Anda di halaman 1dari 10

Toleransi

SMP NEGERI 2 DEMAK


Jl. Sultan fatah No. 84 Demak

Kelompok 2 PAI :

1. Aldilla Najmi Safalitha (02/9J)

2. Hanin Nafi Rosida (14/9J)

3. M. Akmal Nur Faiz (20/9J)

4. Tsania Salsabila (31/9J)


A. PENDAHULUAN

Q.S Al-Hujurat /49:13

Ayat ini berisi tentang kebesaran Allah SWT yang telah menciptakan manusia
laki-laki dan perempuan, serta menjadikannya bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan
berlainan ras untuk saling mengenal satu sama lain. Di dalam ayat ini Allah telah
menjelaskan bahwa perbedaan sengaja Allah ciptakan bukan untuk membuat pertikaian.
Namun, untuk menjadi tantangan bagi umat manusia dalam menjalin kerukunan. Allah
pun menegaskan dalam ayat tersebut bahwa semua manusia itu sama dihadapan Allah,
yang menjadi pembeda adalah ketakwaannya kepada Allah. Jadi, dapat disimpulakan
Orang yang paling mulia di sisi-Nya bukan karena warna kulit maupun bahasanya,
melainkan Karen ketakwaannya.

Ayat ini juga menerangkan agar manusia saling mengenal, semakin kuat
pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi
manfaat. Jika ada perbedaan maka hal yang harus dilakukan adalah saling menghargai
antar sesama, atau biasa disebut toleransi.

Secara etimologi, toleransi berasal dari bahasa Latin, tolerare, yang artinya sabar
dan menahan diri.   Sedangkan secara terminologi, toleransi adalah sikap saling
menghargai, menghormati, menyampaikan pendapat, pandangan, kepercayaan kepada
antarsesama manusia yang bertentangan dengan diri sendiri. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa toleransi adalah sikap manusia untuk saling menghormati dan
menghargai perbedaan, baik antarindividu maupun kelompok.

Tujuan atau manfaat toleransi di antaranya :

1. Menjaga keharmonisan masyarakat

Sikap toleransi dapat menjaga hubungan masyarakat agar tetap harmonis di


tengah perbedaan. Dengan adanya sikap toleransi, kenyamanan dan ketenteraman
masyarakat akan terjaga tanpa adanya konflik karena perbedaan tertentu.

2. Mencegah perpecahan
Sikap toleransi bertujuan untuk mencegah terjadinya perpecahan akibat
banyaknya perbedaan. Terjadinya perpecahan yang dapat merugikan masing-
masing individu dalam melakukan aktivitas sosialnya.

3. Menyatukan perbedaan

Toleransi diciptakan untuk saling melengkapi dan menyatukan perbedaan karena


perbedaan berpotensi menyebabkan konflik.

Toleransi tumbuh dengan kesadaran bahwa keanekaragaman suku, agama, ras,


dan bahasa terjadi karena sejarah dengan semua faktor yang memengaruhinya. Dengan
keberagaman yang ada, sikap toleransi merupakan sebuah kewajiban sehingga setiap
orang bisa hidup berdampingan dengan damai.

Orang yang sudah menerapkan sikap toleransi dalam kehidupannya, biasanya


memiliki beberapa ciri-ciri di antaranya:

 Menghormati orang lain.


 Memberi kebebasan bagi orang lain.
 Menghargai pendapat orang lain.
 Tidak memandang perbedaan fisik dan psikis dalam bersosialisasi.

Setiap jenis perbedaan yang ada di masyarakat memiliki penerapan sikap toleransi
yang berbeda-beda. Berikut contoh-contoh sikap toleransi yang bisa diwujudkan dalam
kehidupan bermasyarakat:

 Toleransi beragama.
 Toleransi budaya.
 Toleransi berpolitik.
 Toleransi pergaulan.
 Toleransi sekolah.
 Toleransi lingkungan keluarga.
 Toleransi bermedia sosial.

B. Penerapan Q.S Al-Hujurat ayat 13

1. Konflik Poso

Konflik Poso: Latar Belakang, Kronologi, dan Penyelesaian


Kompas.com, 30 Juli 2021, 10:00 WIB

KOMPAS.com - Konflik Poso adalah sebutan untuk serangkaian kerusuhan yang


terjadi di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Konflik ini terjadi sejak 25
Desember 1998 hingga 20 Desember 2001.  Peristiwa Konflik Poso dimulai dari
sebuah bentrokan kecil antarkelompok pemuda sebelum akhirnya menjalar
menjadi kerusuhan bernuansa agama. Dari peristiwa ini, dirinci bahwa terdapat
577 korban tewas, 384 terluka, 7.932 rumah hancur, dan 510 fasilitas umum
terbakar. Kerusuhan ini kemudian berakhir pada 20 Desember 2001 dengan
ditandangani Deklarasi Malino antara kedua belah pihak. 

