Anda di halaman 1dari 14

Konflik Antar Suku

5 Bulan Perang Suku di Papua Tak


Kunjung Selesai, 9 Orang Tewas

Timika - Perang kelompok warga di Distrik Kwamki Narama, Timika, Papua,


sudah berlangsung selama lima bulan. Hari ini satu orang warga meninggal
setelah terkena panah dan jasadnya telah dibakar.

Ratusan warga di Distrik Kwamki Narama masih mempersenjatai diri dengan


alat perang tradisional berupa panah, parang, dan senjata tajam tradisional
lainnya. Mereka masih saling serang. Warga Kampung Landu Mekar dan
Kampung Pompa Dua menyerang warga Kampung Mekurima, yang posisinya
di antara dua kampung tersebut.

Akibat perang warga di Distrik Kwamki Narama, sembilan warga meninggal


dan ratusan warga mengalami luka-luka.

Aparat kepolisian yang disiagakan dan selalu memblokade perang warga


kewalahan lantaran perang antarwarga berpindah dari lokasi terbuka di
kawasan jalan penghubung kampung itu ke pekarangan dan hutan-hutan.

Perang warga di Distrik Kwamki Narama merupakan dendam-dendam perang


antarwarga sebelumnya. Salah satu tokoh masyarakat Amungme, Yohanis
Kibak, meminta pemerintah menengahi konflik warga Kwamki Narama.

"Pemda Mimika dan Provinsi harus turun ke lapangan. Membantu menengahi


permasalahan di Kwamki Narama, agar perang tidak berkelanjutan," kata
Yohanis Kibak.

Perang ini dinilai telah keluar dari perang adat. Sebab, perang kali ini banyak
menelan korban di luar lokasi perang.

"Ini perang sudah bukan perang pakai adat, pembunuhan di luar lokasi
perang, warga yang sedang beraktivitas di luar lokasi perang jadi korban,"
jelas Yohanis.

Pihaknya berharap aparat lebih tegas menindak dengan hukum positif


daripada hukum adat.
"Iya, polisi harus tegas dengan hukum positif, ini kelemahan di Papua.
Hukum positif dinomorduakan. Tangkap pelaku, proses hukum, biar jera,"
tambah Yohanis.

Hingga saat ini TNI/Polri disiagakan di Kwamki Narama guna menghalau


perang warga.

Kwamki Narama terletak di sebelah utara Timika, 3 kilometer dari Kota


Timika, yang penduduknya merupakan 90 persen orang asli Papua dari
berbagai suku besar, seperti Amungme, Dani, dan Damal.

Konflik Antar Suku


Kronologi Bentrok Berdarah Antarsuku di Papua
Nugini
CNN Indonesia | Rabu, 10/07/2019 17:22 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Konflik antar suku Raipbo dan Suku Pulgma Nambka di Provinsi Hela,
dataran tinggi Papua Nugini dalam beberapa hari belakangan diawali perebutan kekuasaan atas
cadangan emas lokal di wilayah yang kaya akan mineral tersebut.
Kedua kelompok suku itu saling bersengketa terkait pembagian wilayah dan kekayaan sumber daya
di dalamnya.

Insiden ini tentunya menjadi kabar mengejutkan bagi Perdana Menteri Papua Nugini, James
Marape yang berasal dari wilayah konflik Hela.
"Hari ini menjadi salah satu hari tersedih dalam hidup saya. Banyak anak dan para ibu tak berdosa
tewas di Desa Munima dan Karida, daerah pemilihan saya," ucap Marape dikutip dari AFP, Rabu
(10/7).

Marape juga menyalahkan tiga panglima perang yang melawan kelompok suku Tagali guna
memperebutkan cadangan emas lokal tersebut.

"Penjahat bersenjata, waktu kalian telah habis. Saya tidak takut menggunakan tindakan terkuat
berdasarkan hukum kepada kalian," kata Marape.

Namun, Marape tak menjabarkan lebih lanjut tindakan yang dimaksud. Ia hanya mengklaim bahwa
jumlah personel yang ada sekarang tak memadai.
"Bagaimana bisa satu provinsi berpopulasi 400 ribu orang hidup di bawah hukum, tapi jumlah polisi
hanya 60 orang. Operasi militer dan kepolisian hanya bisa untuk perbaikan," katanya.

