Anda di halaman 1dari 57

PEDOMAN PELAYANAN RADIOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BADUNG


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum

BAB II STANDAR KETENAGAAN


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Di Instalasi Radiologi
B. Distribusi Ketenagaan
C. Pengaturan Jaga

BAB III STANDAR FASILITAS


A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN


A. Pendaftaran Pemeriksaan
B. Persiapan Pemeriksaan
C. Pelaksanaan Pemeriksaan
D. Pencucian Film
E. Pemberian Expertise
a. Di Dalam Jam Kerja
b. Di Luar Jam Kerja
F. Penyerahan Hasil

BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
B. Tujuan
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien

BAB VII KESELAMATAN KERJA

BAB VIII PROTEKSI RADIASI

BAB IX PENGENDALIAN MUTU

BAB X PENUTUP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintergrasi dari pelayanan kesehatan
secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 dimana
kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah
selayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas.
Pedoman pelayanan medik pada bagian Radiologi RSUD Kabupaten Badung
Mangusada terdiri dari pedoman pelayanan radiodiagnostik. Pedoman pelayanan medik
radiodiagnostik merupakan acuan bagi ahli radiologi untuk menganalisis dan menegakkan
diagnosis penyakit berdasarkan hasil foto / imejing. Imejing pada radiodiagnostik
dilakukan dengan menggunakan sinar X, yang dapat dilakukan dengan memakai zat
kontras ataupun tanpa zat kontras, atau yang lebih dikenal dengan foto polos. Pemeriksaan
ini menggunakan pesawat dengan kapasitas 400mA, 126 kV. Pada pemeriksaan dengan
menggunakan zat kontras, dipakai alat fluoroskopi dengan kapasitas yang sama, tetapi
disertai image intensifier monitor.Selain itu hasil imejing dapat pula dihasilkan dari alat –
alat tanpa menggunakan sinar X yaitu dengan memakai gelombang suara, yang dikenal
sebagai alat ultrasonografi.
Seiring dengan kemajuan dalam bidang teknologi maka saat ini pemeriksaan
organ tubuh dapat juga dilakukan melalui potongan – potongan (slices) baik aksial,
koronal ataupun sagital. adalah pemeriksaan potongan – potongan tubuh dengan bantuan
sinar X, yang dikenal sebagai pemeriksaan CT scan (Computerized Scanning). Tergantung
dari jenis atau kapasitas alat, gambar potongan – potongan ini dapat dihasilkan dengan
cepat, dapat sampai 16 potongan gambar per detik, dan dengan teknik 3 dimensi dapat
dihasilkan suatu gambar yang sangat baik, yang sangat membantu para ahli radiologi
dalam mendiagnosis penyakit.
Buku pedoman pelayanan radiologi ini mudah – mudahan dapat menjadi
pegangan secara umum untuk medis dan paramedis yang bekerja di RSUD Kabupaten
Badung Mangusada dalam menegakkan diagnosis radiologik secara tepat.

B. Tujuan
Tujuan Umum :
Tercapainya standarisasi pelayanan radiologi diagnostik sesuai dengan jenis dan
kelas sarana pelayanan kesehatan.

Tujuan Khusus :
1. Sebagai acuan bagi rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan radiologi
diagnostik.
2. Sebagai tolak ukur dalam menilai penampilan rumah sakit yang
menyelenggarakan pelayanan radiologi.
3. Sebagai pedoman rumah sakit dalam upaya pengembangan lebih lanjut yang
arahannya disesuaikan dengan tingkat pelayanan radiologi yang telah dicapai
dan proyeksi kebutuhan pelayanan di masa depan.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Badung Mangusada
meliputi :

1. Pasien Rawat Jalan

Yaitu pasien dari Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Jalan RSUD
Kabupaten Badung Mangusada yang memerlukan pemeriksaan radiologi.

2. Pasien Rawat Inap

Yaitu pasien yang dirawat di ruang perawatan RSUD Kabupaten Badung


Mangusada yang memerlukan pemeriksaan radiologi.

3. Pasien Luar

Yaitu pasien dari dokter luar RSUD Kabupaten Badung Mangusada maupun
dari rumah sakit lain yang memerlukan pemeriksaan radiologi.

4. Pasien Medical Check-up

Yaitu pasien yang berasal dari Instalasi rawat jalan yang melakukan medical
check-up untuk keperluan : pengangkatan pegawai negeri sipil, pemeriksaan
kesehatan calon haji, pemeriksaan kesehatan calon anggota legislatif dan
pemeriksaan kesehatan calon kepala daerah yang ada di wilayah kabupaten
badung yang memerlukan pemeriksaan radiologi.
D. Batasan Operasional

Pelayanan radiologi diagnostik di RSUD kabupaten Badung Mangusada meliputi :


1. Pelayanan Radiodiagnostik
2. Pelayanan Imejing Diagnostik
Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi pengion, meliputi antara lain pelayanan X-ray konvensional,
Computed Tomography Scan/CT Scan.
Pelayanan imejing diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis
dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan
Ultrasonography (USG) , Automatic Breast Volume Scanner ( ABVS), Magnetic
Resonance Imejing (MRI).

E. Landasan Hukum
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/ Menkes/ SK/
XI/2008 Tentang standar pelayanan Radiodiagnostik di sarana pelayanan kesehatan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Di Instalasi Radiologi

NO NAMA JABATAN KUALIFIKASI TENAGA YANG


TERSEDIA
1 Kepala Instalasi S2 Kedokteran 1 Orang
( Dr.spesialis radiologi).

2 Kepala Ruangan S1 Kesehatan 1 orang


Masyarakat

3 Staff radiographer D4 Radiologi 1 Orang


D3 Radiologi 11 Orang

4 Staff administrasi SMA 1 Orang

5 Staff kamar gelap SMA 1 Orang

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan tenaga di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Badung Mangusada
diatur dalam 3 shift jaga dengan distribusi sebagai berikut:
1. Dinas pagi:

Yang bertugas sejumlah 8 ( tujuh ) orang dengan rincian :

a. 1 orang kepala ruangan


b. 1 orang petugas administrasi
c. 1 orang petugas kamar gelap
d. 1 orang bertugas di flouroscopy
e. 1 orang bertugas di konvensional
f. 1 orang bertugas di ct scan
g. 1 orang petugas cito bed
h. 1 orang bertugas di MRI

Jam dinas dari pukul 07.30 wita s/d pukul 13.30 wita.
2. Dinas sore:

Yang bertugas 2 ( dua ) orang, dengan rincian :

2 orang petugas merangkap pelaksana pemeriksaan radiologi, administrasi


dan kamar gelap.

Jam dinas dari pukul 13.30 wita s/d pukul 19.30 wita.

3. Dinas malam:

Yang bertugas 2 ( dua ) orang dengan rincian :

2 orang petugas merangkap pelaksana pemeriksaan radiologi, administrasi dan


kamar gelap

Jam dinas dari pukul 19.30 wita s/d pukul 07.30 wita.

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jadwal dinas radiografer di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Badung
Mangusada adalah sebagai berikut:
1. Pengaturan jadwal dinas radiografer dibuat oleh Kepala Ruangan disetujui oleh
Kepala Instalasi Radiologi dan ditandatangani oleh Kasi Penunjang Diagnostik
dan Logistik RSUD Kabupaten Badung Mangusada.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
radiografer setiap satu bulan.
3. Jadwal dinas terdiri atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti. Apabila ada radiografer jaga karena sesuatu hal tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka radiografer bersangkutan harus
memberitahu kepala ruangan satu hari sebelumnya, dan diharapkan yang
bersangkutan sudah mencari radiographer pengganti. Apabila radiografer
bersangkutan tidak mendapatkan radiographer pengganti, maka kepala ruangan
akan mencari radiographer pengganti.
4. Apabila ada radiografer tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka kepala ruangan akan mencari radiographer
pengganti yang libur. Apabila tidak dapat radiographer pengganti, maka
radiographer yang dinas pada shift sebelumnya untuk menggantikan.
POLA KETENAGAAN (SDM) INSTALASI RADIOLOGI
RSUD KABUPATEN BADUNG MANGUSADA

I. Latar Belakang
Pelayanan instalasi radiologi RSUD Badung Mangusadamerupakan pelayanan 24
jam yang diberikan kepada pasien yang datang dari IGD, IRJA ,IRNA dan dokter praktek
swasta. Dalam upaya penetapan tenaga di instalasi radiologi yang handal, diperlukan
perencanaan, pengadaan dan pemeliharaan SDM yang tepat bagi kelancaran pelaksanaan
pelayanan radiologi.
Perencanaan tersebut diatas bertujuan untuk mengatasi dan menyiapkan turn over
SDM di dalam radiologi. Untuk meningkatkan kompetensi SDM Rumah Sakit diperlukan
pendidikan dan pelatihan secara berkala.

II.Tujuan Umum
Tersedianya kuantitas dan kualitas SDM sesuai dengan persyaratan ketetapan
ketenagaan di instalasi radiologi RSUD Badung Mangusada.

II.1.Tujuan Khusus
a. Menyediakan tenaga radiographer sesuai dengan kebutuhan
b. Meningkatkan kompetensi tenaga radiographer

2.2.Rencana Perhitungan Kebutuhan Tenaga


Metode perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan beban kerja
Workload Indicators of Staffing Need (WISN) adalah suaru metode perhitungan
berdasarkan beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori tenaga
kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Metode ini diciptakan
oleh PJ Shipp (1984) dan sangat dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Sedunia
(WHO). Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknik
mudah diterapkan, komprehensif dan realistis
Langkah-langkah perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan Workload
Indicators of Staffing Need (WISN) meliputi 5 (lima) langkah yaitu:
a. Menetapkan waktu kerja tersedia dalam 1 (satu) tahun
b. Menetapkan Unit Radiologi dan Kategori SDM
c. Menyusun standar beban kerja Radiologi
d. Menyusun kebutuhan kelonggaran
e. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja di radiologi
f. Analisis kebutuhan tenaga di radiologi

1. Perhitungan kebutuhan dokter spesialis radiologi.


a. Menetapkan waktu kerja yang tersedia dalam 1 (satu) tahun :
1) Hari kerja = 264 hari
2) Cuti tahunan = 12 hari
3) Hari libur dan libur nasional = 13 hari
4) Ketidakhadiran kerja = 12 hari
5) Pendidikan dan pelatihan = 10 hari
6) Waktu kerja 36 jam/minggu = 6 jam/hari

Hari kerja 264 – 47 = 217 hari


Waktu kerja tersedia = 217 x 6 jam = 1.302 jam/tahun

b. Standar beban kerja dokter spesialis meliputi :


1) Kegiatan pokok yang dilakukan di radiologi adalah pelayanan radiolog
yang dilakukan terhadap pasien emergency dan tidak emergency meliputi
melakukan pemeriksaan USG dan menyuntikkan bahan kontras, serta
melakukan expertise semua hasil radiografi.
2) Rata-rata waktu yang dibutuhkan berdasarkan pengamatan selama 1 tahun
untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok pelayanan radiologi terhadap
pasien emergency membutuhkan waktu 15 menit. Sedangkan untuk
kegiatan pokok pelayanan radiologi terhadap pasien tidak emergency
membutuhkan waktu rata-rata 25 menit.
3) Standar beban kerja per satu tahun :

