Perang ini dinilai telah keluar dari perang adat. Sebab, perang kali ini banyak
menelan korban di luar lokasi perang.
"Ini perang sudah bukan perang pakai adat, pembunuhan di luar lokasi
perang, warga yang sedang beraktivitas di luar lokasi perang jadi korban,"
jelas Yohanis.
Jakarta, CNN Indonesia -- Konflik antar suku Raipbo dan Suku Pulgma Nambka di Provinsi Hela,
dataran tinggi Papua Nugini dalam beberapa hari belakangan diawali perebutan kekuasaan atas
cadangan emas lokal di wilayah yang kaya akan mineral tersebut.
Kedua kelompok suku itu saling bersengketa terkait pembagian wilayah dan kekayaan sumber daya
di dalamnya.
Insiden ini tentunya menjadi kabar mengejutkan bagi Perdana Menteri Papua Nugini, James
Marape yang berasal dari wilayah konflik Hela.
"Hari ini menjadi salah satu hari tersedih dalam hidup saya. Banyak anak dan para ibu tak berdosa
tewas di Desa Munima dan Karida, daerah pemilihan saya," ucap Marape dikutip dari AFP, Rabu
(10/7).
Marape juga menyalahkan tiga panglima perang yang melawan kelompok suku Tagali guna
memperebutkan cadangan emas lokal tersebut.
"Penjahat bersenjata, waktu kalian telah habis. Saya tidak takut menggunakan tindakan terkuat
berdasarkan hukum kepada kalian," kata Marape.
Namun, Marape tak menjabarkan lebih lanjut tindakan yang dimaksud. Ia hanya mengklaim bahwa
jumlah personel yang ada sekarang tak memadai.
"Bagaimana bisa satu provinsi berpopulasi 400 ribu orang hidup di bawah hukum, tapi jumlah polisi
hanya 60 orang. Operasi militer dan kepolisian hanya bisa untuk perbaikan," katanya.
Sementara itu, menurut media setempat, pecahnya serangan ini berkaitan dengan penyergapan
dan pembunuhan enam orang sehari sebelumnya.
Kelompok suku di dataran tinggi tersebut memang telah berseteru cukup lama. Namun sejak
adanya penggunaan senjata otomatis oleh pihak yang terlibat, perkelahian itu semakin memanas
bahkan mematikan.
Konflik ini juga disebut-sebut sebagai bentrok terparah antarsuku di Papua Nugini selama beberapa
tahun terakhir di mana hanya ada 40 personel polisi dan 16 tentara yang bertugas di lokasi
kejadian.
Cerita awal, konflik ini muncul pertama kali di Kota Sampit Kalimatan
Tengah pada tanggal 18 Februari 2001 yang akhirnya meluas ke seluruh
provinsi, tak terkecuali Palangka Raya. Konflik yang melibatkan antara
Suku Dayak asli dan warga Madur yang tinggal di kawasan Kota Sampit
ini memakan korban kurang lebih 500 orang meninggal dunia. Bukan
itu saja, lebih dari 100 ribu warga Madura kehilanggan tempat tinggal.
Dari peristiwa tersebut juga ditemukan banyak warga Mandura yang
dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.
Terdapat berbagai cerita tentan penyebab konflik sampit ini, salah satu
versi menjelaskan bila konflik ini muncul dikarenakan sebuah peristiwa
pembakaran sebuah rumah warga Dayak. Dan rumor yang beredar
waktu itu pun menyebutkan jika kebakaran itu dilakukan oleh salah satu
warga Madura. Mendengar berita itu, kemudian menjadikan anggota
suku Dayak belas dendam dengan cara yang sama yaitu membakar
rumah-rumah di pemukiman Madura.
Konflik Aceh
Contoh konflk antar ras selanjutnya adalah konflik aceh, konflik ini
dikobarkan dan digaungkan oleh Gerakan Aceh Merdeka atau GAM.
Latar belakang terjadinya pemberontakan ini dikarenakan, secara luas
wilayah Aceh menganut agama Islam yang masih konservatif. Hal
tersebut sangat bertentangan dengan penerpan ajaran Islam yang lebih
moderat di sebagian besar wialayh nusantara.
Tak sampai disitu saja, lokasi provinsi Aceh yang berada di ujung Barat
Indonesiia juga menimbulkan sentiment meluas di wialayah tersebut dan
beranggapan jika para pimpinan di pemerintah pusat yang berada di
Jakarta tak mengerti ihwal permasalahan yang dimilki Aceh dan tak
bersimpati kepada kebutuhan masyarakat Aceh sekaligus adat istiadat
setempat.
Pastinya tawuran dan kerusuhan antar suporter sudah menjadi hal biasa.
Tentunya hal ini sangat berpengaruh pada kondisi konpetisi olah raga ini
sendiri. Sebut saja golongan yang paling sering terlibat kerusuhan
adalah Jackmania yang merupakan supporter bola dari Persija Jakarta
melawan Bobotoh yakni para pendukung fanatik Persib Bandung.
Kedua tim bola tersebut memang dikenan sebagai tim yang memiliki
basis pendukung tersebesar, sebab keduannya merupakan tim besar dan
langganan juara kompetisi.