Sementara itu, menurut media setempat, pecahnya serangan ini berkaitan dengan penyergapan
dan pembunuhan enam orang sehari sebelumnya.

Kelompok suku di dataran tinggi tersebut memang telah berseteru cukup lama. Namun sejak
adanya penggunaan senjata otomatis oleh pihak yang terlibat, perkelahian itu semakin memanas
bahkan mematikan.

Konflik ini juga disebut-sebut sebagai bentrok terparah antarsuku di Papua Nugini selama beberapa
tahun terakhir di mana hanya ada 40 personel polisi dan 16 tentara yang bertugas di lokasi
kejadian.

Konflik Antar Agama

Konflik golongan agama (2000-an) Pada tahun 2000-an terjadi konflik


yang melibatkan golongan Agama, yaitu Ahmadiyah dan Syiah.
Kerusuhan ini bermula saat, golongan Ahmadiyah mengalami banyak
sekali tekanan dari kelompok mayoritas di wilayahnya. Mereka
dianggap menyimpang hingga akhirnya diusir, rumah ibadah dan
warga dibakar hingga aksi kekerasan lainnya. Jemaah dari Ahmadiyah
dipaksa kembali ke ajaran asli dan meninggalkan ajaran lamanya.
Selain Ahmadiyah, Syiah juga ditekan di Indonesia. Kelompok ini
dianggap sesat dan harus diwaspadai dengan serius. Namun,
masyarakat terlalu ekstrem hingga banyak melakukan kekerasan pada
kelompok ini mulai dai pembakaran rumah ibadah hingga pesantren.
Hal ini dilakukan dengan dalih agar Islam di Indonesia tidak tercemar
oleh ajaran pengikut Syiah.
Konflik Antar Agama

Konflik Agama di Ambon

Konflik antar agama di Ambon (1999) Satu tahun pasca reformasi,


Indonesia kembali menjadi perhatian. Hal ini dikarenakan adanya
konflik agama yang terjadi di Ambon sekitar tahun 1999. Konflik ini
akhirnya meluas dan menjadi kerusuhan buruk antara agama Islam
dan Kristen yang berakhir dengan banyaknya orang meninggal dunia.
Orang-orang dari kelompok Islam dan Kristen saling serang dan
berusaha menunjukkan kekuatannya. Awalnya, konflik ini dianggap
sebagai konflik biasa. Namun, muncul sebuah dugaan jika ada pihak
yang sengaja merencanakan dengan memanfaatkan isu yang ada.
Selain itu, TNI yang saat itu masih bernama ABRI juga tak bisa
menangani dengan baik, bahkan diduga sengaja melakukannya agar
konflik terus berlanjut dan mengalihkan isu-isu besar lainnya.
Kerusuhan yang terjadi di Ambon membuat kerukunan antar umat
beragama di Indonesia jadi memanas hingga waktu yang cukup lama.
Konflik Antar Ras ( Etnis )

Konflik Etnis Sampit dan Madura

Konflik rasial yang pernah terjadi di Indonesia selanjutnya adalah


pertikaian antara etnis dan etnis mandura di Kota Sampit, Kalimantan
Tengah. Penyebab pasti konflik ini memang belum dapat dipastikan,
konflik ini muncul dari rentetan insiden yang sebelumnya pernah
muncuk antara warga Dayak dan Madura. Akhirnya, konflik pun pecah
Februari 2001 saat dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga
Dayak, konflik sampit ini semakin parah dan berlangsung sepanjang
tahun.

Cerita awal, konflik ini muncul pertama kali di Kota Sampit Kalimatan
Tengah pada tanggal 18 Februari 2001 yang akhirnya meluas ke seluruh
provinsi, tak terkecuali Palangka Raya. Konflik yang melibatkan antara
Suku Dayak asli dan warga Madur yang tinggal di kawasan Kota Sampit
ini memakan korban kurang lebih 500 orang meninggal dunia. Bukan
itu saja, lebih dari 100 ribu warga Madura kehilanggan tempat tinggal.
Dari peristiwa tersebut juga ditemukan banyak warga Mandura yang
dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.

