PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan radiologi sebagai acuan yang terintegrasi dari pelayanan
kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang-Undang
Dasar 1945 dimana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dari amanat
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Bertolak dari hal
tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan pelayanan
yang berkualitas.
Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik
khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti
puskesmas, klinik-klinik swasta, dan rumah sakit .Dengan adanya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan
berbagai penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologi
diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan non
pengion.Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah mengalami
kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodenya.
Instalasi Radiologi RSUD Majenang sebagai rumah sakit di lingkungan
pemerintah Kabupaten Cilacap memberikan pelayanan radiologi diagnostik baik
pelayanan pengion maupun non pengion. Dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan radiologi khususnya radiologi diagnostik , maka perlunya dibuat buku
pedoman pelayanan instalasi radiologi sebagai acuan bagi sarana pelayanan
kesehatan dalam melakukan pelayanan radiologidiagnostikyang menyeluruh dan
berkualitas.
B. Ruang Lingkup
Pelayanan radiologi diagnostik di Instalasi Radiologi RSUD
Majenangadalah pelayanan untuk melakukan diagnostik dengan menggunakan
radiasi pengion dan non pengion atau pemeriksaan imejing yangmeliputi
pelayanan X-ray konvensional danUSG.
1
C. Batasan Operasional
Beberapa hal yang berkaitan dengan standar operasional pelayanan
radiologi antara lain :
1. pelayanan 24 jam
2. waktu tunggu hasil pelayanan foto ≤ 3 jam
3. pelaksanaan ekspertisi oleh dokter spesialis Radiologi
4. kejadian kegagalan akibat kerusakan foto ≤ 2 %
5. kepuasan pelanggan ≥ 80 % .
D. Landasan Hukum
1. UU No. 23 tahun 1992, tentang Kesehatan
2. PP RI No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 61 / Menkes / SK/ 1 /2004 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di
Propinsi, Kabupaten / kota dan Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228 / Menkes/ SK/III/ 2002 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang Wajib
Dilaksanakan Daerah
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575 / Menkes / SK / II / 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah sakit
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
2
B A B II
STANDAR KETENAGAAN
3
Tenaga administrasi dan SMU / Sederajat 2 orang
Kamar Gelap
Dokter spesialis radiologi yang ada di RSUD Majenang adalah dokter tidak tetap hanya
sebagai konsulen pembaca foto rontgen , sehingga untuk pemeriksaan kontras tidak bisa
dilakukan. Dimana kewenangan untuk melakukan tindakan dengan bahan kontras hanya
boleh dilakukan oleh dokter spesialis radiologi. Tenaga teknisi elektromedis 2 ( Dua )
orang,untuk struktur kepegawaiannya dibawah Unit IPSRS.Tenaga administrasi dan
kamar gelap belum ada.
4
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan yang ada di instalasi Radiologi RSUDMajenang
disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing pekerja.
Tugas pokok masing-masing jenis tenaga adalah :
5
i. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan dalam hal
kedaruratan
j. Melaporkan kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan operasi yang
berpotensi kecelakaan radiasi
k. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program Proteksi dan
Keselamatan Radiasi, dan verivikasi keselamatan yang diketahui oleh
Pemegang Izin untuk dilaporkan kepada kepala BAPETEN
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
Persyaratan lokasi ruang radiologi antara lainmudah dicapai,
berdekatan dengan instalasi gawat darurat, laboratorium, ICU, dan instalasi
bedah sentral.
Adapun denah ruang instalasi radiologi RSUDMajenang berdekatan dengan
:
a. sebelah timur ruang perawatan Ruang Anggrek/ruang kelas II
b. sebelah barat dengan ruang perawatan ruang flamboyan/ kelas I
c. sebelah utara dengan ICU
d. sebelah selatan dengan ruang Soka/ruang perawatan anak.
Denah RuangInstalasi Radiologi :
7
B. Standar Fasilitas
Standar fasilitas ruang radiologi disesuaikan denganjenis kelas rumah
sakit. Untuk RSUDdengan tipe kelas C, kelengkapan alat dan jumlah standarnya
sebagai berikut (Kepmenkes RI no.1014/MENKES/SK/XI/2008):
NO PERALATAN KELENGKAPAN JUMLAH
1 USG a. Multipurpose, Tranducer linier dan 1 Unit
curve/sektoral 2.5-10 mHz
Monitor dan printer USG
8
8 Emergency kit Peralatan dan obat-obatan untuk RPJ Sesuai
sesuai dengan standar anestesi untuk kebutuhan
tindakan intervensional radiologi
9 Kamar gelap Automatic processor ID 1 unit
Camera/labelling 1 unit
10 Viewing Box Double atau single tank Sesuai
kebutuhan
9
Pelindung gonad Pb 0,25 – belum
0,5 mm Pb -
tersedia
7 Perlengkapan
Proteksi Radiasi : Film Badge 7 tersedia
10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pendaftaran pemeriksaan
Pendaftaran pemeriksaan radiologi dilakukan di loket pendaftaran
sesuai dengan protap-protap alur pemeriksaan pasien yang meliputi :
1. alur pelayanan radiologi penderita rawat jalan yang terdiri dari :
a. pasien umum
b. pasien BPJS / KIS
2. alur pelayanan radiologi untuk penderita rawat inap
3. alur pelayanan radiologi untuk penderita unit pelayanan gawat
darurat
Prosedur Pasien Umum :
1. Pasien datang ke loket administrasi radiologi dengan membawa surat
permintaan pemeriksaan dari polklinik,praktek dokter swasta, atau
dokter puskesmas.
