Anda di halaman 1dari 14

KLIPING

KONFLIK ANTAR SUKU, AGAMA, RAS DAN ANTAR GOLONGAN

A. Pengertian dan Contoh Kasus Konflik Antar Suku di Indonesia


 Pengertian Konflik Antar Suku
Konflik antar suku adalah konflik yang terjadi antara dua atau lebih suku yang
berbeda. Konflik antar suku ini dapat terjadi karena adanya perbedaan pendapat
pandangan gaya hidup,kebiasaan, dan unsur kebudayaan lainnya yang dimiliki
oleh masing masing suku. Pemahaman yang keliru terhadap perbedaaan ini
dapat menimbulkan masalah bahkan konflik dalam masyarakat

Penyebab konflik antar suku yaitu sebagai berikut :

 Perbedaan antara individu dan individu


Adanya perbedaan yang terjadi baik dari pemikiran, prinsip ataupun yang
lain sehingga bisa terjadinya konflik.
 Perbedaan kebudayaan
Latar belakang pola-pola kebudayaan pada setiap individu berbeda-beda
sehingga menjadi salah satu pembentukan serta perkembangan kepribadian.
 Perbedaan kepentingan
Adanya kepentingan setiap individu yang berbeda baik dari sisi ekonomi,
politik, dan sebagainya.
 Perubahan sosial
Perubahan sosial terjadi berlangsung secara cepat atau lambat, yang
didalamnya dapat mengubah nilai-nilai.

 Contoh Kasus Konflik Antar Suku di Indonesia

Berikut adalah contoh konflik antar suku yang terjadi di dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari yaitu meliputi :

1. Konflik antar etnis yang terjadi pada 1998 antara etnis pribumi dan etnis
Tionghoa
2. Konflik antar suku yaitu suku dayak dan Madura
3. Konflik antar suku yaitu suku Jawa dan Suku Lampung

1. Konflik antar etnis yang terjadi pada 1998 antara etnis pribumi dan etnis
Tionghoa
Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang
terjadi di Indonesia pada 13 Mei-15 Mei 1998, khususnya di Ibu Kota Jakarta namun
juga terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia. Di Indonesia, orang keturunan Cina
memegang kendali perekonomian Indonesia. Beberapa dari mereka sangat kaya
meskipun jumlah mereka hanya sekitar 2% dari populasi masyarakat Indonesia.
Saat krisis ekonomi menghantam Indonesia pada tahun 1998, oknum-
oknum yang berkepentingan politik mengambinghitamkan orang keturunan Cina
atas krisis yang terjadi. Oknum-oknum tersebut mengerahkan massa yang terdiri
dari masyarakat pribumi untuk menyerang mereka.
Pecahnya konflik membuat bangsa Indonesia membenci keturunan Cina,
semua toko-toko etnis Tionghoa di jarah dan beberapa ada yang dibakar oleh
massa. Etnis Tionghoa ketakutan dan tidak dapat berbuat apa-apa.

2. Konflik antar suku yaitu suku dayak dan Madura


Konflik Sampit yang terjadi tahun 2001 bukanlah sebuah insiden pertama yang
terjadi antara suku Dayak dan Madura. Sebelumnya sudah terjadi perselisihan antara
keduanya. Penduduk Madura pertama kali tiba di Kalimantan Tengah tahun 1930 di
bawah program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah kolonial Belanda. Hingga
tahun 2000, transmigran asal Madura telah membentuk 21 persen populasi Kalimantan
Tengah.

Suku Dayak sebagai suku asli Kalimantan mulai merasa tidak puas dengan
persaingan yang terus datang dari Madura. Hukum baru juga telah memungkinkan
warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi
tersebut, seperti perkayuan, penambangan, dan perkebunan.

Hal tersebut menimbulkan permasalahan ekonomi yang kemudian menjalar


menjadi kerusuhan antarkeduanya. Insiden kerusuhan terjadi tahun 2001. Kericuhan
bermula saat terjadi serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Menurut rumor warga
Madura lah yang menjadi pelaku pembakaran rumah Dayak tersebut. Sesaat kemudian,
warga Dayak pun mulai membalas dengan membakar rumah-rumah orang Madura.
Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh
suku Dayak dilakukan guna mempertahankan diri setelah beberapa warga Dayak
diserang. Disebutkan juga bahwa seorang warga Dayak disiksa dan dibunuh oleh
sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di Desa Kerengpangi pada 17
Desember 2000.