Waktu Kerja Tersedia


Rata-rata waktu per kegiatan pokok

Pasien emergency = 1.302 jam/tahun x 60 menit = 7812 jam/tahun


10 menit

Pasien tidak emergency = 1.302 jam/tahun x 60 menit = 3906 jam/tahun


20 menit

c. Standar kelonggaran dokter spesialis radiologi :


Pada umumnya dokter memiliki factor kelonggaran sebagai berikut :
1) Pertemuan audit medik = 1 jam/minggu
2) Kegiatan profesi 3 jam = 3 jam/minggu
3) Berobat = 1 jam/minggu
4) Lain-lain urusan pribadi = 2 jam/minggu

Rumus standar kelonggaran : Rata-rata waktu per factor kelonggaran


Waktu kerja tersedia

Perhitungan : 7 jam/minggu x 51 minggu = 0,27


1302

d. Perhitungan kebutuhan tenaga Dokter spesialis radiologi


Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data kegiatan
pelayanan medis yang telah dilakukan di radiologi selama kurun waktu 2013,
yaitu pasien True Emergency 7007 dan 7701 pasien False Emergency

Kebutuhan tenaga Dokter spesialis = Kuantitas kegiatan pokok+standar


kelonggaran
Standar beban kerja

Pasien True Emergency = 7007 + 0,27 = 0.8


7812
Pasien False Emergency = 7701 + 0,27 = 1.9
3906

Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan dengan metode Workload Indicators of Staffing Need
(WISN), maka didapatkan kebutuhan tenaga dokter spesialis radiologi = 0,8 + 1,9
= 2,7 = 3 orang/ shift

Karena radiologi merupakan pelayanan radiologi 24 jam, maka kebutuhan tenaga


dokter spesialis disesuaikan dengan kebutuhan jadwal jaga dalan 2 (dua) shift.
Dalam setiap shift dibutuhkan 3 (tiga) tenaga dokter, spesialis sehingga kebutuhan
tenaga dokter spesialis adalah 6 (enam) orang/ hari.

2. Perhitungan kebutuhan tenaga radiografer


a. Menetapkan waktu kerja yang tersedia dalam 1 (satu) tahun :
1) Hari kerja = 264 hari
2) Cuti tahunan = 12 hari
3) Hari libur dan libur nasional = 13 hari
4) Ketidakhadiran kerja = 12 hari
5) Pendidikan dan pelatihan = 5 hari/ tahun
6) Waktu kerja 36jam/minggu = 6 jam/hari
Hari kerja 264 – 42 = 222 hari
Waktu kerja tersedia = 222 x 6 jam = 1.332 jam/tahun

b. Standar beban kerja radiografer meliputi :


1) Kegiatan pokok yang dilakukan radiografer adalah melakukan teknik
pemeriksaan radiologi kontras dan non kontras terhadap pasien emergency
dan tidak emergency meliputi proyeksi ,posisi dan exposure.
2) Rata-rata waktu yang dibutuhkan berdasarkan pengamatan selama 1 tahun
untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok pelayanan radiologi terhadap
pasien emergency membutuhkan waktu 15 menit. Sedangkan untuk
kegiatan pokok pelayanan terhadap pasien tidak emergency membutuhkan
waktu rata-rata 25 menit.
3) Standar beban kerja per satu tahun :

Waktu Kerja Tersedia


Rata-rata waktu per kegiatan pokok

Pasien Emergency = 1.332 jam/tahun x 60 menit = 7992 jam


10 menit

Pasien Tidak Emergancy = 1.332 jam/tahun x 60 menit = 5328 jam


15 menit

e. Standar kelonggaran radiografer :


Pada umumnya dokter memiliki factor kelonggaran sebagai berikut :
1) Rapat 2 jam per bulan = 0,5 jam/minggu
2) Kegiatan profesi 3 jam per bulan = 0,75 jam/minggu
3) Berobat =1 jam/minggu
4) Lain-lain urusan pribadi =2 jam/minggu

Rumus standar kelonggaran : Rata-rata waktu per factor kelonggaran


Waktu kerja tersedia

Perhitungan : 4,25 jam/minggu x 51 minggu = 0,16


1.332

c. Perhitungan kebutuhan tenaga radiografer


Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data kegiatan
pelayanan radiologi yang telah dilakukan di instalasi radiologi selama kurun
waktu 2013, yaitu 7007 pasien True Emergency dan 7701 pasien False
Emergency
Kebutuhan tenaga radiografer = Kuantitas kegiatan pokok + Standar
kelonggaran
Standar beban kerja

Pasien True Emergency = 7007 + 0,16 = 0,8


7992
Pasien False Emergency = 7701 + 0,16 = 1,4
5328
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan dengan metode WISN, maka didapatkan kebutuhan
tenaga radiografer = 0.8 + 1,4 = 2,2 orang = 2 orang/shift

Karena instalasi radiologi merupakan pelayanan radiologi 24 jam, maka


kebutuhan tenaga radiografer disesuaikan dengan kebutuhan jadwal jaga
radiographer dalam 3 (tiga) shift. Dalam setiap shift dibutuhkan 2 ( dua )
tenaga radiografer sehingga kebutuhan tenaga radiografer adalah 6 ( enam )
orang/ hari

3. Analisis kebutuhan tenaga di Instalasi radiologi

No. Kualifikasi tenaga Hasil perhitungan Kondisi Kekurangan


tenaga tenaga saat tenaga
ini
1 Dokter spesialis 6 orang/hari 2 orang/hari 4 orang
radiologi
2 Radiografer 6 orang/hari 4 orang/hari 2 orang

Keterangan :
Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga di Instalasi radiologi RSUD
Kabupaten Badung dengan kondisi tenaga saat ini, maka kekurangan dokter
spesialis 4 orang dan 2 orang tenaga radiographer

4. Kesimpulan
Sesuai dengan analisis diatas maka untuk memenuhi kekurangan tenaga di
Instalasi radiologi RSUD Kabupaten Badung maka diperlukan penambahan
tenaga medis 4 orang dan 2 orang radiographer baru.

5. Rekomendasi
a. Penanggung jawab radiologi membuat surat rekomendasi untuk penambahan
tenaga sesuai dengan kualifikasi tenaga pada direktur utama RS.
b. Direktur RS membuat tindak lanjut membalas surat rekomendasi tersebut
dengan isi akan memperhatikan rekomendasi tersebut dan memenuhi
kebutuhan tenaga sesuai kemampuan keuangan RSUD Kabupaten Badung.

BAB III
PEDOMAN FASILITAS

A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
Fasilitas yang tersedia di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Badung
Mangusada antara lain :

NO NAMA ALAT FUNGSI KETERANGAN


1 Konvensional DR Multix Fusion Pemeriksaan non kontras 1 Unit
2 Flouroscopy Siemens Pemeriksaan kontras 1 unit
3 CT Scan Pemeriksaan CT Scan 1 Unit
4 USG Pemeriksaan ultrasound 1 unit
5 X-Ray Mobile Pemeriksaan citobed 3 unit
6 C-ARM Pemeriksaan di ruang OK 1 unit
7 Automatic Processing Mencetak film 1 unit
8 C-Ar Mencetak gambar 1 unit
9 DR konvensional Pemeriksaan radiologi 1 unit
yang digunakan untuk
pelayanan pasien VIP
10 Magnetic Resonance Imaejing Pemeriksaan MRI 1 unit
(MRI)
11 Automatic Breast Volume Scan Pemeriksaan payudara 1 unit
(ABVS)

Fasilitas peralatan proteksi radiasi untuk pasien dan petugas yang tersedia di unit radiologi
RSUD Kabupaten Badung Mangusada adalah :
NO NAMA ALAT FUNGSI KETERANGAN
1 Apron Baju pelindung 11 Buah
2 Sarung Tangan PB Pelindung Tangan 2 Pasang
3 TLD Alat monitor radiasi petugas 28 Buah
4 Pocket Dosimetri Alat monitor radiasi petugas 4 Buah
5 Thyroid sheild Pelindung organ thyroid 9 Buah
6 Kata mata Pb Pelindung organ mata 9 Buah

Fasilitas accesoris yang tersedia di unit radiologi RSUD Kabupaten Badung Mangusada
adalah :
NO NAMA ALAT KETERANGAN
1 Kaset ukuran :
18x24cm 1 buah
24x30cm 4 buah
30x40cm 3 buah
35x35cm 3 buah
2 Grid Lysolom ukuran :
30x40cm 1 buah
24x30cm 1 buah
3 Kaset C-Ar ukuran:
43x35 cm 2 buah
24x30 cm 2 buah
18x 24 cm 2 buah
4 Kaset DR 2 buah

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien dilakukan di loket radiologi :
1. Pasien Rawat Jalan
a) Pasien rawat jalan/pasien dari luar datang dengan membawa surat permintaan
pemeriksaan
b) Petugas administrasi menerima permintaan pemeriksaan dan langsung mengentry
data di komputer
c) Petugas administrasi melakukan pencatatan di buku register antara lain : nomor
register/ nomor rekam medik, nama pasien, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan,
pasien lama atau pasien baru.
d) Pasien dipanggil oleh radiographer sesuai nomer register untuk dilakukan
pemeriksaan sesuai dengan surat permintaan dari dokter.

2. Pasien Rawat Inap


a) Perawat ruangan membawa surat permintaan pemeriksaan dan pasien yang akan
diperiksa serta salah satu keluarga pasien.
b) Radiografer menerima pasien dan melakukan pemeriksaan sesuai surat permintaan
dari dokter.
c) Petugas administrasi menerima permintaan pemeriksaan dan langsung mengentry
data di komputer
d) Petugas administrasi melakukan pencatatan di buku register antara lain : Nomor
register , nama pasien, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan, pasien lama atau
pasien baru.

B. Persiapan Pasien
1. Persiapan Pasien untuk Pemeriksaan Radiodiagnostik
a) Pasien diberikan penjelasan singkat tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
b) Pasien diminta untuk mengganti pakaian diruang ganti pasien dengan pakaian pasien
yang telah disediakan diruangan pemeriksaan masing-masing.
c) Pasien diminta untuk melepaskan semua benda logam yang dipergunakan khususnya
pada organ yang akan dilakukan pemeriksaan.

2. Persiapan Pasien untuk Pemeriksaan Radiodiagnostik IRD


a) Seluruh pasien IRD khususnya pasien bedah, harus dilakukan perawatan terlebih
dahulu dibagian IGD bedah, sehingga tidak ada pasien yang belum dirawat ( belum
terpasang SPALK, belum dirawat luka awal untuk menghentikan pendarahan,
kondisi umum stabil atau tidak gaduh gelisah) saat dikirim ke instalasi radiologi.
b) Bila pasien tidak stabil dan sangat memerlukan pemeriksaan segera, maka dokter
yang merawat harus ikut mendampingi pasien sampai pemeriksaan selesai.
c) Apabila pasien sudah dilakukan perawatan, maka pasien dapat dikirim ke instalasi
radiologi dengan membawa permintaan yang telah dilengkapi data sesuai standar
pengisian permintaan pemeriksaan.
3. Persiapan Pasien untuk Pemeriksaan IVP
a) Pasien diberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
b) 1 hari sebelum pemeriksaan pasien makan bubur , kecap, telor rebus ( tidak boleh
makan sayur dan daging ).
c) Malam hari pukul 22.00 minum obat pencahar ( garam inggris 200ml ), kemudian
puasa.
d) Pagi pukul 06.00 pasien minum obat pencahar ( garam inggris 200ml ), kemudian
puasa.
e) Pukul 08.30 datang ke instalasi radiologi RSUD Kabupaten Badung.