2. Petugas Radiologi menerima surat permintaan pemeriksaan, mencatat
identitas pasien, nomor registrasi, jenis pemeriksaan kemudian
dibuatkan rincian biaya pemeriksaan untuk dibayarkan di loket
3. Berkas pasien diserahkan kepada radiographer di ruang pemeriksaan
4. Radiografer melakukan pemotretan sesuai dengan permintaan
5. Hasil pemeriksaan radiologilangsung diserahkan kepada pasien atau
keluarganya untuk dibawa ke dokter pengirim. Bila dokter pengirim
membutuhkan ekspertise dokter spesialis radiologi foto rontgen
diserahkan ke Instalasi Radiologi. Petugas Instalasi Radiologi akan
membuat jadwal kapan hasil ekspertise bisa diambil.
Prosedur Pasien BPJS / KIS:
1. Pasien datang ke loket administrasi radiologi dengan membawa surat
permintaan rontgen dari dokter spesialis poli serta membawa surat
SEP.
2. pasien diminta mendaftarkan ke loket BPJS/Askes apabila belum
terdaftar di loket Askes.
11
3. Petugas radiologi akan meneliti berkas administrasi pasien
BPJS/Askes,bila sudah lengkap petugas radiologi akan menginput ke
sistem informasi RS( SIMRS ).
4. Registrasi meliputi nama pasien,nomor rekam medis,jenis
pemeriksaan,serta besarnya beaya tagihan.
5. Pasien diminta untuk menunggu antrian pemeriksaan, berkas pasien di
serahkan ke radiographer yang akan melaksanakan pemeriksaan
6. Radiografer membuat pemotretan sesuai dengan pemeriksaan yang
diminta dokter pengirim.
7. Hasil pemeriksaan radiologidiserahkan ke pasien atau
keluarganya,untuk selanjutnya diserahkan ke dokter pengirim.
8. Bila dokter pengirim memerlukan hasil pembacaan,pasien atau
keluarganya menyerahkan foto rontgen ke bagian Radiologi.
Selanjutnya petugas radiologi akan menjadwalkan kapan hasil
ekspertise bisa diambil.
Prosedur Pelayanan Radiologi untuk penderita rawat inap
1. Pasien / pengantar datang ke loket administrasi radiologidenganmembawa
surat perintah pemeriksaan dari dokter yang merawat
2. Petugas radiologi menerima surat pemeriksaan, mencatat identitas pasien,
nomor register dan jenis pemeriksaan yang diminta
3. Pasien langsung diantar ke kamar pemeriksaan dengan berkas permintaan
fotonya dan dilakukan pemotretan.
4. Pasien dapat langsung dibawa ke ruang rawat inap , sementara hasil foto
rontgennyadiserahkan ke perawat untuk diserahkan ke dokter ruangan. Bila
dokter yang merawat pasien menginginkan ekspertise dokter spesialis
radiologi,foto rontgen diserahkan perawat ke Instalasi Radiologi dengan
membawa buku daftar serah terima. Selanjutnya petugas Radiologi akan
menjadwalkan kapan hasil ekpertise bisa diambil.
5. Untuk pemeriksaan BNO atau abdomen dengan persiapan. Persiapan pasien
dilakukan di Ruangan.
B. Persiapan Pemeriksaan
Sehubungan dengan belum adanya dokter spesialis radiologi yang definitif,
untuk pemeriksaan dengan bahan kontras media belum bisa dilaksanakan.
12
Persiapan pemeriksaan di radiologi meliputi persiapan alat dan persiapan
pemeriksaan BNO dan USG. Persiapan pasien seperti berikut :
1. Persiapan PemeriksaanBNO :
a. Satu hari sebelum pemeriksaan : makan makanan lunak dan bebas
serat(bubur kecap / bubur sumsum, juice atau minum air putih)
Malam sebelum pemeriksaan, setelah makan malam ± jam 20.00 WIB,
minum dulcolax 5 mg sebanyak 5 tablet
b. kemudian puasa makan hingga selesai pemeriksaan, pantang makan,
merokok, dan kurangi bicara, dianjurkan hanya minum air putih
c. Pada pagi hari sebelum pemeriksaan ± jam 05.00 WIB pasien diberi
dulcolac supp 10 mg dimasukkan ke dalam lubang dubur.
d. Pukul 08.00 masih dalam keadaan puasa datang ke Radiologi untuk
dilakukan pemeriksaan
2. Persiapan Pemeriksaan USG
Untuk USG Abdomen pasien puasa makan 4 - 6 jam sebelum
pemeriksaan. Pasien minum air putih ± 600 ml dan tidak boleh buang air
kecil (tahan kencing) sampai dengan pemeriksaan USG selesai.
C. Pelaksanaan Pemeriksaan
Surat permintaan radiologi terlebih dahulu diregistrasi oleh
petugasRadiologi. Kemudian meyakinkan bahwa pasien yang akan difoto adalah
sesuai dengan surat permintaan foto. Setelah itu menyiapkan kaset dan asesoris
yang sesuai dengan jenis pemeriksaan.Kemudian menyiapkan pasien dengan baju
pemeriksaan.Bila pemeriksaaan mengharuskan pasien berganti baju. Melepas
perhiasan atau benda yang dapat mengganggu foto dan memberitahu kepada pasien
apa yang akan difoto. Setelah selesai dengan persiapan-persiapan itu kemudian
melakukan posisioning sesuai dengan jenis pemeriksaan foto.Kemudian mengatur
faktor eksposi (kV, mA, S) dan siap diekspose.Setelah selesai ekspose,
pemeriksaan selesai, pasien dipersilahkan menunggu diruang tunggu untuk pasien
yang dari poliklinik dan untuk pasien rawat inap kembali ke ruangan.Hasil foto
rontgen untuk pasien poliklinik/rawat jalan diserahkan ke pasien atau keluarganya.
Untuk pasien rawat inap foto rontgen diserahkan ke perawat ruangan. Selama
pemeriksaan petugas memperhatikan aspek proteksi radiasi, sebagai
13
perlindungankeselamatan radiasi bagi pasien , petugas pekerja radiasi dan
lingkungan.