Latar Belakang Kabupaten Poso adalah salah satu dari delapan kabupaten yang
ada di Provinsi Sulawesi Tengah. Kabuten Poso ini memiliki penduduk mayoritas
Muslim di desa-desa, sedangkan mayoritas Protestan di dataran tinggi.  Selain
penduduk asli Muslim, terdapat juga pendatang orang Bugis dari Sulawesi Selatan
dan Gorontalo bagian utara. Kabupaten Poso ini juga menjadi fokus program
transmigrasi pemerintah.  Tujuan program transmigrasi ini adalah untuk
membawa warga dari daerah padat penduduk mayoritas Muslim, seperti Jawa dan
Lombok, serta pulau Bali yang dominan Hindu.  Daerah padat penduduk ini akan
dibawa ke daerah yang jarang penduduknya.  Dari keadaan tersebut, akhir tahun
1990-an, penduduk di Kabupaten Poso mayoritas Muslim dengan persentase di
atas 60 persen. Para pendatang ini kemudian membuat adanya persaingan
ekonomi antara penduduk asli Poso yang mayoritas Kristen dengan para
pendatang Bugis yang memeluk Islam. 

Kronologi Kerusuhan Poso ini bisa dibagi menjadi tiga periode, sebagai berikut:

Desember 1998 

Pada malam natal, 24 Desember 1998, yang kebetulan bertepatan dengan


Ramadan, seorang pemuda asal kelurahan mayoritas Protestan di Lambogia
bernama Roy Runtu Bisalemba menikam Ahmad Ridwan, seorang Muslim. 
Informasi yang tersebar di pihak Kristen menyebutkan bahwa Ridwan melarikan
diri ke masjid setelah ditikam.  Sedangkan versi Muslim menggambarkan bahwa
kejadian ini merupakan sebuah serangan terhadap pemuda Muslim yang tertidur
di halaman masjid. 

Para tokoh pemuka agama kedua belah pihak kemudian bertemu.


Keduanya sepakat bahwa sumber masalahnya terdapat pada minuman keras. 
Akibatnya, Polres Poso pun mulai menyita ribuan minuman keras yang kemudian
dihancurkan.  Suatu ketika, terdapat satu toko yang dijagai oleh para pemuda
Kristen. Mereka pun bertemu dengan pemuda Muslim yang berniat menyegel
toko tersebut.  Pertemuan ini pun berakhir dengan bentrokan di antara keduanya. 

Selanjutnya pada 27 Desember 1998, sekelompok orang Kristen besenjara


yang menaiki truk dari Tentena tiba, dipimpin oleh Herman Parimo, anggota
DPRD Poso.  Parimo diketahui merupakan anggota dari Gerakan Pemuda
Sulawesi Tengah (GPST).  Di sisi lain, sedikitnya terdapat sembilan truk Muslim
tiba dari Palu, Parigi, dan Ampana. Bentrokan pun terjadi, di mana polisi tidak
mampu menangkal mereka.  Para pejabat pemerintah Kabupaten Poso banyak
mendapat serangan melalui spanduk, surat kaleng, dan grafiti. 

April 2000

Pada April 2000 terjadi persidangan mantan bupati Afgar Patanga.  Dalam
persidangan tersebut, Patanga didakwa telah menyalahgunakan dana dari program
kredit pedesaan.  Ada rumor bahwa sebagian dana tersebut digunakan menyewa
massa untuk menyerang gedung peradilan. 

Pada 15 April, dimuat sebuah pertanyaan dari Chaelani Umar, anggota


DPRD provinsi dari Partai Persatua Pembangunan, bahwa akan ada lebih banyak
kekerasan jika Damsik Ladjalani, calon bupati saat itu, tidak dipilh. Keesokan
harinya, seorang pemuda Muslim mengatakan bahwa dirinya diserang oleh
sekelompok pemuda Kristen.  Ia menunjukkan sebuah luka di lengannya sebagai
bukti. Pihak Muslim yang tidak terima pun membalas.  Pertarungan terjadi antara
para pemuda Kristen dan pemuda Muslim. Selama beberapa hari peperangan terus
terjadi. Rumah-ruma milik umat Kristen Poso dibakar.  Kejadian ini
mengharuskan Kapolres Poso untuk mendatangkan pasukan Brimob dari Palu.

