Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan medik,


pelayanan Unit Radiologi telah diselenggarakan di hampir semua kelas dan
jenis Rumah Sakit.
Pelayanan Radiologi tersebut diselenggarakan dengan berbagai sistem
atau prosedur, prasarana, sarana, peralatan dan ketenagaan.
Ketidakseragaman ini kurang menguntungkan dalam penyelenggaraan
pelayanan Radiologi baik teknis maupun administratif. Oleh sebab itu, agar
pelayanan Radiologi dapat berjalan dengan aman, lancar serta berperan baik
dalam meningkatkan mutu pelayanan medik di Rumah Sakit, maka perlu
dibuat suatu pedoman pelayanan Radiologi di Rumah Sakit yang diharapkan
dapat menjadi pegangan.

B. Tujuan Pedoman
1. Tersedianya pedoman bagi petugas di Unit Radiologi dalam memberikan
pelayanan Radiologi kepada pasien.
2. Sebagai pedoman Pelayanan Radiologi Rumah Sakit Umum kelas C.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Pelayanan Unit Radiologi di Rumah Sakit iselenggarakan bagi :
a. Pelayanan rutin.
b. Pelayanan gawat darurat.
2. Pelayanan Unit Radiologi meliputi :
a. Pelayanan radiodiagnostik konvensional.
b. Pelayanan USG.

D. Batasan Operasional
Pemeriksaan radiodiagnostik yang diselenggarakan harus mampu

1
mendeteksi kelainan-kelainan pada pemeriksaan rontgen, USG.
1. Pemeriksaan dengan dan tanpa media kontras meliputi pemeriksaan :
a. Tractus gastrointestinal ( Appendicogram )
b. Tractus urinarius
c. Tractus respiratorius
d. System muscolosceletal (cranium, collumna vertebralis, ekstremitas,
articulations, pelvis)
2. Pemeriksaan USG yang mendeteksi kelainan-kelainan :
a. Hepar
b. Vesica fellea (Gall Bladder/ kandung empedu)
c. Ginjal
d. Pancreas
e. Lien
f. Vesica urinaria
g. Organ genitalia interna
h. Kelenjar tiroid
i. Mammae
j. Sendi ( Musculoskeletal )
k. Jaringan lunak

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/PER/III/2008 tentang
Radiologi.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
410/MENKES/SK/III/2010 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang

2
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1041/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber daya Manusia

3
Agar pelayanan radiologi dapat terselenggarakan dengan mutu yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka pemeriksaan Radiologi harus dilakukan oleh
tenaga yang profesional.
1. Kualifikasi tenaga yang harus tersedia :
a. Tenaga medis :
Dokter spesialis radiologi yang diakui oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan serta Kementerian Kesehatan.
b. Tenaga Paramedis
Tenaga paramedis non perawatan (Lulusan Akademi Penata Rontgen /
Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, Diploma Teknik
Radiologi).
c. Tenaga Administrasi
Tenaga dengan dasar pendidikan SLTA atau yang sederajat yang
mempunyai pengetahuan keadministrasian.

2. Ketenagaan di Unit Radiologi Rumah Sakit terdiri dari :


a. Satu orang Dokter Spesialis Radiologi Purna Waktu.
b. Empat orang Ahli Madya Radiodiagnostik.
Kepala Unit Radiologi
c. Tiga orang petugas pembantu administrasi Radiologi

IGD

INSTALASI
RAWAT INAP
Penanggung Jawab Radiologi

KASIR

B. Distribusi Ketenagaan
INSTALASI
1. Struktur Organisasi Unit Radiologi Rumah Sakit
RAWAT JALAN

Pelaksana Radiologi Staf Administrasi 4


PPR
2. Uraian Tugas
a. Kepala Unit
1) Tanggung jawab pekerjaan
a) Melaksanakan tugas sebagai dokter spesialis sesuai dengan kode
etik dan kompetensi.
b) Bekerjasama untuk mengkoordinir seluruh tugas-tugas yang

5
dilaksanakan dibagian radiologi untuk menjamin serta
meningkatkan mutu pelayanan.
c) Merencanakan peningkatan mutu pelayanan, pengembangan staf
dan sarana bagian radiologi.
d) Menyusun standar pelayanan medis di bagian radiologi bersama-
sama dengan komite medik yang akan diberlakukan di bagian
radiologi.
e) Mengontrol kualitas pelayanan agar sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medis.
2) Wewenang
a) Membuat penilaian evaluasi kerja penanggung jawab Radiologi.
3) Persyaratan jabatan
a) Pendidikan & Pelatihan : Dokter Spesialis Radiologi
Workshop dan Seminar The 7Th Continuing

b. Penanggung Jawab
1) Tanggung Jawab Pekerjaan
a) Mengkoordinir tenaga-tenaga yang ada di Unit Radiologi.
b) Merencanakan peralatan yang dibutuhkan di Unit Radiologi.
c) Merencanakan kebutuhan bahan habis pakai misalnya film x-ray,
media kontras dan chemical serta alat – alat kelengkapan
radiologi (accessories).
d) Membimbing dan membina tenaga paramedis ATRO dan tenaga
lainnya dalam melakukan pekerjaan pelayanan Radiologi.
e) Membuat dan melaporkan kepada Direktur kegiatan serta jumlah
pemeriksaan radiologi secara berkala.
f) Merencanakan pemeriksaan kesehatan berkala (minimal setahun
sekali) bagi pekerja dalam bidang radiasi bila terdapat dosis sinar
x-ray yang lebih dari yang ditentukan (sesuai dengan hasil film
badge) maka petugas ini harus dikonsulkan kepada seorang ahli
penyakit dalam.

