DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAGIAN 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Maksud dan Tujuan
1.3.Sasaran
1.4.Dasar Hukum/Kebijakan
1.5.Istilah dan Definisi
BAGIAN 2 PROGRAM DAN FUNGSI RADIOLOGI
2.1. Pelayanan Ruang Radiologi
2.2. Alur Pelayanan
2.3. Alur Sirkulasi Kegiatan
2.4. Kebutuhan Ruang
BAGIAN 3 PERSYARATAN FASILITAS
3.1. Persyaratan Sarana Ruang Radiologi
3.1.1. Persyaratan Umum
3.1.2. Persyaratan BEsaran Ruang
3.1.3. Persyaratan Teknis Komponen Sarana Ruang Radiologi
3.2. Persyaratan Prasarana Ruang Radiologi
3.2.1. Persyaratan Listrik
3.2.2. Persyaratan Pencahayaan
3.2.3. Persyaratan Air Bersih
3.2.4. Persyaratan Pengkondisian Udara (Heating Ventilation & Air Conditioning
(HVAC))
3.2.5. Persyaratan Sirkulasi Vertikal dan Horisontal
3.2.6. Kelengkapan Proteksi Kebakaran
3.2.7. Persyaratan Prasarana Telekomunikasi
3.2.8. Persyaratan Prasarana Limbah
BAGIAN 4 MODEL DESAIN DAN PERENCANAAN RUANG RADIOLOGI
4.1. Model Perletakan Instalasi Radiologi Pada Rencana Tapak RS
4.2. Contoh Model Perletakan Instalasi Radiologi Pada Potongan Bangunan Bertingkat
Banyak
4.3. Contoh Model Instalasi Radiologi Pada RS Kelas A, B, C
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAGIAN I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada era pasar bebas dewasa ini, sector kesehatan di Indonesia dituntut untuk dapat
bersaing dengan competitor luar negeri. Mereka yang dapat bertahan adalah pemberi jasa
pelayanan kesehatan dengan mutu yang terjamin, dengan tingkat keakurasian dan tingkat
keamanan yang dapat diandalkan. Khususnya dalam hal ini Fasilitas Radiologi Rumah
Sakit. Mutu adalah tingkat kesempurnaan pemanfaatan dari sesuatu yang dimanfaatkan
atau derajat kepatuhan terhadap standar yang ditentukan terlebih dahulu. Secara umum,
dapat dikatakan bahwa mutu adalah totalitas dari suatu wujud atau ciri jasa/barang yang
didalamnya terkandung pengertian pemenuhan kebutuhan konsumen dan sekaligus rasa
aman.
Sebagai upaya pengembangan pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit, maka program
yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik melalui visi Indonesia
Sehat 2010 adalah sebagai gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan Negara yang
ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat,
memiliki kemampuan yang menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah
Republik Indonesia. Dan sejalan dengan misi yang ada maka pelayanan yang diharapkan
pada masa depan adalah pelayanan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, serta
tersedianya pelayanan penunjang pada fasilitas sarana, prasaran dan alat yang memadai.
Kualitas/mutu dari pelayanan radiologi sangat bergantung kepada kualitas fasilitas
radiologi meliputi sarana, prasarana dan peralatan radiologi, kualitas/mutu sumber daya
manusia, kualitas produk radiografi, kualitas diagnose, radiologi serta kualitas tindakan
proteksi radiasi. Pelayanan radiologi yang memenuhi standar jaminan kualitas akan
memberikan informasi diagnostic yang tepat dengan paparan radiasi yang serendah
mungkin terhadap pasien dan personil.
Perencanaan dan perancangan sarana, prasarana dan peralatan radiologi dan tindakan
proteksi radiasi atau secara keseluruhan dapat disebutkan fasilitas radiologi sangat
mempengaruhi kualitas pelayanan radiologi. Mengingat hal tersebut di atas, maka
dirasakan perlu adanya suatu buku pedoman fasilitas ruang radiologi untuk dijadikan
salah satu arahan bagi pengelola RS.