D. Pencucian film
Pemprosesan film dapat dilakukan dengan CR (computed radiography) dan
pencucian manual di kamar gelap. Sebelum digunakan terlebih dahulu peralatan
pemrosesan film harus dinyalakan terlebih dahulu sesuai dengan prosedur yang
sudah ditetapkan.
Langkah- langkah pemrosesan film rontgen dengan CR :
1. Lakukan registrasi pasien yangakan difoto dikomputer pendaftaran pasien
Radiologi.
2. Ambil kaset khusus CR yang belum diekspose
3. Lakukan pemeriksaan sesuai permintaan roentgen dari dokter.
4. Ambil kaset khusus CR yang sudah diekspose
5. Masukkan kaset pada tempat kaset di CR agar terdeteksi
6. Lakukan pengeditan dan pencetakkan gambar rontgen:
a) Masuk ke dalam software pemroses gambar pada komputer workstation
b) Ketik identitas pasien yang akan kita edit gambarnya meliputi nama
pasien,nomor urut register Radiologi, nomor RM, umur,jenis kelamin,
dokter pengirim dan nama radiografer pelaksana pemeriksaan.
c) Pilih jenis pemeriksaan yang telah dilakukan misal pemeriksaan thorax
ap, abdomen ap,cranium ap lat ,dan lain lain.
d) Selanjutnya proses editing gambar meliputi pengaturan crop, pemberian
label posisi obyek R atau L, terus atur kontras,brightnes,sharpnes di
menu adjust window/level atau modify musica setting,klik OK kalau
sudah mendapatkan gambar yang diinginkan.
e) Setelah gambar diedit dan sesuai dengan yang diinginkan,atur ukuran
film CR yang diinginkan,selanjutnya klik toolbar printsheet untuk
mencetak foto.
f) Tunggu film keluar dari print,sambil menunggu kaset CR dicabut dari
tempat CR.
E. Pemberian expertise
1. Foto/image dari hasil pemeriksaan diterima oleh dokter Spesialis radiologi
14
2. Foto/image layak diexpertise, kriteria foto layak expertise adalah sebagai
berikut :
a) Tidak ada yang terpotong
b) Kontras film optimal
c) Identitas pasien ada (nama, jenis kelamin, tanggal/umur)
3. Ada tanggal, nomor Ro, marker L/R
4. Observasi secara detail dari cranial-caudal, superior-inferior, anterior-posterior,
aspek basis, lateral medial, proximal-distal. Tentang kemungkinan-
kemungkinan kelainan/perubahan kontras dan anatomis yang dapat terjadi pada
foto-foto
5. Foto / image yang telah dinilai layak diexpertise, dibuatkan deskripsi yang
berisi tentang uraian lengkap mengenai gambaran radiologis yang ditemukan
pada foto / image serta resume kesan yang merupakan hasil expertise.
6. Dokter spesialis radiologi mendokumentasikan expertise dari setiap
pemeriksaan dan mencatatnya untuk diberikan kepada dokter pengirim.
Pemberian expertise atau bacaan roentgen dilakukan oleh dokter spesialis
radiologi seminggu dua kali,dikarenakan RSUD Majenang belum mempunyai
dokter spesialis radiologi yang definitive. Untuk pasien yang segera membutuhkan
hasil radiograf (cito), seperti pasien IGD pembacaan dilakukan oleh dokter
pengirim/dokter spesialis non radiologi.
F. Penyerahan hasil
Setelah pemeriksaan rontgen selesai, foto rontgen diserahkan ke pasien atau
keluarganya untuk selanjutnya diberikan kepada dokter pegirim. Bila dokter
pengirim memerlukan hasil bacaan/ekpertise,pasien atau keluarganya menyerahkan
foto rontgen ke Instalasi Radiologi. Petugas Radiologi akan memberikan informasi
kapan hasil foto rontgen bisa diambil. Lembar hasil pembacaan dari dokter spesialis
radiologi berangkap tiga. Lembar pertama merupakan lembar yang asli dimasukkan
ke dalam amplop rontgen untuk diserahkan ke pasien atau keluarganya,lembar
kedua dan ketiga berupa kopian.Lembar kedua untuk arsip ruangan/rawat
inap.Lembar ketiga sebagai arsip di Radiologi .Kopiannya disimpan secara teratur
menurut nomor registrasi hal ini untuk memudahkan apabila pasien ingin
mengambil hasil pemeriksaannya akibat kehilangan atau rusak dan atau lain sebab
yang menyebabkan hasil ekspertisenya diperlukan kembali.
15
Untuk pengambilan hasil dapat dilakukan di dalam jam kerja ( 07.30 s/d
20.30 ). Untuk pasien rawat inap hasil diambil oleh perawat ruangan dengan
terlebih dahulu mengisi data di dalam buku pengambilan. Untuk pasien rawat jalan
hasil diambil baik oleh pasien atau keluarga pasien yang dibuktikan dengan
kwitansi atau tanda bukti lain seperti surat jaminan pelayan BPJS / Kartu Indonesia
Sehat. Untuk pengambilan hasil pembacaan pasien atau keluarganya
menandatangani bukti pengambilan di buku register pengambilan.