Pada 17 April, anggota Brimob tidak sengaja menembaki kerumuman


massa yang menewaskan Mohammad Yusni dan Yanto, serta melukai delapan
pemuda Muslim lainnya. Setelah Brimob dikirim pulang ke Palu, pembakaran
rumah masih berlanjut.  Pangdam Wirabuana Mayor Jenderal TNI Slamet
Kirbiantoro di Makassar, akhirnya mengirim 600 tentara. Pertempuran pun
mereda. 

Mei 2000 

Kejadian bulan Mei 2000 ini merupakan pertempuran terbesar dan


terparah.  Periode ini didominasi oleh serangan balasan kelompok Kristen
terhadap Muslim.  Selain itu, terjadi juga berbagai kejadian penculikan dan
pembunuhan.  Berdasarkan wawancara yang dilakukan Human Rights Watch,
para migran dari Sulawesi Selatan dan Gorontalo yang umumnya menjadi korban
dari tindakan tersebut.  Pada awal Mei, muncul rumot bahwa banyak pemuda
Kristen telah melarikan diri ke sebuah kamp pelatihan di Kerei.  Pasukan Kristen
menamai operasi ini "kelelawar merah" dan "kelelawar hitam". Pasukan ini
disebut-sebut dipimpin oleh Fabianus Tibo, seorang imigran dari Flores, NTT. 

Pagi hari tanggal 23 Mei, sekelompok pasukan kelelawar hitam


membunuh seorang polisi, Sersan Mayor Kamaruddin Ali dan dua warga sipil
Muslim, Abdul Syukur dan Baba. Kelompok ninja (kelelawar hitam) ini kemudian
bersembunyi di sebuah kereja katolik di Kelurahan Moengko.  Mereka pun mulai
bernegosiasi dengan polisi untuk menyerah.  Para warga Muslim juga telah
menunggu di depan gereja.  Pasukan ninja bukannya menyerahkan diri, justru
kabur ke perbukitan belakang gereja.  Aksi ini kemudian menyulut kemarahan
para Muslim. Mereka membakar gereja tersebut pukul 10.00 WIB.

Pada 28 Mei, serangan semakin meluas terhadap warga Islam.  Para


wanita dan anak-anak ditangkap. Bahkan beberapa di antarnya mengalami
pelecehan seksual. Sekitar 70 orang berlari ke pesantren terdekat, Pesantren
Walisongo, di mana banyak warga Muslim dibunuh dengan senjata api dan
parang.  Orang-orang yang kabur pun berhasil ditangkap yang kemudian
dieksekusi dan mayatnya dilempar ke Sungai Poso.  Sekitar 39 jenazah ditemukan
di tiga kuburan massal dengan total kematian sekitar 191 orang. 

Penyelesaian Setelah kerusuhan mulai mereda, Mabes Polri di Jakarta


mendirikan Komando Lapangan Operasi.  Melalui kebijakan ini, operasi militer di
Poso dilaksanakan dengan berbagai sandi operasi.  Pada tahun 2000 digelar
Operasi Sadar Maleo.  Pada pertengahan April 2004 terdapat Operasi Sintuwu
Maroso.  Satuan TNI dan Polri yang dimasukkan ke dalam operasi ini termasuk
Brimob Polda Papua, Brimob Polda Kalimantan Timur, Brimob Kelapa Dua
Bogor, dan lain-lain.  Konflik Poso ini diakhiri dengan penandatangan Deklarasi
Malino, 20 Desember 2001.  Deklarasi Malino adalah perjanjian damai antara
pihak Kristen dan Islam.  Sebelum penandatanganan, dirinci bahwa terdapat 577
korban tewas, 384 terluka, 7.932 rumah hancur, dan 510 fasilitas umum terbakar. 
Kemudian pada Mei 2000 diklaim bahwa terdapat 840 mayat warga muslim
ditemukan. 