Pada 18 Februari 2001 suku Dayak berhasil menguasai Sampit.  Polisi menahan
seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu dalang di balik serangan ini. 
Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang untuk memprovokasi
kerusuhan di Sampit.  Kemudian, ribuan warga Dayak mengepung kantor polisi di
Palangkaraya sembari meminta pembebasan para tahanan.  Permintaan mereka
dikabulkan oleh polisi pada 28 Februari 2001, militer berhasil membubarkan massa
Dayak dari jalanan.  Dari Konflik Sampit ini sedikitnya 100 warga Madura dipenggal
kepalanya oleh suku Dayak. Konflik Sampit sendiri mulai mereda setelah pemerintah
meningkatkan keamanan, mengevakuasi warga, dan menangkap provokator.  Untuk
memperingati akhir konflik ini, dibuatlah perjanjian damai antara suku Dayak dan
Madura. 

3. Konflik antar suku yaitu suku Jawa dan Suku Lampung


Awal mula timbulnya konflik antara suku Jawa dan Lampung diawali dengan
banyaknya suku Jawa yang mendominasi dalam berbagai sektor contohnya seperti
pilkada, perebutan lahan, bahkan sosial diwilayah Lampung, khusunya Lampung Timur.
Kaum pendatang yaitu suku Jawa  memiliki semangat dan tujuan yang sangat tinggi
hingga dapat mewujudkan perekonomian mereka lebih mapan dibandingkan pribumi.
Hal ini menimbulkan kecemburuan sosial bahkan rasa terdiskriminasi bagi masyarakat
Lampung sendiri. Aspek sosial dengan datangnya para transmigran ke Lampung
membuat masayarakat pribumi terkucilkan dan merasa terjajah didaerahnya sendiri. Hal
ini membuat masyarakat Lampung tidak menyukai suku Jawa dan sering terjadi konflik.
Puncaknya terjadi pada 27 November 2014, dimana masyarakat Lampung
melempari dan membakar rumah-rumah suku Jawa. Masyarakat yang marah datang ke
dusun tempat suku Jawa tinggal dan mengamuk serta membakar puluhan rumah, sekitar
50 rumah hangus terbakar dan puluhan rumah mengalami kerusakan. Suku Jawa yang
sudah tidak memiliki tempat tinggal ketakutan dan mencari tempat perlindungan.
Masalah ini dipicu dari dugaan dibunuhnya 2 orang pemuda Lampung namun
mayatnya tdak ditemukan. Namun saat masyarakat beramai-ramai mencari kedua
korban, mereka melihat bercak darah di pos gardu suku Jawa sehingga muncul amarah
dan bentrok pun terjadi. Ketua MUI didampingi POLRI dan TNI segera turun ke lokasi
untuk mengatasi masalah ini.

B. Pengertian dan Contoh Kasus Konflik Antar Agama di Indonesia


 Pengertian Konflik Antar Agama
Konflik keagamaan dapat didefinsikan sebagai suatu perseteruan maupun
pertikaian berkaitan dengan aksi damai maupun kekerasan fisik yang berkaitan
dengan nilai, klaim, dan identitas yang melibatkan isu, slogan maupun ungkapan
keagamaan.

Penyebab konflik antar agama yaitu :


1. Adanya dua belah pihak baik satu agama atau beberapa agama yang terlibat
konflik (partisan),
2. Adanya tujuan tertentu yang menjadikan munculnya konflik,
3. Adanya perbedaan pemikiran, perasaan dan tindakan di antara pihak yang
terlibat untuk mendapatkan hasil atau tujuan dari konflik,
4. Adanya kepentingan di antara dua belah pihak yang saling bertentangan baik itu
pribadi maupun kelompok.

 Contoh Kasus Konflik Antar Agama di Indonesia

Berikut adalah contoh konflik antar agama yang terjadi di dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari yaitu meliputi :

1. Tragedi Konflik di Situbondo Tahun 1996 (antara Islam dan Kristen)


2. Konflik Poso (Islam VS Nasrasi), terjadi dimulai dari tahun 1998 hingga tahun
2000
3. Konflik Agama Aceh Singkil (antara Islam dan Kristen).

