BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
B. Tujuan
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien
BAB X PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintergrasi dari pelayanan kesehatan
secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 dimana
kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah
selayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas.
Pedoman pelayanan medik pada bagian Radiologi RSUD Kabupaten Badung
Mangusada terdiri dari pedoman pelayanan radiodiagnostik. Pedoman pelayanan medik
radiodiagnostik merupakan acuan bagi ahli radiologi untuk menganalisis dan menegakkan
diagnosis penyakit berdasarkan hasil foto / imejing. Imejing pada radiodiagnostik
dilakukan dengan menggunakan sinar X, yang dapat dilakukan dengan memakai zat
kontras ataupun tanpa zat kontras, atau yang lebih dikenal dengan foto polos. Pemeriksaan
ini menggunakan pesawat dengan kapasitas 400mA, 126 kV. Pada pemeriksaan dengan
menggunakan zat kontras, dipakai alat fluoroskopi dengan kapasitas yang sama, tetapi
disertai image intensifier monitor.Selain itu hasil imejing dapat pula dihasilkan dari alat –
alat tanpa menggunakan sinar X yaitu dengan memakai gelombang suara, yang dikenal
sebagai alat ultrasonografi.
Seiring dengan kemajuan dalam bidang teknologi maka saat ini pemeriksaan
organ tubuh dapat juga dilakukan melalui potongan – potongan (slices) baik aksial,
koronal ataupun sagital. adalah pemeriksaan potongan – potongan tubuh dengan bantuan
sinar X, yang dikenal sebagai pemeriksaan CT scan (Computerized Scanning). Tergantung
dari jenis atau kapasitas alat, gambar potongan – potongan ini dapat dihasilkan dengan
cepat, dapat sampai 16 potongan gambar per detik, dan dengan teknik 3 dimensi dapat
dihasilkan suatu gambar yang sangat baik, yang sangat membantu para ahli radiologi
dalam mendiagnosis penyakit.
Buku pedoman pelayanan radiologi ini mudah – mudahan dapat menjadi
pegangan secara umum untuk medis dan paramedis yang bekerja di RSUD Kabupaten
Badung Mangusada dalam menegakkan diagnosis radiologik secara tepat.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Tercapainya standarisasi pelayanan radiologi diagnostik sesuai dengan jenis dan
kelas sarana pelayanan kesehatan.
Tujuan Khusus :
1. Sebagai acuan bagi rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan radiologi
diagnostik.
2. Sebagai tolak ukur dalam menilai penampilan rumah sakit yang
menyelenggarakan pelayanan radiologi.
3. Sebagai pedoman rumah sakit dalam upaya pengembangan lebih lanjut yang
arahannya disesuaikan dengan tingkat pelayanan radiologi yang telah dicapai
dan proyeksi kebutuhan pelayanan di masa depan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Badung Mangusada
meliputi :
Yaitu pasien dari Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Jalan RSUD
Kabupaten Badung Mangusada yang memerlukan pemeriksaan radiologi.
3. Pasien Luar
Yaitu pasien dari dokter luar RSUD Kabupaten Badung Mangusada maupun
dari rumah sakit lain yang memerlukan pemeriksaan radiologi.
Yaitu pasien yang berasal dari Instalasi rawat jalan yang melakukan medical
check-up untuk keperluan : pengangkatan pegawai negeri sipil, pemeriksaan
kesehatan calon haji, pemeriksaan kesehatan calon anggota legislatif dan
pemeriksaan kesehatan calon kepala daerah yang ada di wilayah kabupaten
badung yang memerlukan pemeriksaan radiologi.
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/ Menkes/ SK/
XI/2008 Tentang standar pelayanan Radiodiagnostik di sarana pelayanan kesehatan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan tenaga di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Badung Mangusada
diatur dalam 3 shift jaga dengan distribusi sebagai berikut:
1. Dinas pagi:
Jam dinas dari pukul 07.30 wita s/d pukul 13.30 wita.
2. Dinas sore:
Jam dinas dari pukul 13.30 wita s/d pukul 19.30 wita.
3. Dinas malam:
Jam dinas dari pukul 19.30 wita s/d pukul 07.30 wita.
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jadwal dinas radiografer di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Badung
Mangusada adalah sebagai berikut:
1. Pengaturan jadwal dinas radiografer dibuat oleh Kepala Ruangan disetujui oleh
Kepala Instalasi Radiologi dan ditandatangani oleh Kasi Penunjang Diagnostik
dan Logistik RSUD Kabupaten Badung Mangusada.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
radiografer setiap satu bulan.