Terdapat berbagai cerita tentan penyebab konflik sampit ini, salah satu
versi menjelaskan bila konflik ini muncul dikarenakan sebuah peristiwa
pembakaran sebuah rumah warga Dayak. Dan rumor yang beredar
waktu itu pun menyebutkan jika kebakaran itu dilakukan oleh salah satu
warga Madura. Mendengar berita itu, kemudian menjadikan anggota
suku Dayak belas dendam dengan cara yang sama yaitu membakar
rumah-rumah di pemukiman Madura.

Versi lain penyebab konflik sampit menjelaskan, peristiwa ini muncul


dari seorang warga Dayak yang disiska lalu dibunuh oleh sekelompok
warga Madura pasca terjadi sengketa judi di Desa Kerengpagi pada 17
Desember tahun 2000.
Konflik Antar Ras

Konflik Aceh

Contoh konflk antar ras selanjutnya adalah konflik aceh, konflik ini
dikobarkan dan digaungkan oleh Gerakan Aceh Merdeka atau GAM.
Latar belakang terjadinya pemberontakan ini dikarenakan, secara luas
wilayah Aceh menganut agama Islam yang masih konservatif. Hal
tersebut sangat bertentangan dengan penerpan ajaran Islam yang lebih
moderat di sebagian besar wialayh nusantara.

Adanya perbedaan budaya sekaligus penerapan agama Islam antara


wilayah Aceh dan diberbagai wilayah lain di Indonesia merupakan
faktor penyebab konflik ini terjadi. Bukan itu saja, adanya kebijkan-
kebijakan sekuler dibidang administrasi pada masa Orde Baru pimpinan
Presiden Soeharto tahun 1965 hingga 1998 sangat tidak dikenal di
wilayah Aceh. Kebijakan tersebut lantas banyak tokoh-tokoh Aceh
membenci kebijakan pemerintah waktu itu yang mengkampanyekan satu
‘budaya Indonesia’.

Tak sampai disitu saja, lokasi provinsi Aceh yang berada di ujung Barat
Indonesiia juga menimbulkan sentiment meluas di wialayah tersebut dan
beranggapan jika para pimpinan di pemerintah pusat yang berada di
Jakarta tak mengerti ihwal permasalahan yang dimilki Aceh dan tak
bersimpati kepada kebutuhan masyarakat Aceh sekaligus adat istiadat
setempat.

GAM atau Gerakan Aceh Merdeka berlangsung pada tanggal 4


Desember 1976 hingga 15 Agustus 2005. Gerakan ini banyak dipimpin
oleh pemuda dan profesional berpendidikan tinggi yang tergolong
kedalam anggota kelas ekonomi menengah keatas masyarakat Aceh.
Dari konflik berkepanjangan tersebut akhirnya perjanjuan perdamaian
pun disepakati. Dan berikut merupakan beberapa point kesepakatan
tersebut, antara lain :

 Adanya otonomi khusus untuk Aceh


 Pelucuran GAM
 Ditariknya tentara Indonesia
 Misi Pemantau Aceh
 Diadakannya Pilkada

Konflik Antar Golongan

Konflik Antar Suporter Sepak Bola

Tentunya kita sudah sangat sering mendengar mengena ininsiden


konflik yang melibatkan dua golongan suporter pendukung tim dapat
sepak bola. Sepertinya konflik antar suporter sepak bola telah menjadi
bagian dari persepakbolaan negeri ini. Sebab srtiap tahun kompetisi
pastinya berita menenai kerusuhan pertandingan dan tawuran antar
suporter kerap menghiasi headline berita, baik media cetak ataupun
elektronik sebagaimana juga penyebab perang israel dan pelestina .
Entah sudah menjadi budaya atau memang merupakan sinyal dari
ketidakdewasaan suporter dalam menjunjung spotivitas dalam olah raga
ini.