DIBACAKAN
DIBACA DOKTER
NO JENIS PEMERIKSAAN DOKTER SPESIALIS
PENGIRIM RADIOLOGI
Menyesuaikan
jadwal
pengambilan
hasil pembacaan
Foto Polos 40 menit rontgen di
Instalasi
Radiologi yaitu
hari rabu dan
sabtu
16
BAB V
LOGISTIK
A. Perencanaan
Perencanaan pengelolaan ruangan radiologi dimulai pada saat minimal 15
menit sebelum dilakukan pelayanan radiografi. Pengelolaan ruangan radiologi
terbagi menjadi :
1. Pengelolaan di Ruang Penerimaan Pasien
2. Pengelolaan di Ruang Kamar Gelap
3. Pengelolaan Ruang Logistik radiologi
4. Pengelolaan Ruang Radiasi ( pemeriksaan radiologi )
5. Pengelolaan Ruang Dokter Spesialis Radiologi
6. Ruang Pengambilan hasil Pemeriksaan Radiologi
Perencanaan pengelolaan ruangan radiologi menjadi sangat penting, kesiapan
perencanaan yang baik akan menyebabkan pelayanan pemeriksaan radiologi tepat
waktu dan semakin baik dari praradiasi sampai post radiasi yang berakhir pada
pemberian hasil pemeriksaan radiologi.
B. Pelaksanaan
1. Pengelolaan di Ruang Penerimaan Pasien
a. Pasien Rawat Jalan dan rawat inap
b. Kesiapan Buku register
c. Kesiapan Labeling
d. Kesiapan Kwitansi yang beregister
e. Kesiapan Peralatan dengan system komputerisasi
2. Ruang Logistik Radiologi
Untuk memperlancar kegiatan pelayanan di Instalasi Radiologi, telah disusun
Tata cara dalam pengadaan barang medis dan non medis di Instalasi Radiologi,
sebagai berikut :
a. Membuat perencanaan keperluan barang bulanan
b. Meminta persetujuan Kepala Instalasi Radiologi ditujukan kepada Instalasi
Farmasi untuk bahan medis dan Sub Bagian perlengkapan dan Rumah Tangga
untuk bahan non medis
17
c.Penyimpanan barang medis dan non-medis di gudang radiologi memakai
system FIFO( First In First Out )
Pengadaan film di Instalasi radiologi memakai tata cara seperti pengadaan barang
medis dan non-medis lainnya. Tata cara penyimpanan film memakai tata cara sebagai
berikut :
a. Film rontgen harus terhindar dari kerusakan fisik yang dapat dilakukan dengan
cara :
Saat menerima film box film harus dicek untuk memastikan box dalam
keadaan baik.
Menghandle box dengan hati-hati
Film box dimasukkan ke lemari penyimpanan film.
Letakkan box film secara vertikal dan pastikan tidak ada bagian box
yangmenerima tekanan terberat /tertindih.
Box film besar diletakkan di bawah
Ukuran lebar cukup untuk memasukkan film.
18
c. Setelah disetujui dan digudang alat/bahan tersedia, alat yang
dibutuhkan dapat diambil
d. Mencatat semua alat/bahan yang baru ke dalam buku inventaris.
3. Ruang Radiasi / Pemeriksaaan Radiologi
Ruang pemeriksaan radiologi merupakan pusat pelayanan dimana
pasien diperiksa secara radiologi baik dengan pesawat radiologi konvensional,
khusus ( Panoramic) maupun dengan pesawat multipurpose . Dengan
banyaknya variasi pemeriksaan radiologi maka kesiapan petugas khususnya
radiografer, tentu saja alat-alat dan atau pesawat radiologi telah siap dan laik
pakai sesuai dengan SOP yang telah tersedia. Kesiapan yang perlu untuk
melakukan pemeriksaan adalah antara lain :
a. Pesawat sudah terkalibrasi.
b. Sudah dilakukan pemanasan ( Warming up ) sesuai SPO
c. Tersedia Apron dengan ketebalan setara dengan 0,25-0,5 mm Pb.
d. Kontak film screen dengan jenis dan ukuran yang diperlukan sesuai
dengan pemeriksaan yang akan dilakukan
e. Marker R / L
19
Semua film yang telah diekspertise dipisahkan jawaban yang asli dan
jawaban dalam bentuk kopiannya, yang asli dimasukkan ke dalam amplop film
bersama dengan film untuk diberikan kepada pasien yang mengambil hasil
pemeriksaan rrontgen, sedangkan kopiannya disimpan secara teratur menurut
nomor registrasi hal ini untuk memudahkan apabila pasien ingin mengambil
hasil pemeriksaannya akibat kehilangan atau rusak dan atau lainnya sebab yang
menyebabkan hasil ekspertisenya diperlukan kembali.
C. Monitoring dan evaluasi
Semua kegiatan pelayanan yang dilakukan selalu di dalam pengawasan
radiografer yang di tugaskan biasanya radiografer senior. Petugas tersebut setiap
harinya setelah selesai pemeriksaan harus mengkolekting semua laporan kegiatan
pelayanan dari setiap ruangan dan dicatat dalam buku laporan. Adapun isi
laporannya adalah antara lain :
1. Jumlah pasien yang datang
2. Jumlah pasien Rawat inap yang dilakukan pemeriksaan
3. Jumlah pasien rawat jalan yang dilakukan pemeriksaan
4. Jumlah Pemakaian film sesuai dengan ukuran
5. Jumlah pasien umum,bpjs,jamsostek.
20
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Pengertian Keselamatan pasien di Rumah Sakit adalah sistem (tatanan)
pelayanan dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan asuhan pasien agar pasien
menjadi lebih aman. Termasuk di dalamnya: mengukur risiko; identifikasi dan
pengolahan risiko terhadap pasien; pelaporan dan analisis insiden; kemampuan
untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi untuk
mencegah, mengurangi serta meminimalkan risiko. (Rochmanadji Widayat,
2009,hal:80).
B. Tujuan
Tujuan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya keselamatan pasien di
rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat, Menurunnya Kejadian Tidak diharapkan di rumah sakit, terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD).