1. Tragedi Konflik di Situbondo Tahun 1996 (Islam dan Kristen)


Beberapa sumber mengatakan bahwa pokok persoalan tersebut berawal dari
debat dua tokoh agama yang hingga membawa dendam antar pengikut mereka ada juga
yang meyebutkan pokok awal permasalahan terebut berawal dari perbedaan akidah
pembelajaran islam individu dalam keluarga salah satu tokoh agama yang sangat
termuka di kota panji.
Perdebatan argumen antara Saleh dan KH.Zaini tak bisa dipungkiri hingga
dalam salah satu argumen Saleh yang kontroversional dia mengatakan apa yang
dikatakan KH. Zaini sebuah ketidakbenaran karena dianggapnya guru dari KH. Zaini
yaitu KH.As'ad merupakan seseorang yang membelokan pembelajaran agama Islam
dari akidah sebenarnya.
Mendengar kata KH.As'ad telah dianggap memberikan akidah yang kurang baik
terhadap pembelajaran Islam sontak membuat keluarga abdi dalam pondok tidak terima
hingga melaporkan kejadian ersebut kepada pihak kepolisian dengan dugaan
pencemaran nama baik. Kh.As'ad merupakan ulama besar yang berada di Situbondo
putra dari KH.Syamsul Arifin ini merupakan tokoh yang sangat dihormati khususnya di
Kabupaten Situbondo.
Mendengar kata KH.As'ad telah dianggap memberikan akidah yang kurang baik
terhadap pembelajaran Islam sontak membuat keluarga abdi dalam pondok tidak terima
hingga melaporkan kejadian ersebut kepada pihak kepolisian dengan dugaan
pencemaran nama baik. Kh.As'ad merupakan ulama besar yang berada di Situbondo
putra dari KH.Syamsul Arifin ini merupakan tokoh yang sangat dihormati khususnya di
Kabupaten Situbondo.

