Anda di halaman 1dari 7

Lembar Kerja Peserta Didik

NAMA KELOMPOK

1. _________________
2. _________________
3. _________________
4._________________
5. _________________
PETUNJUK PENGERJAAN

1. Bacalah materi mengenai


konflik keberagaman SARA
di Indonesia.
2. Jawablah pertanyaan yang
ada di bagian tugas.
3. Presentasikan hasil kerjamu
di depan kelas.

REPORT TITLE PAGE 2


MATERI KELOMPOK 1

KONFLIK AMBON 1999

Konflik besar-besaran yang terjadi di masa setelah orde baru di


Ambon pada 1999, yang telah menelan sedikit kurang 5.000 korban
jiwa. Pada tanggal 19 Januari 1999, konflik diawali dengan masalah
pungutan biaya di terminal Batu Merah antara seorang
pemudamuslim dari wilayah Batu Merah dan supir angkutan umum
beragama Kristen dari wilayahMardika. Perseteruan kemudian
bertambah memanas dengan dibumbui isu sentimen Agama,perang
antar desa dan wilayah pun tak bisa dihindari, saling serang
dan bunuh terjadi.Kejadian demi kejadian pun terus bertambah
dengan di hiasi isu-isu SARA bahkan politik didalamnya. Warga yang
merasa minoritas pun terpaksa harus mengungsi di wilayah yanglain,
warga Kristen yang minoritas di kampungnya harus rela
mengungsi, begitu punsebaliknya warga muslim. Akibat konflik
yang terjadi tersebut kehidupan warga Ambon luluhlantah di
berbagai aspek kehidupan bermasyarakat khususnya hubungan lintas
agama wargaAmbon. Di Ambon sendiri, jumlah masyarakat yang
menganut agama Islam dan Kristenjumlahnya hampir berimbang.
Hingga saat ini, imbas dari konflik yang terjadi di tahun
1999menjadikan masyarakat Muslim dan Kristen di Ambon
mempunyai trauma dan kewaspadaanyang tinggi.

REPORT TITLE PAGE 3


MATERI KELOMPOK 2

KONFLIK SAMBAS 1999

Kerusuhan Sambas adalah pecahnya kerusuhan antaretnis di wilayah


Kabupaten Sambas dan sekitarnya. Kerusuhan Sambas terjadi pada
1999, akibat kejengkelan Melayu terhadap para oknum pendatang
dari Madura. Pekerjaan yang dilakukan warga Madura tidak beda
jauh dengan warga Melayu, yaitu sebagai petani dan buruh. Karena
memiliki kesamaan pekerjaan, terjadi kasus perebutan sumber daya
ekonomi terutama tanah pertanian. Bermula dari situ, kerusuhan di
antara kedua suku ini terjadi. Akibat Kerusuhan Sambas, sebanyak
1.189 orang tewas, 168 terluka berat, 34 luka ringan, 3.833 rumah
dibakar dan dirusak, serta 12 mobil dan 9 motor dibakar atau
dirusak. Selain itu, sebanyak 58.544 warga Madura mengungsi dari
Kabupaten Sambas ke Pontianak.

Kronologi Konflik antara kedua suku ini akhirnya pecah tahun 1999.
Pada 17 Januari 1999, seorang pria mencoba mencuri sepeda motor
milih salah seorang warga Melayu. Ia adalah Hasan. Setelah Hasan
berhasil ditangkap, ia lantas dipukuli oleh warga sebelum akhirnya
diserahkan ke Polsek Jawai. Selanjutnya, tiga orang warga Madura
dari Desa Sari Makmur mendatangi Polsek Jawai. Lalu, oleh polisi,
Hasan diperbolehkan untuk pulang. Hasan kembali ke rumah dalam
keadaan sudah babak belur. Kondisi ini lantas membuat keluarga
Hasan merasa sangat marah. Tepat pada 19 Agustus 1999, sekitar
300 warga Madura dari Desa Sari Makmur menyerang warga Melayu
di Desa Parit Setia. Akibatnya, tiga orang meninggal, di antaranya
dua orang Melayu dan satu orang Dayak. Melihat kejadian tersebut,
Camat Tebas berusaha mendamaikan keduanya, tetapi warga Melayu
tidak menerimanya. Masih di bulan yang sama, di Selakau,
Kalimantan Barat, terjadi aksi pembakaran dan penyerangan ke

REPORT TITLE PAGE 4


kampung orang Madura. Sekitar 1.000 orang mendatangi kampung
Madura tersebut dan membakar rumah-rumah di sana. Sore harinya,
terjadi pembunuhan terhadap orang Madura yang baru saja datang
setelah empat hari pergi memancing ikan. Setelah itu, pembakaran
massal juga dilakukan oleh warga Melayu di Desa Mentibar.
Akibatnya, warga Madura segera mengungsi secara besar-besaran.

REPORT TITLE PAGE 5


MATERI KELOMPOK 3

Kerusuhan 1998 Terhadap Etnis Tionghoa Di Surakarta

Kerusuhan mei 1998 adalah kerusuhan yang menjadi puncak aksi


anti tionghoa. Kerusuhan ini sangat tragis dan banyak merugikan
banyak pihak terutama yang beretnis tionghoa itu sendiri. Kerusuhan
ini terjadi di beberapa daerah di indonesia. Surakarta merupakan
wilayah sebagai tujuan migrasi orang-orang Tionghoa dimasa lalu,
orang-orang Tionghoa datang ke Surakarta dengan tujuan untuk
berdagang. Salah satu akibatnya adalah meningkatnya potensi
ketegangan hubungan antar etnis di Surakarta. Konflik rasial di eks-
Karesidenan Surakarta ini sudah terjadi sejak jaman penjajahan
Belanda. Pada masa Orde Baru saja sudah terjadi tiga kali kerusuhan
berskala besar yang terjadi pada tahun 1972-1998. Peristiwa rasial
anti Tionghoa di Kota Surakarta ini memiliki faktor pemicu
kerusuhan berskala kecil yang menjadi karakteristik unik yang
mampu menyebabkan kekacauan sangat besar dan sangat serius.
Faktor pemicu konflik di Surakarta pada tahun 1972-1998 yaitu
terbentuknya mobilisasi massa, konflik individual serta aksi
mahasiswa. Di bawah pemerintahan Orde Baru, ketegangan antara
orang Cina dengan penduduk pribumi terus tumbuh sebagai akibat
dari melebarnya jarak antara yang kaya dan yang miskin serta upah
rendah yang diberikan kepada pejabat birokrasi, militer dan polisi.
Masalah hubungan pribumi dan non pribumi hingga kini masih
mengundang perdebatan sengit.

REPORT TITLE PAGE 6


TUGAS KELOMPOK

1. Lakukan analisis, apa penyebab terjadinya konflik pada uraian


materi diatas?

2. Bagaimana cara/Upaya agar masalah tersebut tidak terjadi


lagi?

REPORT TITLE PAGE 7

Anda mungkin juga menyukai