6
g) Menghadiri rapat rutin yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit.
h) Mengawasi segi-segi bahaya radiasi dan proteksi radiasi.
i) Mengawasi pemeliharaan semua peralatan dan merencanakan
pengecekan secara berkala serta pada keadaan darurat.
j) Melaksanakan program PPI, Patient safety dan kinerja
keselamatan kerja di Radiologi
k) Melakukan verifikasi data mutu unit dan evaluasinya bersama
dengan kepala Bidang Penunjang Medis.
2) Wewenang :
a) Mengajukan permintaan kebutuhan Unit Radiologi kepada Unit
Farmasi melalui Kepala Penunjang Medis.
b) Memberikan masukan kepada Pimpinan Rumah Sakit dalam
permasalahan pelayanan dan pengembangan Unit Radiolog
melalui Kepala Bidang Penunjang Medis.
c) Membuat penilaian evaluasi kinerja pegawai yang ada di Unit
Radiologi.
3) Persyaratan jabatan
a) Pendidikan & Pelatihan : D. III Radiofotografi
Sertifikat seminar ilmiah
berkesinambungan

c. Radiografer Pelaksana
1) Tanggung Jawab Pekerjaan
a) Melaksanakan kegiatan radiologi secara umum.
b) Bertanggung jawab terhadap proses pembuatan radiografi secara
keseluruhan dengan pencucian manual.
c) Bertanggungjawab terhadap pemakaian, pemeliharaan dan
kerusakan yang terjadi pada film rontgen dan chemical/ obat
pembangkit.
d) Bertanggung jawab mencarikan dokter spesialis radiologi pada
pemeriksaan yang memerlukan penanganan dokter ahli radiologi

7
maupun untuk pembacaan foto rontgen.
e) Bertanggung jawab terhadap pengadaan film rontgen, film USG,
obat pembangkit dan media kontras.
f) Mengusulkan alat-alat rontgen baru yang dibutuhkan di unit
radiologi.
g) Mengusulkan jadwal dinas di unit radiologi.
h) Membantu dokter ahli radiologi atau non radiologi dalam
pemeriksaan radiologi.
i) Membuat radiografi diruangan bila dibutuhkan.
j) Melapor kepada Kepala Bidang Pelayanan bila terjadi kerusakan
pesawat dan accesiorisnya.
k) Membantu pengumpulan data pemeriksaan secara berkala.
l) Melakukan perawatan semua peralatan radiologi dan
accesiorisnya sehingga selalu siap dipakai.
m) Membina petugas kamar gelap sehingga tercapai hasil akhir yang
optimal dari foto rontgen.
n) Melaksanakan program PPI, Patient safety dan kinerja
keselamatan kerja di Radiologi
2) Persyaratan jabatan
a) Pendidikan & Pelatihan : D. III Teknik Radiofotografi
Sertifikat seminar ilmiah
berkesinambungan

d. Petugas Proteksi Radiasi / Radiografer Pelaksana


1) Tanggung Jawab Pekerjaan
a) Memberikan instruksi teknis dan administratif secara lisan atau
tertulis kepada pekerja radiasi tentang keselamatan kerja radiasi
yang baik. Instruksi harus mudah dimengerti dan dapat
dilaksanakan.

8
b) Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran
serendah mungkin dan tidak akan pernah mencapai batas
tertinggi.
c) Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala sesuatu
sehingga dapat menimbulkan kecelakaan radiasi.
d) Mencegah kehadiran orang yang tidak berkepentingan ke daerah
pengendalian.
e) Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan
Proteksi Radiasi.
f) Menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi
apabila diperlukan dan melaksanakan pemonitoran radiasi dan
tindakan proteksi radiasi.
g) Memberikan penjelasan serta penyediaan perlengkapan Proteksi
Radiasi yang memadai kepada pengunjung atau tamu apabila
diperlukan.
h) Melaksanakan kegiatan radiologi secara umum.
i) Bertanggung jawab terhadap proses pembuatan radiografi secara
keseluruhan dengan pencucian manual.
j) Bertanggung jawab terhadap pemakaian, pemeliharaan dan
kerusakan yang terjadi pada film rontgen dan chemical/ obat
pembangkit.
k) Bertanggung jawab mencarikan dokter spesialis radiologi pada
pemeriksaan yang memerlukan penanganan dokter ahli radiologi
maupun untuk pembacaan foto rontgen.

l) Mengusulkan alat-alat rontgen baru yang dibutuhkan di unit


radiologi.
m) Mengusulkan jadwal dinas di unit radiologi.
n) Membantu dokter ahli radiologi atau non radiologi dalam
pemeriksaan radiologi.
o) Membuat radiografi diruangan bila dibutuhkan.

9
p) Melapor kepada Penanggung jawab Radiologi bila terjadi
kerusakan pesawat dan accesorisnya.
q) Melaksanakan program PPI, Patient safety dan kinerja
keselamatan kerja di Radiologi

2) Persyaratan jabatan
a) Pendidikan & Pelatihan : D. III Teknik Radiofotografi
Sertifikat seminar ilmiah
berkesinambungan
Lisensi PPR

e. Petugas Administrasi
1) Tanggung jawab Pekerjaan
a) Mengkordinir pelaksanaan kegiatan adaministrasi penerimaan
pasien.
b) Mengkordinir dan melaksanakan kegiatan transaksi baik rawat
jalan maupun rawat inap.
c) Bertanggung jawab dalam pengelolaan antrian pasien yang akan
dilakukan pemeriksaan Radiologi.
d) Mampu dalam memberikan informasi tentang pemeriksaan dan
juga biaya serta persyaratan sebelum pemeriksaan Radiologi.
e) Menyiapkan ATK termasuk formulir – formulir Radiologi dan
laporan penggunaannya.
f) Melaksaksanakan kegiatan pencatatan dan pengolaan arsip
Radiologi.
g) Bertanggung jawab dalam menginput isi hasil Radiologi.
h) Bertanggung jawab dalam penyerahan hasil Radiologi.
i) Melaksanakan program PPI, Patient safety dan kinerja
keselamatan kerja di Radiologi.
2) Persyaratan Jabatan
a) Pendidikan & Pelatihan : Sertifikat seminar ilmiah