3. Jadwal dinas terdiri atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti. Apabila ada radiografer jaga karena sesuatu hal tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka radiografer bersangkutan harus
memberitahu kepala ruangan satu hari sebelumnya, dan diharapkan yang
bersangkutan sudah mencari radiographer pengganti. Apabila radiografer
bersangkutan tidak mendapatkan radiographer pengganti, maka kepala ruangan
akan mencari radiographer pengganti.
4. Apabila ada radiografer tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka kepala ruangan akan mencari radiographer
pengganti yang libur. Apabila tidak dapat radiographer pengganti, maka
radiographer yang dinas pada shift sebelumnya untuk menggantikan.
POLA KETENAGAAN (SDM) INSTALASI RADIOLOGI
RSUD KABUPATEN BADUNG MANGUSADA
I. Latar Belakang
Pelayanan instalasi radiologi RSUD Badung Mangusadamerupakan pelayanan 24
jam yang diberikan kepada pasien yang datang dari IGD, IRJA ,IRNA dan dokter praktek
swasta. Dalam upaya penetapan tenaga di instalasi radiologi yang handal, diperlukan
perencanaan, pengadaan dan pemeliharaan SDM yang tepat bagi kelancaran pelaksanaan
pelayanan radiologi.
Perencanaan tersebut diatas bertujuan untuk mengatasi dan menyiapkan turn over
SDM di dalam radiologi. Untuk meningkatkan kompetensi SDM Rumah Sakit diperlukan
pendidikan dan pelatihan secara berkala.
II.Tujuan Umum
Tersedianya kuantitas dan kualitas SDM sesuai dengan persyaratan ketetapan
ketenagaan di instalasi radiologi RSUD Badung Mangusada.
II.1.Tujuan Khusus
a. Menyediakan tenaga radiographer sesuai dengan kebutuhan
b. Meningkatkan kompetensi tenaga radiographer
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan dengan metode Workload Indicators of Staffing Need
(WISN), maka didapatkan kebutuhan tenaga dokter spesialis radiologi = 0,8 + 1,9
= 2,7 = 3 orang/ shift
Keterangan :
Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga di Instalasi radiologi RSUD
Kabupaten Badung dengan kondisi tenaga saat ini, maka kekurangan dokter
spesialis 4 orang dan 2 orang tenaga radiographer
4. Kesimpulan
Sesuai dengan analisis diatas maka untuk memenuhi kekurangan tenaga di
Instalasi radiologi RSUD Kabupaten Badung maka diperlukan penambahan
tenaga medis 4 orang dan 2 orang radiographer baru.
5. Rekomendasi
a. Penanggung jawab radiologi membuat surat rekomendasi untuk penambahan
tenaga sesuai dengan kualifikasi tenaga pada direktur utama RS.
b. Direktur RS membuat tindak lanjut membalas surat rekomendasi tersebut
dengan isi akan memperhatikan rekomendasi tersebut dan memenuhi
kebutuhan tenaga sesuai kemampuan keuangan RSUD Kabupaten Badung.
BAB III
PEDOMAN FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
Fasilitas yang tersedia di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Badung
Mangusada antara lain :
Fasilitas peralatan proteksi radiasi untuk pasien dan petugas yang tersedia di unit radiologi
RSUD Kabupaten Badung Mangusada adalah :
NO NAMA ALAT FUNGSI KETERANGAN
1 Apron Baju pelindung 11 Buah
2 Sarung Tangan PB Pelindung Tangan 2 Pasang
3 TLD Alat monitor radiasi petugas 28 Buah
4 Pocket Dosimetri Alat monitor radiasi petugas 4 Buah
5 Thyroid sheild Pelindung organ thyroid 9 Buah
6 Kata mata Pb Pelindung organ mata 9 Buah
Fasilitas accesoris yang tersedia di unit radiologi RSUD Kabupaten Badung Mangusada
adalah :
NO NAMA ALAT KETERANGAN
1 Kaset ukuran :
18x24cm 1 buah
24x30cm 4 buah
30x40cm 3 buah
35x35cm 3 buah
2 Grid Lysolom ukuran :
30x40cm 1 buah
24x30cm 1 buah
3 Kaset C-Ar ukuran:
43x35 cm 2 buah
24x30 cm 2 buah
18x 24 cm 2 buah
4 Kaset DR 2 buah
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien dilakukan di loket radiologi :
1. Pasien Rawat Jalan
a) Pasien rawat jalan/pasien dari luar datang dengan membawa surat permintaan
pemeriksaan
b) Petugas administrasi menerima permintaan pemeriksaan dan langsung mengentry
data di komputer
c) Petugas administrasi melakukan pencatatan di buku register antara lain : nomor
register/ nomor rekam medik, nama pasien, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan,
pasien lama atau pasien baru.
d) Pasien dipanggil oleh radiographer sesuai nomer register untuk dilakukan
pemeriksaan sesuai dengan surat permintaan dari dokter.