4. Persiapan Pasien untuk Pemeriksaan USG Abdomen Atas


a) Pasien diberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
b) Pasien puasa minimal 6-8 jam sebelum pemeriksaan.

5. Persiapan Pasien untuk Pemeriksaan USG Abdomen Bawah


a) Pasien diberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
b) Pasien tidak perlu puasa.
c) Pasien dianjurkan minum banyak dan tahan kencing,apabila pasien memakai cateter
diklem 30 menit sebelum pemeriksaan.

6. Persiapan Pasien untuk Pemeriksaan CT Scan Abdomen


a) Pasien diberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
b) Pasien puasa minimal 8-12 jam sebelum pemeriksaan.
c) 30 menit sebelum pemeriksaan pasien minum air putih kira-kira 1,5 liter, kemudian
masukan cairan NaCl ke buli-buli ± 300 ml .

7. Persiapan Pasien untuk Pemeriksaan CT Scan Abdomen Dengan Kontras


a. Pasien diberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
b. Pasien puasa minimal 8-12 jam sebelum pemeriksaan.
c. 30 menit sebelum pemeriksaan pasien minum air putih kira-kira 1,5 liter, kemudian
masukan cairan NaCl ke buli-buli ± 300 ml .
d. Melampirkan hasil laboratorium ( BUN dan SC ).
8. Persiapan Pasien untuk Pemeriksaan CT Scan pada Anak- anak
a. Dosis kontras disesuaikan dengan BB ( 0,5-1cc/kg BB ).
b. Bila kondisi pasien gelisah dikonsultasikan dengan dokter anestesi.
c. Pemberian obat penenang harus di bawah pengawasan dokter spesialis anestesi dan
dokter spesialis radiologi.
9. Pada pemeriksaan radiologi konvensional maupun interkonvensional perlu
memperhatikan keadaan umum pasien - vital sign.
10. Pada pemeriksaan radiologi interkonvensional dan anak-anak dari poliklinik atau
praktek swasta yang memerlukan pemasangan infus maka pasien akan dirujuk ke
poliklinik yang merawat untuk pemasangan infus.

C. Pelaksanaan Pemeriksaan

1. Teknik Pemeriksaan Ektremitas Atas / Bawah


a) Persiapan Pasien :
Tidak ada persiapan khusus. Pasien hanya harus melepaskan benda-benda logam
di daerah yang akan diperiksa yang dapt menimbulkan artefak.
b) Persiapan Alat :
1) Kaset dan film
2) Pesawat X-ray Unit
3) Marker
4) Plester
c) Teknik Pemeriksaan :
Foto Clavicula AP
Foto Shoulder AP
Foto Humerus Posisi A-P dan Lateral
Foto Cubiti Posisi A-P dan Lateral
Foto Antebrachi Posisi A-P dan Lateral
Foto Wrist Joint Posisi A-P dan Lateral
Foto manus Posisi A-P dan Oblique, lateral (jika dibutuhkan)
Foto Femur Posisi A-P dan Lateral
Foto Genu Posisi A-P dan Lateral
Foto Cruris Posisi A-P dan Lateral
Foto Ankle Posisi A-P dan Lateral
Foto Pedis Posisi A-P dan oblique, lateral (jika dibutuhkan)

2. Teknik Pemeriksaan Skull / Kepala


a) Persiapan Pasien :
Tidak perlu dilakukan persiapan khusus. Pasien hanya harus melepaskan benda-
benda logam di daerah yang akan diperiksa yang dapat menimbulkan artefak
b) Persiapan Alat :
1) Kaset dan film
2) Pesawat X- ray unit
3) Marker dan Plester
4) Grid yang ukuran sama dengan kaset
c) Teknik Pemeriksaan :
1) A-P dan lateral sebagai posisi dasar
2) Rhese : untuk melihat kelainan pada foramen opticum, fissure orbitalis
3) Cadwell : untuk melihat margo superior orbita untuk melihat kemungkinan
adanya massa
4) Water’s : melihat kelainan pada sinus
5) Sella khusus : untuk melihat kelainan pada sella tursika
6) TMJ : melihat kelainan pada temporo mandibular joint
7) Stenvers : melihat kelainan pada os petrosum
8) Towne : melihat kelainan pada foramen magnum zygomaticus
9) Mandibulae: melihat kelainan pada tulang mandibula

3. Teknik Pemeriksaan Cervical


a) Persiapan Pasien :
Tidak perlu dilakukan persiapan khusus. Pasien hanya harus melepaskan benda-
benda logam di daerah yang akan diperiksa yang dapat menimbulkan artefak.
b) Persiapan Alat :
1) Kaset dan film
2) Pesawat X- ray unit
3) Marker
4) Plester
5) Grid yang ukuran sama dengan kaset
c) Teknik Pemeriksaan :
1) Diambil dalam posisi A-P dan lateral
2) Dalam keadaan tertentu diambil dalam posisi oblique kanan/kiri.
4. Teknik Pemeriksaan Lumbalis
a) Persiapan Pasien :
Tidak perlu dilakukan persiapan khusus. Pasien hanya harus melepaskan benda
benda logam di daerah yang akan diperiksa yang dapat menimbulkan artefak
b) Persiapan Alat :
1) Kaset dan film
2) Pesawat X-ray unit
3) Marker
4) Plester
5) Grid yang ukuran sama dengan kaset
c) Teknik Pemeriksaan :
1) Diambil dalam posisi A-P dan lateral
2) Dalam keadaan tertentu diambil dalam posisi oblique

5. Teknik Pemeriksaan Thorax


a) Persiapan Pasien :
Tidak perlu persiapan khusus. Pasien hanya melepaskan benda-benda logam di
daerah yang akan diperiksa, seperti kalung yang dapat menimbulkan artefak.
b) Persiapan Pemeriksaan :
1) Kaset dan film
2) Pesawat X-ray unit
3) Marker
4) Plaster
c) Teknik Pemeriksaan :
1) Untuk pasien dewasa
 Apabila pasien bisa berdiri diambil dalam posisi P-A
 Kalau pasien tidak bisa berdiri di ambil posisi A-P dalam keadaan tidur
2) Untuk pasien anak-anak
 Antara umur 1 hari sampai 4 tahun diambil dalam posisi tiduran ( A-P )
 Antara umur 5 tahun sampai 7 tahun diambil dalam posisi berdiri, dalam
keadaan tertentu juga diambil dalam posisi tiduran ( A-P )
 Kalau pasien bayi/ anak-anak yang perlu dipegang, ini dibantu oleh pengantar/
keluarga ( perawat ) dengan diberi proteksi ( APRON )
 Pelaksanaan tehnik eksposi dan processing sesuai standar instruksi kerja
(IKA).

6. Teknik Pemeriksaan BOF


a) Persiapan Pasien
1) Untuk melihat abdomen polos dan pemeriksaan BOF pasien tidak perlu
dipuasakan.
2) Kalau foto BNO penderita harus melalui persiapan :
 Sehari sebelum pemeriksaan pasien diberi makan bubur sama kecap.
 Tidak boleh minum susu, makan telur, serta sayur-sayuran yang berserat.
 Pada malam hari sekitar pukul 20.00 pasien diberi minum garam inggris
sebanyak 40 gram, dicampur dengan satu gelas air matang untuk urus-urus,
minum air putih 1-2 gelas, kemudian puasa.
 Keesokan harinya ( pukul 08.00 ) pasien dibawa/ dikirim ke radiologi untuk
dilakukan pemeriksaan.
b) Persiapan Alat
1) Kaset dan film
2) Pesawat X-ray unit
3) Marker
4) Plester
5) Grid yang ukuran sama dengan kaset
c) Teknik Pemeriksaan :
1) Diambil dalam posisi A-P
2) Dalam keadaan tertentu diambil dalam posisi A-P Lateral, Abdomen setengah
duduk, dan Left Lateral Decubitus ( LLD )
7. Teknik Pemeriksaan BNO – IVP
a) Persiapan Pasien
1) Kadar ureum – kreatinin dalam batas normal.
2) Satu hari sebelum pemeriksaan makan makanan lunak (tidak berserat).
3) Minum obat pencahar minimal 10 jam sebelum pemeriksaan.
4) Puasa sampai pemeriksaan dilakukan.

b) Persiapan Alat dan Bahan


1) Disposible Spuit,
2) IV Line,
3) NaCl 0.9 %,
4) Kapas, Alkohol, Plester, Sarung Tangan, Masker,
5) Emergency Kit,
6) Kontras Media Iodium Non Ionik : Sesuai Dengan Dosis Berat Badan
(1 – 2 Cc Per Kg Berat Badan).
c) Proyeksi Pemeriksaan
1) BNO (Abdomen Polos).
2) Pasien supine di atas meja pemeriksaan dan kedua lengan di samping
tubuh. Abdomen diposisikan di tengah-tengah meja pemeriksaan.
3) Mid sagital plane pasien sejajar dengan garis tengah grid (meja
pemeriksaan).
4) Batas atas pada prosesus xyphoideus dan batas bawah pada simpisis
pubis.
5) Lapangan penyinaran sesuai dengan ukuran obyek.
6) Eksposi dilakukan tahan nafas setelah tarik nafas, keluarkan.
7) Gambar posisi obyek

d.Prosedur Pemeriksaan
1) Pusat Sinar (CR)
Arahkan Sinar-X Tegak Lurus Pada Pertengahan Kaset.
2) Titik Pusat (CP)
BNO (abdomen polos) pada Umbilikus.
3) 5 – 7 menit pos injeksi (kompresi) pada titik pertengahan antara
Prosesus Xiphoideus dan SIAS.
4) Zonogram (dilakukan bila pesawat memungkinkan) pada titik
pertengahan antara Prosesus Xiphoideus dan SIAS.
5) 10 – 15 menit pos injeksi (kompresi) pada titik pertengahan antara
Prosesus Xiphoideus dan SIAS.
6) 30 – 60 menit pada Umbilikus.
Catatan:
1) Penyuntikan bahan kontras harus dilakukan oleh tenaga yang
berkompeten sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Bila fungsi ginjal belum terlihat selama 1 jam setelah penyuntikan,
konsultasikan ke dokter radiologi.
3) Bila perlu dilakukan kompresi.
4) Harus menandatangani inform concernt.
5) Semua faktor eksposi pada pemeriksaan ini harus mengacu pada log
book dari pesawat yang dipakai.

8. Teknik Pemeriksaan Uretrogram


c) Catatan :
1) Pemasukan bahan kontras harus dilakukan oleh tenaga yang berkompeten sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2) Harus menandatangani Inform concernt.
3) Semua faktor eksposi pada pemeriksaan ini harus mengacu pada log book dari
pesawat yang dipakai.