10
berkesinambungan

3. Pengaturan Jaga
Unit radiologi melaksanakan pelayanan rutin dan gawat darurat
terbuka 24 jam dari senin sampai dengan minggu yang terbagi dalam 3 shift
yaitu :
1. Pagi : Pukul 07.00 – 14.00 WIB
2. Siang : Pukul 14.00 – 21.00 WIB
3. Malam : Pukul 21.00 – 07.00 WIB

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang ( Lampiran )


B. Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana ditujukan bagi terselenggaranya pelayanan

11
Radiologi yang aman, efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku, serta
dimungkinkan petugas unit radiologi bekerja dengan nyaman dan tertib.
Letak Unit Radiologi harus sedemikian rupa sehingga mudah melayani
pasien rujukan rawat jalan, rawat inap maupun pasien dari luar Rumah sakit.
Unit radiologi mempunyai 2 (dua) alat x-ray yaitu, general stasioner untuk
semua jenis pemeriksaan rutin baik dengan atau tanpa media kontras, dan alat
mobile untuk pemeriksaan pasien yang memerlukan pelayanan segera (gawat
darurat).
Unit Radiologi terdiri dari bangunan sebagai berikut :

1. Satu ruangan radiografi dengan ukuran sekurang-kurangnya 6m (p) x 4m


(l) x 2,7m (t) termasuk panel kontrol.
2. Satu ruangan USG ukuran 4m (p) x 3m (l) x 3m (t).
3. Satu ruangan untuk Komputer Radiologi, ukuran 3m (p) x 2m (l) x 3m (t).
4. Satu ruangan untuk kamar gelap sekurang-kurangnya ukuran 3m (p) x 2m
(l) x 3m (t).
5. Satu ruangan untuk loket penerimaan dan pengambilan hasil radiografi
ukuran 4m (p) x 3m (l) x 3m (t).
6. Satu ruang tunggu pasien ukuran 5m (p) x 3m (l) x 3m (t).
7. Satu WC dan kamar mandi untuk pasien.

Semua ruangan harus mempunyai sistem ventilasi yang baik atau


dilengkapi dengan AC, aliran listrik dan air yang tersedia dengan cukup.
Khusus untuk proteksi radiasi ruangan pemeriksaan radiodiagnostik harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Dinding ruangan terbuat dari beton setebal 15 cm dengan plesteran (bahan
beton dari batu split dengan densitas 2,3 gr/cm kubik atau batu koral dengan
densitas 1,8 gr/cm kubik atau dilapisi timah hitam tebal 2mm Pb.
2. Semua pintu kayu harus dilapisis timah hitam tebal 2 mm.
3. Tinggi jendela dari lantai minimal 2 meter.
4. Mempunyai lampu merah di atas pintu masuk ruang pemeriksaan.

12
C. Standar Fasilitas
1. Kamar Pemeriksaan :
a. Satu unit pesawat x-ray stationer Meditronik 500 mA.
b. Satu buah bucky standar cassette.
c. Dua unit AC.
d. Dua buah meja tempat accessories pemeriksaan Radiologi.
e. Kamar ganti pasien.
2. Kamar Operator
a. Satu unit control panel pesawat Meditronik X-ray 500 mA.
b. Satu buah pesawat telpon.
3. Kamar Gelap.
a. Satu tangki developer manual.
b. Satu buah bak rinsing.
c. Satu tangki fixer manual
d. Satu buah bak washing
e. Satu buah light- case
f. Satu buah lemari penyimpan film x-ray.
g. Hanger Film
h. Satu buah mesin pengering (Drying)
4. Ruang Komputer Radiologi dan Arsip Radiologi.
a. Satu unit computer Workstation
b. Satu Unit Digitizer CR AGFA 10-X
c. Satu unit Printer Drystar 5302
d. Satu buah Lemari Arsip
e. Satu buah kursi
5. Ruang Pembacaan Dokter Spesialis Radiologi.
a. Satu buah light-case
b. Satu buah meja tulis
c. Dua buah kursi
d. Satu buah bufet tempat dokumen-dokumen Radiologi.
e. Satu unit komputer dan printer.

13
6. Ruang Loket Pendaftaran
a. Satu buah meja counter pendaftaran.
b. Dua buah kursi.
c. Satu buah pesawat telpon.
7. Kamar Mandi Pasien
8. Ruang USG ( Ultrasonografi )
a. Satu unit pesawat USG GE
b. Satu buah tempat tidur dan bantal
c. Satu buah kursi

Perlengkapan proteksi radiasi :


a. Lead apron 2 (dua0 buah tebal 0,5 mm Pb.
b. TLD sesuai jumlah pekerja radiasi.
c. Screen dengan lead glass ukuran 20 cm x 30 cm tebal 2 mm Pb.

Untuk menyelenggarakan pemeriksaan radiodiagnostik dan ultrasonografi


tersebut di atas, maka peralatan radiologi yang dibutuhkan adalah :

Peralatan :
a. 1 (satu) buah pesawat X-ray stationer dengan kapasitas 500 mA-120 kV,
tipe transformer,
b. 2 (dua) buah switch (minimal).
c. 1 (satu) buah USG Multipurpose dengan komponen : tranduser 3,5- 5 mH.
d. 1 (satu) buah pesawat mobile x-ray dengan kapasitas 100 mA.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Demi ketertiban serta lancarnya pelayanan bagi para pasien yang memerlukan
pemeriksaan Radiologi maka yang harus diperhatikan :
1. Unit Radiologi menerima konsultasi pemeriksaan radiologi dari dokter di dalam

14
Rumah Sakit sendiri maupun dari dokter luar Rumah Sakit.
2. Tempat pelayanan radiologi pada Rumah Sakit harus mempunyai loket
pendaftaran tersendiri. Hal ini dikarenakan yang dapat menentukan besarnya
tarif secara tepat hanyalah petugas di Unit Radiologi.
3. Pelayanan Radiologi yang diselenggarakan disesuaikan dengan kualifikasi
tenaga dan peralatan yang dimiliki yaitu :
a. Semua x-foto tanpa kontras/polos dan dengan kontras.
b. Selain pelayanan yang sifatnya rutin dan perjanjian juga melayani kasus
gawat darurat dan foto rontgen dari ruang perawatan/ruang rawat inap.
c. Bila diperlukan pemeriksaan yang lebih spesifik dapat transfer ke rumah
sakit yang mempunyai peralatan yang lebih canggih.