Massa yang berkumpul mengharapkan hukuman yang seberat-beratnya di


jatuhkan ke Saleh karena selain dianggap telah mencoret nama baik salah satu ulama
besar dia juga telah membawa kesesatan terhadap agama Islam.
Massa meminta Saleh dihukum mati karena sudah menista agama, namun
pengadilan hanya memberi hukuman 5 tahun. Massa tidak puas dan melempari gedung
pengadilan, Saleh kemudian diamankan. Massa semakin marah dan memkar gedung
pengadilan, 3 mobil dan membakar Gedung Bukit Sion yang di duga sebagai tempat
persembunyian Saleh. Beberapa gereja lainnya dibakar, rumah pendeta dan sekolah-
sekolah Kristen di rusak. Gereja Bahtera Kasih di bakar dan menewaskan Pendeta Ishak
Kristian dan keluarganya yang tidak bisa keluar dari rumah dan terbakar hidup-hidup.
Rumah bilyar dan bioskop pun di rusak massa. Akhirnya polisi dan TNI di turunkan
untuk mengamankan kerusuhan ini, dan kerusuhan akhirnya berhasil mereda tengah
malam.
2. Konflik Poso (Islam VS Nasrasi), terjadi dimulai dari tahun 1998 hingga
tahun 2000
Kabupaten Poso adalah salah satu dari delapan kabupaten yang ada di Provinsi
Sulawesi Tengah. Kabuten Poso ini memiliki penduduk mayoritas Muslim di desa-desa,
sedangkan mayoritas Protestan di dataran tinggi. Selain penduduk asli Muslim, terdapat
juga pendatang orang Bugis dari Sulawesi Selatan dan Gorontalo bagian utara. Akhir
tahun 1990-an, penduduk di Kabupaten Poso mayoritas Muslim dengan persentase di
atas 60 persen.Para pendatang ini kemudian membuat adanya persaingan ekonomi
antara penduduk asli Poso yang mayoritas Kristen dengan para pendatang Bugis yang
memeluk Islam.
Pada awal Mei, muncul rumot bahwa banyak pemuda Kristen telah melarikan
diri ke sebuah kamp pelatihan di Kerei. Pasukan Kristen menamai operasi ini
"kelelawar merah" dan "kelelawar hitam". Pasukan ini disebut-sebut dipimpin oleh
Fabianus Tibo, seorang imigran dari Flores, NTT. Pagi hari tanggal 23 Mei,
sekelompok pasukan kelelawar hitam membunuh seorang polisi, Sersan Mayor
Kamaruddin Ali dan dua warga sipil Muslim, Abdul Syukur dan Baba. Kelompok ninja
(kelelawar hitam) ini kemudian bersembunyi di sebuah kereja katolik di Kelurahan
Moengko. Mereka pun mulai bernegosiasi dengan polisi untuk menyerah. Para warga
Muslim juga telah menunggu di depan gereja.
Pasukan ninja bukannya menyerahkan diri, justru kabur ke perbukitan belakang
gereja. Aksi ini kemudian menyulut kemarahan para Muslim. Mereka membakar gereja
tersebut pukul 10.00 WIB. Pada 28 Mei, serangan semakin meluas terhadap warga
Islam. Para wanita dan anak-anak ditangkap. Bahkan beberapa di antarnya mengalami
pelecehan seksual. Sekitar 70 orang berlari ke pesantren terdekat, Pesantren Walisongo,
di mana banyak warga Muslim dibunuh dengan senjata api dan parang. Orang-orang
yang kabur pun berhasil ditangkap yang kemudian dieksekusi dan mayatnya dilempar
ke Sungai Poso. Sekitar 39 jenazah ditemukan di tiga kuburan massal dengan total
kematian sekitar 191 orang.
Setelah kerusuhan mulai mereda, Mabes Polri di Jakarta mendirikan Komando
Lapangan Operasi. Melalui kebijakan ini, operasi militer di Poso dilaksanakan dengan
berbagai sandi operasi. Pada tahun 2000 digelar Operasi Sadar Maleo. Pada
pertengahan April 2004 terdapat Operasi Sintuwu Maroso. Satuan TNI dan Polri yang
dimasukkan ke dalam operasi ini termasuk Brimob Polda Papua, Brimob Polda
Kalimantan Timur, Brimob Kelapa Dua Bogor, dan lain-lain. Konflik Poso ini diakhiri
dengan penandatangan Deklarasi Malino, 20 Desember 2001. Deklarasi Malino adalah
perjanjian damai antara pihak Kristen dan Islam. Sebelum penandatanganan, dirinci
bahwa terdapat 577 korban tewas, 384 terluka, 7.932 rumah hancur, dan 510 fasilitas
umum terbakar. Kemudian pada Mei 2000 diklaim bahwa terdapat 840 mayat warga
muslim ditemukan.
3. Konflik Agama Aceh Singkil
Contoh konflik antar agama di masyarakat yang paling terkenal di Aceh adalah
Serangan Aceh Singkil 2015 di mana kejadian ini terjadi pada tanggal 13 Oktober 2015
di kabupaten Singkil, Aceh.
Konflik ini terjadi pembakaran satu gereja yang menewaskan satu orang dan
empat orang terluka. Konflik ini melibatkan 600 orang dan mengakibatkan 1.900 orang
Kristen di Aceh mengungsi ke Sumatera Utara sebagai upaya penyelamatan diri.

Konflik yang melatarbelakangi ini adalah akibat peristiwa pembakaran rumah


ibadah. Sebagai bentuk penolakan terhadap 21 gereja yang dibangun tanpa meminta
izin.
Warga sudah sempat berdialog dengan pemerintah setempat untuk membongkar
tempat ibadah tanpa izin untuk segera membongkar. Dan terjadilah kesepakatan di
tanggal 19 Oktober 2015 akan dilakukan pembongkaran. Akan tetapi ternyata sebagian
masyarakat tidak menerima hasil dari kesepakatan tersebut.
Masyarakat tersebut menganggap bahwa yang mengikuti dialog dengan
pemerintah daerah juga termasuk ke dalam golongan orang yang membakar satu rumah
ibadah. Pada akhirnya terjadi konflik besar di mana menyebabkan pembakaran ada di
mana-mana.