Pada artikel tersebut merupakan bukti bahwa jika tiada toleransi maka
akan mendatangkan berbagai macam bentrok yang akan merugikan banyak pihak.
Jika sudah mengenai hal tersebut bukan hanya kita telah lupa akan penerapan Q.S
Al-hujurat ayat 13, namun juga tentang tujuan manusia diutus kebumi. Allah
sudah menyampaikan dalam Surat Al Baqarah ayat 30
Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

Allah menciptakan manusia dengan memiliki kelebihan wawasan, intelektual dan


keterampilan yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya. maka manusialah yang
dipilih oleh Allah SWT sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini. Kata khalifah
berarti seseorang yang diberi mandat untuk bertindak sebagai pengatur atau wakil
Allah SWT di muka bumi. Maka tidaklah pantas untuk kita sebagai Kholifah
memporak porandakan bumi hanya dengan sebuah perbedaan. Rosul juga pernah
mengatakan, “Setan (Iblis) telah putus asa untuk disembah oleh orang yang rajin
shalat di Jazirah Arab. Namun dia selalu berusaha untuk memicu permusuhan dan
kebencian.” (HR. Muslim 2812 dan Ibn Hibban 5941).

Bukankah perbedaan itu indah? Jika ada hal yang bisa memicu perbedaan
pendapat, kita dapat menyelesaikannya secara kekeluargaan sesuai QS. Asy
Syura: 38 Artinya: "...sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka...."

nampak sangat pentingnya penerapan mengenai tentang toleransi.

Namun, toleransi tersebut tidak berlaku untuk perilaku yang mungkar,


contohnya miras. Nampak sangat bagaimana mudhorotnya jika kita tetap
mengkonsumsi miras. Maka, kita harus tegas dalam hal yang menyimpang.

2. Belajar Toleransi dari Pengemudi Ojol di Gereja Katedral

Belajar Toleransi dari Pengemudi Ojol di Gereja


Katedral
Oleh Ady Anugrahadi pada 25 Des 2021, 12:12 WIB

Komunitas ojek online (ojol) membantu mengatur arus lalu lintas di sekitar Gereja
Katedral, Jakarta Pusat, Sabtu (25/12/2021). (Liputan6.com/ Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Jakarta - Di bawah terik matahari, seorang pria berbadan gempal
mengenakan atribut ojek online (ojol) terlihat melambai-lambaikan tangan.
Sesekali menyetop kendaraan demi mempermudah pejalan kaki yang hendak
menyeberang.

Dia adalah Adi Febriano (33). Bersama perwakilan komunitas ojek online (ojol)
dan kepolisian, dia membantu mengatur arus lalu lintas. Adi berdiri di pintu
III Gereja Katedral, Jakarta Pusat sejak pukul 08.00 WIB.
Adi sengaja datang dari Tangerang. Ia melupakan sejenak pekerjaan sebagai ojek
daring hanya untuk membantu umat kristiani yang merayakan Natal di Gereja
Katedral hari ini (25/12/2021).

Bukan tanpa alasan, Adi ingin memberikan contoh sikap toleransi antar umat
beragama. Adi sendiri adalah seorang muslim.

"Saya dan teman-teman hampir rata-rata beragama muslim. Tapi inilah bentuk
toleransi kami. Setiap umat beragama mesti hidup secara berdampingan,"
ucap Adi.
Rezeki Ada yang Mengatur

Komunitas ojek online (ojol) membantu mengatur arus lalu lintas di sekitar Gereja
Katedral, Jakarta Pusat, Sabtu (25/12/2021). (Liputan6.com/ Ady Anugrahadi)

Adi menyadari, buruh harian tidak punya penghasilan tetap seperti pegawai
kantoran yang. Namun, dia tak khawatir. Baginya, rezeki sudah ada yang
mengatur.

"Kalau masalah dapat penumpang atau enggak, hitung dapat rezeki baik
isitilahnya kita ikhlas saja," ujar dia.

Apalagi, istrinya sudah mendukung. Kepada Adi, sang istri hanya berpesan agar
tetap berhati-hati. "Itu saja pesan istri," ujar dia.

Junjung Toleransi dan Persaudaraan

Sementara itu, Deni Pamungkas selaku Ketua Relawan GBRP menjelaskan, ia


bersama komunitas ojol mendukung umat kristiani yang merayakan Natal. Ada
sekitar 20 orang yang terlibat dalam kegiatan hari ini.

"Kita untuk kegiatan ini khusus di Gereja Katedral," ujar dia.


Deni menerangkan, ojol membantu para jemaat menyeberang dan atur lalu lintas
dan pengamanan. Menurut Deni, Ojol sangat menjunjung tinggi toleransi
beragama walaupun berbeda agama persaudaraan harus saling mendukung.

"Haraapnnya bisa saling bersama saja. Walaupun berbeda agama Ras, Suku,
Agama kita tetap sama satu Indonesia," tandas dia.