A. Tata Laksana Pelayanan Radiologi


1. Pemeriksaan radiodiagnostik dilakukan hanya berdasarkan permintaan dari
dokter dalam surat permintaan tersebut dicantumkan keadaan klinis.
2. Pemeriksaan radiologi tanpa media kontras dikerjakan oleh radiografer.
3. Pemeriksaan dengan media kontras dan ekspertisi dikerjakan oleh dokter
spesialis radiologi.
4. Tanggung jawab hasil pemeriksaan radiodiagnostik berada dalam tanggung
jawab seorang dokter spesialis radiologi.
5. Pemeriksaan harus dilakukan oleh tenaga bidang radiologi.
6. Penuntun prosedur teknik dan pemeliharaan rutin diberikan kepada tenaga
radiografer.
7. Penuntun prosedur administrasi diketahui semua staf unit radiologi.
8. Kebijakan dan prosedur akan dikembangkan oleh staf unit radiologi
bekerjasama dengan profesi lain terkait.

B. Prosedur Kerja dengan Pesawat Sinar - X


Setiap petugas pada saat melakukan pekerjaan dengan pesawat sinar X harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Menggunakan baju pelindung yang terbuat dari Pb/timbal (Apron

15
protective).
2. Menggunakan alat monitoring personil.
3. Berdiri sejauh mungkin dari sumber sinar (Source).
4. Berdiri dibelakang tabir pelindung (Shielding).
5. Bekerja sesingkat mungkin.

C. Sasaran Pelayanan
Pelayanan Radiologi di RS. diselenggarakan bagi :
1. Pelayanan rutin.
2. Pelayanan gawat darurat.

D. Jenis Pelayanan Radiologi


1. Pelayanan Radiodiagnostik
Pemeriksaan dengan dan tanpa media kontras meliputi pemeriksaan :
a. Tractusgastrointestinal ( Appendicogram ).
b. Tractus Biliaris
c. Hepar
d. Lien
e. Pancreas
f. Tractus Urogenitalia
g. Tractus Respiratorius
h. Sistem Musculoskletal (Cranium, Columna Vertebralis, Ekstremitas,
Pelvis)

2. Pelayanan USG
Mendeteksi kelainan – kelainan :
a. Hepar
b. Vesica Fellea (Kandung Empedu / Gall Bladder)
c. Ginjal

16
d. Pancreas
e. Lien
f. Vesica Urinaria
g. Organ Genitalia Interna
h. Kelenjar Tiroid
i. Mammae.
3. Pelayanan pemeriksaan yang dilakukan di Rumah sakit Rujukan yaitu :
a. CT Scan dirujuk ke Rumah Medika
b. MRI dirujuk ke Rumah Sakit Mitra Keluarga

E. Tata Cara Pelayanan Radiologi Yang Berlaku


1. Pasien Rawat Jalan
a. Pasien
1) Setelah diperiksa oleh dokter di poliklinik dengan membawa formulir
pemeriksaan radiologi, pasien ke bagian radiologi untuk melakukan
pemeriksaan Radiologi.
2) Khusus untuk rujukan dari dokter praktek swasta (luar) atau untuk
pasien yang minta foto rontgen sendiri, petugas radiologi
mengarahkan untuk ke bagian rekam medik untuk di daftar dan minta
nomor rekam mediknya. Setelah itu pasien ke ruangan radiologi
untuk melakukan pemeriksaan radiologi.
b. Petugas Administrasi
1) Memberitahukan kepada pasien besarnya biaya pemeriksaan foto
rontgen.
2) Mencatat identitas pasien dibuku register.
3) Membuat ID printer.
c. Petugas Radiologi
1) Melakukan registrasi/pencatatan.
2) Melakukan pengambilan foto rontgen sesuai permintaan dokter.
3) Menjelaskan kepada pasien kapan hasil foto rontgen dapat diambil.
4) Untuk pasien dari poliklinik hasil foto rontgen diperlukan pada

17
dokter yang meminta untuk diperlihatkan (belum ada hasil ekspertise
dokter).
5) Menghubungi dokter Spesialis Radiologi untuk membacakan hasil
foto rontgen.

2. Pasien Rawat Inap


a. Dokter
Menuliskan macam pemeriksaan yang dikehendaki pada rekam medis
dan mengisi formulir pemeriksaan Radiologi.
b. Perawat ruang rawat
1) Mempersiapkan pasien sesuai dengan macam pemeriksaan radiologi
yang diminta dokter (foto non-kontras, foto kontras dan lain-lain).
2) Menghubungi Unit Radiologi.
3) Mengantar pasien ke Unit Radiologi dengan membawa formulir
permintaan pemeriksaan radiologi dan catatan medik pasien rawat
inap.
4) Menyerahkan formulir pemeriksaan foto rontgen dan catatan medik
rawat inap kepada radiografer.
5) Untuk pemeriksaan yang memerlukan media kontras, bagian
perawatan mendaftarkan pasien ke Unit Radiologi satu hari
sebelumnya.
c. Radiografer
1) Menerima dan membaca formulir pemeriksaan rontgen dari bagian
perawatan.
2) Melakukan pemeriksaan foto rontgen sesuai dengan pemeriksaan
dokter.
3) Melakukan pencatatan pada buku register Unit Radiologi.
4) Memberikan biaya pada formulir pemeriksaan radiologi dan
dijadikan satu pada status pasien.
5) Dokter spesialis radiologi untuk membacakan hasil foto rontgen.