B. Persiapan Pasien
1. Persiapan Pasien untuk Pemeriksaan Radiodiagnostik
a) Pasien diberikan penjelasan singkat tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
b) Pasien diminta untuk mengganti pakaian diruang ganti pasien dengan pakaian pasien
yang telah disediakan diruangan pemeriksaan masing-masing.
c) Pasien diminta untuk melepaskan semua benda logam yang dipergunakan khususnya
pada organ yang akan dilakukan pemeriksaan.
C. Pelaksanaan Pemeriksaan
d.Prosedur Pemeriksaan
1) Pusat Sinar (CR)
Arahkan Sinar-X Tegak Lurus Pada Pertengahan Kaset.
2) Titik Pusat (CP)
BNO (abdomen polos) pada Umbilikus.
3) 5 – 7 menit pos injeksi (kompresi) pada titik pertengahan antara
Prosesus Xiphoideus dan SIAS.
4) Zonogram (dilakukan bila pesawat memungkinkan) pada titik
pertengahan antara Prosesus Xiphoideus dan SIAS.
5) 10 – 15 menit pos injeksi (kompresi) pada titik pertengahan antara
Prosesus Xiphoideus dan SIAS.
6) 30 – 60 menit pada Umbilikus.
Catatan:
1) Penyuntikan bahan kontras harus dilakukan oleh tenaga yang
berkompeten sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Bila fungsi ginjal belum terlihat selama 1 jam setelah penyuntikan,
konsultasikan ke dokter radiologi.
3) Bila perlu dilakukan kompresi.
4) Harus menandatangani inform concernt.
5) Semua faktor eksposi pada pemeriksaan ini harus mengacu pada log
book dari pesawat yang dipakai.
2) Proyeksi Lateral
Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur
dari oesophagus
Faktor Teknik :
- Film 30 x 40 cm memanjang
- Moving / Stationary Grid
- Shielding : region pelvic
- Barium encer = BaSO4 : air = 1:1
- Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
Posisi Pasien : Recumbent/erect (recumbent lebih disukai karena pengisian
lebih baik)
Posisi Objek :
- Atur kedua tangan pasien didepan kepala saling superposisi, elbow flexi
- Mid coronal plane pada garis tengah meja / kaset.
- Shoulder dan hip diatur true lateral, lutut flexi untuk fiksasi.
- Tangan kanan memegang gelas barium
- Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder
CR : Tegak lurus terhadap kaset.
CP : Pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 .
FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium
Catatan :
- Pasien menelan 2/3 sendok barium kental lalu diekspose
- Untuk “full filling” digunakan barium encer ( 3-4 tegukan )
Kriteria radiograf :
- Struktur : Oesophagus terisi bariumterlihat diantara C.Vertebral dan jantung
- Posisi : - True lateral ditunjukan dari superposisi costa Posterior.
- Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus
- Oesophagus terisi media kontras.
Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada lap.penyinaran
Faktor eksposi :
- Tampak oesophagus secara jelas terisi dengan kontras.
- Tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.
3) Proyeksi RAO (Right Anterior Oblique)
Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur
dari oesophagus
Faktor teknik :
- Film 30 x 40 cm memanjang
- Moving / Stationary Grid
- Shielding : region pelvic
- Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
- Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
Posisi Pasien : Recumbent / erect.
Posisi Objek :
- Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi prone dengan sisi kanan depan
tubuh menempel meja / film.
- Tangan kanan di belakang tubuh, tangan kiri flexi depan kepala
pasien, memegang gelas barium.
- Lutut kiri flexi untuk tumpuan.
- Pertengahan thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan kaset
/meja
- Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder
CR : Tegak lurus terhadap kaset
CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 .
FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
Eksposi :
- Pada saat tahan nafas setelah menelan barium
- Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose.
- Untuk “full filling” digunakan barium encer.( 3-4 tegukan )
4) Proyeksi LAO (Left Anterior Oblique)
Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur
dari oesophagus
Faktor teknik :
- Film 30 x 40 cm memanjang
- Moving / Stationary Grid
- Shielding : region pelvic
- Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
- Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
Posisi Pasien : Recumbent / erect .
