Anda di halaman 1dari 3

ANALISA ARTIKEL

ANGELA MAHESWARI LINTANG CALISTA XI KBC/1

 SUMBER:
https://www.medcom.id/nasional/daerah/ObzYja0N-komnas-ham-kecam-penyerangan-umat-
katolik-di-yogyakarta Diakses pada hari Kamis, 2 Februari 2023 jam 20.19.

 PERTANYAAN:
1. Apa yang dikisahkan dalam artikel tersebut?
2. Mengapa masalah itu muncul dan apa penyebab utamanya?
3. Bagaimana akibat dari permasalahan tersebut?
4. Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut berdasarkan ajaran agama katolik? (kutiplah
salah satu ayat alkitab atau ajaran gereja yang menurut kamu pas dan kaitkan dengan
permasalahan tersebut dengan bahasamu sendiri).
5. Sikap apa yang perlu dimiliki dalam membangun dialog antar umat beragama? (konkrit
melingkupi: sikap terhadap iman diri sndiri dan sikap terhadap agama lain).

 JAWABAN:
1. Kasus kekerasan bernuansa agama menimpa bapak Julius Felicianus dan sejumlah umat
katolik yang sedang berdoa rosario di Desa Tanjungsari, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan
Ngaglik, Sleman, Kamis (29/5/14). Kasus tersebut menunjukkan bahwa ada kelompok
tertentu, sesama anak bangsa yang belum menghayati keberagaman atau pluralitas, yang
menjadi ciri hakiki bangsa Indonesia.

2. Indonesia, salah satu negara dengan keanekaragaman budaya, bahasa, agama, dan lain
sebagainya. Namun, tidak jarang kita melihat perbedaan itu menjadi salah satu alasan adanya
kekerasan di negeri ini. Mulai dari isu suku, agama, dan lain-lain. Pribadi atau kelompok
tertentu di negeri ini yang intoleran atau tidak toleran cenderung menggunakan cara-cara
kekerasan, entah melalui teror, penganiayaan, perusakan fasilitas rumah ibadat. Mereka
berpikir bahwa seolah-olah kelompok mereka yang paling benar.

Salah satu alasan ialah bahwa ada suku/daerah atau pemeluk agama tertentu merasa
diperlakukan secara tidak adil. Jika orang, suku, etnis, atau pemeluk agama tertentu
diperlakukan secara tidak adil, maka akan muncul semangat primordialisme dan fanatisme
suku atau agama, yang dapat menjurus kepada tuntutan untuk memisahkan diri dari suatu
lembaga, bahkan negara.

3. Dari penyerangan tersebut mneimbulkan suatu dampak yang merugikan, yaitu kepala Julius
dipukul menggunakan besi dan pot bunga. Tak hanya Julius saja, ibu-ibu yang sedang
menjalankan ibadah pun dipukul. Tak luput dari penyerangan itu, seorang wartawan Kompas
TV, Michael Ariawan, juga menjadi korban pemukulan.
4. Permasalahan tersebut sangat erat kaitannya dengan salah satu injil pada kitab suci Yohanes
4:1- 42. Pada injil tersebut dikisahkan jika saat Mesias datang, bangsa Yahudi sudah dijajah
oleh bangsa Romawi, karena mereka lemah dan terpecah belah. Ketika Yesus ingin
mempersatukan mereka dalam suatu Kerajaan dan Bangsa yang baru yang bercorak rohani,
Yesus mengeluh bahwa betapa sulit untuk mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-
anak ayam yang kehilangan induknya. Sikap Yesus ketika Ia hidup di dunia ini terhadap
keanekaragaman dari bangsanya adalah berusaha untuk menyapa suku yang dianggap bukan
Yahudi lagi seperti orang-orang Samaria seperti pada sapaan dan dialog Yesus dengan wanita
Samaria di sumur Yakub. Bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah orang asing, baik dari
sisi adat-istiadat maupun agamanya. Dalam praktik hidup seharihari pada zaman Yesus,
antara orang Yahudi dan orang Samaria terjadi permusuhan. Orang Yahudi menganggap
orang Samaria tidak asli Yahudi, tetapi setengah kafir. Akibatnya, mereka tidak saling
menyapa dan selalu ada perasaan curiga.