9. Teknik Pemeriksaan Oesophagogram


a) Persiapan Pasien
1) Tidak ada persiapan khusus → Maag dan Duodenum.
2) Berikan penjelasan pada pasien.
b) Persiapan Alat dan Bahan
1) Pesawat X-Ray + Fluoroscopy
2) Baju Pasien
3) Gonad Shield
4) Kaset + film ukuran 30 x 40 cm
5) Grid
6) X-Ray marker
7) Tissue / Kertas pembersih
8) Bahan kontras
9) Air Masak
10) Sendok / Straw ( pipet )
c) Teknik Pemeriksaan
1) Proyeksi AP/PA
 Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur
dari oesophagus
 Faktor Teknik :
- Film 30 x 40 cm memanjang
- Moving / Stationary Grid
- Shielding : region pelvic
- Barium encer = BaSO4 : air = 1:1
- Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
 Posisi Pasien : Recumbent / Erect
 Posisi Obyek :
- MSP pada pertengahan meja / kaset
- Shoulder dan hip tidak ada rotasi
 CR : Tegak lurus terhadap kaset.
 CP : MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T5-6 ).
 FFD : 100 cm.
 Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
 Eksposi :
- Pada saat tahan nafas setelah menelan barium.
- Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose.
- Untuk “full filling” digunakan barium encer (3– 4 tegukan)
 Kriteria radiograf :
- Struktur : Oesophagus terisi barium
- Posisi : Tidak ada rotasi dari pasien (Sternoclavicular joint simetris )
- Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada lap.penyinaran
- Faktor eksposi : Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus
superimposed dengan th-vertebrae.Tepi yang tajam
menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat expose.

2) Proyeksi Lateral
 Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur
dari oesophagus
 Faktor Teknik :
- Film 30 x 40 cm memanjang
- Moving / Stationary Grid
- Shielding : region pelvic
- Barium encer = BaSO4 : air = 1:1
- Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
 Posisi Pasien : Recumbent/erect (recumbent lebih disukai karena pengisian
lebih baik)
 Posisi Objek :
- Atur kedua tangan pasien didepan kepala saling superposisi, elbow flexi
- Mid coronal plane pada garis tengah meja / kaset.
- Shoulder dan hip diatur true lateral, lutut flexi untuk fiksasi.
- Tangan kanan memegang gelas barium
- Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder
 CR : Tegak lurus terhadap kaset.
 CP : Pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 .
 FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
 Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
 Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium
 Catatan :
- Pasien menelan 2/3 sendok barium kental lalu diekspose
- Untuk “full filling” digunakan barium encer ( 3-4 tegukan )
 Kriteria radiograf :
- Struktur : Oesophagus terisi bariumterlihat diantara C.Vertebral dan jantung
- Posisi : - True lateral ditunjukan dari superposisi costa Posterior.
- Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus
- Oesophagus terisi media kontras.
 Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada lap.penyinaran
 Faktor eksposi :
- Tampak oesophagus secara jelas terisi dengan kontras.
- Tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.
3) Proyeksi RAO (Right Anterior Oblique)
 Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur
dari oesophagus
 Faktor teknik :
- Film 30 x 40 cm memanjang
- Moving / Stationary Grid
- Shielding : region pelvic
- Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
- Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
 Posisi Pasien : Recumbent / erect.
 Posisi Objek :
- Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi prone dengan sisi kanan depan
tubuh menempel meja / film.
- Tangan kanan di belakang tubuh, tangan kiri flexi depan kepala
pasien, memegang gelas barium.
- Lutut kiri flexi untuk tumpuan.
- Pertengahan thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan kaset
/meja
- Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder
 CR : Tegak lurus terhadap kaset
 CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 .
 FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
 Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
 Eksposi :
- Pada saat tahan nafas setelah menelan barium
- Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose.
- Untuk “full filling” digunakan barium encer.( 3-4 tegukan )
4) Proyeksi LAO (Left Anterior Oblique)
 Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur
dari oesophagus
 Faktor teknik :
- Film 30 x 40 cm memanjang
- Moving / Stationary Grid
- Shielding : region pelvic
- Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
- Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
 Posisi Pasien : Recumbent / erect .
 Posisi Objek :
- Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi PA dengan sisi kiri depan tubuh
menempel meja / film.
- Tangan kiri di belakang tubuh, tangan kanan flexi di depan kepala
pasien, memegang gelas barium.
- Lutut kanan flexi untuk tumpuan.
- Pertengahan thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan kaset/
meja
- Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder
 CR : Tegak lurus terhadap kaset
 CP : pada pertengahan kaset setinggi T5-6.
 FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri ).
 Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm.
 Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium.
 Catatan :
- Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose.
- Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien minum
barium dengan sedotan langsung expose dilakukan setelah pasien menelan
3-4 tegukan.
5.Proyeksi LAO (Left Anterior Oblique)
 Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur
dari oesophagus
 Faktor teknik :
- Film 30 x 40 cm memanjang
- Moving / Stationary Grid
- Shielding : region pelvic
- Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
- Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
 Posisi Pasien : Recumbent / erect.
 Posisi Objek :
- Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi PA dengan sisi kiri depan tubuh
menempel meja / film.
- Tangan kiri di belakang tubuh, tangan kanan flexi di depan kepala
pasien, memegang gelas barium.
- Lutut kanan flexi untuk tumpuan.
- Pertengahan thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan kaset/
meja.
- Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder
11. Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala
a) Indikasi
Semua dugaan kelainan intracranial
1) Kecurigaan massa
2) Perdarahan intracerebral/ intracelebeller
3) Perdarahan subarachnoid
4) Perdarahan subdural
5) Kelainan vascular : aneurysma, AVM
6) Infeksi
7) Cerebral Atropi
8) Kelainan congenital
Dilakukan pemeriksaan tanpa kontras media
1) Trauma capitis
2) Cerbro vascular disease ( CVD )
3) Cerebral Atropi
4) Hidrocephalus bukan mencari tumor
5) Control VP Shunt
Dilakukan pemeriksaan dengan media kontras
1) Tumor
2) Infeksi
3) Kelainan vascular : Aneurysma, AVm

b) Kontra Indikasi
Pada umumnya kontra indikasi Ct Scan kepala terjadi hubungan dengan pemakaian
media kontras :
1) Alergi kontras media : Asma berat, riwayat alergi, dermatitis berat.
2) Keadaan umum yang buruk sekali, sesak, gelisah, kesadaran menurun.
3) Kegagalan.
4) Ginjal berat yang tidak sedang dalam rencana cuci darah
c) Persiapan Pasien
1) Untuk Ct Scan kepala tanpa kontras, tidak perlu persiapan.
2) Untuk penderita anak-anak dan penderita yang tidak kooperatif, diperlukan
anasthesi.
3) Untuk Ct Scan kepala dengan kontras : Lambung harus kosong pada saat dilakukan
pemeriksaan, untuk mengantisifasi terjadinya efek samping kontras media,
misalnya dianjurkan puasa 2 jam sebelum pemeriksaan. Dilakukan pemeriksaan
laboratorium BUN dan Kreatinin.
4) Gigi palsu dilepas sebelum pemeriksaan CT Scan, karena akan menimbulkan
artifact.
5) Bila penderita memakai plate, wiring, maka pada irisan coronal sebaiknya tidak
melalui daerah tersebut, karena akan menimbulkan artifact.
d) Persiapan Alat

1) Unit CT Scan
2) Kontras media ( bila dilakukan CT Scan dengan kontras )
3) Untuk pertolongan pada kegawatan shock
- Alat resusitasi
- Obat-obatan

e) Teknik Pemeriksaan
1) CT Scan Otak
Irisan Axial :
Potongan axial sejajar dengan OML (Orbito Meatal Line)/ Reids base Line
sampai vertex
- Penderita tidur telanjang
- Untuk lesi di midline, di vertex, sebaiknya dibuat juga potongan coronal

Irisan Coronal :
Untuk potongan coronal dan sagital dibuat dengan melakukan recon pada alat
tanpa mengatur posisi pasien.

12. Teknik Pemeriksaan CT Scan Thorax


a) Indikasi
1) Kecurigaan massa
2) Trauma
3) Infeksi
4) Kelainan bronkovaskular
5) Kelainan kongental
6) Pemeriksaan dilakukan dengan media kontras, kecuali trauma

b) Kontra Indikasi
Pada umumnya kontra indikasi CT Scan Thorax terjadi sehubungan dengan
pemakaian media kontras :
1) Alergi media kontras
2) Asma berat, riwayat alergi, dermatitis berat
3) Keadaan umum yang buruk sekali, sesak, gelisah, kesadaran menurun
4) Kegagalan ginjal berat yang tidak sedang rencana cuci darah

c) Persiapan Pasien
1) Untuk CT Scan Thorax tanpa kontras, tidak perlu persiapan.
2) Untuk penderita anak-anak dan penderita yang tidak kooperatif, diperlukan
anastesi.
3) Untuk CT Scan Thorax dengan kontras:
- Lambung harus kosong pada saat dilakukan pemeriksaan, untuk mengantisifasi
terjadinya efek samping media kontras,maka dianjurkan puasa 4 jam sebelum
pemeriksaan.
- Dilakukan pemeriksaan laboratorium BUN dan Kreatinin.
4) Bila penderita memakai alat pacu jantung, sebaiknya tidak melakukan irisan
pada daerah tersebut, karena akan menimbulkan artefak.

d) Persiapan Alat
1) Unit CT Scan
2) Media kontras (bila dilakukan CT Scan dengan media kontras).
3) Untuk pertolongan pada kegawatan shock:
- Alat resutasi
- Obat-obatan

e) Teknik Pemeriksaan
1) Posisi pasien supine diatas meja pemeriksaan, dengan posisi kepala dekat
gantry. Kedua tangan diatas kepala.
2) Mengatur obyek sehingga mid sagital plane (MSP) tubuh sejajar dengan lampu
indicator longitudinal.
3) Menjelaskan kepada pasien agar inspirasi penuh dan tahan napas saat
pemeriksaan berlangsung, sesuai aba-aba.
4) Irisan dibuat mulai dari asfek paru sampai diafragma, tidak dilakukan
penyudutan tabung.
5) Dibuat irisan 10 mm keseluruhan, kecuali pada daerah dengan kelainan dibuat
irisan 5 mm.
6) Dibuat CT Scan polos terlebih dahulu sebelum dibuat CT Scan dengan media
kontras
f) Perawatan Pasca Pemeriksaan
Awasi adanya reaksi terhadap bahan kontras
g) Komplikasi
Reaksi terhadap pemakaian kontras bolus

13. Teknik Pemeriksaan CT Scan Abdomen


a) Indikasi
Kelainan pada liver, gall bladder, pancreas, gaster, ginjal, aorta, genital
1) Kelainan kongenital
2) Massa
3) Trauma

b) Kontra Indikasi
Pada umumnya kontra indikasi CT Scan anggota gerak tubuh atas dan bawah
terjadi hubungan dengan pemakaian kontras media :
1) Alergi kontras media.
2) Asthma berat, riwayat alergi/dermatitis berat.
3) Keadaan umum yang buruk sekali, sesak, gelisah, kesadaran menurun.
4) Kegagalan ginjal berat yang tidak sedang dalam rencana cuci darah

c) Persiapan Pasien
1) Puasa, makan terakhir kurang lebih 10-12 jam sebelum pemeriksaan.
2) Untuk penderita anak/bayi, memerlukan bantuan dokter anastesi.
3) Dilakukan pemeriksaan laboratorium BUN dan kreatinin.

