical predictors of bladder rupture. AJR Am
J Roentgenol 174:89–95. https://doi. org/10.2214/ajr.174.1.1740089
9. Montigny P, Pringot J, Billemont MF, Matthys P (2013) Traumatic urinary
bladder rupture: the usefulness of CT cystography. JBRBTR: Organe Soc R
Belge de Radiol 96:90
10. Peng MY, Parisky YR, Cornwell EE 3rd, Radin R, Bragin S (1999) CT
cystography versus conventional cystography in evaluation of bladder injury.
18
AJR Am J Roentgenol 173:1269–1272.
https://doi.org/10.2214/ajr.173.5.10541103
11. Hur J, Park SB, Lee JB et al (2015) CT for evaluation of urolithiasis: image
quality of ultralow-dose (Sub mSv) CT with knowledge-based iterative
reconstruction and diagnostic performance of low-dose CT with statistical
iterative reconstruction. Abdom Imaging. https://doi.org/10.1007/s00261-015-
0411-2
12. Park SB, Kim YS, Lee JB, Park HJ (2015) Knowledge-based iterative model
reconstruction (IMR) algorithm in ultralow-dose CT for evaluation of
urolithiasis: evaluation of radiation dose reduction, image quality, and
diagnostic performance. Abdom Imaging 40:3137–3146.
https://doi.org/10.1007/s00261-015-0504-y
13. Arapakis I, Efstathopoulos E, Tsitsia V et al (2014) Using “iDose4” iterative
reconstruction algorithm in adults’ chest-abdomen-pelvis CT examinations:
efect on image quality in relation to patient radiation exposure. Br J Radiol
87:20130613. https:// doi.org/10.1259/bjr.20130613
14. Deak PD, Smal Y, Kalender WA (2010) Multisection CT protocols: sex- and
age-specifc conversion factors used to determine efective dose from dose-
length product. Radiology 257:158–166.
https://doi.org/10.1148/radiol.10100047
15. Williams TR, Longoria OJ, Asselmeier S, Menon M (2008) Incidence and
imaging appearance of urethrovesical anastomotic urinary leaks following da
Vinci robotic prostatectomy. Abdom Imaging 33:367–370.
https://doi.org/10.1007/s00261-007-9247-8
16. Chan DP, Abujudeh HH, Cushing GL Jr, Novelline RA (2006) CT
cystography with multiplanar reformation for suspected bladder rupture:
experience in 234 cases. AJR Am J Roentgenol 187:1296–1302.
https://doi.org/10.2214/AJR.05.0971
17. Kim Y, Kim YK, Lee BE et al (2015) Ultra-low-dose CT of the thorax using
iterative reconstruction: evaluation of image quality and radiation dose
19
reduction. AJR Am J Roentgenol 204:1197– 1202.
https://doi.org/10.2214/AJR.14.13629
18. Baumueller S, Winklehner A, Karlo C et al (2012) Low-dose CT of the lung:
potential value of iterative reconstructions. Eur Radiol 22:2597–2606.
https://doi.org/10.1007/s00330-012-2524-0
19. Mettler FA Jr, Huda W, Yoshizumi TT, Mahesh M (2008) Efective doses in
radiology and diagnostic nuclear medicine: a catalog. Radiology 248:254–263.
https://doi.org/10.1148/radiol.24810 71451
20. Neisius A, Wang AJ, Wang C et al (2013) Radiation exposure in urology: a
genitourinary catalogue for diagnostic imaging. J Urol 190:2117–2123.
https://doi.org/10.1016/j.juro.2013.06.013
21. Tyritzis SI, Katafgiotis I, Constantinides CA (2012) All you need to know
about urethrovesical anastomotic urinary leakage following radical
prostatectomy. J Urol 188:369–376. https://doi.
org/10.1016/j.juro.2012.03.126
22. Lim JH, You D, Jeong IG, Park HK, Ahn H, Kim CS (2013) Cystoscopic
injection of N-butyl-2-cyanoacrylate followed by fbrin glue for the treatment
of persistent or massive vesicourethral anastomotic urine leak after radical
prostatectomy. Int J Urol 20:980–985. https://doi.org/10.1111/iju.12094
23. Gnanapragasam VJ, Baker P, Naisby GP, Chadwick D (2005) Identifcation
and validation of risk factors for vesicourethral leaks following radical
retropubic prostatectomy. Int J Urol 12:948–952.
https://doi.org/10.1111/j.1442-2042.2005.01166.x
24. Ryu J, Kwon T, Kyung YS et al (2013) Retropubic versus robotassisted
laparoscopic prostatectomy for prostate cancer: a comparative study of
postoperative complications. Korean J Urol 54:756–761.
https://doi.org/10.4111/kju.2013.54.11.756
25. Webb DR, Sethi K, Gee K (2009) An analysis of the causes of bladder neck
contracture after open and robot-assisted laparoscopic radical prostatectomy.
BJU Int 103:957–963. https://doi. org/10.1111/j.1464-410X.2008.08278.x
20
26. Han KS, Choi HJ, Jung DC et al (2011) A prospective evaluation of
conventional cystography for detection of urine leakage at the vesicourethral
anastomosis site after radical prostatectomy based on computed tomography.
Clin Radiol 66:251–256. https://doi. org/10.1016/j.crad.2010.08.009
27. Yossepowitch O, Baniel J (2010) Persistent vesicourethral anastomotic leak
after radical prostatectomy: a novel endoscopic solution. J Urol 184:2452–
2455. https://doi.org/10.1016/j. juro.2010.08.014
28. Castillo OA, Alston C, Sanchez-Salas R (2009) Persistent vesicourethral
anastomotic leak after laparoscopic radical prostatectomy: laparoscopic
solution. Urology 73:124–126. https://doi. org/10.1016/j.urology.2008.08.469
21