Pastinya tawuran dan kerusuhan antar suporter sudah menjadi hal biasa.
Tentunya hal ini sangat berpengaruh pada kondisi konpetisi olah raga ini
sendiri. Sebut saja golongan yang paling sering terlibat kerusuhan
adalah Jackmania yang merupakan supporter bola dari Persija Jakarta
melawan Bobotoh yakni para pendukung fanatik Persib Bandung.
Kedua tim bola tersebut memang dikenan sebagai tim yang memiliki
basis pendukung tersebesar, sebab keduannya merupakan tim besar dan
langganan juara kompetisi.
Koflik antar suporter ini menjadi salah satu contoh konflik amntar
golongan yang kerap terjadi hingga kini. Baru-baru ini bahkan kita
mendengar kerusuhan suporter pada laga persib Bandung melawan
Arema Malang. Kerusuhan bahkan menyebabkan beberapa korban
mengalami luka-luka. Tentunya kejadian yang sama akan kembali
terulang dan terus terulang jika kedewasaan para pendukung fanatik
klub sepakbola tidak meningkat. Sebab pastinya mental penyulut
kerusuhan dan tawuran hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki
pemikiran layaknya anak SMA.
Konflik Antar Golongan

Konflik Antar Pendukung Jokowi dan Prabowo

Konstelasi politik menjelang pilpres 2019 mulai kembali memanas.


Rivalitas pada pilpres 2014 antara Jokowi dan Prabowo Subianto
diprediksi akan kembali terulang. Sebab Jokowi selaku incumbent
kembali akan mencakonkan diri melalui parta PDI Perjuangan yang
telah mendeklarasikan hal tersebut. Sebaliknya di kubu Prabowo dari
parta Gerindra disinyakir sedang mencari momentum untuk
melansungkan deklarasi. Tentunya rivalitas keduannya juga melibatkan
kedua pendukung fanatik dari kedua tokoh politik yang berpengaruh ini.

Menjelang 2019, sepertinya situasi politik mulai memanas. Rivalitas


kedua pendukung dapat dilihat dari perang komen di media sosial,
perang hastag, hingga berujung pada sebuah insiden yang baru-baru ini
terjadi. Dalam Car Free Day jakarta pekan lalu,terjadi sebuah insiden
yang menimbulkan konflik antar dua golongan pendukung capres ini.
Disinyalur telah terjadi diskriminasi yang dilakukan oleh golongan yang
menggunakan kaos hitam dengan tulisan #gantipresiden2019 yang
diduga merupakan pendukung dari kubu Prabowo atau kubu lain yang
pastinya ingin menggantinpresiden pada 2019. kepada seorang ibu-ibu
yang menggunakan kaos berwarna putih dengan tulisan #diasibukkerja.

Insiden ini sendiri cukup melukai terutama bagi para kaum wanita.
Sebab pelaku persekusi kebanyakan adalah seorang pria. Menyikapi hal
ini, tentunya seharusnya indisden ini jangan sampai terjadi. Sebab
pastinya CFD sendiri bukan merupakan ajang untuk kampaye. Namun,
mengesampingkan hal tersebut tentunya hal ini sendiri bisa dikatakan
cukup miris. Perbedaan pandanfan politik memang mutlak menjadi hak
setiap individu. Namun, seharusnya disikapi dengan prilaku dewasa dan
bukan prilaku anarkis sebagaimana dalam penyebab israel dan pelstina
berperang .
Konflik Antar Suku
Kerusuhan Sampit, Kegagalan Merawat
Perbedaan 18 Tahun Silam

Liputan6.com, Jakarta - Malam di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah,
baru saja beranjak. Minggu dini hari, 18 Februari 2001, tepat pukul 01.00 WIB, sekelompok warga
Dayak menyerang rumah seorang warga Madura bernama Matayo di Jalan Padat Karya. Empat
orang meninggal dunia dan 1 orang luka berat akibat serangan itu, semuanya warga Madura.

Serangan yang diduga aksi balas dendam itupun mendapat perlawanan. Pagi harinya, sekitar pukul
08.00 WIB, sejumlah warga Madura mendatangi rumah seorang Dayak bernama Timil yang diduga
menyembunyikan salah satu pelaku penyerangan.

Saat itu Timil berhasil diamankan polisi, tetapi warga Madura yang tak puas langsung membakar
rumahnya. Warga Madura yang marah juga menyerang rumah kerabat Timil dan menewaskan 3
penghuninya.

Selang beberapa lama, tepatnya pukul pukul 12.00 WIB, pasukan Brimob Polda Kalimantan Selatan
sebanyak 103 personel dengan kendali BKO Polda Kalteng tiba di Sampit. Puluhan tersangka
berikut barang bukti senjata tajam kemudian dibawa ke Mapolda Kalteng di Palangka Raya. Namun,
situasi tak kunjung kondusif.