d) Persiapan Alat
1) Unit CT Scan
2) Kontras media (bila dilakukan CT Scan dengan kontras ).
3) Untuk pertolongan pada kegawatan shock :
- Alat resusitasi
- Obat-obatan : cairan infuse dengan infuse set, injeksi adrenaline, injeksi
corticosteroid, injeksi diphenhydramin

e) Abdomen Atas
1) Penderita minum air putih 200-300ml, 30 menit sebelum pemeriksaan..
2) Khusus pemeriksaan pancreas kontras diganti dengan air.
3) Pre kontras IV, potongan dibuat dengan ketebalan 10 mm, index 10-15 mm.
4) Bolus kontras (injection rate 2,5 cc/detik) diberikan pada daerah tujuan
pemeriksaan.

f) Abdomen Bawah :
1) Penderita diberi minum air putih 30-60 menit sebelum pemeriksaan..
2) Bila dipandang perlu diberi juga kontras per rectal.
3) Irisan dari L5 sampai Buli-buli.
4) Pre kontras bolus tebal irisan 10 mm.
5) Bolus kontras IV diberikan di daerah yang ada kelainannya dan dibuat irisan
dengan tebal tergantung dari besar kecilnya kelainan tersebut. Pada umumnya
irisan yang dipakai 5 mm.
6) Khusus untuk kasus karsinoma cervix, stadium II – III dibuat irisan 3 mm pada
waktu bolus kontras.

14. Teknik Pemeriksaan Cito Bed


a) Pasien dalam perawatan intensif.
b) Pasien mempunyai lembar permintaan radiologi yang ditulis lengkap oleh dokter
yang merawat.
c) Alat-alat radiologi disiapkan di ruang perawatan pasien yang bersangkutan.
d) Saat melakukan pemeriksaan radiologi di ruang perawatan selalu memperhatikan
proteksi radiasi.
e) Hasil pemeriksaan radiologi dapat langsung diambil di instalasi radiologi.
15.Teknik Pemeriksaan MRI Kepala tanpa kontras
Persiapan Alat
 Pesawat MRI, head coil dan aksesoris lainnya dalam keadaan siap pakai.
Teknik Pemeriksaan
 Letakan head coil pada meja pemeriksaan
 Posisikan pasien supine headfirst (pasien tidur terlentang dan posisi kepala masuk
terlebih dahulu ke gantry MRI) pada meja pemeriksaan
 Atur sentrasi pada glabella dengan menggunakan laser. Sinar laser dapat diaktifkan
dengan cara klik tombol laser pada sisi kanan maupun kiri gantry
 Setelah mengatur sentrasi, fiksasi kepala dengan menggunakan bantalan yang telah
disediakan agar tidak terjadi pergerakan objek
 Setelah fix, maka klik tombol GO dan meja gantry agakan bergerak ke tengah gantry,
dan posisi objek ( kepala pasien ) berada tepat di tengah magnet
 Sambungkan kabel konektor ke gantry

16.Teknik Pemeriksaan MRI Cervical


Persiapan Alat
 Pesawat MRI, neck coil dan aksesoris lainnya dalam keadaan siap pakai.
Pemeriksaan
 Letakan neck coil pada meja pemeriksaan
 Posisikan pasien supine headfirst (pasien tidur terlentang dan posisi kepala masuk
terlebih dahulu ke gantry MRI) pada meja pemeriksaan
 Atur sentrasi setinggi cervical IV dengan menggunakan laser. Sinar laser dapat
diaktifkan dengan cara klik tombol laser pada sisi kanan maupun kiri gantry
 Setelah mengatur sentrasi, fiksasi leher dengan menggunakan bantalan yang telah
disediakan di samping kiri dan kanan objek agar tidak terjadi pergerakan objek
 Setelah fix, maka klik tombol GO dan meja gantry agakan bergerak ke tengah gantry,
dan posisi objek ( leher pasien ) berada tepat di tengah magnet
 Sambungkan kabel konektor ke gantry

17.Teknik Pemeriksaan MRI Lumbal


Persiapan Alat
 Pesawat MRI, body coil dan aksesoris lainnya dalam keadaan siap pakai.
Pemeriksaan
 Letakan body coil pada meja pemeriksaan
 Posisikan pasien supine headfirst (pasien tidur terlentang dan posisi kepala masuk
terlebih dahulu ke gantry MRI) pada meja pemeriksaan
 Untuk pasien yang mengidap claustrophobia, dapat diposisikan dengan cara supine
feet first (posisi pasien tidur terlentang dengan posisi kaki yang masuk ke gantry
terlebih dulu) untuk menguragi phobia pasien
 Atur sentrasi setinggi lumbal III dengan menggunakan laser. Sinar laser dapat
diaktifkan dengan cara klik tombol laser pada sisi kanan maupun kiri gantry
 Setelah mengatur sentrasi, tanyakan kepada pasien mengenai posisi kasi telah nyaman
atau belum, bila pasien tidak nyaman dengan posisi kaki yang diluruskan, maka kedua
kaki dapat diganjal dengan bantalan yang telah disediakan agar pasien dapat merasa
nyaman dan kooperatif saat dilakukan pemeriksaan.
 Setelah fix, maka klik tombol GO dan meja gantry akan bergerak ke tengah gantry,
dan posisi objek (pinggang pasien ) berada tepat di tengah magnet
 Sambungkan kabel konektor ke gantry

18.Teknik Pemeriksaan MRI Thoracal


Persiapan Alat
 Pesawat MRI, neck coil (untuk cervicothoracal), body coil dan aksesoris lainnya
dalam keadaan siap pakai.
Teknik Pemeriksaan
 Pemeriksaan MRI Thoracal focus pada thoracal bawah
 Letakan body coil pada meja pemeriksaan
 Posisikan pasien supine headfirst (pasien tidur terlentang dan posisi kepala masuk
terlebih dahulu ke gantry MRI) pada meja pemeriksaan
 Atur sentrasi setinggi lumbal III dengan menggunakan laser. Sinar laser dapat
diaktifkan dengan cara klik tombol laser pada sisi kanan maupun kiri gantry
 Setelah mengatur sentrasi, tanyakan kepada pasien mengenai posisi kasi telah nyaman
atau belum, bila pasien tidak nyaman dengan posisi kaki yang diluruskan, maka kedua
kaki dapat diganjal dengan bantalan yang telah disediakan agar pasien dapat merasa
nyaman dan kooperatif saat dilakukan pemeriksaan.
 Setelah fix, maka klik tombol GO dan meja gantry akan bergerak ke tengah gantry,
dan posisi objek ( pinggang pasien ) berada tepat di tengah magnet
Sambungkan kabel konektor ke gantry
Pada komputer pemeriksaan, masukkan register pasien (no pemeriksaan MRI, nama,
umur, berat badan, jenis kelamin, pilih pemeriksaan yang dilakukan)
 Setelah register pasien, pilih sequence yang akan dilakukan.
 Untuk pemeriksaan thoracal, pertama tama buat mri lumbal untuk mengetahui dimana
letak thoracal XII. Sequence yang dibuat hanya T2 FSE SAG.
 Setelah mendapatkan hasil gambaran MRI lumbal dan mengetahui letak Thoracal XII,
maka petugas masuk kembali ke ruang pemeriksaan untuk merubah posisi pasien.
 Pertama tama, klik tombol back to zero untuk mengembalikan posisi meja
pemeriksaan ke posisi 0
 Kemudian atur ulang posisi pasien dengan centrasi setinggi thoracal yang ingin
difokuskan.
 Atur posisi kaki dan tangan agar pasien merasa nyaman, kemudian atur centrasi di
pertengahan objek dan coil dengan menggunakan laser, lalu klik tombol “GO”
 Sambungkan kabel konektor ke gantry
 Lanjutkan pemeriksaan MRI sesuai dengan sequence yang telah diset
 Pemeriksaan MRI Thoracal focus pada thoracal atas
 Untuk MRI thoracal focus pada thoracal atas maka untuk mengetahui letak thoracal I,
maka buat MRI cervical sequence T2 FSE SAG.
 Letakkan neck coil pada meja pemeriksaan.
 Posisikan pasien supine headfirst (pasien tidur terlentang dan posisi kepala masuk
terlebih dahulu ke gantry MRI) pada meja pemeriksaan
 Atur sentrasi setinggi cervical IV dengan menggunakan laser. Sinar laser dapat
diaktifkan dengan cara klik tombol laser pada sisi kanan maupun kiri gantry
 Setelah mengatur sentrasi, fiksasi leher dengan menggunakan bantalan yang telah
disediakan di samping kiri dan kanan objek agar tidak terjadi pergerakan objek
 Setelah fix, maka klik tombol GO dan meja gantry agakan bergerak ke tengah gantry,
dan posisi objek ( leher pasien ) berada tepat di tengah magnet
 Sambungkan kabel konektor ke gantry

19. Teknik Pemeriksaan MRI Lutut ( Genu)


Persiapan Alat
 Pesawat MRI, extremity coil dan aksesoris lainnya dalam keadaan siap pakai.
Pemeriksaan
 Letakan extremity coil pada meja pemeriksaan
 Posisikan pasien supine feetfirst (pasien tidur terlentang dan posisi kaki masuk
terlebih dahulu ke gantry MRI) pada meja pemeriksaan
 Letakkan kaki yang diperiksa pada coil. Bila pada objek pemeriksaan dicurigai
adanya massa atau pasien merasakan sakit dan tidak teraba, maka dapat ditempelkan
marker (seperti pada mri thoracal) untuk mengetahui bagian yang bermasalah pada
hasil gambaran MRI
 Atur sentrasi pada pertengahan knee yang akan diperiksa dengan menggunakan laser.
Sinar laser dapat diaktifkan dengan cara klik tombol laser pada sisi kanan maupun kiri
gantry
 Setelah mengatur sentrasi, fiksasi knee dengan menggunakan bantalan yang telah
disediakan agar tidak terjadi pergerakan objek
 Setelah fix, maka klik tombol GO dan meja gantry agakan bergerak ke tengah gantry,
dan posisi objek ( knee pasien ) berada tepat di tengah magnet
20. Teknik Pemeriksaan MRA Kepala
Persiapan Alat
 Pesawat MRI, head coil dan aksesoris lainnya dalam keadaan siap pakai.
Pemeriksaan
 Letakan head coil pada meja pemeriksaan
 Posisikan pasien supine headfirst (pasien tidur terlentang dan posisi kepala masuk
terlebih dahulu ke gantry MRI) pada meja pemeriksaan
 Atur sentrasi pada glabella dengan menggunakan laser. Sinar laser dapat diaktifkan
dengan cara klik tombol laser pada sisi kanan maupun kiri gantry
 Setelah mengatur sentrasi, fiksasi kepala dengan menggunakan bantalan yang telah
disediakan agar tidak terjadi pergerakan objek
 Setelah fix, maka klik tombol GO dan meja gantry agakan bergerak ke tengah gantry,
dan posisi objek ( kepala pasien ) berada tepat di tengah magnet
 Sambungkan kabel konektor ke gantry