Dari artikel diatas kita bisa simpulkan bahwa orang - orang yang ada di
dalam artikel tersebut, sangat menjunjung tinggi toleransi, khususnya tolerasi
dalam beragama. Sesuai dengan surat Al-hujurat ayat 13. Ojol yang ikut
membantu mengamankan acara tersebut mencerminkan bahwa islam bukan
agama yang saling membenci melainkan saling menyayangi dan menjaga antar
umat beragama, bukan hanya sikap toleransi yang ditunjukkan tetapi juga islam
sebagai rahamatallilalamin yaitu sebagaimana firman Allah dalam Surat al-
Anbiya’ ayat 107: ”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam (rahmatan liralamin)”.

3. Menko PMK: Toleransi Antar-Umat Beragama Kunci


Kemajuan Bangsa.
01 May, 2021

Menko PMK: Toleransi Antar-Umat Beragama Kunci Kemajuan Bangsa

Medan (1/5) -- Indonesia merupakan negara multikultural dengan berbagai


keragaman antara lain suku, ras, bahasa dan juga agama. Keberagaman ini
merupakan asset bangsa Indonesia yang harus dijaga dan rawat bersama. 
 
Keberagaman dalam beragama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat
dihindari. Sehingga setiap umat beragama mempunyai kewajiban untuk mengakui
sekaligus menghormati agama lain tanpa membeda-bedakan.
 Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko
PMK) Muhadjir Effendy menjelaskan, pentingnya menerapkan prinsip-prinsip
kemerdekaan dan kebebasan untuk menumbuhkan sikap toleransi, saling
menghormati antar pemeluk agama yang berbeda dengan latar belakang sosial-
budaya yang berbeda.
 Menurutnya hal tersebut dapat meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan yang
kuat sebagai modal membangun bangsa Indonesia kedepannya. 
 "Semboyan Bhineka Tunggal Ika memiliki makna sesuai dengan keberagaman
Indonesia yang tidak hanya bersuku-suku, ber ras-ras, dsn berbudaya tetapi kita
punya makna yang jauh lebih luas bahwa kita memang ditakdirkan sebagai pribadi
yang berbeda satu sama lain namun tetap satu tujuan. Saya kira ini sebagai modal
yang besar untuk kita maju bersama membangun bangsa Indonesia," ucapnya saat
menyampaikan Keynote Speech pada Kongres Ke-11 Himpunan Mahasiswa
Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi) di Hotel Polonia Medan, pada Sabtu (1/5). 
 Menko Muhadjir juga mengajak kepada seluruh mahasiswa yang hadir untuk
tidak mengabaikan prinsip perjuangan dalam membangun bangsa Indonesia.
 "Saya ingin para mahasiswa betul-betul mengambil peran maksimal dan berada
di garis depan untuk kemajuan Indonesia. Terlalu mahal prinsip perjuangan untuk
anak-anak muda, karena banyak pemuda yang mulai mengabaikan prinsip
tersebut. Padahal, prinsip perjuangan itulah yang membimbing kita untuk tetap
tegap berdiri, penuh dengan keyakinan, menatap masa depan untuk Indonesia
maju," katanya. 
Sebelum mengakhiri kunjungan kerjanya di Medan, Muhadjir Effendy melakukan
peninjauan terkait kesiapan Bandara Kualanamu untuk menerima para Pekerja
Migran Indonesia (PMI). Ia meminta pihak Pemerintah Kota Medan dan pihak
Bandara Kualanamu untuk lebih berhati-hati dalam melakukan penanganan para
Pekerja Migran yang datang ke Kota Medan ini.

Kita harus toleransi antar umat beragama karena dengan kita toleransi
dapat menunjukan persatuan dan kesatuan walaupun berbeda beda sesuai dengan
semboyan kita yaitu Semboyan Bhineka Tunggal Ika memiliki makna sesuai
dengan keberagaman Indonesia yang tidak hanya bersuku-suku, ber ras-ras, dsn
berbudaya tetapi kita punya makna yang jauh lebih luas bahwa kita memang
ditakdirkan sebagai pribadi yang berbeda satu sama lain namun tetap satu tujuan.
Karena dengan kita toleransi kita dapat saling kenal mengenal satu sama lain
tanpa ada rasa permusuhan. Sebagaimana yang ada pada Q.S Al-hujurat ayat 13.
Selain itu pula, Allah juga telh menegaskan untuk tidak mengusik agama lain.
Biarlah mereka dengan kepercyaannya, dalam surat Al Kafirun ayat 6 yang
berbunyi lakum dinukum waliyadin artinya "bagimu agamamu dan bagiku
agamaku."

Anda mungkin juga menyukai