Sampai malam keesokan harinya, Senin 19 Februari, ditemukan sejumlah jasad di berbagai sudut
Kota Sampit. Demikian pula dengan aksi penyerangan rumah serta pembakaran kendaraan. Kondisi
ini membuat Wakil Gubernur Kalteng mengirimkan bantuan 276 personel TNI dari Yonif 631/ATG
ke Sampit pada malam itu juga.

Yang jelas, pada 18 dan 19 Februari 2001, Kota Sampit sepenuhnya dikuasai warga dari Madura.
Selama dua hari sejak penyerangan rumah Matayo, warga Madura berhasil bertahan, bahkan berani
melakukan sweeping terhadap permukiman-permukiman warga Dayak.

Namun, situasi berbalik pada 20 Februari 2001, ketika sejumlah besar warga Dayak dari luar kota
berdatangaan ke Sampit. Warga Dayak pedalaman dari berbagai lokasi daerah aliran sungai (DAS)
Mentaya, seperti Seruyan, Ratua Pulut, Perenggean, Katingan Hilir, bahkan Barito berdatangan ke
kota Sampit melalui hilir Sungai Mentaya dekat pelabuhan.

Konflik Antar Agama


Konflik Poso (Islam VS Nasrasi)

Konflik antar agama di Poso menjadi bukti bahwa perbedaan


kepercayaan dapat menyulut konflik yang meluas. Konflik poso menjadi
salah satu konflik yang berlangsung dalam waktu yang lama seperti
juga latar belakang tragedi allepo . Salah satu penyebabnya adalah
karena kurangnya peran pemerintah dalam mengembalikan situasi
menjadi kondusif. Dimulai dari tahun 1998 hingga tahun 2000 konflik
berkembang ke ranah kekerasan. Sehingga entah berapa banyak korban
jiwa yang berjatuhan. Pada tangga 20 Desember 2001 kemudin
ditandatangani penjanjian Malino yang di mediasi oleh Jusuf Kalla.
Stelah penandatanganan perjanjian tersebut situasi di Poso berangsur
angsur pulih.
Konflik Antar Etnis ( Ras )

Konflik Etnis Tionghoa dan Jawa Di Surakarta, Indonesia

Sebagai negara yang multikultural Indonesia juga tidak lepas dari


konflik ras dan etnis. Tahun 1998 menjadi sebuah sejarah kelam dimana
konflik antara etnis tionghoa dan suku jawa asli yang mendiami wilayah
Surakarta. Konflik tersebut dipicu karena adanya anggapan bahwa etnis
tionghoa bukan merupakan bagian dari warga negara indonesia seperti
juga penyebab israel dan palestina perang . Kondisi ini diperparah
dengan krisis moneter yang melanda. Kerusuhan akibat konflik meluas
yang menyebabkan penjarahan toko toko serta pembakaran fasilutas
umum
Konflik Antar Golongan

Konflik Antar Golongan yang Pro Ahok dan Kontra Ahok

Jika anda mengingat kembalu konflik ini maka tentunya akan ada pihak
yang pro dan kontra atas kasus ini. Kasus peleehan agama yang
dilakukan oleh mantan Gubernur DKI jakarta yakni Basuki Tjahya
Purnama atau yang kerap disapa Ahok. Konflik antar golongan ini
dinilai cukup memanas. Sebab didalamnya terdapat beberapa
kepentingan. Pada kenyataannya Ahok dinyatakan bersalah dan
kemudian dijatuhi hukuman selama 2 tahun.

Banyak yang menilai kasus ini memiliki banyak unsur politik yang
dibalut dengan agama. Tentunya jika telah berbicara mengenai agama
pastilah golongan yang bersangkutan akan melakukan pembelaan mati-
matian. Konflik ini bisa dikatagorikam bukan hanya konflik antar dua
golongan yang pro dan kontra. Namun juga mengarah kepada konflik
agama dan isu sara. Pastinya ada banyak pembelajaran yang bisa kita
ambil dari kasus ini. Kodisi ini memacu kita untuk kembali
meningkatkan toleransi antar agama sehingga tidak mudah terpecah
belah oleh adanya isu sara sebagai salah satu dampak konflik agama

Anda mungkin juga menyukai