21. Teknik Pemeriksaan MRI dengan kontras


Persiapan pasien
 Cek surat pengantar yang dibawa oleh pasien ( cek nama pasien, pemeriksaan yang
diminta, klinis )
 Berikan penjelasan terhadap pasien dan keluarga mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan
 Bila telah setuju, maka pasien harus melengkapi persiapan untuk mri dengan
menggunakan kontras media, seperti kelengkapan hasil laboratorium untuk fungsi
ginjal (ureum dan creatinine), konsultasi jantung (untuk pasien dengan umur diatas 35
thn), cek tensi, membawa foto rontgen/CT Scan maupun MRI lama.
 Bila seluruh perlengkapan telah dilengkapi, maka dilakukan screening terhadap pasien
oleh petugas (identitas, berat badan pasien menanyakan mengenai keluhan yang
dirasakan, pernah menjalani proses operasi atau tidak, pernah menjalani pmeriksaan
mri sebelumnya, apakah ada riwayat trauma, apakan ada riwayat alergi terhadap
makanan dan obat, apakah terdapat pant atau benda logam lainnya di tubuh pasien)
dan jika pasien atau keluarga telah setuju mengenai isi screening form, pasien atau
keluarga menandatangani screening form.
 Pasien mengganti baju dengan baju pemeriksaan yang telah disediakan, dan
melepaskan semua aksesoris yang terbuat dari bahan metal
 Apabila pasien menggunakan gigi palsu yang bisa dilepas, maka sebaiknya dilepaskan
agar tidak menimbulkan metal artifact pada gambaran MRI
Persiapan Alat
 Pesawat MRI, coil dan aksesoris lainnya dalam keadaan siap pakai.
 Kontras media dan aksesoris lainnya telah siap digunakan.
Pemeriksaan
 Letakkan coil yang akan digunakan (sesuai dengan permintaan pemeriksaan MRI
yang diminta) pada meja pemeriksaan
 Posisikan pasien di atas meja pemeriksaan dan posisikan objek sesuai dengan
pemeriksaan MRI yang akan dilakukan, atur sentrasi objek dengan menggunakan
laser. Sinar laser dapat diaktifkan dengan cara klik tombol laser pada sisi kanan
maupun kiri gantry
 Fiksasi objek untuk mengurangi adanya pergerakan pada saat pemeriksaan. Bila telah
fix, maka klik tombol GO dan meja gantry akan bergerak ke tengah gantry, dan posisi
objek berada tepat di tengah magnet
 Sambungkan kabel conektor ke gantry
 Pada komputer pemeriksaan, masukkan register pasien (no pemeriksaan MRI, nama,
umur, berat badan, jenis kelamin, pilih pemeriksaan yang dilakukan)
 Setelah register pasien, maka pilih sequence yang akan digunakan untuk pemeriksaan
mri yang diminta.
 Setelah seluruh sequence telah dibuat, maka petugas masuk ke ruangan pemeriksaan
dan menyuntikkan kontras media yang telah disiapkan.
 Setelah penyuntikan selesai, maka dilanjutkan dengan sequence post contrast, yaitu :
 T1 SE SAG
 T1 SE COR
 T1 SE AX
 Sequence post contrast, di set sama dengan sequence pre contrast agar dapat
membandingkan hasil sebelum dan setelah dimasukkan kontras media.
22. Teknik Pemeriksaan MRI dengan Anestesi
Persiapan pasien
 Cek surat pengantar yang dibawa oleh pasien ( cek nama pasien, pemeriksaan yang
diminta, klinis )
 Umunnya pasien yang memerlukan anastesi adalah pasien dengan claustrophobia
maupun yang tidak kuat diam terlalu lama saat dilakukan pemeriksaan MRI
 Berikan penjelasan terhadap pasien dan keluarga mengenai pemeriksaan MRI yang
akan dilakukan dengan anastesi.
 Bila telah setuju, maka pasien harus melengkapi persiappan untuk mri dengan
anastesi, seperti konsultasi ke poli anastesi untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut
mengenai tindakan anastesi dan apa saja yang diperlukan untuk keperluan anastesi,
kelengkapan hasil laboratorium untuk fungsi ginjal (ureum dan creatinine), konsultasi
jantung, kontras media bisa pemeriksaan MRI yang diminta juga memerlukan kontras
media, cek tensi, membawa foto rontgen/CT Scan maupun MRI lama.
 Bila seluruh perlengkapan telah dilengkapi, maka dilakukan screening terhadap pasien
oleh petugas (identitas, berat badan pasien menanyakan mengenai keluhan yang
dirasakan, pernah menjalani proses operasi atau tidak, pernah menjalani pmeriksaan
mri sebelumnya, apakah ada riwayat trauma, apakan ada riwayat aleri terhadap
makanan dan obat, apakan terdapat pan atau benda logam lainnya di tubuh pasien)
dan meminta tanda tangan pasien atau keluarga mengenai isi yang telah dibuat pada
screening form
 Pasien mengganti baju dengan baju pemeriksaan yang telah disediakan, dan
melepaskan semua aksesoris yang terbuat dari bahan metal
 Apabila pasien menggunakan gigi palsu yang bisa dilepas, maka sebaiknya dilepaskan
agar tidak menimbulkan metal artifact pada gambaran mri
Persiapan Alat
 Pesawat MRI, coil dan aksesoris lainnya dalam keadaan siap pakai.
 Kontras media dan aksesoris lainnya telah siap digunakan.
 Keperluan untuk anastesi siap (oksigen, monitor saturasi, dll )
Pemeriksaan
 Letakkan coil yang akan digunakan (sesuai dengan permintaan pemeriksaan mri yang
diminta) pada meja pemeriksaan
 Posisikan pasien di atas meja pemeriksaan dan posisikan objek sesuai dengan
pemeriksaan mri yang akan dilakukan, atur sentrasi objek dengan menggunakan laser.
Sinar laser dapat diaktifkan dengan cara klik tombol laser pada sisi kanan maupun kiri
gantry
 Prosedur anastesi dilakukan oleh dokter spesialis anastesi dan penata anastesi. Bila
pasien telah tenang, fiksasi objek untuk mengurangi adanya pergerakan pada saat
pemeriksaan. Bila telah fix, maka klik tombol GO dan meja gantry agakan bergerak
ke tengah gantry, dan posisi objek berada tepat di tengah magnet
 Sambungkan kabel conektor ke gantry
 Pada komputer pemeriksaan, masukkan register pasien (no pemeriksaan MRI, nama,
umur, berat badan, jenis kelamin, pilih pemeriksaan yang dilakukan)
 Setelah register pasien, maka pilih sequence yang akan digunakan untuk pemeriksaan
mri yang diminta.
 Sesekali dokter masuk ke dalam ruangan pemeriksaan untuk melihat keadaan pasien.
 Setelah seluruh sequence telah dibuat, bila tidak ada penyuntikan kontras media,
pasiendapat dikeluargan dari ruang pemeriksaan dan dipindahkan ke ruang
pemulihan, bila pemeriksaan harus menggunakan kontras media, maka petugas
masuk ke ruangan pemeriksaan dan menyuntikkan kontras media yang telah
disiapkan.
 Setelah penyuntikan selesai, maka dilanjutkan dengan sequence post contrast, yaitu :
 T1 SE SAG
 T1 SE COR
 T1 SE AX
 Sequence post contrast, di set sama dengan sequence pre contrast agar dapat
membandingkan hasil sebelum dan setelah dimasukkan kontras media.
 Setelah semua sequence selesai dikerjakan, maka pasien dapat dikeluarkan dan
dipindahkan ke ruang pemulihan.

D. Pencucian Film
Teknik pencucian film di instalasi radiologi RSUD Kabupaten Badung
Mangusada menggunakan processing automatic dan menggunakan computer radiologi
(CR) digital radiologi (DR). Adapun teknik pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
Untuk Automatic Processing :
a) Matikan lampu ruangan dan pastikan tidak ada cahaya apapun kecuali safety lamp.
b) Film yang sudah disinar, dikeluarkan dari kaset.
c) Masukkan film kedalam automatic processing bila sudah ada tanda “ready”.
d) Isi kembali kaset dengan film baru.
e) Untuk memasukkan film berikutnya, tunggu tanda “ready”.
f) Cocokkan film yang sudah dicuci agar sesuai dengan nama, no. register dan
tanggal yang tertulis di form permintaan radiologi.
g) Ganti cairan setiap 2 minggu sekali atau sesuai permintaan
Untuk Computer Radiologi (CR/ DR) :

E. Pemberian Expertise
Hasil foto/ radiograf yang baik diserahkan kepada dokter spesialis radiologi.
Dokter spesialis radiologi membuat ekspertise semua foto radiografi yang dibuat
pada hari tersebut.
Pemeriksaan USG dilakukan oleh dokter spesialis radiologi, kemudian langsung
direkam dalam kertas printer ataupun film polaroid, untuk kemudian hasil
ekspertise-nya.
Petugas administrasi radiologi mengambil foto dan ekspertise kemudian
menyerahkan hasil pemeriksaan dalam amplop kepada pasien/ perawat, setelah
menunjukkan bukti penyelesaian administrasi. Hasil pemeriksaan radiologi/ USG siap
diserahkan kepada dokter perujuk.

D. Penyerahan Hasil
Petugas administrasi radiologi menyerahkan hasil pemeriksaan dalam amplop
kepada pasien/ perawat, setelah menunjukkan bukti penyelesaian administrasi
Hasil pemeriksaan radiologi/ USG siap diserahkan kepada dokter perujuk.

a. Penyerahan hasil Pasien rawat jalan.

Penyerahan hasil foto yang telah diexpertise kepada pasien/pengantar pasien di


ruang administrasi radiologi.

b. Penyerahan hasil Pasien rawat inap

Penyerahan hasil foto rontgen yang telah diexpertise maupun yang belum kepada
petugas ruangan rawat inap.

c. Penyerahan hasil Pasien UGD

Untuk pasien emergensi diserahkan langsung kepada petugas UGD.

BAB V
LOGISTIK

A. Pengertian
Pengertian logistik di radiologi RSUD Badung Mangusada adalah penyediaan
bahan- bahan habis pakai yang dibutuhkan dalam pelayanan radilogi.

B. Tujuan
Tujuan Agar kebutuhan bahan – bahan habis pakai sebagai sarana pemeriksaan
dapat tersedia dengan tepat, cepat, efektif, efisien dan profesional untuk meningkatkan
mutu radiologi.

C. Ruang Lingkup
Alur kerja pembelian dan penyimpanan bahan- bahan habis pakai ini
Menerangkan suatu sistem mulai dari mengevaluasi jumlah stok film, kertas USG, jelly,
dan cairan developer / fixer , membuat surat pesanan sampai mendapatkan film dan yang
diperlukanan.