Posisi Objek :
- Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi PA dengan sisi kiri depan tubuh
menempel meja / film.
- Tangan kiri di belakang tubuh, tangan kanan flexi di depan kepala
pasien, memegang gelas barium.
- Lutut kanan flexi untuk tumpuan.
- Pertengahan thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan kaset/
meja
- Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder
CR : Tegak lurus terhadap kaset
CP : pada pertengahan kaset setinggi T5-6.
FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri ).
Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm.
Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium.
Catatan :
- Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose.
- Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien minum
barium dengan sedotan langsung expose dilakukan setelah pasien menelan
3-4 tegukan.
5.Proyeksi LAO (Left Anterior Oblique)
Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur
dari oesophagus
Faktor teknik :
- Film 30 x 40 cm memanjang
- Moving / Stationary Grid
- Shielding : region pelvic
- Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
- Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
Posisi Pasien : Recumbent / erect.
Posisi Objek :
- Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi PA dengan sisi kiri depan tubuh
menempel meja / film.
- Tangan kiri di belakang tubuh, tangan kanan flexi di depan kepala
pasien, memegang gelas barium.
- Lutut kanan flexi untuk tumpuan.
- Pertengahan thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan kaset/
meja.
- Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder
11. Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala
a) Indikasi
Semua dugaan kelainan intracranial
1) Kecurigaan massa
2) Perdarahan intracerebral/ intracelebeller
3) Perdarahan subarachnoid
4) Perdarahan subdural
5) Kelainan vascular : aneurysma, AVM
6) Infeksi
7) Cerebral Atropi
8) Kelainan congenital
Dilakukan pemeriksaan tanpa kontras media
1) Trauma capitis
2) Cerbro vascular disease ( CVD )
3) Cerebral Atropi
4) Hidrocephalus bukan mencari tumor
5) Control VP Shunt
Dilakukan pemeriksaan dengan media kontras
1) Tumor
2) Infeksi
3) Kelainan vascular : Aneurysma, AVm
b) Kontra Indikasi
Pada umumnya kontra indikasi Ct Scan kepala terjadi hubungan dengan pemakaian
media kontras :
1) Alergi kontras media : Asma berat, riwayat alergi, dermatitis berat.
2) Keadaan umum yang buruk sekali, sesak, gelisah, kesadaran menurun.
3) Kegagalan.
4) Ginjal berat yang tidak sedang dalam rencana cuci darah
c) Persiapan Pasien
1) Untuk Ct Scan kepala tanpa kontras, tidak perlu persiapan.
2) Untuk penderita anak-anak dan penderita yang tidak kooperatif, diperlukan
anasthesi.
3) Untuk Ct Scan kepala dengan kontras : Lambung harus kosong pada saat dilakukan
pemeriksaan, untuk mengantisifasi terjadinya efek samping kontras media,
misalnya dianjurkan puasa 2 jam sebelum pemeriksaan. Dilakukan pemeriksaan
laboratorium BUN dan Kreatinin.
4) Gigi palsu dilepas sebelum pemeriksaan CT Scan, karena akan menimbulkan
artifact.
5) Bila penderita memakai plate, wiring, maka pada irisan coronal sebaiknya tidak
melalui daerah tersebut, karena akan menimbulkan artifact.
d) Persiapan Alat
1) Unit CT Scan
2) Kontras media ( bila dilakukan CT Scan dengan kontras )
3) Untuk pertolongan pada kegawatan shock
- Alat resusitasi
- Obat-obatan
e) Teknik Pemeriksaan
1) CT Scan Otak
Irisan Axial :
Potongan axial sejajar dengan OML (Orbito Meatal Line)/ Reids base Line
sampai vertex
- Penderita tidur telanjang
- Untuk lesi di midline, di vertex, sebaiknya dibuat juga potongan coronal
Irisan Coronal :
Untuk potongan coronal dan sagital dibuat dengan melakukan recon pada alat
tanpa mengatur posisi pasien.
b) Kontra Indikasi
Pada umumnya kontra indikasi CT Scan Thorax terjadi sehubungan dengan
pemakaian media kontras :
1) Alergi media kontras
2) Asma berat, riwayat alergi, dermatitis berat
3) Keadaan umum yang buruk sekali, sesak, gelisah, kesadaran menurun
4) Kegagalan ginjal berat yang tidak sedang rencana cuci darah
c) Persiapan Pasien
1) Untuk CT Scan Thorax tanpa kontras, tidak perlu persiapan.
2) Untuk penderita anak-anak dan penderita yang tidak kooperatif, diperlukan
anastesi.