Dengan meningkatnya jumlah sentra dan fasilitas pelayanan radiologi maka
dimungkinkan semakin meningkatnya jumlah pasien yang dilakukan pemeriksaansehingga
tidak dapat dipungkiri bahwa semakin banyak jumlah pasien yang menerimaradiasi dan
kemungkinan semakin besar peluang terjadinya KTD.Oleh sebab itu diharapkan petugas
kesehatan harussemakin hati-hati untuk tidak menambah penderitaan pasien dengan terjadinya
KTD. Kejadian tidak diinginkan yang mungkin timbul pada proses pelayanan radiodiagnostik
antara lain dapat disebabkan oleh :
1. Pada saat menerima surat permintaan pemeriksaan radiologi
a. Kurang/tidak teliti dalam mengidentifikasi pasien
b. Kurang paham klinis yang membuat kesalahan pembuatan foto.
c. Tidak bertanya apakah pasien hamil atau tidak ( wanita subur )
2. Pada saat dilakukan pemeriksaan.
a. Saat memindahkan pasien ke meja pemeriksaan terlalu banyak memanipulasi obyek
b. Memakai peralatan kurang steril
c. Tidak menggunakan peralatan disposable
21
d. Pengulangan pemeriksaan
Salah penyudutan arah sinar
Salah sentrasi
Under dan uppereksposure
Tidak adamarker
Salah positioning
e. Kesalahan pesawat yang disebabkan
Tidak dikalibrasi secara rutin
Tidak adanya kegiatan QC peralatan radiologi.
Tidak dimiliki alat-alat QC radiologi
3. Sesudah pemeriksaan
a. Tindakan setelah pemeriksaan ( Intervensional )
b. Efek radiasi ( dosis tinggi Intervensional )
C. Tata laksana Keselamatan Pasien
1. Modalitas dengan sumber Radiasi Sinar-X
a. Hindari manipulasi pasien pada saat posisioning
Terutama pada pasien dengan klinis trauma capitis, Fraktur Columna Vertebralis,trauma
tumpul abdomen dan thoraks. Begitu pula pasien dengan fraktur ekstrimitasdengan
pemakaian peralatan traksi.
b. Pemakaianmarker R / L
Marker logam Pb di letakkan pada kaset atau tubuh pasien sesuai pada posisinya
c. . Critical value
Yang termasuk dalam critical value antara lain :
- Cedera kepala
- Stroke
- ascites
- Efusi pleura
- Curiga ileus Obstruksi/paralitis
- Curiga pneumothoraks
- Oedem pulmo
- Trauma tumpul abdomen
22
- Contusio disertai fraktur iga
- peritonitis
- fraktur terbuka
- udara bebas ekstra lumen intra abdomen/perforasi
- appendicitis akut
- Invaginasi
- hidrosefalus
23
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
24
pecah hendaknya segera diganti.Ujung arde yang terdapat di dalam
colokan listrik hendaknya terkait dengan baik. Setiap 6 bulan teknis listrik
atau petugas yang cakap harus mengecek keadaan ini , jika colokannya
putus maka jangan dimasukkan ke dalam soket listrik sampai ia benar-
benar telah diperbaiki dan aman. Catatan : Kerusakan dapat dicegah
dengan penanganan yang cermat dan hati-hati terhadap peralatan sinar-x
dan kebelnya. Jangan sampai kabel dalam keadaan tegang, kusut,
menempel pada permukaan yang tajam saat digerakkan.
b. Sekering / Fuse
Peralatan listrik diperlengkapi dengan sekering sebagai alat
pengaman untuk mencegah arus yang tidak sesuai pada saat melewati
rangkaian.Oleh sebab itu, sangat penting untuk memasang sekering yang
benar nilainya. Jika sekeringnya tidak berfungsi maka sebaiknya ditukar
dengan yang lain pada nilai yang sama. Jika gagal lagi maka terdapat
kerusakan pada rangkaian dan harus dicari sebabnya serta
diperbaiki.JANGAN PERNAH menaikkan nilai sekering, karena hal ini
sangat bahaya dilakukan.Beberapa model pesawat sinar-x mempunyai
colokan listrik khusus, biasanya berwarna merah dan ditandai dengan
“hanya sinar-x”. Hal ini jangan digunakan untuk pemakaian yang lain,
karena ia colokan khusus tanpa sekering. Alat itu didisain khusus untuk
menerima tegangan listrik pada saat eksposi yang amat sangat rendah, akan
tetapi sangat berbahaya bila digunakan dengan tegangan listrik biasa yang
tidak mempunyai peralatan pengaman khusus di dalam pesawat sinar-x nya.
c. Colokandan soket listrik
Jika memungkinkan hendaknya semua soket listrik harus punya
penghubung (switch) sehingga aliran listrik dapat diputus sebelum colokan
dilepaskan.INGAT, jangan pernah mencabut colokan dengan menarik
kabelnya. Dengan cara mematikan penghubungnya adalah lebih baik, hal itu
akan menghindari terjadinya bunga api pada colokan dan soket tetap baik.
Soket harus terhindar dari air atau cairan dan jangan ditempatkan pada
tempat yang memungkinkan terjadinya percikan air atau air yang
mengalir.Jika peralatan kamar gelap- seperti tabung illuminator-
membutuhkan penghubung listrik, maka kabelnya harus ditempatkan pada
25
posisi yang aman dan jangan sampai tersentuh petugas yang sedang bekerja.
