Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS ARTIKEL PERMASALAHAN DUNIA

ANGELA MAHESWARI LINTANG CALISTA XI KBC/1

SUMBER: http://news.detik.com/read/2014/04/03/090949
ANALISIS:
1. Mengapa terjadi konflik antar masyarakat?
Kasus perang antarsuku di Papua, hanyalah salah satu contoh kasus konflik antarmasyarakat,
antaretnis, antaragama yang terjadi di Indonesia. Hal itu tidak perlu terjadi apabila
masyarakat menjunjung nilai-nilai persaudaraan, sesuai yang diajarkan oleh setiap agama dan
budaya di Indonesia
2. Apa akibat dari konflik itu?
Kemajemukan atau keanekaragaman (suku/etnis, agama, budaya, dll) masyarakat Indonesia,
dapat menimbulkan kerawanan akan konflik.Masalah sepele yang terjadi antardua orang yang
kebetulan berbeda agama dapat memicu konflik antarsuku atau antaragama. Tetapi dalam
bangsa majemuk seperti Indonesia, sebenarnya juga memiliki potensi yang luar biasa. Ketika
kebudayaan dari berbagai suku dikelola dengan baik akan menghasilkan khazanah budaya
bangsa yang luar biasa. Ketika semua umat beragama dapat hidup berdampingan dengan
semangat toleransi yang tinggi, tentu akan menghasilkan kehidupan yang indah, saling
memberdayakan, dan saling menghormati dalam kehidupan yang demokratis.
3. Bagaimana mengatasi sebuah konflik?
Kata kunci dalam mengelola konflik (conflict management) adalah bagaimana kita hidup
berdampingan dalam keanekaragaman tetapi tetap memiliki semangat persatuan; dalam
kerangka NKRI. Selama kita memiliki semangat Bhinneka Tunggal Ika, dalam menghadapi
konflik akan tetap mengedepankan persatuan dan kesatuan, musyawarah – mufakat dalam
bentuk komunikasi dialogis serta menjauhkan diri dari fanatisme sempit dan kekerasan.
Konflik itu sendiri akan tetap muncul setiap saat, tetapi kita perlu memiliki konsensus untuk
menyelesaikan dalam koridor persatuan bangsa. Untuk itu Pancasila yang telah disepakati
sebagai dasar negara dan way of life harus kita jadikan alat pemersatu bangsa. Mengenai hal
ini M. Dawam Rahardjo (2010) menyatakan bahwa konsep NKRI hanya dapat dipertahankan
kalau kita tetap berpegang teguh pada semangat Bhinneka Tunggal Ika, sehingga
kemajemukan masyarakat Indonesia bukan merupakan ancaman, melainkan justru
merupakan kekuatan dan sumber dinamika.
4. Konflik-konflik apa saja dalam masyarakat yang membahayakan persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia?

Konflik horizontal adalah konflik antarkelompok masyarakat yang disebabkan oleh berbagai
faktor seperti ideologi politik, ekonomi dan faktor primordial. Konflik vertikal maksudnya
adalah konflik antara pemerintah/penguasa dengan warga masyarakat. Beberapa contoh
konflik horizontal yang pernah terjadi di Indonesia misalnya: konflik
antarkampung/desa/wilayah karena isu etnis; isu aliran kepercayaan; isu ekonomi (seperti:
rebutan lahan ekonomi pertanian, perikanan, pertambangan); isu solidaritas (suporter olah
raga, kebanggaan group); isu ideologi dan isu sosial lainnya (tawuran antar anak sekolah,
antar kelompok geng). Contoh peristiwa konflik vertikal misalnya: konflik ideologi untuk
memisahkan diri dari wilayah RI, konflik yang dipicu oleh perlakuan tidak adil dari
pemerintah berkaitan dengan pembagian hasil pengolahan sumber daya alam, kebijakan
ekonomi yang dinilai merugikan kelompok tertentu, dampak pemekaran wilayah, dampak
kebijakan yang dinilai diskriminatif.