1.3.Sasaran
Sasaran dari penyusunan buku pedoman ini adalah para pemilik dan pengelola rumah
sakit, para pekerja rumah sakit baik Tenaga Medis maupun Non-Medis di Ruang
Radiologi, para pengembang rumah sakit (Yayasan, Badan Usaha maupun Konsultan
Perencanaan dan Perancangan) yang akan merencanakan, sehingga masing-masing pihak
dapat mempunyai kesamaan persepsi mengenai sarana, prasarana maupun peralatan
Medik & Non-Medik di Ruang Radiologi Rumah Sakit.
1.4.Dasar Hukum/Kebijakan
1. UU No. 23/1992 tentang Kesehatan
2. UU No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran
3. PP No. 63/2000 tentang Keselamatan dan kesehatan terhadap pemanfaatan radiasi
pengion
4. PP No. 64/2000 tentang perijinan penempatan tenaga nuklir
5. Permenkes No. 366/Menkes/Per/V/1997 tentang penyelenggaraan pelayanan radiologi
6. Permenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2002 tentang kesehatan lingkungan
1.5.Istilah dan Definisi
1.5.1. Radiologi
Ilmu kedokteran yang menggunakan teknologi pencitraan/imejing (imaging
technologies) untuk mendiagnosa dan pengobatan penyakit. Merupakan cabang ilmu
kedokteran yang berkaitan dengan sinar X (X-Ray) yang dipancarkan oleh pesawat
sinar-X atau peralatan-peralatan radiasi lainnya dalam rangka memperoleh informasi
visual sebagai bagian dari pencitraan/imejing kedokteran (medical imaging).
1.5.2. Pelayanan Radiologi
Suatu pelayanan kesehatan yang menggunakan energy pengion maupun non pengion
(baik dalam bidang diagnostic maupun dalam bidang terapi).
1.5.3. Radiasi Pengion
Gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan yang karena energy yang
dimilikinya mampu mengionisasi media yang dilaluinya.
1.5.4. Bahan Kontras
Bahan kimia berbentuk padat, cair, dan gas yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien
yang akan diperiksa untuk memperoleh perbedaan densitas optic pada film (kontras
radiologi).
1.5.5. Kontras radiologi film
Tingkat perbedaan densitas pada foto rontgen.
1.5.6. Bangunan radiasi
(dalam hal ini adalah bangunan radiologi) adalah bangunan atau kelompok bangunan
yang akan digunakan untuk kegiatan yang menggunakan sumber radiasi pengion,
khususnya sumber terbungkus (tertutup), pesawat sinar-X, electron akselerator.
1.5.7. PPR
Petugas Proteksi Radiasi yang ditunjuk oleh pengusaha instalasi dan oleh BAPETEN
(Badan Pengawas Tenaga Nuklir) dan dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan
yang berhubungan dengan proteksi radiasi.
1.5.8. Pesawat sinar X
Perangkat Pembangkit Radiasi yang terdiri dari seperangkat peralatan yang dapat
membangkitkan radiasi.
1.5.9. Penahan Radiasi
Adalah untuk mencegah penyinaran lebih, maka didalam melangsungkan kegiatannya
tersebut telah dibuat suatu system pengaman atau penahan radiasi. Penahan radiasi
ada 2:
- Yang melekat pada peralatan (inheren)
- Pada komponen bangunan (structural)
1.5.10. Laju penyinaran
Nilai penyinaran tiap satuan waktu. Satuannya rontgen/jam.
1.5.11. Dosis radiasi
Jumlah energy yang dipindahkan kepada suatu volume tertentu atau kepada seluruh
tubuh atau yang diserap oleh zat atau jaringan tiap satuan masa. Satuannya adalah
rad. 1 rad=10 joule/kg.
1.5.12. Dosis ekivalen
Dosis radiasi dalam rad yang dikalikan dengan factor kualitas yang sesuai.
Satuannya adalah rem.
1.5.13. Limbah radioaktif
Zat-zat radioaktif, bahan-bahan dan peralatan yang telah terkena zat-zat
radioaktif/menjadi radioaktif karena operasi-operasi nuklir dan tidak dapat
dipergunakan lagi.