D. Alur Kerja
Alur persediaan barang habis pakai di unit radiologi RSUD Kabupaten Badung Mangusada
melalui belanja langsung. Adapun siklus persediaan bahan habis pakai melalui belanja
langsung, sebagai berikut ;

Ka Ruangan /
Koordinator

Buat catatan stok &


evaluasi jumlah stok

ya
Stok
Tidak
Ka. ruangan buat sp cukup
ya

Buat SP
selesai
Setuj
u

Ka Ruangan

Hubungi Suplier

Suplier

Ambil SP, ditandatangani


& kirim barang

Ka Ruangan

Terima Barang

OK

Ka Ruangan/ Koordinator

Beri label,simpan sesuai


suhu dan urut kedaluarsa

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu cara atau teknik proteksi yang diberikan kepada
pasien dan keluarga terhadap kemungkinan akibat negatif dari radiasi pengion.

B. Tujuan
Untuk mencegah terjadinya efek non-stokastik yang membahayakan dan
memperkecil resiko efek stokastik sampai pada suatu nilai yang dapat diterima oleh
masyarakat / pasien.

C. Pelaksanaan
Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang menggunakan sinar
peng-ion ataupun bahan radioaktif sehingga penggunaan bahan tersebut mempunyai dua
sisi yang saling berlawanan, yaitu dapat sangat berguna bagi penegakan diagnosa dan
terapi penyakit dan di sisi lain akan sangat berbahaya bila penggunaannya tidak tepat dan
tidak terkontrol, terlebih lagi bila di lakukan oleh tenaga yang tidak kompeten atau bukan
radiografer.

Pelaksanaan Keselamatan Pasien Pada Tiap Modalitas Imajing :


1. Hindari Manipulasi Pasen Pada Saat Posisioning
Terutama pada pasien dengan klinis trauma capitis, Fraktur Columna Vertebralis,
trauma tumpul abdomen dan thoraks. Begitu pula pasien dengan fraktur ekstrimitas
dengan pemakaian peralatan traksi.
2. Pemakaian Bahan Kontras Radiografi
a) Harus ada inform konsen sebelum dilakukan pemasukan bahan kontras
b) Harus ada pemeriksaan laboratorium mengenai fungsi ginjal
c) Gunakan bahan kontras yang relatip aman
d) Harus dilakukan oleh dokter atau didalam pengawasan dokter
e) Ada standar kedaruratan medik radiologi

3. Minimalisasi Dosis Radiasi


a) Terutama pada penggunaan teknik fluoroscopy pada tindakan radiologi
intervensional ( CT Scan ).
b) Pengaturan luas lapangan penyinaran yang diatur sedemikian rupa sehingga cukup
seluas obyek yang diperiksa.
c) Pengaturan Faktor eksposi yang tepat.
d) Pada setiap pasen wanita usia subur sebelum dilakukan pemeriksaan harus ditanya
apakah sedang hamil atau tidak bila hamil diminta petimbangan dokter radiologi
apakah perlu atau tidak dilakukan.
e) Jadi pada hakekatnya semua pemeriksaan atau tindakan radiologi harus dilakukan
apabila ada permintaan dari dokter yang mengirim dan dilengkapi dengan klinis
yang jelas dan dikerjakan sesuai dengan standar operational Prosedur dan dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah secara atau teknik proteksi yang digunakan agar
keselamatan dan keamanan petugas dapat terjamin.

B. Tujuan
Tujuan keselamatan kerja adalah Menekan bahaya radiasi terhadap petugas
seminimal mungkin.

C. Pelaksanaan
1. Dalam melakukan pemotretan diusahakan jarak antara petugas dengan sumber radiasi
agak jauh minimal 1 meter
2. Di usahakan berlindung pada daerah kerja yang aman terhadap radiasi
3. Jika memungkinkan menggunakan alat pelindung radiasi (APRON)
4. Hindari pengulangan pemotretan yang berulang-ulang
5. Setiap pekerja wajib menggunakan alat pantau dosis radiasi perorangan berupa film
badge pocket dosimeter
6. Pocket dosimeter dan film badge harus diserahkan kepada PPR setiap bulan untuk
diperbaharui.
7. Proteksi radiasi untuk pekerja radiasi di instalasi radiologi dilengkapi dengan alat ukur
paparan radiasi ( TLD ). Selain itu juga pekerja radiasi yang menangani pasien
fluoroscopy dilengkapi alat pelindung diri khusus seperti apron, kaca mata Pb, sarung
tangan Pb dan thyroid shielding. Untuk pemantauan paparan dosis masing- masing
pekerja memiliki kartu dosis dan kartu hasil pemeriksaan rutin.

BAB VIII
PROTEKSI RADIASI

A. Pendahuluan
Proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi
yang merusak akibat paparan radiasi.Keselamatan Radiasi adalah tindakan yang
dilakukan untuk melindung pekerja , anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari
bahaya radiasi.Program proteksi dan keselamatan radiasi adalah rencana yang harus
disusun dan dilaksanakan oleh pemegang izin untuk mewujudkan hal tersebut.Tujuan
umum program proteksi dan keselamatan radiasi adalah menunjukkan tanggung jawab
manajemen dalam rangka proteksi dan keselamatan radiasi melalui penerapan stuktur
manajemen , kebijakan prosedur, dan susunan rencana organisasi yang sesuai dengan
sifat dan tingkat resiko yang dapat ditimbulkan dalam pemanfaatan sumber radiasi
pengion.Dasar hukum proteksi dan keselamatan radiasi dituangkan dalam PP 29 tahun
2008 tentang optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi,yaitu :
1. Optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi di instalasi radiologi dan
anggota masyarakat di sekitar instalasi radiologi menerima paparan
serendah mungkin yang dapat dicapai.
2. Optimisasi Proteksi Radiasi dan Keselamatan radiasi harus diupayakan
agar paparan terhadap pasien minimum sesuai dengan yang diperlukasn
untuk mencapai tujuan diagnostic.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diterapkan
melalui prinsip optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi yang meliputi:
a. Pembatasan dosis untuk pekerja radiasi dan masyarakat dan
b. Tingkat p[anduan paparan medic untuk pasien.

I. PENYELENGGARA KESELAMATAN RADIASI TANGGUNG JAWAB PARA


PENANGGUNG JAWAB KESELAMATAN RADIASI
I.1 Pemegang Izin

Pemegang Izin adalah orang atau badan yang telah menerima Izin
pemanfaatan tenaga nuklir dari BAPETEN.
Pemengang izin mempunyai tanggung jawab :
a. Membaca dan mengerti semua ketentuan keselamatan yang ditetapkan
dalam peraturan Kepala BAPETEN ini ;
b. Membentuk pengelola Proteksi Radiasi dan menunjuk PPR dan bila perlu
PPR pengganti ;
c. Hanya megizinkan seseorang bekerja dengan sumber radiasi setelah
memperhatikan segi kesehatan , pendidikan, dan pengalaman kerja dengan
sumber radiasi;
d. Memberitahukan kepada semua pekerja radiasi tentang adanya proteksi
bahaya radiasi yang terkandung dalam tugas mereka dan memberikan
latihan proteksi radiasi;
e. Menyediakan prosedur Keselamatan radiasdi yang berlaku dengan
lingkungan nya sendiri, termasuk prosedur tentang penanggulangan
keadaan darurat;
f. Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi siswa magang dan pekerja
radiasi,dan pelayanan kesehatan bagi pekerja radiasi;
g. Menyediakan fasilitas dan peralatan poteksi dan keselamatan radiasi yang
memadai sesuai ketentuan;

Pemegang Izin mempunyai kewajiban :


a. Memberikan kesempatan untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan
Pengawas terhadap instalasi pemanfaatan tenaga nuklir;
b. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi sebelum bekerja,
selama bekerja secara berkala dan sewaktu – waktu bila diperlukan , dan
yang akan memutuskan hubungan kerja;
c. Memberikan kesempatan untuk pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi
yang dilakukan oleh Badan Pengawas atau bekerjasama dengan instalasi
Pemerintah lain untuk menilai efek radiasi terhadap kesehatan;
d. Menyelenggarakan dokumentasi mengenai segala sesuatu yang
bersangkutan dengan tenaga nuklir.
e. Melakukan tindakan – tindakan yang bertujuan mencegah atau
memperkecil bahaya yang timbul akibat pemanfaatan tenaga nuklir
terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja radiasi , masyarakat dan
lingkungan hidup;
f. Mentaati peraturan , pedoman kerja , dan ketentuan – ketentuan lain yang
ditetapkan oleh Badan Pengawas dan instansi lain yang terkait ;
g. Memanfaatkan tenaga nuklir sesuai tujuan dalam izin.
h. Melaporkan kepada Badan Pengawas dan instansi lain yang terkait apabila
terjadi kecelakaan radiasi;
i. Memberikan laporan mengenai pemantauan dosis radiasi pekerja radiasi;
j. Melaporkan pemantauan daerah kerja dan lingkungan hidup untuk instalasi
yang mempunyai potensi dampak radiologi tinggi kepada Badan
Pengawas; dan
k. Melaksanakan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana
Pemantauan Lingkungan untuk instalasi yang mempunyai dampak
radiologi tinggi.

2.2. Dokter Spesialis Radiologi


Dokter Spesialis Radiologi mempunyai tanggung jawab :
a. Membaca dan mengerti semua ketentuan keselamatan yang ditetapkan
dalam peeraturan kepala BAPETEN ini;
b. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap pasien;
c. Memberikan rujukan dan justifikasi peloaksanaan diagnosis dan
intervensional dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan
sebelumnya;
d. Mengoperasikan pesawat sinar –X Flouroscopy;
e. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk mendapatkan
citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan
tingkat panduan paparan medic;
f. Memberikan layanan konsultasi dan evaluasi klinis pasien;
g. Menetapkan prosedur diagnosis dan intervensional bersama dengan
Fisikawan medis dan atau radiographer;
h. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis dan;
i. Menyediakan kretiria untuk pemeriksaan wanita hamil, anak – anak ,
prosedur medico-legal , dan pemeriksaan kesehatan pekerja;

Apabila dokter spesialis radiologi tidak ada maka yang betanggung jawab
adalah dokter yang berkompeten sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku yang mempunyai tanggung jawab yang sama dengan
dokter spesialis Radiologi.
2.3. Petugas Proteksi Radiasi ( PPR )
PPR adalah petugas yang ditunjuk oleh pengusaha instalasi dan oleh badan
pengawas
Dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan
proteksi radiasi.
PPR mempunyai kewajiban dan tanggung jawab :
a. Membaca dan mengerti semua ketentuan keselamatan yang ditetapkan dalam
peraturan kepala BAPETEN ;
b. Memberi instruksi teknis dan administrasi secara lisan dan tulisan kepada
pekerja radiasi tentang keselamatan kerja radiasi yang baik.instruksi ini harus
mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan;
c. Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran serendah
mungkin;
d. Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala hal yang dapat
menimbulkan kecelakaan radiasi;
e. Mencegah masuknya orang yang tidak berkepentingan ke dalam daerah
pengendali;
f. Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan proteksi radiasi;
g. Menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi apabila
diperlukan dan melaksanakan pemonitoran radiasi serta tindakan proteksi
radiasi dan ;
h. Memberikan penjelasan dan menyediakan perlengkapan proteksi radiasi yang
memadai kepada para pengunjung atau tamu apabila diperlukan.