18
3. Pengambilan hasil foto radiologi
Cara pelayanan pengambilan hasil rontgen yang berlaku di Unit Radiologi
adalah sebagai berikut :
a. Dokter Spesialis Radiologi
Memberikan hasil ekspertise foto rontgen yang diminta oleh dokter
pengirim.
b. Pasien
Datang ke unit radiologi untuk mengambil foto rontgen dan hasil
ekspertise foto rontgen.
c. Petugas Unit Radiologi
1) Mencatat tanggal foto rontgen, nama pasien, jenis foto rontgen,
nomor klinik pasien dan juga minta tanda terima atau tanda tangan
serta nama terang pengambil foto rontgen.
2) Pasien dimohon untuk kontrol dengan membawa foto rontgen dan
hasil ekspertise dokter.

4. Sistem Pembayaran Pasien


Untuk pasien unit radiologi sistem pembayaran terlebih dahulu pasien
membayar ke kasir rawat jalan untuk pasien rawat jalan dan ke kasir rawat
inap untuk pasien rawat inap.

BAB V
LOGISTIK

Pengadaan alat dan bahan di unit radiologi ada 2 macam yaitu :


1. Pengadaan bahan dan alat non medis.
2. Pengadaan bahan dan alat medis, termasuk obat dan alat kesehatan.

19
1. Pengadaan Bahan dan Alat Non Medis
Contoh bahan dan alat non medis adalah barang alat tulis kantor, cetakan,
barang keperluan rumah tangga, barang elektronik dan sebagainya.
2. Pengadaan Bahan dan Alat Medis, termasuk Obat dan Alat Kesehatan contoh
bahan dan alat medis adalah media kontras, spuit, film x-ray, cairan chemical x-
ray dan sebagainya.
3. Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan
Pengadaan obat dan alat kesehatan yang diperlukan di Unit Radiologi :
a. Radiografer
1) Mendata obat dan alat kesehatan yang digunakan untuk pemeriksaan
radiologi dengan media kontras.
2) Mendata obat-obat emergency (Basic Live Support).
b. Penanggung Jawab Radiologi
1) Membuat Permintaan ke Unit Farmasi sesuai kebutuhan radiologi.
2) Mencatat dalam form permintaan obat dan alat kesehatan unit radiologi.
4. Persediaan Obat dan Alkes di Unit Radiologi

NO NAMA BARANG KEMASAN JUMLAH


1 Pemakaian Rutin
Film
Film 8 Inch Box / 100 3
Film 10 Inch Box / 100 3
Cairan
Developer Galon / 20 ltr 1
Fixer Galon / 20 ltr 1
Kontras
Iopamiro Vial / 50 cc 3
Omnipaque Vial / 20 cc 5
Barium Vial / 3500 gr 1
Cateter

20
Folley cat no.8 pc 5
Folley cat no.10 pc 5

2 Alkes
Spuit 50 cc pc 3

Spuit 10 cc pc 5

Spuit 5 cc pc 2

Spuit 3 cc pc 5

Spuit 1 cc pc 3
Ltr
Alkohol 1

Betadin Ltr 1

NaCl Vial 1

Kassa Glg 1

Micropore Roll 1

Gloves S Dus 1

Gloves M Dus 1
Btl
Jelly USG 5

Needle 19 pc 3

Wing Needle 21 pc 3

3 ATK / Habis Pakai


Buku Folio 200 Bh 2
Buku Kwarto Bh 3

Buku Oktavo Bh 3

Buku Ekspedisi Bh 2

Odner Bh 3

21
Box File Bh 2

Spidol Permanen Bh 2

Spidol White Board Bh 2

Pulpen Bh 1

Pinsil Bh 1

Spidol kecil Bh 1

Stabilo Bh 1

Paper Clip Dus 1


Isi Staples Dus 1
Isi Cutter Dus 1
Tom & jerry Pack 1
Continuos form (3) Rim 2
Continuos form (3) Charge Rim 1
slip
Plastik Obat kecil Bks 1
Ketas film USG Roll 5
Tinta stempel Btl 1
Tissue gulung Roll 4
Tissue USG Pack 5
Stella AC Pc 4
Stella bathroom Pc 2
Stella spray 250 Btl 2
Kamper Pack 1
Sunlight Cair 800 Reff 1
Hand Sanitizer Btl 4
Hand Soap Btl 2

4 ATK / Cetakan
Amplop Film Kecil Lbr 500

22
Map USG Pc 200
Buku resep Pc 1
Buku PO Pc 1

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Keselamatan Radiasi
1. Asas Proteksi Radiasi dan Keselamatan Radiasi
Keselamatan dan kesehatan terhadap radiasi pengion yang selanjutnya
disebut keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk
menciptakan kondisi yang sedemikian agar efek radiasi pengion terhadap