C. Pengertian dan Contoh Kasus Konflik Antar Ras di Indonesia


 Pengertian Konflik Antar Ras
Banyak ilmuwan sosial sudah menggantikan istilah “ras” dengan kata
“kelompok etnik” untuk menunjuk kelompok yang mengidentifikasi diri sendiri
berdasarkan kepercayan mereka mengenai kebudayaan, asal usul dan sejarah bersama.
Selain masalah empiris dan konseptual yang dibawa paham “ras,” setelah Perang Dunia
Kedua, para ilmuwan di bidang evolusi dan sosial sangat menyadari betapa kepercayaan
mengenai “ras” diperalat untuk membenarkan diskriminasi, apertheid, perbudakan dan
Genosida. Sebab tidak sedikit tindakan yang kemudian membawa-bawa ras sebagai
penyebab lahirnya konflik.
Di eropa sendiri tindakan atau konflik yang berkaitan dengan ras dikenal dengan
istilah Rasis. Tindakan ini sendiri menjadi salah satu bentuk kejahatan yang bisa
dikenakan tindak pidana. Sebab perbuatan Rasis ini kemudian dapat memicu konflik
yang lebih besar. Sebab tindakan dapat memicu pecahnya konflik antar etnik yang bisa
jadi dampaknya mengarah kepada kerusuhan, tindak kekerasan serta pertumpahan
darah.
Konflik ras menjadi kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya pertikaian dan
perpecahan. Oleh karenanya penerapan hukuman terhadap setiap tindakan rasis telah
banyak dilakukan di negara negara eropa. Adanya anggapan bahwa ras tertentu lebih
baik dibanding ras yang lain dapat menjadi pemicunya. Selain itu juga, pelaku rasis
biasanya tidak menyadari bahwa tindakannya tidak hanya melukai individu tersebut.
Namun, juga merupakan penghinaan bagi semua ras yang di ejek. Tentu saja hal itu
sangat berbahaya, apalagi jika sudah melibatkan banyak pihak. Tentu konflik yang lebih
besar dapat timbul.
Penyebab konflik antar ras yaitu :
1. “Kepanikan” Budaya dimana merasa kebudayaannya di injak-injak oleh
ras pendatang yang datang ke wilayahnya.
2. Tidak Suka Adanya Perbedaan,
3. Tidak Adanya Rasa Memaklumi / Toleransi
4. Rasisme yang Masih Marak

 Contoh Kasus Konflik Antar Ras di Indonesia


Berikut adalah contoh konflik antar ras yang terjadi di dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari yaitu meliputi :
1. Konflik etnis Tionghoa dan Jawa di Surakarta
2. Konflik Etnis Sampit dan Madura
3. Konflik Antara Masyarakat Aceh dan Jawa

1. Konflik etnis Tionghoa dan Jawa di Surakarta

Peristiwa rasial anti Tionghoa di Kota Surakarta yang mayoritas Jawa ini
memiliki penyebab pemicu kerusuhan berskala kecil yang menjadi karakteristik
unik yang mampu menyebabkan kekacauan sangat besar dan sangat serius yang
menelan banyak korban serta menyebabkan kerusakan-kerusakan dan masalah-
masalah lain hingga menjalar ke luar kota Surakarta. Faktor yang paling
dominan yang melatarbelakangi peristiwa rasial antara etnis Tionghoa dengan
pribumi Jawa di Surakarta adalah :
 Kerusuhan rasial pada tahun 1972, mobilisasi massa terbentuk ketika mendengar
berita terbunuhnya tukang becak oleh warga keturunan Tionghoa menyebabkan
pada pagi harinya tukang- tukang becak se-Surakarta dengan cepat
menggerombol mendatangi lokasi kejadian karena adanya provokasi untuk
memprotes pelaku pembunuhan. Dari menit ke menit aksi tersebut terus
berkembang. Mobilisasi massa juga menjadi penyebab membesarnya peristiwa
huru-hara tahun 1980 di Surakarta.
 Puncaknya pada tahun 1998, masyarakat bersama mahasiswa turun ke jalan
secara serentak beberapa daerah di Indonesia. Di Surakarta juga demikian,
terjadi demo secara besar-besaran, rakyat yang dari awal tidak suka dengan etnis
Tionghoa mulai menyerang mereka. Pembakaran, pengrusakan dan penjarahan
di toko-toko Tionghoa terjadi secara brutal. Setelah diamankan oleh Polisi dan
tentara keadaan pun menjadi tenang. Namun 2 hari pasca kerusuhan ditemukan
banyak korban terbakar di dalam toko, swalayan dan rumah warga. Ada dari
masyarakat Surakarta yang tidak sempat menyelamatkan diri, dan ada juga etnis
Tionghoa yang ditemukan tewas terbakar.
2.

Anda mungkin juga menyukai