2.4. Pekerja Radiasi


Pekerja Radiasi adalah setiap orang yang bekerja di instalasi nuklir atau
instalasi pengion yang diperkirakan menerima dosis radiasi tahunan melebihi
dosis untuk masyarakat umum.
Pekerja Radiasi mempunyai kewajiban dan tanggung jawab :
a. Membaca dan mengerti semua ketentuan keselamatan yang ditetapkan dalam
peraturan kepala BAPETEN ini;
b. Memberikan proteksi terhadap pasien , dirinya sendiri, dan masyarakat di
sekitar ruang pesawat sinar-X;
c. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan
yang diterima pasien sesuai kebutuhan ;
d. Mempunyai pemahaman secara seksama tentang profesinya, prosedur kerja
yang benar,dan teknik khusus; dan
e. Melakukan kegiatan pengolahan film di kamar gelap.

Apabila radiographer tidak ada maka yang bertanggung jawab adalah operator
yang mempunyai tanggung jawab yang sama dengan Radiografer.

II. PERSONIL YANG BEKERJA DI FASILITAS

NAMA PETUGAS TEMPAT/TGL PENDIDIK PELATIHAN KETER


LAHIR AN PPR ANGAN
UJUNG
DR.WIDASTUTI.D.SPR PANDANG SPESIALIS
27/09/1977 RADIOLO - -
GI
DR. PUTU PUSPITA TABANAN,02 / SPESIALIS - -
WATI.SPR. 01/1979 RADIOLO
GI
SUPRIYANI,AMR.SKM DENPASAR,14/ ATRO PPR -
11/1978

NYM.MOGA WIJAYA SINGARAJA,31 ATRO PPR -


/12/1977

NI.LP.SARI WIDARI.AMR TABANAN,03/0 ATRO PPR -


8/1981
G.A.A.WIJAYANTI.AMR
TABANAN/08/0 ATRO - -
6/1988
I.G.A.A.SAPUTRA.AMR
BADUNG,04/02 ATRO PPR -
/1988
I.MADE JANARDANA
DENPASAR, ATRO - -
03/01/1989
AGUS SUARDIPA
-
BADUNG,28/02 ATRO -
NITA PRATIWI /1991 -
TABANAN,20/0 DIV MRI -
-
ADI WIDANA 7/1990
-
-
DENPASAR, ATRO
PPR
I DW GD ADI 18/02/1989
ATRO -
SAPUTRA TABANAN,
-
17/06/1993
I GD SUJANA INDRA -
ATRO
PRABAWA DENPASAR, -
08/02/1991 -

I DW GD BAGUS -

ARTA NEGARA BR.KATIKLAN


ATRO
TANG,
SAGUNG NGURAH 22/11/1986
SRI MARLENI KERAMBITAN ATRO
, 29/05/1985

III. PEMBAGIAN DAERAH KERJA


a. Penggunaan ruang disekitar tempat pengoperasian

1.Depan : Koridor
2.Belakang : Parkir
3.Kanan : R.CSSD
4.Kiri : R.Manajemen
5.Atas : Rawat Inap
6.Bawah : Basement
b. Denah Tempat Pengoperasian :
IV. PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DI DEPARTEMEN RADIOLOGI
A. Metode Pemantauan Paparan Radiasi
- Pemantauan paparan radiasi untuk perorangan menggunakan Film
badge yang setiap bulannya di kirim ke BPFK Surabaya untuk
diperiksa.Setelah ada hasil pemerksaan dikirim kembali ke mudian
dicatat dalam kartu dosis setiap petugas.Pemeriksaan ini dilakukan
secara terus – menerus.

- Pemantauan paparan radiasi untuk mengetahui tingkat kebocoran


tabung menggunakan alat Surveymeter , dilakukan pada saat pertama
kali pemasangan pesawat sinar – X. Pemeriksaan ini dilakukan
sewaktu- waktu ( apabila diperlukan ).
B. Perlengkapan Proteksi Radiasi yang tersedia di instalasi radiologi RSUD
Kabupaten Badung antara lain :
- Apron

Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi.


- Sarung tangan
Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroscopy.Proteksi ini
dapat melindungi secara keseluruhan , mencakup jari dan pergelangan
tangan.
- Tabir
Tabir yang digunakan oleh radiographer harus dilapisi dengan bahan
yang setara dengan 1 mm Pb.
- Kaca Mata Pb
Kaca mata digunakan pada saat pemeriksaan radiologi
interkonvensional.
- Thyroid Sheild
Thyroid sheild digunakan pada saat pemeriksaan radiologi
interkonvensional.
- Pocket Dosimetri
Alat monitoring perorangan yang digunakan oleh radiografer saat
melakukan pemeriksaan radiologi di ruang operasi (OK), diruang
perawatan dan di ruang chatlab.
- TLD
Alat monitoring perorangan yang digunakan oleh petugas radiologi
untuk mengetahui dosis radiasi yang diterima oleh petugas.

V. PROGRAM JAMINAN MUTU PROTEKSI DAN KESELAMATAN


RADIASI
a. Pelaksanaan proteksi dan keselamatan radiasi di instalasi radiologi RSUD
Badung Mangusada, antara lain :
C. Memperhatikan Asas Proteksi radiasi (Justifikasi, Limitasi dan Optimisasi)
D. Memperhatikan Prinsip dasar Proteksi Radiasi ( Jarak,waktu,dan
pelindung).
E. Setiap pekerja radiasi dilengkapi alat pemantauan dosis perorangan dan
film control untuk mengetahui kebocoran tabung.
b. Standar Nasional Indonesia ( SNI ) Peralatan Proteksi Radiasi .

NO NOMOR SNI JENIS PERALATAN PROTEKSI RADIASI

1. Y 111102 Apron Proteksi Radiasi Sinar – X

2. - Sarung Tangan Proteksi Radiasi


Sinar – X

3. Kaca mata PB

4. Shelding thyroid
5. Pocket Dosimetri

6. TLD
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

PEDOMAN MUTU
Sasaran program penjaminan mutu dalam pelayanan radiologi diagnostik adalah
memantau performa dari seluruh komponen atau faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
gambar dan usha memperkecil adanya pemborosan film dalam bagian radiologi. Dalam
pelaksanaan upaya penjaminan kualitas dan pengendalian kualitas pedoman internasional
dikenal dengan 3 D ( Dose, Diagnosis, Dollars), yang maknanya dapat diuraikan sebagai
berikut :
· Dosis ( Dose ) meminimalkan dosis radiasi terhadap pasien sehingga manfaat pemeriksaan
dapat melebihi resiko.
· Diagnosis, mengurangi dosis radiasi dengan meningkatkan kualitas gambar atau informasi
diagnostik berarti telah mengoptimasi diagnosis sehingga diagnosis dapat ditegakkan.
· Duit ( Dollar ) dengan mengurangi jumlah pengulangan dalam pemotretan, sehingga
mengurangi biaya pemeriksaan dan penghematan biaya.

a.TAHAP PRA ANALITIK


Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum pemeriksaan radiologi antara lain :
- Puasa minimal 4-8 jam sebelum pemeriksaan
- Minum urus – urus sebelum dilakukan pemeriksaan
- Minum banyak dan tahan kecing.
- Melepaskan benda logam yang dapat mengganggu hasil radiograf
( cincin,anting,gelang,kalung,dsb ).
Persiapan alat dan Bahan
Untuk pemeriksaan radiologi kontras yang perlu dipersiapkan adalah
- Alat X- Ray yang sudah di warm-up.
- Obat kontras ( Barium / iopamiro )
- Spuit
- Wing nidle
- Nidle
- Kaset beserta film sesuai ukuran yang diperlukan.
- Marker R/L
- Apron.

Pemberian Identitas
Pemberian identitas sangat penting di unit radiologi untuk menghindari tertukarnya hasil
radiograf. Data yang tercetak pada film adalah :
- Nama / umur / jenis kelamin
- No Reg Radiologi
- Tanggal pemeriksaan
Pembacaan hasil radiograf
- Semua hasil radiograf dibaca dan ditanda tangani oleh dokter spesialis radiologi.
Penyimpanan Hasil
- Semua hasil yang sudah di baca oleh radiolog / belum diserahkan ke pasien
disimpan di bagian administrasi radiologi.
Pengujian kualitas pelayanan radiologi :
- Ketepatan hasil pemeriksaan
- Keselamatan dan kenyamanan pasien
- Tidak ada kesalahan dalam pemberian obat
- Ketersediaan peralatan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
- Ketersediaan tenaga radiographer sesuai kwantitas.
B.TAHAP ANALITIK
1. Pelaksanan pemeriksaan
Untuk pemeriksaan radiologi non kontras dilakukan oleh radiographer sesuai dengan surat
permintaan dari dokter pengiriman, sedang untuk pemeriksaan kontras dilakukan oleh
radiolog / petugas yang ditunjuk oleh radiolog.
2. Uji Paparan Radiasi
Semua peralatan yang tersedia di unit radiologi RSUD Kabupaten Badung dilakukan uji
paparan pada saat awal setelah pemasangan alat X-Ray.Uji paparan ini dilakukan oleh PPR
importer.
C.TAHAP PASCA ANALITIK
Pencatatan interpretasi radiograf
Semua hasil interpretasi radiograf dan surat permintaan diarsipkan dan disimpan di
bagian administrasi radiologi.
a. Kegiatan pemantapan mutu internal :
- Pemantauan suhu ruangan memakai AC.
- Pemantauan suhu cairan developer dan fixer melalui automatic processing.
- Warm – up alat ct- scan dan alat MRI sebelum dioperasionalkan
- Uji mutu film dan cairan
- Pemeriksaan label
- Pemeriksaan tanggal kedaluwarsa.
b. Kegiatan pemantapan mutu eksternal :
- Pemantauan uji kesesuaian dan kalibrasi peralatan radiologi
- Evaluasi alat monitoring perorangan (TLD).
- Pemantauan ijin operasional peralatan radiologi.

5. Standar Prosedur Operasional (SPO)


Semua kegiatan di unit radiologi RSUD Kabupaten Badung Mangusada berdasarkan
standar Prosedur Operasional ( SPO) .
BAB X
PENUTUP

Pelayanan radiologi diagnostik merupakan bagian integral dari pelayanan medik


yang perlu mendapat perhatian khusus karena selain bermanfaat dalam menegakkan
diagnosa, juga sangat berbahaya baik bagi pasien, petugas maupun lingkungan sekitarnya bila
tidak diselenggarakan secara benar. Dalam upaya mencapai pelayanan radiologi yang
bermutu dan aman, diperlukan pengelolaan manajemen dan teknis yang prima yang didukung
oleh sarana/prasarana, sumber daya manusia dan peralatan yang baik pula. Agar seluruh
sarana pelayanan kesehatan mempunyai mutu yang sama dalam menyelenggarakan
pelayanan radiologi diagnostik, maka diperlukan pedoman pelayanan radiologi diagnostik
yang dapat dipakai sebagai acuan dan dipenuhi oleh sarana pelayanan kesehatan yang akan
menyelenggarakan pelayanan radiologi diagnostik.

Anda mungkin juga menyukai