Jika colokan atau soket sudah berumur tua atau jika sekering penghubung
tidak mengait dengan baik, maka ujung logam colokannya atau soketnya
akan menjadi panas. Kalau hal ini terjadi, hendaknya colokan atau soketnya
harus diganti walaupun sebenarnya disebabkan oleh ukuran kabel yang
tidak sesuai dengan besar arus listrik yang mengalir.Atau panggillah tenaga
yang berkompeten tentang listrik untuk memperbaikinya.
d. Pelindung / pembungkus peralatan
Peralatan yang berisi komponen listrik harus mempunyai
pelindung.Pelindung ini untuk meyakinkan bahwa tidak ada komponen
yang terkelupas dan bias tersentuh.Bagian ini dirancang terpisah dengan
bagian lain dan mempunyai pembungkus. Sehingga pembungkusnya harus
selalu terlindung dengan baik dan jika rusak harus dipindahkan setelah
semua peralatan listrik “diputus”, dan periksalah semua ujung peralatan,
tidak ada yang menempel pada bagian lain. Jika terdapat kerusakkan pada
bagian dalam dari peralatan hendaknya yang mengambil adalah teknisi
listrik.Dan semua ujung peralatan harus dalam keadaan tidak ada arus
listrik.Ingat, periksa sekering apakah masih melekat ketika pelindung logam
sedang diperbaiki.
e. Pembersihan peralatan
Jangan pernah menggunakan air atau lap basah untuk membersihkan
peralatan listrik.Gunakanlah krim pembersih yang tidak mudah terbakar
(non flammable) seperti krim pembersih “bodi” mobil yang dengan mudah
dapat dibeli di pasar.
f. Perbaikan peralatan
Perbaikan peralatan harus dilakukan oleh orang terlatih dan
mempunyai kecakapan untuk jenis pekerjaan tersebut
g. Konsleting (electrical fire)
Peralatan listrik-karena kesalahan- bias terjadi konsleting atau
kelebihan arus listrik sehingga menjadi panas yang bias mengakibatkan
kebakaran. Jika asap atau rasa panas terasa, peralatan yang ada harus
diputus dari sambungan listriknya dengan segera. Api yang timbul pada
peralatan listrik biasanya tidak cepat merambat bila penghubung listriknya
26
dimatikan, karena bahannya dibuat dari yang tidak mudah terbakar. Tetapi
jika api telah menjalar hendaknya dipadamkan dengan tabung pemadam api
yang berisi gas CO2 atau bubuk pemadam api. JANGAN pernah
menggunakan air bila terjadi konsleting. Pasir yang kering bisa digunakan
bila tidak terdapat peralatan yang lain. INGAT bila terjadi kebakaran,
panggil teman untuk memindahkan setiap orang/pasien ke tempat yang
aman dan dekat dengan pintu.Karena untuk mencegah bahaya kebakaran,
maka segala serpihan yang mudah terbakar jangan berada dekat atau di
dalam bagian yang mengandung listrik.Udara harus dapat dengan mudah
bertukar pada bagian peralatan tersebut sehingga tidak terjadi peningkatan
panas pada bagian itu.
2. Keselamatan peralatan
Buatkanlah ruangan untuk pesawat sinar-x dan kamar gelap yang cukup
besar agar tidak terjadi kecelakaan pada radiographer dan pekerja lainnya.
Periksalah apakah :
27
atau renggang yang kecil sekalipun maka tetap harus dilakukan perbaikan
atau pemindahan letak bagian yang rusak tersebut. Lipatan dapat ditekan
dan ditempel dengan lem perekat untuk menghindari terjadinya berbagai
pecahan pada karet Pb. Jika bagian yang rusak ini telah diperbaiki,
hendaknya diperiksa dengan menggunakan sinar-x apakah masih terdapat
kebocoran radiasi.
28
BAB VIII
PROTEKSI RADIASI
29
Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (misal lobang stop kontak, dll)
harus diberi penahan-penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal. Di depan
pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala ketika meja kontrol
pesawat dihidupkan. Tujuannya adalah :Untuk membedakan ruangan yang
mempunyai paparan bahaya radiasi dengan ruangan yang tidak mempunyai
paparan bahaya radiasi. Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas
medis untuk tidak memasuki ruangan karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan
tersebut.Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat
rontgensedang aktif. Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup
rapat untuk mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di sekitar
ruangan pemeriksaan rontgen.
Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila ada
jendela yang letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi yang
setara dengan 2 mm timbal dan jendela tersebut harus ditutup ketika penyinaran
sedang berlangsung. Jendela pengamat di ruang operator harus diberi kaca
penahan radiasi minimal setara dengan 2 mm timbal.
4. Paparan Radiasi
Besarnya paparan radiasi yang masih dianggap aman di ruangan radiasi dan daerah
sekitarnya tergantung kepada pengguna ruangan tersebut.Untuk ruangan yang
digunakan oleh pekerja radiasi besarnya paparan 100 mR/minggu.Untuk ruangan
yang digunakan oleh selain pekerja radiasi besarnya paparan 10 mR/minggu.
B. Perlengkapan Proteksi Radiasi
1. Pakaian Proteksi Radiasi (APRON)
Setiap ruangan radiasi disediakan pakaian proteksi radiasi dalam jumlah yang
cukup dan ketebalan yang setara dengan 0,25 – 0,5 mm timbale.
2. Sarung tangan timbal
Setiap ruangan fluoroskopi konvensional harus disediakan sarung tangan timbale
3. Alat monitor radiasi
a. Film badge
Setiap pekerja radiasi dan/ atau pekerja lainnya yang karena bidang
pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi diharuskan memakai film
badge setiap memulai pekerjaannya setiap hari. Film badge dipakai pada
pakaian kerja pada daerah yang diperkirakan paling banyak menerima radiasi
30
atau pada daerah yang dianggap mewakili penerimaan dosis seluruh tubuh
seperti dada bagian depan atau panggul bagian depan
b. Survey meter
Di unit radiologi harus disediakan alat survey meter yang dapat digunakan
untuk mengukur paparan radiasi di ruangan serta mengukur kebocoran alat
radiasi
4. Pesawat radiasi
a. Kebocoran tabung
Tabung pesawat rontgen ( tube ) harus mampu menahan radiasi sehingga radiasi
yang menembusnya tidak melebihi 100 mR per jam pada jarak 1 meter dari
focus pada tegangan maksimum
b. Filter
Filter radiasi harus terpasang pada setiap tabung pesawat rontgen
c. Diafragma berkas radiasi
Diafragma berkas radiasi pada suatu pesawat harus berfungsi dengan
baik.Ketebalan diafragma minimal setara dengan 2 mm timbale. Posisi berkas
sinar diafragma harus berhimpit dengan berkas radiasi
5. Pemeriksaan kesehatan
Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala
sedikitnya sekali dalam setahun
6. Kalibrasi pesawat roentgen
Pesawat roentgen harus dikalibrasi secara berkala terutama untuk memastikan
penunjukkan angka-angkanya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Kalibrasi dilakukan minimal 1 kali dalam setahun. Untuk uji kesesuaian 4 tahun
sekali, sesuai masa berlaku sertifikatuji kesesuaian.
7. Dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi
Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi
didasarkan atas rumus dosis akumulasi : D = 5 ( N – 18 ) rem
D : dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi
selama masa kerjanya . N : Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan
dalam tahun.
31
18 : usia minimum seseorang yang diizinkan bekerja dalam medan radiasi
dinyatakan dalam tahun. Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang
pekerja radiasi dalam jangka waktu 1 tahun ialah 5 rem. Jumlah tertinggi
penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu 13
minggu ialah 1, 25 rem. Sedangkan untuk wanita hamil 1 rem.Jumlah tertinggi
penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu satu
minggu adalah 0,1 rem
8. Ekstra Fooding
Rumah sakit berkewajiban menyediakan makanan ekstra fooding yang bergizi
bagi pekerja radiasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap radiasi.
9. Prosedur kerja di ruangan radiasi
a. Menghidupkan lampu merah yang berada di atas pintu masuk ruang
pemeriksaan
b. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang
sedang diperiksa
c. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua yang tidak berkepentingan berada
di luar ruangan pemeriksaan, sedangkan petugas berada di ruang operator.
Kecuali sedang menggunakan fluoroskopi maka petugas memakai pakaian
proteksi radiasi
d. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai kebutuhan
e. Tidak menyalakan fluoroskopi apabila sedang ada pergantian kaset
f. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto
g. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield
h. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak
menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan
i. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin
gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk
membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus
memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbale serta menghindari
berkas sinar langsung dengan cara berdiri di samping berkas utama.
j. Pemeriksaan radiology tidak boleh dilakukan tanpa permintaan dari dokter.
32
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
33
B. PROGRAM JAMINAN MUTU RADIOLOGI
1. Berikut 10 langkah program QA ( Quality Asurance ) beserta penjelasannya
a. Perencanaan QA ( Planning for Asurance )
Langkah pertama menyiapkan organisasi yang melaksanakan QA.
Perencanaan mulai dengan review scope organisasi pelayanan untuk menetapkan
pelayanan yang dituju. Untuk sebagian organisasi, adalah tidak mungkin untuk
meningkatkan mutu seluruh bidang dalam waktu bersamaan.Bahkan, kegiatan QA
didahulukan pada beberapa area yang kritis.Prioritas tinggi, volume tinggi atau
pelayanan yang mudah bermasalah adalah sering dipilih untuk mendapatkan
perhatian khusus untuk memulai progam QA.
b. Membuat pedoman dan menyusun standar - standar
Agar pelayanan bermutu tinggi dapat diberikan konsisten, organisasi harus
menjabar kan tujuan progam-progam dan sasarannya kedalam prosedur
operasional. Dalam arti luas,standar adalah suatu pelayanan tentang mutu yang
diharapkan. Dalam maksud ini adalah petunjuk pratis atau protokol klinik prosedur
administrasi atau prosedur peranational standar (Stndards operating procedure).
c. Mengkomunikasikan standar dan spesifikasi
Hal ini akan meyakinkan masing-masing petugas kesehatan, supervision,
manager, dan orang-orang yang mendukung untuk memahami apa yang diharapkan
dari masing-masing mereka, khususnya apabila pelatihan sedikit, supervisi lemah
atau apabila pedoman atau standar-standar tersebut baru dibuat atau baru berubah.
d. Monitoring mutu (Monitoring Quallity).
Monitoring adalah pengumpulan dan review data yang membatu menilai
apakah norma-norma program diikuti mutu atau apakah outcome ditingkatkan.
Dengan monitor, indicator-indikator kunci. Desain atau redesain system monitor
memerlukan penjabaran statemen tentang mutu yang diharapkan kedalam indicator-
indikator yang bias diukur, di seluruh tingkat organisasi. Ini termasuk:
1. Seleksi indicator
2. Menyusun ambang batas(Threshold)
3. Menyeleksi sumber informasi
4. Mendesain suatu system untuk mengumpulkan dan kompilasi data
5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan monitoring
34
e. Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi peluang untuk peningkatan.
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dimilai dari identifikasi masalah mutu
dan mencaripeluang peningkatan.Langkah- langkahnya :
1. Identifikasi masalah.
2. Identifikasi area potensial untuk peningkatan.
3. seleksi area yang dibutuhkan untuk perbaikan.
4. keputusan oleh ahlinya
5. voting
6. dengan matrix
f. Menetapkan masalah dan operasionalisasinya.
Tujuannya adalah untuk menyatakan secara jelas masalah yang
dimaksudkan.Langkah- langkahnya :
1. menguraikan masalah.
2. Menetapkan batasan- batasan masalah.
3. Verifikasi bahwa statement tidak masalah menempatkan atau menyatakan
secara tidak langsung penyebab atau solusi.
g. Memilih tim : identifikasi siapa yang seharusnya bekerja.
h. Menetapkan tim kecil untuk mengatasi masalah- masalah tertentu.
1. identifikasi mereka yang terlibat.
2. menyusun tim.
3. membuat prosedur kerja tim
i. Analisa masalah dan identifikasi penyebab masalah.