BAGIAN 2
PROGRAM DAN FUNGSI RADIOLOGI
Pelayanan kesehatan yang memanfaatkan radiasi khususnya radiasi pengion dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan selalu berpedoman pada prinsip ALARA (As Low As
Reasonable), yang berarti setiap radiasi yang dimanfaatkan untuk kebutuhan medis
hendaknya serendah mungkin sesuai dengan kebutuhan klinis.
ASKES/
Umum
Jamsostek/JPS
Loket Radiologi
Ruang Pemeriksaan
Processing Film
Identifikasi Foto
Interpretasi
Hasil
2.4.Kebutuhan Ruang
2.4.1. Ruang Utama
1. Ruang penyinaran dengan bahan kontras\
Ruang tempat penyinaran atau radiasi pasien yang menggunakan bahan kimia
berbentuk padat, cair dan gas yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien yang akan
diperiksa untuk memperoleh perbedaan densitas optic pada film (kontras
radiologi).
2. Ruang penyinaran tanpa bahan kontras
3. Ruang operator
Ruang tempat petugas mengoperasikan dan mengontrol peralatan radiografi pada
saat peralatan bekerja.
4. Ruang ganti pakaian
Ruang tempat pasien berganti pakaian dan menyimpan barang milik pribadi.
5. Kamar gelap (ruang prosesing film)
Ruang tempat memproses film, terdiri dari 2 area; daerah basah dan daerah kering.
6. Ruang baca film
Ruang tempat membaca film hasil diagnosis.
7. Ruang sanitasi
Ruang tempat membaca film hasil diagnosis.
8. Ruang perencanaan dosis
Ruang tempat merencanakan dosis radiasi/penyinaran.
2.4.2. Ruang pengunjung
1. Ruangan tunggu pasien
Ruangan pasien radiologi dan pengantar pasien menunggu diberikannya
pelayanan medic.
2. Ruang administrasi dan rekam medis
Ruangan untuk staf melaksanakan tugas administrasi dan personaliadan ruangan
untuk penyimpanan sementara berkas film pasien yang sudah dievaluasi.
3. Loket pendaftaran, pembayaran, dan pengambilan hasil
Ruang tempat pasien melakukan pendaftaran, bisa sekaligus sebagai tempat
pembayaran setelah diberikan pelayanan radiologi dan sebagai tempat mengambil
hasil pemeriksaan.
4. Ruang konsultasi dokter
Ruangan tempat pasien konsultasi medis dengan Dokter spesialis radiologi.
5. Ruang ahli fisika medis
Ruang tempat istirahat para ahli fisika medis.
6. Ruang kepala instalasi radiologi
Ruang tempat kerja kepala instalasi radiologi dan tempat istirahat.
7. Ruang jaga dokter
Ruang jaga dan istirahat dokter dilengkapi dengan sofa/tempat tidur, wastafel, dan
toilet.
8. Ruang jaga radiographer
Ruang jaga dan istirahat radiographer dilengkapi dengan tempat tidur/kursi/sofa.
9. Gudang penyimpanan berkas
Ruang tempat menyimpan hasil-hasil pemeriksaan pasien/berkas film pasien yang
sudah dievaluasi.
10. Ruang utilitas instalasi radiologi
Ruangan-ruangan utilitas bangunan Radiologi seperti Ruang Panel, Ruang Pompa,
Ruang AHU, Ruang Mesin lainnya termasuk Saf serta daerah lift, Ramp, dan
Tangga yang berfungsi menunjang kegiatan pelayanan kesehatan di Instalasi
Radiologi.
11. Dapur kecil (pantry) dan ruang makan kecil
Ruangan untuk melakukan kegiatan dapur bersih (misalnya: menghangatkan,
menyeduh, dan membuat sajian) bagi (umumnya) Petugas Instalasi Radiologi
maupun untuk menyantap hidangan makanan dan minuman ringan dengan adanya
meja makan kecil untuk kapasitas (umumnya maksimal) 4 (empat) orang Petugas
Instalasi Radiologi.
12. Ruang kebersihan instalasi radiologi
Ruangan tempat petugas kebersihan (Cleaning Service) mempersiapkan peralatan
kerjanya, menyimpan bahan kebutuhan kebersihan dan membersihkan
peralatannya.