3) Untuk CT Scan Thorax dengan kontras:
- Lambung harus kosong pada saat dilakukan pemeriksaan, untuk mengantisifasi
terjadinya efek samping media kontras,maka dianjurkan puasa 4 jam sebelum
pemeriksaan.
- Dilakukan pemeriksaan laboratorium BUN dan Kreatinin.
4) Bila penderita memakai alat pacu jantung, sebaiknya tidak melakukan irisan
pada daerah tersebut, karena akan menimbulkan artefak.
d) Persiapan Alat
1) Unit CT Scan
2) Media kontras (bila dilakukan CT Scan dengan media kontras).
3) Untuk pertolongan pada kegawatan shock:
- Alat resutasi
- Obat-obatan
e) Teknik Pemeriksaan
1) Posisi pasien supine diatas meja pemeriksaan, dengan posisi kepala dekat
gantry. Kedua tangan diatas kepala.
2) Mengatur obyek sehingga mid sagital plane (MSP) tubuh sejajar dengan lampu
indicator longitudinal.
3) Menjelaskan kepada pasien agar inspirasi penuh dan tahan napas saat
pemeriksaan berlangsung, sesuai aba-aba.
4) Irisan dibuat mulai dari asfek paru sampai diafragma, tidak dilakukan
penyudutan tabung.
5) Dibuat irisan 10 mm keseluruhan, kecuali pada daerah dengan kelainan dibuat
irisan 5 mm.
6) Dibuat CT Scan polos terlebih dahulu sebelum dibuat CT Scan dengan media
kontras
f) Perawatan Pasca Pemeriksaan
Awasi adanya reaksi terhadap bahan kontras
g) Komplikasi
Reaksi terhadap pemakaian kontras bolus
b) Kontra Indikasi
Pada umumnya kontra indikasi CT Scan anggota gerak tubuh atas dan bawah
terjadi hubungan dengan pemakaian kontras media :
1) Alergi kontras media.
2) Asthma berat, riwayat alergi/dermatitis berat.
3) Keadaan umum yang buruk sekali, sesak, gelisah, kesadaran menurun.
4) Kegagalan ginjal berat yang tidak sedang dalam rencana cuci darah
c) Persiapan Pasien
1) Puasa, makan terakhir kurang lebih 10-12 jam sebelum pemeriksaan.
2) Untuk penderita anak/bayi, memerlukan bantuan dokter anastesi.
3) Dilakukan pemeriksaan laboratorium BUN dan kreatinin.
d) Persiapan Alat
1) Unit CT Scan
2) Kontras media (bila dilakukan CT Scan dengan kontras ).
3) Untuk pertolongan pada kegawatan shock :
- Alat resusitasi
- Obat-obatan : cairan infuse dengan infuse set, injeksi adrenaline, injeksi
corticosteroid, injeksi diphenhydramin
e) Abdomen Atas
1) Penderita minum air putih 200-300ml, 30 menit sebelum pemeriksaan..
2) Khusus pemeriksaan pancreas kontras diganti dengan air.
3) Pre kontras IV, potongan dibuat dengan ketebalan 10 mm, index 10-15 mm.
4) Bolus kontras (injection rate 2,5 cc/detik) diberikan pada daerah tujuan
pemeriksaan.
f) Abdomen Bawah :
1) Penderita diberi minum air putih 30-60 menit sebelum pemeriksaan..
2) Bila dipandang perlu diberi juga kontras per rectal.
3) Irisan dari L5 sampai Buli-buli.
4) Pre kontras bolus tebal irisan 10 mm.
5) Bolus kontras IV diberikan di daerah yang ada kelainannya dan dibuat irisan
dengan tebal tergantung dari besar kecilnya kelainan tersebut. Pada umumnya
irisan yang dipakai 5 mm.
6) Khusus untuk kasus karsinoma cervix, stadium II – III dibuat irisan 3 mm pada
waktu bolus kontras.
D. Pencucian Film
Teknik pencucian film di instalasi radiologi RSUD Kabupaten Badung
Mangusada menggunakan processing automatic dan menggunakan computer radiologi
(CR) digital radiologi (DR). Adapun teknik pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
Untuk Automatic Processing :
a) Matikan lampu ruangan dan pastikan tidak ada cahaya apapun kecuali safety lamp.
b) Film yang sudah disinar, dikeluarkan dari kaset.
c) Masukkan film kedalam automatic processing bila sudah ada tanda “ready”.
d) Isi kembali kaset dengan film baru.
e) Untuk memasukkan film berikutnya, tunggu tanda “ready”.
f) Cocokkan film yang sudah dicuci agar sesuai dengan nama, no. register dan
tanggal yang tertulis di form permintaan radiologi.
g) Ganti cairan setiap 2 minggu sekali atau sesuai permintaan
Untuk Computer Radiologi (CR/ DR) :
E. Pemberian Expertise
Hasil foto/ radiograf yang baik diserahkan kepada dokter spesialis radiologi.