23
manusia (dalam hal ini adalah pekerja radiasi, pasien dan keluarganya) dan
lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran memuat konsepsi asas proteksi radiasi yang terdiri atas
asas Justifikasi, Limitasi dan Optimisasi.
a. Asas justifikasi, bahwa setiap kegiatan yang memanfaatkan radioaktif
atau sumber radiasi lainnya hanya boleh dilakukan apabila
menghasilkan keuntungan yang lebih besar kepada seseorang yang
terkena penyinaran radiasi atau bagi masyarakat, dibandingkan dengan
kerugian radiasi yang mungkin diakibatkannya, dengan memperhatikan
factor social factor ekonomi, dan factor lainnya yang sesuai. Dalam
melakukan pengkajian perlu diperhitungkan pula estimasi kerugian
yang berasal dari penyinaran potensial, yaitu terjadinya penyinaran yang
tidak dapat diprediksikan sebelumnya.
b. Asas limitasi, bahwa penerimaan dosis oleh seseorang tidak boleh
melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang ditetapkan oleh Badan
Pengawas. Yang dimaksud Nilai Batas Dosis disini adalah dosis radiasi
yang diterima dari penyinaran eksterna dan interna selama 1 (satu)
tahun dan tidak tergantung pada laju dosis. Penetapan Nilai Batas Dosis
ini tidak memperhitungkan penerimaan dosis untuk tujuan medik dan
yang berasal dari radiasi alam.
c. Asas optimisasi, bahwa proteksi dan keselamatan terhadap penyinaran
yang berasal dari sumber radiasi yang dimanfaatkan, harus diusahakan
sedemikian rupa sehingga besarnya dosis yang diterima seseorang dan
jumlah orang yang tersinari sekecil mungkin dengan memperhatikan
faktor sosial dan ekonomi. Pada dosis perorangan yang berasal dari
sumber radiasi harus diberlakukan pembatasan dosis yang besarnya
dibawah Nilai Batas Dosis.
Jadi, asas proteksi radiasi berfokus pada keselamatan pasien yang
melakukan pemeriksaan di Unit Radiologi.

24
2. Prosedur Proteksi Radiasi dan Keselamatan Radiasi untuk Pasien
a. Menggunakan kolimasi pembatas sinar utama sesuai luas daerah yang di
periksa.
b. Memperhatikan jumlah panduan paparan medis.
c. Melakukan sesuai SPO (Standar Prosedur Operasional) di Unit
Radiologi.
d. Bilamana mungkin berikan pelindung pada organ yang peka terhadap
radiasi seperti gonad, payudara dan tiroid.

3. Prosedur Proteksi Radiasi dan Keselamatan Radiasi untuk Pendamping


a. Menggunakan perlengkapan proteksi radiasi seperti apron protective.
b. Yang diperbolehkan mendampingi selama pemeriksaan adalah keluarga,
rekan, kerabat keluarga yang dewasa dan tidak sedang hamil.
c. Tidak berada pada berkas utama pesawat sinar X.

B. Keselamatan Pasien
1. Prosedur Identifikasi Pasien
a. Pada hari kerja formulir pengantar radiologi diterima melalui petugas
administrasi kemudian diteruskan ke unit radiologi. Pada hari libur
atau diluar jam kerja formulir pengantar radiologi langsung melalui unit
radiologi.
b. Untuk pasien yang berasal dari rawat jalan, petugas yang menerima
memastikan kolom identitas pasien pada surat pengantar sudah terisi
lengkap yaitu nomor rekam medis, tanggal, nama pasien, usia/tanggal
lahir, jenis kelamin, dokter pengirim, begitu juga keterangan klinis
pasien dan ceklist pemeriksaan. Apabila ada kolom yang belum terisi,
petugas yang menerima harus melakukan konfirmasi ke unit yang
merujuk.
c. Untuk pasien yang berasal dari rawat inap, semua kolom seperti pada
pasien rawat jalan harus terisi semua, ditambah dengan keterangan
ruangan tempat pasien dirawat.

25
d. Identifikasi pasien rawat jalan untuk pemeriksaan khusus atau terjadwal
harus disertai nomor telpon, untuk memudahkan konfirmasi jadwal.
e. Setelah formulir lengkap pasien akan dipanggil masuk ke ruang
radiologi, untuk dapat dilakukan pemeriksaan. Setelah pasien berada di
dalam ruang pemeriksaan, petugas radiologi mengkonfirmasi identitas
pasien kembali, dengan cara mencocokkan identitas yang tertera di surat
pengantar, dan mendapatkan konfirmasi sesuai dari pasien atau
keluarga.

2. Resiko Pasien Jatuh


a. Assesment resiko pasien jatuh pertama kali dilakukan oleh unit yang
merujuk baik itu pasien rawat inap maupun rawat jalan.
b. Unit yang merujuk harus memberikan tanda / keterangan adanya faktor
resiko pasien terjatuh melalui gelang identifikasi. Faktor resiko dapat
karena tanda vital pasien seperti tekanan darah pasien jauh dari batas
normal, maupun karena faktor kondisi fisik pasien.
c. Pasien dengan resiko jatuh dibawa ke unit radiologi dengan
menggunakan kursi roda atau brankar.
d. Dari tanda/ keterangan resiko jatuh, petugas radiologi akan melakukan
assessment ulang, untuk menentukan penatalaksanaan pemeriksaan.
e. Untuk pasien dengan resiko jatuh, apabila memang harus dilakukan
pemeriksaan dengan posisi berdiri, keluarga pasien harus membantu
selama pemeriksaan.
f. Keluarga pasien yang berada didalam ruang pemeriksaan radiologi
harus selalu mengenakan APD selama pemeriksaan.

26
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Latar Belakang
Pemanfaatan sumber radiasi harus berdasarkan azaz manfaat (justifikasi)
dimana resiko yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan dengan manfaat
yang diterima. Begitu juga dengan penyinaran diupayakan serendah mungkin
dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi, serta tidak melampaui

27
nilai batas dosis yang ditentukan. Oleh karena itu setiap penggunaan sumber
radiasi harus dipantau untuk mengurangi dampak negatif terhadap petugas
radiasi, pekerja lain dan masyarakat.