Koflik antar suporter ini menjadi salah satu contoh konflik amntar
golongan yang kerap terjadi hingga kini. Baru-baru ini bahkan kita
mendengar kerusuhan suporter pada laga persib Bandung melawan
Arema Malang. Kerusuhan bahkan menyebabkan beberapa korban
mengalami luka-luka. Tentunya kejadian yang sama akan kembali
terulang dan terus terulang jika kedewasaan para pendukung fanatik
klub sepakbola tidak meningkat. Sebab pastinya mental penyulut
kerusuhan dan tawuran hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki
pemikiran layaknya anak SMA.
Konflik Antar Golongan
Insiden ini sendiri cukup melukai terutama bagi para kaum wanita.
Sebab pelaku persekusi kebanyakan adalah seorang pria. Menyikapi hal
ini, tentunya seharusnya indisden ini jangan sampai terjadi. Sebab
pastinya CFD sendiri bukan merupakan ajang untuk kampaye. Namun,
mengesampingkan hal tersebut tentunya hal ini sendiri bisa dikatakan
cukup miris. Perbedaan pandanfan politik memang mutlak menjadi hak
setiap individu. Namun, seharusnya disikapi dengan prilaku dewasa dan
bukan prilaku anarkis sebagaimana dalam penyebab israel dan pelstina
berperang .
Konflik Antar Suku
Kerusuhan Sampit, Kegagalan Merawat
Perbedaan 18 Tahun Silam
Liputan6.com, Jakarta - Malam di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah,
baru saja beranjak. Minggu dini hari, 18 Februari 2001, tepat pukul 01.00 WIB, sekelompok warga
Dayak menyerang rumah seorang warga Madura bernama Matayo di Jalan Padat Karya. Empat
orang meninggal dunia dan 1 orang luka berat akibat serangan itu, semuanya warga Madura.
Serangan yang diduga aksi balas dendam itupun mendapat perlawanan. Pagi harinya, sekitar pukul
08.00 WIB, sejumlah warga Madura mendatangi rumah seorang Dayak bernama Timil yang diduga
menyembunyikan salah satu pelaku penyerangan.
Saat itu Timil berhasil diamankan polisi, tetapi warga Madura yang tak puas langsung membakar
rumahnya. Warga Madura yang marah juga menyerang rumah kerabat Timil dan menewaskan 3
penghuninya.
Selang beberapa lama, tepatnya pukul pukul 12.00 WIB, pasukan Brimob Polda Kalimantan Selatan
sebanyak 103 personel dengan kendali BKO Polda Kalteng tiba di Sampit. Puluhan tersangka
berikut barang bukti senjata tajam kemudian dibawa ke Mapolda Kalteng di Palangka Raya. Namun,
situasi tak kunjung kondusif.
Sampai malam keesokan harinya, Senin 19 Februari, ditemukan sejumlah jasad di berbagai sudut
Kota Sampit. Demikian pula dengan aksi penyerangan rumah serta pembakaran kendaraan. Kondisi
ini membuat Wakil Gubernur Kalteng mengirimkan bantuan 276 personel TNI dari Yonif 631/ATG
ke Sampit pada malam itu juga.
Yang jelas, pada 18 dan 19 Februari 2001, Kota Sampit sepenuhnya dikuasai warga dari Madura.
Selama dua hari sejak penyerangan rumah Matayo, warga Madura berhasil bertahan, bahkan berani
melakukan sweeping terhadap permukiman-permukiman warga Dayak.
Namun, situasi berbalik pada 20 Februari 2001, ketika sejumlah besar warga Dayak dari luar kota
berdatangaan ke Sampit. Warga Dayak pedalaman dari berbagai lokasi daerah aliran sungai (DAS)
Mentaya, seperti Seruyan, Ratua Pulut, Perenggean, Katingan Hilir, bahkan Barito berdatangan ke
kota Sampit melalui hilir Sungai Mentaya dekat pelabuhan.
Jika anda mengingat kembalu konflik ini maka tentunya akan ada pihak
yang pro dan kontra atas kasus ini. Kasus peleehan agama yang
dilakukan oleh mantan Gubernur DKI jakarta yakni Basuki Tjahya
Purnama atau yang kerap disapa Ahok. Konflik antar golongan ini
dinilai cukup memanas. Sebab didalamnya terdapat beberapa
kepentingan. Pada kenyataannya Ahok dinyatakan bersalah dan
kemudian dijatuhi hukuman selama 2 tahun.
Banyak yang menilai kasus ini memiliki banyak unsur politik yang
dibalut dengan agama. Tentunya jika telah berbicara mengenai agama
pastilah golongan yang bersangkutan akan melakukan pembelaan mati-
matian. Konflik ini bisa dikatagorikam bukan hanya konflik antar dua
golongan yang pro dan kontra. Namun juga mengarah kepada konflik
agama dan isu sara. Pastinya ada banyak pembelajaran yang bisa kita
ambil dari kasus ini. Kodisi ini memacu kita untuk kembali
meningkatkan toleransi antar agama sehingga tidak mudah terpecah
belah oleh adanya isu sara sebagai salah satu dampak konflik agama