BAGIAN 3
PERSYARATAN FASILITAS
UPS
PLN INSTALASI
PANEL INDUK
GENSET UTAMA RADIOLOGI
Nilai tahanan (resistansi) antara alat dan titik pembumian maksimum 0,15 Ohm.
Pihak RS setidaknya melaksanakan pengukuran nilai pembumian secara berkala
setiap setahun sekali untuk menjamin nilai resistansi pembumian sesuai ketentuan.
Apabila nilai resistansi tidak dapat dicapai dengan 1 buah elektroda, maka dapat
dilakukan dengan beberapa elektroda.
3. Pengamanan Personal
Pengamanan terhadap kejut listrik dilaksanakan dengan membuat pembumian dan
adanya isolasi dasar peralatan (untuk peralatan kelas II isolasi ganda).
4. Pengamanan Bahaya Mekanik
Peralatan radiologi tidak boleh menimbulkan bahaya mekanik terhadap pasien,
operator dan lingkungan sekitar. Operator harus memeriksa secara berkala
berfungsinya alat keselamatan dan atau alarm yang telah ditentukan di dalam
petunjuk penggunaan.
3.2.2. Persyaratan Percahayaan
Kriteria pencahayaan untuk pelayanan radiodiagnostik adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Kriteria pencahayaan untuk pelayanan radiodiagnostik
KATEGORI
NO. NAMA RUANGAN KETERANGAN
PENCAHAYAAN (LUX)
1. Ruang Pemeriksaan 500-750-1000
2. Ruang Loket 100-150-200
3. Ruang Medical Record 100-150-200
4. Ruang Konsultasi Dokter 100-150-200
5. Ruang Kamar Gelap 20-30-50
6. Ruang Jaga Radiologi 100-150-200
7. Ruang Tunggu Pasien 100-150-200
8. Ruang Gudang Film 50-75-100
9. Ruang Istirahat 100-150-200
3.2.3. Persyaratan Air Bersih
Penyediaan air untuk instalasi radiologi dibedakan atas air untuk keperluan air bersih
dan air untuk processing film.
Persyaratan air bersih dalam buku Sphere Project, 2004 yang merupakan persyaratan
air bersih untuk instalasi radiologi adalah :
1. Secara fisik air bersih tidak boleh Berbau, Berwarna, Berasa.
2. Air bersih tidak boleh mengandung desinfektan dengan kadar > 5 NTU.
3. Air bersih tidak boleh mengandung paparan radioaktif maupun kimia (khususnya
untuk zat-zat kimia yang tidak seharusnya ada di air bersih).
4. Air bersih tidak boleh mengandung kontaminasi dari mikroorganisme seperti
Faecal Coliform Bacteria (umumnya >99% ialah E. Coli Bacteria)
5. Air bersih tidak boleh mengandung mikroorganisme tumbuh-tumbuhan yang
dapat menyebabkan lumut atau jamur.
6. Air bersih juga harus terhindar dari Virus atau Kuman yang dapat menyebabkan
Diare ataupun Tipus (Human Diarrhea & Therefe).
Sedangkan persyaratan air processing adalah persyaratan air minum ditambah
persyaratan tertentu sesuai dengan metode prosesnya (manual atau otomatis). Air
processing harus tersedia dan dapat mengalir secara terus menerus.
3.2.4. Persyaratan Pengkondisian Udara (Heating Ventilation & Air Conditioning (HVAC)
dan Kebisingan Ruangan
3.2.5. Persyaratan pengkondisian udara ditujukan untuk memberikan kenyamanan dan
sebagai sarana pertukaran udara bagi pasien dan petugas kesehatan di ruang radiologi.
Beberapa persyaratan yang dapat dijadikan acuan antara lain :
1. Suhu sejuk dan nyaman lingkungan ialah pada 22-26oC dengan tekanan seimbang.
2. Kelembaban udara pada ruang radiasi/pemeriksaan/penyinaran ialah antara 45-
60%
3. Kecepatan udara (Air Flow Speed) dalam Dukting Distribusi Udara (Air Ducting
Distribution) yang ditiupkan oleh Blower dari AHU (Air Handling Unit) pada AC
tipe Sentral ataupun Package sebaiknya tidak kurang dari 0,15 m/detik.