B. Tujuan
Menjamin keselamatan, keamanan, ketentraman dan kesehatan pasien,
para pekerja dan masyarakat.

C. Ruang Lingkup
1. Pengusaha Unit
2. PPR bidang kesehatan
3. Pekerja radiasi
4. Operator
5. Dokter Spesialis Radiologi
6. Dokter Spesialis lain yang terkait
7. Tenaga kesehatan/ keperawatan

D. Definisi
Keselamatan radiasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk
menciptakan kondisi yang sedemikian agar efek radiasi pengion terhadap
manusia dan lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan.
Proteksi radiasi adalah semua tindakan untuk mengurangi pengaruh radiasi
terhadap manusia akibat pemanfaatan teknologi.
E. Struktur Organisasi

Pengusaha Unit

Petugas Proteksi Radiasi (PPR)

28
Pekerja Radiasi

F. Tanggungjawab dan Kewajiban


1. Pengusaha Unit
a. Membentuk Organisasi Proteksi Radiasi dan menunjuk Petugas Proteksi
Radiasi dan bila perlu Petugas Proteksi Radiasi pengganti.
b. Hanya mengijinkan seorang pekerja dengan sumber radiasi setelah
memperhatikan segi kesehatan, pendidikan dan pengalamannya bekerja
dengan sumber radiasi.
c. Memberitahukan kepada semua pekerja radiasi tentang adanya potensi
bahaya radiasi yang terkandung dalam tugas mereka dan memberikan
latihan proteksi radiasi.
d. Menyediakan aturan keselamatan radiasi yang berlaku dalam
lingkungan perusahaan sendiri termasuk peraturan tentang
penanggulangan keadaan darurat.
e. Menyediakan prosedur kerja yang diperlukan.
f. Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi magang dan pekerja
radiasi dan pelayanan kesehatan bagi pekerja radiasi.
g. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk bekerja
dengan sumber radiasi.
h. Memberitahukan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan
instansi lain terkait (misalnya kepolisian, Dinas Pemadam Kebakaran)
bila terjadi bahaya radiasi atau keadaan darurat.

2. Petugas Proteksi Radiasi (PPR)


a. Memberikan instruksi teknis dan administratif secara lisan atau tertulis
kepada pekerja radiasi tentang keselamatan kerja radiasi yang baik.
Instruksi harus mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan.
b. Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran serendah

29
mungkin dan tidak akan pernah mencapai batas tertinggi.
c. Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala sesuatu sehingga
dapat menimbulkan kecelakaan radiasi.
d. Mencegah kehadiran orang yang tidak berkepentingan ke daerah
pengendalian.
e. Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan Proteksi
Radiasi.
f. Menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi apabila
diperlukan dan melaksanakan pemonitoran radiasi dan tindakan proteksi
radiasi.
g. Memberikan penjelasan serta penyediaan perlengkapan Proteksi Radiasi
yang memadai kepada pengunjung atau tamu apabila diperlukan.

3. Pekerja Radiasi
Seorang pekerja radiasi ikut bertanggung jawab terhadap keselamatan
radiasi di daerah kerjanya, dengan demikian ia mempunyai kewajiban
sebagai berikut :
a. Mengetahui, memahami dan melaksanakan semua ketentuan
keselamatan kerja radiasi.
b. Memanfaatkan sebaik-baiknya semua peralatan keselamatan radiasi
yang tersedia, bertindak hati-hati serta bekerja dengan aman untuk
melindungi baik dirinya maupun pekerja lain.
c. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimanapun kecilnya kepada
PPR (Petugas Proteksi Radiasi).
d. Melaporkan setiap gangguan kesehatan yang dirasakan, yang diduga
akibat penyinaran lebih.

G. Pelatihan
1. Pelatihan PPR (Petugas Proteksi Radiasi).
2. Pelatihan prosedur penggunaan alat yang benar.
3. Penjelasan tentang bahaya radiasi dan efeknya.

30
4. Penjelasan tentang arti tanda peringatan radiasi.

H. Deskripsi Fasilitas
Segala perlengkapan yang dimiliki oleh pesawat sinar X yang didesain,
dibangun dan digunakan dengan memenuhi persyaratan proteksi radiasi juga
memperhitungkan beban kerja maksimum, faktor guna penahan radiasi dan
faktor penempatan daerah sekitar. Fasilitas yang dimiliki :
1. Ruangan pesawat sinar X
2. Ruangan USG
3. Ruangan operator dengan kaca Pb (timah hitam)
4. Kamar gelap (tempat memproses film X-ray)
5. Ruang ganti pakaian pasien
6. Tanda radiasi berupa lampu merah
7. Peralatan basic life support, emergency kit
8. Ruang tunggu pasien.

I. Deskripsi Pesawat Sinar – X dan Peralatan Penunjang


1. Memenuhi standar yang dikeluarkan dari Komisi Elektronik Internasional
(IEC) dan atau Organisasi Standar Internasional (ISO).
2. Spesifikasi kinerja dan instruksi pengoperasian dan perawatan tersedia
dalam bahasa utama dunia dan diupayakan tersedia dalam bahasa lokal.
3. Kemungkinan adanya kegagalan peralatan karena kesalahan manusia
sekecil mungkin dan kegagalan dari komponen sistem dapat segera
terdeteksi.
4. Pemantapan prosedur pengoperasian termasuk kalibrasi dan pelaksanaan
program jaminan kualitas. Pemilihan dan pelatihan personil yang memadai
serta pelatihan ulang mengenai prosedur, proteksi dan keselamatan.
5. Tersedia mekanisme kontrol berkas sinar radiasi sehingga penyinaran
dibatasi hanya pada daerah yang sedang diperiksa.
6. Penyinaran radiasi medik sekecil mungkin yang bisa dicapai dengan tetap
mendapatkan informasi diagnostik yang diperlukan.

31
7. Parameter seperti tegangan, arus, posisi titik fokus, dinyatakan secara jelas
dan akurat.