Dalam peristiwa tersebut dapat kita tarik simpulan yang dapat kita hubungkan dengan
permasalahan pada sumber di atas mengenai kesediaan Yesus menyapa perempuan Samaria
dan menerimanya. Dalam perbincangan dengan perempuan Samaria itu, Yesus menuntun
perempuan itu sampai pada kesadaran akan iman yang benar. Bagi Yesus siapa pun sama.
Yesus tidak pernah membedakan manusia berdasar atas suku, agama, golongan, dan
sebagainya. Di mata Tuhan tidak ada orang yang lebih mulia atau lebih rendah. Tuhan
memberi kesempatan kepada siapa pun untuk bersaudara. Tuhan menyatakan diri-Nya bukan
hanya untuk suku/ golongan tertentu, tetapi untuk semua orang.

Demikian juga terlihat ketika pada saat perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea melalui
Samaria menjadi bukti bahwa Dia menolak rasisme dan kebencian. Oleh karena itu kita
sebagai pengikut Tuhan Yesus, yang sungguh mengikuti Dia, juga harus menolak segala
rasisme dan kebencian. Orang yang memelihara sikap rasisme bukanlah pengikut Tuhan
Yesus, karena sikap tersebut bukan sikap Dia.

5. Permasalahan tersebut mengajarkan kepada kita mengenai kaitannya dengan adanya


persatuan dan kesatuan antar kita sebagai umat manusia. Tuhan menciptakan kita berbeda,
bukan agar kita terpecah belah. Tapi kita sendiri yang membuat perbedaan itu menjadi
kelemahan, dan membuat kita terpecah belah. Dahulu, para pejuang kemerdekaan dari
berbagai macam suku serta agama bersatu demi kemerdekaan Indonesia. Di dunia ini tidak
ada yang sempurna, kesempurnaan itu bukan tidak mungkin kalau kita mau bersatu.
Meskipun berbeda suku, berbeda agama, kita harus bersatu. Semboyan Indonesia adalah
Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”. Berdasarkan
pemahaman seperti itu, maka setiap individu harus menanamkan dari hatinya mengenai rasa
mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Sehingga tidak menganggap suku yang satu tidak
lebih unggul dari suku lain, agama yang satu tidak mendominasi agama lain.

Tak hanya dikuatkan dalam diri masing-masing, menjaga kebhinnekaan, keutuhan, kesatuan,
dan keharmonisan kehidupan merupakan panggilan tugas bangsa Indonesia. Keberagaman
adalah kekayaan, sedang kesatuan persaudaraan sejati adalah semangat dasar. Kehidupan
yang berbeda-beda itu harus saling menyumbang dalam kebersamaan dan kesejahteraan
bersama. Upaya-upaya konkret untuk membangun kehidupan bersama harus dikembangkan
dengan menghapus semangat primordial dan semangat sektarian dengan menghapus sekat-
sekat dan pengkotakkotakan masyarakat menurut kelompok-kelompok agama, etnis, dll.
Oleh karena itu kita semua perlu mengembangkan sikap-sikap yang positif/aktif, seperti
berikut ini;

1. Dalam masyarakat majemuk, setiap orang harus berani menerima perbedaan sebagai
suatu rahmat. Perbedaan/keanekaragaman adalah keindahan dan merupakan faktor yang
memperkaya. Adanya perbedaan itu memberi kesempatan untuk berpartisipasi
menyumbangkan keunikan dan kekhususannya demi kesejahteraan bersama.
2. Perlu dikembangkan sikap saling menghargai, toleransi, menahan diri, rendah hati, dan
rasa solidaritas demi kehidupan yang tenteram, harmonis, dan dinamis.
3. Setiap orang bahu-membahu menata masa depan yang lebih cerah, lebih adil, makmur,
dan sejahtera.
4. Mengusahakan tata kehidupan yang adil dan beradab.
5. Mengusahakan kegiatan dan komunikasi lintas suku, agama, dan ras.

Anda mungkin juga menyukai