Anda di halaman 1dari 5

KLIPING

KERUSUHAN ANTAR ETNIS

Disusun Oleh :
Yogi Ragil Saputra
IX A
31

SMP N 3 PANDAK
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
Kerusuhan Sambas merujuk kepada peristiwa kerusuhan antar etnis di wilayah
Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Kerusuhan Sambas sudah berlangsung sekitar tujuh
kali sejak 1970, tetapi kerusuhan tahun 1999 adalah yang terbesar dan merupakan akumulasi
dari kejengkelan Melayu dan Dayak terhadap ulah oknum-oknum pendatang dari Madura.
Akibatnya, orang-orang keturunan Madura yang sudah bermukim di Sambas sejak awal
1900-an, ikut menjadi korban.[3] Korban akibat kerusuhan Sambas terdiri dari 1.189 orang
tewas, 168 orang luka berat, 34 orang luka ringan, 3.833 rumah dibakar dan dirusak, 12 mobil
dan 9 motor dibakar/dirusak, 8 masjid/madrasah dirusak/dibakar, 2 sekolah dirusak, 1 gudang
dirusak, dan 29.823 warga Madura mengungsi
Latar belakang
Sunting
Awal peristiwa dilatar belakangi kasus pencurian ayam oleh seorang warga suku Madura
yang ditangkap dan dianiaya oleh warga masyarakat suku Melayu.
Peristiwa berkembang dengan bergabungnya ratusan warga suku Madura dan menyerang
beberapa warga suku Melayu yang berakibat 3 orang suku Melayu meninggal dunia dan 2
orang luka-luka.
Selain itu terjadi pula kasus perkelahian antara kenek angkot warga suku Melayu dengan
penumpang angkot warga suku Madura yang tidak mau membayar ongkos.
Akibatnya terjadi saling balas membalas antara warga lokal yakni suku Melayu dan suku
Dayak menghadapi warga suku Madura dalam bentuk perkelahian, penganiayaan dan
pengrusakan.
Peristiwa berkembang dengan terjadinya kerusuhan, pembakaran, pengrusakan, perkelahian,
penganiayaan dan pembunuhan antara warga suku Melayu dan warga suku Dayak
menghadapi warga suku Madura, yang meluas sampai ke daerah sekitarnya.
Telah terjadi pengungsian warga suku Madura secara besar-besaran. Kemudian isu ini
dieksploitir oleh kelompok-kelompok tertentu untuk kepentingannya.
Peristiwa ini adalah kejadian yang kesepuluh sejak tahun 1970 dan juga pernah terjadi
terhadap etnis yang lain.
Konflik mulai berkembang dengan bergabungnya ratusan warga suku Madura yang
menyerang beberapa warga suku Melayu yang menyebabkan 3 orang suku Melayu tewas dan
2 orang luka-luka.
Tak sampai di situ, terjadi juga kasus perkelahian antara kenek angkot warga suku Melayu
dengan penumpang angkot warga suku Madura yang enggan untuk membayar ongkos
transportasi.
Karena beberapa kejadian tersebut, terjadilah aksi saling balas membalas antara warga lokal,
yakni suku Melayu dan suku Dayak dengan warga suku Madura berupa perkelahian,
penganiayaan serta pengrusakan.
Peristiwa semakin berkembang dengan terjadinya kerusuhan, pembakaran, pengrusakan,
perkelahian, penganiayaan hingga pembunuhan, yang meluas hingga ke daerah sekitarnya.
Akibatnya, warga suku Madura melakukan pengungsian secara besar-besaran, yang
kemudian isu ini dieksploitir oleh kelompok-kelompok tertentu untuk kepentingannya.
Konflik seperti ini sendiri merupakan kejadian yang kesepuluh kalinya sejak tahun 1970 dan
juga pernah dialami oleh etnis yang lain.
Kronologi
Sunting
Pada tanggal 17 Januari 1999 pukul 01.30 WIB telah ditangkap dan dianiaya pelaku
pencurian ayam warga suku Madura oleh warga suku Melayu.
Pada tanggal 19 Januari 1999 sekitar 200 orang suku madura dari suatu desa menyerang
warga suku Melayu desa lainnya.
Hari berikutnya terjadi perkelahian antara warga suku Madura dan warga suku Melayu
karena tidak membayar ongkos angkot. Kejadian ini berkembang menjadi perkelahian antara
kelompok dan antara desa yang disertai pembakaran, pengrusakan dan tindak kekerasan
lainnya.
Warga suku Melayu dan suku Dayak melakukan penyerangan, pembakaran, pengrusakan,
penganiayaan dan pembunuhan terhadap warga suku Madura dan selanjutnya saling
membalas.
Peristiwa berkembang dengan terjadinya pengungsian warga Madura dalam jumlah besar
menuju Singkawang dan Pontianak.
Tindakan aparat keamanan antara lain:
- Melokalisir dan mencegah meluasnya kejadian,
- Membantu mengevakuasi para pengungsi, melakukan pencarian dan penyelamatan suku
Madura yang melarikan diri kehutan,
- Membantu para pengungsi ditempat penampungan,
- Mengadakan dialog dengan tokoh masyarakat dan pemuka agama, serta
- Melakukan upaya penegakan hukum terhadap para pelaku kriminal.

Proses hukum
Sunting
Pelaku yang ditangkap 208 orang dan dalam proses peradilan sebanyak 59 orang, yang terdiri
dari suku Madura 13 orang, suku Melayu 42 orang dan suku Dayak 4 orang. Barang bukti
disita 607 pucuk senjata api rakitan, 2.336 senjata tajam, 76 bom molotov, 86 katapel, 969
anak panah, 8 botol dan 8 toples obat mesiu, 443 butir peluru timah, 79 peluru pipa besi, 349
butir peluru setandard ABRI dan 441 butir peluru gotri.[4]
Penyelesaian
Untuk menyelesaikan konflik di antara kedua suku tersebut, pemerintah Kabupaten Sambas
mengeluarkan keputusan, yakni memindahkan warga Madura dari Sambas ke Kotamadya
Pontianak.
Akibat Kerusuhan Sambas, setidaknya 1.189 orang tewas dan sebanyak 58.544 warga
Madura mengungsi dari Kabupaten Sambas ke Pontianak.
Selain itu, sebanyak 168 orang mengalami luka berat, 34 luka ringan, 3.833 rumah dibakar
dan dirusak, serta 12 mobil dan 9 motor dibakar atau dirusak.
Sementara itu, pelaku yang berhasil ditangkap sejumlah 208 orang, dan dalam proses
peradilan sebanyak 59 orang, yang terdiri atas suku Madura 13 orang, suku Melayu 42 orang
dan suku Dayak 4 orang.
Barang bukti yang disita sebanyak 607 pucuk senjata api rakitan, 2.336 senjata tajam, 76 bom
molotov, 86 katapel, 969 anak panah, 8 botol dan 8 toples obat mesiu, 443 butir peluru timah,
79 peluru pipa besi, 349 butir peluru setandard ABRI dan 441 butir peluru gotri.

Anda mungkin juga menyukai