J. Deskripsi Perlengkapan Proteksi Radiasi


1. TLD
Untuk mengetahui besarnya paparan radiasi yang diterima pekerja radiasi
dalam satu periode waktu.
2. Apron Pb (timbal) protective
Untuk melindungi pekerja radiasi atau pasien dari paparan radiasi.
3. Tanda radiasi
Seperti lampu merah di atas pintu masuk pasien dan tanda sinar-X ( tanda
bahaya radiasi warna kuning).
4. Kaca Pb (kaca timbal)
Untuk melihat posisi dan pergerakan pasien

K. Prosedur Intervensi Dalam Keadaan Darurat


Keadaan darurat adalah keadaan di luar dugaan yang memungkinkan
terjadinya bahaya radiasi bagi pekerja radiasi, pasien maupun masyarakat
umum. Tindakan yang harus dilakukan adalah:
1. Mematikan aliran listrik.
2. Mengevakuasi pasien.
3. Mengevaluasi dan mengisolasi tempat kejadian.
4. Meninjau kemungkinan yang terjadi dan mencatat semua kejadian untuk
dilaporkan ke BAPETEN.

L. Asas Proteksi Radiasi dan Keselamatan Radiasi Pada Pasien


Keselamatan dan kesehatan terhadap radiasi pengion yang selanjutnya
disebut keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan
kondisi yang sedemikian agar efek radiasi pengion terhadap manusia (dalam
hal ini adalah pekerja radiasi, pasien dan keluarganya) dan lingkungan hidup
tidak melampaui nilai batas yang ditentukan.

32
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran memuat konsepsi asas proteksi radiasi yang terdiri atas asas
justifikasi, limitasi dan optimisasi.
Asas justifikasi, bahwa setiap kegiatan yang memanfaatkan radioaktif
atau sumber radiasi lainnya hanya boleh dilakukan apabila menghasilkan
keuntungan yang lebih besar kepada seseorang yang terkena penyinaran
radiasi atau bagi masyarakat, dibandingkan dengan kerugian radiasi yang
mungkin diakibatkannya, dengan memperhatikan faktor sosial, faktor
ekonomi, dan faktor lainnya yang sesuai. Dalam melakukan pengkajian perlu
diperhitungkan pula estimasi kerugian yang berasal dari penyinaran potensial,
yaitu terjadinya penyinaran yang tidak dapat diprediksikan sebelumnya.
Asas limitasi, bahwa penerimaan dosis oleh seseorang tidak boleh
melampaui Nilai Batas Dosis yang ditetapkan oleh Badan Pengawas. Yang
dimaksud Nilai Batas Dosis yang ditetapkan oleh Badan Pengawas. Yang
dimaksud Nilai Batas Dosis disini adalah dosis radiasi yang diterima dari
penyinaran eksterna dan interna selama 1 (satu) tahun dan tidak tergantung
pada laju dosis. Penetapan Nilai Batas Dosis ini tidak memperhitungkan
penerimaan dosis untuk tujuan medik dan yang berasal dari radiasi alam.
Asas optimisasi, bahwa proteksi dan keselamatan terhadap penyinaran
yang berasal dari sumber radiasi yang dimanfaatkan, harus diusahakan
sedemikian rupa sehingga besarnya dosis yang diterima seseorang dan jumlah
orang yang tersinari sekecil mungkin dengan memperhatikan faktor sosial dan
ekonomi. Pada dosis perorangan yang berasal dari sumber radiasi harus
diberlakukan pembatasan dosis yang besarnya dibawah Nilai Batas Dosis.
Jadi asas proteksi radiasi berfokus pada keselamatan pasien yang
melakukan pemeriksaan di Unit Radiologi.

M. Keadaan Operasi Normal


1. Pemantauan dosis para pekerja radiasi dengan film badge yang diproses
hasilnya oleh BPFK Jakarta.
2. Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi secara berkala.

33
3. Uji kalibrasi pesawat sinar X, uji fungsi dan perawatan peralatan serta
program jaminan kualitas.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Unit Radiologi harus senantiasa memantau dan mengevaluasi secara periodik


hasil pelayanan yang diselenggarakan. Hal ini penting untuk mempertahankan dan
meningkatkan mutu, cakupan dan efektivitas serta efisiensi pelayanan.
A. Kriteria :
1. Evaluasi mutu pelayanan

34
Evaluasi mutu pelayanan dapat dilakukan secara intern dibagian radiologi
maupun secara ekstern bersama disiplin ilmu lainnya.
2. Evaluasi Cakupan Pelayanan
Evaluasi cakupan pelayanan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
rujukan yang diterima oleh bagian radiologi dan jumlah serta jenis
pemeriksaan yang dibutuhkan.
3. Evaluasi efektivitas dan efisiensi pelayanan
Evaluasi ini dilakukan dalam upaya mencapai pelayanan radiologi yang
makin maju.
Semua hasil dari evaluasi yang dilakukan dapat dijadikan dasar bagi
perencanaan dan pengembangan di bagian radiologi, baik rencana jangka
pendek maupun jangka panjang.

B. Sasaran Mutu Radiologi


1. Waktu tunggu hasil pelayanan foto thorax : ≤ 3 jam
3. Insiden kesalahan pemberian label pada foto thorax : 0%.

BAB IX
PENUTUP

Demikianlah Pedoman Pelayanan Unit Radiologi disusun yang dapat


dipergunakan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas profesi dengan baik dan
benar sesuai ketentuan standar pelayanan kesehatan bidang radiologi sehingga
pelayanan kesehatan prima dapat terwujud.
Pedoman pelayanan unit radiologi ini disusun dengan memperhitungkan

35
kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karenanya senantiasa
untuk dilengkapi sesuai kebutuhan tuntutan pelayanan.
Akhirnya semoga pedoman pelayanan unit radiologi ini dapat dipergunakan
oleh seluruh unit radiologi dan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan di
bidang radiologi.

36

Anda mungkin juga menyukai