5. Apa yang dapat kamu lakukan bila terjadi konfl ik di sekitar kamu?

Konflik massal tidak akan terjadi secara serta merta, melainkan selalu diawali dengan adanya
potensi yang mengendap di dalam masyarakat, yang kemudian dapat berkembang memanas
menjadi ketegangan dan akhirnya memuncak pecah menjadi konflik fi sik akibat adanya
faktor pemicu konflik. Oleh karenanya, dalam rangka penanggulangan konflik, yang perlu
diwaspadai bukan hanya faktor-faktor yang dapat memicu konflik, namun juga yang tidak
kalah penting adalah faktor-faktor yang dapat menjadi potensi atau sumber-sumber timbulnya
konflik.

Dari jawaban atas pertanyaan tersebut, dapat kita pahami kaitannya dengan ajaran gereja
sebagai berikut:

1) Gaudium et spes art.1 menyatakan: “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan
manusia dewasa ini, terutama yang miskin dan terlantar, adalah kegembiraan dan harapan,
duka dan kecemasan murid-murid Kristus pula.” Artinya bahwa Gereja tampil di dunia dan
masyarakat sebagai tanda dan sarana keselamatan. Gereja hadir sebagai sakramen
keselamatan bagi dunia dan masyarakatnya.

2) Kita perlu memberikan pertanggungjawaban iman Katolik di tengah-tengah kehidupan


yang konkret. Pertanggungjawaban iman itu dilakukan di mana saja kita berada, entah di
sekolah sebagai pelajar atau di masyarakat sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain,
pertanggungjawaban iman dilakukan dalam konteks kehidupan yang nyata dengan segala
persoalan yang ada. Misalnya kita ikut ambil bagian secara aktif dalam membangun
kehidupan yang damai sejahtera serta bersatu sebagai anak-anak Allah dalam
memperjuangkan nilai-nilai kehidupan yang dianugerahkan Allah kepada semua manusia
serta alam lingkungan.

3) Dasar pertanggungjawabannya adalah iman akan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan
semua orang, tanpa pandang agama, suku, rasa, ideologi, kebudayaan dan latar belakang apa
pun. St. Paulus berkata, “kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah
nyata” (Titus 2:11). Allah menyelamatkan semua orang dan semua manusia, maka Gereja
Katolik harus sungguh menjadi sakramen keselamatan dengan perkataan dan perbuatan,
melalui pergulatan dan usaha pembebasan manusia, pembebasan sepenuhnya dan seutuhnya
bagi semua orang, terutama mereka yang miskin dan terlantar.

4) “Damai di dunia ini, yang lahir dari cinta kasih terhadap sesama, merupakan cermin dan
buah damai Kristus, yang berasal dari Allah Bapa” (GS 78). Dasarnya adalah peristiwa salib.
Yesus Kristus, Putra Allah, telah mendamaikan semua orang dengan Allah melalui salib-
Nya. Karenanya, semangat perdamaian dalam ajaran Gereja Katolik tidak pernah bisa
dilepaskan dari peristiwa salib Kristus. Umat Kristiani dipanggil dan diutus untuk memohon
dan mewujudkan perdamaian di dunia.
5) Yesus Kristus, adalah tokoh sempurna dalam perdamaian. Demi untuk perdamaian, dan
persatuan hidup manusia, Yesus melalui jalan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya,
memperdamaikan dunia dengan Allah. Yesus bersabda, “Berbahagialah orang yang
membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9).

6) Pendamaian adalah sebagai wujud dari kasih Allah kepada manusia. Allah selalu
berinisitaif bagi pendamaian. Pendamaian mengungkapkan kasih Allah kepada manusia,
yaitu kasih Bapa kepada anak-Nya. Paulus menandaskan bahwa “Allah menunjukkan kasih-
Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”
(Rm.5:8).

7) Gagasan dasar pendamaian mencakup arti bahwa dua pihak yang sekarang telah
didamaikan. Jalan pendamaian senantiasa bersifat menyingkirkan penyebab timbulnya
permusuhan. Kasih Allah tidak berubah kepada manusia, kendati apa pun yang diperbuat
manusia. Pekerjaan Kristus yang mendamaikan berakar dalam kasih Allah yang begitu besar
kepada manusia.

8) Dalam PB sendiri, Allah-lah yang memprakarsai adanya perdamaian antara Dia dan
manusia, yang merupakan wujud kasih-Nya. Perdamaian yang di dalamnya kasih, kasih yang
telah dinyatakan Allah kepada manusia menuntut agar manusia juga saling mengasihi
terhadap sesamanya.

Anda mungkin juga menyukai