Dokter spesialis radiologi membuat ekspertise semua foto radiografi yang dibuat
pada hari tersebut.
Pemeriksaan USG dilakukan oleh dokter spesialis radiologi, kemudian langsung
direkam dalam kertas printer ataupun film polaroid, untuk kemudian hasil
ekspertise-nya.
Petugas administrasi radiologi mengambil foto dan ekspertise kemudian
menyerahkan hasil pemeriksaan dalam amplop kepada pasien/ perawat, setelah
menunjukkan bukti penyelesaian administrasi. Hasil pemeriksaan radiologi/ USG siap
diserahkan kepada dokter perujuk.
D. Penyerahan Hasil
Petugas administrasi radiologi menyerahkan hasil pemeriksaan dalam amplop
kepada pasien/ perawat, setelah menunjukkan bukti penyelesaian administrasi
Hasil pemeriksaan radiologi/ USG siap diserahkan kepada dokter perujuk.
Penyerahan hasil foto rontgen yang telah diexpertise maupun yang belum kepada
petugas ruangan rawat inap.
BAB V
LOGISTIK
A. Pengertian
Pengertian logistik di radiologi RSUD Badung Mangusada adalah penyediaan
bahan- bahan habis pakai yang dibutuhkan dalam pelayanan radilogi.
B. Tujuan
Tujuan Agar kebutuhan bahan – bahan habis pakai sebagai sarana pemeriksaan
dapat tersedia dengan tepat, cepat, efektif, efisien dan profesional untuk meningkatkan
mutu radiologi.
C. Ruang Lingkup
Alur kerja pembelian dan penyimpanan bahan- bahan habis pakai ini
Menerangkan suatu sistem mulai dari mengevaluasi jumlah stok film, kertas USG, jelly,
dan cairan developer / fixer , membuat surat pesanan sampai mendapatkan film dan yang
diperlukanan.
D. Alur Kerja
Alur persediaan barang habis pakai di unit radiologi RSUD Kabupaten Badung Mangusada
melalui belanja langsung. Adapun siklus persediaan bahan habis pakai melalui belanja
langsung, sebagai berikut ;
Ka Ruangan /
Koordinator
ya
Stok
Tidak
Ka. ruangan buat sp cukup
ya
Buat SP
selesai
Setuj
u
Ka Ruangan
Hubungi Suplier
Suplier
Ka Ruangan
Terima Barang
OK
Ka Ruangan/ Koordinator
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu cara atau teknik proteksi yang diberikan kepada
pasien dan keluarga terhadap kemungkinan akibat negatif dari radiasi pengion.
B. Tujuan
Untuk mencegah terjadinya efek non-stokastik yang membahayakan dan
memperkecil resiko efek stokastik sampai pada suatu nilai yang dapat diterima oleh
masyarakat / pasien.
C. Pelaksanaan
Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang menggunakan sinar
peng-ion ataupun bahan radioaktif sehingga penggunaan bahan tersebut mempunyai dua
sisi yang saling berlawanan, yaitu dapat sangat berguna bagi penegakan diagnosa dan
terapi penyakit dan di sisi lain akan sangat berbahaya bila penggunaannya tidak tepat dan
tidak terkontrol, terlebih lagi bila di lakukan oleh tenaga yang tidak kompeten atau bukan
radiografer.
A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah secara atau teknik proteksi yang digunakan agar
keselamatan dan keamanan petugas dapat terjamin.
B. Tujuan
Tujuan keselamatan kerja adalah Menekan bahaya radiasi terhadap petugas
seminimal mungkin.
C. Pelaksanaan
1. Dalam melakukan pemotretan diusahakan jarak antara petugas dengan sumber radiasi
agak jauh minimal 1 meter
2. Di usahakan berlindung pada daerah kerja yang aman terhadap radiasi
3. Jika memungkinkan menggunakan alat pelindung radiasi (APRON)
4. Hindari pengulangan pemotretan yang berulang-ulang
5. Setiap pekerja wajib menggunakan alat pantau dosis radiasi perorangan berupa film
badge pocket dosimeter
6. Pocket dosimeter dan film badge harus diserahkan kepada PPR setiap bulan untuk
diperbaharui.