Menganalisa dan mempelajari masalah untuk identifikasi penyebab
masalah, mengumpulkan dan analisis data untuk memahami masalah aslinya dan
prinsipnya dan identifikasi akar penyebab masalahnya.Focus analisis masalah dan
penyebabnya :
1. statement masalah dan klarifikasi masalah.
2. Memahami proses sekitar permasalahan.
3. Membuat hipotesa tentang penyebab masalah
4. Test hipotesa dan menetapkan penyebab utama.
j. Membuat solusi- solusi dan kegiatan- kegiatan untuk peningkatan mutu.
Sasarannya dari langkah ini adalah membuat solusi yang memecahkan
masalah.Langkah dalam membuat solusi dengan kegiatan peningkatan mutu :
35
1. memilih dan mendesain semua solusi.
2. daftar semua solusi potensial.
3. seleksi kriteria untuk menetapkan solusi terbak.
4. memilih solusi untuk pelaksanaan peningkatan mutu.
5. ungkapan solusi secara praktis dan mudah dilaksanakan
melaksanakan dan mengevaluasiupaya- upaya peningkatan mutu.
Langkah final ini biasanya dikenal dengan siklus Deming (PDCA)
1. merencanakan pelaksanaan solusi (plan).
2. melaksanakan solusi(do).
3. mengikuti pelaksanaan solusi dan hasilnya (check).
4. membuat keputusan bilamana pelaksanaannya diperluas, dimodifikasi solusinya
atau memilih solusi lainnya untuk ditest (Action)
2. Reject Analysis
Pengertian Reject Analysis adalah suatu prosedur untuk mengetahui tingkat
kesalahpahaman dan kesalahan teknik dalam melakukan pemeriksaan atau
kesalahan yang timbul oleh peralatan yang dinilai terhadap film - film yang
terbuang dengan sia - sia.
a. Tujuan Reject Analysis Film:
1) Menganalisa jumlah film yang terbuang sebagai sebuah presentase dari total film
yang digunakan
2) Membuat standar untuk program QA dan kemudian memantau sebuah
keefektifan dari suatu program
3) Menyediakan alat untuk mendeteksi dini dari perubahan reject rate dan
mengidentifikasi kemungkinan dari penyebabnya
b. Manfaat Reject Analysis:
1) Memastikan bahwa teknik radiografi yang digunakan tepat dan penanganan film
yang dilakukan benar
2) Memastikan bahwa perlengkapan radiografi yang digunakan dalam kondisi baik
dan standar
3) Memastikan bahwa pemilihan jenis film yang digunakan tepat
c. Prosedur Pelaksanaan Reject Analysis Film:
Lakukan survei terhadap :
36
1) Jumlah film yang belum terekspose di ruang processing termasuk yang ada
didalam kaset
2) Jumlah film yang belum terekspose di masing-masing kamar pemeriksaan
3) Tentukan jumlah dari film yang di reject untuk masing-masing kategori,antara
lain :
a. Over eksposure
b. Under eksposure
c. Positioning
d. Motion
e. Processing
f. Equipment
4) Catat jumlah film yang digunakan dan jumlah film yang ditolak
5) Tim analisis melakukan pengumpulan data dari masing-masing ruangan
seminggu sekali, film yang ditolak disortir dan dilakukan kategorisasi (jika
memungkinkan dilakukan identifikasi pada setiap pemeriksaan).
d. Batasan - batasan radiograf (gambar radiografi yang diterima):
1) Angka reject tidak melebihi 10%
2) Ideal nya dibawah 5% tergantung tidak hanya program QC yang baik tetapi
juga laporan yang ideal diantara radiografer dan radiolog
3) Jika total reject > 10% maka yang diharapkan harus melakukan QC program
yang baik
Instalasi Radiologi RSUD Majenang menggunakan standar reject ≤ 2%
e. Faktor - faktor penyebab reject analysis film:
1) Kesalahan penolakan film akibat kesalahan manusia ( human error)
Kesalahan atau kekurang telitian personal atau radiografer dalam
mengatur faktor eksposi sehingga gambaran yang dihasilkan tidakmemberikan
informasi yang jelas untuk menegakkan diagnosa.Gambar yang dihasilkan
dapat menjadi under exposure atau overexposure.Under exposure terjadi
karena faktor eksposi yang diberikan kurang sehingga gambaran menjadi putih
akibat kurangnya kontras dan densitas.Sedangkan over exposure terjadi karena
faktor eksposi yang diberikan terlalu banyak sehingga gambaran
yang dihasilkan menjadi terlalu gelap akibat kelebihan kontras dan densitas.
2) Kesalahan penolakan film akibat kesalahan peralatan (tools eror)
37
Penyebab penolakan film akibat alat adalah akibat kurang berfungsinya
alat yang digunakan dalam radiologi, seperti pesawat rontgen yang tidak stabil
karena ada hambatan pada tegangan.Processing otomatis yang macet atau roller
processing yang kasar sehingga manyebabkan film tergores. Kaset dan IS yang
kotor, marker yang menutupi organ.
3) Kesalahan penolakan film akibat pergerakan pasien (patient eror)
Pergerakan pasien akan menyababkan gambaran radiografi menjadi
kabur. Hal ini dapat terjadi karena pasien yang tidak kooperatif dapat juga
terjadi karena pasien tidak mengerti maksud dan jenis pemeriksaan karena
tidak mandapatkan instruksi yang jelas dari radiografer.
f. Tahap - tahap reject analysis
Tahap-tahap yang dilakukan oleh tim reject analysis harus diberikan kepada
instalasi radiologi, tahap-tahap tersebut yaitu:
1) Siapa yang menjalankan program
2) Radiografer yang diikutsertakan
3) Kategori apa saja yang dilakukan
4) Data-data apa saja yang dimasukkan dalam analisa
5) Periode waktu yang digunakan
6) Penafsiran hasil
7) Analisa hasil
8) Perbandingan hasil
38
BAB X
PENUTUP
39