4. Saluran pengambilan udara (Air Intake Ducting) untuk AHU (Air Handling Unit)
di instalasi radiologi, minimal berjarak 0,9 m (90 cm) dari atap serta berjarak
sekurang-kurangnya 750 cm dari area Exhauster Bangunan ataupun Area-area
Pembakaran di RS (seperti Insenerator ataupun Pembakaran Sampah)
5. Pemasangan Indoor Unit berupa Intake Diffuser (untuk AC Sentral) ataupun
penghawaan mekanis di ruang radiologi seperti Exhauster Fan, Window AC,
Indoor Unit AC-Split harus dipasang pada ketinggian minimal 200 cm dari muka
lantai atau minimal 20 cm dari langit-langit.
6. Pembersihan pengkondisi udara buatan di ruang radiologi untuk Indoor Unit yang
ada minimal dilakukan pembersihan dengan disinfektan aerosol (resorcinol,
trietylin glikol) sebanyak 1x sebulan.
7. Pemantauan kualitas udara di ruang radiologi sekurang-kurangnya dilakukan 2x
setahun (tiap 6 bulan) dengan pengambilan contoh (sample) dan pemeriksaan
parameter kualitas udara (kuman, debu, dan gas).
3.2.6. Persyaratan Transportasi dan Sirkulasi Vertikal dan Horisontal
1. Pembagian ruangan dan sirkulasi dalam ruangan di desain sedemikian rupa
dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan sehingga memudahkan hubungan dan
komunikais antar ruangan serta menghindari resiko terjadinya kecelakaan dan
paparan radiasi.
2. Pengadaan instalasi lift dalam gedung radiologi harus disesuaikan dengan ketentuan
yang berlaku di rumah sakit.
3. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana pencegah
kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh
pemakainya. Untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi dengan ARD (Automatic
Reserve Deviced) yaitu alat yang dpat mencari lantai terdekat bila listrik mati.
3.2.7. Kelengkapan Proteksi Kebakaran
Kelengkapan proteksi kebakaran harus sesuai dengan Panduan Pemasangan Sistem
Deteksi dan Alarm Kebakaran untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Rumah dan Gedung SKBI-3.4444.55-1987 dan Metode Pemasangan Pemadam Api
RIngan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
SNI-1746-1989-F.
3.2.8. Persyaratan Prasarana Telekomunikasi
Setiap ruang efektif harus dilengkapi dengan alat komunikasi seperti telepon atau
intercom supaya setiap petugas di dalam ruangan tersebut dapat berkomunikasi satu
sama lain dengan mudah.
3.2.9. Persyaratan Prasarana Limbah
1. Jenis dan Sumber Limbah
a. Limbah Cair
Limbah cair berasal dari :
Sisa larutan yang dimasukkan, meliputi volume yang kecil kurang dari 1
ml dan aktivitas kurang dari 1 mCi.
Ekskreta pasien, meliputi sekitar 2 l tinja dan urine setiap hari untuk setiap
pasien. Pengurangan aktivitas secara biologis menjadi 505 dalam tiga hari
pertama.
Isi perut yang dimuntahkan, meliputi sekitar 100 ml dengan aktivitas
maksimumnya beberapa mCi
Air bilasan yang dipakai membersihkan alat-alat meliputi volume yang tak
tertentu dengan aktivitas lebih kecil dari mCi
Air bilasan dari pakaian yang terkontaminasi
b. Limbah Padat
Limbah padat berasal dari :
Cucian yang terkontaminasi, meliputi handuk, linen dan baju tidur
untuk pasien yang mengeluarkan urine tidak sengaja dengan jumlah
aktivitas beberapa m Ci.
Pakaian yang tidak terkontaminasi (alat suntik, gelas minum, piring,
dan sebagainya) mengandung sedikit kontaminasi pada bagian dalam
dari perlengkapan tersebut.
Bahan pembungkus yang tekontaminasi mengandung aktivitas
beberapa mCi.