7. Proteksi radiasi untuk pekerja radiasi di instalasi radiologi dilengkapi dengan alat ukur
paparan radiasi ( TLD ). Selain itu juga pekerja radiasi yang menangani pasien
fluoroscopy dilengkapi alat pelindung diri khusus seperti apron, kaca mata Pb, sarung
tangan Pb dan thyroid shielding. Untuk pemantauan paparan dosis masing- masing
pekerja memiliki kartu dosis dan kartu hasil pemeriksaan rutin.
BAB VIII
PROTEKSI RADIASI
A. Pendahuluan
Proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi
yang merusak akibat paparan radiasi.Keselamatan Radiasi adalah tindakan yang
dilakukan untuk melindung pekerja , anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari
bahaya radiasi.Program proteksi dan keselamatan radiasi adalah rencana yang harus
disusun dan dilaksanakan oleh pemegang izin untuk mewujudkan hal tersebut.Tujuan
umum program proteksi dan keselamatan radiasi adalah menunjukkan tanggung jawab
manajemen dalam rangka proteksi dan keselamatan radiasi melalui penerapan stuktur
manajemen , kebijakan prosedur, dan susunan rencana organisasi yang sesuai dengan
sifat dan tingkat resiko yang dapat ditimbulkan dalam pemanfaatan sumber radiasi
pengion.Dasar hukum proteksi dan keselamatan radiasi dituangkan dalam PP 29 tahun
2008 tentang optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi,yaitu :
1. Optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi di instalasi radiologi dan
anggota masyarakat di sekitar instalasi radiologi menerima paparan
serendah mungkin yang dapat dicapai.
2. Optimisasi Proteksi Radiasi dan Keselamatan radiasi harus diupayakan
agar paparan terhadap pasien minimum sesuai dengan yang diperlukasn
untuk mencapai tujuan diagnostic.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diterapkan
melalui prinsip optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi yang meliputi:
a. Pembatasan dosis untuk pekerja radiasi dan masyarakat dan
b. Tingkat p[anduan paparan medic untuk pasien.
Pemegang Izin adalah orang atau badan yang telah menerima Izin
pemanfaatan tenaga nuklir dari BAPETEN.
Pemengang izin mempunyai tanggung jawab :
a. Membaca dan mengerti semua ketentuan keselamatan yang ditetapkan
dalam peraturan Kepala BAPETEN ini ;
b. Membentuk pengelola Proteksi Radiasi dan menunjuk PPR dan bila perlu
PPR pengganti ;
c. Hanya megizinkan seseorang bekerja dengan sumber radiasi setelah
memperhatikan segi kesehatan , pendidikan, dan pengalaman kerja dengan
sumber radiasi;
d. Memberitahukan kepada semua pekerja radiasi tentang adanya proteksi
bahaya radiasi yang terkandung dalam tugas mereka dan memberikan
latihan proteksi radiasi;
e. Menyediakan prosedur Keselamatan radiasdi yang berlaku dengan
lingkungan nya sendiri, termasuk prosedur tentang penanggulangan
keadaan darurat;
f. Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi siswa magang dan pekerja
radiasi,dan pelayanan kesehatan bagi pekerja radiasi;
g. Menyediakan fasilitas dan peralatan poteksi dan keselamatan radiasi yang
memadai sesuai ketentuan;
Apabila dokter spesialis radiologi tidak ada maka yang betanggung jawab
adalah dokter yang berkompeten sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku yang mempunyai tanggung jawab yang sama dengan
dokter spesialis Radiologi.
2.3. Petugas Proteksi Radiasi ( PPR )
PPR adalah petugas yang ditunjuk oleh pengusaha instalasi dan oleh badan
pengawas
Dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan
proteksi radiasi.
PPR mempunyai kewajiban dan tanggung jawab :
a. Membaca dan mengerti semua ketentuan keselamatan yang ditetapkan dalam
peraturan kepala BAPETEN ;
b. Memberi instruksi teknis dan administrasi secara lisan dan tulisan kepada
pekerja radiasi tentang keselamatan kerja radiasi yang baik.instruksi ini harus
mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan;
c. Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran serendah
mungkin;
d. Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala hal yang dapat
menimbulkan kecelakaan radiasi;
e. Mencegah masuknya orang yang tidak berkepentingan ke dalam daerah
pengendali;
f. Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan proteksi radiasi;
g. Menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi apabila
diperlukan dan melaksanakan pemonitoran radiasi serta tindakan proteksi
radiasi dan ;
h. Memberikan penjelasan dan menyediakan perlengkapan proteksi radiasi yang
memadai kepada para pengunjung atau tamu apabila diperlukan.
Apabila radiographer tidak ada maka yang bertanggung jawab adalah operator
yang mempunyai tanggung jawab yang sama dengan Radiografer.
I DW GD BAGUS -
1.Depan : Koridor
2.Belakang : Parkir
3.Kanan : R.CSSD
4.Kiri : R.Manajemen
5.Atas : Rawat Inap
6.Bawah : Basement
b. Denah Tempat Pengoperasian :
IV. PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DI DEPARTEMEN RADIOLOGI
A. Metode Pemantauan Paparan Radiasi
- Pemantauan paparan radiasi untuk perorangan menggunakan Film
badge yang setiap bulannya di kirim ke BPFK Surabaya untuk
diperiksa.Setelah ada hasil pemerksaan dikirim kembali ke mudian
dicatat dalam kartu dosis setiap petugas.Pemeriksaan ini dilakukan
secara terus – menerus.
3. Kaca mata PB
4. Shelding thyroid
5. Pocket Dosimetri
6. TLD
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
PEDOMAN MUTU
Sasaran program penjaminan mutu dalam pelayanan radiologi diagnostik adalah
memantau performa dari seluruh komponen atau faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
gambar dan usha memperkecil adanya pemborosan film dalam bagian radiologi. Dalam
pelaksanaan upaya penjaminan kualitas dan pengendalian kualitas pedoman internasional
dikenal dengan 3 D ( Dose, Diagnosis, Dollars), yang maknanya dapat diuraikan sebagai
berikut :
· Dosis ( Dose ) meminimalkan dosis radiasi terhadap pasien sehingga manfaat pemeriksaan
dapat melebihi resiko.
· Diagnosis, mengurangi dosis radiasi dengan meningkatkan kualitas gambar atau informasi
diagnostik berarti telah mengoptimasi diagnosis sehingga diagnosis dapat ditegakkan.
· Duit ( Dollar ) dengan mengurangi jumlah pengulangan dalam pemotretan, sehingga
mengurangi biaya pemeriksaan dan penghematan biaya.
Pemberian Identitas
Pemberian identitas sangat penting di unit radiologi untuk menghindari tertukarnya hasil
radiograf. Data yang tercetak pada film adalah :
- Nama / umur / jenis kelamin
- No Reg Radiologi
- Tanggal pemeriksaan
Pembacaan hasil radiograf
- Semua hasil radiograf dibaca dan ditanda tangani oleh dokter spesialis radiologi.
Penyimpanan Hasil
- Semua hasil yang sudah di baca oleh radiolog / belum diserahkan ke pasien
disimpan di bagian administrasi radiologi.
Pengujian kualitas pelayanan radiologi :
- Ketepatan hasil pemeriksaan
- Keselamatan dan kenyamanan pasien
- Tidak ada kesalahan dalam pemberian obat
- Ketersediaan peralatan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
- Ketersediaan tenaga radiographer sesuai kwantitas.
B.TAHAP ANALITIK
1. Pelaksanan pemeriksaan
Untuk pemeriksaan radiologi non kontras dilakukan oleh radiographer sesuai dengan surat
permintaan dari dokter pengiriman, sedang untuk pemeriksaan kontras dilakukan oleh
radiolog / petugas yang ditunjuk oleh radiolog.
2. Uji Paparan Radiasi
Semua peralatan yang tersedia di unit radiologi RSUD Kabupaten Badung dilakukan uji
paparan pada saat awal setelah pemasangan alat X-Ray.Uji paparan ini dilakukan oleh PPR
importer.
C.TAHAP PASCA ANALITIK
Pencatatan interpretasi radiograf
Semua hasil interpretasi radiograf dan surat permintaan diarsipkan dan disimpan di
bagian administrasi radiologi.
a. Kegiatan pemantapan mutu internal :
- Pemantauan suhu ruangan memakai AC.
- Pemantauan suhu cairan developer dan fixer melalui automatic processing.
- Warm – up alat ct- scan dan alat MRI sebelum dioperasionalkan
- Uji mutu film dan cairan
- Pemeriksaan label
- Pemeriksaan tanggal kedaluwarsa.
b. Kegiatan pemantapan mutu eksternal :
- Pemantauan uji kesesuaian dan kalibrasi peralatan radiologi
- Evaluasi alat monitoring perorangan (TLD).
- Pemantauan ijin operasional peralatan radiologi.